Anda di halaman 1dari 28

MAKALAH FIQIH IBADAH

Tentang
“IBADAH SHALAT WAJIB”
Ditulis untuk Memenuhi Tugas Fiqih Ibadah
Dosen Pengampu: Heri Surikno,M.A

Disusun Oleh :
1. Suci KhalisyaFitri ( 2217020048 )
2. Syifa Ainul Qalbi ( 2217020114 )
3. Feby Oktaviani ( 2217020132 )

PROGRAM STUDI SISTEM INFORMASI


FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UIN IMAM BONJOL PADANG
2024
KATA PENGANTAR

Alhamdulillahhirabbil’alamin, segala puji bagi Allah SWT yang telah


memberikan nikmat serta hidayah-Nya terutama nikmat kesempatan dan kesehatan
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah mata kuliah Fiqih Ibadah yang berjudul
Ibadah Shalat Wajib. Kemudian Shalawat serta salam kita sampaikan kepada Nabi
besar kita Muhammad SAW yang telah memberikan pedoman hidup yakni Al-Qur’an
dan Sunnah untuk keselamatan umat di dunia.

Makalah ini merupakan salah satu tugas mata kuliah Fiqih Ibadah di Program
Studi Sistem Informasi, Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri (UIN)
Imam Bonjol Padang. Selanjutnya kami mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada Bapak Heri Surikno,MA selaku dosen pembimbing mata
kuliah Fiqih Ibadah yang telah memberikan tugas ini. Sehingga, kami dapat menambah
pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang ditekuni.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan
terdapat kekurangan di dalamnya, baik dari penyusunan maupun tata bahasa
penyampaian yang digunakan. Untuk itu, kami mengharapkan kritik dan saran dari
para pembaca agar dapat menjadi acuan dalam membuat makalah yang lebih baik di
masa mendatang. Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi
para pembaca serta seluruh pihak lainnya.

Padang,17 Maret 2024

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...................................................................................... ii


DAFTAR ISI ................................................................................................... iii
BAB I .................................................................................................................1
PENDAHULUAN ..............................................................................................1
1.1. Latar Belakang .............................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah ........................................................................................1
1.3. Tujuan ..........................................................................................................2
BAB II ................................................................................................................3
PEMBAHASAN ................................................................................................3
2.1. Ketentuan Ibadah Shalat Dalam Konsep Ibadah Fiqh ....................................3
2.2. Pensyariatan Ibadah Shalat Dalam Al-qur’an,Sunnah Dan Pendapat Ulama ..6
2.3. Praktik Ibadah Shalat Dalam Pandangan Ulama 4 Mazhab ...........................9
2.4. Hikmah Shalat Dalam Perspektif Islam Dan Sains ...................................... 19
BAB III ............................................................................................................ 23
KESIMPULAN................................................................................................ 23
3.1. Kesimpulan ................................................................................................ 23
3.2. Saran .......................................................................................................... 24
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 25

iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Ibadah shalat merupakan salah satu kewajiban utama bagi umat Islam. Shalat
tidak hanya menjadi simbol penghambaan kepada Allah SWT, tetapi juga merupakan
sarana untuk memperkuat hubungan spiritual antara hamba dengan Sang Pencipta.
Shalat memiliki kedudukan yang sangat mulia dalam Islam, yang tercermin dari
seringnya disebut dalam Al-Quran dan Hadis sebagai tiang agama.
Dalam agama Islam, terdapat lima waktu shalat wajib yang harus dilaksanakan
setiap hari oleh setiap Muslim yang telah baligh dan berakal sehat. Lima waktu shalat
tersebut meliputi shalat Subuh, shalat Dzuhur, shalat Ashar, shalat Maghrib, dan
shalat Isya. Setiap waktu shalat memiliki keutamaan dan tata cara pelaksanaan yang
diatur berdasarkan petunjuk yang jelas dari Al-Quran dan Hadis.

Meskipun pentingnya shalat telah diakui oleh umat Islam secara umum, namun
masih terdapat sebagian umat Muslim yang mengalami kesulitan dalam memahami,
melaksanakan, dan menjaga kualitas shalat mereka. Berbagai faktor seperti kurangnya
pemahaman akan pentingnya shalat, kesibukan dunia yang memakan waktu, serta
kurangnya kesadaran akan nilai-nilai spiritual dapat menjadi hambatan dalam
melaksanakan shalat secara konsisten dan khusyuk.

Oleh karena itu, penting untuk memahami betapa besar nilai dan manfaat
ibadah shalat wajib ini dalam kehidupan seorang Muslim. Dengan pemahaman yang
mendalam tentang ketentuan ibadah,pensyariatan ibadah,praktik ibadah,dan hikmah
ibadah shalat wajib diharapkan umat Islam dapat melaksanakan kewajiban ini dengan
penuh keikhlasan, konsistensi, dan kualitas yang tinggi, sehingga shalat dapat menjadi
tiang kokoh dalam membangun hubungan yang erat antara hamba dengan Allah SWT.

1.2. Rumusan Masalah


Ada beberapa rumusan masalah yang akan dibahas pada makalah ini,yaitu :
1.2.1. Apa Saja Ketentuan Ibadah Shalat Dalam Konsep Ibadah Fiqh?
1.2.2. Bagaimana Pensyariatan Ibadah Shalat Dalam Al-Qur’an,Sunah Dan
Pendapat Ulama?
1.2.3. Bagaimana Praktik Ibadah Shalat Dalam Pandangan Ulama 4 Mazhab?
1.2.4. Apa Saja Hikmah Shalat Dalam Perspektif Islam Dan Sains?

1
1.3. Tujuan
Ada beberapa rumusan masalah yang akan dibahas pada makalah ini,yaitu :
1.3.1. Untuk Mengetahui Ketentuan Ibadah Shalat Dalam Konsep Ibadah Fiqh
1.3.2. Untuk Mengetahui Pensyariatan Ibadah Shalat Dalam Al-Qur’an,Sunah
Dan Pendapat Ulama
1.3.3. Untuk Mengetahui Praktik Ibadah Shalat Dalam Pandangan Ulama 4
Mazhab
1.3.4. Untuk Mengetahui Hikmah Shalat Dalam Perspektif Islam Dan Sains

2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Ketentuan Ibadah Shalat Dalam Konsep Ibadah Fiqh
Shalat secara etimologi berarti do’a dan secara terminologi atau istilah dari
para ahli fiqih membagi arti shalat secara lahiriyah dan hakiki. Shalat secara lahiriyah
berarti perkataan dan perbuatan yang diawali dengan takbir dan diakhiri dengan salam,
dan dengan itu kita beribadah kepada allah SWT menurut syarat dan rukun yang telah
ditentukan.
Dan secara hakikinya shalat adalah “berhadapan hati (jiwa) kepada allah, dan
segala yang mendatangkan takut kepada-nya serta menumbuhkan didalam jiwa rasa
kebesarannya dan kesempurnaan kekuasaan-nya” dan keperluan kita kepada allah
yang kita sembah dengan perkataan dan pekerjaan atau dengan kedua-duanya.
Firman allah dalam surat (Q.S. Al-’ankabut: 45)

ُ‫ص ََل ُةَ تَ ْن َهىُ ع َِن‬


َّ ‫ال‬ ُ‫ص ََل ُةَ ُۖ ِإ َّن‬ َّ ‫ب َوأَقِ ِمُ ال‬ ُِ ‫ن ا ْل ِكتَا‬
َُ ‫ي ِإلَ ْيكَُ ِم‬ ِ ‫اتْلُ َما أ‬
َُ ‫وح‬
َ‫صنَعون‬ ْ َ‫َما ت‬ َُّ ‫ّللاِ أَ ْكبَرُ ُۖ َو‬
ُ‫ّللا يَ ْعلَم‬ َُّ ُ‫َاء َوا ْلم ْنك َُِر ُۖ َولَ ِذكْر‬ ُِ ‫ا ْلفَحْ ش‬

Artinya :
Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al Kitab (Al Quran) dan
dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji
dan mungkar. Dan sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar
(keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain). Dan Allah mengetahui apa yang kamu
kerjakan(QS.Al-Ankabut : 45).
Shalat juga diartikan sebagai salah satu sarana komunikasi antara seorang
hamba dengan Tuhan-Nya, sebagai bentuk ibadah yang di dalamnya terdapat amalan
yang tersusun dari beberapa ucapan dan perbuatan yang diawali dengan takbiratul
ihram dan diakhiri dengan salam, serta sesuai dengan syarat dan rukun shalat yang
telah ditentukan. Jadi dapat disimpulkan bahwa shalat ialah suatu ibadah yang
mengandung perkataan dan perbuatan tertentu yang dimulai dari takbir dan diakhiri
dengan salam yang hukumnya wajib bagi seluruh umat muslim yang apa bila
ditinggalkan mendapatkan dosa, dan apa bila dikerjakan mendapatkan pahala. Shalat
adalah sarana perjalanan menuju allah SWT dan mi’rajnya kaum beriman.

3
Ada pun Shalat fardhu adalah salah satu rukun islam yang wajib dilakukan
oleh setiapa umat muslim yang sudah baliqh dan berakal.3 Shalat fardhu adalah ibadah
wajib yang dijadikan sebagai pondasi bagi ibadah lainnya. shalat fardu terdiri dari
lima waktu yaitu shubuh, dzuhur, ashar, maghrib, isya. Shalat fardhu menurut
hukum-nya terbagi menjadi dua bagian yaitu:
1. Fardhu ‘ain, yaitu yang diwajibkan kepada individu. termasuk dalam shalat ini
adalah shalat lima waktu dan shalat jum’at.
2. Fardhu kifayah, yaitu yang diwajibkan atas setiap muslim namun akan gugur dan
menjadi sunnat bila telah dilaksanakan oleh sebagian muslim yang lain.yang
termasuk dalam kategori ini adalah shalat jenazah.
Adapun ketentuan ibadah shalat, yaitu :
A. Syarat Sah Dan Rukun Sholat
1. Syarat Sah Sholat
Adapun syarat sah sholat sebagai berikut:
a. Suci dari hadats, baik hadats kecil maupun besar.
b. Suci badan, pakaian dan tempat shalat dari najis
c. Menutup aurat. Aurat laki-laki antar pusar sampai litut dan aurat
perempuan adalah seluruh badannya kecuali muka dan telapak tangan.
d. Telah masuk waktu shalat, artinya tidak sah bila dikerjakan belum masuk
waktu shalat atau telah habis waktunya
2. Rukun Sholat
Rukun shalat biasa juga disebut fardhu. Perbedaan antara syarat dan
rukun shalat adalah bahwa syarat merupakan sesuatu yang harus ada pada
suatu pekerjaan amal ibadah itu dikerjakan, sedangkan pengertian rukun atau
fardu adalah sesuatu yang harus ada pada suatu pekerjaan/amal ibadah pada
waktu pelaksanaan suatu pekerjaan atau amal ibadah tersebut.
Rukun Shalat ada 13 yaitu:
a. Niat, yaitu menyengaja untuk mengerjakan shalat karena Allah SWT
b. Berdiri bagi yang mampu.
c. Takbirotul Ihram.
d. Membaca Surah Al-fatihah.
e. Ruku dan Thuma "ninah
f. I’tidal dengan Thum ninah.
g. Sujud dua kali dengan thuma"ninah.

4
h. Duduk diantara dua sujud dengan thum"ninah.
i. Duduk yang terakhir.
j. Membaca Tasyahud pada waktu duduk akhir.
k. Membaca Shalawat atas Nabi Muhammad SAW pada tasyahud akhir
setelah membaca tasyahud.
1. Mengucapkan Salam.
m. Thuma’ninah pada setiap gerakan.
n. Tertib, maksudnya ialah melaksanakan ibadah shalat harus berurutan
dari rukun yang pertama sampai yang terakhir
B. Syarat Wajib Sholat
Syarat wajib adalah segala hal yang harus ada dan terjadi, sejak sebelum
suatu kewajiban dilaksanakan. Adapun syarat wajib shalat adalah:

a. Beragama Islam

Hal ini dikarenakan objek yang dituntut untuk melaksanakan kewajiban


syariat seperti shalat dan zakat adalah orang Islam bukan orang kafir.
Inididasarkan pada fakta bahwa orang-orang kafir bukanlah objek
yangdituntut untuk melaksanakan cabang-cabang syariat.

b. Sudah baligh dan berakal

Shalat tidak wajib atas anak kecil, karena tidak ada perintah baginya,
akan tetapi orang yang merawat dan mendidik wajib memerintahkanya untuk
menjalankan shalat sejak ia berumur 7 tahun. dan memukulnya saat usianya
menginjak 10 tahun.

c. Suci dari hadas besar dan kecil

Hal ini dapat dilakukan dengan wudhu, mandi (wajib) atau tayamum.

d. Mampu melaksanakan

Kewajiban hanya dibebankan kepada orang yang mampu


melaksanakan,sehingga orang yang tidak mampu atau orang yang dipaksa
untuk meninggalkan shalat

tidak wajib melaksanakanya.

e. Telah sampai dakwah (perintah Rasulullah Saw. Kepadanya)

5
Orang yang belum menerima dakwah Nabi Saw juga tidak menjadi
sasaran kewajiban shalat.

C. Hal-Hal Yang Membatalkan Shalat


Hal-hal yang membatalkan sholat adalah sebagai berikut :
1. Berbicara dengan sengaja
Berbicara dengan sengaja yang bukan ucapan yang telah ditentukan
dalam shalat, maka membatalkan shalat.
2. Makan dan minum dengan sengaja.
Dalam kitab fiqih sunnah oleh Sabiq telah dijelaskan oleh Ibnu Munzir
bahwa para ahli sepakat barang siapa yang makan dan minum dengan
sengaja dalam shalat baik fardu maupun shalat sunnat, maka shalatnya batal
dan wajib mengulanginya.
3. Bergerak banyak dengan sengaja.
Para sahabat bahwa bergerak banyak dan terus menerus membatalkan
shalat.
4. Sengaja meninggalkan syarat atau rukun atau syarat tanpa uzur.
Hal ini berdasarkan hadis yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim
bahwa Nabi saw bersabda kepada seorang badui yang tidak
menyempurnakan shalatnya.
5. Tertawa
Menurut ijma' shalat itu batal karena tertawa. Hal ini dijelaskan oleh
Nawawi bahwa pendapat ini dimasukkan jika tertawa itu sampai keluar
dengan jelas dua buah huruf. Demikian, dikemukakan oleh Sabiq.
2.2. Pensyariatan Ibadah Shalat Dalam Al-qur’an,Sunnah Dan Pendapat Ulama
Shalat diwajibkan dengan dalil yang qat'i dari Al-Quran, As-Sunnah dan Ijma'
umat Islam sepanjang zaman. Tidak ada yang menolak kewajiban shalat kecuali
orang-orang kafir atau zindiq.
Sebab semua dalil yang ada menunjukkan kewajiban shalat secara mutlak
untuk semua orang yang mengaku beragama Islam yang sudah akıl baligh. Bahkan
anak kecil sekalipun diperintahkan untuk melakukan shalat ketika berusia 7 tahun.
Dan boleh dipukul bila masih tidak mau shalat usia 10 tahun, meski belum baligh.
A. Dalil dari Al-Quran
1. Allah SWT berfirman di dalam Al-Quran pada (QS. Al-Bayyinah :5)

6
َُ‫الزكوة‬
َّ ُ‫ُوي ْؤتوا‬ َ ‫ُالدي َْنُەُۙحنَفَ ۤا َء‬
َ َ‫ُوي ِقيْمواُالصَّلوة‬ ِ ‫واُّللاُم ْخ ِل ِصي َْنُلَه‬
َ‫ه‬ ‫مآُا ِمر ْٓواُا ََِّّلُ ِليَ ْعبد‬
ََ‫َوذ ِلكَ ُ ِديْنُا ْلقَيِ َمة‬
Artinya :
Mereka tidak diperintah, kecuali untuk menyembah Allah dengan mengikhlaskan
ketaatan kepada-Nya lagi hanif (istikamah), melaksanakan salat, dan menunaikan
zakat. Itulah agama yang lurus (benar).
2. Allah SWT berfirman di dalam Al-Qur’an pada (QS.Al-Hajj :78)

‫اجت ٰبى ُك ْم وما جعل عل ْي ُك ْم فى الديْن م ْن حرج ملَّة اب ْي ُك ْم‬ ْ ‫ّٰللا ح َّق جهاده هُو‬ ‫وجاهد ُْوا فى ه‬
‫س ْو ُل شه ْيدًا عل ْي ُك ْم وت ُك ْونُ ْوا‬ َّ ‫اب ْٰرهيْم هُو س همى ُك ُم ْال ُمسْلميْن ەۙ م ْن ق ْب ُل وف ْي ٰهذا ليكُ ْون‬
ُ ‫الر‬
‫اّلل هُو م ْو ٰلى ُك ْۚ ْم فن ْعم ا ْلم ْو ٰلى‬ َّ ‫ص ٰلوة و ٰاتُوا‬
‫الز ٰكوة واعْتص ُم ْوا ب ه‬ ِۖ َّ‫شهد ۤاء على الن‬
َّ ‫اس فاق ْي ُموا ال‬ ُ
ࣖ‫ون ْعم النَّصي ُْر‬
Artinya :
Berjuanglah kamu pada (jalan) Allah dengan sebenar-benarnya. Dia telah memilih
kamu dan tidak menjadikan kesulitan untukmu dalam agama. (Ikutilah) agama nenek
moyangmu, yaitu Ibrahim. Dia (Allah) telah menamakan kamu orang-orang muslim
sejak dahulu dan (begitu pula) dalam (kitab) ini (Al-Qur’an) agar Rasul (Nabi
Muhammad) menjadi saksi atas dirimu dan agar kamu semua menjadi saksi atas
segenap manusia. Maka, tegakkanlah salat, tunaikanlah zakat, dan berpegang teguhlah
pada (ajaran) Allah. Dia adalah pelindungmu. Dia adalah sebaik-baik pelindung dan
sebaik-baik penolong.
3. Allah SWT berfirman di dalam Al-Qur’an pada ( QS. Al-Baqarah : 43)

َ‫ُالر ِك ُِعيْن‬
‫اركَع ْواُ َم َع ه‬ َ َ‫واُالزكوة‬
ْ ‫ُو‬ َّ َ َ‫َواَقِيْمواُالصَّلوة‬
‫ُوات‬
Artinya :
Tegakkanlah salat, tunaikanlah zakat, dan rukuklah beserta orang-orang yang rukuk.
Dan masih banyak lagi perintah di dalam kitabullah yang mewajibkan umat
Islam melalukan shalat. Paling tidak tercatat ada 12 perintah dalam Al-Quran lafaz
"aqiimush-shalata"‫ (أقيموا الصالة‬yang bermakna "dirikanlah shalat" dengan fi' il Amr
(kata perintah) dengan perintah kepada orang banyak (khitbabul jam'i). Yaitu pada
surat:
a. Al-Baqarah ayat 43, 83 dan110
b. Surat An-Nisa ayat 177 dan 103

7
c. Surat Al-An'am ayat 72
d. Surat Yunus ayat 87
e. Surat Al-Hajj: 78
f. Surat An-Nuur ayat 56
g. Surat Luqman ayat 31
h. Surat Al-Mujadalah ayat 13
i. Surat Al-Muzzammil ayat 20.
Ada 5 perintah shalat dengan lafaz "aqiimush-shalata"‫ أقيموا الصالة‬dengan
khithab hanya kepada satu orang. Yaitu pada:
a. Surat Huud ayat 114
b. Surat Al-Isra ayat 78
c. Surat Thaha ayat 14
d. Surat Al-Ankabut ayat 45
e. Surat Luqman ayat 17.
B. Dalil As-Sunnah
Di dalam sunnah Raulullah shallallahu 'alaihi wasallam, ada banyak sekali
perintah shalat sebagai dalil yang kuat dan qath'i tentang kewajiban shalat.
Diantaranya adalah hadits-hadits berikut ini:

Dari Ibni Umar radhiyallahu 'anhu berkata bahwa Rasulullah shallallahu alaihi
wasallam bersabda, "Islam didirikan di atas lima hal. Sahadat bahwa tiada tuhan
kecuali Allah dan bahwa Muhammad adalah utusan Allah, penegakan shalat,
pelaksanaan zakat, puasa di bulan Ramadhan dan haji ke Baitullah bila mampu". (HR.
Bukhari dan Muslim).
C. Dalil dari Ijma'
Bahwa seluruh umat Islam sejak zaman nabi shallallahu 'alaihi wasallam
hingga hari ini telah bersepakat atas adanya kewajiban shalat dalam agama Islam.
Lima kali dalam sehari semalam.

8
Dengan adanya dalil dari Quran, sunnah dan ijma` di atas, maka lengkaplah
dalil kewajiban shalat bagi seorang muslim. Maka mengingkari kewajiban shalat
termasuk keyakinan yang menyimpang dari ajaran Islam, bahkan bisa divonis kafir
bila meninggalkan shalat dengan meyakini tidak adanya kewajiban shalat.
2.3. Praktik Ibadah Shalat Dalam Pandangan Ulama 4 Mazhab
A. Perbedaan Ulama Dalam Menentukan Rukun Shalat
Para ulama mazhab yang paling masyhur berbeda-beda pendapatnya ketika
menetapkan mana yang menjadi bagian dari rukun shalat. Kalangan mazhab
Al-Hanafiyah mengatakan bahwa jumlah rukun shalat hanya ada 6 saja. Sedangkan
Al-Malikiyah menyebutkan bahwa rukun shalat ada 14 perkara. As-Syafi'iyah
menyebutkan 13 rukun shalat dan Al-Hanabilah menyebutkan 14 rukun.
Untuk lebih jelasnya silahkan perhatikan tabel berikut ini yang dibuat
berdasarkan kitab Al-Fiqhul Islami wa Adillatuhu karya Dr. Wahbah Az-Zuhaily.

B. Rincian Rukun Shalat


1.Takbiratul Ihram
Takbiratul Ihram maknanya adalah ucapan takbir yang menandakan
dimulainya pengharaman. Yaitu mengharamkan segala sesuatu yang tadinya halal
menjadi tidak halal atau tidak boleh dikerjakan di dalam shalat. Seperti makan,
minum, berbicara dan sebagainya.
Dalil tentang kewajiban bertakbir adalah firman Allah SWT:
ُ‫َو َربَّكَ ُفَك َِب ْر‬
“dan Tuhanmu agungkanlah! (Bertakbirlah untuknya)” (QS. Al- Muddatstsir: 3).
Juga ada dalil dari hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam:

9
Dari Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu bahwa Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam bersabda, “Kunci shalat itu adalah kesucian dan yang
mengharamkannya (dari segala hal di luar shalat) adalah takbir”. (HR. Khamsah
kecuali An-Nasai).
Lafaz takbiratul-ibram adalah mengucapkan lafadz Allahu Akbar, artinya
Allah Maha Besar. Sebuah zikir yang murni dan bermakna pengakuan atas
penghambaan diri anak manusia kepada Sang Maha Pencipta. Lafaz ini diucapkan
ketika semua syarat wajib dan syarat sah shalat terpenuhi. Yaitu sudah menghadap
ke kiblat dalam keadaan suci badan, pakaian dan tempat dari najis dan hadats.
Begitu juga sudah menutup aurat, tahu bahwa waktu shalat sudah masuk dan
lainnya.
Jumhur ulama mengharamkan makmum memulai takbir permulaan shalat
ini kecuali bila imam sudah selesai bertakbir. Dengan dasar berikut ini:

“Imam itu dijadikan untuk diikuti, maka jangan berbeda dengannya. Bila dia
bertakbir maka bertakbirlah” (HR. Muttafaq Alaihi).
Sedangkan kalangan Al-Hanafiyah membolehkan makmum bertakbir
bersama-sama dengan imam.
2.Berdiri
Berdiri adalah rukun shalat dengan dalil berdasarkan firman Allah SWT:
َُ‫واُّلِلُقَانِتِين‬
ِ َّ ِ ‫َوقوم‬
“...Berdirilah untuk Allah dengan khusyu’ ” (QS. Al-Baqarah: 238).
Juga ada hadits nabawi yang mengharuskan berdiri untuk shalat

Dari Imran bin Hushain radhiyallahu ‘anhu bahwa beliau bertanya kepada Nabi
shallallahu ‘alaihi wasallam tentang shalat seseorang sambil duduk, beliau
bersabda, “Shalatlah dengan berdiri, bila tidak sanggup maka sambil duduk dan
bila tidak sanggup sambil berbaring”. (HR. Bukhari)

10
Hadits ini juga sekaligus menjelaskan bahwa berdiri hanya diwajibkan untuk
mereka yang mampu berdiri. Sedangkan orang- orang yang tidak mampu berdiri,
tidak wajib berdiri. Misalnya orang yang sedang sakit yang sudah tidak mampu lagi
berdiri tegak.
Bahkan orang sakit itu bila tidak mampu bergerak sama sekali, cukuplah
baginya menganggukkan kepala saja menurut Al- Hanafiyah. Atau dengan
mengedipkan mata atau sekedar niat saja seperti pendapat Al-Malikiyah. Bahkan
As-Syafi’iyah dan Al-Hanabilah mengatakan bahwa bisa dengan mengerakkan
anggota tubuh itu di dalam hati.
Juga perlu diperhatikan bahwa kewajiban berdiri dalam shalat hanya berlaku
untuk shalat fardhu saja. Sedangkan untuk shalat nafilah (sunnah) tidak diwajibkan
berdiri meskipun mampu berdiri. Jadi seseorang diperbolehkan melakukan shalat
sunnah dengan duduk saja tidak berdiri, meski badannya sehat dan mampu berdiri.
Para fuqaha mazhab sepakat mensyaratkan bahwa berdiri yang dimaksud
adalah berdiri tegak. Tidak boleh bersandar pada sesuatu seperti tongkat atau
tembok, kecuali buat orang yang tidak mampu. Terutama bila tongkat atau
temboknya dipisahkan, dia akan terjatuh. Adapun As-Syafi’iyah tidak
mengharamkan melainkan hanya memakruhkan saja. Dan Al-Malikiyah hanya
mewajibkan berdiri tegak tanpa bersandar kepada benda lain pada saat membaca
Al-Fatihah saja. Sedangkan di luar bacaan Al- Fatihah dibolehkan bersandar.
3.Membaca Al-Fatihah
Jumhur ulama menyebutkan bahwa membaca surat Al-Fatihah adalah
rukun shalat, dimana shalat seseorang tidak sah tanpa membacanya. Dengan dalil
kuat dari hadits nabawi :

Dari Ubadab bin Shamit ra berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaibi wasallam
bersabda, “Tidak sah shalat kecuali dengan membaca ummil- quran”(HR. Ibnu
Hibban dalam shahihnya).

a.Mazhab As-Syafi’i

11
Mazhab As-syafi’iyah mewajibkan makmum dalam shalat jamaah untuk
membaca surat Al-Fatihah sendiri meski dalam shalat jahriyah (yang dikeraskan
bacaan imamnya). Tidak cukup hanya mendengarkan bacaan imam saja. Kerena itu
mereka menyebutkan bahwa ketika imam membaca surat Al-Fatihah, makmum
harus mendengarkannya, namun begitu selesai mengucapkan, masing-masing
makmum membaca sendiri-sendiri surat Al-Fatihah secara sirr (tidak terdengar).
Namun dalam pandangan mazhab ini, kewajiban membaca surat Al-Fatihah
gugur dalam kasus seorang makmum yang tertinggal dan mendapati imam sedang
ruku. Maka saat itu yang bersangkutan ikut ruku bersama imam dan sudah terhitung
mendapat satu rakaat.
b.Mazhab Al-Malikiyah dan Al-Hanabilah(Hambali)
Mazhab Al-Malikiyah dan Al-Hanabilah mengatakan bahwa seorang makmum
dalam shalat jamaah yang jahriyah (yang bacaan imamnya keras) untuk tidak
membaca apapun kecuali mendengarkan bacaan imam. Sebab bacaan imam sudah
dianggap menjadi bacaan makmum.
c.Mazhab Al-Hanafiyah
Sedangkan mazhab Al-Hanafiyah yang mengatakan bahwa Al- Fatihah itu
bukan rukun shalat, cukup membaca ayat Al-Quran saja pun sudah boleh. Sebab
yang dimaksud dengan ‘rukun’ menurut pandangan mazhab ini adalah semua hal
yang wajib dikerjakan baik oleh imam maupun makmum, juga wajib dikerjakan
dalam shalat wajib maupun shalat sunnah. Sehingga dalam tolak ukur mereka,
membaca surat Al-Fatihah tidak termasuk rukun shalat, sebab seorang makmum
yang tertinggal tidak membaca Al-Fatihah tapi sah shalatnya. Bahkan makmum
shalat dimakruhkan untuk membaca Al-Fatihah karena makmum harus
mendengarkan saja apa yang diucapkan imam.
Selain itu mereka berpendapat bahwa di dalam Al-Quran diperintahkan
membaca ayat Quran yang mudah. Sebagaimana ayat berikut ini:
‫سر من ْالقُ ْرآن‬
َّ ‫فا ْقرؤُوا ما تي‬
...maka bacalab apa yang mudah dari Al Qur'an (QS. Al-Muzzamil :20)
Dan sabda Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam:
Dari Abi Hurairah radhiyallahu 'anhu berkata bahwa Rasulullah shallallahu
'alaihi wasallam bersabda, "Tidak sah shalat itu kecuali dengan membaca
al-Quran". (HR. Muslim)

12
Dalam mazhab ini, minimal yang bisa dianggap sebagai bacaan Al-Quran
adalah sekadar 6 huruf dari sepenggal ayat. Seperti mengucapkan walfajr, dimana
di dalam lafaz ayat itu ada huruf waw,alif,lam,fa,ja,dan ra . Namun ulama mazhab
ini yaitu Abu Yusuf dan Muhammad mengatakan minimal harus membaca tiga ayat
yang pendek, atau satu ayat yang panjangnya kira-kira sama dengan tiga ayat yang
pendek.¹
Bacaan Basmalah: Khilaf para ulama, apakah bagian dari Al-Fatihah atau
bukan?
Menurut mazhab As-Syafi'iyah, lafaz basmalah (bismillahirrahmanirrahim)
adalah bagian dari surat Al-Fatihah. Sehingga wajib dibaca dengan jabr
(dikeraskan) oleh imam shalat dalam shalat jahriyah. Dalilnya adalah hadits berikut
ini:

Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu bahwa Rasulullah shallallabu 'alaihi


wasallam bersabda, "Bila kamu membaca alhamdulillah (surat Al- Fatihah), maka
bacalah bismillahirrahmanirrahim, karena Al-Fatihah itu ummul-Quran,
ummul-kitab, sabul-matsani. Dan bismillahirahmanir- rahim adalah salah satu
ayatnya". (HR. Ad-Daruquthuny).
Hadits yang senada juga diriwayatkan oleh Al-Bukhari dan Muslim dengan
isnad yang shahih dari Ummi Salamah. Dan dalam kitab Al-Majmu ada 6 orang
shahabat yang meriwayatkan hadits tentang basmalah adalah bagian dari surat
Al-Fatihah.'
Sedangkan pandangan mazhab Al-Malikiyah, basmalah bukan bagian dari
surat Al-Fatihah. Sehingga tidak boleh dibaca dalam shalat baik shalat wajib
maupun shalat sunnah. Dan juga baik dalam shalat jahriyah maupun sirriyah.
Sedangkan dalam pandangan Al-Hanabilah, basmalah adalah bagian dari surat
Al-Fatihah, namun tidak dibaca secara keras (jabr), cukup dibaca pelan saja (sirr).
Bila kita perhatikan imam masjidil al-haram di Mekkah, tidak terdengar membaca
basmalah, namun mereka membacanya umumnya orang-orang disana bermazhab
Hambali.
4. Ruku

13
Ruku adalah gerakan membungkukkan badan dan kepala dengan kedua
tangan diluruskan ke lulut kaki. Dengan tidak mengangkat kepala tapi juga tidak
menekuknya. Juga dengan meluruskan punggungnya, sehingga bila ada air di
punggungnya tidak bergerak karena kelurusan punggungnya.
Perintah untuk melakukan rukuk adalah firman Allah SWT
‫اركعُوا وا ْس ُجد ُوا وا ْعبُد ُوا ربَّكُ ْم وا ْفعلُوا ْالخيْر لعلَّكُ ْم ت ُ ْفل ُحون‬
ْ ‫يا أيُّها الَّذين آمنُوا‬
“Wahai orang-orang yang beriman, rukuklah kamu, sujudlah kamu, Sembahlah
Tubanmu dan perbuatlah kebajikan, supaya kamu mendapat Kemenangan”. (QS.
Al-Hajj: 77).
Dan juga hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berikut ini.
‫ت رأ ْيتُهُ إذا ركع أ ْمكن يديْه م ْن ُر ْكبتيْه‬
ْ ‫ع ْن عائشة قال‬
Dari Aisah radhiyallahu ‘anbu berkata,”Aku melihat beliau shallallabu ‘alaihi
wasallam ketika ruku meletakkan tangannya pada lututnya.” (HR.Muttafaqun
Alaihi).
Untuk sahnya gerakan ruku, posisi seperti ini harus terjadi dalam
beberapa saat. Tidak boleh hanya berupa gerakan dari berdiri ke ruku tapi langsung
bangun lagi. Harus ada jeda waktu sejenak untuk berada pada posisi ruku yang
disebut dengan istilah thuma’ninah. Dalilnya adalah sabda Nabi shallallahu ‘alaihi
wasallam berikut ini:

Dari Abi Qatadha berkata bahwa Rasululah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
“Pencuri yang paling buruk adalah yang mencuri dalam shalatnya”. Para shahabat
bertanya, “Ya Rasulallah, bagaimana mencuri dalam Shalat?”. “Dengan cara tidak
menyempurnakan ruku dan sujudnya”. Atau beliau bersabda, “Tulang belakangnya
tidak sampai lurus ketika ruku dan sujud”. (HR. Ahmad, Al-Hakim, At-Thabarany,
Ibnu Khuzaemah, Ibnu Hibban).
Para ulama fiqih menyebutkan bahwa perbedaan ruku nya laki- laki dan
wanita adalah pada letak tangannya. Laki-laki melebarkan tangannya atau
merenggangkan antara siku dengan perutnya. Sedangkan wanita melakukan
sebaliknya, mendekatkan tangannya ke tubuhnya.

14
5.I tidal
I’tidal adalah gerakan bangun dari ruku dengan berdiri tegap dan
merupakan rukun shalat yang harus dikerjakan menurut jumhur ulama.
Kecuali pendapat Al-Hanafiyah yang agak tidak kompak sesama mereka.
Sebagian dari mereka mengatakan bahwa i`tidal tidak termasuk rukun shalat,
melainkan hanya kewajiban saja. Sebab I’tidal hanyalah konsekuensi dari
tuma`ninah. Dasarnya adalah firman Allah SWT yang menyebutkan hanya ruku dan
sujud tanpa menyebutkan i tidal.
“Dan ruku lab dan sujudlab” (QS. Al-Hajj: 77)
Namun sebagian ulama mazhab ini seperti Abu Yusuf dan yang lainnya
mengatakan bahwa I’tidal adalah rukun shalat yang tidak boleh ditinggalkan.
Menurut mereka, bila seseorang shalat tanpa i’ tidal maka shalatnya batal dan tidak
sah.
6.Sujud
Secara bahasa, sujud berarti At-tazalul (yaitu merendahkan diri badan),
dan (Al-mailu ) yaitu mendoncongkan badan ke depan.
Sedangkan secara syar’i, yang dimaksud dengan sujud menurut jumhur
ulama adalah meletakkan 7 anggota badan ke tanah, yaitu wajah, kedua telapak
tangan, kedua lutut dan ujung kedua tapak kaki.
Pensyariatan Sujud
Al-Quran Al-Kariem memerintahkan kita untuk sujud kepada Allah SWT.
Dasarnya adalah hadits nabi :

Dari Ibnu Abbas ra berkata,”Aku diperintahkan untuk sujud di atas 7 anggota.


(Yaitu) wajah (dan beliau menunjuk hidungnya), kedua tangan, kedua lutut dan
kedua tapak kaki. (HR. Bukhari dan Muslim)’
Manakah yang lebih dahulu diletakkan, lutut atau tangan?
Dalam masalah ini ada dua dalil yang sama-sama kuat namun
menunjukkan cara yang berbeda. Sehingga menimbulkan perbedaan pendapat juga
di kalangan ulama.

15
Jumhur ulama umumnya mengatakan bahwa yang disunnahkan ketika
sujud adalah meletakkan kedua lutut di atas tanah telebih dahulu, baru kemudian
kedua tangan lalu wajah. Dan ketika bangun dari sujud, belaku sebaliknya, yang
diangkat adalah wajah dulu, kemudian kedua tangan baru terakhir lutut. Dasar dari
praktek ini adalah hadits berikut ini.

Dari Wail Ibnu Hujr berkata,”Aku melibat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam
bila sujud meletakkan kedua lututnya sebelum kedua tangannya. Dan bila bangun
dari sujud beliau mengangkat tangannya sebelum mengangkat kedua lututnya”.
(HR. Khamsah kecuali Ahmad)¹
Namun Al-Malikiyah berpendapat sebaliknya, justru yang disunahkan
untuk diletakkan terlebih dahulu adalah kedua tangan baru kemudian kedua
lututnya. Dalil mereka adalah hadits berikut ini:

Dari Abi Hurariah radhiyallahu ‘anhu berkata bahwa Rasululah shallallahu


‘alaihi wasallam bersabda, “Bila kamu sujud janganlah seperti duduknya unta.
Hendaklah kamu meletakkan kedua tangan terlebih dahulu baru kedua lutut. (HR.
Ahmad, Abu Daud, Nasai dan Tirmizy)
Ibnu Sayid An-Nas berkata bahwa hadits yang menyebutkan tentang
meletakkan tangan terlebih dahulu lebih kuat. Namun Al- Khattabi mengatakan
bahwa hadits ini lebih lemah dari hadits yang sebelumnya. Maka demikianlah para
ulama berbeda pendapat tentang mana yang sebaiknya didahulukan ketika
melakukan sujud. Dan Imam An-Nawawi berkata bahwa diantara keduanya tidak
ada yang lebih rajih (lebih kuat). Artinya, menurut beliau keduanya sama-sama kuat
dan sama-sama bisa dilakukan.
7.Duduk Antara Dua Sujud
Duduk antara dua sujud adalah rukun menurut jumhur ulama dan hanya
merupakan kewajiban menurut Al-Hanafiyah. Posisi duduknya adalah duduk
iftirasy, yaitu dengan duduk melipat kaki ke belakang dan bertumpu pada kaki kiri.
Maksudnya kaki kiri yang dilipat itu diduduki, sedangkan kaki yang kanan dilipat

16
tidak diduduki namun jari-jarinya ditekuk sehingga menghadap ke kiblat. Posisi
kedua tangan diletakkan pada kedua paha dekat dengan lutut dengan menjulurkan
jari-jarinya.
8.Duduk Tasyahhud Akhir
Duduk tasyahud akhir merupakan rukun shalat menurut jumhur ulama dan
hanya kewajiban menurut Al-Hanafiyah. Sedangkan jumhur ulama menetapkan
bahwa posisi duduk untuk tasyahud akhir adalah duduk tawaruk. Posisinya hampir
888sama dengan istirasy namun posisi kaki kiri tidak diduduki melainkan
dikeluarkan ke arah bawah kaki kanan. Sehingga duduknya di atas tanah tidak lagi
di atas lipatan kaki kiri seperti pada iftirasy.
Asy-syafi’iyah dan Al-Hanabilah sama-sama berpendapat bahwa untuk
duduk tasyahhud akhir, yang disunnahkan adalah duduk tawaruk ini.
Menurut Al-Hanafiyah, posisi duduk tasyahud akhir sama dengan posisi
duduk antara dua sujud, yaitu duduk iftirasy. Dalilnya adalah hadits berikut:

Dari Wail Ibnu Hajar,” Aku datang ke Madinah untuk melihat shalat Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam. Ketika belian duduk (tasyahud), beliau duduk iftirasy
dan meletakkan tangan kirinya di atas paha kirinya dan menashabkan kakinya
yang kanan”. (HR. Tirimizy)’
Ada pun Al-Malikiyah sebagaimana diterangkan di dalam kitab
Asy-Syarhu Ash-Shaghir menyunnahkan untuk duduk tawaruk. Baik pada tasyahud
awal maupun untuk tasyahud akhir. Dalilnya adalah hadits Nabi Dari Ibnu Mas’ud
berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam duduk di tengah shalat dan
akhirnya dengan duduk tawaruk.
9.Salam Pertama
Ada dua salam, yaitu salam pertama dan kedua. Salam pertama adalah
fardhu shalat menurut para fuqaha, seperti Al-Malikiyah dan Asy-Syafi’iyah.
Sedangkan salam yang kedua bukan fardhu melainkan sunnah.
Namun menurut Al-Hanabilah, kedua salam itu hukumnya fardhu,
kecuali pada shalat jenazah, shalat nafilah/sunnah, sujud tilawah dan sujud syukur.
Pada keempat perbuatan itu, yang fardhu hanya salam yang pertama saja.

17
Merupakan bagian dari fardhu dan rukun shalat yang juga berfungsi
sebagai penutup shalat. Dalilnya adalah:

Dari Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam bersabda, “Kunci shalat itu adalah kesucian (thabur) dan yang
mengharamkannya (dari segala bal di luar shalat) adalah takbir”. (HR. Muslim)
Menurut As-Syafi’i, minimal lafadz salam itu adalah ‫ السالم عليكم‬cukup
sekali saja. Sedangkan menurut Al-Hanabilah, salam itu harus dua kali dengan
lafadz ‫ السالم عليكم ورحمة هللا‬dengan menoleh ke kanan dan ke kiri.
Tidak disunnahkan untuk meneruskan lafadz wabarakatuh menurut
Asy-Syafi’iyah dan Al-Hanabilah, dengan dalil :
Dari Ibni Mas’ud radhiyallahu ‘anhu bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam memberi salam ke kanan dan ke kiri: Assalamu ‘alaikum warahmatullah
Assalamu ‘alaikum warahmatullah, hingga nampak pipinya yang putih. (HR.
Khamsah)¹
Selain sebagai penutup shalat, salam ini juga merupakan doa yang
disampaikan kepada orang-orang yang ada di sebelah kanan dan kirinya, bila tidak
ada maka diniatkan kepada jin dan malaikat.
10.Thuma’ninah
Menurut jumhurul ulama’, seperti Al-Malikiyah, Asy-Syafi’iyah dan
Al-Hanabilah, tuma’ninah merupakan rukun shalat, yaitu pada gerakan ruku’,
i’tidal, sujud dan duduk antara dua sujud³.
Dari Hudzaifah ra bahwa beliau melihat seseorang yang tidak
menyempurnakan ruku' dan sujudnya. Ketika telah selesai dari shalatnya, beliau
memanggil orang itu dan berkata kepadanya, "Kamu belum shalat, bila kamu mati
maka kamu mati bukan di atas fitrah yang telah Allah tetapkan di atasnya risalah
nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam. (HR. Bukhari).
11. Tertib
Melaksanakannya berurutan dari awal hingga akhir.

18
2.4. Hikmah Shalat Dalam Perspektif Islam Dan Sains
Selain sebagai bentuk ketaatan kepada Allah SWT, shalat juga mengandung
berbagai hikmah (pelajaran) yang bermanfaat bagi kehidupan manusia, baik dari
perspektif Islam maupun sains
A. Hikmah Shalat Dalam Perspektif Islam
Hikmah shalat wajib dapat dilihat dari berbagai aspek, baik aspek spiritual,
psikologis, sosial, maupun fisik. Berikut adalah beberapa hikmah shalat wajib yang
dapat kita ketahui:
1. Meningkatkan ketakwaan kepada Allah SWT.
Ketakwaan adalah sikap hati yang selalu taat dan patuh kepada perintah Allah
dan menjauhi larangan-Nya. Dengan melaksanakan shalat wajib secara rutin dan
khusyuk, kita akan semakin menyadari kebesaran dan kekuasaan Allah SWT, serta
kehinaan dan kelemahan diri kita sebagai makhluk-Nya. Hal ini akan membuat kita
lebih takut kepada Allah SWT daripada selain-Nya, dan lebih mengharapkan
rahmat dan ridha-Nya daripada pujian dan sanjungan manusia.
2. Memberikan ketenangan dalam diri baik lahir maupun batin.
Shalat wajib adalah sarana untuk berkomunikasi dengan Allah SWT, sang
pencipta dan pengatur segala sesuatu. Dengan shalat wajib, kita dapat mengadukan
segala persoalan dan kesulitan yang kita hadapi kepada Allah SWT, serta memohon
pertolongan dan petunjuk-Nya. Dengan demikian, kita akan merasa lebih tenang
dan yakin bahwa Allah SWT tidak akan meninggalkan kita sendirian dalam
menghadapi ujian hidup. Allah SWT berfirman dalam surat Ar-Ra’d ayat 28 ,yang
artinya:
“Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram.”
3. Mendapatkan kecintaan kepada Allah SWT.
Shalat wajib adalah salah satu bentuk ibadah mahabbah atau ibadah cinta
kepada Allah SWT. Dengan shalat wajib, kita menunjukkan rasa syukur dan
penghormatan kepada Allah SWT atas segala nikmat yang telah diberikan-Nya
kepada kita. Dengan shalat wajib, kita juga mengekspresikan rasa cinta dan rindu
kepada Allah SWT sebagai Tuhan yang Maha Pengasih dan Penyayang. Rasulullah
SAW bersabda, yang artinya:
“Barangsiapa yang mencintai untuk bertemu dengan Allah, maka Allah pun
mencintainya. Dan barangsiapa yang benci untuk bertemu dengan Allah, maka
Allah pun membencinya.” (HR Muslim)

19
4. Mencegah perbuatan keji dan mungkar.
Shalat wajib adalah salah satu cara untuk menjaga diri dari godaan syaitan dan
hawa nafsu yang mengajak kepada perbuatan keji dan mungkar. Perbuatan keji dan
mungkar adalah perbuatan yang bertentangan dengan syariat Allah SWT, seperti
berzina, mencuri, membunuh, berbohong, dan sebagainya. Dengan shalat wajib,
kita akan selalu ingat bahwa Allah SWT selalu melihat dan mendengar apa yang
kita lakukan. Hal ini akan membuat kita malu dan takut untuk melakukan dosa dan
maksiat .
B. Hikmah Shalat Dalam Perspektif Sains
Shalat yang juga sebagai ibadah yang paling dicintai Allah SWT, mengandung
banyak sekali manfaat untuk kesehatan bagi yang menjalankannya. Untuk itu, jangan
lewatkan manfaat-manfaat sholat untuk kesehatan berikut:
1. Menjaga kesehatan jantung
Pada hakikatnya, sholat bisa dikatakan sebagai bentuk olahraga yang bisa
meningkatkan metabolisme tubuh seseorang. Sholat juga mampu meningkatkan
kesehatan kardiovaskular secara keseluruhan.
Gerakan-gerakan sholat kerap melibatkan haluan pada arteri belakang, yang
bermanfaat pada tekanan darah yang mengalir ke jantung menjadi lancar. Gerakan
sujud dalam sholat bisa memecahkan penyumbatan pembuluh darah, yang bermanfaat
dalam mencegah terjadinya jantung koroner. Di sisi lain, ketika seseorang yang
sedang sholat melakukan gerakan sujud, posisi jantung lebih tinggi daripada posisi
otak. Hal ini bermanfaat agar otak mendapatkan suplay oksigen dari jantung melalui
darah yang akan meningkatkan kecerdasan.
2. Meningkatkan sirkulasi darah
Beberapa gerakan dalam sholat terbukti dapat membantu melancarkan aliran
darah dalam tubuh. Seperti halnya gerakan rukuk, yang dapat membantu mengatur
aliran darah bagian atas. Lalu pada gerakan tasyahud, dapat membantu mengatur
aliran darah bagian bawah.
3. Meredakan nyeri punggung dam nyeri sendi
Tidak hanya melancarkan peredaran darah, gerakan rukuk dalam sholat juga
bermanfaat meredakan beberapa keluhan, seperti:
·Nyeri tulang belakang
·Nyeri pinggul
·Nyeri dengkul

20
·Nyeri telapak kaki
Di sisi lain, posisi rukuk juga membantu mengurangi rasa sakit di punggung
bawah dengan meregangkan ligament dan otot (mirip dengan yoga), yang juga dapat
membantu meredakan rasa sakit pada sumsum tulang belakang dan sendi pinggul.
Posisi tubuh ketika sujud dan rukuk membantu dan meringankan persendian.Karena
penggunaan sendi secara rutin membuat sendi sehat dan berfungsi dengan baik.
Dengan melakukan relaksasi tulang belakang, sakit punggung dan penyakit tulang
belakang dapat dihindari. Sholat secara keseluruhan, dapat meregangkan sendi bahu,
siku, lutut, pergelangan kaki dan pinggul.
4. Melancarkan pencernaan
Gerakan sholat juga bermanfaat untuk membantu memperbaiki pencernaan tubuh.
Seperti ketika tubuh melakukan gerakan tasyahud dalam sholat, atau posisi duduk
dengan menopang pada 1 kaki melengkung dibawahnya, memungkinkan melancarkan
pencernaan. Gerakan tasyahud ini meningkatkan fungsi hati dan mengendurkan usus,
yang kemudian akan memfasilitasi pergerakan usus dalam tubuh. Dan sholat juga
membantu meredakan sembelit.
5. Berpengaruh baik pada postur tubuh
Postur tubuh yang tidak baik, bila dibiarkan dalam jangka panjang akan menjadi
penyebab timbulnya penyakit-penyakit lain. Posisi tubuh ketika melakukan gerakan
takbir dalam sholat, menjadi lebih tegak dan tubuh mendapat keseimbangan pada titik
terbaik dalam menopang berat badan. Maka dari itu, gerakan sholat sangat bermanfaat
dan penting dalam membuat postur tubuh menjadi lebih ideal. Terlebih halnya
gerakan sholat yang dilakukan sebanyak beberapa kali dalam sehari, akan
membiasakan postur tubuh terlatih lebih tegak.
6. Menyehatkan mental
Berdasarkan ilmu pengetahuan modern, yoga merupakan salah satu bentuk
olahraga yang paling sehat. Sedangkan ibadah sholat, gerakan-gerakan sholat yang
terdapat di dalamnya menyerupai gerakan-gerakan yang ditemukan dalam gerakan
yoga. Olahraga yoga tidak hanya baik untuk menjaga kebugaran fisik, tapi juga
berperan penting untuk menjaga dan meningkatkan kesehatan mental.
Olahraga yoga mampu membawa harmoni dalam kehidupan seseorang dengan
mengkolaborasikan seluruh aspek kehidupan termasuk aspek fisik, sosial, spiritual
dan psikologis. Inilah tepatnya yang dirasakan ketika melaksanakan sholat, yaitu

21
adanya keharmonisan dan kedamaian sepenuhnya yang tercipta dari dalam diri. Di sisi
lain, sholat juga mampu menghilangkan stres dan rasa cemas.
7. Membuat jiwa lebih damai
Apabila seseorang yang hanya melakukan sholat saja bisa menyehatkan mental,
sholat yang dilakukan dengan khusyuk akan memberikan ketenangan dalam jiwa.
Terlebih halnya dengan doa-doa yang dipanjatkan sehingga sholat menjadikan jiwa
manusia terasa lebih dekat dengan-Nya, hal ini berdampak baik dalam memberikan
rasa tenang dalam menjalani kehidupan.

22
BAB III
KESIMPULAN
3.1. Kesimpulan
Shalat memiliki dua konsep utama dalam fiqh, yaitu secara lahiriyah
(perkataan dan perbuatan yang diawali dengan takbir dan diakhiri dengan salam) dan
hakiki (berhadapan hati/jiwa kepada Allah). Shalat fardhu adalah salah satu rukun
Islam yang wajib dilakukan oleh setiap umat Muslim yang sudah baligh dan berakal.
Shalat fardhu terbagi menjadi fardhu ‘ain (wajib individu) dan fardhu kifayah (wajib
atas sebagian umat).
Terdapat syarat sah dan rukun shalat. Syarat sah meliputi suci dari hadats, suci
badan/pakaian/tempat shalat dari najis, menutup aurat, dan sudah masuk waktu shalat.
Rukun shalat meliputi niat, berdiri bagi yang mampu, takbiratul ihram, membaca
Surah Al-Fatihah, ruku', i'tidal, sujud, duduk antara dua sujud, duduk terakhir,
membaca tasyahud, membaca shalawat atas Nabi Muhammad SAW, mengucapkan
salam, thuma'ninah, dan tertib. Syarat wajib shalat meliputi beragama Islam, sudah
baligh dan berakal, suci dari hadas besar/kecil, mampu melaksanakan, dan sudah
mendapatkan dakwah (perintah Rasulullah SAW). Hal-hal yang membatalkan shalat
meliputi berbicara dengan sengaja, makan/minum dengan sengaja, bergerak banyak
dengan sengaja, meninggalkan syarat/rukun tanpa uzur, dan tertawa dengan jelas.
Shalat diwajibkan dengan dalil yang qat'i dari Al-Quran, As-Sunnah, dan Ijma' umat
Islam sepanjang zaman. Menolak kewajiban shalat adalah tindakan yang menyimpang
dari ajaran Islam.
Ada perbedaan pandangan antara mazhab-mazhab dalam beberapa hal, seperti
membaca Al-Fatihah, posisi tangan saat sujud, duduk antara dua sujud, dan lainnya.
Meskipun terdapat perbedaan pendapat di antara mereka, semua ulama sepakat bahwa
memenuhi rukun-rukun shalat dan melaksanakannya secara tertib merupakan hal yang
penting dalam menjalankan ibadah shalat. shalat memiliki hikmah dan manfaat yang
sangat besar baik dari segi spiritual dan sosial dalam Islam, maupun dari segi
kesehatan menurut perspektif sains. Oleh karena itu, menjalankan shalat dengan
khusyuk dan rutin tidak hanya mendekatkan diri kepada Allah SWT, tetapi juga
memberikan manfaat yang nyata bagi kesehatan dan kehidupan manusia secara
keseluruhan.

23
3.2. Saran
Penulis banyak berharap kepada para pembaca yang budiman untuk
memberikan kritik saran yang membangun kepada kami demi sempurnanya makalah
ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca khusus pada penulis.
Dalam makalah ini masih ada beberapa kesalahan dari penulis karena itu penulis
minta maaf dan harapan kedepannya semoga lebih baik lagi. Sekian penutup dari
kami semoga dapat diterima di hati dan kami ucapkan terima kasih yang sebesar-
besarnya.

24
DAFTAR PUSTAKA

https://www.haibunda.com/parenting/20230114083622-61-295989/13-rukuk-shal
at Komala, shalat wajib dan shalat sunnah, banten, UIN Sultan Maulana
HasanuddinBanten, 2013
Dr. H. Khoirul abror, M. H, FIQH IBADAH, Bandar Lampung: cv. Arjasa
PratamaBandar Lampung, phoenix, 2019
Dr. Muhammad Sarbini, 200 Fikih Praktis Sehari- Hari, yogyakarta: Pro-u Media,
2017 Haerudin, Tinjauan Rukun-Rukun Shalat Sesuai Dengan Hadis Nabi
Muhammad SAW, Karawang, universitas buana perjuangan karawang, 2021, E-ISSN:
2798-2580
https://telemed.ihc.id/artikel-detail-261-Luar-Biasa,-Ini-Manfaat-Sholat-untuk
Kesehatan.html

https://perpustakaan.uad.ac.id/hikmah-sholat-lima-waktu/

25

Anda mungkin juga menyukai