Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

IBADAH

Jl. Sokayasa Banjarnegara No.9-11 Kalisemi, Parakancanggah, Sokayasa,


Banjarnegara, Jawa Tengah 53412

Makalah ini disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan Agama Islam
Program Studi Teknik Informatika (TI) Semester 1

Disusun oleh :

Afid Arifin |

Alfi Nazilah |

SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER (STIMIK)


TUNAS BANGSA BANJARNEGARA

2019

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena dengan rahmat,
karunia, serta taufik dan hidayah-Nya lah kami dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul “Ibadah”. Sholawat serta salam semoga tetap terlimpahkan kepada junjungan
kita Nabi Muhammad SAW, keluarganya, para sahabatnya, serta para pengikutnya
termasuk kami semua. Tidak lupa pula kami ucapkan banyak terima kasih kepada
Bapak Andri Sungkono, M.Pd selaku dosen pengampu mata kuliah pendidikan agama
islam yang telah memberikan tugas ini kepada kami.

Dalam makalah ini menjelaskan tentang “Ibadah”. Kami menyadari bahwa di


dalam makalah ini terdapat kekurangan-kekurangan dan jauh dari apa yang kami
harapkan. Untuk itu kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan di
masa yang akan datang mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang
membangun. Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang
membacanya. Sekiranya makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami dan
yang membacanya.

Parakancanggah, 13 November 2019

Penulis

2
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL...........................................................................................................................1

KATA PENGANTAR......................................................................................................................... 2

DAFTAR ISI.......................................................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................................4

A. Latar Belakang Masalah..................................................................................................4

B. Rumusan Masalah............................................................................................................4

BAB II PEMBAHASAN........................................................................................................5

A. Definisi Ibadah................................................................................................................5

B. Macam-Macam Ibadah....................................................................................................5

C. Hubungan Ibadah dengan Iman.....................................................................................11

BAB III PENUTUP..........................................................................................................................13

BAB IV DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................................14

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Ibadah merupakan bentuk menyembahan manusia kepada Allah SWT.


Dari ibadah dapat dilihat seberapa bersyukurnya setiap hamba, manusia tidak
dapat di pisahkan dengan penciptanya. Di dunia manusia tidak hidup tanpa
manusia yang lain. Dengan penciptanya terdapat hubungan khusus yang kepada
Allah dengan ibadah dan dengan sesama manusia terdapat hubungan yang
merupakan ibadah yang berbuat baik dengan makhluk ciptaan Allah yang
lainnya.
Semua perbuatan yang dengan di awali dengan niat ikhlas akan berbuah
ibadah yang di nilai oleh Allah dan ibadah tersebut akan menambah dekatnya
makhluk dengan khaliq, dalam sebuah sya’ir lagu disebutkan bahwa jika
makhluk dekat maka khaliq akan dekat dan sebaliknya, jika makhluk jauh maka
khaliq pun akan jauh.
Ibadah yang hubungannya dengan Allah disebut dengan ibadah mahdhah
dan ibadah yang hubungan dengan sesama manusia ataupun makhluk ciptaan
Allah disebut ibadah ghairu mahdhah. Berbuat baik terhadap binatang atau
tumbuhan pun merupakan suatu ibadah.

B. Rumusan Masalah
1. Apakah definisi dari ibadah ?
2. Apa saja macam-macam Ibadah ?
3. Bagaimana hubungan ibadah dengan iman ?

4
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi Ibadah

Ibadah secara bahasa(etimologi) berarti merendahkan diri serta tunduk.


Sedangkan menurut syara’(terminologi), ibadah berarti :

1. Ibadah adalah taat kepada Allah dengan melaksanakan perintah-Nya melalui


lisan para rasul-Nya.
2. Ibadah adalah merendahkan diri kepada Allah Azza wa Jalla, yaitu tingkatan
tunduk yang paling tinggi disertai dengan rasa mahabbah(kecintaan) yang
paling tinggi.
3. Ibadah adalah sebutan yang mencakup seluruh apa yang dicintai dan diridhai
Allah Azza wa Jalla, baik berupa ucapan atau perbuatan, yang zhahir
maupun yang bathin.

B. Macam-Macam Ibadah

Semua yang kita perbuat dalam kehidupan sehari-hari tidak lepas dari
berhubungan dengan Allah dan dengan sesama manusia(hablu minallah wa
hablu minannas). Ibadah langsung kepada Allah di sebut dengan ibadah
mahdhah dan ibadah tidak langsung disebut dengan ibadah ghairu mahdhah.
[1]Ibadat dalam islam berbagai bentuk dan berbagai warna. Diantaranya,
renungan yang mendalam memikiri tanda-tanda kekuasaan Allah, bekasan-
bekasan qudrat-Nya. Dan diantaranya, ialah do’a yaitu si insan bermunajat
dengan Tuhan-Nya. Didalamnya ada taammul, ada tafakkur yang disertakan
gerakan-gerakan badan yang menunjukkan makna-makna yang tinggi. Dia
didahulukan oleh thaharah yang memberi pengertian kepada keharusan kita
bersuci daripada dosa.
Secara garis besar ibadah itu dibagi dua yaitu ibadah pokok yang kajian
ushul fiqh dimasukkan ke dalam hukum wajib, baik wajib ‘aini atau wajib
kifayah. Termasuk ke dalam kelompok ibadah pokok itu adalah apa menjadi

5
rukun Islam dalam arti akan dinyatakan keluar dari islam bila sengaja
meninggalkannya yaitu: shalat, zakat, puasa dan haji yang kesemuanya
didahului oleh ucapan syahadat[2].
Ibadah selain pokok yang jika dilakukan sangat banyak maslahah untuk
seseorang itu. Semua ibadah baik itu merupakan perintah atau larangan
mengandung maqasid syari’ah. Pada hakikatnya memang ibadah ditujukan
kepada Allah namun sesungguhnya mashlahatnya itu untuk manusia karena
Allah Maha Kaya dan tidak butuh apa-apa dari manusia. Setiap ibadah dilakukan
dengan sesuai petunjuk Allah dan bayan Rasulullah.

Ibadah Mahdhah

a. Shalat
Shalat adalah ibadah yang berisikan perkataan dan perbuatan tertentu
yang dimulai dengan takbir dan diakhiri dengan salam[4]. Shalat dalam
bahasa arab berarti do’a, di dalam shalat mengandung do’a-do’a baik berupa
permohonan rahmat, ampunan dan sebagainya. Terbagi atas shalat fardhu
dan shalat sunnah.
Tujuannya adalah agar manusia selalu mengingat Allah, agar selalu
berbuat ma’ruf dan takut atas perbuataan yang munkar dan shalat juga akan
memperoleh ketenangan jiwa. Shalat di didahulukan oleh thaharah
(membersihkan badan yang menjadi syarat shalat, seperti wudhu atau
tayamum). Bertayamum dilakukan karena tidak memperoleh air ketika
hendak shalat, ini merupakan rukhsah yang memberikan isyarat bahwa
shalat itu wajib dan terjadi masyaqah maka ada keringanan-keringanan yang
menyebabkan selalu dilaksanakan dan tidak ditinggalkan. Bersih pakaian dan
tempat shalat, menghadap qiblat, pada waktu yang telah ditentukan dan
menutup aurat.
Hukum shalat adalah wajib ‘ain dan mendapat ancaman jika di
tingggalkan. Sebagaimana amar yang ditunjukkan oleh QS. Al-Baqarah :

‫و اقيموا الصالة و توا الزكوة واركعوا مع الراكعين‬


Artinya : “Dan dirikanlah shalat dan tunaikan zakat dan ruku’lah bersama
orang-orang yang ruku”.

6
Rukun shalat adalah perbuatan yang harus di lakukan, jika tidak
dilakukan maka shalat tersebut tidak sah. Macam-macam shalat :
1) Shalat fardhu ‘ain seperti shalat lima waktu (dzuhur, ashar, maghrib,
isya’ dan shubuh).
2) Shalat fardhu kifayah seperti shalat jenazah dan shalat sunnah
muakkadah shalat witir, shalat hari raya.
3) Shalat sunnah ghairu muakkadah seperti dhuha, tahjjud, shalat-shalat
rawatib.

b. Puasa
Puasa adalah menahan diri dari segala sesuatu yang membatalkan puasa
dari terbit matahri hingga terbenam matahari. Terbagi menjadi puasa fardhu
(puasa ramadhan, puasa kafarat dan puasa nazar) dan puasa sunnah (puasa
syawal, puasa arafah, puasa muharram, sya’ban, senin kamis, puasa daud dan
lain-lain). Terdapat pula puasa-puasa yang dilarang seperti idul fitri, idul
adha hari-hari tasyrik dan sebagainya. Hukum ibadah adalah wajib
sebagaimana amar dalam QS. Al-Baqarah : 183.

‫ياايها الذين امنوا كتب عليكم الصيام كما كب على الذين من قبلكم لعلكم تتقون‬

Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, di wajibkan atas kamu berpuasa


sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu, agar kamu
bertaqwa.”
Adab-adab puasa antaranya niat, sahur walaupun hanya seteguk air,
segera berbuka dan dengan yang manis, menahan diri dari segala yang
membatalkan puasa, berderma dan membaca Al-Qu’an.

c. Zakat
Zakat adalah hak Allah Ta’ala yang diberikan seseorang yang kepada
fakir miskin. Dinamakan “zakat” karena diharapkan akan mendatangkan
keberkahan, penyucian jiwa dan penumbuhan (harta) dengan berbagai
macam kebaikan, sebab dia diambil dari kata zakat yang berarti
“pertumbuhan”, “kesucian” dan “keberkahan”[5]. Zakat di keluarkan oleh
orang yang merdeka dan mempunyai harta kemudian dizakati sebanyak satu

7
nishab. Terdapat banyak jenis harta yang dizakati seperti perhiasan,
peternakan, hasil pertanian, perniagaan dan zakat fitra yang dikeluarkan
khusus akhir bulan Rmadhan dan paling lambat sebelum shalat idul fitri.
Seorang pembaharu dalam buku Fiqh Indonesia karya TM. Hasbi Ash-
Shiddieqy menyatakan zakat dari barang-barang mesin yang ada. Adapun
zakat yang merupakan ibadah yang wajib dilaksanakan karena termasuk
rukun islam yang lima, sesuai dengan QS. Al-Baqarah : 183

‫ياايها الذين امنوا كتب عليكم الصيام كما كب على الذين من قبلكم لعلكم تتقون‬

Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, di wajibkan atas kamu berpuasa


sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu, agar kamu
bertaqwa.”

Zakat memiliki hubungan dengan Allah, dengan diri sendiri, dengan


masyarakat dan harta benda. Sautu benda bukan dijadikan tujuan, justru
merupakan alat untuk menuju Allah, keridhaan Allah.

d. Haji dan Umrah


Haji adalah rukun islam yang ke-5, hukum haji adalah wajib.
Kewajibannya hanya pada satu kali, lebih dari itu maka hukumnya sunnah.
Sebagaimana ibadah mahdhah yang lain, haji juga mempunyai syarat dan
juga rukun yang harus terpenuhi untuk menjadi haji yang mabrur. Haji dalam
rangka panggilan Allah ke baitullah. Sesuai dengan QS. Al-Baqarah : 196

‫و اتموا الحج و لعمرة هلل‬...

Artinya : “Dan sempurnakanlah haji dan ‘umrah karena Allah...”

Rukun islam yang kelima ini sering di dengar isltilah “jika mampu”,
maksud mampu disini adalah mempunyai tubuh sehat, perjalanan yang
aman, kendaraan dan harta dan tidak ada penghalang seperti rasa takut
terhadap penguasa yang melarang melakukan ibadah haji. Dalam mazhab
syafi’i kemampuan disini boleh di tunda pelaksanaannya sampai kapan saja

8
ia ingin melaksanakannya. Sedangkan mazhab Hanafi, Maliki dan Hanbali
menyatakan harus segera dilaksanakan jika berkeinginan untuk
melaksanakan haji.
Rukun haji terdiri dari ihram yang pada ibadah lain di sebut niat, wukuf
di Arafah, tawaf ifadhah dan sa’i. Wajib haji di antaranya ihram dari miqat,
berhenti di muzdalifah, melempar jumrah, menginap di Mina dan menjauhi
hal-hal yang terlarang selama ihram.
Amalan haji dapat dilakukan kapan saja, termasuk pada bulan haji.
Perbedaannya dengan haji ialah tidak ada wukuf di Arafah, berhenti di
muzdalifah, melempar jumrah dan menginap di Mina. Selama haji dan
umrah, kita menjaga pandangan-pandangan dari yang membatalkan ibadah
haji dan umrah.
Haji ada tiga macam, yaitu haji qiran yang mengerjakan haji dan umrah
secara bersamaan, haji tamattu’ yang mengerjakan umrah pada bulan-bulan
haji kemudian melaksanakan haji dan haji ifrad yang hanya melaksanakan
haji saja.

Ibadah Ghairu Mahdhah


a. Shadaqah
b. Membaca Al-Qur’an
c. Zikir
d. Makan dan Minum
e. Mendo’akan orang bersin
f. Mengucapkan “Alhamdulillah” ketika memperoleh mikmat
g. Mentafakkuri ciptaan Allah
h. Sabar
i. Menyingkirkan duri di jalanan
j. Tidur
k. Mencari ilmu
l. Tawakkal
m. I’tikaf

9
Berikut adalah macam-macam ibadah[3] :
1. Pembagian ibadah didasarkan pada umum khususnya.
a. Ibadah Khashsah, adalah ibadah yang ketentuannya telah ditetapkan oleh
nash, seperti shalat, zakat, puasa dan haji.
b. Ibadah ‘Aamah, ialah semua pernyataan baik, yang dilakukan dengan niat
yang baik dan semata-mata karena Allah, seperti makan dan minum, bekerja
dan sebagainya dengan niat melaksanakan perbuatan itu untuk menjaga badan
jasmaniyah dalam rangka agar dapat beribadat kepada Allah.

2. Pembagian ibadah dari hal-hal yang bertalian dengan pelaksanaannya.


a. Ibadah jasmaniyah ruhiyah, seperti shalat dan puasa.
b. Ibadah ruhiyah dan maliyah, seperti zakat.
c. Ibadah jasmaniyah ruhiyah dan maliyah, seperti mengerjakan haji.

3. Pembagian ibadah dari segi kepentingan perseorangan atau masyarakat.


a. Ibadah fardhi, seperti shalat dan puasa.
b. Ibadah ijtima’i, seperti zakat dan haji.

4. Pembagian ibadah dari segi bentuk dan sifatnya.


a. Ibadah yang berupa perkataan atau ucapan lidah seperti, membaca do’a,
membaca Al-Qur’an, membaca zikir, membaca tahmid dan mendo’akan
orang yang bersin.
b. Ibadah yang berupa pekerjaan yang tertentu bentuknya meliputi perkataan
dan perbuatan, seperti : shalat, zakat, puasa, haji.
c. Ibadah yang berupa perbuatan yang tidak ditentukan bentuknya, seperti :
menolong orang lain, berjihad, membela diri dari gangguan, tajhizul-janazah.
d. Ibadah yang pelaksanaannya menahan diri, seperti: ihram, puasa, i’tikaf
(duduk di masjid dan menahan diri untuk bermubasyroh dengan istrinya).
e. Ibadah yang sifatnya menggugurkan hak, seperti membebaskan hutang,
memaafkan orang bersalah.

10
C. Hubungan Ibadah dan Iman
Ibadah dan iman merupakan satu komponen yang tidak dapat dipasahkan
dan sangat berhubungan. Ibarat pohon dan buahnya, ibadah adalah pohon dan
iman sebagai buahnya. Orang yang beriman yang disebut dengan mukmin tentu
telah melakukan ibadah secara baik sehigga dikatakan sebagai orang mukmin,
orang muslim belum tentu mukmin dengan membaca syahadat saja tanpa
menjalankan ibadah.
Iman dan ibadah memiliki hubungan kasualitas. Jika ibadah tersebut di
tingkatkan kualitas dan kuantitasnya, maka semakin tebal iman. Dan sebaliknya,
jika ibadah semakin dikurangi kualitas dan kuantitasnya, maka semakin lemah
pula imannya.
Nikmat yang Allah berikan, jika di syukuri maka akan ditambah oleh
Allah. Penghambaan dan kerelaan kepada Allah dalam bentuk ibadah yang
merupakan bentuk bersyukur kepada Allah. Dengan demikian, bagaimana
merealisasikan dalam kehidupan. Setiap apapun yang di berikan Allah akan
diterima dengan ikhlas karena keimanan yang telah diperoleh dari ibadah.
Hubungan kasualitas yang iman akan berdampak pada ibadah dan ibadah
akan berdampak pada iman. Kuatnya iman akan menambah ibadah atau ketaatan
kepada Allah, kuatnya ibadah akan menjadi benteng iman yang menyuruh
kepada yang ma’ruf dan mencegah kepada yang munkar. Amar ma’ruf wa
nahi pun munkar pun merupakan suatu ibadah, kasualitas iman dan ibadah
sangatlah berhubungan. Dalam QS. Al-Ankabut : 45

‫بر و هللا‬qq‫ذكر هللا اك‬qq‫ر و ل‬qq‫اء و المنك‬qq‫الة تنهى عن الفحش‬qq‫الة ان الص‬qq‫اتل ما اوحي اليك ن الكتاب و اقم الص‬
‫يعلم ما تصنعون‬

Artinya : “Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu al-Kitab (Al-
Qur’an) dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari
(perbuatan-perbuatan) keji dan munkar. Dan sesungguhnya, mengingat Allah
(shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari dari ibadat-ibadat yang lain).
Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.”

11
Di dalam Al-Qur’an kata “‫وا‬qq‫ ”امن‬di iringi dengan “’‫لحت‬qq‫وا الص‬qq‫”و عمل‬. Dimana
keimanan tersebut di sertai dengan perbuatan tidak ada keimanan tanpa perbuatan, maka
akan kebohongan belaka.

12
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Ibadah terbagi menjadi dua yaitu ibadah mahdhah dan ibadah ghairu
mahdhah. Ibadah mahdhah adalah ibadah langsung hubungannya dengan Allah
seperti shalat, puasa, zakat dan haji. Ibadah ghairu mahdhah adalah ibadah
secara tidak langsung atau melalui kebaikan sesama manusia atau semua yang
tidak termasuk ibadah langsung di sebabkan niat yang ikhlas atas perbuatan itu,
baik dengan alam, binatang, tumbuhan.
Iman dan ibadah memiliki hubungan kasualitas. Ketebalan iman akan
menjadi landasan ibadah seseorang dan rajinnya ibadah akan mempengaruhi
iman serta tingkah lakunya sehari-hari. Setiap ibadah akan menjadi benteng
didalam diri untuk selalu mengerjakan yang ma’ruf dan menjauhi yang munkar.
Adanya iman akan selalu mengingat Allah, dengan demikian akan selalu wanti-
wanti terhadap perbuatan yang akan di lakukan. Melawan hawa nafsu dengan
rasa takut kepada Allah yang selalu terjaga.

B. Saran
Penulis menyadari terdapat banyak sekali kekurangan dalam penulisan
tugas ini, namun penulis telah berupaya dan berusaha atas terselesainya tugas
ini. Suatu yang sangat di harapkan adalah saran dan kritikan yang membangun
demi memperbaiki kesalahan-kesalahan dan kekurang-kekurangan yang ada.

13
DAFTAR PUSTAKA

Faisal Saleh, dkk. Indahnya Syari’at Islam terjemahan Hikmah At-Tasyri’ wa


Falsafatuhu karya Syekh Ali Ahmad Al-Jarjawi. Jakarta : Gema Insani, 1997.
Prof. Dr. Ali Muhammad Ash-Shalabi. Fikih Tamkin: Panduan Meraih Kemenangan.
Jakarta : Pustaka Al-Khausar, 2006.
Prof. Dr. Amir Syarifuddin. Garis-Garis Besar Fiqh. Jakarta : Kencana, 2010.

Prof. Dr. Zakiah Daradjat, dkk. Ilmu Fiqh Jilid I. Yogyakarta : Dana Bhakti Wakaf,
1995.

Sulaiman Al-Faifi. Ringkasan Fikih Sunnah terjemahan Al-Wajiz fi Fiqh As-Sunnah-


Sayid Sabiq. Jakarta : Ummul Qura, 2012.

TM. Hasbi Ash-Shiddieqy. Falsafah Hukum Islam. Jakarta : Bulan Bintang, 1990.

TM. Hasbi Ash-Shiddieqy. Pedoman Puasa. Jakarta : Bulan Bintang, 1974.

14

Anda mungkin juga menyukai