Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

SHOLAT QADHA DAN SHOLAT BAGI ORANG YANG SAKIT

Dosen Pengampu: Januri, M. Pd

Di Susun Oleh Kelompok 10 :

Nurlaila : PI.01.221.4832
Nadia Nur Shafitri : PI.01.221.4828
Nurul Aini : PI.01.221.4444

YAYASAN NURUL ISLAM (YASNI)

INSTITUT AGAMA ISLAM (IAI)

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN (FTIK)

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (IAI)

4A/2023
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb.

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT. yang telah
memberikan pentunjuk ,rahmat dan hidayahnya kepada kami sehingga kami
diberikan kemudahan dan kelancaran dala menyelesaikan makalah Sholat Qadha
Dan Sholat Bagi Orang Yang Sakit. Untuk memenuhi tugas mata kuliah Praktik
Ibadah.

Kami mengucapkan terima kasih Kepada Bapak Januri, M. Pd. yang telah
memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai
dengan bidang studi yang kami tekuni dan kepada pihak yang telah membantu
sehingga dapat terselesaikan makalah ini.

Kami menyadari bahwa makalah ini tidak lepas dari kekurangan. Untuk itu,
kritik dan saran yang membangun sangat kami butuhkan untuk menyempurnakan
makalah ini dari segala kekurangannya. Harapan kami semoga makalah ini bisa
memiliki banyak manfaat untuk para pembacanya.

Wassalamualaikum Wr.Wb.

Muara Bungo , 27 April 2023

Kelompok 10

ii
DAFTAR ISI

COVER ........................................................................................................... i

KATA PENGANTAR .................................................................................... ii

DAFTAR ISI ................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1


A. Latar Belakang ............................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ....................................................................................... 1
C. Tujuan Masalah ........................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN ................................................................................ 3
A. Pengertian Sholat Qadha ............................................................................. 3
B. Hukum Sholat Qadha .................................................................................. 4
C. Sholat Bagi Orang Yang Sakit .................................................................... 5
BAB III PENUTUPAN .................................................................................. 9
A. Kesimpulan ................................................................................................. 9
B. Saran ............................................................................................................ 9
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 10

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Salat secara Bahasa adalah doa. Sedangkan secara syara‘, sebagaimana yang
disampaikan imam Rafi‘I adalah perkataan dan perbuatan yang diawali dengan takbir dan
diakhiri dengan salam dengan syarat-syarat tertentu.1

Kewajiban menjalankan salat ditetapkan dalam al-Qur’an. Allah SWT Berfirman:

2
ِ َّ‫اّٰللِ ۗ ُه َو َم ْو ٰلى ُك ْۚ ْم فَ ِن ْع َم ْال َم ْو ٰلى َو ِن ْع َم الن‬
‫ص ْير‬ ‫ص ُم ْوا بِ ه‬ َّ ‫ص ٰلوة َ َو ٰاتُوا‬
ِ َ ‫الز ٰكوة َ َوا ْعت‬ َّ ‫فَاَقِ ْي ُموا ال‬
Dalam sunnah juga banyak hadis-hadis yang mengatakan kewajiban salat. Di antaranya
adalah hadis riwayat Ibnu Umar dari Nabi Muhammad SAW:

‫ وإيتاء الزكاة‬، ‫ وإقام الصالة‬، ‫ وأن محمدا رسول هللا‬، ‫بني اإلسالم على خمس شهادة أن ال إله إال هللا‬
‫سبيالا‬ ‫ وصوم رمضان وحج البيت من استطاع إليه‬3

Salat merupakan ibadah yang dilakukan sesuai waktu yang telah ditentukan. Apabila
seseorang dengan sengaja meninggalkan salat dengan tanpa adanya sebab syara’, maka haram
hukumnya. Menyangkut kelalaian dalam salat, para ulama memberikan gambaran untuk tetap
dilaksanakannya salat oleh orang yang meninggalkannya, atau dalam istilah fikih yaitu dengan
cara qada’. Qada sendiri dalam masalah salat dapat diartikan sebagai mengerjakan salat di luar
waktu yang telah disyari’atkan. Apabila seseorang dibebani sebuah kewajiban
dan dia meninggalkannya, maka pada dasarnya seseorang tersebut menanggung sebuah hutang,
dan kewajiban orang yang berhutang adalah membayarnya. Dalam hal ibadahpun demikian,
apabila seseorang meninggalkan salat, maka pada dasarnya dia memiliki hutang untuk
mengganti salat yang ditinggalkan. Permasalahan dalam masalah qada salat pun merambat
pada perkara saat orang yang berkewajiban salat itu telah meninggal, sedangkan orang tersebut
diperkiraan mempunyai tanggungan salat yang harus diqada, sebab karena sakit atau yang
lainnya, dapatkah digantikan oleh orang lain atau tidak.

1
Muhammad bin Qasim al-Gazi. Fathul Qorib Paling Lengkap, alih bahasa m. Hamim HR dan Nailul Huda
(Kediri: Santri Salaf Press, 2017), hlm. 370.
2
QS. Al-Hajj (22): 78.
3
Muslimal-Hajjaj,SahihMuslim(Riyad}:Baital-Afkarad-Dauliyah,1419 H/1998M),hlm.40.No.Hadis16,Kitabal-
iman,Babal-amribial-imanibillahi ta’ala.

1
B. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian dari sholat qadha?
2. Apa hukum sholat qadha?
3. Bagaumana sholat bagi orang yang sakit?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui tentang apa itu sholat qadha
2. Untuk mengetahui hukum sholat qadha
3. Untuk mengetahui tentang sholat bagi orang yang sakit

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Sholat Qadha’

Di dalam fiqih, istilah qadha dipakai pada dua tempat yaitu dalam arti lembaga
peradilan dan qadha dalam arti pelaksanan kewajiban, khususnya ibadah.Qadha dalam
pengertian yang kedua merupakan pengimbangan dari ada.Fuqaha berbeda pendapat tentang
melakukan kewajiban qadha.Pendapat yang pertama dipelopori oleh ulama mazhab Hanafi,
Hambali, sebagian ulama mazhab Syafi’i, Malik dan umumnya ulama hadits memandang wajib
melaksanakan qadha atas dalil (alasan) perintah ada.

Dari segi boleh atau tidaknya mewakilkan suatu pelaksanaan ibadah kepada orang lain,
ulama fiqh membaginya kepada tiga bentuk :

a. Ibadah yang terkait dengan harta saja, seperti zakat, kafarat dan kurban. Untuk
mendistribusikanya boleh diwakilkan kepada orang lain.
b. Ibadah jasmani saja, seperti shalat dan puasa, ibadah ini tidak bisa diwakilkan kepada
orang lain.
c. Ibadah yang terkait dengan badan dan harta, seperti ibadah haji, boleh diwakilkan pada
orang lain dengan syarat-syarat tertentu.

Sholat qadha adalah sholat yang dilakukan sebagai pengganti atau pelunasan sholat
yang telah terlewat atau tidak dilaksanakan pada waktunya. Ketika seseorang tidak sempat
melaksanakan sholat pada waktu yang ditentukan, baik karena alasan tertentu atau kelalaian,
1mereka diwajibkan untuk melakukan sholat qadha sebagai bentuk perbaikan kewajiban
sholat yang terlewat tersebut.

Proses pelaksanaan sholat qadha cukup sederhana. Setelah mengetahui jumlah sholat
yang terlewat, seseorang dapat melaksanakan sholat qadha pada waktu-waktu yang masih
diperbolehkan untuk melaksanakan sholat. Sholat qadha dapat dilakukan setelah sholat fardhu
atau sholat sunnah muakkadah.

Penting untuk mencatat bahwa menjaga kewajiban sholat pada waktunya adalah hal
yang sangat penting dalam agama Islam. Oleh karena itu, sebaiknya seseorang berusaha untuk
melaksanakan sholat tepat waktu. Namun, jika seseorang telah terlewatkan sholat dalam waktu
yang lama, maka dia harus berusaha untuk menunaikannya secepat mungkin dengan
melaksanakan sholat qadha.

3
Alasan Terlewatnya Sholat: Ada beberapa alasan mengapa seseorang mungkin tidak
dapat melaksanakan sholat pada waktunya, antara lain:

1. Kelalaian atau lupa: Seseorang mungkin lupa atau tidak menyadari waktu sholat.
2. Kesibukan atau keterbatasan waktu: Tuntutan pekerjaan, pendidikan, atau tanggung jawab
lainnya yang membuat seseorang tidak sempat melaksanakan sholat pada waktunya.
3. Sakit atau dalam keadaan tidak mampu: Kondisi kesehatan yang menghalangi seseorang
untuk berdiri atau melakukan gerakan-gerakan sholat.
4. Perjalanan atau bepergian: Ketika seseorang berada di perjalanan, terutama jika berada di
tempat yang sulit untuk melaksanakan sholat.
5. Tidur atau lalai dalam kesadaran: Seseorang mungkin tertidur atau lalai sehingga
melewatkan waktu sholat.

Pentingnya Melaksanakan Sholat Qadha: Ada beberapa pentingnya melaksanakan


sholat qadha, antara lain:

1. Ketaatan kepada Allah: Melaksanakan sholat qadha merupakan bentuk ketaatan kepada
Allah dan upaya memperbaiki kewajiban sholat yang terlewat.
2. Membersihkan diri: Sholat qadha membantu membersihkan diri dari dosa-dosa yang
terkait dengan kelalaian melaksanakan sholat pada waktunya.
3. Membentuk disiplin: Melaksanakan sholat qadha mengajarkan disiplin waktu dan
tanggung jawab terhadap kewajiban agama.
4. Pemeliharaan hubungan dengan Allah: Melaksanakan sholat qadha memperkuat hubungan
spiritual dengan Allah dan meningkatkan kesadaran akan pentingnya ibadah sholat.
5. Mendapatkan rahmat dan pahala: Dalam melaksanakan sholat qadha, seseorang berharap
untuk mendapatkan rahmat dan pahala dari Allah atas keinginannya untuk memperbaiki
kewajiban sholat yang terlewat.
B. Hukum Sholat Qadha
Hukum sholat qadha dalam agama Islam adalah wajib. Sholat qadha menjadi kewajiban
bagi setiap Muslim yang telah terlewatkan sholat pada waktu yang ditentukan. Ini berdasarkan
dalil-dalil agama yang menunjukkan pentingnya menjaga kewajiban sholat pada waktunya.
Pada dasarnya, seseorang diwajibkan untuk melaksanakan sholat pada waktu yang
ditentukan. Namun, jika seseorang melewatkan sholat pada waktunya karena alasan yang sah
seperti kelalaian, kesibukan, sakit, perjalanan, atau kondisi tidak mampu, mereka diharuskan
untuk menggantinya dengan melaksanakan sholat qadha.

4
Hukum sholat qadha ini didasarkan pada prinsip bahwa Allah SWT memerintahkan
umat Muslim untuk melaksanakan sholat sebagai salah satu ibadah pokok. Oleh karena itu,
seseorang yang telah terlewatkan sholat pada waktunya memiliki kewajiban untuk
memperbaiki keterlebihannya dengan melaksanakan sholat qadha.
Dalam melaksanakan sholat qadha, penting bagi seorang Muslim untuk memiliki niat
yang jelas untuk melunasi kewajiban yang terlewat. Hal ini menunjukkan kesungguhan dan
tanggung jawab terhadap ibadah sholat. Selain itu, seseorang juga harus berusaha untuk
melaksanakan sholat qadha sesegera mungkin setelah menyadarinya, tanpa menunda-nunda
pelaksanaannya.
Dalam hal jumlah sholat qadha yang harus dilaksanakan, seseorang perlu menghitung
dan mencatat jumlah sholat yang terlewat. Kemudian, sholat qadha dapat dilakukan secara
bertahap hingga semua sholat yang terlewat telah dilunasi.
Dalam kesimpulannya, sholat qadha memiliki hukum wajib dalam agama Islam.
Melaksanakan sholat qadha adalah kewajiban bagi setiap Muslim yang telah terlewatkan sholat
pada waktunya. Dengan melaksanakan sholat qadha, seseorang dapat memperbaiki
keterlebihan dalam menjaga kewajiban sholat dan menjaga hubungan spiritual dengan Allah
SWT.

C. Sholat Bagi Orang Sakit

Bagi orang yang sakit, terdapat beberapa ketentuan terkait pelaksanaan sholat. Berikut
adalah beberapa hal yang perlu diperhatikan:

1. Sakit yang mengharuskan tidak melaksanakan sholat secara normal: Jika seseorang
mengalami sakit yang membuatnya tidak mampu melaksanakan sholat dengan sempurna,
seperti sakit berat atau kondisi yang membatasi gerakan tubuh, mereka diizinkan untuk
melakukan sholat dengan penyesuaian tertentu. Misalnya, mereka dapat melaksanakan
sholat dalam posisi duduk atau berbaring jika tidak mampu berdiri, serta mengganti
gerakan tertentu jika diperlukan.
2. Penundaan dan penggantian sholat: Jika seseorang sakit dan tidak mampu melaksanakan
sholat pada waktu yang ditentukan, mereka dapat menunda pelaksanaan sholat hingga
kondisi mereka membaik. Ketika kondisi memungkinkan, mereka diharapkan untuk
melaksanakan sholat sesuai dengan waktu yang ditentukan. Namun, jika ada sholat yang
terlewatkan karena sakit, sholat tersebut perlu digantikan dengan sholat qadha setelah
kondisi tubuh membaik.

5
3. Ringannya sakit dan kemampuan melaksanakan sholat: Jika seseorang mengalami sakit
ringan yang tidak membatasi gerakan tubuh atau tidak menghalangi pelaksanaan sholat,
mereka tetap diwajibkan untuk melaksanakan sholat sesuai waktu yang ditentukan. Dalam
hal ini, mereka harus berusaha melaksanakan sholat dengan hati-hati dan menjaga
kebersihan wudhu.
4. Bantuan dari orang lain: Jika seseorang tidak mampu melaksanakan sholat secara mandiri
karena sakit yang parah, mereka dapat dibantu oleh orang lain untuk melaksanakan sholat.
Orang yang memberikan bantuan dapat membantu dalam gerakan dan posisi sholat, serta
membantu memastikan pelaksanaan sholat yang benar.

Penting untuk mencari panduan dan fatwa dari ulama yang berkompeten dalam masalah
fiqih untuk mendapatkan penjelasan yang lebih terperinci dan sesuai dengan kondisi masing-
masing individu. Setiap kondisi sakit dapat memiliki aturan dan pengecualian yang berbeda,
oleh karena itu, konsultasikan dengan sumber yang dapat dipercaya untuk mendapatkan
panduan yang lebih spesifik.

a. hukum sholat bagi orang yang sakit

Hukum sholat bagi orang yang sakit tergantung pada tingkat keparahan sakit dan
kemampuan seseorang untuk melaksanakan sholat. Berikut adalah penjelasan hukum sholat
bagi orang yang sakit:

1. Sakit yang mengharuskan tidak melaksanakan sholat: Jika seseorang mengalami sakit yang
parah atau kondisi yang membuat mereka tidak mampu melaksanakan sholat dengan
sempurna, seperti sakit yang menghalangi gerakan tubuh atau kondisi yang membahayakan
kesehatan mereka, mereka diizinkan untuk tidak melaksanakan sholat secara normal.
Mereka dapat melakukan sholat dengan penyesuaian tertentu, seperti melaksanakan sholat
dalam posisi duduk atau berbaring jika tidak mampu berdiri.
2. Penundaan dan penggantian sholat: Jika seseorang sakit dan tidak mampu melaksanakan
sholat pada waktu yang ditentukan, mereka dapat menunda pelaksanaan sholat hingga
kondisi mereka membaik. Setelah kondisi memungkinkan, mereka diharapkan untuk
melaksanakan sholat sesuai dengan waktu yang ditentukan. Namun, jika ada sholat yang
terlewatkan karena sakit, sholat tersebut perlu digantikan dengan sholat qadha setelah
kondisi tubuh membaik.
3. Sakit ringan dan kemampuan melaksanakan sholat: Jika seseorang mengalami sakit ringan
yang tidak membatasi gerakan tubuh atau tidak menghalangi pelaksanaan sholat, mereka

6
tetap diwajibkan untuk melaksanakan sholat sesuai waktu yang ditentukan. Dalam hal ini,
mereka harus berusaha melaksanakan sholat dengan hati-hati dan menjaga kebersihan
wudhu.
4. Bantuan dari orang lain: Jika seseorang sakit parah dan tidak mampu melaksanakan sholat
secara mandiri, mereka dapat dibantu oleh orang lain untuk melaksanakan sholat. Orang
yang memberikan bantuan dapat membantu dalam gerakan dan posisi sholat, serta
memastikan pelaksanaan sholat yang benar.

Dalam situasi apapun, penting untuk berkonsultasi dengan seorang ulama atau ahli
agama yang kompeten untuk mendapatkan panduan yang sesuai dengan kondisi kesehatan dan
keadaan seseorang. Mereka dapat memberikan penjelasan lebih rinci dan spesifik sesuai
dengan keadaan individu yang sakit.

b. tata cara sholat bagi orang yang sakit

Tata cara sholat bagi orang yang sakit dapat disesuaikan dengan kondisi kesehatan dan
kemampuan individu. Berikut adalah tata cara sholat bagi orang yang sakit:

1. Wudhu: Lakukan wudhu secara sempurna sesuai dengan tata cara wudhu biasa, kecuali jika
kondisi sakit membatasi kemampuan untuk menggunakan air secara normal. Dalam hal ini,
dapat digunakan tayamum sebagai pengganti wudhu.
2. Posisi sholat:Jika seseorang mampu berdiri, mereka dapat melaksanakan sholat dalam
posisi berdiri. Jika terasa terlalu melelahkan, mereka dapat menggunakan bantuan tongkat
atau alat penopang untuk menjaga keseimbangan, Jika tidak mampu berdiri, mereka dapat
melaksanakan sholat dalam posisi duduk di kursi atau sofa yang nyaman. Mereka juga
dapat melaksanakan sholat dalam posisi berbaring jika tidak mampu duduk, Jika seseorang
tidak mampu bergerak atau berpindah posisi, mereka dapat melaksanakan sholat dalam
posisi berbaring dengan mempertahankan arah kiblat.
3. Gerakan sholat: Jika melaksanakan sholat dalam posisi berdiri, seseorang dapat melakukan
gerakan rukuk dan sujud dengan berpegangan pada tongkat atau alat penopang, Jika
melaksanakan sholat dalam posisi duduk, seseorang dapat melaksanakan gerakan rukuk
dan sujud dengan posisi tubuh yang stabil dan nyaman di atas kursi atau sofa, Jika
melaksanakan sholat dalam posisi berbaring, seseorang dapat melaksanakan gerakan rukuk
dengan sedikit mengangkat kepala dan gerakan sujud dengan menekuk lutut dan
memposisikan dahi serta hidung di tempat yang sesuai.

7
4. Bacaan sholat: Usahakan untuk membaca bacaan sholat yang sesuai dengan kemampuan
dan keadaan individu. Jika tidak mampu membaca dengan lisan, mereka dapat membaca
dalam hati.
5. Durasi sholat: Jika seseorang merasa terlalu lelah atau sakit saat melaksanakan sholat,
mereka dapat memperpendek durasi sholat dengan mengurangi jumlah rakaat atau
mempersingkat bacaan. Namun, tetaplah menjaga konsentrasi dan kehormatan dalam
melaksanakan sholat.

8
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Sholat qadha adalah sholat yang dilakukan untuk menggantikan sholat yang telah
terlewatkan atau tidak dikerjakan pada waktunya.

Hukum sholat qadha adalah wajib bagi setiap Muslim. Jika seseorang melewatkan
sholat pada waktu yang ditentukan, mereka harus menggantinya dengan sholat qadha pada
waktu yang lain. Ini adalah tanggung jawab yang harus dipenuhi untuk mendapatkan
pengampunan dari Allah SWT.

Bagi orang yang sakit, sholat memiliki beberapa pengecualian dan kemudahan. Jika
seseorang tidak mampu melaksanakan sholat dalam posisi berdiri, mereka dapat
melaksanakannya dalam posisi duduk atau berbaring. Jika seseorang tidak mampu berwudhu
karena kondisi kesehatan mereka, mereka dapat melakukan tayamum sebagai pengganti
wudhu. Jika kondisi sakit mereka sangat parah sehingga mereka tidak mampu melaksanakan
sholat, mereka diizinkan untuk menggantinya dengan sholat pengganti setelah kondisi mereka
membaik. Intinya, agama Islam memberikan kemudahan bagi orang yang sakit untuk
melaksanakan kewajiban sholat dengan sebaik-baiknya sesuai dengan kondisi mereka.

B. Saran

Demikian penulisan makalah kami.dan kami pemakalah menyadari, masaih begitu banyak
kekurangan di dalam makalah, dan kami memohon kepada pembaca untuk dapat memberikan
kritik dan sarannya kepada penulis untuk lebih baik lagi kedepan nya di dalam pembuatan
makalah ini.

9
DAFTAR PUSTAKA

Dahlan, Abdul Aziz, dkk. Ensiklopedi Hukum Islam. Jakarta: Ictiar Baru Van Hoeve, 1996.
cet. Ke-1

Muhammad bin Qasim al-Gazi. Fathul Qorib Paling Lengkap, alih bahasa m. Hamim HR dan
Nailul Huda. Kediri: Santri Salaf Press. 2017.

Muslimal-Hajjaj. SahihMuslim. Riyad :Baital-Afkarad-Dauliyah,1419 H/1998M. No.Hadis


16. Kitabal-iman,Babal-amribial-imanibillahi ta’ala.

10

Anda mungkin juga menyukai