Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH

PASAR MODAL SYARIAH

Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas

Mata Kuliah: Lembaga Keuangan Syariah

Dosen Pengampu: JELITA, M.S.I,

Disusun oleh:

1. Tommy Rizky 2114140254


2. Isnan Sayid Maulana 2114140257
3. Muhammad Khairul Khuluqi 2114140265

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PALANGKARAYA


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
JURUSAN EKONOMI ISLAM
PRODI AKUNTANSI SYARIAH
TAHUN AJARAN 2022 M/1444 H
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kehadirat Allah yang Maha Kuasa, atas segala limpahan rahmat
serta hidayahNya, sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dalam bentuk
maupun isinya yang sangat sederhana, dengan judul “ Pasar Modal Syariah”

Makalah ini disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu Lembaga Keuangan Syariah,
yang kami sajikan berdasarkan pengamatan dari berbagai sumber. Makalah ini di susun dengan
berbagai rintangan. Baik itu yang datang dari diri penyusun maupun yang datang dari luar.
Namun dengan penuh kesabaran dan terutama pertolongan dari Tuhan akhirnya makalah ini
dapat terselesaikan, Walaupun makalah ini kurang sempurna dan memerlukan perbaikan tapi
juga memiliki detail yang cukup jelas bagi pembaca. Semoga makalah ini dapat memberikan
pengetahuan yang lebih luas kepada pembaca.

Kami menyadari dalam penulisan makalah ini masih banyak kekurangan dan kelemahan.
Oleh karena itu, kami sangat menerima kritik dan saran yang bersifat membangun untuk
memperbaiki makalah ini.

Palangka Raya, 8 Maret 2023

Tim Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................................................i

DAFTAR ISI...................................................................................................................................ii

BAB I...............................................................................................................................................3

PENDAHULUAN...........................................................................................................................3

A. Latar Belakang......................................................................................................................3
B. Rumusan Masalah.................................................................................................................4
C. Tujuan...................................................................................................................................4
BAB II.............................................................................................................................................5

PEMBAHASAN..............................................................................................................................5

A. Sejarah Pasar Syariah...........................................................................................................5


B. Pengertian Pasar Modal Syariah...........................................................................................8
C. Fungsi dan Karakter Pasar Modal Syariah...........................................................................9
D. Perbedaan Pasar Modal Syariah dan Konvensional...........................................................10
E. Intrumen yang ada Dalam Pasar Modal Syariah................................................................11
F. Prinsip -Prinsip Pasar Modal Syariah.................................................................................15
G. Dasar Hukum Pasar modal Syariah....................................................................................16
BAB III..........................................................................................................................................20

PENUTUP.....................................................................................................................................20

A. Kesimpulan.........................................................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................21

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Beberapa alternatif pilihan yang dapat diambil oleh perusahaan tersebut sebagai upaya
untuk pemenuhan modal tersebut, yaitu melalui bank, pasar modal, atau lembaga pembiayaan
sebagai sumber perdagangannya. Jika pemilih jatuh pada pasar modal, perusahaan tersebut
akan berhadapan dengan investor di pasar modal. Investor di pasar modal adalah masyarakat.
Dari masyarakat, perusahaan akan memperoleh tambahan modal yang akan dipakai untuk
mengembangkan perusahaan dalam skala yang lebih besar tersebut.
Pasar modal merupakan pasar untuk berbagai instrumen keuangan jangka panjang yang
bisa diperjual belikan, baik dalam bentuk utang, ekuitas (saham), instrumen derivatif,
maupun instrumen lainnya. Pasar modal merupakan sarana pendanaan bagi perusahaan
maupun instansi lain (misalnya pemerintah) dan sarana bagi kegiatan berinvestasi bagi para
insvestor. Dengan demikian, pasar modal memfasilitasi berbagai sarana dan prasarana
kegiatan jual beli dan kegiatan terkait lainnya.
Pasar modal syariah adalah pasar modal yang dijalankan dengan konsep syariah, dimana
setiap perdagangan surat berharga mentaati ketentuan transaksi sesuai dengan ketentuan
syariah. Pasar modal syariah tidak hanya ada dan berkembang di Indonesia tetapi juga di
negara-negara lain, seperti negara Malaysia. Lembaga yang pertama kali menaruh perhatian
di dalam mengoperasikan portofolionya dengan manajemen portofolio syariah di pasar
syariah adalah Amanah Income fund yang didirikan pada bulan juni 1986 oleh para anggota
The North American Islamic Trust yang bermarkas di Indiana Amerika Serikat.
Dari pengertian lain Pasar modal syariah adalah pasar modal yang seluruh mekanisme
kegiatannya terutama mengenai emiten, jenis efek yang diperdagangkan dan mekanisme
perdagangannya telah sesuai dengan prinsip-prinsip syariah. Sedangkan yang dimaksud
dengan efek syariah adalah efek sebagaimana dimaksud dalam peraturan perundang-
undangan di bidang pasar modal yang akad pengelolaan perusahaan maupun cara
penerbitannya memenuhi prinsip-prinsip syariah.
Meskipun instrumen pasar modal syariah telah diperkenalkan sejak 1997, namun secara
formal namun peluncuran pasar modal yang telah sesuai dengan prinsip-prinsip syariah

iii
dilakukan pada 14 Maret 2003. Pada kesempatan itu telah ditandatangani kerjasama antara
Bapepam-LK dengan Dewan Syariah Nasional ( DSN-MUI), yang dilanjutkan antara DSN-
MUI dengan kalangan SRO. Setelah itu lahir beberapa fatwa MUI tentang ketentuan
operasional pasar modal syarish hasil kerja sama dengan
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan pemaparan di atas, muncul pertanyaan yang akan dikaji dalam makalah ini,
yaitu
1. Bagaiman Sejarah Pasar Modal Syariah?
2. Apa Pasar Modal Syariah?
3. Bagaiman Fungsi dan Karakter Pasar Modal Syari’ah?
4. Bagaiman Perbedaan Pasar Modal Konvensional dan Syariah ?
5. Apa saja Instrumen Yang ada dalam Pasar Modal Syariah ?
6. Bagaimana Prinsip – prinsip Pasar modal Syariah ?
7. Apa Dasar Hukum Pasar Modal Syariah ?

C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan disusunnya makalah ini sebagai berikut:
1. Menjelaskan tentang Sejarah Pasar Modal Syariah.
2. Menjelaskan tentang Pengertian Pasar modal Syariah.
3. Menjelaskan tentang Fungsi dan Karakter Pasar Modal syariah.
4. Menjelaskan tentang Perbedaan Pasar modal Konvensional dan Syariah.
5. Menjelaskan tentang apa saja yang termasuk dalam pasar modal syariah.
6. Menjelaskan tentang Prinsip – prinsip pasar modal Syariah.
7. Menjelaskan tentang Dasar hukum apa saja dalam pasar modal Syariah.

iv
BAB II
PEMBAHASAN

A. Sejarah Pasar Syariah


Sejarah Pasar Modal Syariah di Indonesia dimulai dengan diterbitkannya Reksa Dana
Syariah oleh PT. Danareksa Investment Management pada 3 Juli 1997. Selanjutnya, Bursa Efek
Indonesia (d/h Bursa Efek Jakarta) berkerjasama dengan PT. Danareksa Investment Management
meluncurkan Jakarta Islamic Index pada tanggal 3 Juli 2000 yang bertujuan untuk memandu
investor yang ingin menginvestasikan dananya secara syariah. Dengan hadirnya indeks tersebut,
maka para pemodal telah disediakan saham-saham yang dapat dijadikan sarana berinvestasi
sesuai dengan prinsip syariah.

Pada tanggal 18 April 2001, untuk pertama kali Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama
Indonesia (DSN-MUI) mengeluarkan fatwa yang berkaitan langsung dengan pasar modal, yaitu
Fatwa Nomor 20/DSN-MUI/IV/2001 tentang Pedoman Pelaksanan Investasi Untuk Reksa Dana
Syariah. Selanjutnya, instrumen investasi syariah di pasar modal terus bertambah dengan
kehadiran Obligasi Syariah PT. Indosat Tbk pada awal September 2002. Instrumen ini
merupakan Obligasi Syariah pertama dan akad yang digunakan adalah akad mudharabah.

Sejarah Pasar Modal Syariah juga dapat ditelusuri dari perkembangan institusional yang
terlibat dalam pengaturan Pasar Modal Syariah tersebut. Perkembangan tersebut dimulai dari
MoU antara Bapepam dan DSN-MUI pada tanggal 14 Maret 2003. MoU menunjukkan adanya
kesepahaman antara Bapepam dan DSN-MUI untuk mengembangkan pasar modal berbasis
syariah di Indonesia.

Dari sisi kelembagaan Bapepam-LK, perkembangan Pasar Modal Syariah ditandai dengan
pembentukan Tim Pengembangan Pasar Modal Syariah pada tahun 2003.

Selanjutnya, pada tahun 2004 pengembangan Pasar Modal Syariah masuk dalam struktur
organisasi Bapepam dan LK, dan dilaksanakan oleh unit setingkat eselon IV yang secara khusus
mempunyai tugas dan fungsi mengembangkan pasar modal syariah. Sejalan dengan
perkembangan industri yang ada, pada tahun 2006 unit eselon IV yang ada sebelumnya
ditingkatkan menjadi unit setingkat eselon III.

v
Pada tanggal 23 Nopember 2006, Bapepam-LK menerbitkan paket Peraturan Bapepam dan
LK terkait Pasar Modal Syariah. Paket peraturan tersebut yaitu Peraturan Bapepam dan LK
Nomor IX.A13 tentang Penerbitan Efek Syariah dan Nomor IX.A.14 tentang Akad-akad yang
digunakan dalam Penerbitan Efek Syariah di Pasar Modal. Selanjutnya, pada tanggal 31 Agustus
2007 Bapepam-LK menerbitkan Peraturan Bapepam dan LK Nomor II.K.1 tentang Kriteria dan
Penerbitan Daftar Efek Syariah dan diikuti dengan peluncuran Daftar Efek Syariah pertama kali
oleh Bapepam dan LK pada tanggal 12 September 2007.

Perkembangan Pasar Modal Syariah mencapai tonggak sejarah baru dengan disahkannya
UU Nomor 19 tahun 2008 tentang Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) pada tanggal 7 Mei
2008. Undang-undang ini diperlukan sebagai landasan hukum untuk penerbitan surat berharga
syariah negara atau sukuk negara. Pada tanggal 26 Agustus 2008 untuk pertama kalinya
Pemerintah Indonesia menerbitkan SBSN seri IFR0001 dan IFR0002.

Pada tanggal 30 Juni 2009, Bapepam-LK telah melakukan penyempurnaan terhadap


Peraturan Bapepam-LK Nomor IX.A.13 tentang Penerbitan Efek Syariah dan II.K.1 tentang
Kriteria dan Penerbitan Daftar Efek Syariah.

Sekitar awal abad ke-19 pemerintah kolonial Belanda mulai membangun perkebunan
secara besar-besaran di Indonesia. Sebagai salah satu sumber dana adalah dari para penabung
yang telah dikerahkan sebaik-baiknya. Para penabung tersebut terdiri dari orang-orang Belanda
dan Eropa lainnya yang penghasilannya sangat jauh lebih tinggi dari penghasilan penduduk
pribumi. Atas dasar itulah maka pemerintahan kolonial waktu itu mendirikan pasar modal.
Setelah mengadakan persiapan, maka akhirnya berdiri secara resmi pasar modal di Indonesia
yang terletak di Batavia (Jakarta) pada tanggal 14 Desember 1912 dan bernama Vereniging voor
de Effectenhandel (bursa efek) dan langsung memulai perdagangan.

Secara singkat, tonggak perkembangan pasar modal di Indonesia dapat dilihat sebagai
berikut :

1) 14 Desember 1912: Bursa Efek pertama di Indonesia dibentuk di Batavia oleh


Pemerintah Hindia-Belanda.
2) 1914-1918: bursa efek di Jakarta ditutup selama Perang Dunia I.

vi
3) 1925-1942: bursa efek di Jakarta di buka kembali bersama dengan bursa efek di
Semarang dan Surabaya.
4) Awal tahun 1939: karena isu politik (Perang Dunia II) bursa efek di Semarang dan
Surabaya ditutup.
5) 1942-1952: bursa efek di Jakarta ditutup kembali selama perang dunia II.
6) 1952: Bursa Efek di Jakarta diaktifkan kembali dengan UUD Pasar Modal 1952, yang
dikeluarkan oleh Menteri Kehakiman (Lukman Wiradinata) dan Menteri Keuangan
(Prof. Dr. Sumitro Djojohadikusumo). Instrumen yang diperdagangkan yaitu Obligasi
Pemerintah RI (1950).
7) 1956: program nasionalisasi perusahaan Belanda. Bursa efek semakin tidak aktif
8) 1956-1977: perdagangan di bursa efek fakum.
9) 10 agustus 1977: bursa efek diresmikan kembali oleh Presiden Soeharto. BEJ
dijalankan di bawah Bapepam. Tanggal 10 agustus diperingati sebagai HUT Pasar
Modal. Pengaktifan kembali pasar modal ini juga ditandai dengan go public PT
Semen Cibonang sebagai emiten pertama.
10) 1977-1987: perdagangan di bursa efek sangat lesu. Jumlah emiten hingga1987 baru
mencapai 24. Masyarakat lebih memilih instrumen perbankan dibandingkan
instrumen pasar modal.
11) 987: ditandai dengan hadirnya paket desember 1987 (PAK-DES 87) yang
memberikan kemudahan bagi perusahaan untuk melakukan penawaran umum dan
investor asing menanamkan modal di Indonesia.
12) 1988-1990: paket deregulasi dibidang perbankan dan pasar modal diluncurkan. Pintu
BEJ terbuka untuk asing. Aktivitas bursa terlihat meningkat.
13) 2 juni 1988: Bursa Paralel Indonesia (BPI) mulai beroperasi dan dikelola oleh
Persatuan Perdagangan Uang dan Efek (PPUE), sedangkan organisasinya terdiri dari
broker dan dealer.
14) Desember 1988: pemerintah mengeluarkan paket desember (PAKDES ’88) yang
memberikan kemudahan perusahaan untuk go punlic dan beberapa kebijakan lain
yang positif bagi pertumbuhan pasar modal.
15) 16 Juni 1989: Bursa Efek Surabaya (BES) mulai beroperasi dan dikelola oleh
perseroan terbatas milik swasta yaitu PT Bursa Efek Surabaya.

vii
16) Juli 1992: swastanisasi BEJ; Bapepam berubah menjadi Badan Pengawas Pasar
Modal. Tanggal ini diperingati sebagai HUT BEJ.
17) 22 Mei 1995: sistem operasi perdagangan di BEJ dilaksanakan dengan sistem
computer JATS (Jakarta Automated Trading Systems).
18) 10 November 1995: Pemerintah mengeluarkan UU No. 8 tahun 1995 tentang Pasar
Modal. UU ini mulai diberlakukan mulai Januari 1996.
19) 1995: Bursa Paralel Indonesia marger dengan Bursa Efek Surabaya.
20) 3 Juli 1997: lahir danareksa syariah oleh PT Danareksa Investent Management.
21) 2000: sistem perdagangan tanpa warkat (scripless trading) mulai diaplikasikan di
pasar modal Indonesia.
22) 3 Juli 2003: BEI bekerjasama dengan PT Danareksa Investment Management
meluncurkan Jakarta Islamic Index yang bertujuan untuk memandu investor yang
ingin menanamkan dananya secara syariah.
23) 2002: BEJ mulai mengaplikasikan sistem perdagangan jarak jauh (remote trading).
24) 4 Maret 2003: pasar modal syariah diresmikan oleh Menkeu Boediono didampingi
ketua Bapepam Herwidayatmo, wakil dari MUI, wakil dari DSN pada Direksi, direksi
perusahaan efek, pengurus organisasi pelaku, dan asosiasi profesi di pasar modal.
25) 2007: penggabungan BEJ dan BES berdasarkan kesepakatan RUPSLB pada tanggal
40 oktober 2007 yang kemudian dituangkan dalam Akta Penggabungan dan berganti
nama menjadi PT Bursa Efek Indonesia yang resmi beroperasi sejak tanggal 1
nopember 2007.(7. Andri Soemitra, op.cit, h. 114-117).

B. Pengertian Pasar Modal Syariah

Istilah pasar biasanya digunakan istilah bursa, exchange dan market. Sementara untuk istilah
modal sering digunakan istilah efek, securities, dan stock. Pengetian Pasar Modal berdasarkan
Undang-undang Nomor 8 Tahun 1995 Tentang Pasar Modal dalam Bab I Ketentuan Umum,
Pasal 1 ayat (13), yang didalamnya disebutkan, bahwa Pasar Modal adalah kegiatan yang
bersangkutan dengan Penawaran Umum dan perdagangan Efek, Perusahaan Publik yang

viii
berkaitan dengan Efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan
Efek. (1. Undang-undang Nomor 8 Tahun 1995 Tentang Pasar Modal)

Pasar modal secara umum merupakan suatu tempat bertemunya para penjual dan pembeli
untuk melakukan transaksi dalam rangka memperoleh modal. Penjual dalam pasar modal
merupakan perusahaan untuk menjual efek-efek di pasar modal yang disebut emiten, sedangkan
pembeli disebut investor.

Pasar modal Syari’ah secara sederhana dapat diartikan sebagai pasar modal yang menerapkan
prinsip-prinsip Syari’ah dalam kegiatan transaksi ekonomi dan terlepas dari hal- hal yang
dilarang seperti: riba, perjudian, spekulasi.

Pasar modal Syari’ah adalah pasar modal yang seluruh mekanisme kegiatannya terutama
mengenai emiten, jenis efek yang diperdagangkannya telah sesuai dengan prinsip- prinsip
Syari’ah. Sedangkan efek Syari’ah adalah efek yang dimaksudkan dalam peraturan perundang-
undangan di bidang Pasar Modal yang akad, pengelolaan perusahaan, maupun cara penerbitnya
memenuhi prinsip-prinsip Syari’ah yang didasarkan atas ajaran Islam yang penetapannya
dilakukan oleh DSN-MUI (Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia) dalam bentuk
fatwa.

Jadi yang dimaksud dengan Pasar Modal Syariah adalah Pasar Modal adalah kegiatan yang
bersangkutan dengan Penawaran Umum dan perdagangan Efek, Perusahaan Publik yang
berkaitan dengan Efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan
Efek, berdasarkan prinsip syariah.(2. Fatwa Dewan Syariah Nasional Nomor:
40/DSN-MUI/X/2003 Tentang Pasar Modal Syari’ah).

C. Fungsi dan Karakter Pasar Modal Syariah

Menurut MM. Metwally keberadaan pasar modal syari’ah secara umum berfungsi :

1) Memungkinkan bagi masyarakat berpartisipasi dalam kegiatan bisnis dengan


memperoleh bagian dari keuntungan dan risikonya.
2) Memungkinkan para pemegang saham menjual sahamnya guna mendapatkan likuiditas.

ix
3) Memungkinkan perusahaan meningkatkan modal dari luar untuk membangun dan
mengembangkan lini produksinya.
4) Memisahkan operasi kegiatan bisnis dari fluktuasi jangka pendek pada harga saham yang
merupakan ciri umum pada pasar modal konvensional.
5) Memungkinkan investasi pada ekonomi itu ditentukan oleh kinerja bisnis sebagaimana
tercermin pada harga saham.(3. Andri Soemitra, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah,
(Jakarta: Kencana, 2010), cet ke-2, h. 114)

Menurut Metwally karakteristik yang diperlukan dalam membentuk pasar modal syariah adalah
sebagai berikut :

1) Semua saham harus diperjualbelikan pada bursa efek


2) Bursa perlu mempersiapkan pasca perdagangan dimana saham dapat diperjualbelikan
melalui pialang
3) Semua perusahaan yang mempunyai saham yang dapat diperjualbelikan di Bursa efek
diminta menyampaikan informasi tentang perhitungan (account) keuntungan dan
kerugian serta neraca keuntungan kepada komite manajemen bursa efek, dengan jarak
tidak lebih dari 3 bulan
4) Komite manajemen menerapkan harga saham tertinggi (HST) tiap-tiap perusahaan
dengan interval tidak lebih dari 3 bulan sekali
5) Saham tidak boleh diperjual belikan dengan harga lebih tinggi dari HST
6) Saham dapat dijual dengan harga dibawah HST
7) Komite manajemen harus memastikan bahwa semua perusahaan yang terlibat dalam
bursa efek itu mengikuti standar akuntansi syariah;
8) Perdagangan saham mestinya hanya berlangsung dalam satu minggu periode
perdagangan setelah menentukan HST;
9) Perusahaan hanya dapat menerbitkan saham baru dalam periode perdagangan, dan
dengan harga HST

D. Perbedaan Pasar Modal Syariah dan Konvensional

SYARIAH KONVENSIONAL

x
1. Investasi terbatas pada sektor-sektor 1. Investor bebas untuk memilih
tertentu yang tidak dilarang atau investasi antara debt-bearing
masuk dalam negative list investasi investment dengan profit-bearing
syariah dan tidak atas dasar utang investment di seluruh sektor.
(debt-bearing investment)
2. Didasarkan pada prinsip syariah 2. Didasarkan pada prinsip bunga
yang mendorong penerapan profit-
loss sharing dan skema kemitraan
3. Melarang berbagai bentuk bunga, 3. Memperbolehkan spekulasi dan judi
spekulasi dan judi yang pada gilirannya akan
mendorong fluktuasi pasar yang
tidak terkendali
4. Adanya syariah guideline yang 4. Guideline investasi secara umum
mengatur berbagai aspek seperti pada produk hukum pasar modal.
alokasi aset, praktek investasi,
perdagangan dan distribusi
pendapatan
5. Terdapat mekanisme screening
perusahaan yang harus mengikuti
prinsip syariah.

E. Intrumen yang ada Dalam Pasar Modal Syariah

Pasar modal syariah, instrument yang diperdagangkan adalah: (Muttaqin, 2008)


1) Saham
Saham dalam pasar modal syariah sama dengan saham dalam pasar modal konvensional.
Hanya bedanya saham yang diperdagangkan dalam pasar modal syariah harus datang dari

xi
emiten yang memenuhikriteria-kriteria syariah. Secara konsep, saham merupakan surat
berharga bukti penyertaan modal kepada perusahaan dan dengan bukti penyertaan tersebut
pemegang saham berhak untuk mendapatkan bagian hasil dari usaha perusahaan tersebut.
Konsep penyertaan modal dengan hak bagian hasil usaha ini merupakan konsep yang tidak
bertentangan dengan prinsip syariah. Prinsip syariah mengenal konsep ini sebagai kegiatan
musyarakah atau syirkah. Berdasarkan analogi tersebut, maka secara konsep saham
merupakan efek yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah. Namun demikian, tidak
semua saham yang diterbitkan oleh Emiten dan Perusahaan Publik dapat disebut sebagai
saham syariah. Suatu saham dapat dikategorikan sebagai saham syariah jika saham tersebut
diterbitkan oleh:

a) Emiten dan Perusahaan Publik yang secara jelas menyatakan dalam anggaran
dasarnya bahwa kegiatan usaha Emiten dan Perusahaan Publik tidak bertentangan
dengan Prinsip-prinsip syariah.
b) Emiten dan Perusahaan Publik yang tidak menyatakan dalam anggaran dasarnya
bahwa kegiatan usaha Emiten dan Perusahaan Publik tidak bertentangan dengan
Prinsip-prinsip syariah, namun memenuhi kriteria sebagai berikut:
c) kegiatan usaha tidak bertentangan dengan prinsip syariah sebagaimana diatur
dalam peraturan IX.A.13, yaitu tidak melakukan kegiatan usaha:
1. perjudian dan permainan yang tergolong judi;
2. perdagangan yang tidak disertai dengan penyerahan barang/jasa;
3. perdagangan dengan penawaran/permintaan palsu;
4. bank berbasis bunga;
5. perusahaan pembiayaan berbasis bunga;
6. jual beli risiko yang mengandung unsur ketidakpastian(gharar) dan/atau judi
(maisir), antara lain asuransi konvensional;
memproduksi, mendistribusikan, memperdagangkan dan/atau menyediakan barang atau
jasa haram zatnya (haram li-dzatihi), barang atau jasa haram bukan karena zatnya (haram li-
ghairihi) yang ditetapkan oleh DSN-MUI; dan/atau, barang atau jasa yang merusak moral
dan bersifat mudarat;
1. melakukan transaksi yang mengandung unsur suap (risywah);

xii
2. rasio total hutang berbasis bunga dibandingkan total ekuitas tidak lebih dari 82%,
dan
3. rasio total pendapatan bunga dan total pendapatan tidak halal lainnya
dibandingkan total pendapatan usaha dan total pendapatan lainnya tidak lebih dari
10%.

2) Obligasi Syariah
Intrumen obligasi syariah dapat diterbitkan dengan menggunakan prinsip mudharabah,
musyarakah, ijarah, istisna’, salam, dan murabahah sehingga dari prinsip ini nama
obligasi Syariah tergantung pada prinsip yang mana yang digunakan emiten.

3) Reksa Dana Syariah


merupakan sarana investasi campuran yang menggabungkan saham dan obligasi syariah
dalam satu produk yang dikelola oleh manajer investasi. Manajer investasi menawarkan
Reksa Dana Syariah kepada para investor yang berminat, sementara dana yang diperoleh
dari investor tersebut dikelola oleh manajer investasi untuk ditanamkan dalam saham atau
obligasi syariah yang dinilai menguntungkan Dalam Peraturan Bapepam dan LK Nomor
IX.A.13 Reksa Dana syariah didefinisikan sebagai reksa dana sebagaimana dimaksud dalam
UUPM dan peraturan pelaksanaannya yang pengelolaannya tidak bertentangan dengan
Prinsip-prinsip Syariah di Pasar Modal.
Reksa Dana Syariah sebagaimana reksa dana pada umumnya merupakan salah satu
alternatif investasi bagi masyarakat pemodal, khususnya pemodal kecil dan pemodal yang
tidak memiliki banyak waktu dan keahlian untuk menghitung risiko atas investasi mereka.
Reksa Dana dirancang sebagai sarana untuk menghimpun dana dari masyarakat yang
memiliki modal, mempunyai keinginan untuk melakukan investasi, namun hanya memiliki
waktu dan pengetahuan yang terbatas.

Reksa Dana Syariah dikenal pertama kali di Indonesia pada tahun 1997 ditandai dengan
penerbitan Reksa Dana Syariah Danareksa Saham pada bulan Juli 1997.
Sebagai salah satu instrumen investasi, Reksa Dana Syariah memiliki kriteria yang
berbeda dengan reksa dana konvensional pada umumnya. Perbedaan ini terletak pada

xiii
pemilihan instrumen investasi dan mekanisme investasi yang tidak boleh bertentangan
dengan prinsip- prinsip syariah. Perbedaan lainnya adalah keseluruhan proses manajemen
portofolio, screeninng (penyaringan), dan cleansing (pembersihan).

Seperti halnya wahana investasi lainnya, disamping mendatangkan berbagai peluang


keuntungan, Reksa Dana pun mengandung berbagai peluang risiko, antara lain:

1. Risiko Berkurangnya Nilai Unit Penyertaan.


Risiko ini dipengaruhi oleh turunnya harga dari Efek (saham, sukuk, dan surat
berharga syariah lainnya) yang masuk dalam portfolio Reksa Dana tersebut. Ini
berkaitan dengan kemampuan manajer investasi reksadana dalam mengelola dananya.

2. Risiko Likuiditas

Risiko ini menyangkut kesulitan yang dihadapi oleh Manajer Investasi jika
sebagian besar pemegang unit melakukan penjualan kembali (redemption) atas
sebagian besar unit penyertaan yang dipegangnya kepada Manajer Investasi secara
bersamaan. dapat menyulitkan manajemen perusahaan dalam menyediakan dana
tunai. Risiko ini hanya terjadi pada perusahaan reksadana yang sifatnya terbuka
(open-end funds). Risiko ini dikenal juga sebagai redemption effect.

3. Risiko Wanprestasi
Risiko ini merupakan risiko terburuk, dimana pada umumnya kekayaan reksa
dana diasuransikan kepada perusahaan asuransi. Risiko ini dapat timbul ketika
perusahaan asuransi yang mengasuransikan kekayaan Reksa Dana tersebut tidak
segera membayar ganti rugi atau membayar lebih rendah dari nilai pertanggungan
saat terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Selain itu, wanprestasi dimungkinkan
akibat dari pihak- pihak yang terkait dengan Reksa Dana, pialang, bank kustodian,
agen pembayaran, atau bencana alam, yang dapat menyebabkan penurunan NAB
(Nilai Aktiva Bersih) Reksa Dana.

4. Risiko politik dan ekonomi

xiv
Risiko yang berasal dari perubahan kebijakan ekonomi dan politik yang
berpengaruh pada kinerja bursa dan perusahaan sekaligus, sehingga akhirnya
membawa efek pada portofolio yang dimiliki suatu reksadana.

4) Sukuk
merupakan istilah baru yang dikenalkan sebagai pengganti dari istilah obligasi syariah
(islamic bonds). Sukuk secara terminologi merupakan bentuk jamak dari kata ”sakk” dalam
bahasa Arab yang berarti sertifikat atau bukti kepemilikan. Sementara itu, Peraturan
Bapepam dan LK Nomor IX.A.13 memberikan definisi Sukuk sebagai berikut : “Efek
Syariah berupa sertifikat atau bukti kepemilikan yang bernilai sama dan mewakili bagian
yang tidak tertentu (tidak terpisahkan atau tidak terbagi (syuyu’/undivided share) atas:
a. aset berwujud tertentu (ayyan maujudat);
b. nilai manfaat atas aset berwujud (manafiul ayyan) tertentu baik yang sudah ada
maupun yang akan ada;
c. jasa (al khadamat) yang sudah ada maupun yang akan ada
d. aset proyek tertentu (maujudat masyru’ muayyan); dan atau
e. kegiatan investasi yang telah ditentukan (nasyath ististmarin khashah)”

Karakteristik Sukuk
Sebagai salah satu Efek Syariah sukuk memiliki karakteristik yang berbeda dengan
obligasi. Sukuk bukan merupakan surat utang, melainkan bukti kepemilikan bersama atas
suatu aset/proyek. Setiap sukuk yang diterbitkan harus mempunyai aset yang dijadikan dasar
penerbitan (underlying asset ). Klaim kepemilikan pada sukuk didasarkan pada aset/proyek
yang spesifik. Penggunaan dana sukuk harus digunakan untuk kegiatan usaha yang halal.
Imbalan bagi pemegang sukuk dapat berupa imbalan, bagi hasil, atau marjin, sesuai dengan
jenis akad yang digunakan dalam penerbitan sukuk.

Jenis Sukuk

xv
Jenis sukuk berdasarkan Standar Syariah AAOIFI No.17 tentang Investment Sukuk, terdiri
dari ;
1. Sertifikat kepemilikan dalam aset yang disewakan.
2. Sertifikat kepemilikan atas manfaat, yang terbagi menjadi 4 (empat) tipe :
Sertifikat kepemilikan atas manfaat aset yang telah ada, Sertifikat kepemilikan
atas manfaat aset di masa depan, sertifikat kepemilikan atas jasa pihak tertentu
dan Sertifikat kepemilikan atas jasa di masa depan.
3. Sertifikat salam.
4. Sertifikat istishna.
5. Sertifikat murabahah.
6. Sertifikat musyarakah.
7. Sertifikat muzara’a.
8. Sertifikat musaqa.
9. Sertifikat mugharasa.

F. Prinsip -Prinsip Pasar Modal Syariah

Investasi di pasar modal syariah harus didasarkan pada tiga prinsip utama syariah, yaitu
dilarangnya: (Nadjib et al., 2008: 23)

1. Riba

Riba adalah mengambil tambahan dalam suatu transaksi jual beli ataupun pinjam
meminjam yang berlangsung secara dzalim dan bertentangan dengan prinsip muamalah secara
islami.

Ada dua jenis riba, yaitu:

a) Riba Nasii-ah

Riba Nasii-ah adalah riba yang terjadi sebagai akibat pihak kreditur meminjamkan uang
dengan menentukan batas waktu tertentu disertai memungut bunga sebagai tambahan dari pokok

xvi
yang dipinjamkannya. Implikasi atas larangan riba nasii-ah adalah bahwa penetapan suatu
keuntungan positif di depan sebagai imbalan karena menunggu.

b) Riba Fadhl

Riba Fadhl adalah mempertukarkan suatu barang dengan barang sejenis tetapi tidak sama
kualitasnya. Pertukaran barang tidak sejenis menunjukkan bahwa Islam hakikatnya menentang
bukan saja eksploitasi yang dikandung dalam institusi bunga, akan tetapi juga bentuk pertukaran
yang tidak jujur dan tidak adil dalam transaksi ekonomi.

2. Gharar (ketidakpastian atau spekulasi)

Gharar secara etimologi bermakna kekhawatiran, bahaya atau risiko. Gharar berarti juga
menghadapi suatu kecelakaan, kerugian, dan atau kebinasaan, yaitu sesuatu yang tidak diketahui
antara tercapai dan tidaknya suatu tujuan, atau muncul keraguan atas wujud fisik dari objek
transaksi. Investasi yang bersifat gharar berarti investai yang mengandung unsur ketidaktahuan
atau akibatnya tidak dapat diprediksi.

Gharar dalam sistem ekonomi tidak dapat diartikan sebagai ketidakpastian


(uncertainty), karena pada hakikatnya ketidakpastian merupakan suatu risiko usaha.
Padahal setiap aktivitas ekonomi hakikatnya senantiasa mengandung risiko, sebagaimana
prinsip dasar bisnis yaitu no risk no return. Risiko dalam transaksi saham di pasar modal yang
diukur dengan beta saham adalah risiko yang tidak dapat dihindari, melainkan harus dihadapi
dengan melibatkan pengetahuan dan kejelasan informasi, adanya objek yang jelas dan dapat
dikontrol (game of skill), sedangkan yang dimasukkan dalam kategori gharar yang dilarang yaitu
risiko pasif (game of chance) yang hanya mengandalkan kepada faktor keberuntungan.

3. Maysir (judi)

Maysir dalam bahasa Arab bermakna “mudah”, yaitu suatu tempat untuk
memudahkansesuatu dimana seseorang seharusnya menempuh jalan yang susah, akan tetapi
dilakukan dengan cara pintas dengan harapan akan dapat mencapai sesuatu yang diinginkan.
Kategori maysir tidak hanya terbatas pada praktik perjudian, termasuk juga didalamnya adalah
transaksi spekulatif.

xvii
G. Dasar Hukum Pasar modal Syariah
Fatwa DSN nomor 40/DSN-MUI/X/2003, menjelaskan landasan syariahnya adalah pertama,
QS. An-Nisa [4] : 29), Hai orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta
sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perdagangan yang berlaku dengan suka
sama suka di antara kamu..”, Kedua, Hadist nabi yang diriwayatkan oleh Baihaqi dari Ibnu
Umar, Rasulullah saw. melarang jual beli (yang mengandung) gharar. Ketiga, Kaidah Fiqh, yang
menjelaskan bahwa “Pada dasarnya segala bentuk mu’malah boleh dilakukan sepanjang tidak
ada dalil yang mengharamkannya. Keempat, Pendapat ulama Ibnu Qadamah dalam Al-Mughni
juz 5/175, [ Bairut, Dar L-Fikr tanpa thn, menjelaskan bahwa “jika seorang dari dua orang
berserikat membeli porsi mitra serikatnya, hukumnya boleh karena ia membeli milik pihak lain.

Dalam BAB I, Ketentuan Umum, pasal 1, dijelaskan yang dimaksud dengan ;

1. Pasar Modal adalah kegiatan yang bersangkutan dengan penawaran umum dan
perdagangan efek. Perusahaan publik yang berkaitan dengan efek yang
diterbitkannya serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek.

2. Emiten adalah pihak yang melakukan penawaran umum;

3. Efek Syari’ah adalah efek sebagaimana dimaksud dalam peraturan perundang-


undangan di bidang pasar modal adalah surat berharga yang akad,
pengelolaan perusahaannya maupun cara penerbitannya memenuhi prinsip-
prinsip syariah.

4. Syari’ah Compliance Officer (SCO) adalah pihak atau pejabat dari suatu
perusahaan atau lembaga yang telah mendapat sertifikat dari DSN-MUI dalam
pemahaman mengenai prinsip-prinsip syariah di pasar Modal.

5. Pernyataan Kesesuaian Syariah adalah pernyataan tertulis yang dikeluarkan oleh


DSN-MUI terhadap suatu Efek Syariah bahwa efek tersebut sudah sesuai dengan
prinsip-prinsip Syariah.

xviii
6. Prinsip-prinsip syariah adalah prinsip-prinisp yang didasarkan atas ajaran Islam
yang pendapatnya dilakukan oleh DSN-MUI, baik ditetapkan dalam fatwa ini
maupun dalam fatwa terkait lainnya.

Dalam BAB II, Prinsip-Pirnisp Syariah di Bidang Pasar Modal, pasal 2, Pasar Modal ;

1. Pasar Modal berserta seluruh mekanisme kegiatannya terutama mengenai emiten,


jenis efek yang diperdagangkan dan mekanisme perdagangannya dipandang telah
sesuai dengan syariah apabila telah memenuhi prinsip-prinsip syariah.
2. Suatu efek dipandang telah memenuhi prinsip-prinsip syariah apabila telah
memperoleh pernyataan kesesuaian syariah.
Dalam BAB III, Emiten yang Menerbitkan Efek Syariah, pasal 3, memuat Kriteria
Emiten atau Perusahaan Publik :

1. Jenis usaha, produk barang, jasa yang diberikan dan akad serta cara
pengelolaan perusahaan emiten atau perusahaan publik yang menrbitkan efek
syariah tidak boleh bertentangan dengan prinsip-prinsip syariah.
2. Jenis kegiatan usaha yang bertentangan dengan prinsip-prinsip syariah
sebagaiaman dimaksud dengan pasal 3 angga 1 di atas, antara lain ;

a. Perjudian dan permainan yang tergolong judi atau perdagangan yang dilarang;

b. Lembaga keuangan konvensional (ribawi), termasuk perbankan dan asuransi


konvensional;
c. Produsen, distributor, serta pedagang makanan dan minuman yang haram; dan
d. Produsen, distributor, dan/atau penyedia barang-barang ataupun jasa yang
merusak moral dan bersifat mudarat;
e. Melakukan investasi pada emiten (perusahaan) yang pada saat transaksi tingkat
(nisbah) utang perusahaan kepada lembaga keuangan ribawi lebih dominan dari
modalnya.
3. Emiten atau perusahaan publik yang bermaksud menerbitkan efek syariah
wajib untuk menandatangani dan memenuhi ketentuan akad yang sesuai dengan

xix
syariah atas efek syariah yang dikeluarkan.

4. Emiten atau perusahaan pbulik yang menerbitkan efek syariah wajib menjamin bahwa
kegiatan usahanya memenuhi prinsip-prinsip syariah dan memiliki Syariah Complience
Officer.
` Dalam hal emiten atau perusahaan publik yang menerbitkan efek syariah sewaktu-
waktu tidk memenuhi persyaratan tersebut di atas, maka efek yang diterbtikan dengan
sendirinya sudah bukan sebagai efek syariah.
Dalam BAB IV, Kriteria dan Jenis Efek Syariah, pasal 4, memuat Jenis Efek Syariah

1. Efek syariah mencakup saham syariah, obligasi syariah, reksadana syariah,


Kontrak Investasi Kolektif Efek Beragun Aset (KIK-EBA) Syariah dan surat
berharga lainnya yang sesuai dengan prinsip-prinsip syariah.
2. Saham syariah adalah bukti kepemilikan atas suatu perusahaan yang memenuhi
kriteria sebagaimana tercantum dalam pasal 3, dan tidak termasuk saham yang
memiliki hak-hak istimewa.
3. Obligasi syariah adalah surat berharga jangka panjang berdasarkan prinsip
syariah yang dikeluarkan emiten kepada pemegang obligasi syariah yang
mewajibkan emiten untuk membayar pendapatan kepada pemegang obligasi
syariah berupa bagi hasil/margin/fee serta membayar kembali dana obligasi pada
saat jatuh tempo.

4. Reksa dana syariah adalah reksa dana yang beroperasi menurut ketentuan dan
prinsip syariah Islam, baik dalam bentuk akad antara pemodal sebagai pemilik
harta (shahibul maal/rabbul maal) dengan manajer investasi, begitu pula
pengelolaan dana investasi sebagai wakil shahibul maal, maupun antara menajer
investasi sebagai wakil shahibul maal dengan pengguna investasi.
5. Efek Beragun Aset Syariah adalah efek yang diterbitkan oleh kontrak
investasi kolektif EBA Syariah yang portofolionya terdiri dari aset keuangan
berupa tagihan yang timbul dari surat berharga komersial, tagihan yang timbul di
kemudian hari, juall beli pemilikan aset fisik oleh lembaga keuangan, efek

xx
bersifat investasi yang dijamin oleh pemerintah, sarana peningkatan investasi/
atau kas serta aset keuangan setara, yang sesuai dengan prinsip-prinsip syariah.

6. Surat berharga komersial syariah adalah surat pengakuan atau suatu


pembiayaan dalam jangka waktu tertentu yang sesua dengan prinsip-prinsip
syariah.
Dalam BAB V, Transaksi Efek, pasal 5 memuat transaksi yang dilarang:

1. Pelaksanaan transaksi harus dilakukan menurut prinsip kehati-hatian serta tidak


diperbolehkan melakukan spekulasi dan manipulasi yang di dalamnya
mengandung unsur dharar, gharar, riba, maisir, risywah, maksiat dan kezhaliman.
2. Tindakan spekulasi transaksi yang mengandung unsur dharar, gharar, riba,
maisir, risywah, maksiat dan kezhaliman sebagamana dimaksud ayat 1 di atas
meliputi:

a. Najsy, yaitu melakukan penawaran palsu;


b. Ba’i al-ma’dum, yaitu melakukan penjualan atas barang (efek syariah) yang
belum dimiliki (short selling);
c.Insider trading, yaitu memekai informasi orang dalam untuk memperoleh
keuntungan atas transaksi yang dilarang;
d.Menimbulkan informasi yang menyesatkan;
e .Melakukan investasi pada emiten (perusahaan) yang pada saat transaksi tingkat
(nisbah) utang perusahaan kepada lembaga keuangan ribawi lebih dominan dari
modalnya; dipindahkan ke pasal 2
f. Margin trading, yaitu melakukan transaksi atas efek syariah dengan fasilitas
pinjaman berbasis bungan atas kewjiban penyelesaian pembelian efek syariah
tersebtu; dan
g. Ikhtikar (penimbunan), yaitu melakukan pembelian atau dan pengumpulan
suatu efek syariah untuk menyebabkan perubahan harga efek syariah dengan
tujuan mempengaruhi pihak lain;

xxi
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pasar modal syariah adalah pasar modal yang seluruh mekanisme kegiatannya terutama
mengenai emiten, jenis efek yang diperdagangkan dan mekanisme perdagangannya telah sesuai
dengan prinsip-prinsip syariah. Adapun efek syariah adalah efek sebagaimana dimaksud dalam
peraturan perundang-undangan di bidang pasar modal yang akad, pengelolaan perusahaan,
maupun cara penerbitannya memeuhi prinsip-prinsip syariah. Adapun yang dimaksud dengan
priinsip-prinsip syariah adalah prinsip yang didasarkan oleh syarih ajaran Islam yang
penetapanya dilakukan oleh DSN-MUI melalui fatwa.

Investasi pada pasar modal syariah dapat dilakukan oleh investor baik pada pasar perdana
maupun pada pasar sekunder. Adapun risiko yang terjadi semata-mata berkaitan dengan
kemungkinan terjadinya fluktuasi harga. Dan pasar modal ini terus berkembang.

Secara struktural pasar modal di Indonesia terdiri dari:

1. pengelola pasar modal yaitu Bapepam-LK, Bursa Efek, Lembaga Kliring dan Penjamin,
Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian, Penyelenggara Surat Utang Negara di luar
Bursa Efek.
2. Pelaku Pasar Modal yaitu emiten, investor, perusahaan pengelola dana, dan reksadana.
3. Lembaga Pemerintah dan atau Sewasta.

xxii
DAFTAR PUSTAKA

Sutedi, Adrian. Pasar Modal Syariah: Sarana Investasi Keuangan Berdasarkan

Prinsip Syariah, (Jakarta: Sinar Grafika, 2011)

Soemitra, Andri. Bank dan Lembaga Keuangan Syariah, (Jakarta: Kencana, 2010),

Frensidy, Budi. Matematika Keuangan, (Jakarta: Salemba Empat, 2011), edisi 3

Fatwa Dewan Syariah Nasional Nomor: 20/DSN-MUI/IV/2001 Tentang Pedoman

Pelaksanaan Investasi Untuk Reksa Dana Syari'ah.

Fatwa Dewan Syariah Nasional Nomor: 32/DSN-MUI/IX/2002 Tentang Obligasi

Syari’ah.

Fatwa Dewan Syariah Nasional Nomor: 40/DSN-MUI/X/2003 Tentang Pasar Modal.

Dan Pedoman Umum Penerapan Prinsip Syariah di Bidang Pasar Modal.

Fatwa Dewan Syariah Nasional Nomor: 65/DSN-MUI/III/2008 Tentang Hak

Memesan.

Fatwa Dewan Syariah Nasional Nomor: 40/DSN-MUI/X/2003 Tentang Pasar Modal

Dan Pedoman Umum Penerapan Prinsip Syariah di Bidang Pasar Modal

Adrian Sutedi, Pasar Modal Syariah: Sarana Investasi Keuangan Berdasarkan

Prinsip Syariah, (Jakarta: Sinar Grafika, 2011) h. 34.

Transaksi Short Selling adalah aksi menjual sekuritas yang tidak dimiliki penjualnya.

Fatwa Dewan Syariah Nasional Nomor: 20/DSN-MUI/IV/2001 Tentang Pedoman

Pelaksanaan Investasi Untuk Reksa Dana Syari'ah.

xxiii
1

Anda mungkin juga menyukai