Disusun oleh:
Alika Izza Achmad
11230960000043
Kelas Kimia B
JURUSAN KIMIA
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGRI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kepada kehadirat Allah SWT karena dengan rahmat, karunia, serta
taufik dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah tentang praktikum Qiroah ini
dengan baik. Dan juga saya berterima kasih kepada Bapak Dr. Saefudin, M.Pd.I selaku Dosen
Mata kuliah praktikum Qiroah UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan tugas
ini kepada penulis.
Penulis sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan seerta
pengetahuan mengenai Shalat dalam Islam. Namun demikian, saya menyadari bahwa
penulisan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Dengan segala kerendahan hati, kritik
dan saran dari berbagai pihak sangat kami harapkan untuk penyempurnaan makalah
berikutnya.
Demikian yang dapat kami sampaikan. Semoga makalah ini akan besar manfaatnya untuk
dunia pendidikan.
Penyusun
DAFTAR ISI
BAB I: PENDAHULUAN 1
1.1. Latar Belakang 1
1.2. Rumusan Masalah 2
1.3. Tujuan 2
BAB II: PEMBAHASAN 3
2.1. Pengertian Shalat Dalam Islam 3
2.2. Kedudukan Shalat Dalam Islam 3
2.3. Jenis Shalat Dalam Islam 5
2.4. Fungsi Shalat Dalam Islam …7
2.5. Sejarah Shalat Dalam Islam 8
2.6. Hikmah Shalat Dalam Islam 8
2.7. Cara Mengamalkan Ajaran Dan Nilai Shalat Dalam Kehidupan Sosial 9
2.8. Relasi Shalat Dengan Konsep Diri/Perilaku Manusia 10
2.9. Tata Cara Shalat Menurut Syariat Islam …12
BAB I: PENUTUP 20
3.1. Kesimpulan 20
DAFTAR PUSTAKA 23
BAB I
PENDAHULUAN
Mengapa Allahu Akbar, artinya di dunia ini tidak ada yang maha besar kecuali Allah.
Ruku’ intiqal, semoga Allah mendengar doa-doa kita. Allahu Akbar selalu dibaca dalam
setiap perpindahan gerakan salat. Salat menjadi kebutuhan apaila diketahui manfaat apa
yang diperoleh dengan menegakkan salat itu. Dalam hukum Islam diketahui bahwa salat
merupakan sarana mendekatkan diri kepada Allah SWT. Salat merupakan pernyataan rasa
syukur yang mendalam atas segala karunia dan rahmat Allah SWT. dengan salat dapat
mendeklarasikan sebagai makhluk ciptaan Allah yang tunduk dan taat pada setiap
perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya Perintah salat dan sekaligus hikmah yang
dikandung di dalamnya terdapat pada firman Allah SWT. Dalam QS. QS al-Ankabut.29:
45.
ۤا ٰل ٰل َۗة
ُاْتُل َم ٓا ُاْو ِح َي ِاَلْيَك ِم َن اْلِكٰت ِب َو َاِقِم الَّص و ِاَّن الَّص وَة َتْنٰه ى َع ِن اْلَفْح َش ِء َو اْلُم ْنَك ِر
َۗو َلِذ ْك ُر ِهّٰللا َاْك َبُرۗ َو ُهّٰللا َيْع َلُم َم ا َتْص َنُعْو َن
“Bacalah apa yang Telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al Kitab (Al Quran) dan Dirikanlah
shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan- perbuatan) keji dan mungkar. dan
Sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadat-ibadat
yang lain). dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.”
Ayat ini dapat diketahui bahwa selain menjadi salah satu dalil diwajibkannya salat juga
menunjukkan betapa bermanfaatnya salat bagi orang yang mendirikannya, dan sekaligus
mengandung hikmah yang dapat mencegah dari perbuatan keji dan yang munkar. Perbuataan
munkar adalah perbuatan yang jika dilakukan adalah usaha untuk menjauhkan diri dari Allah
SWT.
1
1.2. Rumusan Masalah
1.3. Tujuan
2
BAB II
PEMBAHASAN
“Pokok perkara adalah Islam, tiang adalah shalat, dan puncak perkaranya adalah
jihad.” (HR. Tirmidzi no.2616. Tirmidzi mengatakan bahwa hadist ini hasan shahih.
Al-Hafizh Abu Thohir mengatakan bahwa hadist ini hasan1). Yang namanya tiang
suatu bangunan jika ambruk, maka ambruk pula bangunan tersebut. Sama halnya pula
bangunan Islam.
3
2. Shalat adalah amalan yang pertama kali akan dihisab. Amalan seseorang bisa dinilai
baik buruknya dinilai dari shalatnya.
“Sesungguhnya amal hamba yang pertama kali akan dihisab pada hari kiamat
adalah shalatnya. Apabila shalatnya baik, dia akan mendapatkan keberuntungan dan
keselamatan. Apabila shalatnya rusak, dia akan menyesal dan merugi. Jika ada yang
kurang dari shalat wajibnya, Allah SWT mengatakan, ‘Lihatlah apakah pada hamba
tersebut memiliki amalan shalat sunnah?’ Maka shalat sunnah tersebut akan
menyempurnakan shalat wajibmu yang kurang. Begitu juga amalan lainnya seperti
itu.”
Dalam riwayat lainnya, “Kemudian zakat akan diperhitungkan seperti itu. Kemudian
amalan lainnya akan dihisab seperti itu pula.” (HR. Abu Daud no. 864, Ahmad 2:425,
Hakim 1:262, Baihaqi 2:386)
“Tali ikatan islam akan putus seutas demi seutas. Setiap kali terputus, manusia
bergantung pada takli berikutnya. Yang paling awal terputus adalah hukumnya, dan
yang terakhir adalah shalat.” (HR Ahmad 5:251)
Hadist ini jelas menyatakan bahwa ketika tali Islam yang pertama sudah putus dalam
diri seseorang, yaitu ia tidak berhukum pada hukum Islam, ia masih bisa disebut
Islam. Disini Nabi tidak mengatakan bahwa ketika tali pertama putus maka kafirlah
ia. Bahkan masih ada tali-tali yang lain hingga yang terakhir adalah shalatnya.
“Yang pertama kali diangkat dari diri seseorang adalah amanat dan yang terakhir
tersisa adalah shalat.” (HR. Al-Hakim, AT-Tirmidzi)
“Jagalag shalat, jagalah shalat, dan budak-budak kalian.” (HR. Ahmad 6:290)
4
5. Allah memuji orang yang mengerjakan shalat.
َو ٱْذ ُك ْر ِفى ٱْلِكَٰت ِب ِإْس َٰم ِع يَل ۚ ِإَّن ۥُه َك اَن َص اِد َق ٱْلَو ْع ِد َو َك اَن َر ُس واًل َّنِبًّيا
Artinya: “Dan ceritakanlah (Muhammad) kepada mereka kisah ismail (yang tersbut)
di dalam Al-Qur’an. Sesungguhnya ia adalah seseorang yang benar janjinya, dan dia
adalah seorang rasul dan nabi.”
َو َك اَن َيْأُم ُر َأْهَل ۥُه ِبٱلَّص َلٰو ِة َو ٱلَّز َكٰو ِة َو َك اَن ِع نَد َر ِّبِهۦ َم ْر ِض ًّيا
Artinya: “Dan ia menyuruh ahlinya untuk bersembahyang dan menunaikan zakat, dan
dia adalah seseorang yang diridhai di sisi Tuhannya.”
َفَخ َلَف ِم ْۢن َبْع ِدِهْم َخ ْلٌف َاَض اُع وا الَّص ٰل وَة َو اَّتَبُعوا الَّش َهٰو ِت َفَس ْو َف َيْلَقْو َن َغ ًّيا
Artinya: “Maka datangkah sesudah mereka, pengganti (yang jelek) yang menyia-
nyiakan shalat dan memperturutkan hawa nafsunya, maka mereka kelak akan
menemui kesesatan.”
7. Shalat diwajibkan tanpa perantara Jibril, tetapi Rasul SAW. sendiri yang langsung
mendapatkan perintah shalat ketika beliau melakukan Isra’ dan Mi’raj.
8. Allah membuka amalan seseorang muslim dengan shalat dan mengakhirinya pula
dengan shalat, hal ini yang menunjukkan bahwa amalan shalat sangat ditekankan.
1. Shalat subuh, yaitu shalat yang terdiri dari dua rakaat. Waktu melaksanakan shalat
subuh ialah mulai dari terbitnya fajar sidiq sampai terbitnya matahari.
5
2. Shalat Dzuhur, yaitu shalat dilakukan sebanyak 4 rakaat. Waktu yang
diperbolehkan adalah ketika matahari mulai condong kearah barat sampai
bayangan suatu benda menjadi sama panjangnya dengan benda aslinya.
3. Shalat Ashar, yaitu shalat yang dilakukan sebanyak 4 rakaat. Waktu yang
diperbolehkan adalah mulai sejak habis waktu shalat dzuhur sampai terbenamnya
matahari di ufuk barat.
4. Shalat Magrib, yaitu shalat yang dilakukan sebanyak 3 rakaat. Waktu yang
diperboleh adalah mulai terbenamnya matahari sampai hilang cahaya di ufuk
barat.
5. Shalat Isya, yaitu shalat yang dilakukan sebanyak 4 rakaat. Waktu yang
diperbolehkan adalah saat habis waktu magrib sampai terbit fajar.
B. Shalat Sunnah
6
daripada dua rakaat shalat
sunnah yang dikerjakanya,
Sesungguhnya rahmat
selalu ditaburkan di atas
kepala hamba itu selama ia
dalam sholat=. (HR. Ahmad
dan disahkan oleh Suyuthi).
Dari Abu Umamah diceritakan
bahwa Rasulullah Muhammad
Saw bersabda:
<Allah tidak memperhatikan
suatu amal perbuatan hamba
yang lebih utama
daripada dua rakaat shalat
sunnah yang dikerjakanya,
Sesungguhnya rahmat
7
selalu ditaburkan di atas
kepala hamba itu selama ia
dalam sholat=. (HR. Ahmad
dan disahkan oleh Suyuthi).
Dari Abu Umamah diceritakan
bahwa Rasulullah Muhammad
Saw bersabda:
<Allah tidak memperhatikan
suatu amal perbuatan hamba
yang lebih utama
daripada dua rakaat shalat
sunnah yang dikerjakanya,
Sesungguhnya rahmat
selalu ditaburkan di atas
kepala hamba itu selama ia
dalam sholat=. (HR. Ahmad
8
dan disahkan oleh Suyuthi).
Dari Abu Umamah diceritakan
bahwa Rasulullah Muhammad
Saw bersabda:
<Allah tidak memperhatikan
suatu amal perbuatan hamba
yang lebih utama
daripada dua rakaat shalat
sunnah yang dikerjakanya,
Sesungguhnya rahmat
selalu ditaburkan di atas
kepala hamba itu selama ia
dalam sholat=. (HR. Ahmad
dan disahkan oleh Suyuthi).
9
Dari Abu Umamah diceritakan
bahwa Rasulullah Muhammad
Saw bersabda:
<Allah tidak memperhatikan
suatu amal perbuatan hamba
yang lebih utama
daripada dua rakaat shalat
sunnah yang dikerjakanya,
Sesungguhnya rahmat
selalu ditaburkan di atas
kepala hamba itu selama ia
dalam sholat=. (HR. Ahmad
dan disahkan oleh Suyuthi).
Dari Abu Umamah diceritakan
bahwa Rasulullah Muhammad
Saw bersabda:
10
<Allah tidak memperhatikan
suatu amal perbuatan hamba
yang lebih utama
daripada dua rakaat shalat
sunnah yang dikerjakanya,
Sesungguhnya rahmat
selalu ditaburkan di atas
kepala hamba itu selama ia
dalam sholat=. (HR. Ahmad
dan disahkan oleh Suyuthi).
Dari Abu Umamah diceritakan bahwa Rasulullah Muhammad Saw bersabda:
“Allah tidak memperhatikan suatu amal perbuatan hamba yang lebih utama daripada
dua rakaat shalat sunnah yang dikerjakanya, Sesungguhnya rahmat selalu ditaburkan
di atas kepala hamba itu selama ia dalam sholat.” (HR. Ahmad dan disahkan oleh
Suyuthi).
Shalat sunnah terbafi atas dua macam yaitu muthlaq dan muqoyyad. Untuk shalat
sunnah muthlaq cukuplah seseorang cukup berniat sholat saja, Imam Nawawi berkata:
“Seseorang yang melakukan sholat sunnah dan tidak menyebutkan berapa rakaat yang
akan dilakukan dalam shalatnya itu, bolehlah ia melakukan satu rakaat, lalu bersalam
dan boleh pula menambahnya menjadi dua, tiga, seratus, seribu rakaat, dan
seterusnya.”
a. Yang disyariatkan sebagai shalat-shalat sunnah yang mengikuti shalat fardhu dan
inilah yang disebut sebagai shalat sunnah rawatib.
11
b. Yang disyariatkan bukan sebagai shalat sunnah yang mengikuti shalat fardhu.
1. Shalat adalah tolok ukur amal, yang berarti bahwa kualitas amal seseorang
ditentukan oleh Shalatnya. Hal ini seperti disebutkan dalam hadist Rasulullan
yang diriwayatkan Abu Dawud dan Tirdzi,
“Hal pertama yang akan dihisab kelak di hari pembalasan adalah Shalat.
Apabila baik Shalatnya, maka akan baik pula amal-amal lainnya. Dan apabila
Shalatnya rusak, maka akan rusak pula amal-amal lainnya,”
2. Shalat adalah tiang agama. Hal ini disebutkan dalam hadist Rasulullah yang
diriwayatkan oleh Baihaqi
“Shalat itu adalah tiang agama (Islam), maka barangsiapa mendirikannya maka
sungguh ia telah mendirikan agama; dan barangsiapa meninggalkannya, maka
sungguh ia telah merubuhkan agama”
3. Shalat adalah kunci surga. Hal ini disebutkan dalam hadist Rasulullah yang
diriwayatkan oleh Muslim dari Jabir yang dikutip dari kitab Ihya Uumuddin
karya Imam Ghazali.
4. Shalat merupakan perintah langsung dari Allah swt tanpa perantara malaikat
kepada Nabi Muhhamad saw ketika perjalanan Isra dan Mi’raj.
5. Shalat menjadi benteng yang menjaga diri kita dari perbuatan keji dan
maksiyat. Hal ini disebutkan dalam Al-Ankabut: 45:
الَّص ٰل وَۗة ِاَّن الَّص ٰل وَة َتْنٰه ى َع ِن اْلَفْح َش ۤا ِء ُاْتُل َم ٓا ُاْو ِح َي ِاَلْيَك ِم َن اْلِكٰت ِب َو َاِقِم
َم ا َتْص َنُعْو َن َو اْلُم ْنَك ِر َۗو َلِذ ْك ُر ِهّٰللا َاْك َبُر َۗو ُهّٰللا َيْع َلُم
Artinya: “Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al Kitab (Al
Quran) dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-
perbuatan) keji dan mungkar. Dan sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah
lebih besar (keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain). Dan Allah mengetahui
apa yang kamu kerjakan.”
6. Shalat sebagai pengingat kita kepada Allah swt, seperti yang dituliskan dalam
Surat Ta Ha ayat 14:
12
ِاَّنِنْٓي َاَنا ُهّٰللا ٓاَل ِاٰل َه ِآاَّل َاَن۠ا َفاْع ُبْد ِنْۙي َو َاِقِم الَّص ٰل وَة ِلِذ ْك ِرْي
Artinya: “Sesungguhnya Aku ini adalah Allah, tidak ada Tuhan (yang hak) selain
Aku, maka sembahlah Aku dan dirikanlah shalat untuk mengingat Aku.”
Artinya: “Sekali-kali tidak! Janganlah kamu patuh kepadanya; dan sujudlah serta
dekatkanlah (dirimu kepada Allah.)”
13
اَّلِذ ْيَن ُهْم ِفْي َص ٰل و ِتِهْم َخ اِش ُعْو َن
Artinya: “(yaitu) orang yang khusyuk dalam salatnya,”
5. Menjaga kebersihan dan kesucian jiwa raga, dijelaskan dalam Q.S. As-Syams:9-10
14
- Shalat mengajarkan solidaritas dan keprihatinan terhadap sesama. Terapkan nilai-nilai ini
dengan membantu orang lain, berpartisipasi dalam kegiatan amal, atau memberikan
dukungan kepada mereka yang membutuhkan.
1. Disiplin Pribadi:
Shalat melibatkan rutinitas waktu tertentu dan ketaatan terhadap aturan-aturan tertentu.
Praktik ini dapat membentuk disiplin pribadi dan membantu individu mengembangkan
kebiasaan yang positif dalam kehidupan sehari-hari.
2. Kesadaran Diri:
Saat melaksanakan shalat, individu diminta untuk merenung, bersikap khusyuk, dan
menyadari kehadiran Allah. Ini dapat membantu meningkatkan kesadaran diri dan koneksi
spiritual, membantu individu memahami dirinya sendiri lebih baik.
15
3. Ketahanan Psikologis:
Shalat dapat menjadi sumber ketenangan dan ketahanan psikologis. Aktivitas ini
memberikan waktu untuk introspeksi, berdoa, dan melepaskan stres, yang dapat
memengaruhi positif kesejahteraan mental dan emosional individu.
5. Kontrol Diri:
Praktik pengendalian diri dalam shalat, terutama dalam menahan diri dari godaan dan
distraksi selama pelaksanaan, dapat membantu individu mengembangkan kemampuan
kontrol diri yang lebih baik.
7. Kemandirian Spiritual:
Melalui shalat, individu dapat mengalami kemandirian spiritual, yang dapat memberikan
landasan kuat untuk pengembangan konsep diri yang positif.
8. Pengaruh Sosial:
Melalui partisipasi dalam kegiatan keagamaan, seperti shalat berjamaah atau acara
komunitas, individu dapat merasakan keterlibatan sosial yang positif, memperkuat konsep
diri mereka sebagai bagian dari suatu komunitas.
9. Pengelolaan Waktu:
Shalat membutuhkan komitmen waktu tertentu setiap hari. Praktik ini dapat membentuk
kebiasaan manajemen waktu yang baik dan memengaruhi cara individu mengatur waktu
mereka untuk kegiatan lainnya.
16
10. Hubungan dengan Orang Lain:
Nilai-nilai seperti toleransi, penghargaan, dan kasih sayang yang diajarkan dalam shalat
dapat membentuk interaksi yang lebih positif dan membangun hubungan yang sehat dengan
orang lain.
Dengan demikian, shalat tidak hanya menjadi ibadah ritual, tetapi juga memiliki dampak
yang signifikan pada perkembangan konsep diri dan perilaku manusia.
“Shalatlah dengan berdiri. Jika engkau tidak mampu maka (shalatlah)dengan duduk,
dan jika tetap tidak mampu maka dengan berbaring!” (HSR.Al- Bukhari, dari ‘Imran
bin Hushain)
Dari hadis di atas dapat dipahami bahwa pada dasarnya shalat itudiperintahkan
dengan berdiri. Namun jika dalam keadaan darurat, sulitdan tidak memungkinkan
untuk berdiri misalnya karena sakit, berperang musafir di atas kendaraan, maka
diperbolehkan duduk, bahkwan jika tidakmampu duduk
17
3. Bertakbir, Takbir pertama disebut takbiratul-ihram. Disebut demikian karenasetelah
takbir ini diharamkan melakukan gerakan lain di luar gerakanyang dituntunkan dalam
shalat hingga salam. Takbir ini disyari’atkan dengna berdasarkan beberap a hadis,
antara lainhadis riwayat Abu Hurairah bahwa Nabi saw bersabda:
“Apabila kamu bangkit berdiri untuk shalat, maka sempurnakan dalam berwudlu,
kemudian menghadap qiblat, lalu bertakbirlah, kemudianbacalah Al- Qur’an yang
paling mudah yang ada padamu!” (Muttafaq ‘alayh)
Dalam redaksi yang lain riwayat Muslim Abu Dawud, al- Nasai dan Ahmad, dari
Wa’il menyebutkan:
“Apabila (beliau saw) berdiri untuk shalat, beliau mengangkat kedua tanganyya
hingga keduanya sejajar bahunya...” (HR Jama’ah. dal amredaksi Musmil (juz
2/6:888),
Karena kedua cara ini sama-sama didasarkan pada hadis sahih, maka tidak perlu
dipertentangkan satu sama lain, apakah mau mengangkat kedua tangan dahulu
kemudian bertakbir, ataukah bertakbir dulu lalu mengangkat tangan. Bisa jadi pula
cara pelaksanaannya secara bersamaan karena umumnya redaksi yanglebih kuat
(seperti: al-Bukhari), tidak menyebutkan kata urutan: ...(kemudian), tapi ketika
kata penggabungan: .. (dan) seperti: ... atau ...(saat/ketika) yang tidak mesti
menunjukkan urutan, tapi bisa jugamenunjukkan waktu bersamaan/sekaligus.
Redaksi al-Bukhari dan Ibn ‘Umar yang lain bahwa ia melihat Nabi saw:... “
Beliau (Nabi saw) membuka takbir shalat dengan mengangkat keduatangan saat
bertakbir hingga kedua tangannya sejajar dengan kedua bahunya, dan bila
bertakbir untuk ruku’ juga berbuat seperti itu, bilabeliau berkat:”sami’a - llahu li
man hamidah” beliau juga berbuat seperti itu dan berdoa: “robbana walakal -
18
hamd”. Beliau tidak berbuat seperti itu (yakni tidak mengangkat kedua tangan)
saat sujud dan tidak pula saat mengangkat kepalanya dari sujud.” (HR.Al-Bukhari
I/258, no:705;al- Nasa’I 2/121:876
d. Kemudian membaca salah satu do’a iftitah berikut: “Ya Allah jauhkanlah antara
diriku dengan kesalahanku sebagaimana Engkau jauhkan antara Timur dan Barat,
Ya Allahbersihkanlah diriku dari segala kesalahan sebagaimana bersihnyakain
putih dari kotoran, Ya Allah cucilah segala kesalahanku dengan air, salju dan
embun.” (HSR.Jama’ah) Atau membaca doa yang lebih panjang:
“Kuhadapkan wajahku kepada Dzat yang menciptakan langit dan bumi dengan
tunduk dan berserah diri, san tidaklah aku termasukorang-orang musyrik.
Sungguh shalatku, pengabdianku, hidup danmatiku adalah bagi Allah Tuhan
sekalin alam, tidak ada sekutubagiNya dan untuk itulah aku diperintahkan, dan
saya termasukorang yang berserah diri. Ya Allah Engkaulah Yang Maha Kuasa
Tidak ada tuhan selain Engkau, Engkaulah Tuhanku, dan sayalahhambaMu, aku
telah berbuat aniaya terhadap diriku dan kuakuidosaku, maka ampunilah dosa-
dosaku seluruhnya, tidak ada yangmampu mengampuni dosa-dosa itu kecuali
hanya Engkau, dantunjukilah aku akhlak yang terbaik kecuali hanya Engkau, dan
jauhkanlah aku dari akhlaq yang jelek, tidak ada yang dapatmenjauhkannya dari
19
hamba kecuali hanya Engkau. Aku penuhi seruanMu, aku patuhi perintahMu, dan
semua kebaikan berada ditanganMu, sedang semua kejahatan bukanlah dariMu.
Aku dengan Engkau dan kembali kepadaMu, Engkaulah yang Maha
Memberkatidan Maha Mulia, aku mohon ampun dan bertobat kepadaMu”
(HSR.Jamaah kecuali al-Bukhari, dari Ali bin bi Thalib.
4. Membaca Surat Al-Fatihah secara tartil (jelas dan perlahan) dengan sebelumnya
ta’awwudz tanpa dikeraskan, lalu membaca basmalah (yakni“ Bimillahir-rahmanir-
rahim ”).
Membaca al-Fatihah dalam shalat ini wajib berdasarkan hadis Nabi saw:..
“ Tidak sah shalat bagi orang yang tidak membaca Fatihatul- Kitab ” .(HSR.Al-
Jama’ah kecuali Imam Malik, dari ‘Ubadah bin al -Shamit. Dalam HSR. Al- Jama’ah
selain al -Bukhari, dari Abu Hurayrah radisebutkan bahwa: “ Siapa yang shalat tanpa
membaca Ummul- Qur’an,...: maka shalatnyakurang/bunting (diulang hingga 3x),
tak sempurna.”)
ٰٓيَاُّيَها اَّلِذ ْيَن ٰا َم ُنوا اْر َك ُعْو ا َو اْسُج ُد ْو ا َو اْع ُبُد ْو ا َر َّبُك ْم َو اْفَع ُلوا اْلَخ ْيَر َلَع َّلُك ْم ُتْفِلُحْو َن
Artinya: “Hai orang - orang yang beriman, ruku’lah kamu, sujudlah kamu, sembahlah
Tuhanmu dan perbuatlah kebajikan, supaya kamu mendapat kemenangan.”
6. I’tidal setelah ruku’ yakni berdiri tegak (i’tidal) dengan sempurna dantenang
(thuma’ninah). Hal ini didasarkan pada hadis Nabi saw yang mengajarkan:
20
Bila berjama’ah, maka setelah imam mengucapkan: , makama’mun cukup
membaca:..., atau:... , atau boleh juga:... , (Muttafaq‘alayh, dari Anas bin Malik dan
Abu Hurayrah ra.), atau membaca bacaanyang lebih panjang:... “ Ya Tuhan kami,
bagi-Mulah segala pujian, sepenuh langit dan bumi, dan sepenuh semua apa yang
Engkau sukai dari sesuatu apapun ”. (HSR. Al - Jama’ah, kecuali al - Bukhari, dari
Ibn Abi Awfa, ‘Ali bin Abi Thalib, AbuSa’id al - Khudri, Ibn ‘Abbas ra.)
Posisi tangan setelah i’tidal adalah tegak lurus dan tidak sedekap di dada, karena tidak
ada hadis maqbul yang menjelaskan adanya tuntunan sedekap setelah i’tidal kecuali
hanya penafsiran terhadap hadis. Hadis yang dimaksud antara lain diceritakan oleh
Abu Humayd al- Sa’ idiy bahwa Nabi saw:
“Apabila beliau sujud, beliau meletakkan kedua lututnya sebelum kedua tangannya,
dan apabila bangkit, beliau mengangkat kedua tanganyya sebelum kedua lututnya.”
(HHR. Al-Tarmidzi, Al-Nasai, Abu Dawud) Selain cara hadis di atas, ada riwayat lain
dari Abu Hurayrah ra. yang justru menuntunkan untuk meletakkan kedua tangan lebih
dahulu sebelumkedua lutut. ...
“Aku diperintahkan (oleh Nabi saw) untuk sujud di atas 7 tulang, yaitu: dahi sambil
tangannya menunjuk pada hidungnya, kedua tangan, keduakaki dan ujung kedua kaki,
dan kami dilarang menyibakkan kain danrambut.” (HR. Al -Bukhari, Muslim)
ujud secara proporsional menurut Nabi saw adalah kedua telapaktangan diletakkan
sejajar dengan kedua telinga (HR. Ahmad) atau dalamredaksi yang lain: wajahnya
diletakkan di antara kedua telapak tangannya (HR. Ahmad, Muslim) dimana jari
jemarinya dirapatkan (HR. Ibn Hibban, al-Thabrani) dan dihadapkan kearah qiblat
(HR. Al-Bayhaqi). Nabi saw juga menuntunkan agar mengangkat kedua siku dari
lantai (HR. Muslim,Ahmad) dan merenggangkan keduanya dari ketiak dan
lambungnya (Muttafaq ‘alayh), dan juga merenggangkan kedua pahanya, tapi tidak
menempelkan perutnya pada kedua pahanya (HR. Abu Daud & al-Bayhaqi). Nabi saw
21
menuntunkan supaya mengangkat pantat (HR.Ahmad), namun tidak boleh berlebih-
lebihan dengan memanjangkansujud hingga perutnya mendekati lantai (jakhkha) (HR.
Ibn Khuzaymah,Ibn Mundzir).
Untuk cara sujud perempuan sama dengan sujudnya laki-laki, karena hadis yang
menyuruh perempuan untuk merapatkan tangannya kelambungnya, hadisnya daif
karena terputus sanadnya (mursal). Adapun doa yang biasa dibaca oleh Nabi saw saat
sujud dan ruku’ adalah:
“ Maha Suci Engkau ya Allah Tuhan kami, dan dengan pujian kepada-Mu ya Allah
ampunilah hamba.” (Muttafaq ‘alayh)
Atau doa: “Maha Suci Tuhanku Yang Maha Tinggi” (HSR. Muslim,Tirmidzi, Nasa’I,
Abu Daud, dan Ahmad) boleh dibaca 3 kali, tapi tanpa wa bi hamdihi karena hadisnya
lemah.
Lalu sujudlah untuk kedua kalinya dengan bertakbir dan membaca do’a sujud seperti
sebelumnya.Ketika bangkit dari sujud kedua pada rakaat ganjil dan akan berdiri pada
rakaat genap, disunahkan untuk duduk istirahat sejenak dengan caraiftirasy kemudian
baru berdiri (HR. al- Jama’ah kecuali Muslim) dengan menekankan kedua telapak
tangan (tanpa dikepalkkan) di tanah lalumeletakkan keduanya pada kedua paha untuk
berdiri dan langsungsedekap, tanpa mengangkat tangan. Selanjutnya ker jakanlah
raka’at keduaini, seperti raka’at yang pert ama, hanya saja tidak membaca doa iftitah.
8. Duduk. Setelah sujud kedua, maka dituntunkan untuk duduk. Jika dalam posisi duduk
tasyahhud awal maka posisi duduknya iftirasy yakni dudukdi atas bentangan kaki kiri
sementara telapak kaki kanan ditegakkan 12 dengan jari kaki kanan menghadap
qiblat. Namun jika sudah dalam posisiduduk tasyahud akhir maka poosisi duduknya
tawarruk yakni pangkal paha atas (pantat) yang kiri duduk bertumpu pada lantai
sedangkan posisikaki kanan sama dengan tahiyat awal. Hal ini didasarkan pada
pernyataanAbu Humayd al- Sa’idi ra kepada para sahabat, “Saya lebih hapal dari
kalian tentang shalat Rasulullah saw:
“Dan apabila duduk pada rakaat kedua, beliau duduk atas kaki kirinyadan
menengakkan (telapak kaki) kanannya, dan apabila duduk padarakaat yang terakhir,
beliau memajukkan kaki kirinya dan dudukbertumpu pada pantatnya.” (HSR. Al -
Bukhari, Abu Daud, dll.)
Pada saat tasyahhud, bacalah tahiyyat dengan posisi jari-jari tangankiri terjulur di atas
lutut, sedangkan jari-jari tangan kanan dalam posisimengepal kecuali telunjuk yang
menunjuk untuk berdoa. Ada hadis yang berasal dari Wa’il yang mengatkan bahwa
telunjuk digerak-gerakkan,yaitu :
22
dengan telunjuknya bila berdoa, dan tidak menggerak- gerakkannya” (HSR. Al-
Nasa’I, AbuDawud, dari ‘Abdullah bin al -Zubayr).
Setelah shalawat, berdo’alah dengan memilih doa yang pendek sekehendak hati. Salah
satu doa yang bisa dijadikan sebagai akhir doatasyahhud awwal adalah doa yang
diajarkan Nab saw kepada Abu Bakaral-Shiddiq ketika ia minta diajarkan sebuah doa
dalam shalat. Kata Nabi saw, “Ucapkanlah:
Setelah membaca akhir doa tasyahhud awwal, berdirilah untuk raka’at yang ketiga
deng an takbir sambil mengangkat tangan sejajardengan bahu dan telinga, kemudian
bacalah Al- Fatihah saja. Pada raka’at terakhir setelah membaca tahiyyat akhir dan
shalawat, Nabi sawmenganjurkan untuk berlindung kepada Allah dari empat hal
dengan membaca do’a:
Ya Allah, aku berlindung kepadaMu dari siksa neraka jahannam, dari siksa kubur, dari
kejahatan fitnah kehidupan dan kematian, dan dari fitnah Dajjal.” (HR. Muslim, Abu
Daud, Ibn Majah, dan Ahmad, dari AbuHurairah)
9. Salam. Setelah berdoa dalam tasyahhud akhir, kemudian salamlah dengn berpalinag
ke kanan hingga terlihat pipimu dari belakang dengan membaca:
23
Lalu berpaling ke kiri juga membaca:
“ As- salamu ‘alaykum wa rahmatullah”
Inilah pendapat yang paling kuat dan dipegangi oleh mayoritas ulama. Pada saat
salam, tidak ditutunkanmengibaskan tangan kanan saat salam ke kanan, demikian pula
ke kiriseperti ekor kuda yang lari terbirit-birit. Sebab Nabi saw pernah
melarangsahabat yang mengibaskan tangan kanannya ke kanan saat salam kekanan,
kemudian tangan kirinya saat salam ke kiri. (HR. Muslim no:431 Ibn Khuzaymah, al-
Thabraru).
BAB III
PENUTUP
24
1.1. Kesimpulan
Shalat berasal dari "wasala," artinya terhubungkan. Dalam bahasa, berdoa atau
memohon. Rasulullah mengajarkan konsentrasi dan kekhususan dalam shalat.
Menurut bahasa syara', shalat adalah ucapan yang dimulai dengan takbir dan
diakhiri dengan salam. Bagi ulama tasawuf, shalat adalah menghadapkan hati
kepada Allah dengan khusyuk.
Shalat memiliki kedudukan istimewa, diibaratkan sebagai tiang Islam. Islam tidak
tegak tanpa shalat. Pada hari kiamat, shalat menjadi pertimbangan pertama. Tali
Islam terputus seiring waktu, dan shalat adalah wasiat terakhir Nabi. Allah memuji
pelaksana shalat dan mencela yang melalaikannya.
25
- Kesederhanaan, kepedulian terhadap kemiskinan, dan berpikir positif.
Shalat tidak hanya ibadah ritual, tetapi juga memiliki dampak signifikan pada
konsep diri dan perilaku manusia.
1. Niat: Niat dilakukan dalam hati secara ikhlas karena Allah semata, tidak perlu
diucapkan. Niat adalah perbuatan hati, bukan mulut.
4. Bacaan Surat Al-Fatihah: Membaca Surat Al-Fatihah secara tartil (jelas dan
perlahan) dengan ta’awwudz sebelumnya, diikuti dengan membaca basmalah.
6. I’tidal: Setelah ruku’, berdiri tegak dengan tenang, mengucapkan doa, "Maha
Mendengar Allah pada siapa saja yang memuji-Nya."
7. Sujud: Bertakbir tanpa mengangkat tangan, meletakkan kedua lutut, tangan, dan
wajah di tanah. Saat sujud, perhatikan posisi yang sesuai dengan tuntunan Nabi
saw.
8. Duduk: Setelah sujud kedua, duduk sesuai posisi tasyahhud awal atau akhir.
Bacalah tahiyyat, salawat, dan berdoa. Jari telunjuk bisa digerakkan sekali di awal
duduk tasyahhud awal.
26
10. Salam: Setelah berdoa dalam tasyahhud akhir, salamlah ke kanan dan ke kiri
dengan membaca "As-salamu ‘alaykum wa rahmatullah" tanpa mengibaskan
tangan.
Itulah tata cara shalat yang sesuai dengan syariat Islam. Sebaiknya, praktikkan
dengan penuh kesadaran dan kekhusyukan.
DAFTAR PUSTAKA
27
Abd Salam, al-Qawaid al-Ahkam fi masalih al-Anam, jilid I (Kairo: al-Istiqamat, t.th.)
Ahmad ibn Faris, Maqayis al-Lughah Juz 5. t.t: Dar al-Fikr, t. th. al-Jazairi, Abu Bakr Jabir.
Minhajul Muslim, Terj. Padhli Bahri Lc, Ensiklopedi Muslim Cet. VI; Jakarta: Darul Falah,
2003.
al-Khodari Bek, Al-Sheikh Muhammad. Tarih ‘al-Islami. Cet. IV; Baeirut: Dar alKotob al-
Ilmiyah, 2013.
Al-Qur’an dan Terjemahnya. Surabaya: Karya Utama, 2000
Dahlan. Abdul Azis dkk. Ensiklopedi Hukum Islam, jilid IV, (Jakarta: Ichtiar Baru Van
Hoeve, 2006.
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Bahasa Indonesia. Jakarta: Pusat Bahasa, 2008.
Hidayatullah Moch. Syarif. Buku Pintar Ibadah Tuntunan lengkap semua Rukun Islam. Cet. I;
Jakarta: Graha Pena, 2011.
Kartanegara, Mulyadi dkk. Pengantar Studi Islam. Jakarta: UIN Jakarta, 2012
Madyo Wratsongko, Menyingkap rahasia Gerakan Salat (membentuk manusia sehat, cerdas
dan berakhlak mulia) (Anggota MPP ICMI Pusat”Prisai diri, t.th. Muhammad Abu Zahrah,
Usul al-Fiqh, Tej. Syaifullah dkk. Cet. V; Jakarta Pustaka Firdaus, 1999. Muhammad Ash-
Shalabi. The Great Leader of Umar bin al-Khattab, Terj. Khoirul Amru Harahap dan Akhmad
Faozan, Umar Bin al-Khattab: Kisah kehidupan dan Kepemimpinan Khalifah ke dua. Cet. 2;
Jakarta Timur: Pustaka alKautsar, 2009.
Prof. Dr. Abdullah bin Baih. ‘Alaqah Maqasid al-Syari’ah bi Ushul. London: Markaz Dirasad
Maqasid al-Syari’ah, 2006.
28