Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

PERNIKAHAN MENURUT ISLAM

Disusun oleh kelompok 5:


1. Sinda (23010060)
2. Lesi Supriyanti (23010079)
3. Ferdy Satria Kurniawan (23010135)
4. Zendo Sakrio Beny (23010057)
5. Muhamad Avif Anwar (23010062)
6. Ilham Amei Satria (23010077)

FAKULTAS ILMU KOMPUTER PRODI INFORMATIKA

UNIVERSITAS DEHASEN
KATA PENGANTAR

Puji syukur diucapkan ke hadirat Allah SWT atas segala rahmat-Nya sehingga
makalah ini dapat tersusun sampai dengan selesai. Tidak lupa kami mengucapkan
terima kasih terhadap bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan
memberikan sumbangan baik pikiran maupun materi.

Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan


dan pengalaman bagi pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah
ini bisa pembaca praktikkan dalam kehidupan sehari-hari.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih
banyak kekurangan dari segi kualitas maupun dari ilmu pengetahuan. Oleh karena itu,
kami selaku penulis mohon kritik dan saran yang bersifat membangun untuk
menyempurnakan pembuatan laporan atau karya tulis dimasa mendatang. Atas
perhatian dan waktunya kami ucapkan terima kasih.
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ..............................................................................................i

KATA PENGANTAR ...........................................................................................ii

DAFTAR ISI ........................................................................................................iii

BAB 1 PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ........................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN

A. Definisi Pernikahan Menurut Islam ........................................................2

B. Tujuan Pernikahan ..................................................................................2

C. Manfaat Pernikahan ................................................................................3

D. Syarat – Syarat pernikahan .....................................................................5

E. Hukum Pernikahan .................................................................................6

F. Mahar .....................................................................................................7

G. Talak .......................................................................................................8

H. Hukum Hukum Talak .............................................................................9

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan ...........................................................................................12
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Manusia merupakan makhluk yang memiliki naluri ataupun keinginan


didalam dirinya. Pernikahan merupakan salah satu naluri serta kewajiban dari
seorang manusia. Sesungguhnya Islam telah memberikan tuntunan kepada
pemeluknya yang akan memasuki jenjang pernikahan, lengkap dengan tata cara
atau aturan-aturan Allah Swt. Sehingga mereka yang tergolong ahli ibadah, tidak
akan memilih tata cara yang lain.

Setiap Makhluk pasti ingin berkembang biak dan memiliki keturunan, tetapi
yang membedakan Manusia dengan makhluk – makhluk lainnya adalah ikatan
pernikahan. Allah S.W.T menganjurkan Manusia untuk menikah agar dapat
mempertahankan keberadaannya dan mengendalikan perkembangbiakan dengan
cara yang sesuai dan menurut kaiadah norma Agama, Laki-laki dan perempuan
memiliki fitrah yang saling membutuhkan satu sama lain.

Suatu perkawinan tentunya dibangun dengan tujuan untuk mewujudkan


keluarga yang bahagia, kekal, dan harmonis. Sebagaimana yang tercantum dalam
Kompilasi Hukum Islam pasal 3 yang berebunyi bahwa “tujuan perkawinan
adalah mewujudkan keluarga yang sakinah, mawaddah, dan warahmah”. Selain
itu, pernikahan juga dapat menyambung tali silaturrahim antara kedua pasangan
tersebut.

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi Pernikahan DalamIslam

Didalam islam, pernikahan bukan hanya tentang hubungan pria dan wanita yang
diakui secara sah baik menurut agama maupun hukum negara dan bukan hanya
berbicara tentang kebutuhan biologis laki- laki dan perempuan saja, tetapi
pernikahan dalam islam sangat erat dengan kondisi jiwa manusia, rohani, nilai
nilai kemanusian dan adanya suatu kebenaran.

Tidak hanya itu, pernikahan menurut pandangan islam merupakan kewajiban dari
hidup berumah tangga yang harus mengikuti ajaran ajaran keimanan dan
ketakwaan kepada Allah SWT.

B. Tujuan Pernikahan

Berikut ini adalah tujuan menikah dalam Islam, antara lainnya adalah:

a. Untuk Memenuhi Tuntutan Naluri Manusia yang Asasi


Pernikahan adalah fitrah manusia, maka jalan yang sah untuk
memenuhi kebutuhan ini adalah dengan ‘aqad nikah (melalui jenjang
pernikahan), bukan dengan cara yang amat kotor dan menjijikkan,
seperti cara-cara orang sekarang ini; dengan berpacaran, kumpul kebo,
melacur, berzina, lesbi, homo, dan lain sebagainya yang telah
menyimpang dan diharamkan oleh Islam.

2
b. Untuk Membentengi Akhlaq yang Luhur dan untuk Menundukkan
Pandangan
Sasaran utama dari disyari’atkannya pernikahan dalam Islam di
antaranya adalah untuk membentengi martabat manusia dari perbuatan
kotor dan keji, yang dapat merendahkan dan merusak martabat manusia
yang luhur. Islam memandang pernikahan dan pembentukan keluarga
sebagai sarana efektif untuk me-melihara pemuda dan pemudi dari
kerusakan, dan melindungi masyarakat dari kekacauan.

c. Investasi di Akhirat
Anak yang diperoleh dari sebuah pernikahan tentunya sebagai
investasi kedua orangtua di akhirat. Hal itu karena anak yang sholeh dan
sholehah akan memberikan peluang bagi kedua orangtuanya untuk
memperoleh surga di akhirat nanti. Berbekal segala ilmu dalam
beragama yang diperoleh selama di dunia, bekal doa dari anak
merupakan hal yang dapat diharapkan kelak.

d. Melaksanakan Sunah Rasul


Tentu saja tujuan pernikahan yang utama ialah menjauhkan dari
perbuatan maksiat. Namun sebagai seorang muslim tentu saja kita
memiliki panutan dalam menjalankan kehidupan sehari-hari. Dan ada
baiknya kita mengikuti apa yang dicontohkan dan diajarkan oleh
Rasulullah. Dan pernikahan merupakan salah satu sunnah dari
Rasulullah.

C. Manfaat Pernikahan

Berikut ini adalah manfaat menikah dalam Islam, antara lainnya adalah:

3
a. Mendatangkan keberkahan
pernikahan akan mendorong seseorang terutama suami untuk sungguh-
sungguh untuk mencari nafkah yang banyak dan halal untuk anak dan
istrinya, sehingga dengan kerja kerasnya akan menimbulkan
kemakmuran, kebahagiaan dan keberkahan dalam hidup berumah tangga.

b. Memperluas persaudaraan
pernikahan dalam arti luasa tidak hanya menyatukan dan memperluas
kekerabatan diantara dua keluarga besar yaitu keluarga laki-laki dan
keluarga perempuan

c. Meningkatkan kesungguhan mencari nafkah


Nikah dapat mendorong seseorang terutama laki-laki untuk bersungguh-
sungguh dalam mencari rezeki yang banyak dan halal, sebab laki-laki lah
yang harus bertanggung jawab terhadap istri dan anak-anaknya, baik yang
berkaitan dengan jasmani maupun rohani mereka.

d. Menciptakan keturunan yang baik


Nikah merupakan jalan terbaik untuk menciptakan keturunan yang baik
dan mulia sekaligus merupakan upaya menjaga kelangsungan hidup
sesuai dengan ajaran agama.

e. Penyempurna Agama
Melaksanakan pernikahan berarti sudah menyempurnakan separuh dari
agama sehingga melengkapi takwa kita yang juga diimbangi dengan
melakukan separuh ibadah lainnya.

4
Rasulullah SAW bersabda: “Jika seseorang menikah maka berarti dia
telah menyempurnakan separuh agamanya. Maka bertaqwalah pada
paruh yang lain”. Hal senada telah diriwayatkan dari Anas ra, beliau
berkata: “Apabila seorang hamba menikah, maka telah sempurna
separuh agamanya, maka takutlah kepada Allah SWT untuk separuh
sisanya“.

D. Syarat- Syarat Pernikahan

Pernikahan dalam Islam dianggap sah jika memenuhi syarat dan rukun
nikah. Keduanya adalah hal terpenting dan tidak boleh ditinggalkan dalam
sebuah pernikahan dalam Islam. Pasangan calon suami istri muslim yang
ingin melangsungkan pernikahan harus memenuhi rukun dan syarat sah
nikah. Berikut syarat syarat pernikahan dalam islam.

a. Beragama Islam bagi mempelai Laki-laki dan Perempuan


Pernikahan yang didasarkan pada syariat Islam, maka haruslah mempelai laki-
laki dan perempuan beragama Islam. Nggak akan sah pernikahan tersebut jika
seorang muslim menikahi non muslim dengan menggunakan tata cara ijab dan
qabul secara Islam.

b. Bukan Laki-laki mahram bagi calon Istri


pernikahan merupakan bersatunya sepasang laki-laki dan perempuan yang
nggak mempunyai ikatan darah. Diharamkan bagi pernikahan jika mempelai
perempuan merupakan mahrom mempelai laki-laki dari pihak ayah. Oleh
karena itu mengecek riwayat keluarga juga diperlukan sebelum terjadinya
pernikahan.

5
c. Mengetahui Wali akad nikah
Penentuan wali juga penting untuk dilakukan sebelum menikah. Bagi seorang
laki-laki, mengetahui asal usul seorang perempuan juga diperlukan. Apabila
ayah dari mempelai perempuan sudah meninggal bisa diwakilkan oleh
kakeknya. Pada syariat Islam, terdapat wali hakim yang bisa menjadi wali
dalam sebuah pernikahan.

d. Tidak sedang melaksanakan Haji


Ibadah haji merupakan ibadah yang segala sesuatunya dilipat gandakan. Akan
tetapi saat seseorang melakukan ibadah haji tidak diperkenankan untuk
melakukan pernikahan.

e. Tidak Karena paksaan


Saat pernikahan terjadi, nggak ada paksaan dari pihak manapun. Oleh karena
itu pernikahan harus didasarkan pada inisiatif dan keikhlasan kedua mempelai
untuk hidup bersama. Jika dahulu pernikahan terjadi karena dorongan pihak
perempuan, sekarang pernikahan merupakan pilihan dari kedua mempelai
untuk memulai hidup bersama.

E. Hukum Pernikahan
Berikut ini adalah hukum menikah dalam Islam, antara lainnya adalah:

a. Pernikahan Yang Dihukumi Sunnah


Hukum menikah akan berubah menjadi sunnah apabila orang yang ingin
melakukan pernikahan tersebut mampu menikah dalam hal kesiapan jasmani,
rohani, mental maupun meteriil dan mampu menahan perbuatan zina
walaupun dia tidak segera menikah.

6
Sebagaimana sabda Rasullullah SAW : Wahai para pemuda, jika diantara
kalian sudah memiliki kemampuan untuk menikah, maka hendaklah dia
menikah, karena pernikahan itu dapat menjaga pandangan mata dan lebih
dapat memelihara kelamin (kehormatan); dan barang siapa tidak mampu
menikah, hendaklah ia berpuasa, karena puasa itu menjadi penjaga
baginya.” (HR. Bukhari Muslim)
b. Pernikahan Yang Dihukumi Wajib
Hukum menikah akan berubah menjadi wajib apabila orang yang ingin
melakukan pernikahan tersebut ingin menikah, mampu menikah dalam hal
kesiapan jasmani, rohani, maupun mental dan ia khawatir apabila ia tidak
segera menikah ia khawatir akan berbuat zina. Maka wajib baginya untuk
segera menikah.

c. Pernikahan Yang Dihukumi Makruh


Hukum menikah akan berubah menjadi makruh apabila orang yang ingin
melakukan pernikahan tersebut belum mampu dalam salah satu hal jasmani,
rohani, mental maupun meteriil dalam menafkahi keluarganya kelak.

d. Pernikahan Yang Dihukumi Haram


Hukum menikah akan berubah menjadi haram apabila orang yang ingin
melakukan pernikahan tersebut bermaksud untuk menyakiti salah satu pihak
dalam pernikahan tersebut, baik menyakiti jasmani, rohani maupun menyakiti
secara materiil.

F. Mahar

Mahar atau maskawin adalah suatu pemberian dari pihak laki-laki kepada
pihak perempuan yang merupakan salah satu syarat sah dalam sebuah pernikahan
atau perkawinan.

7
hukum memberikan mahar adalah wajib bagi laki-laki, walaupun mahar
bukan termasuk syarat atau rukun nikah. Mahar dalam sebuah pernikahan
dianggap penting karena selain diwajibkan oleh agama mahar juga merupakan
tanda kesungguhan dan penghargaan dari pihak laki-laki sebagai calon suami
kepada calon istrinya.

Namun pemberian mahar ini tidak berarti bahwa calon suami telah membeli
calon istrinya dari orang tuanya. karena sebesar apapun mahar yang diberikan
oleh calon suami tidak dapat disetarakan dengan harkat dan martabat seseorang.

Pemberian mahar yang utama harus didasarkan kepada nilai dan manfaat yang
terkandung didalamnya. Karena islam menyerahkan masalah ini masing-masing
sesuai dengan kemampuan dan adat yang berlaku di dalam masyarakat, dengan
syarat tidak berbentuk sesuatu yang mendatangkan mudharat, membahayakan
atau berasal dari usaha yang haram.

G. Talak ( Perceraian)
Di dalam Islam, penceraian merupakan sesuatu yang tidak disukai oleh Islam
tetapi dibolehkan dengan alasan dan sebab-sebab tertentu.Talak menurut bahasa
bermaksud melepaskan ikatan dan menurut syarak pula, talak membawa maksud
melepaskan ikatan perkahwinan dengan lafaz talak dan seumpamanya. Talak
merupakan suatu jalan penyelesaian yang terakhir
sekiranya suami dan isteri tidak dapat hidup bersama dan mencari kata sepakat
untuk mecari kebahagian berumahtangga. Talak merupakan perkara yang
dibenci Allah SWT tetapi dibenarkan.

8
H. Hukum- Hukum Talak
a. Talak yang hukumnya Wajib
Talak bisa menjadi wajib apabila ditemui beberapa kondisi berikut :

a) Jika suami isteri memiliki kemungkinan damai yang amat kecil atau sulit
untuk didamaikan melalui proses mediasi.
b) Sebelum perceraian terjadi biasanya ada dua orang wakil dari pihak suami
atau isteri yang akan membantu proses mediasi. Namun apabila mediasi ini
gagal maka cerai bisa menjadi wajib hukumnya.
c) Jika pengadilan menjatuhkan pendapat sekiranya talak lebih baik
dijatuhkan daripada meneruskan pernikahan. Jika suami tidak dapat
mengucapkan talak sementara talak wajib hukumnya maka suami akan
berdosa.
d) Talak juga wajib hukumnya bagi suami yang meng-ila’ istrinya yakni
suami bersumpah untuk tidak menggauli istrinya. Masa ila ini
ditangguhakn hingga empat bulan dan apabila setelah empat bulan berlalu
suami enggan kembali kepada istrinya maka hakim berhak untuk memaksa
suami mengikrarkan talak.
b. Talak Sunnah
Talak hukumnya sunnah apabila dijatuhkan kepada suami dengan ikhlas
demi kebaikan istrinya dan untuk mencegah kemudharatan apabila istrinya
tetap tinggal bersamanya. Biasanya hal ini terjadi apabila sebenarnya suami
masih mencintai istrinya sementara sang istri sudah tidak bisa mencintai
suaminya sehingga berakibat istri tidak dapat melakukan tugasnya dengan
baik. Talak yang dijatuhkan suami demi kemaslahatan istrinya hukumnya
sunnah. Ada beberapa kondisi dimana talak hukumnya sunnah :

9
a) Suami tidak mampu menanggung nafkah istri baik secara lahir maupun
secara batin dan tidak mampu memenuhi kewajiban suami terhadap istri.
b) Isteri tidak dapat menjaga kehormatan serta harkat dan martabat dirinya
atau terdapat ciri-ciri istri yang durhakadalam dirinya. Istri yang seperti ini
sebenarnya bisa dihindari dengan mengetahui ciri wanita yang baik untuk
dinikahi.
c. Talak yang hukumnya Makruh
Talak hukumnya makruh jika suami menjatuhkan perkataan talak terhadap
istrinya tanpa sebab yang jelas dan keadaan rumah tangga yang baik-baik saja.
Selain itu talak juga hukunmya makruh apabila istri yang diceraikan memilki
sifat yang baik dan taat kepada suaminya serta memiliki ciri-ciri istri shalehah.

d. Talak yang hukumnya Mubah


Talak yang hukumnya mubah adalah talak dimana suami memiliki keinginan
untuk menceraikan istrinya dikarenakan sudah tidak mencintai istrinya atau
jika sang istri tidak dapat mematuhi suami serta berperangai buruk. Jika suami
tidak dapat menahan dan bersikap sabar maka talaq hukumnya mubah atau
boleh dilakukan. Hal ini juga bisa terjadi pabila suami lemah nafsunya atau
istri yang tidak lagi subur ( belum datang masa haid atau telah selesai masa
haid)

e. Talak yang hukumnya Haram


Talak bisa menjadi haram apabila talak yang dijatuhkan suami tidak sesuai
dengan petunjuk syariat islam. Hal ini berarti, talak yang dijatuhkan pada
kondisi dimana talak tersebut dilarang untuk diucapkan. Kondisi tersebut
antara lain adalah sebagai berikut :

10
a) Suami menceraikan istri saat istri masih dalam masa haid.
b) Suami menjatuhkan talak pada istri setelah ia disetubuhi tanpa diketahui
hamil atau tidak.
c) Suami yang sedang sakit dan cerainya bertujuan supaya istri tidak
mendapatkan hak atas hartanya.
d) Suami mentalak istri dengan tiga talak sekaligus. Hal ini tidak sah
meskipun jika talak satu diucapkan tiga kali atau lebih.

11
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dapat di simpulkan bahwa Pernikahan merupakan sesuatu yang sangat
penting bagi manusia untuk berkembang biak, memiliki keturunan,
mempertahankan keberadaannya dengan aturan-aturan yang sudah ditentukan
oleh Agama Islam sehingga kita bisa berkembang biak dengan baik dan benar
menurut Islam.
Tanpa Pernikahan dan aturan-aturan Islam, maka manusia kemungkinan akan
berzina, berganti-ganti pasangan, melakukan seks bebas sehingga mereka akan
mirip seperti binatang yang selalu berganti-ganti pasangan.

12

Anda mungkin juga menyukai