Anda di halaman 1dari 21

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Anjuran agama Islam adalah tolong-menolong antara sesama muslim


ataupun non muslim. Bentuk tolong-menolong itu bermacam-macam, bisa
berupa benda, jasa, jual beli, dan lain sebagainya. Salah satu di antaranya
adalah wasiat (suatu hasrat atau keinginan yang dizahirkan secara lisan atau
bertulis oleh seseorang mengenai hartanya untuk diuruskan selepas berlaku
kematiannya)dan hibah, atau disebut juga pemberian cuma-cuma tanpa
mengharapkan imbalan.1

Pada awalnya hibah hanya diatur dalam BW yang ketentuannya belum


dapat mengakomodir kepuasan pemeluk semua agama. Sampai ada intruksi
Presiden Suharto untuk merumuskan kompilasi hokum islam sebagai
pegangan para hakim dalam memutuskan perkara pernikahan, maka lahirlah
KHI yang berisi tiga buku. Buku pertama membahas hukum perkawinan;
buku kedua Hukum Kewarisan; buku ketiga Hukum Perwakafan. Sedangkan
hibah ditentukan dalam pasal 210-214 dari bab ke II. Memang pembahasan
hibah dalam KHI tidak dijadikan dalam satu buku, dan hingga saat ini belum
ada UU yang mengatur Hibah secara khusus seperti wakaf yang sudah
memiliki UU khusus yaitu UU No 41 tahun 2004. walaupun secara yurudis
KHI tidak dapat mengikat namun telah menjadi living law. Karena itu
menjadi penting untuk menuliskan apa yang dimaksud dengan hibah, apa
hukum penarikan hibah, dan bagaimana hubungan hibah dengan waris.2
1
http://wwwbelajarbareng-belajarbareng.blogspot.com/2012/04/nisbah-antara-
hibahwasiat-dan-waris.html, diakses pada hari Selasa, 28 Agustus 2018 pukul 09.00
2
https://www.anekamakalah.com/2015/09/makalah-tentang-hibah-dan-
hubungannya.html, diakses pada hari Selasa, 28 Agustus 2018 pukul 09.30
2

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud dengan warisan?
2. Apa yang dimaksud dengan wasiat?
3. Apa yang dimaksud dengan hibah?

C. TUJUAN PENULISAN
1. Mengetahui pengertian dari warisan.
2. Mengetahui pengertian dari wasiat.
3. Mengetahui pengertian dari hibah.

BAB II

PEMBAHASAN
3

A. PENGERTIAN WARISAN

Warisan berasal dari bahasa Arab Al-miirats, dalam bahasa arab


adalah bentuk masdar (infinititif) dari kata waritsa- yaritsu- irtsan-
miiraatsan. Maknanya menurut bahasa ialah ‘berpindahnya sesuatu dari
seseorang kepada orang lain’. Atau dari suatu kaum kepada kaum lain. Ahli
waris adalah orang-orang yang berhak menerima harta peninggalan
(mewarisi) orang yang meninggal, baik karena hubungan keluarga,
pernikahan, maupun karena memerdekakan hamba sahaya (wala’).Harta
Warisan yang dalam istilah fara’id dinamakan tirkah (peninggalan) adalah
sesuatu yang ditinggalkan oleh orang yang meninggal, baik berupa uang atau
materi lainyayang dibenarkan oleh syariat Islam untuk diwariskan kepada ahli
warisnya.3

Adapun menurut istilah, warisan adalah berpindahnya hak


kepemilikan dari orang yang meninggal kepada ahli warisnya yang masih
hidup, baik yang ditiggalkan itu berupa harta (uang), tanah, atau apa saja yang
berupa hak milik legal secara syar’i. Definisi lain menyebutkan bahwa
warisan adalah perpindahan kekayaan seseorang yang meninggal dunia
kepada satu atau beberapa orang beserta akibat-akibat hukum dari kematian
seseorang terhadap harta kekayaan.4

1) Sumber Hukum Ilmu Mawaris

3
https://id.wikipedia.org/wiki/Warisan, diakses pada hari Selasa, 28 Agustus 2018
pukul 09.40
4
Feisal Ghozaly dan HA. Sholeh Dimyathi, Pendidikan Agama Islam dan Budi
Pekerti (Jakarta : Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2015), hlm. 142.
4

Sumber hukum ilmu mawaris yang paling utama adalah al-Qur'±n, kemudian
As-Sunnah/hadis dan setelah itu ijma’ para ulama serta sebagian kecil hasil
ijtihad para mujtahid.
1. Al-Qur'an
Dalam Islam saling mewarisi di antara kaum muslimin
hukumnya adalah wajib berdasarkan al-Qur'an dan Hadis Rasulullah.
Banyak ayat al-Qur'an yang mengisyaratkan tentang ketentuan
pembagian harta warisan ini. Di antaranya firman Allah Swt. dalam
Q.S. an-Nisa'/4:7:

Artinya: “Bagi orang laki-laki ada hak bagian dari harta peninggalan
ibu-bapa dan kerabatnya, dan bagi orang wanita ada hak bagian (pula)
dari harta peninggalan ibu-bapa dan kerabatnya, baik sedikit atau
banyak menurut bahagian yang telah ditetapkan”

Ayat-ayat lain tentang mawaris terdapat dalam berbagai surat,


seperti dalam Q.S. an-Nisa'/4:7 sampai dengan 12 dan ayat 176, Q.S
an-Nahl/16:75 dan Q.S al-Ahz±b/33: ayat 4, sedangkan permasalahan
yang muncul banyak diterangkan oleh As-Sunnah, dan sebagian
sebagai hasil ijma’ dan ijtihad.

2. As-Sunnah
5

a. Hadis dari Ibnu Mas’ud berikut:

Artinya: Dari Ibnu Mas’ud, katanya: Bersabda


Rasulullah saw..: “Pelajarilah al-Qur'an dan ajarkanlah ia
kepada manusia, dan pelajarilah al faraidh dan ajarkanlah ia
kepada manusia. Maka sesungguhnya aku ini manusia yang
akan mati, dan ilmu pun akan diangkat. Hampir saja nanti akan
terjadi dua orang yang berselisih tentang pembagian harta
warisan dan masalahnya; maka mereka berdua pun tidak
menemukan seseorang yang memberitahukan pemecahan
masalahnya kepada mereka”. (H.R. Ahmad).

b. Hadis dari Abdullah bin ‘Amr, bahwa Nabi saw. bersabda:

Artinya: “Ilmu itu ada tiga macam dan yang selain yang
tiga macam itu sebagai tambahan saja: ayat muhkamat, sunnah
yang datang dari Nabi dan faraidh yang adil”. (HR. Abµ Daµd
dan Ibnu Majah).

Berdasarkan kedua hadis di atas, maka mempelajari


ilmu faraidh adalah fardhu kifayah, artinya semua kaum
muslimin akan berdosa jika tidak ada sebagian dari mereka
yang mempelajari ilmu faraidh dengan segala kesungguhan.
6

3. Posisi Hukum Kewarisan Islam di Indonesia

Hukum kewarisan Islam di Indonesia merujuk kepada


ketentuan dalam Kompilasi Hukum Islam (KHI), mulai pasal 171
diatur tentang pengertian pewaris, harta warisan dan ahli waris.
Kompilasi Hukum Islam merupakan kesepakatan para ulama dan
perguruan tinggi berdasarkan Inpres No. 1 Tahun 1991. Yang masih
menjadi perdebatan hangat adalah keberadaan pasal 185 tentang ahli
waris pengganti yang memang tidak diatur dalam fiqih Islam.5

Berikut adalah table Komplikasi Hukum Islam:

5
http://mirzaayuprastiti.blogspot.com/, diakses pada hari Selasa, 28 Agustus 2018
pukul 20.00
7
8

2) Ketentuan Mawaris dalam Islam

1. Ahli Waris

Jumlah ahli waris yang berhak menerima harta warisan dari seseorang yang
meninggal dunia ada 25 orang,yaitu 15 orang dari ahli waris pihak laki-laki yang
biasa disebut ahli waris ashabah (yang bagiannya berupa sisa setelah diambil oleh
zawil furud dan 10 orang dari ahli waris pihak perempuan (yang bagiannya telah
ditentukan)

2. Syarat-syarat Mendapatkan Warisan


9

Seorang muslim berhak mendapatkan warisan apabila memenuhi syarat-syarat


sebagai berikut:

a. Tidak adanya salah satu penghalang dari penghalang-penghalang untuk


mendapatkan warisan.

b. Kematian orang yang diwarisi, walaupun kematian tersebut berdasarkan


vonis pengadilan. Misalnya hakim memutuskan bahwa orang yang hilang itu
dianggap telah meninggal dunia.

c. Ahli waris hidup pada saat orang yang memberi warisan meninggal dunia.
Jadi, jika seorang wanita mengandung bayi, kemudian salah seorang anaknya
meninggal dunia, maka bayi tersebut berhak menerima warisan dari
saudaranya yang meninggal itu, karena kehidupan janin telah terwujud pada
saat kematian saudaranya terjadi.6

3. Ketentuan Pembagian Harta

a.    Ahli waris Zawil Furμd

Ahli waris yang memperoleh kadar pembagian harta warisan telah


diatur oleh Allah Swt. dalam Q.S. an-Nisa/4 dengan pembagian terdiri dari
enam kelompok, penjelasan sebagaimana di bawah ini.

1)    Mendapat bagian 1/2

a)    Suami, jika istri yang meninggal tidak ada anak laki-laki, cucu
perempuan atau laki-laki dari anak laki-laki.

b)    Anak perempuan, jika tidak ada saudara laki-laki atau saudara


perempuan.

6
Ibid, 146-147
10

c)    Cucu perempun, jika sendirian; tidak ada cucu laki-laki dari anak laki-
laki.
d)    Saudara perempuan sekandung jika sendirian; tidak ada saudara laki-laki,
tidak ada bapak, tidak ada anak atau tidak ada cucu dari anak laki-laki.
e)    Saudara perempuan sebapak sendirian; tidak ada saudara lakilaki, tidak
ada bapak atau cucu laki-laki dari anak laki-laki.

2)    Mendapat 1/4

a)    istri yang meninggal tidak memiliki anak laki-laki atau cucu laki-laki atau
perempuan dari anak laki-laki.
b)    Istri, jika suami yang meninggal tidak memiliki anak laki-laki atau cucu
laki-laki atau perempuan dari anak laki-laki.

3)    Mendapat 1/8
Yang berhak mendapatkan bagian 1/8 adalah istri, jika suami memiliki
anak atau cucu laki-laki atau perempuan dari anak lakilaki. Jika suami
memiliki istri lebih dari satu, maka 1/8 itu dibagi rata di antara semua istri.
4)    Mendapat 2/3

a)    Dua anak perempuan atau lebih, jika tidak ada anak laki-laki.
b)    Dua cucu perempuan atau lebih dari anak laki-laki, jika tidak ada anak
laki-laki atau perempuan sekandung.
c)    Dua saudara perempuan sekandung atau lebih, jika tidak ada saudara
perempuan sebapak atau tidak ada anak laki-laki atau perempuan sekandung
atau sebapak.
d)    Dua saudara perempuan sebapak atau lebih, jika tidak ada saudara
perempuan sekandung, atau tidak ada anak laki-laki atau perempuan
sekandung atau sebapak.

5)    Mendapat 1/3
11

a)    Ibu, jika yang meninggal dunia tidak memiliki anak laki-laki, cucu
perempuan atau laki-laki dari anak laki-laki, tidak memiliki dua saudara atau
lebih baik laki-laki atau perempuan.
b)    Dua saudara seibu atau lebih, baik laki-laki atau perempuan, jika yang
meninggal tidak memiliki bapak, kakek, anak laki-laki, cucu laki-laki atau
perempuan dari anak laki-laki.
c)    Kakek, jika bersama dua orang saudara kandung laki-laki, atau empat
saudara kandung perempuan, atau seorang saudara kandung laki-laki dan dua
orang saudara kandung perempuan.

6)    Mendapat 1/6
a)    Ibu, jika yang meninggal dunia memiliki anak laki-laki atau cucu laki-
laki, saudara laki-laki atau perempuan lebih dari dua yang sekandung atau
sebapak atau seibu.
b)    Nenek, jika yang meninggal tidak memiliki ibu dan hanya ia yang
mewarisinya. Jika neneknya lebih dari satu, maka bagiannya dibagi rata.
c)    Bapak secara mutlak mendapat 1/6, baik orang yang meninggal memiliki
anak atau tidak.
d)    Kakek, jika tidak ada bapak.
e)    Saudara seibu, baik laki-laki atau perempuan, jika yang meninggal dunia
tidak memiliki bapak, kakek, anak laki-laki, cucu perempuan atau laki-laki
dari anak laki-laki.
f)     Cucu perempuan dari anak laki-laki, jika bersama dengan anak
perempuan tunggal; tidak ada saudara laki-laki, tidak ada anak laki-laki
paman dari bapak.
12

g)    Saudara perempuan sebapak, jika ada satu saudara perempuan


sekandung, tidak memiliki saudara laki-laki sebapak, tidak ada ibu, tidak ada
kakek, tidak ada anak laki-laki.7

b. Ahli Waris Asabah

Ahli waris asabah adalah perolehan bagian dari harta warisan yang
tidak ditetapkan bagiannya dalam furμd yang enam (1/2, 1/4, 1/3, 2/3, 1/6,
1/8), tetapi mengambil sisa warisan setelah ashabul furμd mengambil
bagiannya. Ahli waris ashabah bisa mendapatkan seluruh harta warisan jika ia
sendirian, atau mendapatkan sisa warisan jika ada ahli waris lainnya, atau
tidak mendapatkan apa-apa jika harta warisan tidak tersisa, berdasarkan sabda
Rasulullah saw.:

“Berikanlah warisan itu kepada yang berhak menerimanya, sedang


sisanya berikan kepada (ahli waris) laki-laki yang lebih berhak
(menerimanya).” (H.R. al-Bukhari dan Muslim).

Bila salah seorang di antara ahli waris didapati seorang diri, maka
berhak mendapatkan semua harta warisan, namun bila bersama ashabul furμd,
ia menerima sisa bagian dari mereka. Dan bila harta warisan habis terbagi
oleh ashabul furμd, maka ia tidak mendapatkan apa-apa dari harta warisan
tersebut.8

Ahli waris ‘asabah terbagi menjadi dua, yaitu:

1) Asabah binnasab (hubungan nasab), terbagi menjadi 3 bagian yaitu:

7
http://mirzaayuprastiti.blogspot.com/, diakses pada hari Selasa, 28 Agustus 2018
pukul 20.50
8
Ibid, hlm 151-152
13

a) Asabah bi an-nafsi, yaitu semua ahli waris laki-laki (kecuali


suami, saudara laki-laki seibu, dan mu’tiq yang memerdekakan budak)

b) Asabah bil ghair, Ahli waris ‘asabah bil ghair ada empat (4),
semuanya dari kelompok wanita. Dinamakan ‘ashabah bil ghair adalah
karena hak ‘asabah keempat wanita itu bukanlah karena kedekatan
kekerabatan mereka dengan pewaris, tetapi karena adanya ‘asabah lain
(‘asabah bin nafsih).

c) Asabah ma’al gair

Orang yang termasuk ‘asabah ma’al gair ada dua, yaitu seperti berikut
ini.

1) Saudara perempuan sekandung satu orang atau lebih berada


bersama dengan anak perempuan satu atau lebih atau bersamaputri
dari anak laki-laki satu atau lebih atau bersama dengankeduanya.

2) Saudara perempuan seayah satu orang atau lebih bersama dengan


anak perempuan satu atau lebih atau bersama putri dari anak laki-laki
satu atau lebih atau bersama dengan keduanya.

2) Asabah bissabab (karena sebab)

Yang termasuk 'asabah bissabab (karena sebab) adalah orang-


orang yang membebaskan budak, baik laki-laki atau perempuan.

B. PENGERTIAN WASIAT

Kata wasiat berasal dari kata “washshaitu artinya: aushaltu (aku


menyampaikan sesuatu)”.yang juga berarti pesanan, jadi berwasiat juga diartikan
berpesan. Dalam Al-Qur'an kata wasiat dan yang seakar dengan itu mempunyai
14

beberapa arti di antaranya berarti menetapkan, sebagaimana dalam surat al-


An'am :144, memerintahkan sebagaimana dalam surat Luqman: 14, dan Maryam: 31
‫انى‬PP‫وأوص‬, mensyari'atkan (menetapkan) sebagaimana dalam surat An-Nisa' ayat 12
Adapun pengartiannya menurut istilah Syariah wasiat ialah: pesan terakhir yang
diucapkan dengan lisan atau disampaikan dengan tulisan oleh seseorang yang merasa
akan wafat berkenaan dengan harta benda yang ditinggalkannya.9

“Diwajibkan atas kamu, apabila seorang diantara kamu kedatangan (tanda-tanda)


maut, jika ia meninggalkan harta yang banyak, berwasiat untuk ibu-bapak dan kaum
kerabatnya secara ma'ruf. (Ini adalah) kewajiban atas orang-orang yang bertaqwa.”
(QS Al-Baqarah : 180)

1) Adapun rukun wasiat terdiri atas :

a. Orang yang mewasiatkan (mushi)

b. Orang yang menerima wasiat (musha lah)

c. Harta yang diwasiatkan (musha bih)

d. Lafal ijab dan qabul (shighat)

2) Syarat harus dipenuhi dalam pelaksanaan wasiat, yaitu:


 Syarat-syarat orang yang berwasiat

9
http://mynewwasiatdanhibah.blogspot.com/2014/12/normal-0-false-false-false-en-
us-x-none.html, diakses pada hari Selasa, 28 Agustus 2018 pukul 21.15
15

a. Orang yang berwasiat merupakan pemilik sempurna terhadap harta yang


diwasiatkan

b. Orang yang berwasiat haruslah orang yang cakap bertindak hukum


(mumayiz), merdeka, berakal (tidak gila) dan adil

c. Wasiat dilakukan secara sadar dan sukarela. Oleh sebab itu, orang yang
dipaksa untuk berwasiat atau tidak sengaja dalam berwasiat, wasiatnya tidak
sah

d. berakal sehat, dan tidak ada paksaan dari pihak lain

 Syarat Penerima Wasiat

a. Penerima wasiat adalah orang yang ditunjukkan secara khusus bahwa ia


berhak menerima wasiat

b. Penerima wasiat mesti jelas identitasnya, sehingga wasiat dapat diberikan


kepadanya.10

3) Permasalahan Tentang Wasiat

a. Yang tidak boleh menerima wasiat

Orang yang boleh menerima wasiat adalah orang-orang yang


tidak menjadi ahli waris. Jadi, intinya orang yang telah menjadi ahli
waris tidak berhak untuk menerima wasiat karena wasiat itu hanya
diperuntukkan kepada selain orang yang menjadi ahli waris.

b. Batalnya wasiat

Dari beberapa hal yang mengakibatkan batalnya wasiat ada


ketentuan-ketentuan sebagai berikut:

10
http://makalahkampus15.blogspot.com/2017/11/wasiat-hibah-dan-hadiah.html,
diakses pada hari Selasa, 28 Agustus 2018 pukul 21.55
16

1) Wasiat tidak mengikat kecuali apabila orang yang


berwasiat tersebut telah meninggal dan tetap dalam wasiatnya.
Orang yang berwasiat dapat menarik kembali wasiatnya
sebelum meninggal. Bila si pemberi wasiat ini menariknya,
maka wasiat menjadi batal.

2) Gila dan rusak akal menghilangkan kecakapan seseorang


melakukan tindakan hukum. Wasiat yang pernah dibuat oleh
orang yang berwasiat dan kemudian orang tersebut tertimpa
penyakit gila, wasiatnya menjadi batal.

3) Bila orang yang berwasiat pada saat hidupnya


meninggalkan hutang, maka pelaksanaan wasiat dilakukan
setelah pembayaran hutang. Apabila hutang yang harus dibayar
akan menghabiskan seluruh harta kekayaannya maka wasiat
yang pernah dibuat sebelumnya menjadi batal.

4) Bila penerima wasiat meninggal terlebih dahulu dari


orang yang memberi wasiat maka wasiat tersebut menjadi
batal, karena tujuannya tidak ada lagi.

5) Bila penerima wasiat membunuh si pemberi wasiat, maka


wasiatnya batal.

6) Penerima wasiat mempunyai hak untuk menolak wasiat


agar jangan sampai keberatan dalam melaksanakan wasiat.

7) Wasiat bisa batal apabila barang yang diwasiatkan


musnah.

Menurut Sayyid Sabiq wasiat itu batal dengan hilangnya salah satu syarat dari
syarat yang ada pada wasiat, misalnya sebagai berikut :
17

1) Bila orang yang berwasiat itu menderita penyakit gila


yang parah yang menyampaikannya pada kematian.

2) Bila orang yang diberi wasiat mati sebelum orang yang


memberi wasiat itu mati.

3) Bila yang diwasiatkan itu barang tertentu yang rusak


sebelum diterima oleh yang diberi wasiat.11

C. PENGERTIAN HIBAH

Secara bahasa hibah berasal dari Bahasa Arab yaitu “wahaba” yang
berarti lewat satu tangan ketangan yang lain atau dengan arti kesadaran untuk
melakukan kebaikan.etiap orang yang memiliki harta dan memberikannya
kepada orang lain dengan ikhlas dapat disebut dengan hibah. Jadi hibah
merupakan tindakan memberikan sesuatu kepada orang lain selagi hidup
sebagai hak miliknya dalam keadaan sadar dan sehat, tanpa mengharapkan
balasan. Apabila mengharapkan balasan semata-mata dari Allah maka disebut
sedekah, tp jika bertujuan untuk memuliakan maka dinamakan hadiah/hibah.

Dalam Al-Qur’an, Hadits Nabi dan ijma’ sudah sangat jelas bahwa
hukum dari hibah adalah sunah, karena Allah menganjurkan para hambanya
untuk saling memberi seperti yang telah dijelaskan dalam fiman Allah surat
Al-Baqarah ayat 177

‫ق‬ ِ ِ‫ َوَآتَى ْال َما َل َعلَى ُحبِّ ِه َذ ِوي ْالقُرْ بَى َو ْاليَتَا َمى َو ْال َم َسا ِكينَ َوا ْبنَ ال َّسب‬......
َ ِّ‫يل َوالسَّاِئلِينَ َوفِي الر‬

Artinya: “memeberikan harta yang dicintainya kepada kerabatnya,


anak-anak yatim, orang-orang miskin, musafir (yang memerlukan
11
http://dianalestari29.blogspot.com/2015/04/wasiatwakafhibah-dan-hadiah.html,
diakses pada hari Selasa, 28 Agustus 2018 pukul 22.05
18

pertolongan) dan orang-orag yang meminta-minta dan memerdekakan hamba


sahaya”

Dalam surat ini sudah jelas bahwa Allah telah menganjurkan untuk
memberi atau hibah, jadi hukum dari hibah adalah sunah. Tetapi diharamkan
bagi seorang pemberi menarik kembali barang atau harta hibah yang telah
diberikan kepada orang lain, kecuali penarikan hibah dari seorang ayah
kepada anaknya.12

1) Rukun dan syarat hibah ada empat macam sebagai berikut :

a. Pemberi hibah

Syaratnya ialah :

1) Orang yang berhak memperedarkan hartanya dan memiliki barang


yang diberikan.

2) Baligh, berakal, dan cerdas. Maka anak kecil, orang gila, dan yang
menyia-nyiakan harta tidak sah memberikan harta benda mereka
kepada yang lain, begitu juga wali terhadap harta benda yang
diserahkan kepadanya.

3) Tidak memiliki kebiasaan menghambur-hamburkan/pemboros.

b. Penerima hibah

Yakni ada yang diberi, syaratnya yaitu berhak memiliki. Tidak


sah memberi kepada anak yang masih berada di dalam kandungan
ibunya dan pada binatang, karena keduanya tidak dapat memiliki.

c. Barang yang dihibahkan

12
http://makalahkampus15.blogspot.com/2017/11/wasiat-hibah-dan-hadiah.html,
diakses pada hari Selasa, 28 Agustus 2018 pukul 22.10
19

Yakni ada barang yang diberikan, syaratnya hendaknya barang


itu dapat dijual, kecuali :

1) Barang-barang yang kecil. Misalnya dua atau tiga butir biji beras,
tidak sah dijual, tetapi sah diberikan.

2) Barang yang tidak diketahui tidaklah sah dijual, tetapi sah


diberikan.

3) Kulit bangkai sebelum disamak tidaklah sah dijual, tetapi sah


diberikan.

d. Penyerahan

Yakni adanya ijab dan kabul, misalnya orang yang memberi


berkata, “Saya berikan ini kepada engkau.” Jawab yang diberi, “Saya
terima.” Kecuali sesuatu yang menurut kebiasaan memang tidak perlu
mengucapkan ijab dan kabul, misalnya seorang istri menghibahkan
gilirannya kepada madunya, dan bapak memberikan pakaian kepada
anaknya yang masih kecil. Tetapi apabila suami memberikan
perhiasan kepada istrinya, tidaklah menjadi milik istrinya selain
dengan ijab dan kabul. Perbedaan antara pemberian bapak kepada
anak dengan pemberian suami kepada istri ialah: bapak adalah wali
anaknya, sedangkan suami bukanlah wali terhadap istrinya. Pemberian
pada waktu perayaan mengkhitan anak hendaklah dilakukan menurut
adat yang berlaku di tiap-tiap tempat tentang perayaan itu.

2) Hibah dapat digolongkan menjadi dua macam, yaitu :

a.       Hibah barang, yaitu memberikan harta atau barang kepada pihak


lain yang mencakup materi dan nilai manfaat harta atau barang
tersebut, yang pemberiannya tanpa ada harapan apapun. Misalnya
menghibahkan rumah, sepeda motor, baju dan sebagainya.
20

b.      Hibah manfaat, yaitu memberikan harta kepada pihak lain agar


dimanfaatkan harta atau barang yang dihibahkan itu, namun materi
harta atau barang itu tetap menjadi milik pemberi hibah. Dengan kata
lain, dalam hibah manfaat itu si penerima hibah hanya memiliki hak
guna atau hak pakai saja. Hibah manfaat terdiri dari hibah berwaktu
(hibah muajjalah) dan hibah seumur hidup (al-amri). Hibah muajjalah
dapat juga dikategorikan pinjaman (ariyah) karena setelah lewat
jangka waktu tertentu, barang yang dihibahkan manfaatnya harus
dikembalikan.13

BAB III
13
http://dianalestari29.blogspot.com/2015/04/wasiatwakafhibah-dan-hadiah.html, ,
diakses pada hari Selasa, 28 Agustus 2018 pukul 22.15
21

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Warisan adalah berpindahnya hak kepemilikan dari orang yang


meninggal kepada ahli warisnya yang masih hidup, baik yang ditiggalkan itu
berupa harta (uang), tanah, atau apa saja yang berupa hak milik legal secara
syar’i.

Wsiat adalah pesan terakhir yang diucapkan dengan lisan atau


disampaikan dengan tulisan oleh seseorang yang merasa akan wafat
berkenaan dengan harta benda yang ditinggalkannya.

Hibah merupakan tindakan memberikan sesuatu kepada orang lain


selagi hidup sebagai hak miliknya dalam keadaan sadar dan sehat, tanpa
mengharapkan balasan.

B. SARAN
Dalam penyusunan makalah ini, masih banyak terdapat kekurangan-
kekurangan, untuk itu penulis sangat mengharapkan partisipasi rekan-rekan
atau pembaca berupa saran dan kritik yang bersifat membangun demi
penyempurnaan makalah ini.

Anda mungkin juga menyukai