Anda di halaman 1dari 27

MAKALAH

PASAR MODAL SYARIAH

Mata Kuliah Bank dan Lembaga Keuangan Syariah


Dosen Pengampu : Ulfah Alfiyah Darajat, S.E.I., M.E

Disusun oleh:

Kelompok 9 / AKS E / SMT 3

1. Asti Mega Fitria 2051030030


2. Atika Rahmi 2051030322
3. Ficky Ardika 2051030060

KELAS E
PRODI AKUNTANSI SYARIAH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM
NEGERI RADEN INTAN
LAMPUNG 1443 H /2021 M
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT. Karena atas berkah rahmat dan
karunianya kami masih diberi kesempatan untuk menyelesaikan makalah ini guna memenuhi
tugas mata kuliah bank dan lembaga keuangan syariah. Shalawat serta salam tidak lupa kita
sanjung agungkan kepada junjungan kita Nabi besar Muhammad SAW. Yang sudah
membawa kita dari zaman kegelapan hingga ke zaman yang terang benderang seperti
sekarang ini.

Makalah ini disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu tentang bank dan lembaga
keuangan syariah, yang kami sajikan berdasarkan pengamatan dari berbagai sumber
informasi, referensi, dan berita.Makalah ini di susun oleh penyusun dengan berbagai
rintangan.Baik itu yang datang dari diri penyusun maupun yang datang dari luar.Namun
dengan penuh kesabaran dan terutama pertolongan dari Allah akhirnya makalah ini dapat
terselesaikan.

Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas dan menjadi
sumbangan pemikiran kepada pembaca khususnya para mahasiswa UIN Raden Intan
Lampung. Kami menyadaribahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh dari kata
sempurna. Untuk itu, kepada dosen pengampu kami meminta masukannya demi perbaikan
pembuatan makalah kami di masa yang akan datang dan mengharapkan kritik dan saran dari
para pembaca.

Bandar Lampung, 22 November 2021

Tim penulis

ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................................ii
DAFTAR ISI............................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................................iv
A. Latar Belakang...........................................................................................................iv
B. Rumusan Masalah......................................................................................................iv
C. Tujuan Masalah.........................................................................................................iv
BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................................5
A. Pengertian Modal Syariah...........................................................................................5
B. Perkembangan Pasar Modal Di Indonesia..................................................................6
C. Struktur Pasar Modal Di Indonesia.............................................................................8
D. Instrumen Pasar Modal Syariah Di Indonesia..........................................................11
BAB III PENUTUP................................................................................................................26
A. Kesimpulan...............................................................................................................26
B. Saran.........................................................................................................................26
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................27

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Pasar modal sebagai salah satu instrumentasi sistem keuangan merupakan salah satu
tolak ukur perkembangan ekonomi suatu negara. Perkembangan pasar modal di Indonesia
telah memperlihatkan kemajuan seiring dengan perkembangan ekonomi Indonesia. Seiring
perkembangan pasar modal, maka dikembangkan pula pasar modal syariah yaitu pasar modal
yang menggunakan prinsip, prosedur, asumsi, instrumentasi, dan aplikasi bersumber dari nilai
epistemologi Islam (Hamzah, 2005).
Islamisasi Pasar modal yang telah diperjuangakan oleh beberapa kalangan akhir akhir
ini, telah memainkan beberapa peran penting yang mengubah topography dari sektor
keuangan. Hal ini telah menjadi sumber utama dari pertumbuhan pasar modal syariah,
dimana produk produk dan pelayanan pasar modal telah diperhatikan untuk diubah menjadi
produkproduk dan pelayanan pasar modal syariah. Indeks Islam atau Indeks syariah telah
mengambil tempat pada proses Islamisasi pasar modal dan menjadi awal dari pengembangan
pasar modal syariah (Nazwar, 2008).
Beberepa Indeks besar Islam didunia seperti Dow Jones Islamic Market Index
(DJMI), RHB syariah Index, Kuala Lumpur Syariah Index (dll) telah berkembang dan telah
mulai popular diantara komunitas muslim yang memiliki komitmen dengan prinsip prinsip
Islam dalam menjalankan dan memanajemen investasi mereka. Karena indeks indeks tersebut
diciptakan dengan beberapa batasan-batasan untuk produk-produk investasi sesuai dengan
syariah. Bahkan non muslim juga ikut masuk berinvestasi di Indeks Islam ini walaupun ada
batasan batasannya.
Perkembangan pasar modal di Indonesia juga mengikuti perkembangan di negara-
negara lain dengan membentuk pasar modal syariah. Hadirnya pasar modal syariah yang
diluncurkan pada bulan Juli 2000 ditandai dengan berdirinya Jakarta Islamic Index tidak
terlepas dari nilai-nilai kemanusiaan untuk mendapatkan keuntungan dengan cara yang
syariah.
B. Rumusan Masalah
1. Jelaskan pengertian pasar modal menurut para ahli?
2. Bagaimana sejarah pasar modal di Indonesia?
3. Sebutkan Struktur Pasar Modal di Indonesia?

C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui apa itu pasar modal
2. Untuk mengetahui sejarah pasar modal
3. Untuk mengetahui struktur pasar modal

iv
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Modal Syariah


Dalam konteks ekonomi, sebagian kelompok masyarakat kerap memiliki tingkat
pendapatan yang tinggi. Pendapatan tersebut tidak sepenuhnya digunakan untuk aktivitas
konsumsi. Bahkan, dalam level tertentu, ketika masyarakat memiliki pendapatan yang sangat
tinggi, kecenderungan untuk menggunakan pendapatannya untuk konsumsi semakin
menurun. Kelebihan pendapatan tersebut dialokasikan untuk ditabung atau diinvestasikan
pada berbagai portofolio investasi. Dalam kondisi tertentu, terutama ketika perusahaan akan
melakukan ekspansi atau menambah skala produksi atau juga mengembangkan bisnisnya
menjadi lebih besar, kerap membutuhkan dana tambahan untuk modal kerja. Kebutuhan
perusahaan terhadap dana untuk mengembangkan investasi bisnisnya akan mengantarkan
perusahaan di pasar keuangan dan pasar modal. Dalam konteks inilah, terjadi interaksi antara
penawaran dan permintaan terhadap modal atau dana dalam jangka panjang. Muncullah,
institusi pasar modal dengan beragam varian produknya.
Secara etimologis, untuk istilah pasar digunakan kata bursa, exchange, dan market.
Adapun untuk istilah modal sering digunakan kata efek, securities, dan stock. Menurut
Undang-Undang No.8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal, yang dimaksud dengan pasar modal
1
adalah kegiatan yang berkaitan dengan Penawaran umum dan Perdagangan efek,
Perusahaan publik yang berkaitan dengan efek yang diterbitkannya serta lembaga dan profesi
yang berkaitan dengan efek. Adapun yang dimaksud dengan efek adalah surat berharga, yaitu
surat pengakuan utang, surat berharga komersial, saham, obligasi, tanda bukti utang, unit
penyertaan kontrak investasi kolektif, kontrak berjangka atas efek, dan setiap deriatif dari
efek.
Dalam perkembangannya, pasar modal dikenal dengan nama bursa efek. Bursa efek
menurut Pasal 1 ayat (4) UU No. 8 Tahun 1996 Tentang Pasar Modal adalah pihak yang
menyelenggarakan dan menyediakan sistem atau sarana untuk mempertemukan penawaran
ual dan beli efek diantara mereka. Sebelum tahun 2007, bursa efek di Indonesia dikenal Bursa
Efek Jakarta (BEJ) dan Bursa Efek Surabay (BES). Pada tanggal 30 Oktober 2007, BES dan
BEJ sudah dimerger dengan nama Bursa Efek Indonesia (BEI). Dengan demikian, saat ini
hanya ada satu pelaksana bursa efek di Indonesia, yaitu BEI. Bagi pasar modal syariah, listng
nyadilakukan di Jakarta Islamic Index yang telah diluncurkan sejak 3 Juli 2000.
Sebelum membahas lebih lanjut tentang pasar modal, berikut ini adalah pengertian
pasar modal menurut beberapa ahli.
1. Dahlan Siamat : dalam pengertian sempit dan sederhana, pasar modal adalah tempat
yang terorganisasi dan efek-efek yang diperdagangkan disebut bursa efek. Bursa efek
atau stock exchange adalah sistem yang terorganisasi, yang mempertemukan penjual
dan pembeli efek yang dilakukan baik secara langsung maupun melalui wakil-
wakilnya. Fungsi bursa efek antara lain menjaga kontinuitas pasar dan menciptakan
harga efek yang wajar melalui mekanisme permintaan dan penawaran. Definisi pasar
modal dalam arti luas adalah pasar konkret atau abstrak yang mempertemukan pihak

3
M.Nur Rianto Al Arif, Lembaga Keuangan Syariah, Pustaka Setia, Bandung, 2020,

5
yang menawarkan dan yang memerlukan dana jangka panjang, yaitu jangka satu
tahun ke atas.2
2. Tjipto Darmadji, dan kawan-kawan : pasar modal adalah pasar untuk berbagai
instrumen keuangan jangka panjang yang bisa diperjualbelikan, baik dalam bentuk
utang maupun modal sendiri.
3. Kasmir : pasar modal dalam arti sempit merupakan tempat para penjual dan pembeli
bertemu untuk melakukan transaksi. Ini artinya, pembeli dan penjual langsung
bertemu untuk melakukan transaksi dalam lokasi tertentu. Lokasi atau tempat
pertemuan disebut pasar. Dalam arti luas, pasar merupakan tempat melakukan
ditempat atau bertemu langsung, tetapi dapat dilakukan melalui sarana informasi yang
ada seperti sarana elektronika.
Dari uraian pengertian diatas, pasar modal secara umum merupakan tempat
bertemunya para penjual dan pembeli untuk melakukan transaksi dalam rangka memperoleh
modal. Penjual dalam pasar modal adalah perusahaan yang membutuhkan modal (emiten),
sehingga mereka berusaha untuk menjual efek-efek di pasar modal. Adapun pembeli
(investor) adalah pihak yang ingin membeli modal di perusahaan yang menurut pertimbangan
mereka dinilai menguntungkan.
Adapun pasar modal syariah secara sederhana dapat diartikan sebagai pasar modal
yang menerapkan prinsip-prinsip syariah dalam kegiatan transaksi ekonomi dan terlepas dari
hal-hal yang dilarang oleh syariat, seperti unsur riba, perjudian, bersifat spekulasi, dan lain-
lain. Pasar modal syariah secara prinsip sangat sudah diterbitkan di pasar modal Indonesia,
seperti dalam kriteria tertentu yang sesuai dengan prinsip syariah.
Pasar modal syariah adalah pasar modal yang seluruh mekanisme kegiatannya,
terutama mengenai perdagangannya telah sesuai dengan prinsip-prinsip syariah. Adapun yang
dimaksud dengan efek syariah adalah efek sebagaimana dimaksud dalam peraturan
perundang-undangan di bidang pasar modal yang akad, pengelolaan perusahaan, 3 dan cara
penerbitannya memenuhi prinsip-prinsip syariah. Prinsip-prinsip syariah adalah prinsip yang
didasarkan oleh syariah ajaran Islam yang penepatannya dilakukan oleh DSN-MUI melalui
Fatwa.
B. Perkembangan Pasar Modal di Indonesia
Menurut Andri Soemitra, secara historis, pasar modal telah hadir jauh sebelum
Indonesia merdeka, yaitu sejak zaman kolonial Belanda dan tepatnya pada tahun 1912 di
Batavia. Pasar modal ketika itu didirikan oleh pemerintah Hindia-Belanda untuk kepentingan
pemerintah kolonial atau VOC. Berdasarkan rangkaian sejarah pasar modal di Indonesia
dapat dilihat sebagai berikut.
1. 14 Desember 1912 : Bursa efek pertama di Indonesia dibentuk di Batavia oleh
Pemerintah Hindia-Belanda.
2. 1914-1918 : Bursa efek di Batavia ditutup selama Perang Dunia I.
3. 1925-1942 : Bursa efek di Jakarta dibuka kembali bersama dengan bursa efek di
Semarang dan Surbaya.
4. Awal tahun 1939 : karena isu politik (Perang Dunia II), bursa efek di Semarang dan
Surabaya ditutup.
5. 1942-1952 : Bursa efek di Jakarta ditutup kembali selama Perang Dunia II.

2
M.Nur Rianto Al Arif, Lembaga Keuangan Syariah, Pustaka Setia, Bandung, 2020, hlm.344
3
M.Nur Rianto Al Arif, Lembaga Keuangan Syariah, Pustaka Setia, Bandung, 2020,

6
6. 1952 : Bursa efek di Jakarta diaktifkan kembali dengan UU Darurat Pasar Modal
1952, yang dikeluarkan oleh menteri kehakiman (Lukman Wiradinata) dan menteri
keuangan (Prof. Dr. Sumitro Djojohadikusumo). Instrumen yang diperdagangkan
obligasi Pemerintah RI (1950).
7. 1956 : Program nasionalisasi perusahaan Belanda. Bursa efek semakin tidak aktif.
8. 10 Agustus 1977 : Bursa efek diresmikan kembali oleh Presiden Soeharto. BEJ
dijalankan dibawah Bapepam (Badan Pelaksana Pasar Modal). Tanggal 10 Agustus
diperingati sebagai HUT Pasar Modal. Pengaktifan kembali pasar modal juga ditandai
dengan go public PT Semen Cibinong sebagai emiten pertama.
9. 1977-1987 : Perdagangan di bursa efek sangat lesu. Jumlah emiten hingga 1987 baru
mencapai 24. Masyarakat lebih memilih instrumen perbankan dibandingkan
instrumen pasar modal.4
10. 1987 : Ditandai dengan hadirnya Paket Desember 1987 (PAKDES 87) yang
memberikan kemudahan bagi perusahaan untuk melakukan penawaran umum dan
investor asing menanamkan modal di Indonesia.
11. 1988-2990 : Paket deregulasi di bidang perbankan dan pasar modal diluncurkan. Pintu
BEJ terbuka untuk asing. Aktivitas bursa terlihat meningkat.
12. 2 Juni 1988 : Bursa Paralel Indonesia (BPI) mulai beroperasi dan dikelola oleh
Peraturan Perdagangan Uang dan Efek (PPUE), sedangkan organisasinya terdiri atas
broker dan dealer.
13. Desember 1988 : Pemerintah mengeluarkan Paket Desember 1988 (PAKDES 88)
yang memberikan kemudahan perusahaan untuk go public dan beberapa kebijakan
lain yang positif bagi pertumbuhan pasar modal.
14. 16 Juni 1989 : Bursa Efek Surabaya (BES) mulai beroperasi dan dikelola oleh
perseroan terbatas milik swasta, yaitu PT Bursa Efek Surabaya.
15. 13 Juli 1922 : Swastanisasi BEJ, Bapepam berubah menjadi Badan Pengawas Pasar
Modal. Tanggal ini diperingati sebagai HUT BEJ.
16. 22 Mei 1995 : Sistem Otomasi perdagangan di BEJ dilaksanakan dengan sistem
komputer Jakarta Automated Trading Systems (JATS).
17. 10 November 1995 : Pemerintah mengeluarkan Undang-Undang No.8 Tahun 1995
tentang Pasar Modal. Undang-Undang ini diberlakukan mulai Januari 1996.
18. 1995 : Bursa Paralel Indonesia merger dengan Bursa Efek Surabaya.
19. 3 Juli 1997 : Lahir danareksa syariah oleh PT Danareksa Invesment Management.
20. 2000 : Bursa Efek Indonesia bekerja sama dengan PT Danareksa Invesment
Management meluncurkan Jakarta Islamic Index yang bertujuan untuk memandu
investor yang ingin menanamkan dananya secara syariah.
21. 2002 : BEJ mulai mengaplikasikan sistem perdagangan jarak jauh (remote trading).5
22. 4 Maret 2003 : Pasar modal syariah diresmikan oleh Menteri Keuanga Boediono
didampingi ketua Bapepam Herwidayatmo, wakil dari MUI, wakil dari DSN pada
direksi, direksi perusahaan efek, pengurus organisasi pelaku, dan asosiasi profesi di
pasar modal.
23. 2007 : Penggabungan BEJ dan BES berdasarkan kesepakatan RUPSLB pada tanggal
30 Oktober 2007 yang kemudian dituangkan dalam Akta Penggabungan dan berganti
nama menjadi PT Bursa Efek Indonesia (BEI) yang resmi beroperasi sejak tanggal 1
November 2007.

4
M.Nur Rianto Al Arif, Lembaga Keuangan Syariah, Pustaka Setia, Bandung, 2020, hlm.348
5
M.Nur Rianto Al Arif, Lembaga Keuangan Syariah, Pustaka Setia, Bandung, 2020, hlm.349

7
Berdasarkan data diatas, meskipun secara resmi pasar modal syariah diluncurkan pada
tahun 2003, instrumen pasar modal syariah telah hadir di Indonesia pada tahun 1997 oleh PT
Danareksa Invesment Management. Selanjutnya, Bursa Efek Indonesia bekerja sama dengan
PT Danareksa nvesment Management meluncurkan Jakarta IslamicIndex pada tanggal 3 Juli
2000 yang bertujuan memandu investor yang ingin menanamkan dananya secara syariah.
Dengan hadirnya indeks tersebut, para pemodal telah disediakan saham-saham yang dapat
dijadikan sarana berinvestasi dengan penerapan prinsip syariah. Pada perkembangan
selanjutnya, instrumen investasi syariah di pasar modal terus bertambah dengan kehadiran
Obligasi Syariah PT Indosat Tbk. Pada awal September 2002, instrumen ini merupakan
obligasi syariah lainnya. Pada tahun 2004, terbit untuk pertama kali obligasi syariah dengan
akad sewa atau dikenal dengan obligasi syariah ijarah. Selanjutnya, pada tahun 2006 muncul
instrumen baru, yaitu Reksadana Indeks ketika indeks yang dijadikan sebagai underlying
adalah Indeks Jakarta Islamic Indeks (JII).
Menariknya, dalam konteks global, equity fund dan indeks saham secara luas yang
mengikuti ketentuan syariah lebih dahulu diluncurkan di Amerika. Equity Fund pertama
adalah the Amana Fund yang diluncurkan pada bulan Juni 1986 oleh the North American
Islamic Trust. Pada bulan Februari 1999, Dow Jones Indexes meluncurkan Dow6 Jones
Islamic Market Index (DJIM) dan sampai akhir tahun 2002, Dow Jones terus
mengembangkan seri DJIM-Internet, dan yang terakhir DJIM-Extra Liquid. Akan tetapi,
ternyata kurang dari 5% perusahaan yang diliput dalam DJIM berasal dari negara yang
mayoritas penduduknya beragama Islam. Banyak sekali Islamic private dan mutual fund yang
mengikuti DJ Islamic Market Index, termasuk corporate dan retail fund yang diluncurkan
oleh lembaga keuangan dari Timur Tengah, seperti Al-Baraka, SAMBA dan Wafra. Bahkan,
pada bulan November 1999, Financial Times Stock Exchange (FTSE) Internasional di
London juga tlah meluncurkan The FTSE Global Islamic Index Series (FTSE-GIIS) World
Bank, telah bekerja sama dengan ANZ Bank meluncurkan benchmarkuntuk Islamic Leasing
Fund.7
C. Struktur Pasar Modal di Indonesia
Struktur Pasar Modal di Indonesia tertinggi berada pada Menteri Keuangan yang menunjuk
Bapepam sebagai Lembaga pemerintah yang melakukan pembinaan, pengaturan dan
pengawasan Pasar Modal. Sementara itu, Bursa Efek bertindak sebagai Pihak yang
menyelanggarakan dan menyediakan sistem atau sarana untuk mempertemukan proses jual
beli pihak lain. Untuk lebih jelasnya, dapat dilihat pada Bagan dibawah ini :

6
M.Nur Rianto Al Arif, Lembaga Keuangan Syariah, Pustaka Setia, Bandung, 2020, hlm.350
7
M.Nur Rianto Al Arif, Lembaga Keuangan Syariah, Pustaka Setia, Bandung, 2020, hlm.351

8
1. Badan Pengawas Pasar Modal atau BAPEPAM
Badan pengawas ini merupakan tingkatan yang kedua dalam struktur pasar modal di
Indonesia.Di mana, BAPEPAM dibentuk oleh pemerintah Indonesia untuk menciptakan
kegiatan pasar modal yang rapi, teratur, efisien, wajar, dan juga dapat melindungi
kepentingan investor dan masyarakat.Hal ini sebagaimana telah diatur melalui UU Pasar
Modal No 8 Tahun 1995. Namun, per tanggal 31 Desember melalui UU No 21 Tahun 2011
menjelaskan bahwa fungsi, tugas, serta wewenang BAPEPAM diambil alih oleh Otoritas Jasa
Keuangan atau OJK sebagai lembaga pengawas pasar modal di Indonesia. Adapun tugas OJK
secara garis besar adalah membina, mengatur, serta mengawasi kegiatan pasar modal di
Indonesia. Di mana wewenang yang dimaksud meliputi beberapa hal seperti izin kegiatan
usahanya bagi bursa efek, lembaga kliring dan penjaminan, lembaga penyimpanan dan
penyelesaian, perusahaan efek, reksa dana, penasihat investasi, biro administrasi efek, wakil
penjamin emisi efek, wakil perantara pedagang efek, manajer investasi, wakil agen penjual
reksa dana, persetujuan bank kustodian, dan masih banyak lainnya.
2. Bursa Efek
Tingkatan struktur pasar modal di Indonesia berikutnya adalah bursa efek yang berada
di bawah wewenang OJK.Tugas utama bursa efek menurut UU pasar modal adalah
menyelenggarakan dan memfasilitasi sistem atau sarana yang bertujuan untuk
mempertemukan pihak-pihak yang terlibat dalam perdagangan efek seperti pemodal dan
perusahaan.
Dengan adanya bursa efek, setiap transaksi perdagangan efek akan teratur, efisien,
dan wajar. Di Indonesia sendiri bursa efek lebih dikenal dengan sebutan Bursa Efek
Indonesia yang merupakan aliansi antara Bursa Efek Jakarta dan Bursa Efek Surabaya.
3. Badan Pengawas Pasar Modal atau BAPEPAM

9
Badan pengawas ini merupakan tingkatan yang kedua dalam struktur pasar modal di
Indonesia.Di mana, BAPEPAM dibentuk oleh pemerintah Indonesia untuk menciptakan
kegiatan pasar modal yang rapi, teratur, efisien, wajar, dan juga dapat melindungi
kepentingan investor dan masyarakat.Hal ini sebagaimana telah diatur melalui UU Pasar
Modal No 8 Tahun 1995. Namun, per tanggal 31 Desember melalui UU No 21 Tahun 2011
menjelaskan bahwa fungsi, tugas, serta wewenang BAPEPAM diambil alih oleh Otoritas
Jasa Keuangan atau OJK sebagai lembaga pengawas pasar modal di Indonesia. Adapun
tugas OJK secara garis besar adalah membina, mengatur, serta mengawasi kegiatan pasar
modal di Indonesia. Di mana wewenang yang dimaksud meliputi beberapa hal seperti izin
kegiatan usahanya bagi bursa efek, lembaga kliring dan penjaminan, lembaga penyimpanan
dan penyelesaian, perusahaan efek, reksa dana, penasihat investasi, biro administrasi efek,
wakil penjamin emisi efek, wakil perantara pedagang efek, manajer investasi, wakil agen
penjual reksa dana, persetujuan bank kustodian, dan masih banyak lainnya.
4. Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian atau LPP
Tingkatan selanjutnya adalah LPP atau Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian
yang merupakan pihak penyelenggara kegiatan kustodian sentral, perusahaan efek, serta
pihak lain dengan penyelesaian transaksi secara teratur, efisien, dan wajar. PT KSEI atau
Kustodian Sentral Efek Indonesia merupakan perusahaan LPP yang memiliki layanan jasa
meliputi administrasi rekening efek, distribusi hasil corporate action, penyelesaian transaksi
efek, dan masih banyak lainnya.
5. Perusahaan Efek atau Sekuritas
Di bawah ketiga tingkatan yang sudah dijelaskan sebelumnya ada beberapa bagian
yang menjadi struktur pasar modal di Indonesia yaitu perusahaan efek atau
sekuritas.Perusahaan efek bertujuan untuk melakukan kegiatan efek meliputi penjamin emisi
efek, perantara perdagangan efek, dan manajer investasi.Hal ini berarti perusahaan efek
memberikan layanan yang berkaitan dengan efek secara mudah kepada pemodal atau
investor. Yang termasuk dalam Perusahaan Efek, diantaranya :
a. Penjamin Emisi
b. Perantara Pedagang Efek
c. Manajer Investasi

6. Lembaga Penunjang
Tingkatan yang sama dengan perusahaan efek adalah lembaga penunjang yang
membantu kegiatan industri pasar modal agar berjalan lancar. Ada beberapa lembaga
penunjang yang membantu kegiatan pasar modal di antaranya:
a. Bank Kustodian
b. Biro Administrasi Efek
c. Wali Amanat
d. Penasihat Investasi
e. Pemeringkat Efek

7. Profesi Penunjang
Tingkatan selanjutnya adalah profesi penunjang pasar modal yang meliputi perusahaan untuk
dijadikan mitra oleh emiten seperti konsultan hukum, akuntan, notaris yang dapat

1
memberikan pendapatnya ketika terjadi perselisihan, akuntan publik, perusahaan penilai dan
notaris.Mitra yang dimaksud tersebut adalah perusahaan yang memberikan layanan untuk
membantu beberapa hal dalam melancarkan kegiatan efek.
8. Pemodal atau Investor
Bagian dari struktur pasar modal adalah pemodal atau investor itu sendiri yang menanamkan
atau menginvestasikan modal pada sekuritas.Pemodal ini dibagi menjadi 2 jenis pemodal atau
investor yaitu investor lokal dan investor asing.
9. Emiten
Selain itu, ada emiten yang menjadi bagian dari struktur pasar modal.Di mana, emiten
merupakan perusahaan yang mengeluarkan saham atau obligasi untuk dibeli oleh para
investor baik per orangan atau perusahaan.Emiten meliputi Perusahaan Publik dan
Reksadana.8

D. Instrumen Pasar Modal Syariah di Indonesia


Instrumen pasar modal pada prinsipnya adalah semua surat berharga (efek) yang
umum diperjualbelikan melalui pasar modal. Efek adalah setiap surat pengakuan utang, surat
berherga komersial, saham, obligasi, sekuritas kredit, tanda bukti utang, right, warrans, opsi,
atau setiap derivatif dari efek atau setiap instrumen yang ditetapkan oleh Bapepam LK
sebagai efek. Sifat efek yang diperdagangkan di pasar modal (bursa efek) biasanya berjangka
waktu panjang. Instrumen yang paling umum diperjualbelikan melalui bursa efek, antara lain
saham, obligasi, right, obligasi konversi. Adapun pasar modal syariah secara khusus
memperjualbelikan efek syariah. Efek syariah adalah efek yang akad, pengelolaan perusahaan
dan cara penerbitannya memenuhi prinsip-prinsip syariah yang didasarkan atas ajaran Islam,
yang penetapannya dilakukan oleh DSN-MUI dalam bentuk fatwa. Secara umum, ketentuan
penerbitan efek syariah harus sesuai dengan prinsip syariah di pasar modal. Prinsip-prinsip
syariah di pasar modal adalah prinsip-prinsip hukum Islam dalam kegiatan di bidang pasar
modal berdasarkan fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia (DSN-MUI),
baik fatwa DSN-MUI yang telah ditertibkan sebelum ditetapkannya peraturan Bapepam dan
LK.9
Pada pasar modal syariah, emiten yang menerbitkan efek syariah harus memenuhi
kriteria tertentu, yaitu sebagai berikut.
1. Jenis usaha, produk barang, jasa yang diberikan, dan akad serta cara pengelolaan
perusahaan emiten atau perusahaan publik yang menerbitkan efek syariah tidak boleh
bertentangan dengan prinsip-prinsip syariah. Pelaksanaan transaksi efek di pasar
modal syariah harus dilakukan menurut spekulasi dan manipulasi yang di dalamnya
mengandung unsur dharar, gharar, riba, maisir, risywah, maksiat, dan kezaliman.
Transaksi yang mengandung unsur yang dilarang antara lain :
a. najsy, yaitu melakukan penawaran palsu
b. bai’ al-ma’dum, yaitu melakukan penjualan atas barang (efek syariah) yang
belum dimiliki (short selling)

8
http://e-journal.uajy.ac.id
9
M.Nur Rianto Al Arif, Lembaga Keuangan Syariah, Pustaka Setia, Bandung, 2020, hlm.351

1
c. insider trading, yaitu memakai informasi orang dalam untuk memperoleh
keuntungan atas transaksi yang dilarang
d. menimbulkan informasi yang menyesatkan
e. margin trading, yaitu melakukan transaksi atas efek syariah dengan fasilitas
pinjaman berbasis bunga atas kewajiban penyelesaian pembelian efek syariah
tersebut
f. ihktikar (penimbunan), yaitu melakukan pembelian dan mengumpulkan efek
syariah untuk menyebabkan perubahan harga efek syariah, dengan tujuan
memengaruhi pihak lain.
2. Jenis kegiatan usaha emiten yang bertentangan dengan prinsip-prinsip syariah antara
lain :
a. perjudian dan permainan yang tergolong judi atau perdagangan yang dilarang
b. lembaga keuangan konvensional (ribawi), termasuk perbankan dan asuransi
konvensional
c. produsen, distributor, pedagang makanan dan minuman yang haram
d. produsen, distributor, dan penyedia barang-barang ataupun jasa yang merusak
moral atau bersifat mudharat10
e. melakukan investasi pada emiten (perusahaan) yang pada saat transaksi
tingkat (nisbah) utang perusahaan kepada lembaga keuangan ribawi dominan
dari modalnya
3. Emiten atau perusahaan publik yang bermaksud menerbitkan efek syariah wajib
menandatangani dan memenuhi ketentuan akad yang sesuai dengan syariah atas efek
syariah yang dikeluarkan. Akad syariah yang digunakan antara lain sebagai berikut.
a. Ijarah, yaitu perjanjian (akad), ketika pihak yang memiliki barang atau jasa
(pemberi sewa atau pemberi jasa) berjanji kepada penyewa atau pengguna jasa
untuk menyerahkan hak penggunaan atau pemanfaatan atas suatu barang, dan
atau memberikan jasa yang dimiliki pemberi sewa atau pemberi jasa dalam
waktu tertentu dengan pembayaran sewa atau upah (ujrah), tanpa diikuti
dengan beralihnya hak atas pemilikan barang yang menjadi objek ijarah.
b. Kafalah, yaitu penjanjian (akad) ketika pihak penjamin (kafil/guarantor)
berjanji memberikan jaminan kepada pihak yang dijamin (makfuul
‘anhu/ashil/debitor) untuk memenuhi kewajiban pihak yang dijamin kepada
pihak lain (makfuul lahu/kreditor).
c. Mudharabah (qiradh), yaitu perjanjian (akad) ketika pihak yang menyediakan
dana (Shahib al-mal) berjanji kepada pengelola usaha (mudharib) untuk
menyerahkan modal dan pengelola (mudharib) berjanji untuk mengelola
modal tersebut.
d. Wakalah, yaitu perjanjian (akad) ketika pihak yang memberi kuasa (muwakkil)
memberikan kuasa kepada pihak yang menerima kuasa (wakil) untuk
melakukan tindakan atau perbuatan tertentu.
4. Emiten atau perusahaan publik yang menerbitkan efek syariah wajib menjamin bahwa
kegiatan usahanya memenuhi prinsip-prinsip dan memiliki Sharia Compliance Officer
(SCO).11
5. Dalam hal emiten atau perusahaan publik yang menerbitkan efek syariah sewaktu-
waktu tidak memenuhi persyaratan, efek yang diterbitkan dengan sendirinya sudah
bukan sebagai efek syariah.

10
M.Nur Rianto Al Arif, Lembaga Keuangan Syariah, Pustaka Setia, Bandung, 2020, hlm.352

11 M.Nur Rianto Al Arif, Lembaga Keuangan Syariah, Pustaka Setia, Bandung, 2020,
1
Harga pasar dari efek syariah harus mencerminkan nilai valuasi kondisi yang
sesungguhnya dari aset yang menjadi pasar penerbitan efek atau sesuai dengan mekanisme
pasar yang teratur, wajar, dan efisien serta tidak direkayasa . Dari segi instrumen,
dibandingkan dengan pasar modal konvensional, pasar modal syariah memiliki karakteristik
yang unik. Segala jenis sekuritas yang menawarkan pemasukan yang sudah ditentukan di
awal (predetermined fixed-income) tidak diperbolehkan dalam Islam karena termasuk
kategori riba. Dengan demikian, semua sekuritas yang mengandung unsur riba ( interest
bearing securities), baik jangka panjang (long term)maupun jangka pendek ( short term)
masuk dalam daftar investasi yang tidak sah. Termasuk juga dalam kategori ini, antara lain
preference stocks, debentures, treasury securities and cosul, dan commercial papers, obligasi
konvensional, medium term notes, dan interst rate swap, sertfikat desposito konvensional,
dan repo surat utang konvensional. Adapun instrumen keuangan yang berada dalam gray
area (questionable) karena dicurigai gharar meliputi produk-produk derivatif, seperti
forward, futures, dan options.Yang dibolehkan, baik secara penuh atau dengan catatan-
catatan meliputi saham (stocks) dan obligasi syariah (Islamic bonds/sukuk), sekuritas
pemerintah berbasis bagi hasil dan surat berharga lain yang akadnya sesuai dengan prinsip
syariah.
Sampai saat ini, efek-efek syariah menurut Fatwa DSN MUI No 40/ DSN-MUI/X/
2003 tentang Pasar Modal mencakup Saham Syariah, Obligasi Syariah, Reksa Dana Syariah,
Kontrak Investasi Kolektif Efek Beragun Aset (KIK EBA) Syariah , dan surat berharga
lainnya yang sesuai dengan prinsip-prinsip syariah. Belakangan, instrumen keuangan syariah
bertambah dalam Fatwa DSN-MUI Nomor : 65/DSN-MUI/III/2008 tentang Hak Memesan
Efek Terlebih Dahulu (HMETD) Syariah dan Fatwa DSN-MUI Nomor : 66/DSN-
MUI/III/2008 tentang Waran Syariah pada tanggal 6 Maret 2008.12
1. Saham Syariah
Saham atau stocks adalah surat bukti atau tanda kepemilikan bagian modal di
perusahaan terbatas. Kepemilikan saham menjadi bukti bahwa yang bersangkutan adalah
bagian dari pemilik perusahaan. Semakin besar saham yang dimilikinya, semakin besar pula
kekuasaannya di perusahaan tersebut. Keuntungan yang diperoleh dari saham dikenal dengan
nama dividen. Pembagian dividen ditetapkan pada penutupan laporan keuangan berdasarkan
RUPS yang menentukan berapa dividen yang dibagi dan laba ditahan.
Disamping itu, dengan adanya aktivitas perdagangan saham di pasar sekunder,
pemegang saham dimungkinkan memperoleh capital gain, yaitu selisih antara harga beli
dengan harga jual saham. Akan tetapi, pemegang saham juga harus siap menghadapi risiko
capital lossyang merupakan kebalikan dari capital gain serta risiko likuidasi, yaitu ketika
perusahaan yang sahamnya dimiliki kemudian dinyatakan bangkrut oleh pengadilan, atau
perusahaan tersebut dibubarkan, hak klaim dari pemegang saham mendapat prioritas terakhir
setelah seluruh kewajiban perusahaan dapat dilunasi (dari hasil penjualan kekayaan
perusahaan). Pada pasar sekunder atau dalam aktivitas perdagangan saham sehari-hari, harga-
harga saham mengalami fluktuasi, baik berupa kenaikan maupun penurunan. Pembentukan
harga saham terjadi karena adanya permintaan dan penawaran atas saham tersebut. Dengan
kata lain, harga saham terbentukmoleh supplydan demand atas saham tersebut. Dengan
demikian, keuntungan yang diperoleh dari pemegang saham antara lain :

14
M.Nur Rianto Al Arif, Lembaga Keuangan Syariah, Pustaka Setia, Bandung, 2020,

1
a. Dividen yang merupakan bagi hasil atas keuntungan yang dibagikan dari laba
yang dihasilkan emiten, baik dibayarkan dalam bentuk tunai maupun dalam
bentuk saham.
b. Rights yang merupakan hak untuk memesan efek lebih dahulu yang diberikan
oleh emiten,
c. Capital gain yang merupakan keuntungan yang diperoleh dari jual beli saham di
pasar modal.

Adapun saham syariah adalah sertifikat yang menunjukkan bukti kepemilikan


perusahaan yang diterbitkan oleh emiten yang kegiatan usaha dan cara pengelolaannya tidak
bertentangan dengan prinsip13 syariah. Saham merupakan surat berharga yang
mempresentasikan penyertaan modal ke dalam suatu perusahaan. Sementara dalam prinsip
syariah, penyertaan modal dilakukan di perusahaan-perusahaan yang tidak melanggar prinsip-
prinsip syariah, seperti bidang perjudian, riba, memproduksi barang yang diharamkan, seperti
minuman beralkohol. Penyertaan modal dalam bentuk saham yang dilakukan pada suatu
perusahaan yang kegiatan usahanya tidak bertentangan dengan prinsip syariah dapat
dilakukan berdasarkan akad musyarakah dan mudharabah. Akadmusyarakah umumnya
dilakukan pada saham perusahaan privat, sedangkan akad mudharabah umumnya dilakukan
pada saham perusahaan publik.
Secara praktis, instrumen adalah praktik keuangan kontemporer yang belum pernah
dipraktikkan pada masa Rasulullah SAW. Dikarenakan belum adanya nash atau teks Al-
Quran yang menjadi dasar hukum yang jelas dan pasti tentang keberadaan saham, para ulama
dan fuqaha kontemporer berusaha untuk menemukan rumusan kesimpulan hukum tersendiri
untuk saham. Para fuqaha kontemporer berselisih pendapat dalam memperlakukan saham
dari aspek hukum, khususnya dalam jual beli. Sebagian membolehkan transaksi jual beli
saham dan sebagian lain tidak membolehkan. Para fuqaha yang tidak membolehkan memiliki
beberapa argumentasi berikut.
a. Saham dipahami sebagaimana layaknya obligasi, yaitu saham juga merupakan
utang perusahaan terhadap para investor yang harus dikembalikan. Oleh karena
itu, memperjualbelikannya sama hukumnya dengan jual beli utang yang dilarang
Islam.
b. Banyaknya praktik jual beli najasy di bursa efek.
c. Para investor pembeli saham keluar dan masuk tanpa diketahui oleh seluruh
pemegang saham.
d. Harga saham yang diberlakukan ditentukan senilai dengan ketentuan perusahaan,
yaitu pada saat penerbitan dan tidak mencerminkan modal awal pada waktu
pendirian.14
e. Harta atau modal perusahaan penerbit saham tercampur dan mengandung unsur
haram sehingga menjadi haram semuanya.
f. Transaksi jual beli saham dianggap batal secara hukum karena transaksi tersebut
tidak mengimplementasikan prinsip pertukaran (sharf). Jual beli saham adalah
pertukaran uang dan barang sehingga prinsip saling menyerahkan (taqabudh) dan
persamaan nilai (tamatsul) harus diaplikasikan. Kedua prinsip tersebut tidak
terpenuhi dalam transaksi jual beli saham.

13
M.Nur Rianto Al Arif, Lembaga Keuangan Syariah, Pustaka Setia, Bandung, 2020, hlm.355
14
M.Nur Rianto Al Arif, Lembaga Keuangan Syariah, Pustaka Setia, Bandung, 2020,

1
g. Adanya unsur ketidaktahuan (jahalah) dalam jual beli saham dikarenakan pembeli
tidak mengetahui secara persis spesifikasi barang yang akan dibeli yang
terefleksikan dalam lembaran saham. Adapun salah satu syarat sahnya jual beli
adalah diketahuinya barang (ma’luumu al mabi’).
h. Nilai saham pada setiap tahunnya tidak bisa ditetapkan pada harga tertentu. Harga
saham selalu berubah-ubah mengikuti kondisi pasar bursa saham. Untuk itu,
saham tidak dapat dikatakan sebagai pembayaran nilai pada saat pendirian
perusahaan.
Berbeda dengan pendapat pertama, para fuqaha yang membolehkan jual beli saham
mengatakan bahwa saham sesuai dengan terminologi yang melekat kepadanya. Saham yang
dimiliki oleh seseorang menunjukkan sebuah bukti kepemilikan atas perusahaan tertentu yang
berbentuk aset, sehingga saham merupakan cerminan kepemilikan atas aset tertentu. Logika
tersebut dijadikan dasar pemikiran bahwa saham dapat diperjualbelikan sebagaimana
layaknya barang. Aturan dan norma jual beli saham tetap mengacu pada pedoman jual beli
barang pada umumnya, yaitu terpenuhinya rukun, syarat, aspek’ an taradhin serta terhindar
dari unsur maysir, gharar, riba, haram, dhulm, ghisy, dan najasy.Praktik forward contract,
short selling, option, insider trading, “penggorengan saham” merupakan transaksi yang
dilarang secara Islam dalam dunia pasar modal. Adanya fatwa ulama kontemporer tentang
jual beli saham semakin memperkuat landasan dibolehkannya jual beli saham.
Di Indonesia, prinsip-prinsip penyertaan modal secara syariah tidak diwujudkan
dalam bentuk saham syariah dan nonsyariah, melainkan berupa pembentukan indeks saham
yang memenuhi15 prinsip-prinsip syariah. Dalam hal ini, di Bursa Efek Indonesia terdapat
Jakarta Islamic Indeks (JII) yang memiliki 30 saham yang memenuhi kriteria syariah yang
ditetapkan Dewan Syariah Nasional (DSN). Indeks JII dipersiapkan oleh PT Bursa Efek
Indonesia (BEI) bersama dengan PT Danarksa Invesment Management (DIM). Jakarta
Islamic Indeks (JII) dimaksudkan untuk digunakan sebagai tolak ulur (benchmark) untuk
mengukur kinerja investasi pada saham dengan basis syariah. Melalui indeks ini, diharapkan
dapat meningkatkan kepercayaan investor untuk mengembangkan investasi dalam ejuiti
secara syariah. Jakarta Islamic Index terdiri atas 30 jenis saham yang dipilih dari saham-
saham yang sesuai dengan syariah Islam.
Penerbitan efek syariah berbentuk saham dilakukan oleh emiten atau perusahaan
publik yang menyatakan bahwa kegiatan usaha dan cara pengelolaan usahanya dilakukan
berdasarkan prinsip-prinsip syariah di pasar modal. Emiten atau perusahaan publik yang
melakukan penerbitan efek syariah berupa saham wajib mengikuti ketentuan umum berupa
pengajuan pernyataan pendaftaran perusahaan publik serta ketentuan tentang penawaran
umum yang terkait lainnya yang diatur oleh Bapepam LK, dan mengungkapkan informasi
tambahan dalam prospektus bahwa kegiatan usaha serta cara pengelolaan usahanya dilakukan
berdasarkan prinsip-prinsip syariah di pasar modal. Secara umum, perusahaan yang akan
menerbitkan efek syariah harus memenuhi hal-hal berikut.
a. Dalam anggaran dasar dimuat ketentuan bahwa kegiatan usaha serta cara pengelolaan
usahanya dilakukan berdasarkan prinsip-prinsip syariah di pasar modal
b. Jenis usaha, produk barang, jasa yang diberikan, aset yang dikelola, akad, dan cara
pengelolaan emiten atau perusahaan publik dimaksud tidak bertentangan dengan
prinsip-prinsip syariah di pasar modal

14
M.Nur Rianto Al Arif, Lembaga Keuangan Syariah, Pustaka Setia, Bandung, 2020,

1
c. Emiten atau perusahaan publik memiliki anggota direksi dan anggota komisaris yang
mengerti kegiatan-kegiatan yang bertentangan dengan prinsip-prinsip syariah di pasar
modal16
Selain itu, dala, proses pemilihan saham yang masuk JII, Bursa Efek Indonesia
melakukan tahap-tahap pemilihan yang juga mempertimbangkan aspek likuiditas dan kondisi
keuangan emiten, yaitu :
a. Memilih kumpulan saham dengan jenis usaha utama yang tidak bertentangan dengan
prinsip syariah dan sudah tercatat lebih dari 3 bulan (kecuali termasuk dalam 10
kapitalisasi besar).
b. Memilih saham berdasarkan laporan keuangan tahunan atau tengah tahun berakhir
yang memiliki rasio kewajiban terhadap aktiva maksimal sebesar 90%.
c. Memilih 60 saham dari susunan saham di atas berdasarkan urutan rata-rata
kapitalisasi pasar (market capitalization) terbesar selama satu tahun terakhir.
d. Memilih 30 saham dengan urutan berdasarkan tingkat likuiditas rata-rata nilai
perdagangan reguler selama satu tahun terakhir.
e. Pengkajian ulang akan dilakukan 6 bulan sekali dengan penentuan komponen indeks
pada awal bulan Januari dan Juli setiap tahunnya. Sedangkan perubahan pada jenias
usaha emiten akan di monitoring secara terus-menerus berdasarkan data-data publik
yang tersedia.
2. Obligasi Syariah (Sukuk)
Obligasi atau bonds secara konvensional merupakan bukti utang dari emiten yang
dijamin oleh penanggung yang mengandung janji bahwa pembayaran bunga atau janji
lainnya dan pelunasan pokok pinjaman dilakukan pada tanggal jatuh tempo. Di sini, obligasi
merupakan instrumen utang bagi perusahaan yang hendak memperoleh modal. Pendapatan
yang diperoleh adalah berupa bunga yang biasanya lebih tinggi daripada bunga tabungan atau
deposito. Umumnya bunga diterima sesuai dengan klausul kontrak, ada yang setiap 3 bulan,
ada yang 4 bulan, dan ada yang setiap tahun. Pemegang obligasi mendapatkan hak untuk
dilunasi terlebih dahulu apabila emiten bangkrut. Di samping itu, investasi obligasi juga bisa
mendapatkan capital gain apabila saat menjual obligasi mendapatkan harga yang lebih tinggi
daripada harga pembeliannya. Capital gain17 juga bisa diperoleh jika pemegang obligasi
mendapat diskon pada saat pembelian.
Obligasi syariah sesuai dengan Fatwa Dewan Syariah Nasional No.32/DSN-
MUI/XI/2002 adalah suatu surat berharga jangka panjang berdasarkan prinsip syariah yang
mewajibkan emiten untuk membayar pendapatan kepada pemegang obligasi syariah berupa
bagi hasil/margin/fee,serta membayar kembali dana obligasi pada saat jatuh tempo. Dengan
demikian, pemegang obligasi syariah akan mendapatkan keuntungan bukan dalam bentuk
bunga melainkan dalam bentuk bagi hasil/margin/fee.
Sukuk pada prinsipnya mirip seperti obligasi konvensional, dengan perbedaan pokok,
antara lain berupa penggunaan konsep imbalan dan bagi hasil sebagai pengganti bunga,
adanya transaksi pendukung (underlying transaction), berupa sejumlah tertentu aset yang
menjadi dasar penerbitan sukuk, dan adanya akad atau perjanjian antara pihak yang disusun
berdasarkan prinsip-prinsip syariah. Selain itu, sukuk juga harus di struktur secara syariah
agar instrumen keuangan ini aman dan terbebas dari riba, gharar, dan maysir.

16
M.Nur Rianto Al Arif, Lembaga Keuangan Syariah, Pustaka Setia, Bandung, 2020, hlm.358
14
M.Nur Rianto Al Arif, Lembaga Keuangan Syariah, Pustaka Setia, Bandung, 2020,

1
Obligasi syariah yang juga dikenal dengan sukuk merupakan efek syariah berupa
sertifikat atau bukti kepemilikan yang bernilai sama dan mewakili bagian penyertaan yang
tidak terpisahkan atau tidak terbagi atas kepemilikan aset berwujud tertentu, nilai manfaat
dan jasa atas aset proyek tertentu, serta kepemilikan atas aset proyek tertentu atau aktivitas
investasi tertentu. Sejauh ini, obligasi syariah diatur dalam Fatwa DSN MUI, antara lain
Fatwa DSN MUI No.32/DSN-MUI/IX/2002 tentang Obligasi Syariah, No. 33/DSN-
MUI/IX/2002 tentang Obligasi Syariah Mudharabah, No.41/DSN-MUI/III/2004 tentang
Obligasi Syariah Ijarah, dan No.59/DSN-MUI/V/2007 tentang Obligasi Syariah Mudharabah
Konversi. Di samping itu, pada tanggal 17 Mei 2008 disahkan UU No. 19 tahun 2008 tentang
Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) yang menjadi legal basisbagi penerbitan dan
pengelolaan Sukuk Negara atau SBSN. Surat Berharga Syariah Negara selanjutnya disingkat
SBSN, atau dapat disebut sukuk negara, adalah surat berharga negara yang diterbitkan
berdasarkan prinsip syariah, sebagai bukti atas bagian penyertaan terhadap Aset SBSN, baik
dalam mata uang rupiah maupun valuta asing.18
Ada beberapa alasan obligasi syariah dibutuhkan, yaitu sebagai berikut :
1. Prespektif pasar modal, dengan adanya obligasi syariah maka :
a. pengembangan pasar modal syariah secara lebih luas sebagai implikasi dari
masterplan pasar modal yang dicanangkan Bapepam LK.
b. pengembangan instrumen-instrumen syariah di pasar modal, baik pasar primer
maupun sekunder.
c. bentuk pendanaan yang inovatif dan kompetitif sehingga semakin
memperkaya pengembangan produk yang ada di pasar modal.
d. kebutuhan alternatif instrumen investasi berdasarkan Islam seiring
berkembangnya institusi-institusi keuangan Islam.
2. Perspektif emiten, dengan adanya obligasi syariah maka :
a. mengembangkan akses pendanaan untuk masuk ke dalam institusi keuangan
non konvensional.
b. memperoleh sumber pendanaan yang kompetitif.
c. memperoleh struktur pendanaan yang inovatif dan mennguntungkan.
d. memberikan alternatif investasi kepada masyarakat pasar modal.

Tidak semua emiten dapat menerbitkan obligasi syariah. Untuk menerbitkan obligasi syariah,
beberapa persyaratan berikut harus dipenuhi.
1. Aktivitas utama (core business) yang halal, tidak bertentangan dengan substansi
Fatwa No.20/DSN-MUI/IV/2001. Fatwa tersebut menjelaskan bahwa jenis kegiatan
usaha yang bertentangan dengan syariah Islam, diantaranya :
a. usaha perjudian dan permainan yang tergolong judi atau perdagangan yang di
larang.
b. usaha lembaga keuangan konvensional (ribawi), termasuk perbankan dan
asuransi konvensional.
c. usaha yang memproduksi, mendistribusi, memperdagangkan makanan dan 19
minuman haram.
d. usaha yang memproduksi, mendistribusi, dan menyediakan barang-barang
ataupun jasa yang merusak moral dan bersifat mudharat.

18
M.Nur Rianto Al Arif, Lembaga Keuangan Syariah, Pustaka Setia, Bandung, 2020,
hlm.360

1
2. Peringkat investment grade :
a. memiliki fundamental usaha yang kuat.
b. memiliki fundamental keuangan yang kuat.
c. memiliki citra yang baik bagi publik.
3. Keuntungan tambahan jika termasuk dalam komponen JII.
Berbagai jenis struktur sukuk yang dikenal secara internasional dan telah
mendapatkan endorsement dari The Accounting and Auditing Organisation for Islamic
Financial Institutions (AAOIFI) dan diadopsi dalam UU No. 19 Tahun 2008 Tentang SBSN.
1. Sukuk Ijarah, yaitu sukuk yang diterbitkan berdasarkan perjanjian atau akad Ijarah
dimana satu pihak bertindak sendiri atau melalui wakilnyamenjual atau menyewakan
hak manfaat atas suatu aset kepada pihak lain berdasarkan harga dan periode yang
disepakati, tanpa diikuti dengan pemindahan kepemilikan aset itu sendiri. Sukuk ijarah
dibedakan menjadi Ijarah al muntahiya bittamlik (sale and Lease back) dan Ijarah
headlease dan Sublease.
2. Sukuk Mudharabah, yaitu sukuk yang diterbitkan berdasarkan perjanjian atau akad
Mudharabah dimana satu pihak menyediakan modal (rab al-maal) dan pihak lain
menyediakan tenaga dan keahlian (mudharib), keuntungan dari kerja sama tersebut
akan dibagi berdasarkan perbandingan yang telah disetujui sebelumnnya. Kerugian
yang timbul akan ditanggung sepenuhnya oleh pihak yang menjadi penyedia modal.
3. Sukuk Musyarakah, yaitu sukuk yang diterbitkan berdasarkan perjanjian atau akad
Musyarakah dimana kedua pihak atau lebih bekerja sama menggabungkan modal
untuk membangun proyek yang telah ada, atau membiayai kegiatan usaha.
Keuntungan maupun kerugian yang timbul di tanggung bersama sesuai dengan jumlah
partisipasi modal masing-masing pihak.
4. Sukuk Istima’, yaitu sukuk yang diterbitkan berdasarkan perjanjian atau akad Istima’
dimana para pihak menyepakati jual beli dalam rangka pembiayaan suatu
proyek/barang. Adapun harga, waktu penyerahan, dan spesifikasi barang/proyek
ditentukan terlebih dahulu berdasarkan kesepakatan.20
3. Surat Berharga Syariah Negara (SBSN)
Surat Berharga Syariah Negara selanjutnya disingkat SBSN, atau dapat disebut sukuk
negara, adalah surat berharga negara yang diterbitkan berdasarkan prinsip syariah, sebagai
bukti atas bagian penyertaan terhadap aset SBSN, baik dalam mata uang rupiah maupun
valuta asing. SBSN memiliki karakteristik :
a. sebagai bukti kepemilikan aset berwujud atau hak manfaat (beneficial title)
pendapatan berupa imbalan (kupon), margin, dan bagi hasil, sesuai jenis akad yang
digunakan
b. terbebas dari unsur riba, gharar, dan maysir.
c. penerbitannya melalui wali amanat berupa special purpose vehicle (SPV).
d. memerlukan underlying asset (sejumlah tertentu aset yang akan menjadi objek
perjanjian (underlying asset)). Aset yang menjadi objek perjanjian haeus memiliki
nilai ekonomis, dapat berupa aset berwujud atau tidak berwujud, termasuk proyek ang
akan atau sedang dibangun.
Fungsi underlying asset tersebut adalah :
1. menghindari riba
2. prasyarat untuk dapat diperdagangkannya sukuk di pasar sekunder, dan

20
M.Nur Rianto Al Arif, Lembaga Keuangan Syariah, Pustaka Setia, Bandung, 2020,

1
3. menentukan jenis struktur sukuk.
Dalam sukukIjarah Al-Muntahiya Bittamlik atau Ijarah-Sale and Lease Back,
penjualan aset tidak disertai penyerahan fisik aset tetapi yang diahlikan adalah hak
manfaat (beneficial title), sedangkan kepemilikan aset (legal title) tetap pada obligor.
Pada akhir periode sukuk, SPV wajib menjual kembali aset tersebut kepada obligor.
e. penggunaan proceeds harus sesuai prinsip syariah.
Sukuk negara diterbitkan dengan tujuan :
1. memperluas basis sumber pembiayaan anggaran negara
2. mendorong pengembangan pasar keuangan syariah
3. menciptakan benchmark di pasar keuangan syariah
4. diversifikasi basis investor
5. mengembangkan alternatif instrumen investasi
6. mengoptimalkan pemanfaatan Barang Milik Negara
7. memanfaatkan dana-dana masyarakat yang belum terjaring oleh sistem
keuangan konvensional.21
Berinvestasi dalam sukuk negara, khususnya untuk struktur ijarah, memiliki beberapa
kelebihan, yaitu :
1. memberikan penghasilan berupa imbalan atau nisbah bagi hasil yang
kompetitif dibandingkan dengan instrumen keuangan lain.
2. pembayaran imbalan dan nilai nominal sampai dengan sukuk jatuh tempo
dijamin oleh Pemerintah.
3. dapat diperjualbelikan dipasar sekunder..
4. memungkinkan diperolehnya tambahan penghasilan berupa margin (margin
gain).
5. aman dan terbebas dari riba (usury), gharar (uncertainty) dan maysir
(gambling).
6. berinvestasi sambil mengikuti dan melaksanakan syariah.
Dalam penerbitan SBSN terdapat beberapa pihak yang terlibat, yaitu sebagai berikut :
1. Obligor, adalah pihak yang bertanggung jawab atas pembayaran imbalan dan
nilai nominal sukuk yang diterbitkan sampai dengan sukuk jatuh tempo.
2. Special Purpose Vehicle (SPV) adalah badan hukum yang didirikan khusus
untuk penerbitan sukuk dengan fungsi :
a. sebagai penerbit sukuk
b. menjadi counterpart pemerintah dalam transaksi pengalihan aset
c. bertindak sebagai wali amanat (trustee) untuk mewakili kepentingan
investor.22

21
M.Nur Rianto Al Arif, Lembaga Keuangan Syariah, Pustaka Setia, Bandung, 2020, hlm.363

22 M.Nur Rianto Al Arif, Lembaga Keuangan Syariah, Pustaka Setia, Bandung, 2020,
1
Secara sederhana, mekanisme penerbitan Sukuk Ijarah Al Muntahiya Bittamlik (Sale and
Lease Back) dapat dijelaskan berdasarkan skema berikut
Mekanisme Penerbitan Sukuk Ijarah Al- Muntahiya Bittamlik
Penerbitan sukuk

Pemerintah
( Obligor )

3 4

SPV

Pemegang Sukuk
Keterangan:
1. SPV dan obligor melakukan transaksi jual beli aset, disertai dengan Purchase and Sale
Undertaking, yaitu pemerintah menjamin untuk membeli kembali aset dari SPV, dan SPV
wajib menjual kembali aset kepada pemerintah, pada saat sukuk jatuh tempo atau dalam hal
terjadi default.
2. SPV menerbitkan sukuk untuk membiayai pembelian aset.
3. Pemerintah menyewa kembali aset dengan melakukan perjanjiansewa (ijarah agreement)
dengan SPV untuk periode yang samadengan tenor sukukditerbitkan.
4. Berdasarkan servicing agency agreement, pemerintah ditunjuk sebagai agen yang
bertanggung jawab atas perawatan aset.
Pembayaran Imbalan

pemerintah (Obligor SPV pemegang Sukuk 23


)

23 M.Nur Rianto Al Arif, Lembaga Keuangan Syariah, Pustaka Setia, Bandung, 2020,
2
Keterangan:
a. Obligor membayarsewa (imbalan) secara periodik kepada SPV selama masa sewa.
b.Imbalan dapat bersifat tetap (fixet rate) ataupun mengambang(floating rate).
c. SPV melalui agen yang ditunjuk akan mendistribusikan imbalan depada investor.
Pembayaran Imbalan

pemerintah (Obligor SPV pemegang Sukuk


)

Keterangan:
a. Penjualan kembali oleh SPV kepada obligor sebesar nilai nominal sukuk, pada saat sukuk
jatuh tempo.
b. Hasil penjualan aset, digunakan oleh SPV untuk melunasi sukuk kepada investor.
4. Reksadana Syariah
Reksadana syariah adalah reksadana yang beroperasi menurut ketentuan dan prinsip
syariat Islam, baik dalam bentuk akad antara pemodal sebagai pemilik harta (shahib al-
mal/rabb al-mal) dengan manajer investasi. Begitu pula pengelolaan dana investasi sebagai
wakil shahib al-mal maupun antara manajer investasi sebagai wakil shahib al-mal dengan
pengguna investasi.
Di samping investasi secara mandiri atau secara langsung, investor juga dapat
meminta pihak lain yang dipercaya dan dipandang lebih memiliki kemampuan untuk
mengelola investasi. Dengan demikian, timbul kebutuhan akan manajer investasi yang
memahami investasi secara syariah dan kebutuhan akan reksadana syariah. Manajer investasi,
dengan akad wakalah, akan menjadi wakil dari investor untuk kepentingan dan atas nama
investor. Adapun reksadana syariah akan bertindak dalam akad mudharabah sebagai
mudharib yang mengelola dana/harta milik bersama dari para pemilik harta. Sebagai bukti
penyertaan, pemilik dana akan mendapat unit penyertaan dari reksadana syariah, tetapi
reksadana syariah sebenarnya tidak bertindak sebagai mudharib murni karena 24 reksadana
syariah menempatkan kembali dana ke dalam kegiatan emiten melalui pembelian efek
syariah. Dalam hal ini, reksadana syariah berperan sebagai mudharib dan emiten berperan
sebagai mudharib Oleh karena itu, hubungan ini disebut sebagai ikatan Mudharabah
Bertingkat.
Dalam kedua situasi tersebut manajer investasi akan memberikan jasa secara langsung
atau tidak langsung kepada pemilik harta (investor) yang ingin melakukan investasi
mengikuti prinsip syariah. Di samping memahami investasi mengikuti prinsip syariah,
manajer investasi juga harus mampu melakukan kegiatan pengelolaan yang sesuai dengan
syariah. Dengan demikian, diperlukan adanya panduan mengenai norma-norma yang harus
dipenuhi oleh manajer investasi agar investasi dan hasilnya tidak melanggar ketentuan
syariah, termasuk ketentuan yang berkaitan dengan gharar dan maysir.

24 M.Nur Rianto Al Arif, Lembaga Keuangan Syariah, Pustaka Setia, Bandung, 2020,
2
Fatwa DSN MUI No. 20/DSN-MUI/IX/2000 mendefinisikan reksadana syariah
sebagai reksadana yang beroperasi menurut ketentuan dan prinsip Islam, baik dalam bentuk
akad antara pemodal sebagai pemilik harta (shahib al-mal/rabb al-mal) dengan manajer
investasi sebagai wakil shahib al-mal, maupun antara manajer investasi sebagai wakil shahib
al-mal dengan pengguna investasi. Selain itu, fatwa DSN MUI pun memuat, antara lain
sebagai berikut.
1. Dalam reksadana konvensional masih terdapat unsur-unsur yang bertentangan
dengan Islam, baik dari segi akad, pelaksanaan investasi maupun dari segi
pembagian keuntungan.
2. Investasi hanya dapat dilakukan pada instrumen keuangan yang sesuai dengan
Islam, meliputi saham yang sudah melalui penawaran umum dan pembagian
deviden didasarkan pada tingkat laba usaha, penempatan pada deposito dalam
bank umum syariah, dan surat utang yang sesuai dengan Islam.
3. Jenis usaha emiten harus sesuai dengan Islam, antara lain tidak boleh
melakukan usaha perjudian dan sejenisnya, usaha pada lembaga keuangan
ribawi, usaha memproduksi, mendistribusi, dan memperdagangkan makanan
dan minuman haram, serta barang atau jasa yang merusak moral dan
membawa mudharat. Pemilihan dan pelaksanaan investasi harus dilaksanakan
dengan25 prinsip kehati-hatian dan tidak boleh ada unsur yang tidak jelas
(gharar), di antaranya tidak boleh melakukan penawaran palsu, penjualan
barang yang belum dimiliki, insider trading/ menyebarkan informasi yang
salah dan menggunakan informasi orang untuk keuntungan transaksi yang
dilarang, serta melakukan investasi pada perusahaan yang tingkat utangnya
lebih dominan dari modalnya.
4. Emiten dinyatakan tidak layak berinvestasi dalam reksadana syariah jika
struktur utang terhadap modal sangat bergantung pada pembiayaan dari utang,
yang pada intinya merupakan pembiayaan yang mengandung unsur riba,
emiten memiliki nisbah utang terhadap modal lebih dari 82% (utang 45%,
modal 55%), manajemen emiten diketahui bertindak melanggar prinsip usaha
yang islami.
5. Mekanisme operasional reksadana syariah terdiri atas wakalah antara manajer
investasi dan pemodal, serta mudharabah antara manajer investasi dengan
pengguna investasi.
6. Karakteristik mudharabah adalah sebagai berikut:
(a) pembagian keuntungan antara pemodal (yang diwakili oleh manajer
investasi) dan pengguna investasi berdasarkan proporsi yang ditentukan dalam
akad yang telah ditentukan bersama dan tidak ada jaminan atas hasil investasi
tertentu kepada pemodal;
(b) pemodal menanggung risiko sebesar dana yang telah diberikan;
(c) manajer investasi sebagai wakil pemodal tidak menanggung risiko
kerugian atas investasi yang dilakukan sepanjang bukan karena kelalaian
7. Penghasilan investasi yang dapat diterima dalam reksadana syariah adalah:
a. Dari saham dapat berupa:
 dividen yang merupakan bagi hasil atas keuntungan yang
dibagi dari laba, baik yang dibayar dalam bentuk tunai maupun
dalam bentuk saham;

25
M.Nur Rianto Al Arif, Lembaga Keuangan Syariah, Pustaka Setia, Bandung, 2020,

2
 right yang merupakan hak untuk memesan efek lebihdahulu
yang diberikan oleh emiten;
 capital gain yang merupakan keuntungan yangdiperoleh dari
jual beli saham di pasar modal.26
b. Dari obligasi yang sesuai dengan syariah: bagi hasil yang diterima
secara periodik dari laba emiten.
c. Dari surat berharga pasar uang yang sesuai dengan Islam: bagi hasil
yang diterima oleh issuer.
d. Dari deposito dapat berupa: bagi hasil yang diterima dari bank-bank
Islam.
Pada dasarnya, setiap kegiatan investasi mengandung dua unsur,yaitu keuntungan dan risiko.
Adapun keuntungan dalammenginvestasikan dananya melalui reksadana adalah sebagai
berikut.

 Tingkat likuiditas yang baik. Likuiditas di sini adalah kemampuan untuk mengelola
uang masuk dan keluar dari reksadana. Dalam hal ini yang paling sesuai adalah
reksadana untuk saham-saham yang telah dicatatkan di bursa yang transaksinya
terjadi setiap hari, tidak seperti deposito berjangka atau sertifikat deposito periode
tertentu. Selain itu, pemodal dapat mencairkan kembali saham/unit penyertaan setiap
saat sesuai dengan ketetapan yang dibuat setiap reksadana sehingga memudahkan
investor untuk mengelola kasnya.
 Manajer profesional, reksadana dikelola oleh manajer investasi yang andal. Ia mencari
peluang investasi yang paling baik untuk reksadana tersebut. Pada prinsipnya,
manajer investasi bekerja keras untuk meneliti ribuan peluang investasi bagi
pemegang saham/unit reksadana. Adapun pilihan investasi tersebut dipengaruhi oleh
tujuan investasi dari reksadana.
 Diversifikasi adalah istilah investasi ketika seseorang tidak menempatkan seluruh
dana yang dimiliki di dalam satu peluang investasi, dengan maksud membagi risiko.
Manajer investasi memilih berbagai macam saham, sehingga kinerja satu saham tidak
akan memengaruhi keseluruhan kinerja reksadana.
 Biaya rendah, karena reksadana merupakan kumpulan danadari banyak investor
sehingga besarnya kemampuan melakukaninvestasi akan menghasilnya biaya
transaksi yang murah.27
Selain keuntungan, ada pula risiko yang terjadi pada investasi di reksadana, yaitu sebagai
berikut.

 perubahan kondisi ekonomi dan politik;


 berkurangnya nilai unit penyertaan;
 wanprestasi oleh pihak-pihak terkait;
 likuiditas;
 kehilangan kesempatan transaksi investasi pada saat pengajuan klaim asuransi.

26
M.Nur Rianto Al Arif, Lembaga Keuangan Syariah, Pustaka Setia, Bandung, 2020, hlm.368

27 M.Nur Rianto Al Arif, Lembaga Keuangan Syariah, Pustaka Setia, Bandung, 2020,
2
5. Efek Bangun Aset Syariah
Efek beragun aset syariah adalah efek yang diterbitkan oleh kontrak investasi kolektif
EBA Syariah yang portofolionya terdiri atas aset keuangan berupa tagihan yang timbul dari
surat berharga komersial, tagihan yang timbul pada kemudian hari, jual beli pemilikan aset
fisik oleh lembaga keuangan, efek bersifat investasi yang dijamin oleh pemerintah, sarana
peningkatan investasi/arus kas serta aset keuangan setara, yang sesuai dengan prinsip-prinsip
syariah.
Ketentuan melakukan penawaran umum EBA Syariah, yaitu sebagai berikut.
1. Mengikuti Ketentuan Umum Pengajuan PernyataanPendaftaran, Peraturan
Pernyataan Pendaftaran dalam Rangka Penawaran Umum Efek Beragun Aset
(Asset Backed Securities), serta ketentuan tentang Penawaran Umum yang
terkait lainnya.
2. Mencantumkan ketentuan dalam Kontrak Investasi Kolektif EfekBeragun Aset
(KIK-EBA) Syariah dan informasi tambahandalam prospektus hal-hal sebagai
berikut:
 bahwa aset yang menjadi portofolio EBA Syariah tidak bertentangan
dengan prinsip-prinsip syariah di pasar modal;
 wakil manajer investasi yang melaksanakan pengelolaan KIK-EBA
syariah dan penanggung jawab atas pelaksanaan kegiatan kustodian
pada Bank Kustodian mengerti kegiatan kegiatan yang bertentangan
dengan prinsip-prinsip syariahdi pasar modal;28
 kata "syariah" padanama EBA yang diterbitkan;
 mekanisme pembersihan portofolio dan dana EBA Syariah dari unsur-
unsur yang bertentangan dengan prinsip-prinsip syariah di pasar
modal;
 pengelolaan dana EBA Syariah dilarangbertentangan dengan prinsip-
prinsip syariah di pasar modal;
 akad syariah dan skema transaksi syariah yang digunakan dalam
penerbitan efek;
 ringkasan akad syariah yang dilakukan oleh para pihak;
 besarnya nisbah pembayaran bagi hasil, margin, atau fee;
 rencana jadwal dan tata cara pembagian dan/atau pembayaran bagi
hasil, margin, atau fee.
6. Warran Syariah
Fatwa DSN-MUI Nomor: 66/DSN-MUI/III/2008 tentang Warran Syariah pada
tanggal 6 Maret 2008 memastikan bahwa kehalalan investasi di pasar modal tidak hanya
berhenti pada instrumen efek yang bernama saham saja, tetapi juga pada produk derivatifnya.
Produk turunan saham (derivatif) yang dinilai sesuai dengan kriteria DSN adalah warran.
Berdasarkan fatwa pengalihan saham dengan imbalan (warran), seorang pemegang saham
diperbolehkan untuk mengalihkan kepemilikan sahamnya kepada orang lain dengan
mendapat imbalan.
Mekanisme warran bersifat opsional, yaitu warran merupakan hak untuk membeli
sebuah saham pada harga yang telah ditetapkan dengan waktu yang telah ditetapkan pula.

28 M.Nur Rianto Al Arif, Lembaga Keuangan Syariah, Pustaka Setia, Bandung, 2020,
2
Misalkan, warran saham ABCD jatuh tempo pada November 2010, dengan exercise price
Rp1000,-. Artinya, jika investor memiliki warran saham ABCD, dia berhak untuk membeli
satu saham ABCD itu pada bulan November 2010 pada harga Rp1000,-. Warran sebelum
jatuh tempo bisa diperdagangkan. Hasil penjualan warran tersebut merupakan keuntungan
bagi investor yang memilikinya.29

29
M.Nur Rianto Al Arif, Lembaga Keuangan Syariah, Pustaka Setia, Bandung, 2020,

2
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Pasar modal secara umum merupakan tempat bertemunya para penjual dan pembeli
untuk melakukan transaksi dalam rangka memperoleh modal. Penjual dalam pasar modal
adalah perusahaan yang membutuhkan modal (emiten), sehingga mereka berusaha untuk
menjual efek-efek di pasar modal. Adapun pembeli (investor) adalah pihak yang ingin
membeli modal di perusahaan yang menurut pertimbangan mereka dinilai menguntungkan.
Adapun pasar modal syariah secara sederhana dapat diartikan sebagai pasar modal
yang menerapkan prinsip-prinsip syariah dalam kegiatan transaksi ekonomi dan terlepas dari
hal-hal yang dilarang oleh syariat, seperti unsur riba, perjudian, bersifat spekulasi, dan lain-
lain. Pasar modal syariah secara prinsip sangat sudah diterbitkan di pasar modal Indonesia,
seperti dalam kriteria tertentu yang sesuai dengan prinsip syariah.
Pasar modal syariah adalah pasar modal yang seluruh mekanisme kegiatannya,
terutama mengenai perdagangannya telah sesuai dengan prinsip-prinsip syariah. Adapun yang
dimaksud dengan efek syariah adalah efek sebagaimana dimaksud dalam peraturan
perundang-undangan di bidang pasar modal yang akad, pengelolaan perusahaan, dan cara
penerbitannya memenuhi prinsip-prinsip syariah. Prinsip-prinsip syariah adalah prinsip yang
didasarkan oleh syariah ajaran Islam yang penepatannya dilakukan oleh DSN-MUI melalui
Fatwa.

B. Saran
Demikian makalah ini kami buat, kami menyadari bahwa makalah yang kami susun ini jauh
dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang konstruktif
dari pembaca demi lebih baiknya penulisan makalah yang selanjutnya. Semoga makalah ini
bisa bermanfaat bagi semua pihak

2
DAFTAR PUSTAKA

Arif Al Rianto Nur M. Lembaga Keuangan Syariah. Bandung : Pustaka Setia. 2020
Struktur Pasar Modal, http://e-journal.uajy.ac.id

Anda mungkin juga menyukai