Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah sistem pembelajaran PAI DI SMA/SMK
Disusun oleh
Kelompok 12
2023
1
KATA PENGANTAR
Bismillahirrohmanirrohim.
Puji syukur senantiasa kami panjatkan kehadirat Allah SWT. yang telah
memberikan segala limpahan rahmat, bimbingan dan petunjuk serta hidayah-Nya,
sehingga kami mampu menyelesaikan penyusunan makalah dengan judul
“Perkembangan Peradaban Islam”. Makalah ini disusun dalam rangka memenuhi
tugas mata kuliah Sistem Pembelajaran PAI Di SMA/SMK .
Mohon maaf atas kesalahan serta kekhilafan yang kami perbuat baik sengaja
maupun tidak sengaja dan kami mengharapkan kritik dan saran demi
menyempurnakan makalah kami agar lebih baik dan dapat berguna semaksimal
mungkin. Kami menyadari sepenuhnya bahwa penulisan dan penyusunan makalah ini
tidak mungkin terselesaikan dengan baik tanpa bantuan dan dukungan dari Bapak Dr.
Zainul Hasani Syari, QH., S.Pd.I., MA. Selaku dosen pengampu mata kuliah ini serta
semua pihak yang membantu.
Akhir kata kami mengucapkan terima kasih dan berharap semoga makalah ini
bisa bermanfaat bagi semua yang membacanya. Semoga Allah SWT. memberikan
petunjuk serta rahmat-Nya kepada kita semua.
( kelompok 12 )
2
DAFTAR ISI
BAB I ....................................................................................................................................................... 4
PENDAHULUAN .................................................................................................................................... 4
A. LATAR BELAKANG ................................................................................................................. 4
B. Rumusan masalah ........................................................................................................................ 5
C. Tujuan .......................................................................................................................................... 5
BAB II ...................................................................................................................................................... 6
PEMBAHASAN ...................................................................................................................................... 6
A. Pengertian nikah .......................................................................................................................... 6
B. Hak dan kewajiban suami istri ..................................................................................................... 8
C. Membangun rumah tangga yang samawa .................................................................................. 11
BAB III ................................................................................................................................................... 14
PENUTUP .............................................................................................................................................. 14
D. Kesimpulan ................................................................................................................................ 14
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................................. 15
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pernikahan adalah salah satu fase dalam hidup yang bisa dijalani seorang muslim
setalah menemukan pasangan hidup dan siap secara mental maupun finansial. Jika
sudah mampu dan matang secara emosional, dengan menikah, seseorang dapat
menyempurnakan separuh agamanya. Dari mahligai rumah tangga, pelbagai hal yang
selama ini dikategorikan sebagai dosa, jika dilakukan dengan suami atau istrinya
dicatat sebagai ibadah di sisi Allah SWT.
4
Rumusan masalah
A. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian pernikahan
2. Untuk mengetahui hak kewajiban suami dan istri
3. Untuk mengetahui cara membangun rumah tangga yang samawa
5
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian nikah
Dalam Al-qur’an dan Hadis Nabi Muhammad juga dalam kehidupan sehari-hari
orang Arab, sering memakai kata nikah dan zawaj yang artinya adalah pernikahan
atau perkawinan menurut literatur fiqh berbahasa arab. Menurut Islam perkawinan
adalah perjanjian suci yang kuat dan kokoh untuk membentuk keluarga yang kekal,
saling menyantuni, saling mengasihi,aman tenteram, bahagia dan kekal antara seorang
laki-laki dan perempuan yang disaksikan oleh dua orang saksi laki-laki. Selain itu,
perkawinan juga diatur dalam hukum Islam harus dilakukan dengan akad atau
perikatan hukum antara kedua belah pihak.
Perkawinan berasal dari kata dasar “kawin” yang mempunyai makna bertemunya
alat kelamin laki-laki dan alat kelamin wanita yang keduanya sudah memiliki aturan
hukum yang sah dan halal sehingga dapat memperbanyak keturunan. Seperti yang
dituliskan dtuliskan dalam Firman Allah SWT : “
6
Pernikahan adalah suatu akad yang sangat kuat atau mitsaqaan ghalidzan untuk
menaati perintah Allah untuk melaksanakannya sebagai ibadah dan untuk
menjalankan Sunnah Rosul sesuai dengan Pasal 2 Kompilasi Hukum Islam (KHI).
Sehingga dapat disimpulkan bahwa perkawinan tersebut adalah perjanjian suci yang
sangat kuat antara laki-laki dan perempuan atas dasar kerelaan dan saling suka yang
dilakukan oleh pihak wali sesuai sifat dan syaratnya.
Dalam Al-Quran ada dua kata kunci yang menunjukkan konsep pernikahan, yaitu
zawwaja dan kata derivasinya berjumlah lebih kurang dalam 20 ayat dan nakaha dan
kata derivasinya sebanyak lebih kurang dalam 17 ayat (AlBaqi 1987: 332-333 dan
718).Yang dimaksud dengan nikah dalam konteks pembicaraan ini adalah ikatan
(aqad )perkawinan ( al – Asfihani, Tanpa Tahun : 220 dan 526).
Perlu pula dikemukakan bahwa Ibnu Jini pernah bertanya kepada Ali mengenai
arti ucapan mereka nakaha al-mar ah, Dia menjawab : “orang-orang Arab
menggunakan kata nakaha dalam konteks yang berbeda, sehingga maknanya dapat
dipisahkan secara halus, agar tidak menyebabkan kesimpangsiuran. Kalau mereka
mengatakan nakaha fulan fulanah, yang dimaksud adalah ia menjalin ikatan
perkawinan dengan seorang wanita. Akan tetapi apabila mereka mengatakan nakaha
imraatahu, yang mereka maksudkan tidak lain adalah persetubuhan (Razi, Juz VI : 59).
Lebih jauh lagi al – Karkhi berkata bahwa yang dimaksud dengan nikah adalah ikatan
perkawinan, bukan persetubuhan. Dengan demikian bahwa sama sekali tidak pernah
disebutkan dalam Al-Quran kata nikah dengan arti wati’, karena Al – Quran
menggunakan kinayah. Penggunaan kinayah tersebut termasuk gaya bahasa yang
halus ( al-Sabuni, Tanpa Tahun, I : 285).
Ada beberapa definisi nikah yang dikemukakan ulama fiqh, tetapi seluruh
definisi tersebut mengandung esensi yang sama meskipun redaksionalnya berbeda.
Ulama Mazhab Syafi’i mendefinisikannya dengan “akad yang mengandung
kebolehan melakukan hubungan suami istri dengan lafal nikah/kawin atau yang
semakna dengan itu”. Sedangkan ulama Mazhab Hanafi mendefinisikannya dengan
“akad yang mempaedahkan halalnya melakukan hubungan suami istri antara seorang
lelaki dan seorang wanita selama tidak ada halangan syara’.
7
halangan syara’ untuk menikahi wanita tersebut. Misalnya. Wanita itu bukan
mahram (mahram atau muhrim) dan bukan pula penyembah berhala. Menurut jumhur
ulama, hal-hal seperti itu tidak dikemukakan dalam definisi mereka karena hal
tersebut cukup dibicarakan dalam persyaratan nikah.
Imam Muhammad Abu Zahrah (w. 1394 H/1974 M), ahli hukum Islam dari
Universitas al-Azhar, berpendapat bahwa perbedaan kedua definisi di atas tidaklah
bersifat prinsip. Yang menjadi prinsip dalam definisi tersebut adalah nikah itu
membuat seorang lelaki dan seorang wanita halal melakukan hubungan seksual.
Untuk mengkompromikan kedua definisi, Abu Zahrah mengemukakan definisi nikah,
yaitu “akad yang menjadikan halalnya hubungan seksual antara seorang lelaki dan
seorang wanita, saling tolong menolong di antara keduanya serta menimbulkan hak
dan kewajiban di antara keduanya”. Hak dan kewajiban yang dimaksudkan Abu
Zahrah adalah hak dan kewajiban yang datangnya dari asy-Syar’I-Allah SWT dan
Rasul-Nya ( Tim,1996, 4: 1329).
Hak istri atas suami ada dua macam. Pertama hak finansial yaitu mahar dan nafkah.
Kedua hak nonfinansial, seperti hak diperlakukan secara adil (apabila suami menikahi
lebih dari satu orang) dan hak untuk tidak di sensarakan.
8
a. Mahar
Mahar secara etimologi (bahasa),mahar ( (صداقartinya maskawin.17 Diantara bentuk
pemeliharaan dan penghormatan Isalam kepada perempuan adalah dengan
memberikan hak kepadanya untuk memiliki.18 Sebagaimana dalam Islam hak
pertama perempuan adalah menerima mahar. Pemberian mahar dari suami kepada
istri adalah.termasuk keadilan dan keagungan hukum Islam sebagaimana firman Allah
SWT.
QS. an Nisa (4) : 4
Artinya: Berikanlah maskawin (mahar) kepada wanita (orang yang kamu nikahi)
sebagai pemberian dengan penuh kerelaan. Kemudian jika mereka menyerahkan
kepada kamu sebagian dari maskawin itu dengan senang hati, maka makanlah
(ambilah) pemberian itu (sebagai makanan) yang sedap lagi baik akibatnya.
Secara umum ayat ini mengandung kalimat yang mengarah pada perintah yang
mewajibkan bagi seorang suami untuk membayar mahar kepada istrinya. Di sini
sedikit dijelaskan tentang hak dari istri adalah menerima mahar. Dan hak suami
adalah memberikan mahar sesuai kemampuannya.
b. Nafkah
Nafkah hanya di wajibkan untuk sumi, karena tuntutan akad nikah dan karena
keberlangsungnya bersenang-senang sebagiamana istri wajib taat kepada suami,
selalu menyertainya, mengatur rumah tangga, dan mendidik anakanaknya. Ia
tertahan untuk melaksanakan haknya, setiap orang yang tertahan untuk hak orang
lain dan manfaatnya, maka nafkahnya untuk orang yang menahan karenanya.
Dengan adanya nafkah beberapa kebutuhan bisa terpenuhi, maka dengan begitu
dapat memperkecil peluang terjadinya perpecahan diantara keduanya. Sehingga
tujuan pernikahan tersebut dapat terealisasi dengan baik dan sempurna. Agama
Islam telah mengajarkan bahwa kewajiban suami terhadap istri dalam hak yang
bersifat bukan kebendaan salah satunya adalah memenuhi nafkah batin suami istri.
9
b. Menjaga diri
Disamping berkewajiban mempergauli istri dengan baik, suami juga wajib
menjaga martabat dan kehormatan istrinya. Mencegah istrinya jangan sampai hina,
jangan sampai istri berkata jelek. Inilah kecemburuan yang disukai oleh Allah
c. Mencampuri istri
Mencampuri istri sama halnya bicara tentang nafkah batin yang merupakan
kebutuhan biologis dan psikologis, seperti cinta kasih, perhatian dan perlindungan.
Sehingga dalam keseharian ketika disebut nafkah batin, maka yang dimaksud justru
hubungan sex.
Artinya:
“Wahai Nabi, katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak
perempuanmu dan istri-istri orang Mukmin, “Hendaklah mereka
mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka”.
c.hak bersama suami dan istri
Menjaga untuk saling setia, dan melaksanakan hak dan kewajiban, menjaga
keharmonisan dalam berkeluarga dan hidup bersama adalah keinginan semua suami
istri. Mendorong masing-masing dari keduanya untuk menyucikan jiwa,
membersihkannya, membersihkan iklim keluarga, dan membersihkan dari suatu yang
10
berhubungan dengan keduanya dari berbagai pengahalang yang mengeruhkan
kesucian.
ً َو ِم ْن ٰا ٰيتِهٓ ا َ ْن َخلَقَ لَ ُك ْم ِم ْن ا َ ْنفُ ِس ُك ْم ا َ ْز َوا ًجا ِلت َ ْس ُكنُ ْٓوا اِلَ ْي َها َو َجعَ َل بَ ْينَ ُك ْم َّم َودَّة
َت ِلقَ ْو ٍم يَّتَفَ َّك ُر ْونٍ َّو َرحْ َمةً ۗا َِّن فِ ْي ٰذ ِل َك َ ّٰل ٰي
Artinya: “Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu
isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram
kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada
yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir”. (Q.S.
Al- Rūm Ayat 21).
Sebagaimana yang telah di jelaskkan dalam ayat diatas bahwa rumah tangga
bahagia itu disebut dengan keluarga sakīnah, yaitu dambaan setiap orang dan Allah
menginginkan setiap hambanya yang menikah dapat mewujudkan sakīnah mawaddah
waraḥmah. Karena itulah Allah memberikan bimbingan kepada manusia untuk dapat
membangun sakīnah tersebut dengan berpedoman Alquran maupun hadits.
11
a. Niat yang ikhlas.
b. Membangun landasan agama yang kuat.
c. Shalat berjamaah.
d. Komunikasi yang baik.
e. Kasih sayang dan penghargaan.
f. Kompromi dan toleransi.
g. Berbagi tanggung jawab.
h. Menghindari konflik yang tidak perlu.
PENUTUP
D. Kesimpulan
Sebagai penutup dari makalah sederhana ini perlu dikemukakan kesimpulan sebagai
berikut :
14
DAFTAR PUSTAKA
15