MAKALAH
Untuk memenuhi tugas mata kuliah Praktik Pasar Modal Syari’ah
Dosen Pengampu:
Dhony Manggala Putra, S.E., M.M.
Disusun Oleh :
Kelompok 1
1. Elfa Lu’lu’un Indana Zulfa (12402193198)
2. Prayogo Ajie Prasetyo (12402193201)
3. Candra Setiawan (12402193202)
4. Naning Cahyoningsih (12402193205)
5. Moh Ulul Albab (12402193209)
6. Amadea Rachma Wati (12402193212)
7. Novita (12402193 225)
8. Niki Dwi Rukmini (12402193238)
9. Tia Agustin (12402193240)
SEMESTER 6
JURUSAN EKONOMI SYARIAH 6E
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
UIN SAYYID ALI RAHMATULLAH TULUNGAGUNG
MARET 2022
KATA PENGANTAR
Penyusun
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pasar modal Indonesia memiiki peran penting bagi perekonomian negara. Pasar
modal adalah tempat dimana berbagai pihak khususnya perusahaan menjual saham
(stock) dan obligasi (bond) dengan tujuan dari hasil penjualan tersebut nantinya akan
dipergunakan sebagai tambahan dana atau untuk memperkuat dana perusahaan. Pasar
modal di Indonesia mengalami perkembangan serta kemajuan yang sangat pesat sejak
tahun 1989 setelah pemerintah mengambil keputusan dalam bidang keuangan akhir
tahun 1988. Keputusan pemerintah di akhir tahun 1988 dalam bidang keuangan telah
mengizinkan pemodal asing untuk membeli sahamsaham yang diperjualbelikan dipasar
modal Indonesia, dan hal tersebut berdampak positif terhadap aktivitas perdagangan
saham yang semakin meningkat. Pasar modal secara formal dapat didefinisikan sebagai
pasar untuk berbagai instrumen keuangan (sekuritas) jangka panjang yang bisa
diperjualbelikan, baik dalam bentuk hutang maupun modal sendiri, baik yang
diterbitkan oleh pemerintah (public authorities), maupun perusahaan swasta.
Pasar modal memiliki peran yang sangat penting dalam perekonomian
Indonesia. Antara lain adalah untuk menciptakan system keuangan dan perekonomian
Negara secara lebih stabil, membantu meningkatkan pertumbuhan ekonomu dan
menciptakan lapangan kerja baru. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi pada sebuah
negara, akan mempengaruhi pertumbuhan investasi dinegara tersebut. Semakin tinggi
tingkat ekonomi suatu negara, semakin tinggi tingkat kemakmuran penduduk negara
tersebut. Tingkat kemakmuran yang tinggi ditandai dengan adanya kenaikan tingkat
pendapatan masyarakat. Peningkatan pendapatan tersebut, menyebabkan semakin
banyak orang yang memiliki kelebihan dana, kelebihan dana tersebut dapat
dimanfaatkan untuk disimpan dalam bentuk tabungan atau diinvestasikan dalam bentuk
surat-surat berharga yang diperdagangkan di pasar modal. Keberhasilan dari
pelaksanaan kegiatan pasar modal tentunya tidak terlepas dari adanya peran para pihak
yang mendukung pelaksanaan kegiatan pasar modal ini, antara lain peran pemerintah
dalam menciptakan suatu politik yang stabil dan sikap yang menguntungkan yang dapat
mendorong investasi dan menunjang pasar modal. Tentunya hal ini akan memberikan
rasa aman dan ketertarikan bagi para investor untuk melakukan ivestasi.
Aktivitas atau kegiatan di dalam Pasar Modal melibatkan banyak lembaga dan
pihak yang terkait, baik swasta maupun pemerintah, yang sifatnya saling melengkapi,
baik tanpa maupun dengan balas jasa. Sifat keterkaitan di antara lembaga-lembaga
tersebut ada yang dituntut karena sifat usahanya, ada yang dituntut dikarenakan Undang
Undang Pasar Modal, dan berbagai kebijakan lainnya. Pola keterkaitan bisa berbentuk
antara unit pemerintah, unit pemerintah dengan swasta, maupun swasta dengan swasta.
1
Sebagai sarana untuk mencari dana bagi perusahaan dan wadah investasi bagi pemodal,
keberadaan dan aktivitas Pasar Modal berkepentingan dengan banyak pihak Agar dapat
tercipta iklim investasi yang baik, dan berlakunya pelaksanaan pembinatan dan
pengawasan yang lancar, maka diperlukan suatu lembaga atau instansi yang berfungsi
sebagai pengatur/regulator.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah yang dimaksud dengan Pasar Modal?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui Pengertian dari Pasar Modal.
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Pasar Modal
Pasar modal dalam arti sempit adalah suatu tempat dalam pengertian fisik yang
terorganisasi tempat efek-efek di perdagangkan yang disebut bursa efek. Pengertian
bursa efek (stock exchange) adalah suatu sistem yang terorganisasi yang
mempertemukan penjual dan pembeli efek yang dilakukan baik secara langsung
maupun tidak langsung.1 Menurut Undang-Undang No.8 Tahun 1995 tentang Pasar
Modal, bahwa Pasar Modal adalah kegiatan yang berhubungan dengan penawaran
umum dan perdagangan efek perusahaan publik yang berkaitan dengan efek yang
diterbitkannya serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek.
Pasar Modal merupakan sebuah sarana yang dapat digunakan oleh emiten atau
perusahaan yang membutuhkan dana untuk mengembangkan usaha serta pihak investor
yang membutuhkan tempat atau media untuk berinvestasi sehingga memperoleh
keuntungan dari investasi di Pasar Modal. Pasar Modal menyediakan berbagai macam
produk investasi bagi para investor seperti: saham, obligasi, reksadana dan surat
berharga lainnya. Pasar Modal bertindak sebagai penghubung antara para investor
dengan perusahaan ataupun institusi pemerintah melalui perdagangan instrumen
keuangan jangka panjang seperti obligasi, saham dan lainnya. Kehadiran Pasar Modal
di Indonesia memiliki peran yang sangat besar dalam ikut meningkatkan pertumbuhan
perekonomian nasional. Pasar Modal menunjang proses pembangunan, meningkatkan
taraf hidup masyarakat dan ikut serta memberdayakan masyarakat dan menciptakan
pemerataan pembangunan nasional.2
B. Sejarah pasar Modal Indonesia
Untuk mengenal lebih dekat tentang pasar modal, perlu adanya pengetahuan dan
pemahaman tentang sejarah passar modal itu sendiri, agar dapat menjadi bahan
perbandingan dan pedoman di dalam mengembangkan pasar modal di masa yang akan
datang. Pasar modal adalah fenomena yang merentang cukup lama dalam sejarah yang
hingga kini terus berkembang dan terus mengalami kemajuan. Sebelum Tahun 1900
sejarah pasar modal berjalan seiring dengan aktivitas ekonomi negara-negara maju sejak
abad pertengahan. Tata atauran dalam beraktivitas di pasar modal berkembang sejalan
dengan pergerakan ekspansi dan konolialisme ekonomi bangsa-bangsa Eropa di Asia,
1
Faiza Muklis,"Perkembangan dan tantangan Pasar Modal Indonesia", Al Masraf (Jurnal Lembaga
Keuangan dan Perbankan), Vol.1, No.1, Januari 2016, hal. 66.
2
Fransiskus Paulus Paskalis Abi, Semakin Dekat Dengan Pasar Modal Indonesia, (Yogyakarta:
Deepublish, Oktober 2016), hal. 3.
3
Amerika Tengah dan Selatan. Pada masa itu perkembangan aktivitas perekonomian
dititikberatkan pada sektor pertanian dan perkebunan. Aktivitas perekonomian
demikian terus membesar, karena keuntungan yang diraih juga luar biasa. Pembesaran
skala usaha-usaha pertanian dan perkebunan tentunya mengakibatkan meningkatnya
keperluan dana, maka mulailah diperkenalkan suatu modus penghimpun dana dari
masyarakat Eropa. Modus itu terus berkembang yang kemudian menjadi cikal bakal
pasar modal. Seiring dengan populernya pasar modal, pihak-pihak yang terlibat dalam
kegiatan pasar modal memerlukan suatu aturan main agar proses berintraksi dapat
menjai tertib, adil, tidak menimbulkan kekacauan dan merugikan salah satu pihak.
Sejarah perkembangan pasar modal di Indonesia dapat dibagi dalam beberapa
periode. Pembagian tersebut dimaksudkan karena ada hal-hal khusus yang terjadi dalam
periode perkembangannya baik dilihat dai sisi peraturan maupun dari sisi ekonomi,
bahkan juga dari sisi politik dan keamanan. Adapun periode yang dimaksud adalah
sebagai berikut:
1. Periode Permulaan (1878-1912)
Untuk lebih jelas perkembangan dinamika pasar modal Indonesia akan ditinjau
pada masing-masing periode :
1. Periode Permulaan (1878-1992)
Di Indonesia, kegiatan transaksi saham dan obligasi dimulai pada abad
ke -19. Menurut buku Effectengids yang dikeluarkan Vereniging voor den
Effectenhandel pada tahun 1939, transaksi efek telah berlangsung sejak 1880.
Berhubung bursa belum dikenal, maka perdagangan saham dan obligasi
dilakukan tanpa organisasi resmi sehingga catatan resmi tentang transaksi
tersebut tidak lengkap. Menurut perkiraan, bahwa yang diperjualbelikan
waktu itu adalah saham atau obligasi yang listing di bursa Amsterdam yang
dimiliki oleh investor yang ada di Batavia, Surabaya, dan Semarang.37
Dengan demikian, karena belum ada bursa resmi, dapat dikatakan bahwa
periode ini adalah periode permulaan sejarah pasar modal Indonesia. 3
3
M. Irsan Nasarudin, Aspek Hukum Pasar Modal Indonesia, ( Jakarta: Kencana Prenada Group, 2010),
hal. 53-63.
4
2. Periode Pembentukan Bursa (1912-1925)
Pada tanggal 14 Desember 1912, suatu asosiasi13 broker dibentuk di
Jakarta. Asosisasi ini diberi nama belandanya sebagai Vereniging voor de
Effectenhandel yang merupakan cikal bakal pasar modal pertama di Indonesia.
Setelah perang dunia pertama, pasar modal di Surabaya mendapat giliran
dibuka pada tanggal 1 Januari 1925 dan disusul di Semarang pada tanggal 1
Agustus 1925.4
3. Periode Awal Kemerdekaan (1925-1952)
Perkembangan perdagangan efek pada periode ini berlangsung marak,
namun tidak bertahan lama karena dihadapkan pada resesi ekonomi pada
tahun 1929 dan pecahnya Perang Dunia II (PD II). Pada saat PD II, bursa efek
di negeri Belanda tidak aktif karena sebagian saham-saham milik orang
Belanda dirampas oleh Jerman. Hal ini sangat berpengaruh terhadap bursa
efek di Indonesia. Keadaaan makin memburuk dan tidak memungkinkan lagi
Bursa Efek Jakarta untuk beroperasi, sehingga pada tanggal 10 Mei 1940,
Bursa Efek Jakarta resmi ditutup. Bursa Efek Surabaya dan Semarang telah
lebih dulu ditutup. Setelah tujuh bulan ditutup, pada tanggal 23 Desember
1940 Bursa Efek Jakarta kembali diaktifkan, karena selama PD II Bursa Efek
Paris tetap berjalan, demikian pula halnya dengan Bursa Efek London yang
hanya ditutup beberapa hari saja. Akan tetapi, aktifnya Bursa Efek Jakarta
tidak berlangsung lama, karena Jepang masuk ke Indonesia pada tahun 1942,
Bursa Efek Jakarta kembali ditutup. Jakarta tidak berlangsung lama, karena
Jepang masuk ke Indonesia pada tahun 1942, Bursa Efek Jakarta kembali
ditutup.
4. Periode Kebangkitan (1952-1976)
Tanggal 3 Juni 1952 seperti yang telah diputuskan oleh rapat umum
PPUE, Bursa Efek Jakarta kembali dibuka secara resmi oleh Menteri
Keuangan, Sumitro Djojohadikusumo. Selanjutnya, pada tanggal 26
September 1952 merupakan salah satu tonggak sejarah pasar modal Indonesia,
ditandai dengan dikeluarkannya Undang-Undang Darurat yang kemudian
ditetapkan menjadi
Undang-Undang Bursa. Memasuki tahun 1958 keadaan perdagangan efek
menjadi lesu karena beberapa hal :
a) Banyaknya warga Belanda yang meninggalkan Indonesia.
b) Adanya nasionalisasi perusahaan-perusahaan Belanda oleh
pemerintah RI sesuai dengan Undang-Undang No. 86 Tahun 1958
tentang Nasionalisasi.
4
Ana Rokhmatussa’dyah, Suratman, Hukum Investasi & Pasar Modal, (Jakarta: Sinar Grafika, 2011),
hal. 168.
5
c) Tahun 1960 Badan Nasionalisasi Persuahaan Belanda (BANAS)
melakukan larangan memperdagangkan efek-efek yang diterbitkan
oleh perusahaan-perusahaan yang beroperasi di Indonesia termasuk
efek-efek dengan nilai mata uang Belanda (Nf). Kemudian kondisi
ini diperparah dengan adanya sengketa Irian Barat dengan Belanda
(1962) dan tingginya inflasi menjelang akhir pemerintahan Orde
Lama (1966) yang mencapai 650%. Keadaan itu mengguncangkan
sendi perekonomian dan kepercayaan masyarakat menjadi
berkurang terhadap pasar modal. Akibatnya, Bursa Efek Jakarta
ditutup dengan sendirinya. Kondisi ini berlangsung sampai tahun
1977.
5. Periode Pengaktifan Kembali (1977-1987)
Pasar modal tidak menjalankan aktivitasnya sampai tahun 1977.
Penutupan pasar modal Indonesia tersebut tidak lepas dari orientasi politik
pemerintah Orde Lama yang menolak modal asing dalam kebijakan
nasionalisasi. Setelah pemerintahan berganti kepada Pemerintahan Orde Baru,
kebijakan politik dan ekonomi Indonesia tidak lagi konfrontatif dengan dunia
Barat. Pemerintahan Orde Baru segera mencanangkan pembangunan ekonomi
secara sistematis dengan pola target lima tahunan. Pemerintah Indonesia
bekerja sama dengan Barat untuk membangun. Pertumbuhan mulai,
perekonomian bergerak. Pemerintah pun berencana mengaktifkan kembali
pasar modal.
Dengan surat keputusan direksi BI No. 4/16 Kep-Dir tanggal 26 Juli
1968, di BI di bentuk tim persiapan (PU) Pasar Uang dan (PM) Pasar Modal.
Hasil penelitian tim menyatakan bahwa benih dari pasar modal di Indonesia
sebenarnya sudah ditanam pemerintah sejak tahun 1952, tetapi karena situasi
politik dan masyarakat masih awam tentang pasar modal, maka pertumbuhan
Bursa Efek di Indonesia sejak tahun 1958 s/d 1976 mengalami kemunduran.
Setelah tim menyelesaikan tugasnya dengan baik, maka dengan surat
keputusan Kep-Menkeu No. Kep- 25/MK/IV/1/72 tanggal 13 Januari 1972 tim
dibubarkan, dan pada tahun 1976 dibentuk Bapepam (Badan Pembina Pasar
Modal) dan PT Danareksa. Bapepam bertugas membantu Menteri Keuangan
yang diketuai oleh Gubernur Bank Sentral. Dengan terbentuknya Bapepam,
maka terlihat kesungguhan dan intensitas untuk membentuk kembali pasar
uang dan pasar modal. Selain sebagai pembantu Menteri Keuangan, Bapepam
juga menjalankan fungsi ganda yaitu sebagai pengawas dan pengelola bursa
efek.53Akhirnya, pada tanggal 10 Agustus 1977, Presiden Soeharto
meresmikan pasar modal di zaman Orde Baru.
6. Periode Deregulasi (1987-1995)
6
Hambatan-hambatan yang merintangi perkembangan pasar modal telah
disadari pemerintah. Pemerintah melakukan perombakan peraturan yang
nyata- nyata menghambat minat perusahaan untuk masuk pasar modal dan
investor untuk melakukan investasi pada pasar modal Indonesia.56 Untuk
mengatasi masalah itu pemerintah mengeluarkan berbagai deregulasi yang
berkaitan dengan perkembangan pasar modal, yaitu :
a. Paket Kebijaksanaan Desember 1987 (Pakdes 1987)
Pakdes 1987 merupakan penyederhanaan persyaratan proses emisi
saham dan obligasi, dihapuskannya biaya yang sebelumnya dipungut oleh
Bapepam, seperti biaya pendaftaran emisi efek. Selain itu dibuka pula
kesempatan bagi pemodal asing untuk membeli efek maksimal 49% dari
total emisi. Pakdes 87 juga menghapus batasan fluktuasi harga saham di
bursa efek dan memperkenalkan bursa paralel. Sebagai pilihan bagi
emiten yang belum memenuhi syarat untuk memasuki bursa efek.
a) Untuk perluasan usaha atau ekspansi usaha, modal yang diperoleh dari para
investor akan digunakan untuk meluaskan bidang usaha, perluasan par atau
kapasitas produksi.
5
M. Irsan Nasarudin, Aspek Hukum Pasar Modal Indonesia, ( Jakarta: Kencana Prenada Group, 2010),
hal. 68-74.
8
b) Berdagang. Saham dijual kembali pada saat harga tinggi, pengharapannya
adalah pada saham yang benar-benar dapat menaikkan keuntungan dari jual beli
sahamnya.
Yang dimaksud dengan Perantara dalam jual beli efek ini adalah perantara antara
si penjual (emiten) dengan si pembeli (investor). Perantara ini biasa juga disebut
sebagai broker atau pialang. Kegiatan kegiatan yang dilakukan oleh perantara atau
broker atau pialang ini antara lain meliputi:
6. Lembaga Penunjang
7. Penanggung (guarantor)
Wali amanat diperlukan sebagai wali dari si pemberi amanat (investor). Kegiatan
wali amanat antara lain:
9
d) Memberi nasehat kepada para investor dalam hal yang berkaitan dengan emiten.
Mengkhususkan diri dalam perdagangan surat berharga yang tercatat di bursa efek.
Kegiatan perusahaan surat berharga. antara lain:
b) Penjamin emisi.
Kantor yang membantu para emiten maupun investor dalam rangka memperlancar
administrasinya:
6
Fransiskus Paulus Paskalis Abi, Semakin Dekat dengan Pasar Modal Indonesia, (Sleman : Deepublish,
2016), hlm. 3-6.
10
Perusahaan menjual saham ke pasar modal untuk memperoleh dana. Saham – saham
ini akan dibeli oleh masyarakat umum, perusahaan – perusahaan lain, lembaga, atau
oleh pemerintah.
setelah jangka waktu tertentu, saham – saham yang telah dibeli akan memberikan
deviden (bagian dari keuntungan perusahaan) kepada para pembelinya
(pemiliknya). Oleh karena itu, penjualan saham melalui pasar modal dapat dianggap
sebagai sarana pemerataan pendapatan.
Dengan adanya tambahan modal yang diperoleh dari pasar modal, maka
produktivitas perusahaan akan meningkat.
Keberadaan pasar modal dapat mendorong muncul dan berkembangnya industri lain
yang berdampak pada terciptanya lapangan kerja baru.
Setiap deviden yang dibagikan kepada para pemegang saham akan dikenakan pajak
oleh pemerintah. Adanya tambahan pemasukan melalui pajak ini akan
meningkatkan pendapatan negara.
a) Mendapat sejumlah dana yang dapat dihimpun dalam jumlah besar. Dana
tersebut dapat diterima sekaligus pada saat pasar perdana selesai.
b) Tidak ada convenant sehingga manajemen dapat lebih bebas dalam pengelolaan
dana atau perusahaan.
7
Fransiskus Paulus Paskalis Abi, Semakin Dekat dengan Pasar Modal Indonesia, (Sleman : Deepublish,
2016), hlm. 7.
11
c) Solvabilitas perusahaan tinggi sehingga memperbaiki citra perusahaan.
Ketergantungan emiten terhadap ban menjadi lebih kecil.
2. Bagi Investor
b) Memperoleh deviden bagi yang memegang atau memiliki saham dan bunga yang
mengambang.
Hadiman Pakpahan, “Strategi Investasi Di Pasar Modal”, Jurnal The Winners, Vol. 4 No. 2,
8
1. Bursa Efek
b) Perusahaan Efek
Perusahaan Efek adalah Perseroan yang telah memperoleh izin
usaha dari OJK dan dapat melakukan kegiatan sebagai Penjamin Emisi
Efek, Perantara Pedagang Efek, dan atau Manajer Investasi serta
kegiatan lain sesuai ketentuan OJK.
c) Lembaga Penunjang Pasar Modal
14
1) Biro Administrasi Efek (BAE)
Adalah pihak yang berdasarkan kontrak dengan emiten
melaksanakan pencatatan pemilikan efek dan pembagian hak
yang berkaitan dengan efek (UUPM Pasal 1).
2) Bank Kustodian
Adalah pihak yang memberikan jasa penitipan efek dan
harta lain berkaitan dengan efek serta jasa lain, termasuk
menerima dividen, bunga, dan hak lain,menyelesaikan transaksi
efek, dan mewakili pemegang rekening yang menjadi
nasabahnya (UUPM Pasal 1).
3) Wali Amanat
Pihak yang mewakili kepentingan pemegang Efek yang
bersifat utang (Pasal 1 UUPM). Kegiatan usaha sebagai wali
amanat dapat dilakukan oleh Bank Umum dan pihak lain yang
ditetapkan dengan peraturan pemerintah, dan wajib terlebih
dahulu terdaftar di Bapepam-LK (Pasal 50 UUPM).
4) Pemeringkat Efek
Pihak yang melakukan penilaian kemampuan membayar
kembali surat utang serta menyediakan jasa informasi mengenai
perusahaan di pasar modal.
15
modal, profesi penunjang pasar modal wajib memberikan pendapat atau
penilaian yang independen.9
9
TICMI, Mekanisme Perdagangan Efek Struktur Pasar Modal Indonesia, (Jakarta: The Indonesia
Capital Market Institute, 2016), hlm. 7-17,
16
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pasar Modal adalah kegiatan yang berhubungan dengan penawaran umum dan
perdagangan efek perusahaan publik. Pasar Modal bertindak sebagai penghubung antara
para investor. Sejarah pasar modal adalah fenomena yang merentang cukup lama dalam
sejarah yang hingga kini terus berkembang dan terus mengalami kemajuan. Pada masa
itu perkembangan aktivitas perekonomian dititikberatkan pada sektor pertanian dan
perkebunan. Sejarah perkembangan pasar modal di Indonesia dapat dibagi dalam
beberapa periode, melipti:
Dalam pasar modal pasti ada pelaku yang ada didalamnya. Pelaku pasar modal
adalah mereka yang aktif beraktivitas di bursa efek. Pelakunya meliputi Emiten,
Investor, Perantara Perdagangan Efek/PPE (broker/pialang), Perdagangan Efek,
Penjamin Emisi, Lembaga Penunjang, Penanggung, Wali Amanat, Perusahaan Surat
Bergarga, Pengelolaan Dana, dan Kantor Administrasi Efek. Peran utama Pasar Modal
yakni Sebagai sarana penambah modal untuk memperlancar usaha, maka produktivitas
perusahaan akan meningkat. Keberadaan pasar modal dapat mendorong muncul dan
berkembangnya industri lain yang berdampak pada terciptanya lapangan kerja baru.
Pasar modal memberi manfaat bagi pihak-pihak yang ada di dalamnya sehingga
memperbaiki citra perusahaan. Dana tersebut dapat diterima sekaligus pada saat pasar
perdana selesai.
Struktur di Pasar Modal meliputi Self Regulatory Organization (SRO) adalah
suatu organisasi yang melaksanakan tingkat tertentu dari kewenangan penerapan aturan
(regulator) di industri Pasar Modal. Kewenangan regulator dapat diterapkan sebagai
pelengkap dari peraturan pemerintah yang ada dan tidak selalu merupakan bentuk
pengalihan kewenangan dari pemerintah. SRO memiliki peraturan dan ketentuan yang
mengikat bagi pelaku pasar modal sebagai fungsi pengawasan untuk mencegah praktik
perdagangan yang dilarang. Lembaga SRO di Pasar Modal Indonesia adalah PT. Bursa
17
Efek Indonesia (BEI), PT. Kustodian Sentral Efek Indonesai (KSEI) dan PT. Kliring
dan Penjaminan Efek Indonesia (KPEI).
B. Saran
Kami sebagai penulis menyadari bahwa makalah ini banyak sekali kesalahan
dan sangat jauh dari kata kesempurnaan. Tentunya, penulis akan terus memperbaiki
makalah dengan mengacu pada sumber-sumber yang dapat dipertanggungjawabkan.
Oleh sebab itu, penulis sangat mengharap kritik dan saran mengenai pembahasan
makalah diatas
18
DAFTAR PUSTAKA
Abi, Fransiskus Paulus Paskalis. (2016). Semakin Dekat Dengan Pasar Modal Indonesia.
Yogyakarta: Deepublish.
Dyah, Ana Rokhmatussa’dyah dan Suratman. 2011. Hukum Investasi & Pasar Modal. Jakarta:
Sinar Grafika.
Hadiman Pakpahan, Hadiman. (2003). Strategi Investasi Di Pasar Modal. Jurnal The Winners.
4(2), 140-141.
Muklis, Faiza. (2016). Perkembangan dan tantangan Pasar Modal Indonesia. Al Masraf
(Jurnal Lembaga Keuangan dan Perbankan). 1(1), 66.
Nasrudin, M. Irsan. (2010). Aspek Hukum Pasar Modal Indonesia. Jakarta: Kencana Prenada
Group.
TICMI. (2016). Mekanisme Perdagangan Efek Struktur Pasar Modal Indonesia. Jakarta: The
Indonesia Capital Market Institute.
19