Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH TENTANG PEMBAHASAN

PERNIKAHAN
FAKULTAS SENI DAN DESAIN PROGRAM STUDI
FILM & TELEVISI

DI SUSUN OLEH :
1. RISTO IBAH (2022000044)
2. RYAN PRAYOGI (20220000045)

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah swt yang telah melimpahkan rahmat, taufik dan hidayah-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan pengerjaan makalah yang berjudul “Pernikahan
Dalam Agama Islam”. Makalah ini diajukan guna memenuhi tugas mata kuliah
Pendidikan Agama.

Pada kesempatan ini, kami mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah
membantu sehingga makalah ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya.

 Kami sebagai penyusun menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih jauh
dari sempurna. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang
bersifat membangun dari para pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

 Semoga makalah ini dapat memberikan informasi dan bermanfaat untuk


pengembangan wawasan dan peningkatan ilmu pengetahuan bagi kita semua.

2
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................................................4
A. Latar Belakang Masalah..............................................................................................................4
BAB II PEMBAHASAAN..........................................................................................................................5
1. Pengertian Pernikahan............................................................................................................5
2. Peminangan (Khitbah)............................................................................................................5
3. Tujuan Pernikahan..................................................................................................................6
4. Manfaat Pernikahan...............................................................................................................6
5. Syarat Syarat Pernikahan........................................................................................................7
6. Hukum Pernikahan..................................................................................................................7
7. Mahar.....................................................................................................................................8
8. Thalak ( Perceraian )...............................................................................................................8
9. Hukum Thalak.........................................................................................................................9
10. Masa Idddah.........................................................................................................................10
11. Hikmah Iddah.......................................................................................................................10
BAB III KESIMPULAN............................................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................................12

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Manusia merupakan makhluk yang memiliki naluri ataupun keinginan didalam dirinya.
Pernikahan merupakan salah satu naluri serta kewajiban dari seorang
manusia. Sesungguhnya Islam telah memberikan tuntunan kepada pemeluknya yang
akan memasuki jenjang pernikahan, lengkap dengan tata cara atau aturan-aturan Allah
Swt. Sehingga mereka yang tergolong ahli ibadah, tidak akan memilih tata cara yang
lain.

Setiap Makhluk pasti ingin berkembang biak dan memiliki keturunan,  tetapi yang
membedakan Manusia dengan makhluk – makhluk lainnya adalah ikatan pernikahan.
Allah S.W.T menganjurkan Manusia untuk menikah agar dapat mempertahankan
keberadaannya dan mengendalikan perkembangbiakan dengan cara yang sesuai dan
menurut kaiadah norma Agama, Laki-laki dan perempuan memiliki fitrah yang saling
membutuhkan satu sama lain.

4
BAB II
PEMBAHASAAN
 
 

1. Pengertian Pernikahan

Pernikahan atau nikah artinya adalah terkumpul dan menyatu. Menurut istilah lain juga dapat
berarti Ijab Qobul (akad nikah) yang mengharuskan perhubungan antara sepasang manusia yang
diucapkan oleh kata-kata yang ditujukan untuk melanjutkan ke pernikahan, sesusai peraturan
yang diwajibkan oleh Islam. Kata zawaj digunakan dalam al-Quran artinya
adalah pasangan yang dalam penggunaannya pula juga dapat diartikan
sebagai pernikahan, Allah s.w.t. menjadikan manusia itu saling berpasangan, menghalalkan
pernikahan dan mengharamkan zina.

Pernikahan bukan saja merupakan satu jalan  untuk membangun rumah tangga dan melanjutkan
keturunan. Pernikahan juga dipandang  sebagai jalan untuk meningkatkan ukhuwah islamiyah
dan memperluas serta memperkuat tali silaturahmi diantara manusia. Secara etimologi bahasa
Indonesia pernikahan berasal  dari kata nikah, yang kemudian diberi imbuhan awalan “per” dan
akhiran “an”.

Pernikahan dalam kamus Besar Bahasa Indonesia berarti diartikan sebagai perjanjian antara laki-
laki dan perempuan untuk menjadi suami istri. Pernikahan dalam islam juga berkaitan
dengan  pengertian mahram (baca muhrim dalam islam) dan wanita yang haram dinikahi.

2. Peminangan (Khitbah)

Pertunangan atau bertunang merupakan suatu ikatan janji pihak laki-laki dan perempuan untuk


melangsungkan pernikahan mengikuti hari yang dipersetujui oleh kedua
pihak. Meminang merupakan adat kebiasaan masyarakat Melayu yang telah dihalalkan oleh
Islam. Peminangan juga merupakan awal proses pernikahan. Hukum peminangan adalah harus
dan hendaknya bukan dari istri orang, bukan saudara sendiri, tidak dalam iddah, dan bukan
tunangan orang. Pemberian seperti cincin kepada wanita semasa peminangan merupakan tanda
ikatan pertunangan. Apabila terjadi ingkar janji yang disebabkan oleh sang laki-laki, pemberian
tidak perlu dikembalikan dan jika disebabkan oleh wanita, maka hendaknya dikembalikan,
namun persetujuan hendaknya dibuat semasa peminangan dilakukan. Melihat calon suami dan
calon istri adalah sunat, karena tidak mau penyesalan terjadi setelah berumahtangga. Anggota
yang diperbolehkan untuk dilihat untuk seorang wanita ialah wajah dan kedua tangannya saja.

“Abu Hurairah RA berkata,sabda Rasullullah SAW kepada seorang laki-laki yang hendak
menikah dengan seorang perempuan: “Apakah kamu telah melihatnya?jawabnya tidak(kata
lelaki itu kepada Rasullullah).Pergilah untuk melihatnya supaya pernikahan kamu terjamin
kekekalan.” (Hadis Riwayat Tarmizi dan Nasai)

“Daripada Ibnu Umar RA bahawa Rasullullah SAW telah bersabda: “Kamu tidak boleh
meminang tunangan saudara kamu sehingga pada akhirnya dia membuat ketetapan untuk
memutuskannya”. (Hadis Riwayat Bukhari dan Muslim(Asy-Syaikhan))

5
3. Tujuan Pernikahan
 
 Untuk Memenuhi Tuntutan Naluri Manusia yang Asasi
Pernikahan adalah fitrah manusia, maka jalan yang sah untuk memenuhi kebutuhan ini
adalah dengan ‘aqad nikah (melalui jenjang pernikahan), bukan dengan cara yang amat
kotor dan menjijikkan, seperti cara-cara orang sekarang ini; dengan berpacaran, kumpul
kebo, melacur, berzina, lesbi, homo, dan lain sebagainya yang telah menyimpang dan
diharamkan oleh Islam.

 Untuk Membentengi Akhlaq yang Luhur dan untuk Menundukkan Pandangan


Sasaran utama dari disyari’atkannya pernikahan dalam Islam di antaranya adalah untuk
membentengi martabat manusia dari perbuatan kotor dan keji, yang dapat merendahkan
dan merusak martabat manusia yang luhur. Islam memandang pernikahan dan
pembentukan keluarga sebagai sarana efektif untuk me-melihara pemuda dan pemudi dari
kerusakan, dan melindungi masyarakat dari kekacauan.

 Investasi di Akhirat
Anak yang diperoleh dari sebuah pernikahan tentunya sebagai investasi kedua orangtua
di akhirat. Hal itu karena anak yang sholeh dan sholehah akan memberikan peluang bagi
kedua orangtuanya untuk memperoleh surga di akhirat nanti. Berbekal segala ilmu dalam
beragama yang diperoleh selama di dunia, bekal doa dari anak merupakan hal yang dapat
diharapkan kelak.

 Melaksanakan Sunah Rasul


Tentu saja tujuan pernikahan yang utama ialah menjauhkan dari perbuatan maksiat.
Namun sebagai seorang muslim tentu saja kita memiliki panutan dalam menjalankan
kehidupan sehari-hari. Dan ada baiknya kita mengikuti apa yang dicontohkan dan
diajarkan oleh Rasulullah. Dan pernikahan merupakan salah satu sunnah dari Rasulullah.

4. Manfaat Pernikahan
 
 Mendatangkan keberkahan
pernikahan akan mendorong seseorang terutama suami untuk sungguh-sungguh untuk
mencari nafkah yang banyak dan halal untuk anak dan istrinya, sehingga dengan kerja
kerasnya akan menimbulkan kemakmuran, kebahagiaan dan keberkahan dalam hidup
berumah tangga.

 Memperluas persaudaraan
pernikahan dalam arti luasa tidak hanya menyatukan dan memperluas kekerabatan
diantara dua keluarga besar yaitu keluarga laki-laki dan keluarga perempuan. terlebih lagi
jika terjadi pernikahan di luar suku, daerah maka kekerabatan akan semakin luas, karena
menyatukan kedua suku yang berbeda tradisi dan kebudayaan.

 Meningkatkan kesungguhan mencari nafkah


Nikah dapat mendorong seseorang terutama laki-laki untuk bersungguh-sungguh dalam
mencari rezeki yang banyak dan halal, sebab laki-laki lah yang harus bertanggung jawab
terhadap istri dan anak-anaknya, baik yang berkaitan dengan jasmani maupun rohani
mereka.

 Menciptakan keturunan yang baik


Nikah merupakan jalan terbaik untuk menciptakan keturunan yang baik dan mulia
sekaligus merupakan upaya menjaga kelangsungan hidup sesuai dengan ajaran agama.

 Penyempurna Agama
Melaksanakan pernikahan berarti sudah menyempurnakan separuh dari agama sehingga
melengkapi takwa kita yang juga diimbangi dengan melakukan separuh ibadah lainnya.

6
 Rasulullah SAW bersabda: 

“Jika seseorang menikah maka berarti dia telah menyempurnakan separuh agamanya. Maka
bertaqwalah pada paruh yang lain”. Hal senada telah diriwayatkan dari Anas ra, beliau
berkata: “Apabila seorang hamba menikah, maka telah sempurna separuh agamanya, maka
takutlah kepada Allah SWT untuk separuh sisanya“

5. Syarat Syarat Pernikahan


 

 Beragama Islam bagi mempelai Laki-laki dan Perempuan


Pernikahan yang didasarkan pada syariat Islam, maka haruslah mempelai laki-laki dan
perempuan beragama Islam. Nggak akan sah pernikahan tersebut jika seorang muslim
menikahi non muslim dengan menggunakan tata cara ijab dan qabul secara Islam.

 Bukan Laki-laki mahram bagi calon Istri


pernikahan merupakan bersatunya sepasang laki-laki dan perempuan yang nggak
mempunyai ikatan darah. Diharamkan bagi pernikahan jika mempelai perempuan
merupakan mahrom mempelai laki-laki dari pihak ayah. Oleh karena itu mengecek
riwayat keluarga juga diperlukan sebelum terjadinya pernikahan.

 Mengetahui Wali akad nikah


Penentuan wali juga penting untuk dilakukan sebelum menikah. Bagi seorang laki-laki,
mengetahui asal usul seorang perempuan juga diperlukan. Apabila ayah dari mempelai
perempuan sudah meninggal bisa diwakilkan oleh kakeknya. Pada syariat Islam, terdapat
wali hakim yang bisa menjadi wali dalam sebuah pernikahan.

 Tidak sedang melaksanakan Haji


Ibadah haji merupakan ibadah yang segala sesuatunya dilipat gandakan. Akan tetapi saat
seseorang melakukan ibadah haji nggak diperkenankan untuk melakukan pernikahan.

 Tidak Karena paksaan


Saat pernikahan terjadi, nggak ada paksaan dari pihak manapun. Oleh karena itu
pernikahan harus didasarkan pada inisiatif dan keikhlasan kedua mempelai untuk hidup
bersama. Jika dahulu pernikahan terjadi karena dorongan pihak perempuan, sekarang
pernikahan merupakan pilihan dari kedua mempelai untuk memulai hidup bersama.

6. Hukum Pernikahan
Menurut sebagian besar Ulama, hukum asal menikah adalah mubah, yang artinya boleh
dikerjakan dan boleh tidak. Apabila dikerjakan tidak mendapatkan pahala, dan jika tidak
dikerjakan tidak mendapatkan dosa. Namun menurut saya pribadi karena Nabiullah Muhammad
SAW melakukannya, itu dapat diartikan juga bahwa pernikahan itu sunnah berdasarkan
perbuatan yang pernah dilakukan oleh Beliau. Akan tetapi hukum pernikahan dapat berubah
menjadi sunnah, wajib, makruh bahkan haram, tergantung kondisi orang yang akan menikah
tersebut.

 Pernikahan Yang Dihukumi Sunnah


Hukum menikah akan berubah menjadi sunnah apabila orang yang ingin melakukan pernikahan
tersebut mampu menikah dalam hal kesiapan jasmani, rohani, mental maupun meteriil dan
mampu menahan perbuatan zina walaupun dia tidak segera menikah. Sebagaimana sabda
Rasullullah SAW

 Wahai para pemuda, jika diantara kalian sudah memiliki kemampuan untuk menikah, maka
hendaklah dia menikah, karena pernikahan itu dapat menjaga pandangan mata dan lebih dapat
memelihara kelamin (kehormatan); dan barang siapa tidak mampu menikah, hendaklah ia
berpuasa, karena puasa itu menjadi penjaga baginya.” (HR. Bukhari Muslim)

7
 
 Pernikahan Yang Dihukumi Wajib
Hukum menikah akan berubah menjadi wajib apabila orang yang ingin melakukan pernikahan
tersebut ingin menikah, mampu menikah dalam hal kesiapan jasmani, rohani, maupun mental
dan ia khawatir apabila ia tidak segera menikah ia khawatir akan berbuat zina. Maka wajib
baginya untuk segera menikah.

 Pernikahan Yang Dihukumi Makruh


Hukum menikah akan berubah menjadi makruh apabila orang yang ingin melakukan pernikahan
tersebut belum mampu dalam salah satu hal jasmani, rohani, mental maupun meteriil dalam
menafkahi keluarganya kelak.

 Pernikahan Yang Dihukumi Haram


Hukum menikah akan berubah menjadi haram apabila orang yang ingin melakukan pernikahan
tersebut bermaksud untuk menyakiti salah satu pihak dalam pernikahan tersebut, baik menyakiti
jasmani, rohani maupun menyakiti secara materiil.

7. Mahar
         
    Mahar atau maskawin adalah suatu pemberian dari pihak laki-laki kepada pihak
perempuan yang merupakan salah satu syarat sah dalam sebuah pernikahan atau perkawinan.
hukum memberikan mahar adalah wajib bagi laki-laki, walaupun mahar bukan termasuk syarat
atau rukun nikah. Mahar dalam sebuah pernikahan dianggap penting karena selain diwajibkan
oleh agama mahar juga merupakan tanda kesungguhan dan penghargaan dari pihak laki-laki
sebagai calon suami kepada calon istrinya. namun pemberian mahar ini tidak berarti bahwa calon
suami telah membeli calon istrinya dari orang tuanya. karena sebesar apapun mahar yang
diberikan oleh calon suami tidak dapat disetarakan dengan harkat dan martabat seseorang.

Allah Swt berfirman dalam surat An-Nisa ayat 24:

ً‫ضة‬ َ ‫فَ َما ا ْستَ ْمتَ ْعتُ ْم بِ ِه ِم ْنه َُّن فَآتُوه َُّن أُج‬
َ ‫ُوره َُّن فَ ِري‬

Artinya: “Maka karena kenikmatan yang telah kamu dapatkan dari mereka, berikanlah
maskawinnya kepada mereka sebagai suatu kewajiban.” (QS. An-Nisa :24)

Pemberian mahar yang utama harus didasarkan kepada nilai dan manfaat yang terkandung
didalamnya. Karena islam menyerahkan masalah ini masing-masing sesuai dengan kemampuan
dan adat yang berlaku di dalam masyarakat, dengan syarat tidak berbentuk sesuatu yang
mendatangkan mudharat, membahayakan atau berasal dari usaha yang haram.

8. Thalak ( Perceraian )
Di dalam Islam, penceraian merupakan sesuatu yang tidak disukai oleh Islam tetapi
dibolehkan dengan alasan dan sebab-sebab tertentu.Talak menurut bahasa bermaksud
melepaskan ikatan dan menurut syarak pula, talak membawa maksud melepaskan
ikatan perkahwinan dengan lafaz talak dan seumpamanya. Talak merupakan suatu jalan
penyelesaian yang terakhir sekiranya suami dan isteri tidak dapat hidup bersama dan
mencari kata sepakat untuk mecari kebahagian berumahtangga. Talak merupakan
perkara yang dibenci Allah s.w.t tetapi dibenarkan.

8
9. Hukum Thalak

 Thalak yang hukumnya Wajib


Talak bisa menjadi wajib apabila ditemui beberapa kondisi berikut :

1. Jika suami isteri memiliki kemungkinan damai yang amat kecil atau sulit untuk
didamaikan melalui proses mediasi.
2. Sebelum perceraian terjadi biasanya ada dua orang wakil dari pihak suami atau isteri
yang akan membantu proses mediasi. Namun apabila mediasi ini gagal maka cerai bisa
menjadi wajib hukumnya.
3. Jika pengadilan menjatuhkan pendapat sekiranya talak lebih baik dijatuhkan daripada
meneruskan pernikahan. Jika suami tidak dapat mengucapkan talak sementara talak wajib
hukumnya maka suami akan berdosa.
4. Talak juga wajib hukumnya bagi suami yang meng-ila’ istrinya yakni suami bersumpah
untuk tidak menggauli istrinya. Masa ila ini ditangguhakn hingga empat bulan dan apabila
setelah empat bulan berlalu suami enggan kembali kepada istrinya maka hakim berhak untuk
memaksa suami mengikrarkan talak.
 

 Thalak Sunnah
Talak hukumnya sunnah apabila dijatuhkan kepada suami dengan ikhlas demi kebaikan istrinya
dan untuk mencegah kemudharatan apabila istrinya tetap tinggal bersamanya. Biasanya hal ini
terjadi apabila sebenarnya suami masih mencintai istrinya sementara sang istri sudah tidak bisa
mencintai suaminya sehingga berakibat istri tidak dapat melakukan tugasnya dengan baik. Talak
yang dijatuhkan suami demi kemaslahatan istrinya hukumnya sunnah. Ada beberapa kondisi
dimana talak hukumnya sunnah :

1. Suami tidak mampu menanggung nafkah istri baik secara lahir maupun secara batin dan
tidak mampu memenuhi kewajiban suami terhadap istri.
2. Isteri tidak dapat menjaga kehormatan serta harkat dan martabat dirinya atau
terdapat ciri-ciri istri yang durhakadalam dirinya. Istri yang seperti ini sebenarnya bisa
dihindari dengan mengetahui ciri wanita yang baik untuk dinikahi.

 Thalak yang hukumnya Makruh


Talak hukumnya makruh jika suami menjatuhkan perkataan talak terhadap istrinya tanpa sebab
yang jelas dan keadaan rumah tangga yang baik-baik saja. Selain itu talak juga hukunmya
makruh apabila istri yang diceraikan memilki sifat yang baik dan taat kepada suaminya serta
memiliki ciri-ciri istri shalehah.
 
 Thalak yang hukumnya Mubah
Talak yang hukumnya mubah adalah talak dimana suami memiliki keinginan untuk menceraikan
istrinya dikarenakan sudah tidak mencintai istrinya atau jika sang istri tidak dapat mematuhi
suami serta berperangai buruk. Jika suami tidak dapat menahan dan bersikap sabar maka talaq
hukumnya mubah atau boleh dilakukan. Hal ini juga bisa terjadi pabila suami lemah nafsunya
atau istri yang tidak lagi subur ( belum datang masa haid atau telah selesai masa haid)

 
 Thalak yang hukumnya Haram
Talak bisa menjadi haram apabila talak yang dijatuhkan suami tidak sesuai dengan petunjuk
syariat islam. Hal ini berarti, talak yang dijatuhkan pada kondisi dimana talak tersebut dilarang
untuk diucapkan. Kondisi tersebut antara lain adalah sebagai berikut :

1. Suami menceraikan istri saat istri masih dalam masa haid.


2. Suami menjatuhkan talak pada istri setelah ia disetubuhi tanpa diketahui hamil atau tidak.

9
3. Suami yang sedang sakit dan cerainya bertujuan supaya istri tidak mendapatkan hak atas
hartanya.
4. Suami mentalak istri dengan tiga talak sekaligus. Hal ini tidak sah meskipun jika talak
satu diucapkan tiga kali atau lebih.

10. Masa Idddah

Masa ‘iddah adalah istilah yang diambil dari bahasa Arab dari kata (‫ )ال ِع َّدة‬yang bermakna
َ ْ‫[)ا ِإلح‬1] . Dinamakan demikian karena seorang menghitung masa suci atau bulan
perhitungan (‫صاء‬
secara umum dalam menentukan selesainya masa iddah. Menurut istilah para ulama, masa ‘iddah
ialah sebutan atau nama suatu masa di mana seorang wanita menanti atau menangguhkan
perkawinan setelah ia ditinggalkan mati oleh suaminya atau setelah diceraikan baik dengan
menunggu kelahiran bayinya, atau berakhirnya beberapa quru’, atau berakhirnya beberapa bulan
yang sudah ditentukan.

11. Hikmah Iddah

Para ulama memberikan keterangan tentang hikmah pensyariatan masa ‘iddah,


diantaranya:
1. Untuk memastikan apakah wanita tersebut sedang hamil atau tidak.
2. Syariat Islam telah mensyariatkan masa ‘iddah untuk menghindari ketidakjelasan garis
keturunan yang muncul jika seorang wanita ditekan untuk segera menikah.
3. Masa ‘iddah disyari’atkan untuk menunjukkan betapa agung dan mulianya sebuah
akad pernikahan.
4. Masa ‘iddah disyari’atkan agar kaum pria dan wanita berpikir ulang jika hendak
memutuskan tali kekeluargaan, terutama dalam kasus perceraian.
5. Masa ‘iddah disyari’atkan untuk menjaga hak janin berupa nafkah dan lainnya apabila
wanita yang dicerai sedang hamil.
Dalil dari al-Qur`ân yaitu firman Allâh Azza wa Jalla :

‫ات يَت ََربَّصْ نَ بِأ َ ْنفُ ِس ِه َّن ثَاَل ثَةَ قُرُو ٍء‬
ُ َ‫َو ْال ُمطَلَّق‬

Wanita-wanita yang ditalak handaklah menahan diri (menunggu) tiga kali quru’ [al-
Baqarah/2:228]

Sedangkan dalil dari sunnah banyak sekali, diantaranya :

‫َت تَحْ تَ زَ وْ ِجهَا تُ ُوفِّ َي َع ْنهَا َو ِه َي ُح ْبلَى فَخَ طَبَهَا‬ ْ ‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم أَ َّن ا ْم َرأَةً ِم ْن أَ ْسلَ َم يُقَا ُل َلهَا ُسبَ ْي َعةُ َكان‬
َ ‫ج النَّبِ ِّي‬ ُ
ِ ْ‫ع َْن أ ِّم َسلَ َمةَ زَ و‬
‫‡ال ثُ َّم‬ ْ ‫ت قَ ِريبً‡‡ا ِم ْن ع‬
ٍ ‡َ‫َش‡ ِر لَي‬ ْ َ‫آخ‡ َر اأْل َ َجلَ ْي ِن فَ َم ُكث‬
ِ ‫ص‡لُ ُح أَ ْن تَ ْن ِك ِحي‡ ِه َحتَّى تَ ْعتَ‡دِّي‬ ْ َ‫ت أَ ْن تَ ْن ِك َحهُ فَقَ‡‡ا َل َوهَّللا ِ َم‡‡ا ي‬ ْ َ‫ك فَأَب‬ٍ ‫أَبُو ال َّسنَابِ ِل بْنُ بَ ْع َك‬
ْ
‫ال ان ِك ِحي‬ َّ َ ‫هَّللا‬
َ َ‫صلى ُ َعل ْي ِه َو َسل َم فَق‬ َّ َ ‫ي‬ َّ ْ
َّ ِ‫َجا َءت النب‬
Dari Ummu Salamah istri Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bahwasanya seorang wanita dari
Aslam bernama Subai’ah ditinggal mati oleh suaminya dalam keadaan hamil. Lalu Abu Sanâbil
bin Ba’kak melamarnya, namun ia menolak menikah dengannya. Ada yang berkata, “Demi
Allâh, dia tidak boleh menikah dengannya hingga menjalani masa iddah yang paling panjang
dari dua masa iddah. Setelah sepuluh malam berlalu, ia mendatangi Nabi Shallallahu ‘alaihi wa
sallam dan Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Menikahlah!” [HR al-Bukhâri no.
4906]

10
BAB III
KESIMPULAN
 

 Dengan ini di simpulkan bahwa Pernikahan merupakan sesuatu yang sangat penting bagi
manusia untuk berkembang biak, memiliki keturunan, mempertahankan keberadaannya
dengan aturan-aturan yang sudah ditentukan oleh Agama Islam sehingga kita bisa
berkembang biak dengan baik dan benar menurut Islam.
 

 Tanpa Pernikahan dan aturan-aturan Islam, maka manusia kemungkinan akan berzina,
berganti-ganti pasangan, melakukan seks bebas sehingga mereka akan mirip seperti binatang
yang selalu berganti-ganti pasangan.

11
DAFTAR PUSTAKA
 
 http://wikiplediaIndonesia.com/01/pernikahansecaraIslam.htmp
 http://admin.blogspot.com/2009/01/iddah
 https://www.liputan6.com/citizen6/read/3873005/tujuan-pernikahan-dalam-islam-kamu-
yang-berniat-menikah-wajib-tahu
 https://www.popbela.com/relationship/married/rosita-meinita/rukun-dan-syarat-sah-
nikah/full
 https://dalamislam.com/hukum-islam/pernikahan/fiqih-pernikahan
 http://aldy-firdani.blogspot.com/2014/01/makalah-pernikahan-dalam-agama-islam.html
 https://thegorbalsla.com/syarat-dan-rukun-nikah/
 https://dalamislam.com/hukum-islam/pernikahan/hukum-talak-dalam-pernikahan
 https://almanhaj.or.id/3668-masa-iddah-dalam-islam.html
 https://www.muslimpintar.com/pengertian-mahar-dan-macam-macam-mahar-pernikahan/

12

Anda mungkin juga menyukai