Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

PERKARA SHALAT
MAKALAH INI DIBUAT UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH FIQH
IBADAH

Dosen pengampu : M. Badarudin,M.Pd.

Disusun oleh :
Kelas/Semester: B/I
Kelompok V
Gina Indriani (2201081006)
Ummu Aqyla Baroroh (2201082008)
Rahma Nida Alhusna (2201081012)

PROGRAM STUDI TADRIS BIOLOGI


FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI METRO
TAHUN 2022
KATA PENGANTAR

Segala Puji bagi Allah Tuhan Semesta Alam yang telah melimpahkan Taufik dan
Hidayahnya sehingga makalah ini dapat terselesaikan tepat waktu. Shalawat beriringkan
salam semoga selalu tercurah limpahkan kepada Baginda Nabi Allah Muhammad
shallallahu’alaihiwassallam.

Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih terhadap bantuan, dorongan, dan juga masukan
dari semua pihak yang telah berkontribusi dalam penyelesaian makalah ini. Penulis sangat
berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat dan menambah wawasan serta pengalaman
bagi pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah ini dapat dipahami dengan
baik dan diamalkan oleh pembaca.

Bagi kami penyusun, merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah
ini dikarenakan keterbatasan pengetahuan dan pengalaman kami. Untuk itu kami sangat
mengharapkan kritik dan juga saran yang membangun dari pembaca untuk para penyusun
demi kesempurnaan makalah ini.

Metro, 29 September 2022

Kelompok V
MAKALAH
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Hal Yang Membatalkan Shalat
2.2 Jumlah Rakaat Dalam Shalat
2.3 Perkara Yang Tertinggal Dalam Shalat
2.4 Waktu Shalat Yang Diharamkan
2.5 Macam-Macam Sholat Sunnah
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Secara bahasa kata fiqih dapat diartikan al-Ilm, artinya ilmu, dan al-fahm, artinya
pemahaman. Jadi fiqih dapat diartikan ilmu yang mendalam.
Secara istilah fiqih adalah ilmu yang menerangkan tentang hukum-hukum syar’i yang
berkaitan dengan perbuatan-perbuatan para mukalaf yang dikeluarkan dari dalil-dalilnya yang
terperinci.
Mukalaf adalah orang yang layak dibebani dengan kewajiban. Seorang dianggap mukalaf
setidaknya ada dua ukuran; pertama, aqil, maksudnya berakal. Cirinya adalah seseorang
sudah dapat membedakan antara baik dan buruk, dan antara benar dan salah. Kedua, baligh,
maksudnya sudah sampai pada ukuran-ukuran biologis. Untuk laki-laki sudah
pernah ikhtilam (mimpi basah), sedangkan perempuan sudah haid.

Sementara itu ibadah secara bahasa ada tiga makna; (1) ta’at (‫( ;)الطاعة‬2) tunduk (‫;)الخضوع‬
(3) hina (‫ذ ّل‬JJ‫ ;)ال‬dan (‫ك‬JJ‫)التنس‬
ّ pengabdian. Jadi ibadah itu merupakan bentuk ketaatan,
ketundukan, dan pengabdian kepada Allah.

Adapun pendapat lain mengenai ibadah adalah:

‫التقرب ألى هللا بامتثال أوامره واجتنا ب نواهيه والعمل بما أذن به الشا رع وهي عامة وخاصة‬

Ibadah adalah mendekatkan diri kepada Allah dengan melaksanakan perintah-perintah-Nya


dan menjauhi larangan-larangan-Nya. Juga yang dikatakan ibadah adalah beramal dengan
yang diizinkan oleh Syari’ Allah Swt.; karena itu ibadah itu mengandung arti umum dan arti
khusus.

Ibadah dalam arti umum adalah segala perbuatan orang Islam yang halal yang
dilaksanakan dengan niat ibadah. Sedangkan ibadah dalam arti yang khusus adalah perbuatan
ibadah yang dilaksanakan dengan tata cara yang telah ditetapkan oleh Rasulullah Saw. Ibadah
dalam arti yang khusus ini meliputi Thaharah, Shalat, Zakat, Shaum, Hajji, Kurban, Aqiqah
Nadzar dan Kifarat.

Dari dua pengertian tersebut jika digabungkan, maka Fiqih Ibadah adalah ilmu yang
menerangkan tentang dasar-dasar hukum-hukum syar’i khususnya dalam ibadah khas seperti
meliputi thaharah, shalat, zakat, shaum, hajji, kurban, aqiqah dan sebagainya yang
kesemuanya itu ditujukan sebagai rasa bentuk ketundukan dan harapan untuk mecapai ridla
Allah.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa saja yang dapat membatalkan shalat ?


2. Ada berapa jumlah rakaat pada setiap shalat fardhu ?
3. Apa saja perkara yang tertinggal dalam melaksanakan shalat ?
4. Kapan waktu yang diharamkan untuk melaksanakan shalat ?
5. Ada berapa macam jenis shalat sunnah ?

1.3 Tujuan

1. Untuk dapat mengetahui hal-hal yang dapat membatalkan shalat.


2. Untuk mengetahui berapa jumlah rakaat pada shalat fardhu.
3. Untuk mengetahui perkara apa saja yang tertinggal dalam shalat.
4. Untuk dapat mengetahui kapan waktu yang diharamkan untuk shalat.
5. Untuk mengetahui ada berapa macam-macam shalat sunnah.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Hal yang Membatalkan Shalat

Ada hal yang dapat membatalkan solat, yaitu sebagi berikut :

1. Dalam Keadaan Berhadas

Hal yang membatalkan shalat ialah berhadas, baik hadas besar maupun hadas
kecil.Hadas dalam hal ini ialah keadaan tidak suci pada diri seorang muslim yang telah
baligh. Yang terbagi dalam hadas besar dan hadas kecil.

Contoh hadas kecil ialah setelah kencing, atau setelah buang air besar. Jika akan
melaksanakan shalat, diwajibkan untuk bersuci terlebih dahulu dengan cara berwudu.

Sedangkan hadas besar seperti haid, mengharuskan seseorang untuk mandi junub atau mandi
besar. Hal ini selaras dengan sabda Nabi Muhammad SAW:

“Jika datang haid, maka tinggalkanlah shalat. Jika darah haid tersebut sudah berhenti, maka
mandilah dari darah tersebut, lalu shalatlah.” (HR. Bukhari dan Muslim).

2. Terkena Najis

Salah satu hal yang membatalkan shalat ialah terkena najis. Najis merupakan zat yang
menyebabkan seseorang tidak dalam keadaan suci. Daripadanya jika hendak melakukan
shalat diwajibkan untuk bersuci, menjauhkan diri dari najis tersebut.

Terkena najis adalah hal yang membatalkan shalat. Najis seperti kencing, kotoran, darah haid,
air mani, minuman keras, kotoran hewan yang haram dimakan, hingga bangkai hewan
kecuali bangkai manusia, ikan, dan belalang. Contoh najis tersebut jika menempel pada tubuh
atau pakaian yang digunakan untuk shalat akan membatalkan shalat.

Sebagaimana dijelaskan oleh Nabi Muhammad SAW:

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda, “Bersihkanlah diri dari kencing. Karena kebanyakan siksa kubur berasal dari bekas
kencing tersebut.”
3. Berbicara dengan Sengaja

Hal yang membatalkan shalat selanjutnya ialah sengaja berbicara saat shalat.
Berbicara dalam hal ini ialah bukan melantunkan bacaan doa dan zikir dari Al-Qur'an
melainkan berbicara layaknya mengucapkan kata-kata dalam sehari-hari.

Hal yang membatalkan shalat ini telah dilarang oleh Nabi Muhammad SAW dalam sabdanya:

“Ingatlah shalat itu tidak pantas di dalamnya terdapat perkataan manusia. Shalat itu hanya
tasbih, takbir dan bacaan Alquran.” (HR. Muslim).

4. Aurat yang Terbuka

Saat seorang muslim melakukan shalat tiba-tiba auratnya terbuka secara sengaja,
maka ketentuannya ialah ia batal dalam shalatnya. Hal yang membatalkan shalat ini tidak
berlaku jika auratnya terbuka secara tidak sengaja. Mudahnya, aurat yang terbuka secara
tidak sengaja akan menyebabkan shalat batal jika terbuka sekilas dan segera ditutup kembali.

5. Niat Shalat Berubah

Sejatinya, shalat merupakan sebuah ibadah yang berisikan doa dari seorang hamba
kepada Allah SWT. Niat yang lurus diperlukan agar tercapainya doa da harapan tersebut.
Berubahnya niat shalat dapat menjadi hal yang membatalkan shalat.

Meski tidak terkena hadas maupun najis, niat merupakan kunci utama dalam menjalankan
shalat. Dalam hati seorang muslim yang sedang shalat, tiba-tiba terbentik niat untuk tidak
melakukan shalat dalam hatinya. Maka saat itulah shalatnya telah batal.

6. Meninggalkan Rukun Shalat dengan Sengaja

Dalam shalat, harus menerapkan rukun shalat yang tepat. Tidak kurang dan tidak
lebih sesuai dengan tuntunan dalam syariat Islam. Hal yang membatalkan shalat ialah
menambah atau mengurangi rukun shalat dengan sengaja.

Misalnya saat shalat tidak menjalankan membaca Al-Fatihah dan langsung rukuk. Maka
secara otomatis sholatnya telah batal.
7. Membelakangi Kiblat

Telah dijelaskan secara terperinci kiblat umat muslim dalam menjalankan shalat ialah
ke arah Masjidiharam. Tertuang dalam Alquran surat al-Baqarah ayat 144:

“..Maka hadapkanlah wajahmu ke arah Masjidilharam. Dan di mana saja engkau berada,
hadapkanlah wajahmu ke arah itu..”

Secara sengaja bertolak dari arah kiblat merupakan salah satu hal yang membatalkan shalat.

8. Banyak Bergerak

Gerakan dalam rukun shalat telah dicontohkan oleh Nabi Muhammad SAW. Secara
baku, gerakan shalat ini tidak dapat diubah. Selain itu tidak dibolehklan menyisipkan gerakan
lain ke dalam shalat.

Misalnya gerakan berulang yang berulang di luar gerakan shalat. Imam Syafii memberikan
batasan gerakan berulang tersebut hanya dilakukan 3 kali, selebihnya merupakan hal yang
membatalkan shalat.Namun ada gerakan yang diperbolehkan misalnya, meluruskan shaf,
mengisi shaf yang kosong, hingga membenarkan arah kiblat.

9. Tertawa

Tertawa dapat menjadi hal yang membatalkan shalat jika seseorang tidak bisa
menahan tawa hingga tertawa hingga mengeluarkan suara. Beberapa perbedaan pemahaman
terjadi, bahkan tertawa baik itu tersenyum sekalipun sudah menjadikan seseorang batal dalam
shalatnya.

10. Murtad dari Agama Islam

Sungguh disayangkan, murtad dari agama islam membuat shalat seseorang secara
langsung akan batal. Keyakinan dalam beragama merupakan hal utama yang harus dipegang
seseorang dalam menjalankan ibadah shalat.Meninggalkan agama Islam adalah merupakan
hal yang membatalkan shalat.
2.2 Jumlah Rakaat dalam Shalat

Setiap shalat memiliki jumlah rakaat yang berbeda-beda, diantara jumlah rakaat pada
shalat fardu ialah sebagai berikut :

a. Salat Subuh

Biasanya dimulai sejak pukul 4.00 hingga pukul 5.30. Namun sejatinya, menurut pendapat
ulama Subuh diawali ketika fajar sadik muncul.

Sadik adalah cahaya putih yang melintang di sepanjang ufuk timur, dan berakhir sesaat
sebelum matahari terbit (syuruk). sholat Subuh dilaksanakan dalam 2 rakaat wajib.

b. sholat Dzuhur.

Biasanya dilaksanakan dari pukul 11.30 hingga tibanya waktu Ashar.Dzuhur dimulai ketika
matahari telah tergelincir (condong) ke arah barat, dan berakhir ketika masuk waktu Ashar,
dengan jumlah rakaatnya yaitu 4 rakaat.

c. sholat Ashar

sholat Ashar dilaksanakan 4 rakaat. Biasanya dikerjakan dari pukul 3.00 hingga mendekati
waktu Maghrib.Menurut mazhab Syafi'i, Maliki, dan mazhab Hambali, waktu Asar diawali
jika panjang bayang-bayang benda melebihi panjang benda itu sendiri.

Sementara mazhab Hanafi mendefinisikan waktu Asar jika panjang bayang-bayang benda
dua kali melebihi panjang benda itu sendiri. Waktu Asar dapat dihitung dengan algoritma
tertentu yang menggunakan trigonometri tiga dimensi.

d. sholat Maghrib

sholat Magrib dilaksanakan dalam 3 rakaat.Waktu Maghrib umumnya jatuh pada pukul
18.00Magrib diawali sesaat setelah matahari terbenam berakhir, dan berakhir setelah syafak
selesai dan waktu isya dimulai.Terbenam matahari di sini berarti seluruh "piringan" matahari
telah "masuk" di bawah horizon (cakrawala).

e. sholat Isya

sholat Isya dilaksanakan dalam 4 rakaat.sholat Isya dimulai setelah berakhirnya waktu
Maghrib. Yaitu sekitar pukul 19.00.Hingga menjelang terbitnya matahari.
2.3 Perkara Yang Tertinggal Dalam Shalat

Sunnah dan hai’atnya shalat itu keduanya adalah suatu perkara selain dari pada fardhu.

a) Fardhu, Sunnah Dan Haiat Sholat

Kemudian mushannif menerangkan ketiga perkara, bahwa fardhu yang tertinggal itu tidak
dapat diganti dengan sujud sahwi. Tetapi bilamana ia teringat kembali akan fardhu yang
tertinggal dalam shalat tersebut, maka hendaknya mengerjakan fardhu itu dan
menyempurnakan shalatnya.

Atau jika ia teringat sesudah salam, sedang waktunya baru sebentar, maka hendaknya cepat-
cepat mengerjakan fardhu yang tertinggal itu.

Kemudian menyempurnakan perkara-perkara shalat yang masih belum dikerjakan. Dan


supaya mengerjakan sujud sahwi (karena lupa).

b) Hukum Sujud Sahwi

َّ ‫ك َمْأ ُموْ ٍر بِ ِه فِ ْي ال‬


َ ‫صاَل ِة َأوْ فَع ٍْل َم ْن ِه ٍي َع ْنهُ فِ ْيهَا‬
(‫)و َس َج َد لِل َّسه ِْو‬ ِ ‫ لَ ِك ْن ِع ْن َد تَ َر‬،‫َوهُ َو ُسنَّةٌ َك َما َسيَْأتِ ْي‬

Adapun sujud sahwi, maka hukumnya sunnah, sebagaimana yang akan dating. Akan
tetapi adanya sujud sahwi dilakukan adalah ketika (orang yang shalat) tertinggal (karena
lupa) mengerjakan perkara yang diperintahkan dalam shalat. Atau mengerjakan perkara yang
dilarang.

Pasal: Menerangkan tentang hal-hal yang tertinggal dalam shalat itu ada 3 perkara. yaitu :

1. Fardhunya shalat atau boleh juga disebut rukunnya shalat.


2. Sunnahnya shalat.
3. Hai’atnya shalat.

Sunnah dan hai’atnya shalat itu keduanya adalah suatu perkara selain dari pada fardhu.

c) Sunnah Shalat Yang Tertinggal

Jika seseorang yang shalat itu meninggalkan perkara sunnah, maka ia tidak boleh
mengulang kembali sesudah mengerjakan yang fardhu.
Barangsiapa meninggalkan tahiyyat awal misalnya, kemudian teringat sesudah ia berdiri
tegak, maka tidak boleh mengulang tahiyyat awalnya. Jika ia mengulang tahiyyatnya dengan
sengaja dan mengetahui keharamannya, maka menjadi bathal shalatnya. Atau ia mengulangi
tahiyyatnya karena lupa bahwa sesungguhnya dirinya itu berada di dalam shalat, atau
memang tidak mengetahui (bodoh), maka tidak bathal shalatnya.

Dan baginya wajib terus berdiri ketika ia teringat. Jika ia bersetatus makmum, maka ia
wajib mengulang kembali, karena ia harus mengikuti kepada imamnya. Tetapi hendaknya ia
melakukan sujud sahwi karena tertinggal mengerjakan sunnah sebagaimana dalam contoh
diperbolehkannya tidak mengulang yang tertinggal itu atau mengulang karena kelupaan.

d) Pengertian Sunnah Dalam Shalat

Menurut pendapat mushannif, bahwa pengertian sunnah di sini, ialah sunnah Ab’adh yang
jumlahnya ada enam, yaitu :

1. Tahiyyat awal.
2. Duduk pada tahiyyat awal.
3. Berdoa gunut dalam shalat shubuh.
4. Pada akhir shalat witir dalam setengah yang akhir bulan Ramadlan.
5. Berdiri karena berdoa gunut.
6. Membaca shalawat Nabi dan keluarganya dalam tahiyyat akhir.

e) Sunnah Haiat Shalat

Adapun Sunnah Haiat yaitu seperti membaca tasbih dalam ruku’, sujud dan sebagainya
dari perkara-perkara yang tidak boleh ditambal dengan sujud sahwi.

Bagi orang yang shalat tidak boleh mengulang kembali akan sunnah haiat sesudah tertinggal
dan tidak perlu melakukan sujud sahwi. Sunah Haiat Tersebut baik tertinggalnya itu dengan
sengaja atau karena memang lupa.

f) Ragu-ragu Dalam Shalat

Apabila orang yang shalat itu ragu-ragu dalam bilangan rakaat yang telah ia kerjakan
sebagaimana ragu-ragu, apakah ia sudah shalat tiga atau empat rakaat, maka hendaknya
menetapkan yang telah nyata (yang yakin).
Karena itulah yang lebih sedikit seperti tiga rakaat dalam contoh ini dan kemudian
mengerjakan satu rakaat lagi.Dan tidak ada gunanya orang tersebut menerapkan berdasarkan
dugaan, bahwa ia telah mengerjakan shalat empat rakaat.

Demikian juga tidak boleh mengerjakan rakaat shalatnya itu berdasarkan ucapan orang lain,
bahwa sesungguhnya ia sudah mengerjakan empat rakaat. Meskipun ucapan orang tersebut
tepat mengenai bilangan beberapa rakaat yang telah dikerjakan oleh orang yang shalat
tersebut.

g) Waktu Sujud Sahwi

Adapun sujud sahwi itu sendiri hukumnya sunnah, sebagaimana keterangan terdahulu.
Sedang tempatnya mengerjakan sujud sahwi yaitu sebelum salam.

Oleh karenanya jika orang yang shalat sengaja salam disertai kesadaran akan kelupaannya,
atau memang lupa dan masa berpisahnya sudah lama menurut pandangan kebiasaan yang
berlaku, maka tempatnya sujud sahwi itu dinyatakan tertinggal.

Bila baru sebentar masa berpisahnya, maka tidak dinyatakan fot dan ketika dalam keadaan
yang demikian ini (yakni tidak fot sujud sahwinya) maka baginya boleh mengerjakan sujud
sahwi atau meninggalkannya.

2.4 Waktu Sholat yang Diharamkan

Beberapa salat sunah dilakukan terkait dengan waktu tertentu namun bagi salat yang
dapat dilakukan pada waktu yang bebas (misal:salat mutlaq) maka harus memperhatikan
bahwa terdapat beberapa waktu yang padanya haram dilakukan salat:

a. Matahari terbit hingga ia naik setinggi tombak. Dalam rentang waktu tersebut tidak
diperbolehkan melakukan shalat. Namun bila posisi tinggi matahari sudah mencapai
satu tombak maka sah melakukan shalat secara mutlak.
b. Ketika waktu istiwa sampai dengan tergelincirnya matahari selain pada hari Jum’at.
Waktu istiwa adalah waktu di mana posisi matahari tepat di atas kepala. Pada saat
matahari berada pada posisi ini diharamkan melakukan shalat. Perlu diketahui bahwa
waktu istiwa’ sangat sebentar sekali sampai-sampai hampir saja tidak bisa dirasakan
sampai matahari tergelincir. Keharaman melakukan shalat di waktu ini tidak berlaku
untuk hari Jum’at. Artinya shalat yang dilakukan pada hari Jum’at dan bertepatan
dengan waktu istiwa’ diperbolehkan dan sah shalatnya.
c. Sesudah ashar sampai matahari terbenam

Rasulullah SAW bersabda: Artinya: “Tak ada shalat setelah shalat subuh sampai matahari
meninggi dan tak ada shalat setelah shalat ashar sampai matahari tenggelam.” (HR. Imam
Bukhari).

d. Sesudah subuh sampai dengan terbitnya matahari.


e. Ketika matahari terbenam hingga sempurna terbenamnya

Berdasarkan hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim:

Artinya: “Ada tiga waktu di mana Rasulullah SAW melarang kita shalat dan mengubur
jenezah di dalamnya: ketika matahari terbit sampai meninggi, ketika unta berdiri di tengah
hari yang sangat panas sekali (waktu tengah hari) sampai matahri condong, dan ketika
matahari condong menuju terbenam hingga terbenam".

2.5 Sholat Sunnah

Selain sholat wajib, terdapat banyak jenis sholat sunnah lainnya, yaitu :

1. Sholat Sunah Rawatib Mu'akkad

Pertama adalah salat sunah rawatib mu'akkad yang sangat disarankan untuk
dikerjakan. Rasulullah SAW sangat memperhatikan bagi umatnya untuk mendirikan 12
rakaat salat sunah rawatib sebisa mungkin apapun kondisinya karena ganjaran bagi orang
yang rajin rajin melaksanakan salat sunah ini tidak utama. Salat sunah rawatib dibagi menjadi
dua bagian sesuai dengan anjuran yang ditegakkannya, yakni salat sunah rawatib muakkad
serta salat sunah rawatib ghoiru muakkad.

Shalat sunnah rawatib adalah shalat sunnah yang dikerjakan sebelum dan sesudah shalat
fardu (shalat lima waktu). Shalat sunnah rawatib yang dikerjakan sebelum shalat fardu
disebut dengan shalat sunnah Qobliyah. Sedangkan shalat sunnah Rawatib yang dikerjakan
setelah shalat fardhu disebut dengan shalat sunnah Ba'diyah.Dalam Fiqih Islam, shalat sunnah
rawatib dibagi menjadi dua jenis, yakni Sunah Muakkad dan Sunah Goiru muakkad.

Sholat rawatib yang muakkad( shalat sunnah yang dikuatkan atau shalat sunnah yanag selalu
dikerjakan Rasulullah dan jarang ditinggalkannya)Sebgaiman tertulis dalam hadist riwayat at-
Tirmidzi nomor 414.
Allah SWT menjanjikan ganjaran berupa dibangunkan rumah di surga nanti bagi hamba-Nya
yang menunaikan 12 rakaat salat sunah rawatib muakkad. Sebagaimana yang disebutkan di
atas, 12 rakaat salat sunah rawatib muakkad adalah sebagai berikut:

 2 rakaat sebelum salat subuh


 2 atau 4 rakaat sebelum salat zuhur
 2 atau 4 rakaat sebelum salat zuhur
 2 rakaat sebelum salat maghrib
 2 rakaat sebelum salat isya

2. Sholat Sunah Rawatib Ghoiru Mu'akkad

Kedua adalah salat sunah rawatib ghoiru mu'akkad yang pelaksanaanya kurang
ditekankan. Namun, bukan berarti kamu bisa melewatkan shalat sunah ini. Ingatlah bahwa
Allah SWT akan membalas semua perbuatan manusia meskipun beratnya seperti sebuah
kapas.

Salat rawatib ini memiliki jumlah 6 rakaat yang dapat dilaksanakan dengan rincian waktu
sebagai berikut:

 2 atau 4 rakaat sebelum salat ashar ( Dengan satu kali salam setiap melaksanakan 2
rakaat)
 2 rakaat sebelum salat maghrib
 2 rakaat sebelum salat isya

Salat sunah adalah beragam jenis salat yang dianjurkan untuk dikerjakan, akan tetapi tidak
diwajibkan. Seorang muslim tidak berdosa ketika tidak melaksanakan salat sunah, sedangkan
melaksanakannya berarti memperoleh pahala.Selain ibadah wajib salat yang berjumlah 5
waktu dalam sehari, terdapat deretan ibadah salat sunah yang bisa dikerjakan untuk memetik
pahala lebih.

1. Sholat sholat sunnah yang pelaksanaannya diserahkan berjamaah, itu ada 5 yaitu:

 Shalat hari raya atau shalat ‘id, baik hari raya Idul Fitri ataupun Idul Adha. Dalam
mengerjakan kedua shalat ini dianjurkan berjamaah sebagai bentuk atau simbol dari
syiar Islam.
 Shalat gerhana, baik shalat gerhana matahari (kusuf) ataupun gerhana bulan (khusuf).
Hukum mengerjakan shalat ini adalah sunnah muakkad.
 Shalat istisqa’, yaitu shalat minta hujan. Di saat kemarau melanda dan hujan tidak
turun-turun dianjurkan untuk mengerjakan shalat istiqa’ dengan tujuan untuk meminta
doa kepada Allah agar hujan diturunkan
 Shalat tarawih, yaitu shalat sunnah yang dikerjakan selama bulan Ramadhan. Shalat
tarawih sangat dianjurkan mengerjakannya dan merupakan bagian dari mendirikan
malam Ramadhan.
 Shalat tasbih, yaitu shalat yang dikerjakan sebanyak empat rakaat dan satu salam.
Boleh juga dikerjakan empat rakaat dengan dua salam.

2. Salat wudu

Salat wudu adalah salat sunah dua rakaat yang dikerjakan seusai wudu.

3. Salat Tahiyatul Masjid

Salat tahiyatul masjid adalah salat sunah dua rakaat yang dikerjaan ketika masuk masjid,
sebelum Anda duduk. Salat tahiyatul merupakan salat untuk menghormati masjid.

4. Sholat Dhuha

Salat duha adalah salat sunah dua sampai 12 rakaat yang dikerjakan ketika matahari telah
naik.Waktu pelaksanaannya adalah dimulai ketika matahari meninggi setinggi tombak sampai
sebelum zawal, yaitu ketika matahari tegak lurus.Sebagian ulama mengatakan bahwa waktu
dhuha itu sekitar 15 menit setelah matahari terbit.Dan waktu yang paling utama adalah ketika
matahari sudah tinggi dan sinar matahari sudah terik.

5. Salat Tahajud

Sholat tahajud adalah salat sunah yang dilakukan di waktu malam. Sebaiknya dilakukan di
sepertiga malam terakhir dan sesudah kita terlelap sebelumnya. Salat sunah ini minimal
dilakukan 2 rakaat.

6. Salat Istikharah

Salat istikharah adalah salat sunah dua rakaat untuk meminta petunjuk yang baik jika kita
sedang dihadapkan dengan dua pilihan. Waktu yang baik untuk melakukan salat sunah ini
adalah dua per tiga malam terakhir.

7. Salat Hajat
Salat hajat adalah salat sunah yang dilakukan untuk memohon agar hajat kita dikabulkan atau
diperkenankan oleh Allah SWT. Salat sunah ini dilakukan minimal 2 rakaat dan maksimal 12
rakaat dengan salam tiap 2 rakaat.

8. Salat Mutlaq

Salat mutlaq adalah salat sunah yang tidak memiliki kaidah waktu pengerjaan dan tidak
memiliki sebab untuk dilakukan. Jumlah rakaatnya pun tidak dibatasi.

9. Salat Taubat

Salat sunnah adalah salat yang dilakukan setelah merasa berbuat dosa kepada Allah SWT.

10. Salat Witir

Salat witir adalah salat sunah muakkad atau dianjurkan yang dirangkaikan sebagai penutup
salat tarawih.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Dari penjelasan makalah di atas, maka dapat disimpulkan bahwa ada beberapa hal
yang dapat membatalkan shalat, yaitu saat keadaan berhadast, terkena najis, berbicara dengan
sengaja, aurat yang terbuka, niat shalat yang berubah, meninggalkan rukun shalat dengan
sengaja, membelakangi kiblat, banyak bergerak, tertawa, dan murtad dari agama Allah
subhanahuwata’ala.

Adapun jumlah rakaat dalam shalat fardhu yaitu ; Shalat subuh terdiri dari 2 rakaat, Shalat
zuhur terdiri dari 4 rakaat, Shalat ashar terdiri dari 4 rakaat, Shalat magrib yang terdiri dari 3
rakaat, dan Shalat isya yang terdiri dari 4 rakaat.

Perkara yang tertinggal dalam shalat terbagi menjadi 7 yaitu, Fardhu, sunnah, dan haiat
shalat, Hukum sujud syahwi, Sunnah shalat yang tertinggal, Pengertian sunnah dalam shalat,
Sunnah haiat shalat, Ragu-ragu dalam shalat, dan Waktu sujud syahwi.

Waktu shalat yang diharamkan yaitu saat matahari terbit hingga ia naik setinggi tombak,
ketika waktu istiwa sampai dengan tergelincirnya matahari selain pada hari jum’at, sesudah
ashar sampai matahari terbenam, sesudah subuh sampai terbitnya matahari, dan ketika
matahari terbenam hingga sempurna terbenamnya.

Shalat yang Allah subhanahuwata’ala perintahkan bukan hanya shalat fardhu melainkan ada
shalat sunnah sebagai pelengkap dari shalat fardhu, diantara shalat sunnah adalah shalat
sunnah rawatib mua’kad dan ghoiru mua’kad, shalat wudhu, shalat tahiyatul masjid, shalat
dhuha, shalat tahajud, shalat istikharah, shalat hajat, shalat taubat, shalat mutlak ,dan shalat
witir. Adapun shalat sunnah yang dilakukan secara berjama’ah yaitu shalat i’ed pada saat hari
raya, shalat gerhana baik itu bulan maupun matahari, shalat tarawih yang dilakukan di bulan
suci Ramadhan, shalat istis’qo yaitu shalat untuk meminta hujan, dan shalat tasbih.
3.2 Saran

Penulis menyadari bahwa penulis masih sangat jauh sekali dari kata-kata sempurna,
untuk kedepannya penulis akan lebih jelas dan lebih fokus lagi dalam menerangkan
penjelasan mengenai makalah diatas dengan sumber-sumber yang lebih lengkap dan lebih
banyak lagi, dan tentunya bisa untuk dipertanggung jawabkan. Untuk saran yang akan kalian
berikan kepada penulis, bisa berupa kritikan-kritikan dan saran-saran kepada penulis guna
untuk menyimpulkan kepada kesimpulan dari pembahasan makalah yang sudah dijelaskan
didalam makalah.
DAFTAR PUSTAKA

Internet :

https://m.merdeka.com/jateng/hal-yang-membatalkan-shalat-ini-aturannya-dalam-syariat-
islam-kln.html?page=4

https://www.fiqih.co.id/perkara-yang-tertinggal-dalam-shalat/
Watiniyah, Ibnu (2019). Tuntunan Lengkap 99 Salat Sunah Superkomplet. Jakarta: Kaysa
Media. ISBN 978-602-215-048-0.

https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=https://islam.nu.or.id/shalat/
lima-waktu-yang-diharamkan-shalat-
n3gQC&ved=2ahUKEwi4yLzSnq_6AhX2cGwGHWg8BZMQFnoECDcQAQ&usg=AOvVaw
0Ri4ijQ70EXDareKaJ4im1

https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=https://www.islampos.com/ini-
2-jenis-shalat-rawatib-beserta-jumlah-rakaat-dan-waktunya212275/
&ved=2ahUKEwjV3ICPma_6AhUGSWwGHStICwIQFnoECCkQAQ&usg=AOvVaw0rfMNY
pLv7NLb5SRqLKnuC

https://jateng.tribunnews.com/2022/02/25/5-sholat-wajib-lengkap-dengan-jumlah-rakaat-
dan-waktu-pelaksanaan

Kitab :

Fathul Qarib

Anda mungkin juga menyukai