Anda di halaman 1dari 15

PARIWISATA SYARIAH

Ghaitsa Hana Rahmania - Zahriyah


Sub Materi
01 Pengertian Pariwisata
04 Ketentuan dalam Fatwa DSN MUI No.
108/DSN-MUI/X/2016 tentang Pedoman
Syariah Penyelenggaraan Pariwisata
berdasarkan Prinsip Syari'ah

02 Dasar Hukum dan


Ruang Lingkup
05 Penerapan dan
potensi Pariwisata
Pariwisata Syari'ah Syariah di Indonesia

03 Perbedaan Pariwisata
Syariah dan
Konvensional
Pengertian
Pariwisata
Syariah
Pengertian Pariwisata Syariah
Pariwisata syariah adalah kegiatan yang didukung oleh berbagai fasilitas
serta layanan yang disediakan masyarakat, pengusaha, pemerintah, dan
pemerintah daerah yang memenuhi ketentuan syariah.

Pariwisata syariah dimanfaatkan oleh banyak orang karena karakteristik


produk dan jasanya yang bersifat universal. Produk dan jasa wisata, objek
wisata, dan tujuan wisata dalam pariwisata syariah adalah sama dengan
produk, jasa, objek dan tujuan pariwisata pada umumnya selama tidak
bertentangan dengan nilai-nilai dan etika syariah
Dasar Hukum Pariwisata Syariah

Fatwa MUI Nomor


108/DSN-
Peraturan MUI/X/2016
Undang – Undang Pemerintah Nomor tentang Pedoman
Nomor 33 Tahun 39 Tahun 2021 Penyelenggaraan
Undang – Undang
2014 tentang tentang Pariwisata
Nomor 10 Tahun
Jaminan Produk Penyelenggaraan berdasarkan
2009
Halal Bidang Jaminan Prinsip Syariah.
produk Halal
Perbedaan Pariwisata Konvensional dan Pariwisata Syariah
Ketentuan dalam Fatwa DSN
MUI No. 108/DSN-MUI/X/2016
tentang Pedoman
Penyelenggaraan Pariwisata KETENTUAN PARA PIHAK
berdasarkan Prinsip Syari'ah

a. Pihak-pihak yang berakad: a. Akad antar Pihak:


1) Wisatawan; 1) Akad yang dilakukan oleh semua pihak yang terlibat dalam kegiatan parawisata
2) Biro Perjalanan Wisata Syariah (BPWS); syariah adalah ijarah atau ju’alah
3) Pengusaha Parawisata; 2) Akad untuk penyelenggaraan asuransi wisata, penyimpanan, dan pengelolaan, serta
4) Pemandu Wisata pengembangan dana parawisata wajib menggunakan akad-akad yang sesuai dengan
5) Terapis fatwa DSN-MUI dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Ketentuan dalam Fatwa DSN
MUI No. 108/DSN-MUI/X/2016
tentang Pedoman
Penyelenggaraan Pariwisata KETENTUAN HOTEL SYARIAH
berdasarkan Prinsip Syari'ah

a. Hotel syariah tidak boleh menyediakan fasilitas akses pornografi dan tindakan asusila;
b. Hotel syariah tidak boleh menyediakan fasilitas hiburan yang mengarah pada kemusyrikan, maksiat, pornografi,
dan tindak asusila;
c. Makanan dan minuman yang disediakan oleh hotel syariah wajib mendapatkan sertifikat halal dari MUI;
d. Menyediakan fasilitas, peralatan, dan sarana yang memadai untuk pelaksanaan ibadah, termasuk fasilitas
bersuci;
e. Pengelola dan karyawan/karyawati hotel wajib mengenakan pakaian yang sesuai dengan syariah;
f. Hotel syariah wajib memiliki pedomaan dan/atau panduan mengenai prosedur pelayanan hotel guna menjamin
terselenggaranya pelayanan hotel yang sesuai dengan prinsip syariah;
g. Hotel syariah wajib menggunakan jasa Lembaga Keuangan Syariah dalam melakukan pelayanan.
Ketentuan dalam Fatwa DSN
MUI No. 108/DSN-MUI/X/2016
tentang Pedoman
Penyelenggaraan Pariwisata KETENTUAN WISATAWAN
berdasarkan Prinsip Syari'ah

Wisatawan wajib memenuhi ketentuan-ketentuan berikut:


a. Berpegang teguh pada prinsip-prinsip syariah dengan menghindarkan diri dari
syirik, maksiat, munkar, dan kerusakan (fasad);
b. Menjaga kewajiban ibadah selama berwisata;
c. Menjaga akhlak mulia;
d. Menghindari destinasi wisata yang bertentangan dengan prinsip-prinsip syariah.
Ketentuan dalam Fatwa DSN
MUI No. 108/DSN-MUI/X/2016 KETENTUAN DESTINASI
tentang Pedoman WISATA
Penyelenggaraan Pariwisata
berdasarkan Prinsip Syari'ah

• Destinasi wisata wajib memiliki:


• Destinasi wisata wajib diarahkan pada ikhtiar untuk: 1) Fasilitas ibadah yang layak pakai, mudah dijangkau, dan memenuhi persyaratan

1) Mewujudkan kemashlahatan umum; syariah;

2) Pencerahan, penyegaran, dan penenangan; 2) Makanan dan minuman halal yang terjamin kehalalannya dengan sertifikat Halal

3) Memelihara amanah, keamanan, dan kenyamanan; MUI.

4) Mewujudkan kebaikan yang bersifat universal dan  Destinasi wisata wajib terhindar;

inklusif; 1) Kemusyikan dan khurafat;

5) Memelihara kebersihan, kelestarian alam, sanitasi, dan 2) Maksiat, zina, pornografi, pornoaksi, minuman keras, narkoba, dan perjudian;

lingkungan; 3) Pertunjukan seni dan budaya serta atraksi yang bertentangan dengan prinsip-

6) Menghormati nilai-nilai sosial-budaya dan kearifan lokal prinsip syariah.

yang tidak melanggar prinsip syariah.


Ketentuan dalam Fatwa DSN
MUI No. 108/DSN-MUI/X/2016
tentang Pedoman
Penyelenggaraan Pariwisata
berdasarkan Prinsip Syari'ah KETENTUAN SPA, Sauna, dan
Massage

SPA, Sauna, dan Massage yang dilakukan wajib memenuhi ketentuan berikut:
a. Menggunakan bahan yang halal dan tidak najis yang terjamin kehalalannya dengan sertifikat
Halal MUI;
b. Terhindar dari pornoaksi dan pornografi;
c. Terjaganya kehormatan wisatawan;
d. Terapis laki-laki hanya boleh melakukan SPA, sauna, dan Massage kepada wisatawan laki-
laki, dan terapis wanita hanya boleh melakukan itu semua kepada wisatawan wanita;
e. Tersedia sarana yang memudahkan untuk melakukan ibadah.
Ketentuan dalam Fatwa DSN
MUI No. 108/DSN-MUI/X/2016
tentang Pedoman
KETENTUAN Biro Perjalanan
Penyelenggaraan Pariwisata
berdasarkan Prinsip Syari'ah Wisata Syariah

Biro perjalanan wisata syariah wajib memenuhi ketentuan berikut ini:

a. Menyelenggarakan paket wisata yang sesuai dengan prinsip-prinsip syariah;


b. Memiliki daftar akomodasi dan destinasi wisata yang sesuai dengan prinsip-prinsip syariah;
c. Memiliki daftar penyedia makanan dan minuman halal yang memiliki sertifikat halal MUI;
d. Menggunakan jasa Lembaga Keuangan Syariah dalam melakukan jasa pelayanan wisata, baik
bank, asuransi, lembaga pembiayaan, lembaga penjaminan, maupun dana pensiun;
e. Mengelola dana investasinya wajib sesuai dengan prinsip syariah;
f. Wajib memiliki panduan wisata yang dapat mencegah terjadinya tindakan syirik, khurafat,
maksiat, zina, pornografi, pornoaksi, minuman keras, narkoba, dan judi.
Ketentuan dalam Fatwa DSN
MUI No. 108/DSN-MUI/X/2016 KETENTUAN PEMANDU
tentang Pedoman WISATA
Penyelenggaraan Pariwisata
berdasarkan Prinsip Syari'ah

Pemandu wisata syariah wajib memiliki ketentuan berikut ini:

a. Memahami dan mampu melaksanakan nilai-nilai syariah dalam menjalankan


tugas, terutama yang berkaitan dengan fikih parawisata;
b. Berakhlak mulia, komunikatif, ramah jujur, dan bertanggung jawab;
c. Memiliki kompetensi kerja sesuai standar profesi yang berlaku yang
dibuktikan dengan sertifikat;
d. Berpenampilan sopan dan menarik sesuai dengan nilai dan prinsip-prinsip
syariah.
Penerapan Pariwisata Syariah di Indonesia

Banyaknya Peminat
Indonesia sebagai negara dengan penduduk muslim
terbesar di dunia memiliki potensi besar mengembangkan
sektor pariwisata halal. Pengembangan wisata halal ini
dapat dilihat di Provinsi Aceh dan Provinsi NusaTenggara
Barat..

Potesi
Indonesia telah banyak menyabet penghargaan dalam
ranah destinasi wisata halal dunia. Sebut saja pada 2019,
Indonesia menduduki peringkat pertama sebagai Wisata
Halal Terbaik di Dunia versi Global Muslim Travel Index
(GMTI) mengungguli 130 negara peserta lainnya.
SEKIAN

TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai