DISUSUN OLEH :
1. CAKRA ADITIA PASUNDAN (MI0222230149)
2. YANTI (MI0222230297)
3. ALI RIDHO (MI0222230278)
2023
KATA PENGANTAR
Segala puji kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
begitu besar rahmatnya, sehingga makalah yang berjudul “Membangun Keluarga
Islam” dapat terselesaikan. Makalah ini disusun untuk menyelesaikan tugas mata
kuliah Pendidikan Agama Islam.
Makalah ini merupakan sebuah media belajar bagi mahasiswa. Melalui
makalah ini diharapkan memberikan pengetahuan yang mendalam bagi
mahasiswa khususnya menyangkut mata kuliah Pendidikan Agama Islam.
Kami menyadari bahwa makalah ini akan sulit terselesaikan tanpa adanya
peran dari berbagai pihak yang telah memberikan bantuan dan bimbingan kepada
kami maka dari itu, kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya.
Semoga atas bimbingan, dukungan dan bantuan dalam menyusun makalah ini
akan mendapatkan balasan dari Allah. Kami menyadari bahwa makalah ini masih
terdapat banyak kekurangan, untuk itu kami mengharapkan komentar, kritik serta
saran yang membangun untuk memperbaiki segala kekurangan dalam pembuatan
makalah ini.
Akhir kata semoga makalah ini dapat berguna bagi para pembaca dan
memperluas serta menambah hasanah dunia pendidikan, khususnya bagi kami
selaku penulis.
Tim Penyusun
DAFTAR ISI
A. KELUARGA
Keluarga adalah unit terkecil di masyarakat. Sebuah keluarga akan kokoh bila
dibentuk atas dasar pernikahan yang sah. Jika kita ingin membangun kehidupan yang
kokoh di masyarakat, maka kita harus memulainya dari keluarga. Tujuan keluarga
adalah keluarga merupakan tempat menyalurkan kebutuhan seksual secara terhormat,
melalui keluarga, cinta dan kasih sayang bisa dipupuk dan dibina, anak-anak dapat
dilindungi dari ketidak pastian masa depannya. Pondasi masyarakat biasa dibangun
melalui keluarga.
B. PERNIKAHAN
1. Persiapan Nikah
Sebelum melakukan pernikahan, kita harus mempunyai calon pasangan. Dalam
menentukan calon pasangan, Rasulullah memberikan tuntutan hendaknya
memperhatikan agama calon pasangannya. Seberapa dalam dia memiliki pemahaman
terhadap ajaran agamanya, tentunya untuk umat muslim harus memilih calon pasangan
seorang muslim pula.
Setelah menentukan pilihan calon pasangan, hal yang di sunnahkan adalah
meminang. Meminang adalah menyampaikan maksud mau menikahi dari seorang laki-
laki pada seorang wanita baik secara langsung.
4. Pelaksanaan Pernikahan
Pernikahan akan dipandang sah apabila memenuhi ketentuan yaitu adanya
pasangan yang akan dinikahkan dan adanya akad nikah. Akad nikah berasal dari kata-
kata’aqad nikah yang berasal dari sebutan Al-Quran ‘aqdu al-nikaah, dalam kata sehari-
hari di Indonesia disebut akad nikah. Akad nikah berarti perjanjian mengikatkan diri
dalam perkawinan antara seorang wanita dengan seorang laki-laki.
Beberapa hal yang berkenaan dengan akad nikah adalah :
1. Ijab Kabul
Ijab adalah penegasan kehendak mengikatkan diri dalam bentuk perkawinan dan
dilakukan oleh pihak perempuan ditujukan kepada laki-laki calon suami. Kabul adalah
penegasan penerimaan mengikatkan diri sebagai suami isteri yang dilakukan oleh
pihak laki-laki. Pelaksanaan penegasan qabul ini harus diucapkan pihak laki-laki
langsung sesudah ucapan penegasan ijab pihak perempuan, tidak boleh mempunyai
antara waktu yang lama.
2. Wali Pihak Perempuan
Wali adalah orang yang tanggung jawab menikahkan calon pasangan suami isteri.
Ada berbagai macam wali pihak perempuan, yaitu :
a. Wali Nasab
Anggota keluarga laki-laki bagi calon pengantin perempuan yang mempunyai
hubungan darah patrilinial dengan calon pengantin perempuan. Yang termasuk
wali nasab adalah bapak, datuk, saudara laki-laki bapak, saudara laki-lakinya
sendiri.
b. Wali Hakim
Wali hakim adalah penguasa atau wakil penguasa yang berwenang dalam
bidang perkawinan. Biasanya penghulu atau petugas lain dari Departemen Agama.
Jika ditemui kesulitan untuk hadirnya wali nasab atau ada halangan dari wali
nasab, maka seorang calon pengantin perempuan dapat mempergunakan bantuan
wali hakim baik melalui Pengadilan Agama atau tidak.
c. Dua Orang Saksi
Kesaksian untuk suatu pernikahan hendaklah diberikan kepada dua orang laki-
laki dewasa dan adil yang dapat dipercaya:
a. Islam. Tidak dapat diterima kesaksian orang yang bukan islam.
b. Dewasa atau baligh yaitu sekitar berumur wajar untuk kawin.
c. Laki-laki yang adil yang dapat terlihat dari perbuatannya sehari-hari.
d. Mahar atau Sadaq
Mahar atau sadaq dalam hukum perkawinan dalam islam adalah kewajiban
yang harus dibayarkan oleh seorang pengantin laki-laki kepada pengantin
perempuan. Hukum pemberian mahar adalah wajib.
Keluarga adalah persekutuan hidup berdasarkan pernikahan yang sah terdiri dari
suami, istri, dan anak-anak. Pengertian keluarga dapat ditinjau dari dimensi hubungan
darah dan hubungan sosial. Keluarga dalam dimensi hubungan darah adalah suatu
kesatuan yang diikat oleh hubungan darah antara satu dengan lainnya. Berdasarkan
dimensi hubungan darah ini, keluarga dapat dibedakan menjadi keluarga besar dan
keluarga inti. Sedangkan dalam dimensi hubungan sosial, keluarga adalah suatu
kesatuan yang diikat oleh adanya saling berhubungan atau interaksi dan saling
mempengaruhi antara satu dengan lainnya.
Pola asuh orang tua dalam keluarga sangatlah penting dalam menuju keluarga
sejahtera dan islami. Pendidikan dalam keluarga memiliki nilai strategis dalam
pembentukan kepribadian anak. Sejak kecil anak sudah mendapat pendidikan dari
kedua orang tuanya melalui keteladanan dan kebiasaan hidup sehari-hari dalam
keluarga.
Dalam berkeluarga perlu pula untuk berkomunikasi. Komunikasi adalah suatu
kegiatan yang pasti terjadi dalam kehidupan keluarga. Tanpa komunikasi, sepilah
kehidupan keluarga dari kegiatan berbicara, berdialog, bertukar pikiran, dan
sebagainya. Akibatnya kerawanan hubungan antara anggota keluarga pun sukar untuk
dihindari. Oleh karena itu, komunikasi antara suami dan istri, antara ayah, ibu, dan
anak, komunikasi antara ayah dan anak, komunikasi antara ibu dan anak dan
komunikasi antara anak dan anak perlu dibangun secara harmonis dalam rangka
membangun pendidikan yang baik dalam keluarga.
Dalam menciptakan keluarga yang islami dan sejahtera pasti mendapatkan
halangan dan konflik-konflik yang terjadi. Konflik dalam keluarga sering muncul
dalam bentuk yang bervariasi. Dalam islam, ada salah satu cara mengelola konflik
dengan efektif, yaitu dengan mempergunakan kata “maaf” . konsep maaf ini secara
implisit dimaksudkan untuk menepis perasaan permusuhan, pertentangan batin, atau
perkelahian, dan sebagainya yang berpotensi mencerai beraikan tali ukhuwah.
Dalam kehidupan keluarga, kata maaf ini harus ditradisikan oleh semua anggota
keluarga. Suami (ayah) dan istri (ibu) jangan pelit saling memaafkan. Orang tua
tidaklah hina meminta maaf kepada anak atas kesalahan yang telah diperbuat
kepadanya. Pendidikan kemaafan ini penting untuk dibangun sebagai warisan akhlak
al-karimah yang bernilai tinggi.
Ketika konflik dalam keluarga sudah dikelola dengan baik, maka terbukalah jalan
untuk membangun komunikasi yang harmonis dengan memperhatikan aturan hubungan
dalam keluarga.
D. KEWAJIBAN-KEWAJIBAN DALAM BERKELUARGA
A. KESIMPULAN
Keluarga adalah unit terkecil di masyarakat yang terdiri dari ayah, ibu dan anak.
Untuk membina keluarga perlu menjalankan sebuah pernikahan terlebih dahulu,
pernikahan yang sah menurut agama dan negara. Sebelum melakukan pernikahan, harus
menjalankan persiapan-persiapan sebelum menikah yaitu memilih calon pasangan yang
seagama terutama, dan sudah dipastikan bukan muhrimnya. Selain memilih calon
pasangan, harus diadakan peminangan dari seorang laki-laki pada seorang wanita untuk
menyampaikan maksud ingin menikahi.
Dalam pelaksanaan pernikahan terdapat hukum-hukum nikah, larangan-larangan
nikah, dan syarat sah pernikahan yang terdiri dari akad, wali, dua orang saksi, dan mahar.
Setelah terjadinya penikahan, akan membentuk sebuah keluarga. Membangun keluarga
yang sakinah, mawadah, warrahmah tidaklah mudah, penuh dengan rintangan dan
tantangan. Agar dapat menciptakan keluarga yang bahagia dan sejahtera, islam
mengajarkan kewajiban-kewajiban setiap anggota keluarga.
B. SARAN
Diharapkan setiap umat islam dapat menjaga dan membina keluarganya dengan
sebaik-baiknya. Harus terjadi keselarasan di antara anggota keluarga. Setiap anggota
keluarga harus mengetahui hak dan kewajibannya sebagai anggota keluarga di rumah.
Untuk yang akan berumah tangga diharapkan dapat memilih pasangan yang jelas bibit
bebet bobotnya, jelas agama dan ketaatannya terhadap agama, memilih pasangan yang
sholeh.