Anda di halaman 1dari 22

Perbandingan Hukum Investasi dan Pasar Modal Syariah di

dalam Negeri dan di luar Negeri

Disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Hukum Investasi Dan Pasar Modal Syariah

Dosen Pengampu :

Nur Hidayah, M.A., Ph.D

DisusunOleh :

Kelompok 13

1. Annisa Al Karimah 11180490000049


2. Ahmad Rifaldi 11180490000083
3. Alif Rahmatullah 11190490000051
4. Dwi Rahma Yanti 11190490000081

PROGRAM STUDI HUKUM EKONOMI SYARI’AH


FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF
HIDAYATULLAH JAKARTA
2020 M / 1442 H
KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah senantiasa kami haturkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini
dengan baik guna memenuhi tugas kelompok untuk mata kuliah Hukum Investasi Dan
Pasar Modal Syariah, dengan judul : “Perbandingan Hukum Investasi dan Pasar Modal
Syariah di dalam negeri dan di luar negeri”

Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini tidak terlepas dari bantuan
banyak pihak yang dengan tulus memberikan doa, saran, dan kritik sehingga makalah
ini dapat terselesaikan.

Kami mengalami berbagai hambatan serta tantangan dalam penulisan makalah


ini, seperti kekurangan data, tidak adanya referensi, dan sebagainya. Namun berkat
bantuan serta dukungan dari berbagai pihak, makalah ini dapat diselelesaikan walau
masih terdapat banyak kekurangan. Karena itu penulis ingin mengucapkan terima kasih
yang sebesar- besarnya kepada semua pihak yang telah mendukung selesainya makalah
ini terutama kepada Pak IsmailHasani, S.H., M.H sebagai dosen, para dosen-dosen UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta, serta semua pihak lainnya yang tidak dapat disebutkan satu
persatu, terima kasih banyak atas dukungan dan bantuan yang telah diberikan kepada
kami.

Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna
dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang kami miliki. Oleh karena
itu, kami mengharapkan segala bentuk saran serta masukan bahkan kritik yang
membangun dari berbagai pihak. Akhirnya, kami berharap semoga makalah ini dapat
memberikan manfaat bagi siapa saja yang membaca danmemahaminya.

Jakarta, 9 Desember 2020

Penulis

1
DAFTAR ISI

KATAPENGANTAR .............................................................................................................. 1
DAFTAR ISI............................................................................................................................ 2

BAB I ....................................................................................................................................... 3

PENDAHULUAN .................................................................................................................. 3

1.1 LATAR BELAKANG ............................................................................................... 3

1.2 RUMUSAN MASALAH .......................................................................................... 4

1.3 TUJUAN PENULISAN .............................................................................................. 4

BAB II ..................................................................................................................................... 5

PEMBAHASAN ..................................................................................................................... 5

2.1 REGULASI PASAR MODAL SYARIAH DI INDONESIA .................................. 5

2.1.1 Hukum Positif ..................................................................................................... 5

2.1.2 Fiqh Muamalah ................................................................................................... 6

2.2 REGULASI PASAR MODAL SYARIAH DI MALAYSIA ..................................... 8

2.2.1 Aturan Trading Komoditas yang distujui untuk BMIS ....................................... 8

2.2.2 Aturan Umum Trading ........................................................................................ 8

2.3 METODE PENEGAKAN HUKUM PADA SAHAM SYARIAH DI

INDONESIA DAN MALAYSIA MELALUI SKRINING ....................................... 14

2.3.1 Metode Kualitatif .............................................................................................. 16

2.3.2 Metode Kuantitatif ............................................................................................. 17

BAB III .................................................................................................................................... 19

PENUTUP .............................................................................................................................. 19

3.1 KESIMPULAN ......................................................................................................... 19

3.2 DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................... 20


2
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Globalisasi menyebabkan hilangnya batas batas wilayah antar negara dan


tidak adanya hambatan dalam proses dan interaksi dalam proses interaksi dalam
komunikasi antar individu ataupun kelompok. Negara–negara yang tergabung di
wilayah Asia Tenggara menciptakan Association of Southeast Asian Nations (ASEAN)
sebagai kesepakatan kerjasama regional. Kerjasama yang dibentuk terdapat beberapa
macam, salah satunya adalah ASEAN Economic Community (AEC). Salah satu fokus
AEC adalah portofolio investasi. Salah satu bentuk investasi portofolio adalah saham

Investasi adalah penggunaan modal untuk menciptakan uang, baik melalui sarana
yang menghasilkan pendapatan maupun melalui bentuk yang lebih berorientasi ke
resiko yang dirancang untuk mendapatkan perolehan modal. Investasi bisa berupa
berbagai macam bentuknya, salah satunya Investasi saham. Saham adalah surat
berharga tanda kepemilikan suatu perusahaan sebagai bukti penyertaan modal. Saham
bisa diperjual-belikan melalui pasar modal untuk mendapatkan keuntungan dari selisih
harga jual terhadap harga beli. Pada tahun 2012 terciptalah ASEAN Exchange sebagai
bentuk kerjasama pasar modal di ASEAN. ASEAN Exchange mengintegrasikan pasar
modal yang ada di 6 negara yaitu Filipina, Indonesia, Malaysia, Singapura, dan
Thailand.

Agar saham dapat dimasukan ke dalam kategori saham syariah, ada beberapa
kriteria yang harus dipenuhi oleh emiten. Kriteria ini ditetapkan oleh bursa dengan
melibatkan dewan syariah sebagai pihak yang kompeten di bidang fiqih muamalah.
Tulisan ini mencoba menggambarkan perbedaan penentuan kriteria atau metode seleksi
(screening) saham agar dikategorikan ke dalam saham syariah di dua negara
berkembang yang mayoritas penduduknya Muslim yaitu Indonesia dan Malaysia.

Data dari Kustodian Sentral Efek Indonesia menunjukan bahwa per akhir tahun
2016 jumlah investor di Indonesia hanya sebanyak 535.994 investor berdasarkan single

3
investor identification (SID) atau hanya sekitar 0,02% dari total jumlah penduduk yang
mencapai 250 juta jiwa (Supriyatna 2017). Selain jumlah investasi asing yang masuk ke
Indonesia kecil, jumlah emiten yang terdaftar di bursa Indonesia yaitu BEI juga lebih
sedikit dibandingkan dengan negara Malaysia. Per Maret 2017, jumlah emiten di pasar
modal Malaysia mencapai 1.230 emiten. Angka ini jauh lebih tinggi dari jumlah emiten
di pasar modal Indonesia yang baru mencapai 536 emiten. Di Bursa Malaysia, terdapat
899 sahamsaham yang dikategorikan sesuai syariah atau 73% (Bursa Malaysia 2017)
sedangkan di Indonesia hanya ada 331 saham ISSI atau sebesar 61% (IDX, 2017).

Dua negara ini merupakan negara berkembang (developing countries) yang


mayoritas berpenduduk Muslim, sehingga setiap pengelola saham-saham syariah di dua
negara ini dapat bekerjasama untuk menyediakan produk-produk keuangan yang sesuai
syariah. Jika hal ini dilakukan, maka diharapkan akan dapat menarik dana yang besar
terutama dari kawasan Timur Tengah ke kawasan Asia Tenggara seiring telah
diberlakukannya Masyarakat Ekonomi ASEAN sejak tahun 2016. Maka dianggap
merupakan sebuah kepentingan untuk mengenal lebih jauh mengenai regulasi Pasar
Modal Syariah Malaysia.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana Regulasi Pasar Modal Syariah Di Indonesia?
2. Bagaimana Regulasi Pasar Modal Syariah Di Malaysia?
3. Bagaimana Metode penegakan Hukum pada Saham Syariah di Indonesia dan
Malaysia melalui skrining?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Untuk menegtahui Bagaimana Regulasi Pasar Modal Syariah Di Indonesia
2. Untuk menegtahui Bagaimana Regulasi Pasar Modal Syariah Di Malaysia
3. Untuk menegtahui Bagaimana Metode penegakan Hukum pada Saham Syariah di
Indonesia dan Malaysia melalui skrining

4
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Regulasi Pasar Modal Syariah Di Indonesia


2.1.1 Hukum Positif1

a. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar


Modal

b. Peraturan Menteri Keuangan

i. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 153/KMK.010/2010 tentang


Kepemilikan Saham dan Permodalan Perusahaan Efek (Peraturan
Menkeu yang mengatur tentang ketentuan dan persyaratan kepemilikan
saham dan permodalan untuk meningkatkan kinerja Perusahaan Efek)

ii. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 455/KMK.01/1997 tentang


Pembelian Saham oleh Pemodal Asing Melalui Pasar Modal (Peraturan
ini mencabut ketentuan pembatasan pembelian saham oleh Pemodal
Asing melalui Pasar Modal dan Bursa Efek sebagaimana diatur dalam
Keputusan Menteri Keuangan Nomor 1055/KMK.013/1989)

c. POJK2
i. POJK Nomor 30/POJK.04/2016 POJK tentang Dana Investasi Real
Estate Syariah Berbentuk Kontrak Investasi Kolektif.
ii. POJK Nomor 15/POJK.04/2015 POJK tentang Penerapan Prinsip
Syariah di Pasar Modal.
iii. POJK Nomor 18/POJK.04/2015 POJK tentang Penerbitan dan
Persyaratan Sukuk.

1
Direktorat Pasar Modal Syariah, OJK. 2020. OJK Training of Trainers (ToT) Pasar Modal Syariah OJK – IAEI.
Jakarta: Direktorat Pasar Modal Syariah,OJK. PPT pada Kamis, 18 Juni 2020.
2
Otoritas Jasa Keuangan. 2020. Peraturan Pasar Modal Syariah. Otoritas Jasa Keuangan, www.ojk.go.id.
Diakses pada 4 November 2020

5
iv. POJK Nomor 17/POJK.04/2015 POJK tentang Penerbitan dan
Persyaratan Efek Syariah Berupa Saham oleh Emiten Syariah atau
Perusahaan Publik Syariah.
v. POJK Nomor 16/POJK.04/2015 POJK tentang Ahli Syariah Pasar
Modal.
vi. POJK Nomor 20/POJK.04/2015 POJK tentang Penerbitan dan
Persyaratan Efek Beragun Aset Syariah.
vii. POJK Nomor 19/POJK.04/2015 POJK tentang Penerbitan dan
Persyaratan Reksa Dana Syariah.
viii. POJK Nomor 53/POJK.04/2015 POJK tentang akad yang Digunakan
dalam Penerbitan Efek Syariah di Pasar Modal
ix. POJK No 57/POJK.04/2017 tentang Penerapan Tata Kelola Perusahaan
Efek yang Melakukan Kegiatan Usaha sebagai Penjamin Emisi Efek dan
Perantara Pedagang Efek
x. POJK 54/POJK.04/2017 POJK tentang Bentuk dan Isi Prospektus dalam
Rangka POJK Nomor Penawaran Umum dan Penambahan Modal
dengan Memberikan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu oleh Emiten
dengan Aset Skala Kecil atau Emiten dengan Aset Skala Menengah.
d. Peraturan Bapepam-LK3

i. Peraturan Nomor II.K.1 tentang Kriteria dan Penerbitan Daftar Efeek


Syariah

ii. Peraturan Nomor IX.A.13 tentang Penerbitan Efek Syariah

iii. Peraturan Nomor IX.A.14 tentang Akad- akad yang digunakan dalam
Penerbitan Efek Syariah

3
Otoritas Jasa Keuangan. 2020. Peraturan Pasar Modal Syariah. Otoritas Jasa Keuangan, www.ojk.go.id.
Diakses pada 4 November 2020

6
2.1.2 Fiqh Muamalah

a. Fatwa DSN MUI4

1) Fatwa No 40/DSN-MUI/X/2003 tentang Pasar Modal dan Pedoman


Umum Penerapan Prinsip Syariah Di Bidang Pasar Modal

2) Fatwa No 80/DSN-MUI/1/2011 tentang Penerapan Prinsip Syariah


dalam Mekanisme Perdagangan Efek Bersifat Ekuitas di Pasar Reguler
Bursa Efek.

b. Dalil Qur'an

1) An-Nisa(4) : 29

ٍ ‫وآََٰلَٰٓتأ ْ ُكلُو ۟آَٰأ ْمول ُكمَٰٓبيْن ُكمَٰٓبِ ْٱلبطِ ِلَٰٓإِ ََّلَٰٓأنَٰٓت ُكونَٰٓتِجرةًَٰٓعنَٰٓتر‬
ََٰٰٓۚٓ‫اضَٰٓ ِمن ُك ْمََٰٰٓۚٓوَلَٰٓت ْقتُلُو ۟آَٰأنفُس ُك ْم‬ ۟ ُ‫يَٰٓأيُّهآَٰٱلَّذِينَٰٓءامن‬
‫َٰٓٱَّللَٰٓكانَٰٓ ِب ُك ْمَٰٓرحِ ي ًما‬
َّ ‫ِإ َّن‬

“Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kalian mengambil harta orang


lain dengan cara tidak benar. Kalian diperbolehkan melakukan perniagaan
yang berlaku secara suka sama suka. Jangan menjerumuskan diri kalian
dengan melanggar perintah-perintah Tuhan. Jangan pula kalian membunuh
orang lain, sebab kalian semua berasal dari satu nafs. Allah selalu
melimpahkan rahmat-Nya kepada kalian.”

2) Al-Baqarah(2) : 168

َٰٓ‫شيْط ِنََٰٰٓۚٓإِنَّ ۥهَُٰٓل ُك ْمَٰٓعد ٌُّوَٰٓ ُّمبِين‬


َّ ‫طوتَِٰٓٱل‬ ۟ ُ‫ضَٰٓحل ًًلَٰٓطيِبًآَٰوَلَٰٓتتَّبِع‬
ُ ‫وآَٰ ُخ‬ ِ ‫َٰٓٱْل ْر‬ ۟ ُ‫اسَٰٓ ُكل‬
ْ ‫وآَٰمِ َّمآَٰفِى‬ ُ َّ‫أيُّهآَٰٱلن‬

“Wahai manusia, makanlah apa yang Kami ciptakan di bumi dari segala
yang halal yang tidak Kami haramkan dan yang baik-baik yang disukai
manusia. Janganlah mengikuti jejak langkah setan yang merayu kalian agar
memakan yang haram atau menghalalkan yang haram. Kalian
sesungguhnya telah mengetahui permusuhan dan kejahatan-kejahatan
setan.”

c. Dalil Hadis

4
Direktorat Pasar Modal Syariah, OJK. 2019. Modul Pasar Modal Syariah. Jakarta: Direktorat Pasar Modal
Syariah,OJK.

7
‫َٰٓيآَٰابنَٰٓأخيََٰٓلَٰٓتبعَٰٓشيئًآَٰحتىَٰٓتقبضه‬:‫قال‬

Tidak boleh menjual sesuatu hingga kamu memilikinya” (HR Baihaqi


dari Hukaim bin Hizam

2.2 Regulasi Pasar Modal Syariah Di Malaysia

Regulasi Pasar Modal Syariah Malaysia yang berada pada “Bursa Malaysia”
diatur dengan Rules of BSAS (Peraturan-peraturan Bursa Suq Al-Sila). Berikut beberapa
peraturan utama dalam BSAS:

2.2.1 Aturan Trading Komoditas yang distujui untuk BMIS5

a. ATURAN 601.1(1) Hanya Pemilik yang Diidentifikasi yang dapat memulai


penawaran untuk menjual Komoditas yang Disetujui kepada BMIS sedemikian rupa
seperti yang ditentukan oleh BMIS. (2) BMIS akan menerima penawaran penjualan
Komoditas yang Disetujui, dengan suatu: (a) Sertifikat-e berlaku; (b) Komoditas
yang Disetujui dibeli melalui Sistem BCH oleh CTP baik sebagai pokok atau agen
untuk Kliennya dari CSP; (c) Komoditas yang Disetujui dibeli pada Hari Pasar yang
sama; dan (d) jumlah Komoditas yang Disetujui untuk dijual harus sesuai dengan
jumlah yang ditentukan dalam Sertifikat elektronik tertentu yang dikeluarkan untuk
CTP tersebut atau Kliennya.

b. ATURAN 601.2 KONTRAK PERUSAHAAN DAN MENGIKAT

(1) Penawaran yang diterima yang dimaksud dalam Peraturan 601.1(2) akan
merupakan kontrak yang tegas dan mengikat antara Pemilik yang Diidentifikasi
dan BMIS.

2.2.2 Aturan Umum Trading6

ATURAN 401.1 KELULUSAN RISIKO, KEWAJIBAN DAN


KEPEMILIKAN
(1) Risiko dan kewajiban yang timbul dari Komoditas yang Disetujui akan
terletak pada pemilik Komoditas yang Disetujui dan akan lulus dalam hal

5
Bursa Malaysia. Rules of
BSAS.https://www.bursamalaysia.com/regulation/islamic_market/rules_of_bursa_suq_al_sila, diakses pada 8
Desember 2020
6
Bursa Malaysia. Rules of BSAS.
https://www.bursamalaysia.com/regulation/islamic_market/rules_of_bursa_suq_al_sila, diakses pada 8
Desember 2020

8
yang sama ketika kepemilikan Komoditas yang Disetujui berlalu. Untuk
menghindari keraguan, ketika kepemilikan Komoditas yang Disetujui
lolos ke pembeli, pembeli akan memiliki pada saat itu, kepemilikan
Komoditas yang Disetujui dan kepemilikan tersebut mungkin aktual atau
konstruktif.
(2) Sehubungan dengan perdagangan Komoditas yang Disetujui di Pasar,
risiko, kewajiban dan kepemilikan tiket Komoditas yang Disetujui:
a) dari CSP ke CTP, atau kepada Klien CTP, setelah pencocokan
penawaran dengan penawaran;
b) dari CTP ke Klien CTP, atau dari Klien CTP ke CTP, setelah
Pelaporan Perdagangan Jual Seterusnya berdasarkan Peraturan 404.2;
c) dari Klien CTP atau CTP, bertindak sebagai prinsipal, kepada BMIS,
atas penerimaan oleh BMIS atas penawaran yang dibuat oleh Klien
atau CTP tersebut sesuai dengan Bab 6; dan
d) dari BMIS ke CSP setelah pencocokan penawaran BMIS secara acak.

ATURAN 401.2 KONTRAK YANG TEGAS DAN MENGIKAT


(1) Setelah tawaran dan penawaran dicocokkan dalam Sistem BCH, pesanan
yang cocok akan merupakan kontrak yang tegas dan mengikat antara CTP
atau Kliennya sebagaimana adanya, dan CSP.
(2) Semua pesanan yang sesuai akan dikenakan pengiriman fisik Komoditas
yang Disetujui sesuai dengan Peraturan ini dan prosedur yang dapat
ditentukan oleh BMIS.

ATURAN 401.3 MULTI-MATA UANG


(1) Perdagangan dapat didenominasi dalam mata uang apa pun sebagaimana
ditentukan oleh BMIS.

ATURAN 402 BURSA SUQ AL-SILA' ATURAN SISTEM 402.1


FASILITAS PERDAGANGAN
(1) Semua perdagangan akan diberlakukan melalui Sistem BCH dengan cara
yang ditentukan dalam Aturan ini.

9
ATURAN 402.2 KONEKSI KE SISTEM BSAS

(1) Peserta harus mematuhi spesifikasi BMIS untuk terhubung ke Sistem


BSAS untuk tujuan perdagangan di Pasar.

ATURAN 402.3 TRADING HALT DAN SUSPENSI PASAR


(1) BMIS dapat, karena dianggap cocok, kapan saja:
a) menghentikan perdagangan dalam mata uang tertentu atau Komoditas
tertentu yang Disetujui atau keduanya, untuk setiap periode waktu;
b) menangguhkan Pasar untuk setiap periode waktu; atau
c) memungkinkan perdagangan dilanjutkan dalam mata uang tertentu
atau Komoditas Tertentu yang Disetujui yang telah mengalami
penghentian perdagangan atau suspensi Pasar.

ATURAN 403 ATURAN PERDAGANGAN UMUM ATURAN 403.1


ARAH
(1) BMIS dapat dari waktu ke waktu menentukan ke arah Peserta mengenai:
a) Hari Pasar;
b) sesi perdagangan, jam dan fase; atau
c) Komoditas yang Disetujui yang tersedia untuk diperdagangkan.

ATURAN 403.2 PERUBAHAN PADA SESI PERDAGANGAN, JAM


PERDAGANGAN DAN FASE PERDAGANGAN
(1) BMIS dapat mengubah sesi perdagangan, jam perdagangan, dan fase
perdagangan karena BMIS dianggap cocok.
(2) BMIS dapat menentukan jam perdagangan yang berbeda untuk Komoditas
yang berbeda.

ATURAN 403.3 PENAWARAN HARGA


(1) BMIS akan menentukan harga masing-masing Komoditas yang Disetujui
untuk keperluan perdagangan yang Disetujui Komoditas pada setiap Hari
Pasar. Untuk menghindari keraguan, harga yang ditentukan
memperhitungkan faktor-faktor yang relevan (seperti takaful), diperlukan

10
untuk menetapkan nilai yang wajar sehubungan dengan Komoditas yang
Disetujui, untuk keperluan perdagangan pada setiap Hari Pasar.

ATURAN 403.4 JENIS BID


(1) Jenis penawaran adalah sebagai berikut:
a) Market Order Pesanan pasar mengacu pada tawaran yang mungkin
sepenuhnya atau sebagian cocok. Perintah tawaran semacam ini adalah
perintah tawaran default dalam Sistem BCH. Dalam kasus pencocokan
parsial, nilai sisa dari urutan yang tak tertandingi tetap ada dalam buku
pesanan dan tidak akan ada perubahan dalam urutan prioritas.
b) Isi atau Bunuh (FOK) Pesanan Pesanan FOK mengacu pada tawaran
yang mengharuskan pencocokan dilakukan hanya pada seluruh nilai
pesanan. Jika tawaran FOK tidak dapat sepenuhnya cocok, pesanan
tersebut akan segera dibatalkan.
c) Satu Membatalkan Pesanan Lainnya (OCO) Pesanan OCO mengacu
pada pesanan untuk membeli 2 atau lebih jenis Komoditas yang
Disetujui. Ini didasarkan pada seluruh mode pencocokan kuantitas, dan
Komoditas yang Disetujui yang tak tertandingi akan dibatalkan secara
otomatis. Dalam layar untuk mengirimkan pesanan, Komoditas yang
Disetujui teratas lebih diutamakan daripada yang terbawah. Jika kedua
jenis Komoditas yang Disetujui gagal mengisi pesanan, pesanan akan
dibatalkan secara otomatis.
d) Pesanan lain seperti BMIS dapat menentukan dari waktu ke waktu

ATURAN 403.5 KONFIRMASI PERDAGANGAN


(1) Peserta harus memverifikasi rincian laporan konfirmasi perdagangan yang
dihasilkan dalam Sistem BCH setelah pencocokan.
(2) Peserta harus memberi tahu BMIS apabila terjadi kesalahan dalam laporan
konfirmasi perdagangan pada Hari Pasar perdagangan yang sama.

ATURAN 403.6 PEMBATALAN PERDAGANGAN

11
(1) Tanpa mengurangi kekuatan BMIS, semua pesanan yang cocok
bagaimanapun dimasukkan melalui Sistem BCH tidak dapat dibatalkan
dan akan mengikat Peserta.

ATURAN 404 PELAPORAN UNTUK PERDAGANGAN JUAL ONWARD


ATURAN KOMODITAS YANG DISETUJUI 404.1 PEMBATASAN
PERDAGANGAN JUAL SETERUSNYA
(1) CTP atau Kliennya yang merupakan pembeli Komoditas yang Disetujui
dalam Perdagangan Jual Seterusnya harus mengambil pengiriman atau
menjual Komoditas yang Disetujui kepada BMIS.

ATURAN 404.2 KEWAJIBAN UNTUK MELAPORKAN


(1) CTP yang melakukan Perdagangan Jual Seterusnya harus, melalui Sistem
BSAS melaporkan masing-masing Onward Sell Trade ke BMIS dalam
Hari Pasar di mana Perdagangan Jual Seterusnya terjadi.
(2) Laporan Onward Sell Trade harus menyertakan konten minimum
sebagaimana ditentukan oleh BMIS.
(3) BMIS, melalui Sistem BSAS, akan mencerminkan pengalihan kepemilikan
Komoditas yang Disetujui sesuai laporan Jual Beli Seterusnya yang telah
dikonfirmasi.

ATURAN 405 ATURAN PERDAGANGAN 405.1 MINIMUM DAN


MAKSIMUM ORDER
(1) Akan ada minimum dan maksimum untuk penawaran dan penawaran
seagaimana ditentukan oleh BMIS.
(2) Bid harus dalam kelipatan nilai sebagaimana ditentukan oleh BMIS.

ATURAN 405.2 MASUKNYA PENAWARAN


(1) CSP dapat memasukkan penawaran ke dalam Sistem BCH baik sendiri
atau melalui CEP.
(2) Saat memasukkan penawaran, CSP atau CEP, harus memasukkan
penawaran khusus tersebut sebagaimana dapat ditentukan oleh BMIS.

12
(3) CSP atau CEP atau CEP atau penawaran apa pun yangBCH System
sebelum pencocokan penawaran, sesuai dengan persyaratan tersebut
sebagaimana dapat ditentukan oleh BMIS dan tunduk pada hak BMIS
untuk melarang modifikasi atau pembatalan tersebut di mana BMIS
menurut pendapat yang wajar menganggapnya tepat untuk melakukannya.
(4) Untuk menghindari keraguan, CSP bebas untuk menangani Komoditas
yang Disetujui yang telah ditarik dari Sistem BCH sebagai akibat dari
modifikasi atau pembatalan penawaran, dengan cara apa pun yang
menurut CSP cocok.

ATURAN 405.3 MASUKNYA BID


(1) CTP dapat memasukkan tawaran ke dalam Sistem BCH baik sendiri atau
melalui CEP.
(2) CTP atau CEP, ketika memasukkan penawaran ke dalam Sistem BCH
harus memasukkan khusus tersebut sebagaimana dapat ditentukan oleh
BMIS.
(3) CTP atau CEP dapat memodifikasi atau membatalkan setiap tawaran yang
dimasukkan ke dalam Sistem BCH sebelum pencocokan tawaran, sesuai
dengan persyaratan tersebut sebagaimana dapat ditentukan oleh BMIS dan
tunduk pada hak BMIS untuk melarang modifikasi atau pembatalan
tersebut di mana BMIS menurut pendapat wajarnya menganggapnya tepat
untuk melakukannya.

ATURAN 405.4 PENCOCOKAN OTOMATIS


(1) Semua pesanan yang dimasukkan ke dalam Sistem BSAS untuk
perdagangan akan dicocokkan kecuali dalam keadaan yang ditentukan
oleh BMIS.

ATURAN 405.5 PRIORITAS PENCOCOKAN


(1) Prioritas pencocokan pesanan adalah sebagaimana ditentukan oleh BMIS.

13
2.3 Metode Penegakan Hukum Pada Saham Syariah di Indonesia dan Malaysia
Melalui Skrining

Metode seleksi saham-saham agar dapat dikategorikan Syariah terdiri dari dua
yaitu screening kualitatif dan kuantitatif7. Penyeleksian secara kualitatif dikategorikan
ke-dalam lima kategori yaitu menurut keterlibatan bisnis perusahaan di dalam aktivitas:
Riba dan Gharar, memproduksi produk non-halal, perjudian dan game, dan kegiatan
imoral lain yang tidak diperbolehkan. Screening kuantitatif merupakan kriteria
kuantitatif (struktur atau rasio keuangan) yang ditetapkan oleh para regulator atau
institusi. Kriteria ini dapat terdiri dari beberapa kategori yaitu: utang, tingkat likuiditas,
bunga dan pendapatan yang tidak dapat diperbolehkan secara Syariah. Karena tidak ada
institusi tertinggi yang bertanggung jawab menetapkan aturan yang dapat diikuti oleh
seluruh umat Muslim di dunia, maka para ulama Islam terkemuka dan berpengalaman
dalam bidang keuangan menginterpretasikan sumber hukum secara berbeda. Perbedaan
ini menyebabkan proses penyeleksian (screening) saham sesuai Syariah juga berbeda
baik antar negara (regulator) atau antar institusi (misal antar manajer portofolio).
Pada metode skrining saham-saham syariah pengaruh strategi-strategi berbeda
untuk membentuk portofolio keungan syariah yang cocok. Dengan melakukan seleksi
saham menjadi saham syariah, maka hal ini sebenarnya mengurangi peluang
memperoleh return yang maksimal. Mereka berargumen bahwa perlu sebuah paradigma
baru di mana aspek Sharia copliance itu harus dilihat dari sudut pandang portofolio,
bukan dilihat pada saham secara satuan. Dengan cara itu, maka hasil portofolio saham-
saham syariah bisa menghasilkan kinerja yang sebanding dengan tanpa melakukan
screening saham-saham syariah.8

Skrining saham syariah di Indonesia menghasilkan indeks saham ISSI (Indonesia


Sharia Stock Index). Saham-saham yang masuk ke dalam indeks ini adalah saham yang
memenuhi kriteria saham syariah sebagaimana ditetapkan Dewan Syariah Nasional dan
bursa efek.

7
Bellalah, Mondher, Asma Abdul Rehman, and Omar Masood. 2013. "Syariah Compliant Screening Practices."
Thema Working Paper n°2013-16 Université de Cergy Pontoise, France.
8
Derigs, Ulrich, and Shehab Marzban. 2009. "New Strategies and a New Paradigm for Shariah-Compliant
Optimization." Journal of Banking and Finance Portfolio 33(6): 1166–76

14
Komparasi kriteria yang digunakan Kuala Lumpur Stock Exchange Syariah
Index (KLSESI) dan Dow Jones Islamic Market Index (DJIM) terkait skrining
perusahaan untuk tujuan investasi, bahwa KLSESI tidak menggunakan kedua kriteria
yang ditetapkan oleh DJIM sebagai tindakan selama proses skrining. Ditemukan hanya
198 dari 565 perusahaan yang terdaftar di KLSESI sesuai dengan kriteria yang
ditetapkan oleh DJIM. Ini artinya DJIM memiliki pendekatan yang lebih ketat
dibandingkan KLSESI.9 Seyogyanya dibuat standar skrining saham syariah yang dapat
diterima di seluruh dunia sehingga akan menstimulasi investasi sesuai syariah.
Standariasi juga tidak akan membuat investor bingung karena dimanapun mereka
berinvestasi, maka metode seleksinya akan tetap sama.10
Metode skrining atau penyeleksian saham yang digunakan mencakup kriteria
kualitatif dan kriteria kuantititatif. Kriteria kualitatif merupakan panduan dari dewan
syariah mengenai boleh tidaknya emiten dimasukan ke dalam indeks syariah. Kriteria
kualitatif ini mencakup jenis usaha emiten dan produk yang dihasilkan emiten. Adapun
kriteria kuantitatif merupakan kriteria akuntansi yang mencakup rasio keuangan seperti
rasio utang dan pendapatan non halal.

9
Abdul Rahman, Azhar, Mohd Azlan Yahya, and Mohd Herry Mohd Nasir. 2010. "Islamic Norms for Stock
Screening." International Journal of Islamic and Middle Eastern Finance and Management 3(3): 228 40.
10
Ho, Catherine S.F. 2015. "International Comparison of Shari'ah Compliance Screening Standards."
International Journal of Islamic and Middle Eastern Financial Management 8(4): 491–507.

15
2.3.1 Metode Screening Kualititatif
Tabel Perbandingan Kriteria Kualitatif ISSI dan KLSESI11

11
Egi Arvian Firmansyah. 2017. Seleksi Saham Syariah : Perbandingan antara Bursa Efek Indonesia dan
Malaysia. Jurnal Inspirasi Bisnis dan Manajemen, Vol 1, (1).

16
Dari tabel tersebut, kita mengetahui bahwa kedua pengguna (pembuat kriteria
screening) memiliki seperangkat kategori yang menyatakan misalnya industri judi
(gambling) sebagai salah satu dari kriteria non-compliant. Artinya, perusahaan yang
terlibat dalam bisnis perjudian atau kasino tidak akan dimasukan ke-dalam saham
Syariah. Tidak ada perbedaan pendapat mengenai hal ini karena perusahaan yang
terlibat dalam industri perjudian jelas keharamannya. DSN-MUI secara spesifik
menyertakan berbagai kegiatan transaksi yang dinilai bertentangan dengan syariah,
misalnya kegiatan tadlis dan short-selling. Namun hal ini sementara tidak ditemukan di
Bursa Malaysia. Pada periode sebelumnya, untuk kategori riba dan kegiatan berbasis
riba, SC Malaysia menggunakan istilah umum untuk mewakili kegiatan tersebut.
Namun kini SC Malaysia telah secara langsung menyebutkan perbankan konvensional
dan asuransi konvensional sebagai kegiatan bisnis yang tidak syariah. Untuk kriteria
kegiatan memproduksi produk non-halal dan kegiatan imoral, kedua pembuatscreening
memiliki kriteria serupa, misalnya keterlibatan dalam industri tembakau dan rokok
dikatakan tidak Sharia compliant. Secara umum, perbedaan antara ISSI dan KLSESI
dari sisi skrining kualitatif tidak berbeda signifikan. Pendekatan yang yang digunakan
hampir mirip merujuk pada fiqih yang diyakini di dua negara ini. Sebagai contoh,
industri perbankan konvensional dan industri asuransi konvensional akan dikatakan
tidak sharia compliant baik oleh bursa Efek Indonesia maupun bursa efek Malaysia.

2.3.2 Metode Screening Kuantitatif

Dalam metode ini terdapat daftar rasio keuangan dan kriteria yang digunakan
sehingga dapat memberikan informasi sistematis untuk perbandingan dalam konteks
Syariah. Berikut ini disajikan seleksi kuanitatif untuk saham-saham Syariah di Bursa
Efek Indonesia (ISSI) dan Bursa Efek Malaysia (KLSESI).

Untuk kriteria kuantitatif yang pertama yaitu rasio utang terhadap aset, kedua
bursa menyatakan bahwa utang yang terlalu banyak tidak sesuai syariah. Hal ini karena
keuangan Islam mengikuti prinsip pembagian resiko dan keuntungan (profit & loss
sharing), sehingga pinjaman dan pembayaran bunga (interest) atas utang dikatakan
tidak sharia compliant. Baik ISSI maupun KLSESI mengatur rasio utang maksimum

17
terhadap aset. Hal ini dipahami bahwa jika suatu emiten memiliki utang yang terlalu
banyak, maka ia menghadapi risiko finansial yang tinggi sehingga kemungkinan
perusahaan tersebut untuk gagal juga tinggi. ISSI memiliki pendekatan yang lebih
longgar (maksimum 45%) dibandingkan KLSESI (maksimum 33%). Pada kriteria
skrining saham syariah sebelumnya, SC Malaysia tidak memiliki kriteria utang karena
SC Malaysia tidak menganggap utang sebagai isu penting dalam screening kuantitatif.
Namun kini SC Malaysia memiliki konsensus yang sama dengan para para pembuat
skrining lainnya untuk menerapkan patokan sepertiga (1/3) sebagai parameter tingkat
toleransi utang. Pembagi dalam screening utang ini meliputi total aset. Kedua bursa
efek memiliki ambang batas (treshold) untuk rasio pendapatan non halal (non-
permissible income). Hal ini dipahami bahwa dengan sistem keuangan negara yang
tidak 100% syariah, maka emiten di Indonesia dan Malaysia tidak bisa sepenuhnya
menerima pendapatan yang halal. Akan ada pendapatan yang tidak halal misalnya ada
anak perusahaan yang bergerak di sektor yang tidak halal atau diterimanya pendapatan
dari bunga.

Pendekatan kedua bursa terkait treshold pendapatan non halal juga berbeda. DSN
MUI menentapkan ambang batas tunggal yaitu 10% namun SC Malaysia menetapkan
patokan ganda yaitu 5% dan 20%, tergantung pada sektornya. Di Bursa Efek Indonesia,
ambang batas tunggal ini dipahami bahwa pendapatan dari sektor non halal ini tidak
boleh lebih banyak dari pendapatan utama. DSN MUI mensyaratkan emiten melakukan
pemurnian pendapatan dengan melakukan sedekah. SAC Malaysia berargumen bahwa
perbedaan ambang batas penerimaan non halal untuk sektor hotel dan resort,
perdagangan saham, bisnis broker saham, penyewaan dari kegiatan non halal adalah
lebih besar yaitu 20%. Hal ini didasarkan kepada aspek kebermanfaatan (mashalah)
sektor tersebut lebih besar bagi masyarakat dibanding sektor lainnya yang hanya
memiliki ambang batas 5%. Bursa efek Malaysia juga memiliki rasio tambahan yaitu
rasio kas pada total aset. Maskud dari rasio ini adalah perbandingan uang kas yang
disimpan emiten di perbankan non syariah yang tentu akan menghasilkan bunga yang
tidak sesuai syariah. Rasio ini diperkenalkan bursa efek Malaysia tahun 2013 yang

18
sebelumnya tidak ada. Rasio total kas pada total aset ini tidak ada di Bursa Efek
Indonesia.12

12
Egi Arvian Firmansyah. 2017. Seleksi Saham Syariah : Perbandingan antara Bursa Efek Indonesia dan
Malaysia. Jurnal Inspirasi Bisnis dan Manajemen, Vol 1, (1).

19
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

1. Regulasi Pasar Modal Syariah Indonesia :


Diatur dengan Undang-undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1995
tentang Pasar Modal, Peraturan Menteri Keuangan, POJK, Peraturan Bapepam-LK,
Fatwa DSN MUI.

2. Regulasi Pasar Modal Syariah Malaysia :


Regulasi Pasar Modal Syariah Malaysia yang berada pada “Bursa Malaysia”
diatur dengan Rules of BSAS (Peraturan-peraturan Bursa Suq Al-Sila)

3. Skrining Saham Syariah metode kualitatif-kuantitatif Indonesia dan Malaysia:


Perbedaan kriteria kualitatif antara dua bursa ini tidak begitu signifikan,
namun cukup signifikan dalam kriteria kuantitatif. Bursa efek Indonesia
menetapkan ambang batas rasio utang yang lebih besar dari Malaysia. Perbedaan
lainnya yaitu dalam kontribusi pendapatan non-halal dimana bursa Efek
Indonesia hanya menetapkan satu ambang batas (10%) sedangkan Malaysia
menetapkan dua ambang batas (5% dan 20%), tergantung dari jenis sektornya.
Perbedaan lainnya adalah rasio kas pada total aset yang ada di bursa efek
Malaysia (33%), yang mana rasio ini tidak ada di Bursa Efek Indonesia. Kriteria
skrining saham syariah di Malaysia awalnya lebih longgar dari Indonesia namun
kini telah disesuaikan dengan dibuatnya revisi kriteria skrining pada tahun 2013.
Saham Syariah di Malaysia memiliki kriteria skrining yang lebih customized dari
Indonesia. Makalah ini menyarankan agar bursa efek senantiasa memperbaiki
dan merevisi kriteria skriningnya untuk disesuaikan dengan target market serta
kondisi masyarakat, bursa efek Malaysia telah melakukan revisi sedangkan bursa
efek Indonesia belum.

20
3.2 Daftar Pustaka

Abdul Rahman, Azhar, Mohd Azlan Yahya, and Mohd Herry Mohd Nasir. 2010.
"Islamic Norms for Stock Screening." International Journal of Islamic and Middle
Eastern Finance and Management 3(3): 228 40.

Bellalah, Mondher, Asma Abdul Rehman, and Omar Masood. 2013. "Syariah
Compliant Screening Practices." Thema Working Paper n°2013-16 Université de
Cergy Pontoise, France.

Derigs, Ulrich, and Shehab Marzban. 2009. "New Strategies and a New Paradigm for
Shariah-Compliant Optimization." Journal of Banking and Finance Portfolio
33(6): 1166–76.

Direktorat Pasar Modal Syariah, OJK. 2020. OJK Training of Trainers (ToT) Pasar Modal
Syariah OJK – IAEI. Jakarta: Direktorat Pasar Modal Syariah,OJK. PPT pada Kamis,
18 Juni 2020.

Direktorat Pasar Modal Syariah, OJK. 2019. Modul Pasar Modal Syariah. Jakarta: Direktorat
Pasar Modal Syariah,OJK.

Egi Arvian Firmansyah. 2017. Seleksi Saham Syariah : Perbandingan antara Bursa Efek
Indonesia dan Malaysia. Jurnal Inspirasi Bisnis dan Manajemen, Vol 1, (1)

Ho, Catherine S.F. 2015. "International Comparison of Shari'ah Compliance Screening


Standards." International Journal of Islamic and Middle Eastern Financial
Management 8(4): 491–507.

WEBSITE

Bursa Malaysia. 2020. Rules of BSAS.


https://www.bursamalaysia.com/regulation/islamic_market/rules_of_bursa_suq_a
l_sila, diakses pada 8 Desember 2020

Otoritas Jasa Keuangan. 2020. Peraturan Pasar Modal Syariah. Otoritas Jasa
Keuangan,www.ojk.go.id. Diakses pada 4 November 2020

21

Anda mungkin juga menyukai