Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH STUDI ISLAM

Tentang :
“ Aspek Ibadah, Latihan Spritual dan Ajaran Moral dalam Islam”

Dosen Pembimbing :

Dr. Syahrul Adam, M.Ag

Disusun oleh :
Kelompok 9 (Sembilan) HES 1-B

1. Eka Setiawati 11180490000045


2. Mochamad Zulfikri 11180490000051
3. Ghaitsa Hana Rahmania 11180490000065
4. Muhammad Arif Alghifari 11180490000076
5. Rhevania Safitri Haryadi 11180490000086

FAKULTAS SYARIAH HUKUM


PROGRAM STUDI : HUKUM EKONOMI SYARIAH
2018 / 2019
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
JL. IR. H Juanda No.95 Ciputat 1542, Jakarta - Indonesia
Telp. (62-21) 7401925, Fax. (62-21) 7402982, Website : www.uinjkt.ac.id
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, Kami
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah,
dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah studi islam tentang
aspek ibadah, latihan spiritual dan ajaran moral dalam islam.

Makalah studi islam ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami
menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam
pembuatan makalah ini.

Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari
segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami
menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini.

Akhir kata kami berharap semoga makalah studi tentang aspek ibadah, latihan spiritual dan
ajaran moral dalam islam dapat memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.

Jakarta, 2 Desember 2018

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .............................................................................................................................. i


DAFTAR ISI........................................................................................................................................... ii
BAB I ..................................................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN ................................................................................................................................... 1
A. Latar Belakang............................................................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah........................................................................................................................ 1
C. Tujuan ......................................................................................................................................... 1
BAB II .................................................................................................................................................... 2
PEMBAHASAN ..................................................................................................................................... 2
A. Pengertian Ibadah ........................................................................................................................ 2
B. Fungsi Ibadah .............................................................................................................................. 3
C. Macam – macam Ibadah Mahdah dan Ghaira Mahdah .................................................................. 5
D. Hubungan Ibadah dan Latihan Spritual......................................................................................... 7
E. Hikmah Ibadah Mahdah Dalam Pembinaan Akhlak Mulia.......................................................... 13
BAB III ................................................................................................................................................. 16
PENUTUP ............................................................................................................................................ 16
A. Kesimpulan................................................................................................................................ 16
B. Saran ......................................................................................................................................... 16
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................................ 17

ii
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Dari zaman dahulu telah kita ketahui kewajiban kita sebagai hamba Allah yang lemah adalah
beribadah. Setiap ibadah sebagaimana yang diperintahkan Allah mengandung maksud tersendiri
dan di dalam pelaksanaannya terdapat hikmah. Segala bentuk dan jenis ibadah yang di
syari‟atkan Allah kepada manusia di janjikan pahala dunia dan akhirat, juga mengandung
hikmah yang luar biasa bagi siapa saja yang menaatinya. Dalam makalah ini akan di paparkan
apa hakikat ibadah, apa itu ibadah mahdhah dan ghairumahdhah, fungsi ibadah, serta hikmah
dari ibadah.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah pada makalah ini adalah sebagai
berikut :

1. Apa itu ibadah ?


2. Apakah fungsi dari ibadah bagi manusia
3. Apa pengertian ibadah mahdhah
4. Apa pengertian ibadah ghairumahdhah
5. Perbedaan antara ibadah mahdhah dan ghairumahdhah
6. Apa makna spiritual ibadah bagi kehidupan sosial manusia
7. Apa saja hikmah dari ibadah bagi manusia

C. Tujuan
Dari rumusan masalah tersebut, penulis dapat menyimpulkan bahwa tujuan pembuatan makalah
ini adalah :

1. Kita dapat mengetahui apa hakikat ibadah


2. Kita dapat mengetahui apa itu ibadah mahdhah
3. Kita dapat mengetahui apa itu ibadah ghairumahdhah
4. Kita dapat mengetahui perbedaan ibadah mahdhah dan ghairumahdah
5. Kita dapat mengetahui fungsi dari ibadah
6. Kita dapat mengetahui hikmah dari ibadah
7. Kita dapat mengetahui makna spiritual ibadah bagi kehidupan sosial

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Ibadah
Ibadah secara etimologi berasal dari kata bahasa Arab yaitu “abida-ya‟budu-„abdan-
„ibaadatan” yang berarti taat, tunduk, patuh dan merendahkan diri. Kesemua pengertian itu
mempunyai makna yang berdekatan. Seseorang yang tunduk, patuh dan merendahkan diri
dihadapan yang disembah disebut “abid”(ysng beribadah) 1

Kemudian pengertian ibadah secara terminologi atau secara istilah adalah sebagai berikut :

penghambaan seorang manusia kepada Allah untuk dapat mendekatkan diri kepada-Nya sebagai
realisasi dari pelaksanaan tugas hidup selaku makhluk yang diciptakan Allah.

1. Menurut ulama tauhid dan hadis ibadah yaitu:

“Mengesakan dan mengagungkan Allah sepenuhnya serta menghinakan diri dan menundukkan
jiwa kepada-Nya”

Selanjutnya mereka mengatakan bahwa ibadah itu sama dengan tauhid. Ikrimah salah seorang
ahli hadits mengatakan bahwa segala lafadz ibadah dalam Al-Qur‟an diartikan dengan tauhid.

2. Para ahli di bidang akhlak mendefinisikan ibadah sebagai berikut:

“Mengerjakan segala bentuk ketaatan badaniyah dan melaksanakan segala bentuk syari‟at
(hukum).”

“Akhlak” dan segala tugas hidup(kewajiban-kewajiban) yang diwajibkan atas pribadi, baik yang
berhubungan dengan diri sendiri, keluarga maupun masyarakat, termasuk kedalam pengertian
ibadah, 2 seperti Nabi SAW bersabda yang artinya:

“Memandang ibu bapak karena cinta kita kepadanya adalah ibadah” (HR Al-Suyuthi).

Nabi SAW juga bersabda: “Ibadah itu sepuluh bagian, Sembilan bagian dari padanya terletak
dalam mencari harta yang halal.”(HR Al-Sayuthi) 3

1
A Rahman Ritonga Zainuddin.FIQH IBADAH,(Jakarta:Gaya Media Pratama,1997), hal 1
2
Semua perilaku yang bertujuan baik dan melaksanaka dengan iklas
3
Ibid., hal 2

2
3. Menurut ahli fikih ibadah adalah:

“Segala bentuk ketaatan yang dikerjakan untuk mencapai keridhaan Allah SWT dan
mengharapkan pahala-Nya di akhirat.”

Dari semua pengertian yang dikemukakan oleh para ahli diatas dapat ditarik pengertian umum
dari ibadah itu sebagaimana rumusan berikut:

“Ibadah adalah semua yang mencakup segala perbuatan yang disukai dan diridhai oleh Allah
SWT, baik berupa perkataan maupun perbuatan, baik terang-terangan maupun tersembunyi
dalam rangka mengagungkan Allah SWT dan mengharapkan pahala-Nya.”

Pengertian ibadah tersebut termasuk segala bentuk hukum, baik yang dapat dipahami maknanya
(ma‟qulat al-ma‟na) seperti hukum yang menyangkut dengan muamalah pada umumnya,
maupun yang tidak dapat dipahami maknanya (ghair ma‟qulat al-ma‟na), seperti shalat, baik
yang berhubungan dengan anggota badan seperti rukuk dan sujud maupun yang berhubungan
dengan lidah seperti dzikir, dan hati seperti niat 4

B. Fungsi Ibadah
Setiap muslim tidak hanya dituntut untuk beriman, tetapi juga dituntut untuk beramal sholeh.
Karena Islam adalah agama amal, bukan hanya keyakinan. Ia tidak hanya terpaku pada keimanan
semata, melainkan juga pada amal perbuatan yang nyata. Islam adalah agama yang dinamis dan
menyeluruh. Dalam Islam, Keimanan harus diwujudkan dalam bentuk amal yang nyata, yaitu
amal sholeh yang dilakukan karena Allah. Ibadah dalam Islam tidak hanya bertujuan untuk
mewujudkan hubungan antara manusia dengan Tuhannya, tetapi juga untuk mewujudkan
hubungan antar sesama manusia. Islam mendorong manusia untuk beribadah kepada Allah SWT
dalam semua aspek kehidupan dan aktifitas. Baik sebagai pribadi maupun sebagai bagian dari
masyarakat. Ada tiga aspek fungsi ibadah dalam Islam.

1. Mewujudkan hubungan antara hamba dengan Tuhannya.

Mewujudkan hubungan antara manusia dengan Tuhannya dapat dilakukan melalui


“muraqabah” dan “khudlu” Orang yang beriman dirinya akan selalu merasa diawasi oleh Allah.
Ia akan selalu berupaya menyesuaikan segala perilakunya dengan ketentuan Allah SWT. Dengan
sikap itu seseorang muslim tidak akan melupakan kewajibannya untuk beribadah, bertaubat,
serta menyandarkan segala kebutuhannya pada pertolongan Allah SWT. Demikianlah ikrar
seorang muslim seperti tertera dalam Al-Qur‟an surat Al-Fatihah ayat

“Hanya Engkaulah yang Kami sembah, dan hanya kepada Engkaulah Kami meminta
pertolongan.”

4
Ibid., hal. 2-4

3
Atas landasan itulah manusia akan terbebas dari penghambaan terhadap manusia, harta benda
dan hawa nafsu.

2. Mendidik mental dan menjadikan manusia ingat akan kewajibannya

Dengan sikap ini, setiap manusia tidak akan lupa bahwa dia adalah anggota masyarakat yang
mempunyai hak dan kewajiban untuk menerima dan memberi nasihat. Oleh karena itu, banyak
ayat Al-Qur'an ketika berbicara tentang fungsi ibadah menyebutkan juga dampaknya terhadap
kehidupan pribadi dan masyarakat. Contohnya:
 Ketika Al-Qur'an berbicara tentang sholat, ia menjelaskan fungsinya:
“Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, Yaitu Al kitab (Al Quran) dan dirikanlah
shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan- perbuatan) keji dan mungkar. dan
Sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadat-ibadat
yang lain). dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan” Dalam ayat ini Al-Qur'an
menjelaskan bahwa fungsi sholat adalah mencegah dari perbuatan keji dan mungkar. Perbuatan
keji dan mungkar adalah suatu perbuatan merugikan diri sendiri dan orang lain. Maka dengan
sholat diharapakan manusia dapat mencegah dirinya dari perbuatan yang merugikan tersebut.
 Ketika Al-Qur'an berbicara tentang zakat, Al-Qur'an juga menjelaskan fungsinya:
“Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan
mensucikan mereka dan mendoalah untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi)
ketenteraman jiwa bagi mereka. dan Allah Maha mendengar lagi Maha mengetahui”8
Zakat berfungsi untuk membersihkan mereka yang berzakat dari kekikiran dan kecintaan yang
berlebih-lebihan terhadap harta benda. Sifat kikir adalah sifat buruk yang anti kemanusiaan.
Orang kikir tidak akan disukai masyarakat
zakat juga akan menyuburkan sifat-sifat kebaikan dalam hati pemberinya dan
memperkembangkan harta benda mereka. Orang yang mengeluarkan zakat hatinya akan tentram
karena ia akan dicintai masyarakat. Dan masih banyak ibadah-ibadah lain yang tujuannya tidak
hanya baik bagi diri pelakunya tetapi juga membawa dapak sosial yang baik bagi masyarakatnya.
Karena itu Allah tidak akan menerima semua bentuk ibadah, kecuali ibadah tersebut membawa
kebaikan bagi dirinya dan orang lain. Dalam hal ini Nabi SAW bersabda:

“Barangsiapa yang sholatnya tidak mencegah dirinya dari perbuatan keji dan munkar, maka dia
hanya akan bertambah jauh dari Allah” (HR. Thabrani)

4
3. Melatih diri untuk berdisiplin
Adalah suatu kenyataan bahwa segala bentuk ibadah menuntut kita untuk berdisiplin.
Kenyataan itu dapat dilihat dengan jelas dalam pelaksanaan sholat, mulai dari wudhu, ketentuan
waktunya, berdiri, ruku, sujud dan aturan-aturan lainnya, mengajarkan kita untuk berdisiplin.
Apabila kita menganiaya sesama muslim, menyakiti manusia baik dengan perkataan maupun
perbuatan, tidak mau membantu kesulitan sesama manusia, menumpuk harta dan tidak
menyalurkannya kepada yang berhak. Tidak mau melakukan “amar ma'ruf nahi munkar”, maka
ibadahnya tidak bermanfaat dan tidak bisa menyelamatkannya dari siksa Allah SWT5

C. Macam – macam Ibadah Mahdah dan Ghaira Mahdah


Ditinjau dari jenisnya, ibadah dalam Islam terbagi menjadi dua jenis, dengan bentuk dan
sifat yang berbeda antara satu dengan lainnya;6

1. Ibadah Mahdhah, artinya penghambaan yang murni hanya merupakan hubung an antara
hamba dengan Allah secara langsung. „Ibadah bentuk ini memiliki 4 prinsip:

a. Keberadaannya harus berdasarkan adanya dalil perintah, baik dari al-Quran maupun al-
Sunnah, jadi merupakan otoritas wahyu, tidak boleh ditetapkan oleh akal atau logika
keberadaannya.
b. Tatacaranya harus berpola kepada contoh Rasul saw. Salah satu tujuan diutus rasul oleh
Allah adalah untuk memberi contoh:

64 ‫َمااسسهىا مه سسُل اال نيطاع بارن هللا … انىسآء‬

Dan Kami tidak mengutus seorang Rasul kecuali untuk ditaati dengan izin Allah…(QS. 4: 64).

7 ‫َما آتاكم انشسُل فخزَي َما وٍاكم عىً فاوتٍُا…انحشش‬

Dan apa saja yang dibawakan Rasul kepada kamu maka ambillah, dan apa yang dilarang, maka
tinggalkanlah…( QS. 59: 7).

Shalat dan haji adalah ibadah mahdhah, maka tatacaranya, Nabi bersabda:

‫ خزَا عىّ مىاسككم‬. ْ‫سَاي انبخاس‬. ّ‫ صهُا كما سايتمُوّ اصه‬.

Shalatlah kamu seperti kamu melihat aku shalat. Ambillah dari padaku tatacara haji kamu
5
Jamil Al-Bakasy.Fungsi Ibadah. http://blogzameel.blogspot.com/2010/11/fungsi-ibadah.html diakstanggal 18
september 2013
6
Umayonline.wordpress.com

5
Jika melakukan ibadah bentuk ini tanpa dalil perintah atau tidak sesuai dengan praktek Rasul
saw., maka dikategorikan “Muhdatsatul umur” perkara meng-ada-ada, yang populer disebut
bid‟ah: Sabda Nabi saw.:

‫ تمسكُا بٍا‬، ِ‫ عهيكم بسىتّ َسىت انخهفآء انشاشذيه انمٍذييه مه بعذ‬. ً‫ متفق عهي‬. ‫مه احذث فّ امشوا ٌزا ما نيس مىً فٍُ سد‬
‫ سَاي احمذ َابُداَد َانتشمزْ َابه‬. ‫ َكم بذعت ضالنت‬،‫ فان كم محذحت بذعت‬،‫ َاياكم َمحذحاث االمُس‬، ‫َعضُا بٍا بانىُاجز‬
‫ َشش االمُس محذحاتٍا َكم محذحت بذعت َكم بذعت‬.‫ َخيش انٍذْ ٌذْ محمذ ص‬، ‫ فان خيش انحذيج كتاب هللا‬،‫ اما بعذ‬، ً‫ماج‬
‫ سَاي مسهم‬. ‫ضالنت‬

Salah satu penyebab hancurnya agama-agama yang dibawa sebelum Muhammad saw. adalah
karena kebanyakan kaumnya bertanya dan menyalahi perintah Rasul-rasul mereka:

‫ فارا امشتكم بشيئ فأتُا مىً ماستطعتم َارا‬،‫ فاوما ٌهك مه كان قبهكم بكخشة سؤانٍم َاختالفٍم عهّ اوبيآئٍم‬،‫رسَوّ ما تشكتكم‬
‫ اخشجً مسهم‬. ‫وٍيتكم عه شيئ فذعُي‬

c. Bersifat supra rasional (di atas jangkauan akal) artinya ibadah bentuk ini bukan ukuran
logika, karena bukan wilayah akal, melainkan wilayah wahyu, akal hanya berfungsi
memahami rahasia di baliknya yang disebut hikmah tasyri‟. Shalat, adzan, tilawatul Quran,
dan ibadah mahdhah lainnya, keabsahannnya bukan ditentukan oleh mengerti atau tidak,
melainkan ditentukan apakah sesuai dengan ketentuan syari‟at, atau tidak. Atas dasar ini,
maka ditetapkan oleh syarat dan rukun yang ketat.
d. Azasnya “taat”, yang dituntut dari hamba dalam melaksanakan ibadah ini adalah kepatuhan
atau ketaatan. Hamba wajib meyakini bahwa apa yang diperintahkan Allah kepadanya,
semata-mata untuk kepentingan dan kebahagiaan hamba, bukan untuk Allah, dan salah satu
misi utama diutus Rasul adalah untuk dipatuhi:
Jenis ibadah yang termasuk mahdhah, adalah :
1. Wudhu,
2. Tayammum
3. Mandi hadats
4. Adzan
5. Iqamat
6. Shalat
7. Membaca al-Quran
8. I‟tikaf
9. Shiyam ( Puasa )
10. Haji
11. Umrah
12. Tajhiz al- Janazah

Rumusan Ibadah Mahdhah adalah

“KA + SS”
(Karena Allah + Sesuai Syari‟at)

6
2. Ibadah Ghairu Mahdhah, (tidak murni semata hubungan dengan Allah) yaitu ibadah yang di
samping sebagai hubungan hamba dengan Allah juga merupakan hubungan atau interaksi
antara hamba dengan makhluk lainnya . Prinsip-prinsip dalam ibadah ini, ada 4:

a. Keberadaannya didasarkan atas tidak adanya dalil yang melarang. Selama Allah dan Rasul-
Nya tidak melarang maka ibadah bentuk ini boleh diseleng garakan.
b. Tatalaksananya tidak perlu berpola kepada contoh Rasul, karenanya dalam ibadah bentuk ini
tidak dikenal istilah “bid‟ah” , atau jika ada yang menyebut nya, segala hal yang tidak
dikerjakan rasul bid‟ah, maka bid‟ahnya disebut bid‟ah hasanah, sedangkan dalam ibadah
mahdhah disebut bid‟ah dhalalah.
c. Bersifat rasional, ibadah bentuk ini baik-buruknya, atau untung-ruginya, manfaat atau
madharatnya, dapat ditentukan oleh akal atau logika. Sehingga jika menurut logika sehat,
buruk, merugikan, dan madharat, maka tidak boleh dilaksanakan.
d. Azasnya “Manfaat”, selama itu bermanfaat, maka selama itu boleh dilakukan.

Rumusan Ibadah Ghairu Mahdhah


“BB + KA”
(Berbuat Baik + Karena Allah)

D. Hubungan Ibadah dan Latihan Spritual


Manusia dalam faham Islam tersusun dari dua unsur, unsur jasmani dan unsur rohani. Tubuh
manusia berasal dari materi dan mempunyai kebutuhan-kebutuhan materi seperti hawa nafsu bisa
membawa pada kejahatan, sedangkan roh manusia bersifat immateri dan mempunyai kebutuhan
spirituil, cenderung mengajak kepada kesucian. Kalau seseorang hanya mementingkan hidup
kematerian ia mudah sekali dibawa hanyut oleh kehidupan yang tidak bersih, bahkan dapat
dibawa hanyut kepada kejahatan.

, orang di sini juga merasa dekat sekali dengan Tuhan. Usaha pensucian roh di sini disertai
oleh latihan jasmani dalam bentuk pakaian, makanan dan tempat tinggal sederhana. Selama
mengerjakan haji perbuatan-perbuatan tidak baik harus di jauhi. Di dalam haji terdapat pula
latihan rasa bersaudara antar semua manusia, tiada beda antara kaya dan miskin, semua sederajat.

Zakat, sungguhpun itu mengambil bentuk mengeluarkan sebagian dari harta untuk menolong
fakir-miskin dan sebagainya juga merupakan pensucian roh. Di sini roh dilatih menjauhi
kerakusan pada harta dan memupuk rasa bersaudara, rasa kasihan dan suka menolong anggota
masyarakat yang berada dalam kekurangan. Dalam Islam ibadatlah yang memberikan latihan
rohani yang diperlukan manusia itu. Semua ibadat yang ada dalam Islam, salat, puasa, haji dan
zakat, bertujuan membuat roh manusia supaya senantiasa tidak lupa pada Tuhan, bahkan
senantiasa dekat pada-Nya. Keadaan senantiasa dekat pada Tuhan sebagai Zat Yang Maha Suci
dapat mempertajam rasa kesucian seseorang. Di antara ibadat Islam, sholatlah yang membawa
manusia terdekat kepada Tuhan. Di dalamnya terdapat dialog antara manusia dengan Tuhan dan
dialog berlaku antara dua fihak yang saling berhadapan. Dalam dialog dengan Tuhan itu

7
seseorang meminta supaya rohnya disucikan. Dialog ini wajib diadakan lima kali sehari, dan
kalau seseorang lima kali sehari dengan sadar memohon pensucian roh, dan ia memang berusaha
ke arah yang demikian, rohnya akan dapat menjadi bersih dan ia akan dijauhkan dari perbuatan-
perbuatan tidak baik, apalagi dari perbuatan-perbuatan jahat.

Puasa juga merupakan pensucian roh. Di dalam berpuasa seseorang harus menahan hawa
nafsu makan, minum, seks dan menahan rasa amarah, serta perbuatan-perbuatan kurang baik
lainnya. Latihan jasmani dan rohani di sini bersatu dalam usaha mensucikan roh manusia. Di
bulan puasa dianjurkan pula supaya orang banyak bershalat dan membaca Al-Qur-an,.
disempurnakan dengan mengeluarkan zakat fitrah bagi mereka.
lbadah haji juga merupakan pensucian roh. Dalam mengerjakan haji di Mekkah, orang
berkunjung ke Baitullah. Sebagaimana dalam shalat7

Ibadat dalam Islam sebenarnya bukan bertujuan supaya Tuhan disembah dalam arti
penyembahan yang terdapat dalam agama-agama primitif. Pengertian serupa ini adalah
pengertian yang tidak tepat. Betul ayat 56 dari Surat Al-Zariat_mengatakan dan ini diartikan
bahwa manusia diciptakan semata-mata untuk beribadat kepada Tuhan yaitu mengerjakan shalat,
puasa, haji dan zakat. Soal ibadah memang amat penting artinya dalam sejaran Islam, tetapi
mestikah kata " " disini berarti beribadat, mengabdi atau menyembah ? Sebenarnya Tuhan tidak
berhajat untuk disembah atau dipuja manusia. Tuhan adalah Maha Sempurna dan tak berhajat
kepada apapun.

Oleh karena itu kata " " disini lebih tepat kalau diberi arti lain daripada arti beribadat,
mengabdi, memuja, apalagi menyembah. Lebih tepat kelihatannya kalau kata itu diberi arti
tunduk dan patuh dan kata memang mengandung arti tunduk dan patuh sehingga arti ayat itu
menjadi :
'Tidak Kuciptakan jin dan manusia kecuali untuk tunduk dan patuh kepadaKu‟
Arti ini lebih sesuai dengan arti yang terkandung dalam kata muslim dan muttaqi, yaitu
menyerah, tunduk dan menjaga diri dari hukuman Tuhan di Hari Kiamat dengan mematuhi
perintah-perintah dan larangan-larangan Tuhan.

Dengan lain kata, manusia diciptakan Tuhan sebenarnya ialah untuk berbuat baik dan tidak
untuk berbuat jahat, sungguhpun di dunia ada manusia yang memilih kejahatan.
Selanjutnya arti sembah dan sembahyang yang diberikan kepada " " ” dan " " juga membawa
kepada faham yang tidak tepat: Kata sembahyang berasal dari suatu bahasa yang memakai
falsafat lain dari falsafat Islam. Sembahyang mengandung arti menyembah kekuatan gaib dalam
faham masyarakat animisme dan politeisme. Dalam falsafat masyarakat serupa ini kekuatan gaib
yang demikian ditakuti dan mesti disembah dan diberi sesajen agar ia jangan murka dan jangan
membawa bencana bagi alam.

7
Ihyaulumuddin-ihyaulumuddin.blogspot.com

8
Kata sembahyang yang mengandung arti demikian, ketika dibawa ke dalam konteks Islam,
sebagai terjemahan bagi kata " " dan " ", menimbulkan perubahan dalam konsep Tuhan yang ada
dalam Islam.

DalamIslam Tuhan bukanlah merupakan suatu zat yang ditakuti tetapi suatu zat
yang dikasihi. Ini ternyata dari ucapan : “ “, yang tiap hari berkali-kali dibaca umat Islam.
Rahman dan Rahim berarti pengasih lagi Penyayang, jadi bukan Tuhan yang ditakuti, tetapi
Tuhan yang dikasihi manusia.Tetapi kata sembahyang yang masuk ke dalam konteks Islam itu
menghilangkan sifat Pengasih dan Penyayang itu dari kesadaran kita umat Islam. Inilah pula
kelihatan salah satu sebabnya maka “ “ dalam Al-Qur‟an di Indonesiakan menjadi "takutilah
Tuhan" sedang arti sebenarnya ialah "pelihara dan jagalah dirimu dari hukum Tuhan di akhirat
dan patuhlah kepada perintah dan laranganNya".

Tujuan ibadat dalam Islam bukanlah menyembah, tetapi mendekatkan diri kepada Tuhan,
agar dengan demikian roh mausia senantiasa diingatkan kepada hal-hal yang bersih lagi suci,
sehingga akhirnya rasa kesucian seseorang menjadi kuat dan tajam. Roh suci membawa kepada
budi pekerti baik dan luhur. Oleh karena itu, ibadat, di samping merupakan latihan spirituil, juga
merupakan latihan moral.
Shalat memang erat hubungannya dengan latihan moral :

Ayat 45 dari Surat Al-Ankabut_menyatakan


“Salat mencegah orang dari perbuatan jahat dan tidak baik”

.
Hadis Nabi lebih lanjut menjelaskan :

“Yang mengandung arti bahwa salat yang tidak mencegah orang dari perbuatan jahat dan tidak
baik bukanlah sebena salat. Salat demikian tidak ada artinya dan membuat orang berubah jauh
dari Tuhan.”

Dalam satu hadis qudsi disebut :

yaitu Tuhan akan menerima salat orang yang merendah diri tidak sombong, tidak menentang
malahan selalu ingat kepada Tuhan dan suka menolong orang-orang yang dalam kesusahan
seperti fakir miskin, orang yang dalam perjalanan, janda dan orang yang kena bencana. Jadinya
salah satu tujuan shalat ialah menjauhkan manusia dari perbuatan-perbuatan jahat dan
mendorongnya untuk berbuat hal-hal yang baik.

Demikian juga puasa dekat hubungannya dengan latihan moral. Ayat 183 dari Surat Al-Baqarah
mengatakan :

9
“Hai orang-orang yang percaya, berpuasa diwajibkan bagi kamu sebagai halnya dengan umat
sebelum kamu. Semoga kamu menjadi manusia bertaqwa.”
Bertakwa artinya menjauhi perbuatan-perbuatan jahat dan melakukan perbuatan-perbuatan baik.

Hadis-hadis Nabi juga mengkaitkan puasa dengan perbuatan-perbuatan tidak baik. Salah satu
hadis mengatakan :

Jadi puasa yang tidak menjauhkan manusia dari ucapan dan Perbuatan tidak baik tidak ada
gunanya. Orang yang demikian tidak perlu menahan diri dari makan dan minum, karena
puasanya tak berguna.

Mengenai haji, ayat 197 dari Surat Al-Baqarah :

Menerangkan bahwa sewaktu mengerjakan haji orang tidak mengeluarkan ucapan-ucapan tidak
senonoh, tidak boleh berbuat hal-hal tidak baik dan tidak boleh bertengkar.

Tentang zakat ayat 103 dari Surat Al-Taubah :

Menjelaskan bahwa zakat diambil dari harta untuk membersihkan dan mensucikan pemiliknya.
Hadits berikut :

menerangkan bahwa arti sedekah luas sekali sehingga ia mencakupi senyuman kepada manusia,
seruan pada perbuatan baik dan larangan dari berbuat jahat, memberi petunjuk kepada manusia,
menjauhkan duri dari jalan, memberi air yang ada digayung kita kepada orang yang berhajat dan
menuntun orang yang lemah penglihatannya.

Demikianlah Al-Qur‟an dan hadits menjelaskan bahwa ibadat sebenarnya merupakan latihan
spirituil dan moral dalam Islam membina manusia yang tidak kehilangan keseimbangan hidup,
lagi berbudi pekerti luhur.
Di samping latihan spirituil dan moral ini, Al-Qur‟an dan juga membawa ajaran-ajaran atau
norma-norma moral yang dilaksanakan dan dipegang setiap orang Islam.

Ayat 58 dari Surat An-Nisa‟ :

mengajarkan supaya manusia mengetahui hak orang lain dan bersikap ikhlas terhadap hak itu.
Ayat ini memerintahkan supaya amanat (hak yang dipercayakan kepada seseorang) diteruskan
kepada yang berhak. Juga ayat ini mengajarkan supaya manusia berlaku adil.

Ayat 90 dari Surat Al-Nahl :

10
Disamping mengandung perintah supaya manusia bersikap adil, baik kepada orang dan
menolong keluarga juga mengandung larangan berbuat tidak baik dan jahat.

Selanjutnya ayat 188 dari Surat Al-Baqarah mengatakan :

Janganlah kamu memakan harta orang lain dengan alasan palsu dan jangan bawa hal itu ke depan
hakim dengan maksud agar kamu dapat memakan harta orang lain dengan jalan tidak benar.
Ayat 11 dan 12 dari Surat-Hujurat :

Lebih lanjut lagi mengajarkan hal-hal berikut : Janganlah mencemoohkan orang lain, karena
mungkin lebih baik dari kita sendiri; jangan mencela orang lain, jangan memberi nama julukan
tidak baik; jangan berburuk sangka, karena sebahagian buruk sangka merupakan dosa; jangan
mencari-cari kesalahan orang dan jangan mengumpat orang.

Semua ini adalah perbuatan-perbuatan tidak baik yang harus dijauhi. Selain dari ajaran-ajaran
akhlak, Al-Qur‟an bahkan mengandung ajaran-ajaran bagaimana seharusnya tingkah laku
seseorang dalam hidup sehari-hari.

Ayat 27 dan 28 dari Surat An-Nur :

Umpamanya mengajarkan agar seseorang jangan memasuki rumah orang lain sebelum meminta
izin serta memberikan salam dan kalau tidak diberi izin masuk supaya kembali saja, karena itu
adalah lebih baik. Ayat 58 dari surat itu juga
Selanjutnya mengajarkan agar sebelum memasuki ruang tertutup orang harus meminta izin
terlebih dahulu, dengan mengetok umpamanya, tiga kali, walaupun bagi anak yang belum
dewasa.

Demikianlah pentingnya budi-pekerti luhur dan tingkah laku sehari-hari dalam Islam, sehingga
hal-hal itu disebut Tuhan dalam Al-Qur-an. Dan Nabi Muhammad sendiri mengatakan bahwa
beliau diutus ke dunia ini untuk menyempurnakan ajaran-ajaran tentang budi-pekerti luhur.
Beliau juga menerangkan : Tuhan telah menentukan Islam sebagai agamamu, maka hiasilah
agama itu dengan budi-pekerti baik dan hati pemurah. Berkata benar dan tidak berdusta adalah
norma moral yang penting. Nabi mengatakan : “Kata benar menimbulkan ketenteraman tetapi
dusta menimbulkan kecemasan”. Menurut 'Aisyah, sifat yang paling dibenci Nabi ialah berdusta.
Seorang mu'min, kata Nabi, boleh bersifat penakut dan bakhil, tetapi sekali-kali tak boleh
berdusta. Tiga macam orang, kata Nabi, yang tak akan masuk surga, orang tua yang berzina,
Imam yang berdusta, dan kepala yang bersifat angkuh. Mengenai kejujuran Nabi mengatakan :
"Tidak terdapat iman dalam diri orang yang tidak jujur dan tidaklah beragama orang yang tak
dapat dipegang janjinya". Dan seorang pernah bertanya kepada Nabi : "Kapan hari kiamat ?"
jawab beliau : “Kalau kejujuran telah hilang". Janji harus ditepati walaupun kepada musuh. Nabi
pernah mengucapkan kata-kata berikut: "jika seseorang berjanji tidak akan membunuh seseorang

11
lain, tetapi orang itu kemudian ia bunuh, maka aku suci dari perbuatannya, sungguhnya yang ia
bunuh itu adalah orang kafir". Orang pernah bertanya kepada Nabi tentang semulia-mulia
manusia. Nabi menerangkan : “Orang yang hatinya bersih lagi suci dan lidahnya benar". Juga
Nabi mengatakan bahwa orang yang suka mencaci dan hatinya berisi rasa dengki akan masuk
neraka. Selanjutnya orang yang kuat kata Nabi, bukanlah orang yang tak dapat dikalahkan
kekuatan fisiknya, tetapi yang kuat ialah orang yang dapat menahan amarahrya. Hadis lain lagi
menerangkan bahwa orang yang dapat menahan marahnya di hari kiamat akan dapat memilih
bidadari yang disukainya.

Lebih lanjut lagi Nabi mengatakan bahwa derajat yang tinggi diberikan Tuhan kepada orang
yang bersikap lemah lembut terhadap orang yang tak menghargainya, memaafkan orang yang tak
mau memberi apa-apa kepadanya dan tetap bersahabat dengan orang yang memutuskan tali
persaudaraan dengan dia. Hadis juga mengatakan bahwa orang yang paling tak disenangi Tuhan
ialah orang yang berdendam khusumat. Demikianlah hadis-hadis Nabi banyak menyebut norma-
norma akhlak mulia dan Nabi sendiri dikenal sebagai orang yang budi pekertinya luhur. Al-
Qur‟an mengatakan : “ “

Tegasnya, Islam sebagai halnya dengan agama-agama lain, amat mementingkan pendidikan
spirituil dan moral. Di sinilah sebenarnya terletak inti-sari sesuatu agama. Inti-sari ajaran-ajaran
Islam,memang berkisar sekitar soal baik dan buruk, yaitu perbuatan mana yang bersifat baik dan
membawa kepada kebahagiaan, dan perbuatan mana yang bersifat buruk atau jahat dan
membawa kepada kemudaratan dan kesengsaraan. Untuk kebahagiaan manusia, perbuatan baik
dikerjakan dan perbuatan jahat dijauhi.

Di samping teologi, fikih atau hukum Islam sebenarnya juga memusatkan pembahasan pada
soal baik dan buruk itu. Pengertian wajib, haram, sunat dan makruh hubungannya erat sekali
dengan perbuatan baik dan perbuatan buruk atau jahat. Perbuatan ada di antaranya yang wajib
dikerjakan dan ada pula di antara yang sunnah dikerjakan. Perbuatan buruk atau jahat ada yang
haram dikerjakan dan ada yang makruh dikerjakan. Perbuatan-perbuatan tidak baik yang haram
atau makruh kalau dikerjakan, membawa kepada kemudhratan dan kesengsaraan, sedang
perbuatan-perbuatan baik yang wajib atau yang sunnah, kalau dikerjakan, membawa kepada
kebaikan dan kebahagiaan.

Ancaman yang berupa neraka dan janji yang berupa surga di akhirat, juga erat hubungannya
dengan soal baik dan buruk ini. Orang yang berbuat baik di dunia ini akan masuk surga di
akhirat, dan orang yang berbuat jahat akan masuk neraka. Yang dimaksud di sini dengan
perbuatan baik bukan hanya yang merupakan ibadat, tetapi juga perbuataan baik duniawi yang
setiap hari dilakukan manusia dalam hubungannya dengan manusia, bahkan juga dengan
makhluk lain, terutama binatang-binatang. Dan sebaliknya.

Jelas bahwa dalam Islam, soal baik dan buruk, di samping soal ketuhanan menjadi dasar
agama yang penting. Ini demikian, karena yang ingin dibina Islam ialah manusia baik yang

12
menjauhi perbuatan-perbuatan buruk atau jahat di dunia ini. Manusia serupa inilah sebenarnya
yang dimaksud dengan mu'min, muslim dan muttaqin (orang yang bertakwa). Mu'min ialah
orang yang percaya kepada Tuhan Yang Maha Esa, sebagai sumber nilai-nilai yang bersifat
absolut, muslim orang yang menyerahkan diri dan tunduk kepada Tuhan dan muttaqin atau orang
bertaqwa adalah orang yang memelihara diri dari hukuman Tuhan di akhirat, yaitu orang yang
patuh pada Tuhan, dalam arti patuh menjalankan perintah-perintahNya dan patuh menjauhi
larangan-laranganNya. Perintah Tuhan hubungannya ialah dengan perbuatan-perbuatan baik
sedang larangan Tuhan hubungannya ialah dengan perbuatan-perbuatan buruk dan jahat. Dengan
tegasnya yang dimaksud dengan orang yang bertakwa ialah orang baik yang mengerjakan
kebaikan-kebaikan dan menjauhi kejahatan-kejahatan.

Dengan demikian, yang dimaksud dengan mu'min, muslim dan muttaqin sebenarnya adalah
orang yang bermoral tinggi dan berbudi pekerti luhur. Tidak mengherankan kalau soal akhlak
dan budi pekerti luhur memang merupakan ajaran yang penting sekali dalam Islam. Dan soal itu
demikian pentingnya sehingga, bukan hanya ibadat shalat, puasa, zakat serta haji saja, tetapi juga
hukum fikih dan konsep-konsep iman, Islam, surga, serta neraka, kesemuanya sebagai dilihat di
atas, erat hubungannya dengan perbuatan baik dan perbuatan buruk manusia.

E. Hikmah Ibadah Mahdah Dalam Pembinaan Akhlak Mulia


Menurut seorang ulama besar Mesir, Hasan Al-Bana, terdapat 10 karakter ideal yang harus
dimilki seorang muslim. Dalam pembahasan kali ini, saya akan menghubungkan antara hikmah
ibadah mahdhah (tiga ibadah mahdhah) dengan karakter muslim. 8

1. Shalat

Yang pertama adalah shalat. Shalat termasuk ibadah mahdah yag tatacaranya sudah diatur
sedemikian rupa, sehingga dalam pelaksanaanya harus sesuai dengan tatacara yang diajarkan
oleh Rasulullah SAW. Dalil-dalil tentang kewajiban mendirikan solat yaitu:

(yaitu) mereka yang beriman kepada yang gaib, yang mendirikan sholat dan menafkahkan
sebahagian rezki yang Kami anugerahkan kepada mereka.(QS.al Baqarah(2) : 3)

“Dan dirikanlah sholat, tunaikanlah zakat dan rukuklah beserta orang-orang yang rukuk.”
(QS.al Baqarah(2) : 43)

“Peliharalah segala sholat (mu), dan (peliharalah) sholat wusthaa. Berdirilah karena Allah
(dalam sholatmu) dengan khusyuk.” (QS.al Baqarah(2):238)

Dan masih banyak dalil tentang kewajiban mendirikan shalat. Shalat membentuk
karakter-karakter muslim diantaranya salimul aqidah, shahilul ibadah, dan matinul khuluq.

8
www.academiaedu.com

13
Salimul aqidah terbentuk dari ibadah shalat, dalam doa iftitah terdapat ayat Al Qur‟an yang
artinya: Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidup dan matiku, semua bagi Allah Tuhan semesta
alam (QS 6:162). Aqidah yang bersih (salimul aqidah) merupakan sesuatu yang harus ada pada
setiap muslim. Dengan aqidah yang bersih, seorang muslim akan memiliki ikatan yang kuat
kepada Allah Swt dan dengan ikatan yang kuat itu dia tidak akan menyimpang dari jalan dan
ketentuan-ketentuan-Nya. Dengan kebersihan dan kemantapan aqidah, seorang muslim akan
menyerahkan segala perbuatannya kepada Allah sebagaimana firman-Nya.

Dalam melaksanakan shalat, ada tata cara yang sudah dicontohkan Rasulullah SAW
sehingga sifat shahilul ibadah (ibadah yang benar) akan terbentuk. Rasulullah bersabda:
“shalatlah kamu sebagaimana kamu melihat aku shalat”. Dari ungkapan ini maka dapat
disimpulkan bahwa dalam melaksanakan setiap peribadatan haruslah merujuk kepada sunnah
Rasul Saw yang berarti tidak boleh ada unsur penambahan atau pengurangan.

Matinul khuluq juga terbentuk dari ibadah shalat ini. Solat jika dilaksanakan dengan
benar maka akan membuat muslim tersebut memiliki akhlak yang baik, sebagaimana firman
ALLAH dalam Al-Qur‟an : Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan- perbuatan) keji
dan mungkar.” (QS. Al „Ankabut: 45). Jika seorang muslim akhlaknya belum benar maka bisa
disimpulkan shalatnya belum benar.

2. Membaca Al-Qur’an

Membaca Al-Qur‟an merupakan salah satu ibadah mahdhah. Membaca disini maksudnya
bukan hanya membaca arabnya saja tetapi harus paham tafsir, arti, makna, sealigus
mengamalkan. Jika kita membaca Al-Qur‟an dan sampai tahap mengamalkannya maka akan
terbentuk sifat matinul khuluq, dan mutsaqqoful fikri. Matinul khuluq akan terbentuk karena di
Al-Qur‟an dijelaskan hal-hal yang harus dilakukan, dan larangan tentang hal-hal yang tidak
boleh dilakukan. Dalam Al-Qur‟an juga banyak diceritakan tentang orang sholeh terdahulu
sehigga kita dapat mencontohnya. Dalam hadist disebutkan “Bukankah engkau sering membaca
Al-Qur‟an?”, beliau menjawab: “Ya”, „Aisyah berkata: “Akhlak Rasulullah adalah Al-Qur‟an”.
(H.R. Muslim). Kita dapat menyimpulkan bahwa jika mengamalkan Al-Qur‟an sudah tentu
akhlak kita akan baik. 9 Dalam kaitanya dengan mutsaqqoful fikri, Al-Qur‟an banyak ayat-ayat
tentang ilmu pengetahuan, yang sudah terbukti kebenarannya. Di zaman teknologi sekarang,
banyak ayat-ayat Al-Qur‟an yang sudah terbukti secara ilmiah. Dengan kata lain, semakin kita
memahami dan mengkaji Al-Qur‟an, semakin banyak pengetahuan terutama hal-hal yang ilmiah,
dan semakin mendorong kita untuk berpikir mengenai hal yang dijelaskan (secara tersirat) di
dalam Al-Qur‟an. Dan mereka bertanya kepadamu apa yang mereka nafkahkan. Katakanlah:
„Yang lebih dari keperluan.‟ Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu supaya
kamu berpikir (QS 2:219).

9
Ibadah dan pembentukan prilaku positif.html

14
3. Zakat

Berzakat sudah ada ketentuannya baik zakat fitrah, zakat mal, dsb, maka termasuk ibadah
mahdah. Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebahagian mereka penolong
bagi sebagian yang lain. Mereka menyuruh (mengerjakan) yang ma‟ruf, mencegah dari yang
mungkar, mendirikan shalat, menunaikan zakat, dan mereka taat kepada Allah dan Rasul-Nya.
Mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah; sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha
Bijaksana.(QS.At-Taubat : 71). Berzakat akan melatih kita untuk berempati, maka tahap
selanjutnya adalah akan terbentuk semagat berkontribusi sesama. Sifat yang akan terbentuk dari
ibadah zakat ini adalah naafi‟un lighoirihi. Diriwayatkan dari Jabir berkata,”Rasulullah saw
bersabda,‟Orang beriman itu bersikap ramah dan tidak ada kebaikan bagi seorang yang tidak
bersikap ramah. Dan sebaik-baik manusia adalah orang yang paling bermanfaat bagi
manusia.” (HR. Thabrani dan Daruquthni) 10

10
Al-manar Abduh ibadah dan syariah.cet-1

15
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Ibadah adalah tujuan utama manusia diciptakan oleh tuhan di muka bumi ini, semua kegiatan
apapapun yang dilakukan manusia dimuka bumi ini adalah ibadah sesuai dengan apa yang
memang telah diperintahkan Allah kepada kita hambanya.

Dengan meningkatkan ibadah kepada tuhan maka diri ini akan lebih dekat dan akan lebih
mengenal kepadanya. Aspek ibadah sangat banyak dalam islam dan semua ibadah pasti memiliki
kebaikan dan ganjaran bagi yang melakukannya.

B. Saran
Dengan tersusunnya makalah ini, harapan penulis adalah agar makalah ini dapat dijadikan
referensi didalam mengkaji dalam masalah studi islam khususnya dalam aspek ibadah, latihan
spiritual dan ajaran moral islam yang menjadi salah satu proses didalam masyarakat luas.
Sehingga dapat diimplementasikan didalam masyarakat. Adapun kritik dan saran dalam materi
yang telah penulis paparkan didalam makalah ini, penulis terima demi kebaikan makalah ini
dikemudian hari.

16
DAFTAR PUSTAKA

1. A Rahman Ritonga Zainuddin.FIQH IBADAH,(Jakarta:Gaya Media Pratama,1997)

2. Jamil Al-Bakasy.Fungsi Ibadah

3. Al manar, Abduh Ibadah dan Syariah (Surabaya PT. Pamator, 1999)

17

Anda mungkin juga menyukai