Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH FIQH IBADAH DAN MUAMALAH

“SHOLAT JUM’AT DAN SEGALA PERMASALAHANNYA”


Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Fiqh Ibadah dan Muamalah

Dosen Pengampu : Dr. Sutisna, M.A.

Disusun Oleh :
1. Muhamad Sihabudin Ilham 211105010272
2. Diego Irfana Diazhady 211105010299
3. Muhammad Fadli Ferdian 211105010293

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS IBN KHALDUN BOGOR
TAHUN AJARAN 2022
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Warahmatullahi wabarakatuh.
Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan hidayah-Nya, kami dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul “Shalat Jum’at dan Segala Permasalahannya” dengan
tepat waktu.
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Fiqh Ibadah dan Muamalah. Selain
itu, makalah ini bertujuan untuk menambah Ilmu dan wawasan Shalat Jum’at sesuai dengan
syariat islam bagi para pembaca dan juga kami sebagai penulis.
Kami mengucapkan banyak terima kasih kepada Bapak Dr. Sutisna, M.A. selaku dosen Mata
Kuliah Fiqh Ibadah dan Muamalah. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada semua
pihak yang telah membantu diselesailannya makalah ini.
Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna. Oleh dengan itu saran dan
kritik yang membangun diharapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................................i
DAFTAR ISI.........................................................................................................................ii
BAB I
PENDAHULUAN..................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang..........................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................................1
1.3 Tujuan Masalah.........................................................................................................2
BAB II
PEMBAHASAN....................................................................................................................3
A. Pengertian, Hukum dan Dasar Hukum Sholat Jum’at................................................3
B. Pendapat Para Ulama Mengenai Jumlah Jama’ah Jum’at.........................................4
C. Rukhsah Boleh Tidak Melaksanakan Sholat Jum’at..................................................5
D. Khutbah Jum’at dan Rukunnya................................................................................6
E. Sunnah-Sunnah Yang Berkaitan Dengan Jum’at.......................................................7
F. Pendapat Para Ulama Sholat Jum’at Pada Hari Raya................................................7
G. Amalan-Amalan Yang Utama Pada Malam dan Hari Jum’at......................................8
H. Hikmah Dari Pelaksanaan Sholat Jum’at..................................................................9
I. Pengertian Sholat Jama’ dan Qashar......................................................................10
J. Dasar Hukum Pelaksanaan Shalat Jama’ dan Qashar..............................................10
K. Beberapa Jenis Sholat Sunnah dan Penjelasannya..................................................11
BAB III
PENUTUP..........................................................................................................................16
2.1 Kesimpulan.............................................................................................................16
2.2 Saran.......................................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................17

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Shalat Jum’at adalah aktivitas ibadah salat wajib yang dilaksanakan secara
berjama'ah bagi lelaki muslim setiap hari Jumat. Shalat yang dilakukan dengan berjamaah
bersama di waktu siang hari (Dzuhur), namaun pelaksanaannya berbeda dengan shalat
Dzuhur. Jika shalat Dzuhur ini berjumlah empat rakaat, shalat Jum’at mempunyai jumlah
dua rakaat, yang sebelum pelaksanaannya didahului dengan khutbah terlebih dahulu. Shalat
Jum’at diwajibkan bagi setiap muslim laki-laki yang sudah akil baligh.
Mendirikan sholat Jumat hukumnya adalah fardhu 'ain (wajib), bagi yang mengingkarinya
akan dianggap kafir karena telah diberikan dalil sholat Jum’at yang jelas. Dalil keutamaan
sholat Jumat disebutkan dalam hadist Abi Lubanah yang diriwayatkan secara marfu':
“Hari Jumat adalah ‘tuannya’ semua hari, dan hari yang paling agung. Di mata Allah, hari
Jumat lebih agung dari hari ldul Fitri dan ldul Adha.”

Sholat Jumat juga merupakan ibadah wajib tersendiri bagi kaum Laki-laki. Terkecuali,
seperti perempuan dan musafir. Bahkan, Allah SWT mengampuni 600 ribu penghuni neraka
di hari Jumat. Bagi orang-orang yang meninggal di hari Jumat, Allah juga akan mencatatkan
pahala syahid dan dijaga dari siksa kubur.
Dalam Al-Qur’an sendiri juga terdapat surat yang dinamai dengan surat Al-Jum’ah, surat
yang ke-62. Dalam ayat sembilan pada surat tersebut juga terdapat penjelasan tentang
peritah untuk melaksanakan shalat Jum’at. Ayat tersebut berbunyi sebagai berikut.

َ‫ُوا ْٱلبَ ْي َع ۚ ٰ َذلِ ُك ْم َخ ْي ٌر لَّ ُك ْم ِإن ُكنتُ ْم تَ ْعلَ ُمون‬


۟ ‫صلَ ٰو ِة ِمن يَوْ ِم ْٱل ُج ُم َع ِة فَٱ ْس َعوْ ۟ا لَ ٰى ِذ ْكر ٱهَّلل ِ َو َذر‬
ِ ‫ِإ‬ َ ‫ٰيََٓأيُّهَا ٱلَّ ِذينَ َءا َمنُ ٓو ۟ا ِإ َذا نُو ِد‬
َّ ‫ى لِل‬

Yā ayyuhallażīna āmanū iżā nụdiya liṣ-ṣalāti miy yaumil-jumu'ati fas'au ilā żikrillāhi wa żarul
baī', żālikum khairul lakum ing kuntum ta'lamụn

“Wahai orang-orang beriman, apabila diseru untuk menunaikan shalat Jum’at, maka
bersegeralah kamu kepada mengingat Allah dan tinggalkanlah jual beli. Demikian itu adalah
baik bagimu sekalian jika mengetahui”

Artinya, seorang muslim laki-laki harus meninggalkan pekerjaannya untuk mengingat


Allah. Jangan sampai disibukkan dengan urusan dunia, yaitu jual-beli atau perdagangan, dan
segeralah menuju sholat Jumat.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian, Hukum dan Dasar Hukum Sholat Jum’at ?
2. Bagaimana Pendapat Para Ulama Mengenai Jumlah Jama’ah Sholat Jum’at ?
3. Apa saja Rukhsah Boleh Tidak Melaksanakan Sholat Jum’at ?
4. Apa saja Rukun-Rukun Khutbah Jum’at ?
1
2

5. Apa saja Sunnah-Sunnah Yang Berkaitan Dengan Jum’at ?


6. Bagaimana Pendapat Para Ulama Mengenai Sholat Jum’at Pada Hari Raya ?
7. Apa saja Amalan-Amalan Yang Utama Pada Malam dan Hari Jum’at ?
8. Apa saja Hikmah Dari Pelaksanaan Sholat Jum’at ?
9. Apa Pengertian dari Sholat Jama’ dan Qashar ?
10. Bagaimana Dasar Hukum Melaksanakan Sholat Jama’ dan Qashar ?
11. Apa saja Jenis-Jenis Sholat Sunnah ?

1.3 Tujuan Masalah


1. Mengetahui dan memahami Pengertian, Hukum dan Dasar Hukum Sholat Jum’at
2. Mengetahui dan memahami Pendapat Para Ulama Mengenai Jumlah Jama’ah Sholat
Jum’at
3. Mengetahui Rukhsah Boleh Tidak Melaksanakan Sholat Jum’at
4. Mengetahui Rukun-Rukun Khutbah Jum’at
5. Mengetahui Sunnah-Sunnah Yang Berkaitan Dengan Jum’at
6. Mengetahui dan memahami Pendapat Para Ulama Mengenai Sholat Jum’at Pada
Hari Raya
7. Mengetahui Amalan-Amalan Yang Utama Pada Malam dan Hari Jum’at
8. Mengetahui Hikmah Dari Pelaksanaan Sholat Jum’at
9. Mengetahui dan memahami Pengertian dari Sholat Jama’ dan Qashar
10. Mengetahui dan memahami Dasar Hukum Melaksanakan Sholat Jama’ dan Qashar
11. Mengetahui Jenis-Jenis Sholat Sunnah
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian, Hukum dan Dasar Hukum Sholat Jum’at


Allah memberikan perhatian yang besar kepada shalat Jumat. Pada kesempatan itu
seluruh kaum muslimin berkumpul di mesjid agung untuk mendengarkan khutbah seorang
khatib yang akan memberi nasehat kepada mereka, dan mengajak mereka untuk ingat serta
taat kepada Allah, dan mengikuti sunah Nabi-Nya Sallallahu Alaihi wa Sallam.
Shalat adalah penghubung antara seorang hamba dan Tuhannya dan mempunyai
posisi layaknya kepala dalam agama islam. dalam sunnah disebutkan, ”pangkal segala
sesuatu adalah Islam, tiang Islam adalah shalat, dan puncaknya adalah Jihad Fi Sabilillah”.
Shalat Jum’at pertama kali dikerjakan oleh Rasullah SAW di Madinah, pada waktu
beliau hijrah dari mekah ke Madinah: yaitu ketika tiba di Qubah. shalat Jum’at yang pertama
dilakukan di suatu kampung ‘Amru bin Auf’. Rasulullah SAW tiba di Qubah pada hari Senin
dan berdiam di sini hingga hari Kamis, selama waktu itu beliau membuat/menegakkan
Mesjid buat Sembahyang kaum Muslimin di Qubah.
Hukum menghadiri shalat Jum’at adalah wajib bagi setiap Muslim, kecuali empat orang :
Budak, Wanita, Anak-anak, dan Orang Sakit, Hal ini ditegaskan oleh Rasulullah SAW dalam Hadits:
: ً‫ ال ُج ْم َعةُ َوا ِجبٌ َعلَى ُك ِّل ُم ْسلِ ٍم اِالَّ َعلَى َأرْ بَ َعة‬. ‫ قال رسول هّللا صلّى هّللا عليه وسلّم‬: ‫عن عبد هّللا بن عمر رضي هّللا عنه قال‬
ٌ ‫َع ْب ٌد َم ْملُو‬
َ ٌ‫ك وا ْمراَة‬
) ‫وصبِي َم ِريضٌ ( رواه ابو داود‬
Artinya: Shalat jum’at adalah kewajiban bagi setiap muslim dengan berjamaah,
kecuali (tidak diwajibkan ) atas empat orang yaitu, Budak, Wanita, Anak kecil dan Orang
sakit . ”(HR. Abu Daud).

Shalat Jum’at shalat fardhu dua raka’at pada hari Jum’at dan di kerjakan pada waktu
Zhuhur sesudah dua khutbah. orang yang telah mengerjakan shalat Jum’at, tidak diwajibkan
mengerjakan shalat Zhuhur lagi. Shalat Jum’at Fardhu’ ain bagi setiap Muslim yang Mukallaf,
laki laki, merdeka, sehat dan bukan Musafir.
Sebagaimana Firman Allah dalam Al-Quran Surah Al Jumuah ayat 9-10 :
9. Hai orang-orang beriman, apabila diseru untuk menunaikan shalat Jum'at, Maka
bersegeralah kamu kepada mengingat Allah dan tinggalkanlah jual beli. yang demikian itu
lebih baik bagimu jika kamu mengetahui.
10. Apabila telah ditunaikan shalat, Maka bertebaranlah kamu di muka bumi; dan carilah
karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung”.
Dengan tegas ayat ini merupakan perintah untuk melaksanakan shalat Jum’at jika
telah mendengar adzan, jika adzan telah di kumandangkan maka tinggalkanlah segala
aktivitas dan bersegerahlah untuk shalat Jum’at, apabila shalat Jum’at telah ditunaikan
maka diperintahkan untuk kembali mencari karunia Allah atau menjemput rezeki, prilaku
yang mencerminkan pemahaman terhadap surah Al-Jumuah adalah sebagai kaum Muslimin
hendaklah senantiasa menjalankan shalat dengan khusyuk dan tepat waktu, senantiasa

3
4

bekerja dengan baik tanpa melupakan ibadah kepada Allah, mengedepankan beribadah dari
pada pekerjaan.
Para Ulama sepakat bahwa shalat Jum’at adalah fardu ain atas setiap orang
Mukallaf, mereka menyalahkan orang yang berpendapat bahwa shalat Jum’at adalah fardu
kifayah. shalat Jum’at juga tidak di wajibkan bagi orang buta jika tidak ada orang yang
menuntunnya. Demikian menurut kesepakatan empat Imam Mazhab jika ia mendapati
orang yang menuntunnya maka ia wajib shalat Jum’at. Demikian pendapat Maliki, Syafi’i,
Hambali. sementara itu Hanafi berpendapat tidak di wajibkan. Orang yang berada di luar
kota, di suatu tempat yang tidak diwajibkan shalat Jum’at baginya, tetapi ia mendengar
azan, maka ia wajib menghadirinya, demikian pendapat Maliki, Syafi’i dan Hambali,
sementara pendapat Imam Hanafi orang yang berdiam di luar kota, tidak wajib shalat Jum’at
meskipun dia mendengar azan. (Masalah, 2017)

B. Pendapat Para Ulama Mengenai Jumlah Jama’ah Jum’at


Menurut pendapat kuat dalam mazhab Syafi’i, jumlah minimal melaksanakan shalat
Jumat adalah 40 orang. Namun, terdapat pendapat lain yang mengatakan bahwa shalat
Jumat tetap dianggap sah apabila hanya ada 4 - 12 orang.
Al-Jamal al-Habsyi sebagaimana dikutip Syekh Abu Bakr bin Syatha mengatakan:
َ ‫ب ال َّشافِ ِع ِّي بِِإقَا َمتِهَا بَِأرْ بَ َع ٍة َأوْ بِ ْاثن َْي َع َش َر فَاَل بَْأ‬
َ‫س بِ َذلِك‬ ِ ‫قَا َل ْال َج َم ُل ْال َح ْب ِش ُّي فَا ِ َذا َعلِ َم ْال َعا ِم ُّي َأ ْن يُقَلِّ َد بِقَ ْلبِ ِه َم ْن يَقُوْ ُل ِم ْن َأصْ َحا‬
‫ِإ ْذ اَل ُع ْس َر فِ ْي ِه‬
“Berkata Syekh al-Jamal al-Habsyi; Bila orang awam mengetahui di dalam hatinya bertaklid
kepada ulama dari ashab Syafi’i yang mencukupkan pelaksanaan Jumat dengan 4 atau 12
orang, maka hal tersebut tidak masalah, karena tidak ada kesulitan dalam hal tersebut”.
(Syekh Abu Bakr bin Syatha, Jam’u al-Risalatain, hal.18). (28 Oktb Makalah Shalat Jumat
(Kelompok 6), n.d.)
Dalam Kitab Ibanatul Ahkam, Juz 2/Hal. 73-74, Syekh Alawi Abbas Al-Maliki
menjelaskan pendapat para imam mazhab berdasarkan hadits tersebut, mengenai jumlah
jemaah shalat jumat, sebagaimana berikut ini,
Pertama, Imam Malik. Menurut beliau tidak ada batasan jumlah tertentu untuk
kaum shalat Jumat. Namun, beliau mensyaratkan setidaknya jemaah shalat Jumat berjumlah
12 orang laki-laki selain imam.
Ke dua, Imam Syafii dan Imam Ahmad. Menurut pendapat yang ke dua ini kaum
Jumat minimal harus 40 orang laki-laki.  Mereka beranggapan (mahmul) bahwa orang yang
keluar dari masjid untuk melihat dagangan kembali lagi hingga jumlah jemaah menjadi 40
lagi. Lalu Nabi Muhammad Saw. melanjutkan kembali khutbahnya dan shalat Jumat
bersama mereka (40 orang).
Ketiga, Imam Abu Hanifah. Beliau berpendapat bahwa shalat Jumat bisa saja
dilaksanakan walau hanya tiga orang dengan imamnya. Tiga orang adalah hitungan paling
sedikitnya jamaah shalat Jumat. Kurang dari tiga, maka tidak sah shalat Jumatnya. Beliau
berpandapat seperti itu dengan berlandaskan firman Allah Swt. dalam QS. Al-Jumuah (62):
9, "Wahai orang-orang yang beriman! Apabila telah diseru untuk melaksanakan salat pada
5

hari Jumat, maka segeralah kamu mengingat Allah dan tinggalkanlah jual beli. Yang
demikian itu lebih baik bagimu jika kamu mengetahui".
Shalat yang dimaksud adalah shalat Jumat. Menurut beliau (Imam Abu Hanifah),
perintah untuk banyak orang (jamaah) setelah adanya seruan adalah untuk shalat Jumat.
Adapun paling sedikitnya jama’ adalah tiga sehingga sah-sah saja shalat Jumat dilakukan
oleh tiga orang.
  Berdasarkan beberapa pendapat imam mazhab di atas, maka dapat disimpulkan
untuk jumlah jamaah shalat Jumat tidak ada batasan yang jelas dari agama. Hanya saja
jumhur ulama (Mazhab Syafii dan Ahmad) sepakat bahwa minimal jemaah shalat jumat
adalah 40 orang. Allah Ta’ala A’lam. (BATAS MINIMAL JUMLAH JAMAAH SHOLAT JUM’AT
MENURUT 4 MAZHAB - Desa Banjar Sari, n.d.)

C. Rukhsah Boleh Tidak Melaksanakan Sholat Jum’at


Ada beberapa keadaan yang menjadikan seseorang yang mestinya berkewajiban
menunaikan shalat Jum’at, tetapi di perbolehkan untuk tidak menghadiri Jum’atan ( shalat
Jum’at ), yaitu : Hujan yang lebat, angin kencang, dan banjir yang menyebabkan orang sulit
keluar rumah menuju mesjid.
Dan hal-hal lain yang dapat menjadi uzur (halangan) seseorang untuk tidak
menunaikan shalat Jum’at di antaranya :
1. Sedang dalam perjalanan (Safar).
2. Sakit yang memberatkan untuk pergi ke mesjid.
3. Menahan keluarnya sesuatu dari dua jalan (qubul dan dubur).
4. Menghawatirkan keselamatan dirinya (ketakutan yang mencekam).
5. Sedang di tugasi untuk menjaga pengoperasian alat-alat berharga.
Namun mereka yang uzur sehingga di bolehkan tidak menghadiri shalat Jum’at,
sebagaimana di sebutkan di atas tetap berkewajiban melaksanakan shalat zuhur 4 rakaat,
karena uzur yang di maksud adalah halangan yang membolehkan mereka tidak harus datang
ke mesjid untuk Jum’atan. Tetapi Uzur itu bukanlah membatalkan kewajiban shalat zuhur
yang bisa dikerjakan di rumah atau di tempat kerja.
Selain sakit dan takut, yang termasuk uzur bagi orang mendapatkan keringanan
(rukhsah) adalah hujan, lumpur, udara dingin, dan sebagainya. Hal ini dijelaskan dalam HR
Bukhari.
"Dari Nafi ia meriwayatkan: Ibnu Umar pernah mengumandangkan adzan di malam
yang dingin di Dajnan. Lalu ia mengumandangkan: shallu fi rihalikum (shalatlah di kendaraan
kalian). Ia mengabarkan kepada kami bahwa Rasulullah SAW pernah menyuruh muadzin
mengundang adzan lalu di akhir adzan dibacakan: Ala shallu fir rihal (shalat lah kalian di
kendaraan). Ini terjadi pada malam yang dingin atau pada saat hujan ketika perjalanan
(safar).” (HR. Bukhari).
Kata rihal merujuk kepada syarah Ibn Hajar dalam Fath al-Bari menunjuk tempat
berteduh saat berada di perjalanan. Ada yang menyebutnya tenda atau sejenisnya. Namun
dalam riwayat lain secara tegas menyebut buyut (rumah-rumah). Sebagaimana hadis yang
diriwayatkan oleh Muslim dari Abdullah Ibnu Abbas Rasulullah SAW bersabda:
"Dari Abdullah Ibnu Abbas (diriwayatkan) bahwa ia mengatakan kepada muadzinnya
di suatu hari yang penuh hujan: jika engkau sudah mengumandangkan asyhadu anna
6

Muhammadar Rasulullah (aku bersaksi bahwa Muhammad adalah utusan Allah) maka
jangan ucapkan hayya ala al-shalah (kemarilah untuk sholat), namun ucapkanlah shallu fi
buyutikum (sholatlah di rumah kalian masing-masing)." (Enam Kelompok Orang Yang
Dibolehkan Tak Shalat Jumat | Republika Online, n.d.)

D. Khutbah Jum’at dan Rukunnya


Rukun ini adalah sesuatu yang tidak boleh ditingalkan dalam suatu ibadah, dalam hal
ini khutbah Jum’at. Rukun-rukun ini harus dipenuhi orang yang berkhutbah (khotib) dalam
khutbah Jum’at yang disampaikannya, adapun rukun-rukun khutbah Jum’at adalah :
1. Rukun Khutbah Jumat Pertama Baca Hamdalah dan Dua kalimat syahadat.
Membaca hamdalah adalah mengucapkan lafadz alhamdulillah, innalhamda lillah,
ahmadullah atau lafadz-lafadz yang sejenisnya pada awal khutbah Jumat. Dasarnya
adalah hadits nabi SAW : ‫ ُكلُّ َكالَ ٍم الَ يُ ْب َدُأ فِي ِه باِل َح ْم ِد هَّلِل ِ فَهُ َو َأجْ َذم‬Semua perkataan yang tidak
dimulai dengan hamdalah maka perkataan itu terputus. (HR. Abu Daud).
2. Rukun Khutbah Jumat Kedua Bershalawat Kepada Nabi SAW.
Rukun khutbah Jumat kedua yakni membaca Shalawat kepada Rasulullah SAW bisa
dengan lafadz yang sederhana, seperti : ‫ص ِّل َعلَى ُم َح َّم ٍد‬ َ ‫ اللَّهُ َّم‬Ya Allah limpahkanlah
shalawat kepada Muhamamd Tidak diharuskan menyampaikan salam, dan juga tidak
harus dengan shalawat kepada keluarga beliau. Minimal sekali hanya sekedar
shalawat saja.
3. Rukun Khutbah Jumat Ketiga Membaca Petikan Ayat Al-Quran.
Sebagian ulama mengatakan bahwa karena khutbah Jumat itu pengganti dari dua
rakaat shalat yang ditinggalkan, maka membaca ayat Al-Quran dalam khutbah
hukumnya wajib. Dasarnya adalah hadits Nabi SAW: ‫اس‬ ٍ َ ‫ َكانَ يَ ْق َرأ آيا‬Rasulullah
َ َّ‫ت َويُ َذ ِّك ُر الن‬
SAW membaca beberapa ayat Al-Quran dan mengingatkan orang-orang.
4. Rukun Khutbah Jumat Keempat Nasihat atau Wasiyat.
Nasihat atau washiyat yang menjadi rukun intinya sekedar menyampaikan pesan
untuk taat kepada Allah SWT dan sejenisnya. Atau setidaknya untuk menjauhi
larangan-larangan dari Allah SWT. Misalnya seperti lafadz berikut ini : ‫اَ ِطيعُوا هللاَ َواجْ تَنِبُوا‬
‫اص ْي ِه‬
ِ ‫ َم َع‬Taatilah Allah dan jauhilah maksiat
5. Rukun Khutbah Kelima Membaca Doa dan Permohonan Ampunan.
Doa atau pemohonan ampun untuk umat Islam dijadikan rukun yang harus
disampaikan dalam khutbah Jumat menurut mazhab As-Ssyafi'iyah. Minimal sekedar
membaca lafadz : ‫ت‬ ِ ‫ اللَّهُ َّم ا ْغفِرْ لِ ْل ُم ْسلِ ِم ْينَ َوالمـ ُ ْسلِ َما‬Ya Allah ampunilah orang-orang muslim
dan muslimah .
Rukun Khutbah Jumat Menurut Ulama 3 Mazhab Ahmad Sarwat menjelaskan,
para ulama berbeda pendapat ketika menyebutkan apa saja yang merupakan rukun
dalam khutbah Jumat. Sehingga ketika dijumlahkan, ternyata jumlahnya berbeda-
beda pada tiap mazhab. Dalam pandangan Mazhab Al-Hanafiyah memang terdengar
aneh bagi Muslim di Indonesia karena menyebutkan rukun khutbah jumat itu hanya
satu, yaitu membaca hamdalah, tahlil dan tasbih.
7

E. Sunnah-Sunnah Yang Berkaitan Dengan Jum’at


Berikut amalan Sunnah Jum’at yang bisa dikerjakan :
1. Bersuci atau membersihkan tubuh (mandi) terlebih dahulu sebelum berangkat ke
masjid.
2. Memakai pakaian yang bagus, sopan dan rapi.
3. Memakai minyak wangi.
4. Memotong kuku dan merapikan rambut yang sudah panjang dengan rapi.
5. Bersegera untuk pergi ke mesjid dan usahkan shalat tahiyyatul masjid setelah sampai
ke masjid.
6. Semari menunggu khutbah bacalah Al-Qur’an atau berdzikir mengingat Allah Swt.
Mendengarkan dengan baik khutbah Jum’at yang disampaikan oleh khotib, dab tidak
ramai.

F. Pendapat Para Ulama Sholat Jum’at Pada Hari Raya


Ada mazhab yang mengharuskan untuk melakukan salat Jumat ada juga yang tidak
mengharuskan salat Jumat.
Seperti dalam kitab Rahmatul Ummah fi Ikhtilaf Al A`immah karya Imam Ad
Dimasyqi, disebutkan bahwa :
“Apabila hari raya bertepatan dengan hari Jumat, maka menurut pendapat Imam Asy
Syafi’i yang shahih, bahwa shalat Jumat tidak gugur dari penduduk kampung yang
mengerjakan shalat Jumat. Adapun bagi orang yang datang dari kampung lain, gugur
Jumatnya. Demikian menurut pendapat Imam Asy Syafi’i yang shahih. Maka jika mereka
telah shalat hari raya, boleh bagi mereka terus pulang, tanpa mengikuti shalat Jumat.
Menurut pendapat Imam Abu Hanifah, bagi penduduk kampung wajib shalat Jumat.
Menurut Imam Ahmad, tidak wajib shalat Jumat baik bagi orang yang datang maupun orang
yang ditempati shalat Jumat. Kewajiban shalat Jumat gugur sebab mengerjakan shalat hari
raya. Tetapi mereka wajib shalat zhuhur. Menurut ‘Atha`, zhuhur dan Jumat gugur bersama-
sama pada hari itu. Maka tidak ada shalat sesudah shalat hari raya selain shalat Ashar.”
Ad Dimasyqi tidak menampilkan pendapat Imam Malik. Ibnu Rusyd dalam kitabnya
Bidayatul Mujtahid menyatakan pendapat Imam Malik sama dengan pendapat Imam Abu
Hanifah. Disebutkannya bahwa, “Imam Malik dan Abu Hanifah berpendapat, ” Jika
berkumpul hari raya dan Jumat, maka mukallaf dituntut untuk melaksanakannya
semuanya….”
Berdasarkan keterangan di atas, dalam masalah ini terdapat 4 (empat) pendapat:
Pertama, shalat Jumat tidak gugur dari penduduk kota (ahlul amshaar / ahlul
madinah) yang di tempat mereka diselenggarakan shalat Jumat. Sedang bagi orang yang
datang dari kampung atau padang gurun (ahlul badaawi / ahlul ‘aaliyah), yang di tempatnya
itu tidak dilaksanakan shalat Jumat, gugur kewajiban shalat Jumatnya. Jadi jika mereka –
yakni orang yang datang dari kampung — telah shalat hari raya, boleh mereka terus pulang,
tanpa mengikuti shalat Jumat. Inilah pendapat Imam Syafi’i. Ini pula pendapat Utsman dan
Umar bin Abdul Aziz.
Kedua, shalat Jumat wajib tetap ditunaikan, baik oleh penduduk kota yang ditempati
shalat Jumat maupun oleh penduduk yang datang dari kampung. Ini pendapat Imam Abu
8

Hanifah dan Imam Malik. Jadi, shalat Jumat tetap wajib dan tidak gugur dengan
ditunaikannya shalat hari raya.
Ketiga, tidak wajib shalat Jumat baik bagi orang yang datang maupun bagi orang
yang ditempati shalat Jumat. Tetapi mereka wajib shalat zhuhur. Demikian pendapat Imam
Ahmad.
Keempat, zhuhur dan Jumat gugur sama-sama gugur kewajibannya pada hari itu. Jadi
setelah shalat hari raya, tak ada lagi shalat sesudahnya selain shalat Ashar. Demikian
pendapat ‘Atha` bin Abi Rabbah. Dikatakan, ini juga pendapat Ibnu Zubayr dan ‘Ali.
Boleh bagi orang yang telah mengerjakan shalat ‘ied untuk tidak menghadiri shalat
Jum’at sebagaimana berbagai riwayat pendukung dari para sahabat dan tidak diketahui ada
sahabat lain yang menyelisihi pendapat ini.
Pendapat kedua yang menyatakan boleh bagi orang yang telah mengerjakan shalat
‘ied tidak menghadiri shalat Jum’at, ini bisa dihukumi marfu’ (perkataan Nabi) karena
dikatakan “ashobas sunnah (ia telah mengikuti ajaran Nabi)”. Perkataan semacam ini
dihukumi marfu’ (sama dengan perkataan Nabi), sehingga pendapat kedua dinilai lebih
tepat.
Mengatakan bahwa riwayat yang menjelaskan pemberian keringanan tidak shalat
jum’at adalah khusus untuk orang yang nomaden seperti orang badui (yang tidak dihukumi
wajib shalat Jum’at), maka ini adalah terlalu memaksa-maksakan dalil. Lantas apa faedahnya
‘Utsman mengatakan, “Namun siapa saja yang ingin pulang, maka silakan dan telah
kuizinkan”? Begitu pula Ibnu Az Zubair bukanlah orang yang nomaden, namun ia mengambil
keringanan tidak shalat Jum’at, termasuk pula ‘Umar bin Khottob yang melakukan hal yang
sama.
Dianjurkan bagi imam masjid agar tetap mendirikan shalat Jum’at supaya orang yang
ingin menghadiri shalat Jum’at atau yang tidak shalat ‘ied bisa menghadirinya. Dalil dari hal
ini adalah anjuran untuk membaca surat Al A’laa dan Al Ghosiyah jika hari ‘ied bertemu
dengan hari Jum’at pada shalat ‘ied dan shalat Jum’at. Dari An Nu’man bin Basyir, Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
)‫يث ْالغَا ِشيَ ِة‬
ُ ‫ِّح ا ْس َم َربِّكَ اَأل ْعلَى) َو (هَلْ َأتَاكَ َح ِد‬
ِ ‫ب ( َسب‬ ِ ‫ يَ ْق َرُأ فِى ْال ِعي َد ْي ِن َوفِى ْال ُج ُم َع ِة‬-‫صلى هللا عليه وسلم‬- ِ ‫َكانَ َرسُو ُل هَّللا‬
‫صالَتَ ْي ِن‬َّ ‫ال وَِإ َذا اجْ تَ َم َع ْال ِعي ُد َو ْال ُج ُم َعةُ فِى يَوْ ٍم َوا ِح ٍد يَ ْق َرُأ بِ ِه َما َأ ْيضًا فِى ال‬
َ َ‫ق‬.
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa membaca dalam dua ‘ied dan dalam shalat
Jum’at “sabbihisma robbikal a’la” dan “hal ataka haditsul ghosiyah”.” An-Nu’man bin Basyir
mengatakan begitu pula ketika hari ‘ied bertepatan dengan hari Jum’at, beliau membaca
kedua surat tersebut di masing-masing shalat. (HR. Muslim no. 878) (Bagaimana
Seharusnya Sholat Jumat Jika Bertepatan Dengan Hari Raya Idul Adha - Zona Banten -
Halaman 3, n.d.)

G. Amalan-Amalan Yang Utama Pada Malam dan Hari Jum’at


Ada beberapa amalan yang diperintahkan oleh Rasulullah ‫ ﷺ‬untuk umatnya pada
malam dan hari Jumat. Berikut 6 di antaranya:
1. Membaca Surah Yasin
Begitu banyak keutamaan yang didapat saat membaca surat Yasin, terlebih lagi pada
malam Jumat. Jika membaca surat Yasin pada malam Jumat, dapat membersihkan
pembacanya dari dosa-dosa ketika pagi tiba.
9

2. Membaca Surat Al-Kahfi


Amalan kedua yang dianjurkan oleh Rasulullah pada malam Jumat adalah membaca
surat Al-Kahfi. Surat ini menceritakan tentang kisah umat terdahulu yang begitu berbakti
dan dapat dijadikan teladan yang baik.
Rasulullah ‫ ﷺ‬bersabda: “Barang siapa yang membaca surat Al-Kahfi pada malam Jumat, dia
akan disinari cahaya antara dirinya dan Ka’bah.” (HR. ad-Darimi)
3. Membaca Selawat dan Zikir
Selain membaca surat Yasin dan Al-Kahfi, amalan yang dianjurkan pada malam Jumat
adalah membaca selawat dan zikir. Sebagai umat yang baik, senantiasa lah mengingat Allah
dan Rasul-Nya agar kelak di hari kiamat diberi syafaat.
Rasulullah ‫ ﷺ‬bersabda: “Perbanyaklah untuk membaca selawat kepadaku pada
setiap hari Jumat. Karena selawat umatku akan diperlihatkan kepadaku setiap hari Jumat.
Barang siapa yang paling banyak berselawat kepadaku, dialah yang paling dekat denganku
pada hari kiamat nanti.” (HR. Baihaqi)
4. Memperbanyak Doa
Amalan terakhir adalah berdoa. Pada malam Jumat perbanyaklah berdoa kepada
Allah. Doa merupakan sebuah bentuk kepatuhan manusia kepada Sang Pencipta. Karena
fitrah seorang makhluk harus tunduk kepada-Nya. Apalagi, Rasulullah ‫ ﷺ‬pernah berkata
kalau ada waktu di hari Jumat yang apabila seorang hamba memohon, maka pasti akan
dikabulkan oleh Allah.
Sebagaimana sabda Rasulullah ‫ﷺ‬: “Di hari Jumat terdapat suatu waktu yang
tidaklah seorang hamba muslim yang dia berdiri melaksanakan salat lantas dia
memanjatkan suatu doa pada Allah bertepatan dengan waktu tersebut, melainkan Allah
akan memberi apa yang dia minta." (HR. Bukhari dan Muslim) (Amalan Yang Dianjurkan
Nabi Saat Malam Jumat, n.d.)
5. Bersedekah
Memperbanyak sedekah di hari Jumat juga termasuk sebagai amalan yang
dianjurkan. Sedekah bisa kamu lakukan dalam bentuk uang, makanan, atau hal lainnya. Oleh
karena itu, jangan lupa bersedekah agar Allah SWT senantiasa menambahkan rezekimu.
6. Membersihkan Diri
Dalam hadis riwayat Bukhari, Rasulullah SAW bersabda:
"Barang siapa yang mandi pada hari Jumat, bersuci sesuai kemampuan, merapikan
rambutnya, mengoleskan parfum, lalu berangkat ke masjid, dan masuk masjid tanpa
melangkahi di antara dua orang untuk dilewatinya, kemudian salat sesuai tuntunan dan
diam tatkala imam berkhutbah, niscaya diampuni dosa-dosanya di antara dua Jumat". (HR.
Bukhari)
Berdasarkan hadis tersebut, maka kita dianjurkan untuk membersihkan diri dengan
mandi sunah ketika ingin melakukan salat Jumat. Selain itu, dianjurkan pula untuk memakai
minyak wangi, membersihkan kuku, dan memotong rambut. (7 Amalan Hari Jumat Yang
Dianjurkan Rasulullah SAW, n.d.)

H. Hikmah Dari Pelaksanaan Sholat Jum’at


10

Hikmah dan keutamaan yang didapatkan ketika melaksanakan salat Jumat dapat
membantu umat Muslim dalam kehidupan sehari-hari serta bekal untuk di akhirat nanti.
Hikmah dan keutamaan tersebut di antaranya :
 Meningkatkan iman kepada Allah SWT serta membuat seorang Muslim lebih taat
dalam beribadah.
 Memberi kesempatan untuk umat Muslim bersosialisasi dengan satu sama lain.
 Sosialisasi di hari Jumat akan mempererat silaturahmi antar sesama Muslim.
 Mendengarkan khutbah Jumat akan menambah pengetahuan agama kita.
 Khutbah Jumat bisa dijadikan bahan untuk mengintrospeksi diri atau renungan untuk
memperbaiki diri.
 Melaksanakan salat Jumat akan mendatangkan pahala yang sangat besar
 Dosa mereka yang melakukan salat Jumat akan dihapus. Sebagaimana diterangkan
dalam hadits berikut: “Di antara salat lima waktu, di antara Jumat yang satu dan
Jumat berikutnya, itu dapa menghapuskan dosa di antara keduanya selama tidak
dilakukan dosa besar." (HR. Muslim)
 Setiap langkah yang diambil menuju salat Jumat mendatangkan ganjara puasa dan
salat setahun. Aus bin Aus meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW bersabda: “Barang
siapa yang mandi pada hari Jumat dengan mencuci kepala dan anggota badan
lainnya, lalu ia pergi di awal waktu atau ia pergi dan mendapati khutbah pertama,
lalu ia mendekat pada imam, mendengar khutbah serta diam, maka setiap langkah
kakinya terhitung sebagai puasa dan salat setahun.” (HR. Tirmidzi) (Keutamaan Dan
Hikmah Salat Jumat Agar Umat Muslim Semakin Bertakwa | Kumparan.Com, n.d.)

I. Pengertian Sholat Jama’ dan Qashar


1. Shalat Jama’
Shalat jama’ ialah melaksanakan dua shalat wajib dalam satu waktu.Seperti
melaksanakan shalat Dzuhur dan shalat Ashar di waktu Dzuhur. Menjama’ shalat separti
ini dinamakan Jama’ Taqdim. atau melaksanakan shalat dzuhur dan ashar di waktu Ashar
dinamakan Jama’ Ta’khir. Dan melaksanakan shalat Magrib dan shalat Isya’ bersamaan
di waktu sholat Magrib atau melaksanakannya di waktu Isya’.
2. Shalat Qashar
Definisi qashar secara etimologi bahasa arab adalah ringkasan, meringkas. Adapun
definisi qosor menurut terminologi syara’ adalah meringkas sholat fardlu yang empat
raka’at menjadi dua raka’at. Maka biasa yag diqashar hanya sholat dzuhur, ashar, dan
isya’ saja. Sholat qashar adalah sholat yang diringkas dari empat raka’at menjadi dua
raka’at dengan tetap menbaca al-fatihah dan surat. Dengan demikian, sholat maghrib
dan sholat subuh tidak dapat diqashar, karena sholat maghrib tiga raka’at dan subuh dua
raka’at.

J. Dasar Hukum Pelaksanaan Shalat Jama’ dan Qashar


1. Shalat Jama’
Shalat jama’ hukumnya boleh bagi orang-orang yang sedang dalam perjalanan
berada dalam keadaan hujan, sakit atau karena ada keperluan lain yang sukar
11

menghindarinya. Akan tetapi selain dari perjalanan masih diperselisihkan para ulama.
Shalat wajib yang boleh dijama’ ialah shalat dzuhur dengan shalat ashar dan shalat
maghrib dengan shalat isya. Dasarnya hadits Ibnu Abbas :
‫كان رسول هللا صلّى هللا عليه وسلّم يجمع بين صالة الظهر والعصر إذا كان على الظهر سير ويجمع بين المغرب‬
‫والعشاء – رواه البخاري‬
“Rasulullah SAW biasa menjama’ antara shalat dzuhur dengan ashar, apabila beliau
sedang dalam perjalanan dan menjama’ maghrib atau isya”.
Menjama’ shalat isya dengan shubuh tidak boleh atau menjama’ shalat ashar dengan
maghrib juga tidak boleh, sebab menjama’ shalat yang dibenarkan oleh Nabi SAW
hanyalah pada seperti tersebut pada hadits-hadits Ibnu Abbas. Adanya orang yang
menjamin lima shalat wajib sekaligus pada saat yang sama adalah perbuatan yang tidak
dibenarkan. Orang yang melakukan hal semacam ini biasanya beranggapan bahwa boleh
mengqadha shalat. Padahal shalat wajib yang ditinggalkan oleh seorang muslim, selain
karena haid atau nifas atau keadaan bahaya maka orang itu termasuk melakukan dosa
besar dan shalat wajib yang ditinggalkannya itu tidak dapat diganti pada waktu yang lain
atau diqadha. Dalil yang menunjukkan disyari’atkannya sholat jama’ antara lain yaitu :
Allah berfirman dalam al qur’an surah an-Nisa’ ayat 103 :
Sesunggahnya sholat itu adalah kewajiban yang ditentukan oleh waktunya atas
orangorang yang beriman ( QS: An-Nisa’ ayat 103 )1 [7],
Dan waktu-waktu sholat ditentukan secara mutawatir maka tidak boleh ditinggalkan.
Hadist yang diriwayatkan oleh Ibnu Mas’ud, dia berkata “ Aku tidak pernah melihat
Rasulullah SAW sholat diluar waktunya kecuali dua sholat, beliau menggabungkan
antara sholat maghrib dan ‘isya’ di Muzdalifah, dan mengerjakan sholat subuh pada hari
itu sebelum waktunya”.
2. Shalat Qashar
Menqashar sholat dibolehkan dalam al-qur’an, sunnah, dan ijma’. Adapun dalil al
qur’an dalam surah an-Nisa’ : 101 yaitu :
“Dan apabila kamu bepergian di muka bumi, maka tidak lah engkau menqashar
sembahyang (mu), jika kamu takut diserang oleh orang-orang kafir”. Sementara dalam
sunnah, terdapat khabar yang mutawatir bahwa rasulullah SAW. Mengqashar sholatnya
di beberapa perjalanan beliau, baik saat haji, umroh, dan berperang.
Sedangkan dalam ijma’, pendapat para ahli fiqih yang dipegang terpecah menjadi
tiga pendapat: ada yang mengatakan wajib, sunnah, ataupun sekedar keringanan yang
diperselisihkan bagi musafir untuk memilihnya. (Somad & Hidayat, 2019)

K. Beberapa Jenis Sholat Sunnah dan Penjelasannya


1. Sholat Sunnah Rawatib
Macam-macam sholat sunnah yang pertama adalah sholat rawatib. Sholat sunnah ini
adalah salah satu sholat sunah yang menyertai sholat fardhu. Dari segi waktu, sholat rawatib
dibagi menjadi dua, yakni sholat qabliyah dan ba'diyah.
Jika dilakukan sebelum sholat wajib, maka disebut sholat qabliyah. Sedangkan jika
dikejakan sesudah sholat wajib dinamakan sholat ba'diyah.
Dari segi hukum, sholat rawatib juga dibagi menjadi dua, yakni sunah muakkad dan
sunah ghairu muakkad. Sunah muakkad artinya sunah yang sangat dianjurkan karena
12

banyaknya keutamaan di dalamnya. Sedangkan sunah ghairu muakkad artinya sunah yang
memiliki sedkit keutamaan.
Berikut sholat rawatib yang dianjurkan dalam Islam, baik yang hukumnya sunah
muakkad atau ghairu muakkad. Sholat rawatib dari segi waktu dibagi menjadi dua yakni
sholat qabliyah, terdiri dari:

 2 raakaat sebelum sholat subuh


 4 rakaat sebelum sholat zuhur
 2 rakaat sebelum sholat ashar
 2 rakaat sebelum sholat magrib
 2 rakaat sebelum sholat isya
Dan shalat sholat ba'diyah, yang terdiri dari:
 2 rakaat sesudah sholat zuhur
 2 rakaat sesudah sholat magrib
 2 rakaat sesudah sholat isya
Untuk sholat berdasarkan hukumnya, dibagi menjadi dua yakni Sunah muakkad:
 2 rakaat sebelum sholat subuh
 4 rakaat sebelum sholat zuhur
 2 rakaat sesudah sholat zuhur
 2 rakaat sesudah sholat magrib
 2 rakaat sesudah sholat isya
Sedangkan sunah ghairu muakkad:
 2 rakaat sebelum sholat ashar
 2 rakaat sebelum sholat magrib
 2 rakaat sebelum sholat isya
Keutamaan sholat sunah rawatib:
 Dibangunkan rumah di surga
 Dalam suatu hadits dijelaskan bahwa seorang muslim yang mengerjakan 4 rakaat
sholat sebelum zuhur, 2 rakaat sesudahnya, 2 rakaat sesudah magrib, dua rakaat
sesudah isya, dan dua rakaat sebelum subuh akan dibangunkan rumah di surga.
 Sholat sunah 2 rakaat sebelum subuh lebih baik dari dunia dan seluruh isinya,
 Diharamkan dari api neraka.
2. Sholat Sunnah Dhuha
Macam-macam sholat sunnah berikutnya adalah sholat yang dikerjakan di waktu
dhuha, yakni ketika matahari mulai naik 7 hasta sejak terbitnya atau sekitar pukul 7 pagi
hingga waktu sholat zuhur.
Namun di Indonesia, waktu shalat dhuha menurut pada ulama yakni pada pukul 9
pagi. Jumlah rakaat sholat dhuha adalah dua rakaat, namun boleh dikerjakan lebih dari itu
karena tidak ada batasan jumlah rakaat.
Keutamaan sholat dhuha:
 Dijamin kecukupan oleh Allah SWT
 Dibangunkannya rumah dari emas di surga
13

 Setara dengan pahala haji dan umrah


 Menghapuskan dosa
 Mendapatkan pahala seperti halnya orang bersedekah.

3. Sholat Sunnah Tasbih


Sholat tasbih merupakan macam-macam sholat sunnah yang dikerjakan dengan
membaca bacaan tasbih sebanyak 300 kali. Bacaan tasbihnya, "subhanallah, walhamdulillah,
walaa ilaaha illa allah, wallahu akbar." Artinya, "Maha Suci Allah, Segala Puji Bagi Allah, Allah
Maha Besar.
Sholat tasbih tidak bisa dilaksanakan dengan berjamaah dan didirikan sebanyak
empat rakaat. Jika dikerjakan siang hari, maka empat rakaat dengan satu salam.
Sedangkan jika dilaksanakan pada malam hari maka sebanyak empat rakaat dengan dua
salam.
Keutamaan sholat tasbih:
 Mendapatkan ketenangan hati
 Diringankannya cobaan dan ujian
 Menghapuskan segala dosa
 Mendekatkan diri pada Allah SWT.
4. Sholat Sunnah Tahajud
Selain sholat tasbih macam-macam sholat sunnah lainnya adalah Sholat tahajud
yang dikerjakan pada kurun waktu setelah sholat isya dan sebelum sholat subuh. Sholat
tahajud dikerjakan setelah bangun tidur. Jumlah rakaat sholat tahajud adalah dua rakaat
dan tidak terbatas.
Namun dalam suatu hadits dijelaskan bahwa Nabi Muhammad mengerjakan sholat
tahajud lebih dari 11 atau 13 rakaat. Waktu utama melaksanakan sholat tahajud adalah
sepertiga malam terakhir, yakni antara pukul 01.00 hinga memasuki waktu subuh.
Keutamaan sholat tahajud:
 Ditinggikan derajatnya oleh Allah SWT
 Melepaskan ikatan dari setan
 Dikabulkannya segala doa
 Sebagai penghapus dosa-dosa yang telah lalu
 Diridai oleh Allah SWT
 Sebagai amalan yang akan menolong di akhirat kelak
5. Sholat Sunnah Istikharah
Sholat istikharah juga merupakan macam-macam sholat sunah yang dianjurkan
untuk dikerjakan saat kita menemui kebimbangan menentukan pilihan. Pelaksanaan sholat
istikharah sama dengan sholat sunah pada umumnya.
Jumlah rakaat shalat istikharah adalah dua rakaat di waktu yang tidak ditentukan.
Namun beberapa pendapat ulama menyatakan bahwa waktu utama melaksanakan sholat
istikharah adalah pada sepertiga malam.
Keutamaan sholat istikharah:
 Mendatangkan ketenangan hati
14

 Mendapatkan petunjuk dari Allah SWT


 Memantapkan pilihan
 Menjauhi bisikan setan

6. Sholat Sunnah Gerhana


Sesuai dengan namanya, sholat sunah ini dikerjakan saat terjadi gerhana, baik
gerhana bulan maupun gerhana matahari. Jumlah rakaatnya adalah dua rakaat, namun ada
perbedaan tata cara sholat gerhana.
Sholat gerhana dikerjakan dengan dua rakaat dengan 4 kali ruku', yaitu pada rakaat
pertama, setelah melakukan gerakan ruku dan iktidal kemudian membaca surat Al-Fatihah
lagi, lalu ruku dan itidal kembali setelah itu sujud sebagaimana biasa.
Begitu pun selanjutnya pada rakaat kedua. sholat gerhana sebaiknya dilaksanakan
secara berjamaah di masjid. Tidak ada adzan atau iqamah sebelumnya, namun panggilan
"Ash shalatul jami'ah".
7. Sholat Sunnah Taubat
Sama seperti namanya, sholat taubat adalah sholat sunah yang dikerjakan sebagai
bentuk penyesalan seorang muslim setelah melakukan tindakan maksiyat atau tersadar
akan dosa-dosa. Shalat taubat bertujuan agar Allah SWT mengampuni segala dosa yang
telah diperbuat.
Jumlah rakaatnya adalah dua rakaat dan tidak ada waktu khusus. Kapan saja muslim
ingin bertaubat, maka segerakan saja mendirikan sholat. Namun sebagian ulama
menyatakan bahwa waktu yang tepat untuk melaksanakan sholat taubat adalah sepertiga
malam, bisa dilakukan setelah sholat tahajud.
Keutamaan sholat taubat:
 Diampuni dosanya oleh Allah
 Dicintai oleh Allah
 Malaikat ikut berdoa dan memohonkan ampun
8. Sholat Sunnah Witir
Sholat witir adalah sholat yang dikerjakan malam hari sesudah sholat isya dan
sebelum waktu subuh. Sholat sunah ini bertujuan untuk menutup sholat yang genap agar
menjadi ganjil.
Jumlah rakaatnya adalah 3 rakaat, namun ada juga pendapat yang memperbolehkan
witir sebanyak lima atau tujuh rakaat.
Keutamaan sholat witir:
 Amalan yang selalu dikerjakan oleh Rasulullah
 Mendapatkan cinta dari Allah
 Dimasukkan dalam golongan orang yang berhati-hati
 Termasuk amalan yang dikerjakan oleh ahlul Quran
9. Sholat Sunnah Hajat
15

Sholat hajat adalah macam-macam sholat sunnah yang dikerjakan saat seorang
muslim saat hendak memohon kepada Allah untuk mewujudkan suatu hajat (keinginan).
Jumlah rakaat sholat hajat adalah 2 samapai 12 rakaat dengan salam di setiap dua rakaat.
Keutamaan sholat hajat:
 Diwujudkannya keinginan atau hajat yang dimohonkan kepada Allah
 Diampuninya segala dosa
 Ditinggikan derajatnya oleh Allah

10. Sholat Sunnah Istisqa


Macam-macam sholat sunnah selanjutnya ialah sholat istiqa. Sholat istisqa adalah
sholat sunah yang bertujuan untuk meminta hujan. Tata cara sholat istisqa ini sama halnya
dengan tata cara sholat ied, namun khatib mengganti lafadz takbir dengan memperbanyak
lafadz istighfar.
BAB III
PENUTUP

2.1 Kesimpulan
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa shalat Jum’at diwajibkan bagi kaum
laki-laki. Mendirikan sholat Jumat hukumnya adalah fardhu 'ain (wajib), bagi yang
mengingkarinya akan dianggap kafir karena telah diberikan dalil sholat Jum’at yang jelas.
Adapun syarat-syaratnya sebagaimana syarat-syarat shalat lainnya.

2.2 Saran
Makalah yang disajikan ini tidak lepas dari kekurangan dan bahkan belum sempurna.
Untuk itu kami mohon maaf dan kritikannya guna perbaikan makalah ini selanjutnya.
Semoga bermanfaat. Aamiin.

16
DAFTAR PUSTAKA

28 oktb Makalah Shalat Jumat (Kelompok 6). (n.d.).


7 Amalan Hari Jumat yang Dianjurkan Rasulullah SAW. (n.d.). Retrieved
February 17, 2022, from
https://www.idntimes.com/life/inspiration/muhammad-tarmizi-murdianto/
amalan-hari-jumat/7
Amalan yang Dianjurkan Nabi saat Malam Jumat. (n.d.). Retrieved February
17, 2022, from https://m.oase.id/read/wp66rW-amalan-yang-dianjurkan-
nabi-saat-malam-jumat
Bagaimana Seharusnya Sholat Jumat Jika Bertepatan Dengan Hari Raya Idul
Adha - Zona Banten - Halaman 3. (n.d.). Retrieved February 17, 2022, from
https://zonabanten.pikiran-rakyat.com/nasional/pr-23644482/bagaimana-
seharusnya-sholat-jumat-jika-bertepatan-dengan-hari-raya-idul-adha?
page=3
BATAS MINIMAL JUMLAH JAMAAH SHOLAT JUM’AT MENURUT 4
MAZHAB - Desa Banjar Sari. (n.d.). Retrieved February 16, 2022, from
https://www.banjarsari-labuhanhaji.desa.id/artikel/2020/4/17/batas-
minimal-jumlah-jamaah-sholat-jumat-menurut-4-mazhab
Enam Kelompok Orang yang Dibolehkan tak Shalat Jumat | Republika Online.
(n.d.). Retrieved February 16, 2022, from
https://www.republika.co.id/berita/q8vfn9430/enam-kelompok-orang-yang-
dibolehkan-tak-shalat-jumat
Keutamaan dan Hikmah Salat Jumat agar Umat Muslim Semakin Bertakwa |
kumparan.com. (n.d.). Retrieved February 17, 2022, from
https://kumparan.com/berita-hari-ini/keutamaan-dan-hikmah-salat-jumat-
agar-umat-muslim-semakin-bertakwa-1wi9CItTMsr/full
Masalah, A. L. B. (2017). ‫ الق هنع هللا يضر رمع نب‬: ‫ م ّ لسو هيلع هللا ى ّ لص هللا لوسر الق‬. ‫ب ٌ جا ُ ال‬
ِ ‫ ً ة َ ع ب َ الا ملس ُ ّ ل ِ ك‬: َ ‫هللا دبع نع ْ ج ِ و َ ٌ ُ ة َ ع م ُ ىل ع ) دوادوبا هور ( ضي ْ ع ٌ ر ْ َ ا ى َ ل ع ْ و ْ م ٍ م َ ر‬
‫م ِ ص َ ي ب َ ٌ د ب َ ٌ كو ُ ل م‬.

Somad, A., & Hidayat, A. (2019). Ilmu Fikih. 1000.

17

Anda mungkin juga menyukai