Anda di halaman 1dari 17

MATA KULIAH DOSEN PENGAMPUH

AKUNTANSI PASAR MODAL ANNA NURLITA,SE.,M.Si

PASAR MODAL SYARIAH

OLEH:

KELOMPOK 4

Fauziah Tamrin : 11970320111

Nur Mayanti : 11970320144

Sonia Aprilia : 11970324439

AKUNTASI
FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM
RIAU
202
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kesempatan dan
kesehatan sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah mata kuliah "PASAR
MODAL SYARIAH" yang berjudul Pasar Modal Indonesia dengan tepat waktu.
Shalawat beserta salam kita sampaikan kepada Nabi Muhammad SAW yang
menjadi panutan kita umat Islam di seluruh dunia.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak terkait yang telah
membantu dalam menghadapi berbagai tantangan dalam penyusunan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih terdapat kekurangan. Oleh karena
itu, penulis terbuka akan kritik dan saran yang pembaca berikan. Penulis berharap
agar makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan memberikan sumbangsih
positif bagi kita semua

Pekanbaru, 30 September 2022

Kelompok 4

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................i
BAB I.......................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................1
1.2 Latar Belakang...............................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..........................................................................................2
1.3 Tujuan.............................................................................................................2
BAB II......................................................................................................................3
PEMBAHASAN......................................................................................................3
2.1 Pengertian.......................................................................................................3
2.2 Sejarah............................................................................................................3
2.3 Dasar Hukum..................................................................................................4
2.4 Konsep dan Prinsip Pasar Modal Syariah di Indonesia..................................4
2.5 Produk Syariah di Pasar Modal......................................................................8
BAB III..................................................................................................................13
PENUTUP..............................................................................................................13
3.1 Kesimpulan...................................................................................................13
3.2 Saran.............................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................14

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.2 Latar Belakang


Pasar modal memiliki peran penting dalam perekonomian suatu negara
terutama di Indonesia. Pasar modal menjalankan dua fungsi yaitu sebagai sarana
bagi perusahaan untuk memperoleh dana dari masyarakat pemodal (investor) dan
sebagai sarana bagi masyarakat untuk berinvestasi pada instrument keuangan
seperti saham dan obligasi.
Pasar modal adalah salah satu sarana yang dapat mengatur dalam
pengumpulan dana jangka panjang dari investor untuk bisa disalurkan ke sektor-
sektor produktif yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada subsektor
makanan dan minuman khususnya saham syariah dan saham konvensional.
Subsektor makanan dan minuman merupakan salah satu sektor yang banyak
diminati oleh investor untuk menanamkan modalnya terutama di Indonesia
merupakan negara yang penduduknya konsumtif dengan tingkat konsumsi yang
digunakan oleh masyarakat sangat tinggi. Dengan kebutuhan yang tinggi dari
masyarakat akan keperluan kehidupan sehari-hari bisa menguntungkan subsektor
makanan dan minuman.
Pasar modal syariah adalah pasar modal yang mengikuti prinsip-prinsip
syariah dalam kegiatannya. Selain itu pasar modal syariah di Indonesia masih
memiliki sistem yang terintegerasi dengan pasar modal konvensional. Kegiatan
pasar modal syariah tidak memiliki perbedaan dengan pasar modal konvensional,
tetapi terdapat karakteristik khusus, yaitu pasar modal syariah tidak mengandung
unsur-unsur yang dilarang secara syariah. Pengembangan pasar modal syariah
adalah salah satu strategi Pemerintah dalam memajukan dan mengembangkan
pasar modal di Indonesia.

1
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dalam penelitian
dirumuskan permasalahan sebagai berikut:
1. Bagaimanakah Defenisi , Sejarah, Dasar Hukum Pasar Modal?
2. Bagaimanakah Konsep Dan Prinsip Pasar Modal Syariah Di Indonesia?
3. Bagaimanakah Produk Syariah Di Pasar Modal?

1.3 Tujuan
1. Mengetahui Defenisi, Sejarah, Dasar Hukum Pasar Modal Syariah
2. Mengetahui Konsep Dan Prinsip Pasar Modal Syariah Di Indonesia
3. Mengetahui Produk Syariah Di Pasar Modal

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian
Pasar Modal Syariah adalah seluruh kegiatan di pasar modal yang
tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip islam. Pasar modal syariah
Indonesia merupakan bagian dari industri keuangan syariah yang diatur
oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK), khususnya direktorat pasar modal
syariah.(PT Bursa Efek Indonesia, n.d.)

2.2 Sejarah
Pasar modal syariah di Indonesia dimulai dengan diterbitkannya
Reksa Dana Syariah oleh PT. Danareksa Investment Management pada
tahun 1997. Selanjutnya, BEI berkerjasama dengan PT. Danareksa
Investment Management meluncurkan Jakarta Islamic Index (JII) pada
tahun 2000 yang bertujuan untuk memandu investor yang ingin
menginvestasikan dananya secara syariah. Dengan hadirnya indeks
tersebut, maka para pemodal telah disediakan saham saham yang dapat
dijadikan sarana berinvestasi sesuai dengan prinsip syariah. Agar saham-
saham yang masuk ke dalam JII tersebut merupakan saham-saham yang
sesuai dengan prinsip syariah, maka diperlukan suatu institusi dan
peraturan yang jelas untuk menjamin bahwa saham tersebut telah sesuai
dengan prinsip syariah. Oleh karena itu, pada tahun 2003 dilakukanlah
penandatanganan MOU antara Bapepam dan Dewan Syariah Nasional
Majelis Ulama Indonesia (DSNMUI) sebagai institusi yang terlibat dalam
pengaturan Pasar Modal Syariah untuk mengembangkan pasar modal
berbasis syariah di Indonesia. (Nurlita, 2015)
Tonggak kebangkitan pasar modal syariah Indonesia diawali
dengan diluncurkannya Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI) sebagai
indeks komposit saham syariah, yang terdiri dari seluruh saham syariah
yang tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI), pada tahun 2011. Kemudian

3
diikuti dengan diluncurkannya Syariah Online Trading System (SOTS)
oleh perusahaan efek pada tahun yang sama. SOTS adalah sistem pertama
di dunia yang dikembangkan untuk memudahkan investor syariah dalam
melakukan transaksi saham sesuai prinsip islam. Pada tahun 2013, Bank
Syariah Mandiri menjadi Bank RDN Syariah pertama. Selain itu, pada
tahun yang sama, ETF Syariah pertama diluncurkan di Indonesia. Bank
Panin Syariah menjadi emiten syariah pertama yang tercatat di Bursa Efek
Indonesia pada tahun 2014. (PT Bursa Efek Indonesia, n.d.)
Banyaknya jumlah saham yang masuk dalam DES menjadikan
pilihan bagi investor untuk memilih lebih banyak saham-saham syariah
dalam menanamkan modalnya. (Nurlita, 2015)

2.3 Dasar Hukum


Sebagai bagian dari sistem pasar modal Indonesia , kegiatan di
Pasar modal yang menerapkan prinsip-prinsip syariah juga mengacu
kepada Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal
berikut peraturan pelaksananaannya (Peraturan Bapepam-LK, Peraturan
Pemerintah, Peraturan Bursa dan lain-lain). Bapepam-LK selaku regulator
pasar modal di Indonesia, memiliki beberapa peraturan khusus terkait
pasar modal syariah, sebagai berikut:
a. Peraturan Nomor II.K.1 tentang Kriteria dan Penerbitan Daftar
Efeek Syariah
b. Peraturan Nomor IX.A.13 tentang Penerbitan Efek Syariah
c. Peraturan Nomor IX.A.14 tentang Akad-akad yang digunakan
dalam Penerbitan Efek Syariah

2.4 Konsep dan Prinsip Pasar Modal Syariah di Indonesia


Adapun konsep dasar pasar modal syariah dapat digambarkan
dalam skema berikut :

4
Penerapan prinsip syariah di pasar modal tentunya bersumberkan
dari al- Quran sebagai sumber hukum tertinggi dan Hadits Nabi
Muhammad SAW. Selanjutnya, dari kedua sumber hukum tersebut para
ulama melakukan penafsiran yang kemudian disebut ilmu fiqih. Salah satu
pembahasan dalam ilmu fiqih adalah pembahasan tentang muamalah, yaitu
hubungan di antara sesama manusia terkait perniagaan. Berdasarkan itulah
kegiatan pasar modal syariah dikembangkan dengan basis fiqih muamalah.
Terdapat kaidah fiqih muamalah yang menyatakan bahwa “pada dasarnya,
semua bentuk muamalah boleh dilakukan kecuali ada dalil yang
mengharamkannya.” Konsep inilah yang menjadi prinsip pasar modal
syariah di Indonesia. (Nurlita, 2015)
Prinsip-prinsip syariah di pasar modal adalah prinsip-prinsip
hukum Islam dalam kegiatan di bidang pasar modal berdasarkan fatwa
Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia (DSNMUI) sepanjang
fatwa dimaksud tidak bertentangan dengan peraturan Bapepam LK yang
didasarkan pada fatwa DSNMUI. Prinsip syariah di bidang pasar modal
yang dinyatakan dalam Fatwa DSNMUI No. 40 tentang pasar modal dan
pedoman umum penerapan prinsip-prinsip syariah di bidang pasar modal,
adalah:
a. Pasar modal beserta seluruh mekanisme kegiatannya
terutama mengenai emiten, jenis Efek yang diperdagangkan
dan mekanisme perdagangannya dipandang telah sesuai

5
dengan Syariah apabila telah memenuhi prinsip-prinsip
syariah.
b. Suatu efek dipandang telah memenuhi prinsip-prinsip
syariah apabila telah memperoleh pernyataan kesesuaian
syariah dikeluarkan oleh DSN-MUI terhadap suatu Efek
Syariah bahwa Efek tersebut sudah sesuai dengan prinsip-
prinsip syariah (Fatwa DSN MUI No. 40 Tentang Pasar
Modal dan Pedoman Umum Penerapan Prinsip Syariah di
Pasar Modal). (Nurlita, 2015)

Emiten atau perusahaan publik yang memenuhi prinsip syariah


harus menyatakan dalam kegiatan usahanya bahwa tidak bertentangan
dengan prinsip syariah. Sementara, emiten dan perusahaan publik yang
tidak menyatakan bahwa kegiatan usahanya tidak bertentangan dengan
prinsip syariah, namun memenuhi kriteria produk syariah, maka termasuk
juga ke dalam golongan saham syariah. Adapun kriteria bagi emiten dan
perusahaan publik tersebut adalah tidak melakukan kegiatan usaha seperti
perjudian dan permainan yang tergolong judi, perdagangan yang tidak
disertai dengan penyerahan barang/jasa, perdagangan dengan penawaran/
permintaan palsu, bank berbasis bunga, perusahaan pembiayaan berbasis
bunga, jual beli risiko yang mengandung unsur ketidakpastian (gharar)
dan/atau judi (maisir) seperti asuransi konvensional. Emiten dan
perusahaan publik yang kegiatan usahanya memproduksi,
mendistribusikan, memperdagangkan dan/atau menyediakan barang atau
jasa yang haram zatnya (haram li-dzatihi), barang atau jasa haram bukan
karena zatnya (haram li-ghairihi) yang ditetapkan oleh DSN-MUI;
dan/atau, barang atau jasa yang merusak moral dan bersifat mudarat, dan
melakukan transaksi yang mengandung unsur suap (risywah). Selain itu,
emiten atau perusahaan publik yang bermaksud menerbitkan Efek Syariah
wajib menandatangani dan memenuhi ketentuan akad yang sesuai dengan
syariah atas Efek Syariah yan dikeluarkan, serta wajib menjamin bahwa

6
kegiatan usahanya memenuhi prinsipprinsip Syariah dan memiliki Shariah
Compliance Officer. Shariah Compliance Officer (SCO) adalah pihak atau
pejabat dari suatu perusahaan atau lembaga yang telah mendapat sertifikasi
dari DSN-MUI dalam pemahaman mengenai prinsip prinsip Syariah di
pasar modal.

Secara fundamental, emiten dan perusahaan publik yang termasuk


dalam kegiatan usaha sesuai dengan prinsip syariah adalah emiten dan
perusahaan publik yang memiliki rasio total hutang berbasis bunga
dibandingkan total ekuitas tidak lebih dari 82%, dan rasio total pendapatan
bunga dan total pendapatan tidak halal lainnya dibandingkan total
pendapatan usaha dan total pendapatan lainnya tidak lebih dari 10%.
(Nurlita, 2015)

Lembaga yang mengatur tentang penerapan prinsip syariah di pasar


modal Indonesia adalah Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia
(DSN-MUI) dalam bentuk penerbitan fatwa yang berhubungan dengan
kegiatan investasi di pasar modal syariah Indonesia. Fatwa pertama
tentang pasar modal syariah yang diterbitkan DSN-MUI pada taun 2001
adalah fatwa No. 20 tentang penerbitan reksa dana syariah. Pada tahun
2003, DSN-MUI menerbitkan fatwa no. 40 tentang pasar modal dan
pedoman umum penerapan prinsip syariah di bidang pasar modal.
Kemudian pada tahun 2011, DSN-MUI menerbitkan fatwa no. 80 tentang
Penerapan Prinsip Syariah dalam Mekanisme Perdagangan Efek Bersifat
Ekuitas di Pasar Reguler Bursa Efek.
Agar penerapan prinsip-prinsip syariah di pasar modal Indonesia
menjadi lebih mengikat dan mempunyai kepastian hukum, OJK
mengonversi prinsip-prinsip syariah di pasar modal Indonesia ke dalam
peraturan OJK no. 15/POJK.04/2015 tentang penerapan prinsip syariah di
pasar modal. (PT Bursa Efek Indonesia, n.d.)

7
2.5 Produk Syariah di Pasar Modal
Produk syariah di pasar modal antara lain berupa surat berharga
atau efek. Berdasarkan Undang-undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang
Pasar Modal (UUPM), Efek adalah surat berharga, yaitu surat pengakuan
utang, surat berharga komersial, saham, obligasi, tanda bukti utang, Unit
Penyertaan kontrak investasi kolektif, kontrak berjangka atas Efek, dan
setiap derivatif dari Efek.
Sejalan dengan definisi tersebut, maka produk syariah yang berupa
efek harus tidak bertentangan dengan prinsip syariah. Oleh karena itu efek
tersebut dikatakan sebagai Efek Syariah. Dalam Peraturan Bapepam dan
LK Nomor IX.A.13 tentang Penerbitan Efek Syariah disebutkan bahwa
Efek Syariah adalah Efek sebagaimana dimaksud dalam UUPM dan
peraturan pelaksanaannya yang akad, cara, dan kegiatan usaha yang
menjadi landasan pelaksanaannya tidak bertentangan dengan prinsip -
prinsip syariah di Pasar Modal. Sampai dengan saat ini, Efek Syariah yang
telah diterbitkan di pasar modal Indonesia meliputi Saham Syariah, Sukuk
dan Unit Penyertaan dari Reksa Dana Syariah.
1. Saham Syariah
Secara konsep, saham merupakan surat berharga bukti penyertaan
modal kepada perusahaan dan dengan bukti penyertaan tersebut
pemegang saham berhak untuk mendapatkan bagian hasil dari usaha
perusahaan tersebut. Konsep penyertaan modal dengan hak bagian
hasil usaha ini merupakan konsep yang tidak bertentangan dengan
prinsip syariah. Prinsip syariah mengenal konsep ini sebagai kegiatan
musyarakah atau syirkah. Berdasarkan analogi tersebut, maka secara
konsep saham merupakan efek yang tidak bertentangan dengan prinsip
syariah. Namun demikian, tidak semua saham yang diterbitkan oleh
Emiten dan Perusahaan Publik dapat disebut sebagai saham syariah.
Suatu saham dapat dikategorikan sebagai saham syariah jika saham
tersebut diterbitkan oleh:

8
a. Emiten dan Perusahaan Publik yang secara jelas
menyatakan dalam anggaran dasarnya bahwa kegiatan
usaha Emiten dan Perusahaan Publik tidak bertentangan
dengan Prinsip-prinsip syariah.
b. Emiten dan Perusahaan Publik yang tidak menyatakan
dalam anggaran dasarnya bahwa kegiatan usaha Emiten dan
Perusahaan Publik tidak bertentangan dengan Prinsip-
prinsip syariah, namun memenuhi kriteria sebagai berikut:
kegiatan usaha tidak bertentangan dengan prinsip
syariah sebagaimana diatur dalam peraturan IX.A.13, yaitu
tidak melakukan kegiatan usaha:
 perjudian dan permainan yang tergolong judi;
 perdagangan yang tidak disertai dengan penyerahan
barang/jasa;
 perdagangan dengan penawaran/permintaan palsu;
 bank berbasis bunga;
 perusahaan pembiayaan berbasis bunga;
 jual beli risiko yang mengandung unsur
ketidakpastian(gharar) dan/atau judi (maisir), antara lain
asuransi konvensional;
 memproduksi, mendistribusikan, memperdagangkan
dan/atau menyediakan barang atau jasa haram zatnya
(haram li-dzatihi), barang atau jasa haram bukan karena
zatnya (haram li-ghairihi) yang ditetapkan oleh DSN-MUI;
dan/atau, barang atau jasa yang merusak moral dan bersifat
mudarat;
 melakukan transaksi yang mengandung unsur suap
(risywah);
 rasio total hutang berbasis bunga dibandingkan total ekuitas
tidak lebih dari 82%, dan

9
 rasio total pendapatan bunga dan total pendapatan tidak
halal lainnya dibandingkan total pendapatan usaha dan total
pendapatan lainnya tidak lebih dari 10%.
2. Sukuk
Sukuk merupakan istilah baru yang dikenalkan sebagai pengganti
dari istilah obligasi syariah (islamic bonds). Sukuk secara terminologi
merupakan bentuk jamak dari kata "sakk" dalam bahasa Arab yang
berarti sertifikat atau bukti kepemilikan. Sementara itu, Peraturan
Bapepam dan LK Nomor IX.A.13 memberikan definisi Sukuk sebagai
berikut : "Efek Syariah berupa sertifikat atau bukti kepemilikan yang
bernilai sama dan mewakili bagian yang tidak tertentu (tidak
terpisahkan atau tidak terbagi (syuyu'/undivided share) atas:
 aset berwujud tertentu (ayyan maujudat);
 nilai manfaat atas aset berwujud (manafiul ayyan) tertentu
baik yang sudah ada maupun yang akan ada;
 jasa (al khadamat) yang sudah ada maupun yang akan ada
 aset proyek tertentu (maujudat masyru' muayyan); dan atau
 kegiatan investasi yang telah ditentukan (nasyath
ististmarin khashah)"

Karakteristik Sukuk

Sebagai salah satu Efek Syariah sukuk memiliki


karakteristik yang berbeda dengan obligasi. Sukuk bukan
merupakan surat utang, melainkan bukti kepemilikan bersama
atas suatu aset/proyek. Setiap sukuk yang diterbitkan harus
mempunyai aset yang dijadikan dasar penerbitan (underlying
asset ). Klaim kepemilikan pada sukuk didasarkan pada
aset/proyek yang spesifik. Penggunaan dana sukuk harus
digunakan untuk kegiatan usaha yang halal. Imbalan bagi
pemegang sukuk dapat berupa imbalan, bagi hasil, atau marjin,

10
sesuai dengan jenis akad yang digunakan dalam penerbitan
sukuk.

Jenis Sukuk
Jenis sukuk berdasarkan Standar Syariah AAOIFI No.17
tentang Investment Sukuk, terdiri dari :
 Sertifikat kepemilikan dalam aset yang disewakan.
 Sertifikat kepemilikan atas manfaat, yang terbagi menjadi 4
(empat) tipe : Sertifikat kepemilikan atas manfaat aset yang
telah ada, Sertifikat kepemilikan atas manfaat aset di masa
depan, sertifikat kepemilikan atas jasa pihak tertentu dan
Sertifikat kepemilikan atas jasa di masa depan.
 Sertifikat salam.
 Sertifikat istishna.
 Sertifikat murabahah.
 Sertifikat musyarakah.
 Sertifikat muzara'a.
 Sertifikat musaqa.
 Sertifikat mugharasa.
3. Reksa Dana Syariah
Dalam Peraturan Bapepam dan LK Nomor IX.A.13 Reksa Dana
syariah didefinisikan sebagai reksa dana sebagaimana dimaksud dalam
UUPM dan peraturan pelaksanaannya yang pengelolaannya tidak
bertentangan dengan Prinsip-prinsip Syariah di Pasar Modal.
Reksa Dana Syariah sebagaimana reksa dana pada umumnya
merupakan salah satu alternatif investasi bagi masyarakat pemodal,
khususnya pemodal kecil dan pemodal yang tidak memiliki banyak waktu
dan keahlian untuk menghitung risiko atas investasi mereka. Reksa Dana
dirancang sebagai sarana untuk menghimpun dana dari masyarakat yang
memiliki modal, mempunyai keinginan untuk melakukan investasi, namun
hanya memiliki waktu dan pengetahuan yang terbatas.

11
Reksa Dana Syariah dikenal pertama kali di Indonesia pada tahun 1997
ditandai dengan penerbitan Reksa Dana Syariah Danareksa Saham pada
bulan Juli 1997.
Sebagai salah satu instrumen investasi, Reksa Dana Syariah memiliki
kriteria yang berbeda dengan reksa dana konvensional pada umumnya.
Perbedaan ini terletak pada pemilihan instrumen investasi dan mekanisme
investasi yang tidak boleh bertentangan dengan prinsip-prinsip syariah.
Perbedaan lainnya adalah keseluruhan proses manajemen portofolio,
screeninng (penyaringan), dan cleansing (pembersihan).
Seperti halnya wahana investasi lainnya, disamping mendatangkan
berbagai peluang keuntungan, Reksa Dana pun mengandung berbagai
peluang risiko, antara lain:
 Risiko Berkurangnya Nilai Unit Penyertaan.
 Risiko Likuiditas
 Risiko wanprestasi
 Risiko Politik dan ekonomi (PT Bursa Efek Indonesia, n.d.)

12
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Di pasar modal Indonesia, obligasi syariah, mulai berkembang sejak tahun
2002 hingga sekarang. Beberapa penelitian menyebutkan beberapa keuntungan
dari penerbitan obligasi syariah dari segi syariat Islam adalah untuk menghindari
riba (interest) yang tidakdiperbolehkan Islam. Salah satu bentuk akad yang
banyak digunakan di Indonesia untukpenerbitan obligasi syariah adalah akad
ijarah yang dianggap paling sesuai untuk diterapkan di Indonesia.
Dibandingkan dengan obligasi konvensional, terdapat beberapa perbedaan
antara obligasi syariah dengan obligasi konvensional, antara lain sifat obligasi
syariah yang merupakan bukti kepemilikan atau penyertaan investor atas suatu
aset, sistem pembagian return yang diberikan perusahaan dengan bagi hasil,
jangka waktu investasi yang tidak selama obligasi konvensional, pentingnya
underlying asset yang dapat dinilai oleh investor, dan penggunaan dana yang
diberikan investor yang telah ditentukan dalam akad/ perjanjian awal.Sifat-sifat
obligasi syariah tersebut sesuai dengan prinsip-prinsip Islam, dimana segala sesatu
harus jelas, diketahui dan tidak merugikan, baik untuk investor maupun untuk
perisahaan emiten.

3.2 Saran
Diharapkan melalui makalah ini, mahasiswa dan pembaca akan bertambah
wawasan dan pengetahuannya mengenai Pasar Modal dan dapat menjadi bekal
untuk menjadi Investor di masa depan.

13
DAFTAR PUSTAKA
Nurlita, A. (2015). Investasi Di Pasar Modal Syariah Dalam Kajian Islam.
Kutubkhanah: Jurnal Penelitian Sosial Keagamaan, 17(1), 1–20.
http://ejournal.uin-suska.ac.id/index.php/Kutubkhanah/article/download/
806/766

PT Bursa Efek Indonesia. (n.d.). Retrieved September 30, 2022, from


https://www.idx.co.id/idx-syariah/

14

Anda mungkin juga menyukai