Anda di halaman 1dari 32

i

LAPORAN KERJA PRAKTIK

ANALISIS RISIKO OPERASIONAL DI STASIUN KERJA


PENGGILINGAN DENGAN METODE FAILURE MODE AND EFFECT
ANALYSIS (FMEA) DAN FAULT THREE ANALYSIS (FTA)
(Studi Kasus : PT. MADUBARU PG PS MADUKISMO YOGYAKARTA)

Diajukan kepada Universitas Muhammadiyah Surakarta untuk


memenuhi salah satu persyaratan dalam menyelesaikan
Program Studi Teknik Industri

Oleh :
Anas Hananto Febrian
D 600 180 037

PROGRAM STUDI TEKNIKI INDUSTRI


UNIVERSIYTAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2021
i

LAPORAN KERJA PRAKTIK

ANALISIS RISIKO OPERASIONAL DI STASIUN KERJA


PENGGILINGAN DENGAN METODE FAILURE MODE AND EFFECT
ANALYSIS (FMEA) DAN FAULT THREE ANALYSIS (FTA)
(Studi Kasus : PT. MADUBARU PG PS MADUKISMO YOGYAKARTA)

Diajukan kepada Universitas Muhammadiyah Surakarta untuk


memenuhi salah satu persyaratan dalam menyelesaikan
Program Studi Teknik Industri

Oleh :
Anas Hananto Febrian
D 600 180 037

PROGRAM STUDI TEKNIKI INDUSTRI


UNIVERSIYTAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2021

i
ii

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING

LAPORAN KERJA PRAKTIK diajukan kepada Universitas Muhammadiyah


Surakarta untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam menyelesaikan Program
Sarjana Teknik Industri.

Hari/Tanggal: ....................................................

Pembimbing Lapangan Dosen Pembimbing

Harman Hari

Mengetahui,
Ketua Jurusan Teknik Industri

Eko Setiawan, S.T., M.T., Ph.D.

ii
iii

LEMBAR PERSETUJUAN DAN PENGESAHAN

Laporan Kerja Praktek dengan judul: Analisis Resiko Operasional di Stasiun


Pemggilinagn Menggunakan Metode Failure Mode And Effect Analysis (FMEA)
pada PT.Madubaru PG PS Madukismo.
Telah diuji dan dipertahankan dihadapan dewan penguji sebagai salah satu
persyaratan dalam menyelesaikan Program Sarjana Teknik Industri Fakultas
Teknik Universitas Muhammadiyah Surakarta pada:

Hari :
Tanggal :

Mengesahkan,
Dewan Penguji Tanda Tangan

1. …………………………
Ketua

______________________

2. …………………………
Anggota

_______________________

Mengetahui,
Ketua Jurusan Teknik Industri

Eko Setiawan ST, MT, Ph. D

iii
iv

ABSTRAK

iv
v

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala nikmat dan
karunia-NYA penulis dapat menyelesaikan laporan Kerja Praktek ini dengan baik.
Tak lupa shalawat dan salam penulis haturkan pada baginda Rasulullah SAW,
yang berakhlak mulia, uswatun hasanah. Semoga dapat terus memotivasi kita
untuk menjadi seseorang yang lebih baik lagi.
Adapun maksud dan tujuan penyusunan tugas laporan Kerja Praktek ini
adalah sebagai syarat untuk memenuhi Mata Kuliah Kerja Praktek jurusan Teknik
Industri Universitas Muhammadiyah Surakarta. Tak lupa penulis juga
mengucapkan rasa terima kasih kepada pihak-pihak yang ikut membantu
terselesainya penyusunan tugas laporan Kerja Praktek ini. Pihak-pihak tersebut
antara lain:
1. Allah SWT, yang selalu memberikan rahmat, karunia, dan hidayahNya
sehingga dapat terselesaikannya laporan kerja praktek ini.
2. Mama, Papa, dan Adik tercinta, yang senantiasa memberikan do`a, semangat
dan motivasi sampai laporan kerja praktek ini dapat terselesaikan dengan baik.
3. Ketua Jurusan Teknik Industri Universitas Muhammadiyah Surakarta Bapak
Eko Setiawan, ST, MT. Ph. D.
4. Dosen Pembimbing Bapak Hari Prasetyo ,ST,MT atas kesediaan beliau
membimbing dalam penulisan laporan ini.
5. Kepada bapak Harman Sutopo selaku pembibing lapangan pada kerja praktek
di PT. Madubaru PG PS Madukismo
6. Teman-teman seperjuangan kerja praktek dan angkatan 2018 Teknik Industri
UMS yang telah memberikan semangat dan membantu dalam penyelesaian
laporan ini.
Semoga amal baik dan budi luhur secara ikhlas yang telah diberikan kepada
penulis dari beliau-beliau di atas mendapatkan imbalan yang semestinya dari
Allah SWT.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa laporan ini masih memiliki
kekurangan, baik dalam penulisan maupun penjelasan mengingat keterbatasan
pengetahuan penulis, oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun,
selalu penulis harapakan agar lebih sempurnanya laporan ini

v
vi

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL........................................................................................ i
HALAMAN JUDUL............................................................................................ii
LEMBAR PERSETUJUAN............................................................................... iii
ABSTRAK............................................................................................................ iv
KATA PENGANTAR......................................................................................... v
DAFTAR ISI ....................................................................................................... vi
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... vii
DAFTAR TABEL.............................................................................................. viii
DAFTAR LAMPIRAN..................................................................................... ix
BAB I GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
A..... Sejarah Berdirinya Perusahaan.....................................................
B..... Visi Misi Perusahaan.................................................................
C..... Struktur Organisasi dan Job Description...................................
D..... Sistem Produksi dan Peta Proses Operasi..................................
E..... Hasil Produksi dan Pemasaran...................................................
F......Lokasi dan Layout Pabrik...........................................................
G..... Personalia...................................................................................
H..... Permasalahan Umum dan Permasalahan Khusus......................
BAB II ANALISA PERMASALAHAN KHUSUS
A..... Pendahuluan...............................................................................
B..... Tujuan........................................................................................
C..... Metode........................................................................................
D..... Hasil dan Pembahasan................................................................
E..... Kesimpulan................................................................................
F......Ucapan Terimakasih...................................................................
G..... Daftar Pustaka............................................................................
BAB III DESKRIPSI LAPORAN HARIAN……………………………...
LAMPIRAN

vi
vii

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Jumlah Karyawan PT. Madubaru


Tabel 1.2 Permasalahan Umum

vii
viii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Struktur Organisasi PT. Madubaru Yogyakarta


Gambar 1.2 Sistem Produksi PG. Madukismo
Gambar 1.3 Peta Proses Operasi
Gambar 1.4 Layout PT. Madubaru

viii
BAB I
GAMBARAN UMUM PEUSAHAAN

A. Sejarah Berdirinya Perusahaan


PT Madubaru didirikan pada tanggal 14 juni 1955 oleh Sri Sultan
Hamengku Buwono IX, Setelah kurang lebih 3 tahun berdiri baru
dilaksanakan peresmian oleh Presiden RI Ir. Soekarno pada tanggal 29 Mei
1958 yang terletak di daerah Yogyakarta selatan, Kasihan, Bantul. Dulu
pabrik ini hanya memproduksi gula, namun pada tahun 1959 hingga kini P.G.
Madukismo memproduksi gula dan alkohol atau spritus, pada saat itu
pemegang saham terbesar adalah Sri Sultan Hamengku buwono IX yaitu 75%
sedangkan sisanya 25% di pegang oleh pemerintah R.I. kemudian saat ini ada
perubahan kepemilikan saham menjadi 65% dimiliki oleh Sri Hamangku
Buwono X, dan pemerintahan memegang 35% yang dikuasai oleh P.T.
RAJAWALI NUSANTARA INDONESIA. Tujuan dari didirikan pabrik ini
yaitu agar masyarakat dapat menikmati gula hasil produksi dalam negeri,
tidak hanya dari luar. Dahulu PG Madukismo bernama PG Padokan dengan
luasan yang sangat kecil, pada masa Belanda PG Padokan hancur lebur, atas
jasa Sri Sultan Hamengku Buwono IX kemudian didirikan kembali Pabrik
Gula Padokan dengan nama Madukismo. Gagasan pendirian Pabrik Gula
Madukismo tujuannya adalah untuk menolong rakyat yang banyak
kehilangan pekerjaan karena dibumihanguskannya Pabrik-Pabrik Gula waktu
itu. Pendirian pabrik gula diyakini mampu menampung banyak orang untuk
bekerja. Banyak petani akan terlibat dalam proses penanaman, pemeliharaan
tanaman, panen serta di pabrik akan menyerap banyak tenaga kerja
teristimewa pada waktu masa giling.
PG Madukismo tidak hanya memproduksi gula, juga menawarkan paket
wisata edukasi agroindustri. Perjalanan Wisata Agro Industri ini adalah
wisata untuk melihat proses produksi yang dilaksanakan. Kita akan di antar
menggunakan gerbong yang ditarik oleh lokomotif tua. Biasanya wisata ini
dilaksanakan pada masa giling yakni bulan Mei – September. Saat wisata ini,
kita bisa menyaksikan proses produksi gula secara langsung. Produksi gula
melewati tahap pemerahan nira untuk mendapatkan sari gula, pemurnian nira
dengan sulfitasi, penguapan nira, kristalisasi, puteran gula, dan pengemasan.
Sambil mencermati proses produksinya, anda juga bisa melihat mesin-mesin
tua yang menjadi alat produksi di pabrik ini.
Mungkin tidak banyak yang mengetahui bahwa di Daerah Istimewa
Yogyakarta dahulu kala terdapat banyak pabrik gula, Dengan luasan daerah
yang tidak begitu besar wilayah ini memiliki 17 Pabrik gula yakni PG.
Randugunting, PG. Tanjungtirto, PG Kedaton Pleret, PG Wonocatur, PG
padokan, PG Bantul, PG Barongan, PG Sewu Galur, PG Gondanglipuro, PG
Pundong, PG Gesikan, PG Rewulu, PG Demakijo, PG Cebongan, PG Beran,

1
2

PG Medari, dan PG Sendangpitu, namun pada jaman mallaise atau lebih


disebut jaman meleset yakni supply gula dunia berlebih maka banyak pabrik
tersebut yang tutup. Setelah ada kesepakatan perdagangan tahun 1931 yang
terkenal dengan Charbourne Agreement yang berdampak pada pengurangan
produksi gula termasuk di Yogyakarta dari sekitar 3 juta ton menjadi 1,4 juta
ton per tahun. Akhirnya dari 17 hanya tersisa 8 pabrik gula yakni
PG.Tanjungtirto, PG Kedaton Pleret, PG Padokan, PG Gondanglipuro, PG
Gesikan, PG Beran, PG Medari, namun saying saat agresi militer ke II tahun
1948 semua bangunan pabrik tersebut dibumi hanguskan dan rata dengan
tanah tapi masih ada beberapa yang menyisakan temboknya saja. Pada tahun
1955 diatas bangunan Pabrik gula Padokan yang turut dibumi hanguskan
dibangun PG-PS Madukismo atas prakarsa Sri Sultan Hamengku Buwono ke
IX dan diresmikan pada tanggal 29 Mei 1958 oleh Presiden RI I yakni Ir.
Soekarno dan mulai berproduksi tahun itu juga.
Saat ini jika kita ingin menikmati keberadaan Pabrik Gula Madukismo
dapat mengikuti Paket Agrowisata Madukismo, namun kita harus mendaftar
beberapa hari sebelumnya karena tidak setiap saat diadakan. Paket
Agrowisata Madukismo ini menawarkan wisata yang sangat bermanfaat
sebagai edukasi dan menyadarkan bahwa ternyata proses untuk menjadi gula
yang manis yang kita komsumsi melalui proses yang panjang. Mulai dari
penanam pohon tebu hingga berunur sekitar 1 tahun agar mencapai
kemasakan yang optimal dan melalui proses penggilingan untuk pemerahan
nira yang mendapatkan sari gula, kemudian pemurnian nira dengan sulfitasi
kemudian penguapan nira, kristalisasi, puteran gula dan pengemasan, dan
gula putih yang manis dan hiegenis siap di pasarkan.
B. Visi Misi dan Tujuan Perusahaan
1. Visi Perusahaan
• PT. Madubaru menjadi perusahaan Agro Industri yang unggul di
Indonesia dengan petani sebagai mitra sejati.
2. Misi Perusahaan
• Menghasilkan gula dan ethanol yang berkualitas untuk memenuhi
permintaan masyarakat dan industri di Indonesia
• Menghasilkan produk dengan memanfaatkan teknologi maju yang
ramah lingkungan, dikelola dengan profesional dan inovatif,
memberikan pelayanan yang prima kepada pelanggan serta
mengutamakan kemitraan dengan petani
• Mengembangkan produk/bisnis baru yang mendukung bisnis inti
• Menempatkan karyawan dan stake holders lainnya sebagai bagian
terpenting dalam proses penciptaan keunggulan perusahaan dan
mencapai share holder values
3

3. Tujuan
Menumbuh kembangkan PT. Madu Baru melalui: Pertumbuhan
profit yang berkelanjutan, Jumlah unit usaha atau jenis produk (product
overing) bertambah, Meningkatkan manfaat perusahaan bagi stake
holders. Untuk mencapai tujuan dari PT. Madu baru melaksanakan
kegiatan usah sebagai berikut:
• Berusaha dalam bidang perkebunan tebu,
• Berusaha dalam bidang industry pembuatan gula,dan
• Berusaha dalam bidang perdagangan hasil industri gula termasuk
untuk kawasan lokal, maupun ekspor.

C. Struktur Organisasi dan Job Description


1. Struktur Organisasi

Gambar 1.1 Struktur Organisasi PT. Madubaru Yogyakarta

2. Job Description\
Berikut adalah tugas dan tanggungjawab masing-masing:
a. Dewan Komisaris
Dewan komisaris memiliki fungsi melakukan pengawasan secara
umum dan atau khusus sesuai dengan anggaran dasar serta memberi
nasihat kepada Direksi. Berikut adalah tugas dari dewan komisaris.
• Mengawasi Direksi dalam menjalankan kegiatan perusahaan serta
memberikan nasihat kepada Direksi
4

• Melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan Rencana Jangka


Panjang Perusahaan (RJPP) dan Rencana Kerja dan Anggaran
Perusahaan (RKAP).
• Mengawasi dan mengevaluasi kinerja Direksi.
b. Direktur
Direktur memiliki fungsi sebagai pengelola perusahaan untuk
melaksanakan kebijakan rapat umum pemegang saham (RUPS).
Berikut ini adalah tugas dari direktur :
• Merumuskan dan menetapkan strategi mencapai tujuan perusahaan
• Menetapkan kebijakan dan pedoman penyusunan anggaran tahunan
dan Menetapkan rancangan Rapat Umum Pemegang Saham.
• Menyusun rencana jangka panjang
• Bertanggung jawab kepada direksi dan semua faktor produksi dan
mengevaluasi hasil kerja pabrik setiap tahunnya.
• Melakukan manajemen yang meliputi keseluruhan kegiatan
termasuk keputusan dan kebijakan yang telah ditetapkan oleh
Dewan Direksi.
c. Kepala Satuan Pengawasan Intern (SPI)
• Melakukan Melakukan pengawasan melalui kegiatan audit,
konsultasi, dan pembinaan terhadap semua kegiatan dan fungsi
organisasi
• Melakukan pengawasan dengan perusahaan atas persetujuan
Direktur
• Melakukan audit investigasi terhadap aspek penuh dan bebas
keseluruh fungsi, catatan, dokumen, aset,dan karyawan.
d. General Manager
• Mengatur dan memimpin jalannya operasional di kantor, bekerja
berdasarkan visi dan misi yang ditentukan.
• Memberikan arahan khusus kepada setiap kepala departemen,
termasuk memberikan pengaruh positif pada kinerja karyawan di
kantor.
• Menciptakan SOP (Standar Operasional Perusahaan) penting bagi
perusahaan dan karyawan.
e. Kepala Bagian Tanaman
• Penanaman dan penyediaan bibit tebu dan pemasukan areal Tebu
Rakyat Intensi fikasi
• Penyuluhan teknis penanaman tebu dan rencana tebang dan
angkutan tebu.
• Kegiatan lain yang menyangkut penyediaan supply bahan baku
berupa tebu.
f. Kepala Bagian Pabrik PG. Madukismo
5

g. Kepala Bagian Pabrik PS. Madukismo


• Mengkoordinir kegiatan produksi spiritus dan alkohol.
• Melakukan evaluasi terhadap konsentrasi spiritus dan alcohol yang
diinginkan pasar.
h. Kepala Bagian Pabrikasi
• Bertanggung jawab kepada Direktur dibidang pabrikasi.
• Mengkoordinir dan memimpin semua kegiatan dibagian pabrikasi.
• Meningkatkan efisiensi proses dan menjaga kualitas produk (gula).
i. Kepala Bagian Akutansi Keuangan dan Pemasaran
• Bertanggung jawab dibagian keuangan, dan pengadaan barang.
• Memimpin dalam bidang keuangan,anggaran,biaya produksi,.
• Mengawasi hasil produksi digudang gula.
• Menyusun strategi dan mengembangkan pemasaran produk.
• Mengadakan perbaikan sistem dan menilai kinerja staff pemasaran.
• Merencanakan dan mengawasi pengiriman barang
j. Kepala Bagian Sumber Daya Manusia (SDM) dan Umum
• Bertanggung jawab dibagian tata usaha dan personalia.
• Mengkoordinasi kegiatan pengolahan tenaga kerja dan kesehatan
karyawan.

D. Sistem Produksi dan Peta Proses Operasi


1. Sistem Produksi
Sistem produksi di PG. Madukismo merupakan suatu keterkaitan
antara unsur-unsur yang berbeda secara terpadu dan menyeluruh untuk
dapat mentransformasikan masukan-masukan menjadi suatu output,
adapun unsur-unsur sistem produksi. PG Madukismo ini dapat berupa
input yang terdiri dari bahan baku tebu dan bahan pendamping lainnya.
Transformasi ini berupa mesin-mesin dan peralatan, utilitas dan tenaga
kerja yang menjalankan proses produksi secara terus menerus (continue
process) untuk menghasilkan output berupa gula.
Berdasarkan uraian diatas maka bagan sistem produksi gula di PG
Madukismo dapat digambarkan sebagai berikut:
Masukan Transformasi Keluaran

• Bahan baku • Gula SHS (Super


• Bahan pembantu/ Proses Pengolahan Gula High Sugar)
pendamping • Tetes tebu
• Modal • Limbah ( Padat,
• Utilitas Cair, dan Gas)
• Peralatan & Mesin

Gambar 1.2 Sistem Produksi PG. Madukismo


Sistem produksi di PG. Madukismo merupakan satu kesatuan
antara beberapa unsur yang berbeda secara terpadu, menyatu dan
6

menyeluruh untuk dapat mentransformasikan masukan-masukan menjadi


satu output. Adapun unsur-unsur sistem produksi di PG. Madukismo ini
dapat berupa input yang terdiri dari bahan baku tebu dan bahan pembantu.
Transformasi ini berupa mesin-mesin dan peralatan, utilitas dan tenaga
kerja yang menjalankan proses produksi secara terus menerus (continue
process) untuk menghasilkan output berupa gula.
2. Diagram Proses

Gambar 1.3 Peta Proses Operasi


Pembuatan gula di PG. Madukismo berawal dari bahan baku yaitu
tebu, setelah tebu ditebang dan dikirim ke stasiun gilingan untuk
dipisahkan antara bagian padat (ampas) dengan cairan yang mengandung
gula (nira mentah) dan pada saat penggilingan dialiri air agar ampas tidak
menempel. Lalu masuk ke stasiun pemurnian. Mula-mula nira mentah
ditimbang, dipanaskan, direaksiakan dengan susu kapur dan air dalam
defector kemudian dipanaskan dan diendapkan dan dihasilkan nira encer
dan endapan padat (blotong). Nira encer kemudian dikirim ke stasiun
penguapan untuk menghilangkan kadar air. Pada stasiuan penguapan
kadar air yang terkandung di nira encer diuapkan untuk dihilangkan dan
dihasilkan nira kental.
Nira kental dari stasiun penguapan diuapkan lagi dalam suatu pan
vakum, yaitu tempat diamana nira pekat hasil penguapan dipanaskan
terus-menerus sampai mencapai kondisi lewat jenuh, sehingga timbul
kristal gula. Pada stasiun kristalisasi ditambahkan air cucian masakan dan
stroop, yang dihasilkan dari proses tersebut yaitu uap air untuk
dipisahkan dan nira kental untuk masuk ke proses stasiun pemutaran.
7

Stasiun pemutaran adalah stasiun pemisahan kristal menggunakan


saringan yang bekerja dengan gaya memutar. Pada stasiun pemutaran
dihasilkan stroop untuk diolah kembali ke stasiun kristalisasi, tetes dan
undertminet loses untuk dipisahkan, serta yang terakhir sudah berupa
gula produk.

E. Hasil Produksi dan Pemasarannya


1. Hasil Produksi
Hasil produksi berupa gula SHS (Super High Sugar). Hasil
sampingan adalah tetes, ampas, blotong. Tetes merupakan produk
sampingan hasil pemisahan pada stasiun kerja pemutaran dan juga
menjadi bahan baku pembuatan spirtus. Ampas merupakan hasil akhir
pada gilingan ke V. Biasanya ampas digunakan kembali sebagai salah
satu bahan bakar pada ketel, sedangkan blotong merupakan hasil samping
dari proses penjernihan yang berupa endapan dari sekumpulan kotoran
nira.
PT Madu Baru memproduksi gula dengan jenis klasifikasi SHS I
(Superior Head Sugar I) atau sering disebut dengan gula kristal putih I
yang mempunyai standar warna diatas 25 hollands standart. Sesuai
dengan ketetapan Bulog pada tahun 1982, kualitas gula dibedakan
menjadi:
SHS I A : tingkat nilai remisi direduksi diatas 70
SHS I B : tingkat nilai remisi direduksi 67-69,9
SHS I C : tingkat nilai remisi direduksi 67-69,9
SHS I Standar: tingkat nilai remisi direduksi 60-61,9
Stes II : tingkat nilai remisi direduksi 56-59,9
Kualitas gula PT Madu Baru termasuk klasifikasi SHS I A dengan
standar Nilai Remisi Direduksi (NRD) sekitar 70. Nilai Remisi Direduksi
ini dianalisa oleh P3GI (Pusat Penelitian Perkebunan Gula Indonesia) di
Pasuruan.
2. Pemasaran
Pabrik Gula Madukismo pemasarannya dipegang oleh Dolog,
pemasarannya masih di sekitar Daerah Istimewa Yogyakarta dan sebagian
Jawa Tengah. Untuk mengembangkan pemasarannya tahun 2000 PG
Madukismo melakukan pemasaran bebas, sehingga luas daerah lingkup
pemasarannya tidak tergantung Dolog. Oleh karena itu, PG Madukismo
melakukan profesionalisme tenaga karyawan untuk meningkatkan mutu
atau kualitas produksinya. Dengan daerah pemasaran yang lebih luas
meliputi pulau Jawa atau sebatas Jawa Timur.
8

F. Lokasi dan Layout Pabrik


1. Lokasi
Pabrik Gula Madukismo terletak di sebelah selatan Kota Yogyakarta,
lebih tepatnya berada di Dusun Padokan, Desa Tirtonirmolo, Kecamatan
Kasihan, Kabupaten Dati II Bantul, Propinsi, Dati I Daerah Istimewa
Yogyakarta. PG Madukismo menempati lahan ± 30 ha.
2. Layout
Keterangan
13 14
1. Kantor
2. Lapangan
3. Gudang Bahan Bakar
12 4. Ketelan
1 5. Gilingan
3 6. Pabrik Tengan
11 7. Pabrik Belakang
2 8. Bengkel Pemesinan
4 9. Bengkel Traktor
10. Gudang Gula
11. Penampungan Tetes
12. Pabrik Spirtus
13. Klinik
10 6 14. Rel Lori
7 5

Gambar 1.4 Layout PT. Madubaru


G. Personalia
1. Status Karyawan
Status karyawan yang ada pada PT. Madukismo adalah karyawan tetap
dan karyawan kontrak. Adapun penjelasan adalah sebagai berikut:
a. Karyawan Tetap
Karyawan tetap dibagi menjadi 2, yaitu karyawan pimpinan yang
mempunyai perjanjian kerjasama secara perorangan, serta karyawan
pelaksana yang merupakan karyawan dengan perjanjian kerjasama
secara kolektif. Karyawan tetap ini dipekerjakan untuk waktu yang
tidak tertentu dan pada saat dimulai hubungan kerja didahului dengan
masa percobaan 3 bulan.
b. Karyawan Tidak Tetap ( PKWT : Pekerja Kontrak Waktu Tertentu)
Karyawan tidak tetap terbagi menjadi 2 kelompok, yaitu karyawan
kesepakatan kerja waktu terbatas (KKWT) dan tenaga borongan.
Karyawan KKWT adalah karyawan yang bekerja hanya pada masa
produksi saja, yang terdiri dari karyawan yang bertugas sebagai
operator dan tenaga kasar. Sedangkan tenaga borongan merupakan
pekerja yang bekerja jika hanya diperlukan oleh pabrik.
2. Penggajian Karyawan
Sistem penggajian di PT. Madukismo yaitu untuk karyawan
9

pimpinan ditentukan sendiri oleh dewan direksi, sedangkan untuk


karyawan selain pimpinan sistem penggajiannya mengacu pada surat
keputusan bersama menteri pertanian dan menteri tenaga kerja RI yang
diperbaharui setiap tahunnya. Untuk upah bagian petani (bagi hasil),
diperhitungkan berdasarkan dari tebu yang digiling tersebut.
Perhitungannya yaitu: 65% X rent demand X jumlah tebu (KW)/100.
Selain itu juga ditambah dengan tetes dimana setiap 1 KW tebu
menghasilkan 2 Kg tetes. Tetes tesebut dijual kembali ke PG Madukismo
seharga Rp. 575,00 setiap Kg tetes bersih (netto) dengan harga Rp. 5.
3. Kesejahteraan Karyawan
Tenaga kerja sebagai faktor utama dalam proses produksi harus
mendapatkan kesejahteraan dan jaminan keselamatan dalam bekerja.
Adapun jaminan sosial yang diberikan perusahaan kepada tenaga kerja
(karyawan):
a. Semua karyawan diikutsertakan dalam program Jaminan Sosial
Tenaga Kerja (Jamsostek).
b. Bagi karyawan tetap diberikan jaminan hari.
c. Bagi karyawan kampanye diberikan program Taskhat (Tabungan
Asuransi Kesejahteraan Hari Tua).
d. Disediakan koperasi bagi karyawan dan pensiuanan.
e. Ada fasilitas perumahan dinas.
f. Tersedai poliklinik dan klinik KB yang terletak di bagian depan dari
lokasi pabrik.
g. Disediakan taman kanak-kanak milik pabrik.
h. Adanya fasilitas untuk olahraga.
i. Diberikan pakaian dinas.
j. Adanya biaya pengobatan dan juga rawat inap dibeberapa rumah sakit.
k. Diberikan kesempatan rekreasi karyawan dan keluarga.
4. Pembinaan Karyawan
Dalam hal pembinaan karyawan upaya yang dilakukan oleh PG.
MaduKismo yaitu dengan memberikan pelatihan-pelatihan kepada
karyawan baru, untuk bekerja secara aman sesuai dengan prosedur yang
ada dalam perusahaan.
5. Pembagian Jam Kerja Karyawan
a. Karyawan kantor
Karyawan bekerja dengan jam kantor dimulai dari:
Senin-kamis : jam 06.30-15.00 WIB
Istirahat : jam 10.30-11.30 WIB
Jum’at & Sabtu : jam 06.30-11.30 WIB
Minggu : libur
10

b. Karyawan produksi
Karyawan yang bekerja pada bagian proses produksi bekerja selama 6
hari kerja dengan 8 jam kerja setiap harinya. Kerja yang dilakukan
diluar ketentuan tersebut dihitung kerja lembur. Selama musim giling,
tenaga kerja terus berjalan dengan pembagian Shift yaitu:
Shift pagi : jam 06.00-14.00 WIB
Shift sore : jam 14.00-22.00 WIB
Shift malam : jam 22.00-06.00 WIB
6. Keselamatan Kerja
Menyadari akan pentingnya keselamatan dan kesehatan kerja, PG.
Madukismo telah mengambil suatu kebijakan untuk selalu mengutamakan
aspek keselamatan kerja dalamsemua kegiatan yang dilakukan di
perusahaan. Teknisi keamanan sangat berperan dalam keselamatan
karyawan dalam bekerja yakni dengan cara memperbaiki perilaku
mekanis guna mengurangi kecelakaan pada saat bekerja yang disebabkan
oleh mesin produksi.
7. Pusat Pendidikan dan Penelitian
Pendidikan dan latihan kepada karyawan diterapkan di PG.
Madukismo guna menciptakan kecakapan atau kemampuan karyawan
agar efektifitas dan efisiensi kerja karyawan dapat meningkat. Pendidikan
dan latihan dimaksudkan agar karyawan terampil dalam melakukan
pekerjaan.
8. Rekruitmen Karyawan
Perekrutan karyawan di PG. Madukismo dilakukan dengan cara
mengumumkan kembali kepada karyawan borongan yang dulu bekerja
selama proses giling,
Jumlah karyawan PG. Madukismo yaitu seperti tabel dibawah ini.
Tabel 1.1 Jumlah Karyawan PT. Madubaru
No Golongan Karyawan Juml
ah
1 Karyawan Pimpinan 61
2 Karyawan Pelaksana 340
3 Karyawan Dalam Pabrik 800
4 Karyawan Luar Pabrik 150
5 Karyawan Borongan 3500

H. Identifikasi Permasalahan Umum dan Permasalahan Khusus


1. Permasalahan Umum
Tabel 1.2 Permasalahan Umum
No Rumusan Masalah Uraian Solusi
1 Kurangnya Hampir semua Memberi
kesadaran pekerja pegawai produksi pemahaman tentang
11

tentang pentingnya tidak menggunakan pentingnya


K3 alat pelindung diri penggunaan alat
pelindung diri dan
K3
2 Sumber daya Kurangnya pelatihan Memberi pelatihan
manusia dan tingkat khusus
pendidikan yang
rendah
3 Proses produksi Terhentinya proses Melakukan
penggilingan pada pegecekan terhadap
saat proses produksi mesin

2. Permasalahan Khusus
Stasiun penggilingan merupakan tahap dimana tebu digiling hingga
didapa tkan perasan nira yang akan diolah menjadi gula. Proses
penggilingan pada PG. Madukismo dilakukan sebanyak 5 kali. Pertama –
tama tebu masuk ke meja tebu untuk dilakukan penimbangan. Lalu
setelah ditimbang, tebu masuk ke unigrator untuk dihancurkan dengan
cara ditumbuk. Tebu yang sudah hancur kemudian masuk ke Gilingan I.
Pada Gilingan I dihasilkan Nira Perahan Pertama dan sebagian hasil nira
Gilingan I masuk ke Gilingan II begitu seterusnya hingga terakhir pada
Gilingan V. Pada proses Gilingan III, IV, dan V dilakukan penambahan
air imbibisi dengan suhu 70oC. Hasil akhir dari Stasiun Penggilingan
adalah nira mentah dan ampas.
Permasalahan khusus yang disoroti pada pengamatan kali ini
adalah proses produksi pada stasiun kerja penggilingan yang mengalami
gangguan sehingga proses produksi harus terhenti. Risiko adalah suatu
keajadian atau peristiwa yang dapat menghambat pencapaian suatu
perusahaan. Manajemen risiko merupakan kegiatan yang bertujuan untuk
mengidentifikasi risiko yang dapat terjadi. Terdapat banyak hal kejadian
yang menjadi potensi risiko sehingga harus dikendalikan guna
meminimalkan dampak risiko yang ditimbulkan. Metode yang digunakan
pada penelitian ini adalah metode Failure Mode and Effect Analysis
(FMEA) dan Fault Tree Analysis (FTA). Dengan adanya penelitian
dengan menggunakan metode ini diharapkan dapat mengurangi risiko
operasional yang ada, sehingga proses produksi dapat berjalan sesuai
dengan tujuan perusahaan.
BAB II
ANALISA PERMASALAHAN KHUSUS

A. Pendahuluan
PG. Madukismo merupakan pabrik yang memproduksi gula yang terletak
di Desa Padokan, Tirtonirmolo, Kasihan, Bantul, Daerah Istimewa
Yogyakarta. PG. Madukismo merupakan salah satu pabrik gula yang tertua di
Indonesia yang berdiri pada tanggal 14 juni 1955. Dalam upaya peningkatan
kapasitas giling berkelanjutan PG. Madukismo melakukan fungsi manajemen,
salah satunya dengan menggunakan manajemen resiko.
Risiko adalah kemungkinan terjadinya sesuatu yang akan menimbulkan
dampak terhadap suatu objek (OHS Risk Management Handbook, 2004)
Risiko harus dikendalikan untuk meminimalkan dampak dari risiko yang
ditimbulkan. Untuk itulah manajemen risiko diperlukan untuk
mengelola risiko yang terjadi. Menurut New South Wales Treasury (2004),
manajemen risiko merupakan kumpulan kegiatan yang bertujuan untuk
mengidentifikasi risiko yang dapat terjadi, menganalisis dampak dan
probabilitas dari risiko tersebut, serta menerapkan respon atas risiko tersebut
untuk memastikan agar tujuan utama dari kegiatan tersebut dapat tercapai.
Manajemen Risiko perlu diterapkan karena perusahaan dapat mengetahui
cara menangani risiko dengan baik dan tepat serta dengan adanya manajemen
risiko membuat para pelaku usaha siap dalam menghadapi risiko yang akan
dihadapi nanti. Seperti pendapat menurut (Darmawi, 2010) manajemen risiko
diartikan sebagai proses pengukuran tau penilaian serta pengembangan
strategi pengolahannya. strateginya mulai dari mengidentidikasi resiko,
mengukur, dan menentukan besarnya resiko lalu mencari jalan bagiman
menangani resiko tersebut.
Dalam melakukan pengelolaan risiko terdapat banyak metode yang dapat
digunakan salah satunya menggunakan metode Failure Mode and Effect
Analysis (FMEA). Menurut Yumaida (2011), FMEA adalah sebuah metode
evaluasi kemungkinan kegagalan dari sebuah sistem, desain, proses atau
servis untuk dibuat langkah penanganannya. Dalam penelitian ini FMEA
dilakukan untuk melihat risiko yang terjadi pada stasiun kerja penggilingan.
Dari hasil identifikasi menggunakan teknik document review pada buku
laporan harian dari 1-31 Agustus 2021, serta dengan melakukan wawancara
langsung kepada operator mesin serta mandor terdapat beberapa penyebab
kegagalan pada saat proses giling yang nantinya akan menghambat jalannya
proses produksi.
Dari hasil identifikasi menggunakan teknik document review pada buku
laporan produksi harian PG Madukismo dan wawancara langsung pada
operator mesin dan mandor terdapat beberapa kegagalan dalam proses
persiapan sampai giling selesai. Kegagalan dalam proses di stasiun

12
13

penggilingan berpengaruh pada proses produksi dan waktu produksi. Proses


produksi akan terganggu apabila alat-alat yang digunakan mengalami
kerusakan tidakhanya itu masalah dari luar pabrik seperti halnya
keterlambatan bahan baku menjadi salah satu penyebab terhentinya proses
produksi.
Identifikasi risiko operasional yang berakibat terganggunya proses
produksi yang dilakukan dengan cara document review dan wawancara
langsung dengan mandor maupun operator mesin tersebut kemudian diolah
menggunakan metode Failure Mode and Effect Analysis (FMEA). Menurut
Black (2009), FMEA adalah teknik yang digunakan untuk memahami dan
memprioritaskan failure modes atau quality risk dalam fungsi sistem, fitur,
atribut, perilaku, komponen, dan interface. Dari hasil perhitungan Risk
Priority Number (RPN) pada metode FMEA, kemudian risiko kritis yang
digunakan sebagai top event dalam analisis akar penyebab risiko (basic event)
dengan mengunakan Fault Tree Analysis (FTA). Metode ini dapat membantu
dalam mengidentifikasi risiko-risiko operasional yang akan terjadi di stasiun
penggilingan yang merupakan stasiun tahap awal dalam proses produksi gula.

B. Tujuan
Adapun tujuan dalam pelaksanaan penelitian ini, antara lain :
a. Mengidentifikasi potensi risiko penyebab kegagalan dalam sistem
produksi gula pada stasiun penggilingan.
b. Mengetahui potensi risiko yang paling dominan dan menganalisis
penyebab dan dampak risiko tersebut dengan metode FTA

C. Metode
Metode penelitian merupakan langkah-langkah terstruktur yang
dilaksanakan dalam penelitian. Berikut akan dijelaskan mengenai waktu dan
tempat penelitian, pengumpulan data, langkah-langkah yang ditempuh dalam
penyelesaian penelitian.
1. Waktu dan tempat pelaksanaan
Pelaksanaan penelitiaan ini dilaksanakan di PT. Madukismo PG PS
Madukismo yang terletak di Jalan Padokan, Jl. Madukismo No No.21pg,
Rogocolo, Tirtonirmolo, Kec. Kasihan, Bantul, Daerah Istimewa
Yogyakarta 55181. Penelitian ini dilaksanakan pada 16 Agustus sampai 16
September 2021.
2. Langkah - Langkah Penelitian
Tahapan yang penulis lakukan dalam penelitian ini antara lain:
a. Studi Lapangan
Tahapan ini merupakan tahap pengamatan langsung untuk dapat
mengetahui kondisi objek yang akan diamati di PT. Madubaru PG PS
Madukismo
14

b. Studi Literatur
Tahapan awal dalam melakukan penelitian ini dilakukan
dengan mencari referensi mengenai metode Failure Mode and Effect
Analysis (FMEA) dan metode Fault Tree Analysis (FTA) sebagai
landasan teori penelitian.
c. Mengidentifikasi Masalah
Melakukan pengamatan lebih lanjut dengan melakukan document
review dan wawancara untuk dapat mengidentifikasi risiko pada
proses produksi stasiun kernel di PT. Madubaru PG PS Madukismo.
Risiko yang diidentifikasi merupakan risiko operasional stasiun
penggilingan.
d. Merumuskan Tujuan
Tujuan penelitian ini adalah menganalisis penyebab dan
dampak kegagalan operasional khususnya pada stasiun kernel
sehingga diharapkan dapat tercetuslah solusi dalam penanganan
kegagalan tersebut.
e. Mengidentifikasi Risiko
Identifikasi risiko awal dilakukan dengan document review, observasi,
dan wawancara. Proses ini bertujuan untuk mengetahui risiko
operasional apa saja yang kemungkinan terjadi.
f. Mengidentifikasi Penyebab Risiko
Sebelum melakukan penilaian terhadap risiko, perlu diketahui terlebih
dahulu penyebab dari risiko tersebut. Identifikasi terhadap penyebab
risiko sangat penting untuk dilakukan agar responden yang ditetapkan
dapat sesuai dan dapat mengurangi potensi terjadinya risiko.
g. Mengukur Risiko
Pengukuran terhadap risiko dilakukan dengan menentukan nilai Risk
Priority Number (RPN) menggunakan metode Failure Mode and
Effect Analysis (FMEA). Dari perhitungan Risk Priority Number
(RPN), kemudian resiko kritis yang didapatkan digunakan sebagai top
event dalam analisis akar penyebab risiko (basic event) dengan
menggunakan Fault Tree Analysis (FTA).
h. Hasil dan Pembahasan
Berisi analisis terhadap risiko kritis beserta basic event dan usulan
mitigasi.
i. Kesimpulan
Tahap kesimpulan dan saran merupakan tahap akhir dari penelitian ini
yang berisi kesimpulan yang diperoleh dari hasil pengumpulan,
pengolahan dan analisis yang menjawab tujuan penelitian.
15

Mulai

Penentuan Tema
Penelitian

Tema Tidak
disetujui

Ya

Identifikasi dan
perumusan masalah

Studi literature

Pengumpulan data

Observasi Wawancara Document review

Pengolahan data
1. Skala pembobotan
2. perhitungan Risk Priority
Number

Analisis

Kesimpulan dan saran

Selesai

D. Hasil dan Pembahasan


Proses identifikasi risiko operasional pada stasiun penggilingan dilakukan
dengan teknik document review pada buku laporan produksi harian,
pengamatan lapangan, dan wawancara pada operator mesin. Identifikasi
risiko operasional kali ini terfokuskan pada stasiun penggilingan. Dimana
data yang digunakan data-data yang mengakibatkan berhentinya proses
produksi dan laporan kerusakan mesin pada PT. Madubaru PG PS
Madukismo. Identifikasi risiko-risiko operasional merupakan teknik dalam
tercapainya manajemen operasional yang efektif dan efisien. Metode yang
digunakan yaitu Failure Mode and Effect Analysis (FMEA) dan Fault Tree
Analysis (FTA)
FMEA merupakan sebuah teknik yang dapat digunakan untuk mencari dan
mengidentifikasi potensi risiko penyebab kegagalan dan masalah yang
diketahui dari sistem untuk dibuat penanganannya. FMEA dapat digunakan di
semua bidang baik manufaktur maupun jasa. FMEA bertujuan untuk
menghitung Risk Priority Number (RPN) yang diperoleh dari hasil Severity x
Occurance x Detectability dan mengetahui penyebab terjadinya potensi
kegagalan yang ada di PG. Madukismo. FMEA memiliki komponen dari
sistem yang dianalisa antara lain :
Tingkat Keparahan (Severity) adalah penilaian terhadap keseriusan dari
akibat yang ditimbulkan. Dalam arti setiap kegagalan yang timbul akan
dinilai seberapa besarkah tingkat keseriusannya. Terdapat hubungan secara
langsung antara akibat dan severity. Sebagai contoh, apabila akibat yang
terjadi adalah akibat yang kritis, maka nilai severity pun akan tinggi. Dengan
16

demikian, apabila akibat yang terjadi bukan merupakan akibat yang kritis,
maka nilai severity pun akan sangat rendah.
Tingkat Kejadian (Occurance) adalah kemungkinan bahwa penyebab
tersebut akan terjadi dan menghasilkan bentuk kegagalan selama masa
penggunaan produk. Occurance merupakan nilai rating yang disesuaikan
dengan frekuensi yang diperkirakan dan atau angka kumulatif dari
kegagalan yang dapat terjadi.
Tingkat Deteksi (Detection) dalam menentukan tingkat deteksi ini dapat
ditentukan bagaimana kegagalan tersebut dapat diketahui sebelum terjadi.
Tingkat deteksi juga dapat dipengaruhi dari banyaknya kontrol yang
mengatur jalannya proses. Semakin banyak kontrol dan prosedur yang
mengatur jalannya sistem penanganan operasional perawatan dan kegiatan
operasional pabrik maka diharapkan tingkat deteksi dari kegagalan dapat
semakin tinggi.
Hasil identifikasi potensi risiko pada stasiun kernel dapat dilihat pada tabel
dibawah ini.
Tabel 2.1 Potensi Risiko
Risiko Operasional
1 Listrik mati
2 tebu terlambat datang
3 Turbin gilingan trip
4 cane cutter patah
5 Gilingan overload
6 Rantai penggerak/conveyor putus
7 kabel gilingan konslet
8 Baut stang hammer putus
9 Menaikkan Tekanan uap
10 Menambah ganjal gilingan
11 pisau tebu overload
12 elevator overload
13 trafo overload
14 gangguan pada talang luncur
15 kerusakan gearbox penggerak
16 suri - suri putus
17 kerusakan sraper plate
18 turbin gilingan overload
19 pinion gear rusak
20 penggantian stang hammer
21 kancing elevator putus
17

Perhitungan Risk Preority Number (RPN) akan lebih mudah ketika


terdapat skalar parameter dalam pengambilan keputusan. Skala yang
digunakan dapat dilihat pada table dibawah ini.

Tabel 2.2 Skala Penilaian (Severty)


Ranking Akibat Akibat Pada Proses Produksi
1 Tidak ada akibat Proses dalam pengendalian tanpa perawatan
2 Akibat sangat ringan Proses dalam pengendalian, hanya
membutuhkan sedikit perawatan
3 Akibat ringan Proses telah berada diluar pengendalian,
tetapi membutuhkan beberapa penyesuaian
diperlukan
4 Akibat minor Kurang dari 30 menit waktu downtime
5 Akibat moderat 30-60 menit mesin downtime
6 Akibat signifikan 1-2 Jam mesin downtime
7 Akibat major 2-4 Jam mesin downtime
8 Akibat Ekstrem 4-6 Jam mesin downtime
9 Akibat Serius 6-8 Jam mesin downtime
10 Akibat Bahaya >8 jam mesin downtime

Tabel 2.3 Skala Penilaian Occurance


Rank Kriteria Deskripsi
1 Hampir tidak pernah terjadi >10.000 Jam operasi
2 Kerusakan jarang terjadi 60001-10.000 Jam oprerasi
3 Kerusakan terjadi sangat sedikit 3.001-6.000 Jam operasi
4 Kerusakan terjadi sedikit 2.001-3000 Jam operasi
5 Kerusakan terjadi pada tingkat rendah 1.001-2.000 Jam operasi
6 Kerusakan terjadi pada tingkat medium 401-1.000 Jam operasi
7 Kerusakan terjadi agak tinggi 101-400 Jam operasi
8 Kerusakan terjadi tinggi 11-100 Jam operasi
9 Kerusakan terjadi sangat tinggi 2-10 Jam operasi
10 Kerusakan sangat serig terjadi < 2 Jam operasi

Tabel 2.4 Skala Penilaian Detection (D)


Rank Kejadian Deskripsi
1 Hampir pasti Pengontrol akan selalu mendeteksi
penyebab/mekanisme kegagalan
Pengontrol memiliki kemungkinan sangat tinggi
2 Sangat tinggi untuk mendeteksi penyebab/mekanisme kegagalan
Pengontrol memiliki kemungkinant tinggi untuk
3 Tinggi mendeteksi penyebab/mekanisme kegagalan
18

Rank Kejadian Deskripsi


Pengontrol memiliki kemungkinan moderatly high
4 Moderatly High untuk mendeteksi penyebab/mekanisme kegagalan
Pengontrol memiliki kemungkinan moderate untuk
5 Moderate mendeteksi penyebab/mekanisme kegagalan
Pengontrol memiliki kemungkinan rendah untuk
6 Rendah mendeteksi penyebab/mekanisme kegagalan
Pengontrol memiliki kemungkinan sangat rendah
7 Sangat Rendah untuk mendeteksi penyebab/mekanisme kegagalan
Pengontrol memiliki kemungkinan remote untuk
8 Remote mendeteksi penyebab/mekanisme kegagalan
Pengontrol memiliki kemungkinan very remote untuk
9 Very Remote mendeteksi penyebab/mekanisme kegagalan
Pengontrol memiliki kemungkinan sangat rendah
10 Tidak Pasti untuk mendeteksi penyebab/mekanisme kegagalan
19

Tabel 2.4
No Risiko Oprasional Penyebab Effect S O D RPN
1 Tebu terlambat datang Sarana Transportasi Tidak ada bahan baku untuk produksi 4 4 2 32
2 Turbin gilingan trip Gear box rusak Turbin tidak dapat berputar 6 6 1 36
3 cane cutter patah Korosi dan kelebihan beban Tidak dapat mencacah tebu 8 2 2 32
4 Gilingan overload Gilingan melebihi kapasitas Tebu tidak terpotong dengan lembut 4 3 1 12
Rantai
5 penggerak/conveyor putus Korosi dan kelebihan beban Elevator berhenti 4 3 7 84
6 Kabel gilingan konslet Kabel sudah kropos Gilingan berhenti 5 3 5 75
Stang hammer tidak berfungsi dengan
Baut stang hammer putus
7 Korosi pada baut baik 7 4 2 56
Bahan yang digunakan kurang Komponen bisa masuk ke mesin giling
Ujung cutter patah-patah
8 bagus dan menyebabkan berhenti 5 5 4 100
Bahan yang digunakan kurang Tidak dapat menghubungkan gearbox
Coupling Rusak
9 bagus cepat dan gearbox lambat 6 4 4 96
Tebu tidak terpotong dengan
Pisau tebu overload
10 lembut Tidak dapat memcah dengan baik 5 4 4 80
11 Elevator overload Ampas masih tebal Motor penggerak mati mesin berhenti 5 2 5 50
12 Trafo overload Kelebihan beban Kelebihan beban 2 8 3 48
Gangguan pada talang
13 luncur Bak nira tersumbat Ampas tebu tidak bisa mengalir 3 7 2 42
Terhantam benda keras yang ikut
Rol berlubang
14 tergiling Pemerahan kurang maksimal 3 6 4 72
15 Suri - suri putus Kelebihan beban dan korosi Menyebabkan mesin berhenti giling 6 4 5 120
Adanya benda lain selain bahan
Kerusakan sraper plate
16 produksi Rollingan terisi penuh dengan ampas 8 2 2 32
20

No Risiko Oprasional Penyebab Effect S O D RPN


17 Turbin gilingan overload Ampas masih tebal Putar balik 6 3 4 72
Mesin tidak dapat berputar dengan
Pinion gear rusak
18 Pinion aus lancar 8 2 2 32
Komponen bisa masuk ke mesin giling
Hammer tip lepas
19 Korosi dan menyebabkan berhenti 5 7 3 105
20 Kancing elevator putus Korosi Elevator tidak bisa membawa ampas 4 2 3 24
21

Berdasarkan pengolahan metode FMEA pada tabel 2.4 diperoleh nilai RPN
tertinggi untuk failure mode pada mesin giling yaitu baut suri-suri putus dengan
nilai RPN 120. Nilai RPN peringkat kedua failure mode pada stasiun penggilingan
yaitu ujung cutter patah-patah dengan nilai RPN 100. Kemudian risiko kritis yang
didapatkan digunakan sebagai top event dalam analisis akar penyebab risiko
(basic event) dengan menggunakan Fault Tree Analysis (FTA)

Masalah Kerusakan di SasiunPenggilingan

Baut suri-suri putus Ujung cutter patah-patah

Bahan Adanya
yang benda lain
Kelebihan
Korosi digunakan yang
Beban
kurang masuk
bagus selain
barang
produksi

Terdapat 4 basic event dari 2 top event yang berada di stasiun kernel.
Basic event tersebut adalah Bearing pecah, pelumasan yang tidak tepat,
material plat aus, dan gesekan serat atau adanya benda asing. Kemudian dari
hasil basic event tersebut nantinya akan dicari bagaimana solusi
penanganannya.
Bearing bagian bawah pada mesin shell fiber conveyor mengalami
kerusakan yang disebabkan oleh pecahnya bering pada mesin ini. Selain itu
rusaknya bearing juga disebabkan karena beberapa faktor seperti pemasangan
bearing pada poros yang tidak hati-hati dan tidak sesuai dengan standart yang
ditentukan. Kesalahan pada saat pemasangan diantaranya pemasangan yang
terlalu longgar, akibatnya cincin dalam atau cincin luar yang berputar
menimbulkan gesekan dengan poros, atau terjadi pembenjolan pada jalur
jalan atau pada roll sehingga bantalan saat berputar akan tersendat- sendat.
Dengan nilai RPN 168.
Ducting Fiber Cyclone bocor disebabkan oleh material plat yang sudah
aus atau korosi. Adapun penyebab dari korosi diantaranya yaitu karena
material yang sudah termakan oleh usia, biasanya hal ini juga disebabkan
oleh faktor udara, faktor perawatan, terjadi gesekan pada material yang terus
22

menerus, sehingga menyebabkan korosi. Bentuk korosi pada mesin ini yaitu
terjadi lubang pada body atau plat sehingga menyebabkan kebocoran, dengan
nilai RPN 126
Untuk menangani permasalahan basic event pelumasan yang tidak tepat
adalah dengan melakukan pelumasan secara rutin pada bearing agar dapat
berputar seara maksimal dan menjaga pelumas agar tidak terkontaminasi
dengan benda asing sehingga pelumasan dapat dilakukan sesuai dengan
prosedur. Sedangkan untuk penanganan basic event gesekan serat yaitu
dengan melakukan perbaikan material dan pengontrolan secara maksimal
sehingga tidak terjadi kebocoran pada mesin fiber cycloneKesimpulan
Berdasarkan hasil pengolahan data dan analisis yang telah dilakukan
didapatkan kesimpulan bahwa :
a. Terdapat 23 risiko operasional di stasiun kernel yang mengganggu
efektivitas dan efisiensi proses produksi di PT. Kalimantan Sawit Abadi.
Antara lain: pipa bocor, getaran tinggi, valve steam trap rusak, bearing
bagian bawah rusak, sirine yang ke arah pres tidak berbunyi, air lock
distroner line 2 kampas aus dan bodi bocor, claybath getaran tinggi, dan
lain-lain.
b. Terdapat dua risiko operasional yang memiliki nilai kritis pada
perhitungan RPN, yaitu Bearing bagian bawah rusak yang mana
disebabkan oleh roller pecah dan mengakibatkan pengantar bahan bakar
boiler tidak sempurna.
c. Usulan perbaikan yang dapat diberikan pada perusahaan untuk
permasalahan bearing bagian bawah rusak antara lain melakukan
preventif maintenance berupa pemberian pelumas secara berkala dan
menjaga agar pelumas tidak terkontamisasi dengan benda asing.

E. Ucapan Terimakasih
Dalam menyelesaikan penelitian ini tentunya penulis mendapatkan
bantuan dan dukungan yang diberikan oleh berbagai pihak, untuk itu
penulis mengucapkan terimakasih kepada:
1. PT. Kalimantan Sawit Abadi beserta staff yang telah
memberikan pengalaman, ilmu dan kesempatan untuk kerja praktek serta
pengambilan data untuk pembuatan laporan.
2. Bapak Bambang Sukma Sentosa selaku pembimbing lapangan yang
banyak membantu saat proses pengambilan data dan segala kegiatan yang
ada di Perusahaan.
3. Teknik Industri Universitas Muhammadiyah Surakarta dan Semua
pihak yang berkontribusi dan membimbing dalam proses pembuatan
laporan.
4. Teman Kerja Praktek dan Sahabat-sahabat yang selalu membantu dan
memotivasi selama kerja praktek dan dalam penyusunan laporan kerja
praktek.
23

DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai