Disusun Oleh :
1. Muhamad Sihabudin Ilham 211105010272
2. Diego Irfana Diazhady 211105010299
3. Muhammad Fadli Ferdian 211105010293
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................................i
DAFTAR ISI.........................................................................................................................ii
BAB I
PENDAHULUAN..................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang..........................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................................1
1.3 Tujuan Masalah.........................................................................................................2
BAB II
PEMBAHASAN....................................................................................................................3
A. Pengertian, Hukum dan Dasar Hukum Sholat Jum’at................................................3
B. Pendapat Para Ulama Mengenai Jumlah Jama’ah Jum’at.........................................4
C. Rukhsah Boleh Tidak Melaksanakan Sholat Jum’at..................................................5
D. Khutbah Jum’at dan Rukunnya................................................................................6
E. Sunnah-Sunnah Yang Berkaitan Dengan Jum’at.......................................................7
F. Pendapat Para Ulama Sholat Jum’at Pada Hari Raya................................................7
G. Amalan-Amalan Yang Utama Pada Malam dan Hari Jum’at......................................8
H. Hikmah Dari Pelaksanaan Sholat Jum’at..................................................................9
I. Pengertian Sholat Jama’ dan Qashar......................................................................10
J. Dasar Hukum Pelaksanaan Shalat Jama’ dan Qashar..............................................10
K. Beberapa Jenis Sholat Sunnah dan Penjelasannya..................................................11
BAB III
PENUTUP..........................................................................................................................16
2.1 Kesimpulan.............................................................................................................16
2.2 Saran.......................................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................17
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Sholat Jumat juga merupakan ibadah wajib tersendiri bagi kaum Laki-laki. Terkecuali,
seperti perempuan dan musafir. Bahkan, Allah SWT mengampuni 600 ribu penghuni neraka
di hari Jumat. Bagi orang-orang yang meninggal di hari Jumat, Allah juga akan mencatatkan
pahala syahid dan dijaga dari siksa kubur.
Dalam Al-Qur’an sendiri juga terdapat surat yang dinamai dengan surat Al-Jum’ah, surat
yang ke-62. Dalam ayat sembilan pada surat tersebut juga terdapat penjelasan tentang
peritah untuk melaksanakan shalat Jum’at. Ayat tersebut berbunyi sebagai berikut.
Yā ayyuhallażīna āmanū iżā nụdiya liṣ-ṣalāti miy yaumil-jumu'ati fas'au ilā żikrillāhi wa żarul
baī', żālikum khairul lakum ing kuntum ta'lamụn
“Wahai orang-orang beriman, apabila diseru untuk menunaikan shalat Jum’at, maka
bersegeralah kamu kepada mengingat Allah dan tinggalkanlah jual beli. Demikian itu adalah
baik bagimu sekalian jika mengetahui”
Shalat Jum’at shalat fardhu dua raka’at pada hari Jum’at dan di kerjakan pada waktu
Zhuhur sesudah dua khutbah. orang yang telah mengerjakan shalat Jum’at, tidak diwajibkan
mengerjakan shalat Zhuhur lagi. Shalat Jum’at Fardhu’ ain bagi setiap Muslim yang Mukallaf,
laki laki, merdeka, sehat dan bukan Musafir.
Sebagaimana Firman Allah dalam Al-Quran Surah Al Jumuah ayat 9-10 :
9. Hai orang-orang beriman, apabila diseru untuk menunaikan shalat Jum'at, Maka
bersegeralah kamu kepada mengingat Allah dan tinggalkanlah jual beli. yang demikian itu
lebih baik bagimu jika kamu mengetahui.
10. Apabila telah ditunaikan shalat, Maka bertebaranlah kamu di muka bumi; dan carilah
karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung”.
Dengan tegas ayat ini merupakan perintah untuk melaksanakan shalat Jum’at jika
telah mendengar adzan, jika adzan telah di kumandangkan maka tinggalkanlah segala
aktivitas dan bersegerahlah untuk shalat Jum’at, apabila shalat Jum’at telah ditunaikan
maka diperintahkan untuk kembali mencari karunia Allah atau menjemput rezeki, prilaku
yang mencerminkan pemahaman terhadap surah Al-Jumuah adalah sebagai kaum Muslimin
hendaklah senantiasa menjalankan shalat dengan khusyuk dan tepat waktu, senantiasa
3
4
bekerja dengan baik tanpa melupakan ibadah kepada Allah, mengedepankan beribadah dari
pada pekerjaan.
Para Ulama sepakat bahwa shalat Jum’at adalah fardu ain atas setiap orang
Mukallaf, mereka menyalahkan orang yang berpendapat bahwa shalat Jum’at adalah fardu
kifayah. shalat Jum’at juga tidak di wajibkan bagi orang buta jika tidak ada orang yang
menuntunnya. Demikian menurut kesepakatan empat Imam Mazhab jika ia mendapati
orang yang menuntunnya maka ia wajib shalat Jum’at. Demikian pendapat Maliki, Syafi’i,
Hambali. sementara itu Hanafi berpendapat tidak di wajibkan. Orang yang berada di luar
kota, di suatu tempat yang tidak diwajibkan shalat Jum’at baginya, tetapi ia mendengar
azan, maka ia wajib menghadirinya, demikian pendapat Maliki, Syafi’i dan Hambali,
sementara pendapat Imam Hanafi orang yang berdiam di luar kota, tidak wajib shalat Jum’at
meskipun dia mendengar azan. (Masalah, 2017)
hari Jumat, maka segeralah kamu mengingat Allah dan tinggalkanlah jual beli. Yang
demikian itu lebih baik bagimu jika kamu mengetahui".
Shalat yang dimaksud adalah shalat Jumat. Menurut beliau (Imam Abu Hanifah),
perintah untuk banyak orang (jamaah) setelah adanya seruan adalah untuk shalat Jumat.
Adapun paling sedikitnya jama’ adalah tiga sehingga sah-sah saja shalat Jumat dilakukan
oleh tiga orang.
Berdasarkan beberapa pendapat imam mazhab di atas, maka dapat disimpulkan
untuk jumlah jamaah shalat Jumat tidak ada batasan yang jelas dari agama. Hanya saja
jumhur ulama (Mazhab Syafii dan Ahmad) sepakat bahwa minimal jemaah shalat jumat
adalah 40 orang. Allah Ta’ala A’lam. (BATAS MINIMAL JUMLAH JAMAAH SHOLAT JUM’AT
MENURUT 4 MAZHAB - Desa Banjar Sari, n.d.)
Muhammadar Rasulullah (aku bersaksi bahwa Muhammad adalah utusan Allah) maka
jangan ucapkan hayya ala al-shalah (kemarilah untuk sholat), namun ucapkanlah shallu fi
buyutikum (sholatlah di rumah kalian masing-masing)." (Enam Kelompok Orang Yang
Dibolehkan Tak Shalat Jumat | Republika Online, n.d.)
Hanifah dan Imam Malik. Jadi, shalat Jumat tetap wajib dan tidak gugur dengan
ditunaikannya shalat hari raya.
Ketiga, tidak wajib shalat Jumat baik bagi orang yang datang maupun bagi orang
yang ditempati shalat Jumat. Tetapi mereka wajib shalat zhuhur. Demikian pendapat Imam
Ahmad.
Keempat, zhuhur dan Jumat gugur sama-sama gugur kewajibannya pada hari itu. Jadi
setelah shalat hari raya, tak ada lagi shalat sesudahnya selain shalat Ashar. Demikian
pendapat ‘Atha` bin Abi Rabbah. Dikatakan, ini juga pendapat Ibnu Zubayr dan ‘Ali.
Boleh bagi orang yang telah mengerjakan shalat ‘ied untuk tidak menghadiri shalat
Jum’at sebagaimana berbagai riwayat pendukung dari para sahabat dan tidak diketahui ada
sahabat lain yang menyelisihi pendapat ini.
Pendapat kedua yang menyatakan boleh bagi orang yang telah mengerjakan shalat
‘ied tidak menghadiri shalat Jum’at, ini bisa dihukumi marfu’ (perkataan Nabi) karena
dikatakan “ashobas sunnah (ia telah mengikuti ajaran Nabi)”. Perkataan semacam ini
dihukumi marfu’ (sama dengan perkataan Nabi), sehingga pendapat kedua dinilai lebih
tepat.
Mengatakan bahwa riwayat yang menjelaskan pemberian keringanan tidak shalat
jum’at adalah khusus untuk orang yang nomaden seperti orang badui (yang tidak dihukumi
wajib shalat Jum’at), maka ini adalah terlalu memaksa-maksakan dalil. Lantas apa faedahnya
‘Utsman mengatakan, “Namun siapa saja yang ingin pulang, maka silakan dan telah
kuizinkan”? Begitu pula Ibnu Az Zubair bukanlah orang yang nomaden, namun ia mengambil
keringanan tidak shalat Jum’at, termasuk pula ‘Umar bin Khottob yang melakukan hal yang
sama.
Dianjurkan bagi imam masjid agar tetap mendirikan shalat Jum’at supaya orang yang
ingin menghadiri shalat Jum’at atau yang tidak shalat ‘ied bisa menghadirinya. Dalil dari hal
ini adalah anjuran untuk membaca surat Al A’laa dan Al Ghosiyah jika hari ‘ied bertemu
dengan hari Jum’at pada shalat ‘ied dan shalat Jum’at. Dari An Nu’man bin Basyir, Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
)يث ْالغَا ِشيَ ِة
ُ ِّح ا ْس َم َربِّكَ اَأل ْعلَى) َو (هَلْ َأتَاكَ َح ِد
ِ ب ( َسب ِ يَ ْق َرُأ فِى ْال ِعي َد ْي ِن َوفِى ْال ُج ُم َع ِة-صلى هللا عليه وسلم- ِ َكانَ َرسُو ُل هَّللا
صالَتَ ْي ِنَّ ال وَِإ َذا اجْ تَ َم َع ْال ِعي ُد َو ْال ُج ُم َعةُ فِى يَوْ ٍم َوا ِح ٍد يَ ْق َرُأ بِ ِه َما َأ ْيضًا فِى ال
َ َق.
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa membaca dalam dua ‘ied dan dalam shalat
Jum’at “sabbihisma robbikal a’la” dan “hal ataka haditsul ghosiyah”.” An-Nu’man bin Basyir
mengatakan begitu pula ketika hari ‘ied bertepatan dengan hari Jum’at, beliau membaca
kedua surat tersebut di masing-masing shalat. (HR. Muslim no. 878) (Bagaimana
Seharusnya Sholat Jumat Jika Bertepatan Dengan Hari Raya Idul Adha - Zona Banten -
Halaman 3, n.d.)
Hikmah dan keutamaan yang didapatkan ketika melaksanakan salat Jumat dapat
membantu umat Muslim dalam kehidupan sehari-hari serta bekal untuk di akhirat nanti.
Hikmah dan keutamaan tersebut di antaranya :
Meningkatkan iman kepada Allah SWT serta membuat seorang Muslim lebih taat
dalam beribadah.
Memberi kesempatan untuk umat Muslim bersosialisasi dengan satu sama lain.
Sosialisasi di hari Jumat akan mempererat silaturahmi antar sesama Muslim.
Mendengarkan khutbah Jumat akan menambah pengetahuan agama kita.
Khutbah Jumat bisa dijadikan bahan untuk mengintrospeksi diri atau renungan untuk
memperbaiki diri.
Melaksanakan salat Jumat akan mendatangkan pahala yang sangat besar
Dosa mereka yang melakukan salat Jumat akan dihapus. Sebagaimana diterangkan
dalam hadits berikut: “Di antara salat lima waktu, di antara Jumat yang satu dan
Jumat berikutnya, itu dapa menghapuskan dosa di antara keduanya selama tidak
dilakukan dosa besar." (HR. Muslim)
Setiap langkah yang diambil menuju salat Jumat mendatangkan ganjara puasa dan
salat setahun. Aus bin Aus meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW bersabda: “Barang
siapa yang mandi pada hari Jumat dengan mencuci kepala dan anggota badan
lainnya, lalu ia pergi di awal waktu atau ia pergi dan mendapati khutbah pertama,
lalu ia mendekat pada imam, mendengar khutbah serta diam, maka setiap langkah
kakinya terhitung sebagai puasa dan salat setahun.” (HR. Tirmidzi) (Keutamaan Dan
Hikmah Salat Jumat Agar Umat Muslim Semakin Bertakwa | Kumparan.Com, n.d.)
menghindarinya. Akan tetapi selain dari perjalanan masih diperselisihkan para ulama.
Shalat wajib yang boleh dijama’ ialah shalat dzuhur dengan shalat ashar dan shalat
maghrib dengan shalat isya. Dasarnya hadits Ibnu Abbas :
كان رسول هللا صلّى هللا عليه وسلّم يجمع بين صالة الظهر والعصر إذا كان على الظهر سير ويجمع بين المغرب
والعشاء – رواه البخاري
“Rasulullah SAW biasa menjama’ antara shalat dzuhur dengan ashar, apabila beliau
sedang dalam perjalanan dan menjama’ maghrib atau isya”.
Menjama’ shalat isya dengan shubuh tidak boleh atau menjama’ shalat ashar dengan
maghrib juga tidak boleh, sebab menjama’ shalat yang dibenarkan oleh Nabi SAW
hanyalah pada seperti tersebut pada hadits-hadits Ibnu Abbas. Adanya orang yang
menjamin lima shalat wajib sekaligus pada saat yang sama adalah perbuatan yang tidak
dibenarkan. Orang yang melakukan hal semacam ini biasanya beranggapan bahwa boleh
mengqadha shalat. Padahal shalat wajib yang ditinggalkan oleh seorang muslim, selain
karena haid atau nifas atau keadaan bahaya maka orang itu termasuk melakukan dosa
besar dan shalat wajib yang ditinggalkannya itu tidak dapat diganti pada waktu yang lain
atau diqadha. Dalil yang menunjukkan disyari’atkannya sholat jama’ antara lain yaitu :
Allah berfirman dalam al qur’an surah an-Nisa’ ayat 103 :
Sesunggahnya sholat itu adalah kewajiban yang ditentukan oleh waktunya atas
orangorang yang beriman ( QS: An-Nisa’ ayat 103 )1 [7],
Dan waktu-waktu sholat ditentukan secara mutawatir maka tidak boleh ditinggalkan.
Hadist yang diriwayatkan oleh Ibnu Mas’ud, dia berkata “ Aku tidak pernah melihat
Rasulullah SAW sholat diluar waktunya kecuali dua sholat, beliau menggabungkan
antara sholat maghrib dan ‘isya’ di Muzdalifah, dan mengerjakan sholat subuh pada hari
itu sebelum waktunya”.
2. Shalat Qashar
Menqashar sholat dibolehkan dalam al-qur’an, sunnah, dan ijma’. Adapun dalil al
qur’an dalam surah an-Nisa’ : 101 yaitu :
“Dan apabila kamu bepergian di muka bumi, maka tidak lah engkau menqashar
sembahyang (mu), jika kamu takut diserang oleh orang-orang kafir”. Sementara dalam
sunnah, terdapat khabar yang mutawatir bahwa rasulullah SAW. Mengqashar sholatnya
di beberapa perjalanan beliau, baik saat haji, umroh, dan berperang.
Sedangkan dalam ijma’, pendapat para ahli fiqih yang dipegang terpecah menjadi
tiga pendapat: ada yang mengatakan wajib, sunnah, ataupun sekedar keringanan yang
diperselisihkan bagi musafir untuk memilihnya. (Somad & Hidayat, 2019)
banyaknya keutamaan di dalamnya. Sedangkan sunah ghairu muakkad artinya sunah yang
memiliki sedkit keutamaan.
Berikut sholat rawatib yang dianjurkan dalam Islam, baik yang hukumnya sunah
muakkad atau ghairu muakkad. Sholat rawatib dari segi waktu dibagi menjadi dua yakni
sholat qabliyah, terdiri dari:
Sholat hajat adalah macam-macam sholat sunnah yang dikerjakan saat seorang
muslim saat hendak memohon kepada Allah untuk mewujudkan suatu hajat (keinginan).
Jumlah rakaat sholat hajat adalah 2 samapai 12 rakaat dengan salam di setiap dua rakaat.
Keutamaan sholat hajat:
Diwujudkannya keinginan atau hajat yang dimohonkan kepada Allah
Diampuninya segala dosa
Ditinggikan derajatnya oleh Allah
2.1 Kesimpulan
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa shalat Jum’at diwajibkan bagi kaum
laki-laki. Mendirikan sholat Jumat hukumnya adalah fardhu 'ain (wajib), bagi yang
mengingkarinya akan dianggap kafir karena telah diberikan dalil sholat Jum’at yang jelas.
Adapun syarat-syaratnya sebagaimana syarat-syarat shalat lainnya.
2.2 Saran
Makalah yang disajikan ini tidak lepas dari kekurangan dan bahkan belum sempurna.
Untuk itu kami mohon maaf dan kritikannya guna perbaikan makalah ini selanjutnya.
Semoga bermanfaat. Aamiin.
16
DAFTAR PUSTAKA
17