Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

“PASAR MODAL SYARIAH”

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas dan Syarat dalam Mengikuti Mata Kuliah

Pasar Modal Syariah

Disusun Oleh :

Kelompok 12 MBS A

1. DIAH AYU PRIHANTINI 2051040037


2. HIDAYATI 2051040247
3. M. ANDI GHALIB RUKMANA 2051040399

Dosen Pengampu : Agus Kurniawan, S.E., M.S. Ak

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM


UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
RADEN INTAN LAMPUNG
1444 H / 2023 M
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Pertama
kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah,
dan inayah-Nya kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan makalah Pasar Modal Syariah
dengan tema “Pasar Modal Syariah”.

Sholawat serta salam semoga terlimpahkan kepada junjungan Nabi Besar kita Nabi
Muhammad SAW, yang selalu kita harapkan syafa’atnya di hari kiamat nanti. Sebelumnya, kami
mengucapkan terima kasih kepada bapak Agus Kurniawan, S.E., M.S.Ak selaku Dosen di Mata
Kuliah Pasar Modal Syariah yang telah memberikan tugas ini kepada kami sehingga menambah
pengetahuan dan wawasan bagi para pembaca dan penulis.

Kami menyadari dalam penulisan makalah ini jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu,
kami terbuka saran maupun masukan dari berbagai pihak yang senantiasa membangun demi
kesempurnaan makalah ini.

Bandar Lampung, 28 Februari 2023

Penyusun

Kelompok 12

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................................................................... ii
DAFTAR ISI ...................................................................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................................................................1
A. Latar Belakang ........................................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah ...................................................................................................................................1
C. Tujuan Makalah.......................................................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN .....................................................................................................................................2
A. Konsep Pasar Modal Syariah ..................................................................................................................2
B. Sejarah dan Perkembangan Industri Pasar Modal Syariah ......................................................................2
C. Prinsip Dasar Fikih Muamalah ................................................................................................................3
D. Fatwa Terkait Pasar Modal Syariah ........................................................................................................5
E. Konsep Akad Dan Jenisnya .....................................................................................................................7
F. Kerangka Regulasi Pasar Modal Syariah ............................................................................................. 10
BAB III PENUTUP .......................................................................................................................................... 11
A. Simpulan............................................................................................................................................... 11
B. Saran ..................................................................................................................................................... 11
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................................... 12

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sekitar awal abad ke-19 pemerintah kolonial Belanda mulai membangun perkebunan secara
besar-besaran di Indonesia. Sebagai salah satu sumber dana adalah dari para penabung yang telah
dikerahkan sebaik-baiknya. Para penabung tersebut terdiri dari orang-orang 7 Belanda dan Eropa
lainnya yang penghasilannya sangat jauh lebih tinggi dari penghasilan penduduk pribumi. Atas dasar
itulah maka pemerintahan kolonial waktu itu mendirikan pasar modal. Setelah mengadakan
persiapan, maka akhirnya berdiri secara resmi pasar modal di Indonesia yang terletak di Batavia
(Jakarta) pada tanggal 14 Desember 1912 dan bernama Vereniging voor de Effectenhandel (bursa
efek) dan langsung memulai perdagangan.
Dalam rangka mengakomodasi kebutuhan masyarakat yang memiliki motif investasi yang
didasari prinsip syariah dan dilandasi akan keyakinan potensi berkembangnya pasar modal syariah
yang akan menjadi salah satu pilar penunjang industri pasar modal Indonesia, Badan Pengawas
Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (Bapepam LK) – Departemen Keuangan Republik Indonesia
(RI) telah menyusun Master Plan Pasar Modal Indonesia (2005-2009).

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep pasar modal syariah ?
2. Jelaskan sejarah dan perkembangan industri pasar modal syariah !
3. Sebutkan prinsip dasar fikih muamalah ?
4. Apa saja fatwa terkait pasar modal syariah ?
5. Sebutkan konsep akad dan jenisnya ?
6. Jelaskan kerangka regulasi pasar modal syariah !

C. Tujuan Makalah
1. Untuk mengetahui konsep pasar modal syariah
2. Untuk mengetahui sejarah dan perkembangan industri pasar modal syariah
3. Untuk mengetahui prinsip dasar fikih muamalah
4. Untuk mengetahui fatwa terkait pasar modal syariah
5. Untuk mengetahui konsep akad dan jenisnya
6. Untuk mengetahui kerangka regulasi pasar modal syariah

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Konsep Pasar Modal Syariah


Definisi pasar modal sesuai dengan Undang-undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar
Modal (UUPM) adalah kegiatan yang bersangkutan dengan Penawaran Umum dan perdagangan
Efek, Perusahaan Publik yang berkaitan dengan Efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan profesi
yang berkaitan dengan Efek.
Berdasarkan definisi tersebut, terminologi pasar modal syariah dapat diartikan sebagai
kegiatan dalam pasar modal sebagaimana yang diatur dalam UUPM yang tidak bertentangan dengan
prinsip syariah. Oleh karena itu, pasar modal syariah bukanlah suatu sistem yang terpisah dari
sistem pasar modal secara keseluruhan. Secara umum kegiatan Pasar Modal Syariah tidak memiliki
perbedaan dengan pasar modal konvensional, namun terdapat beberapa karakteristik khusus Pasar
Modal Syariah yaitu bahwa produk dan mekanisme transaksi tidak bertentangan dengan prinsip-
prinsip syariah.
Penerapan prinsip syariah di pasar modal tentunya bersumberkan pada Al Quran sebagai
sumber hukum tertinggi dan Hadits Nabi Muhammad SAW. Selanjutnya, dari kedua sumber hukum
tersebut para ulama melakukan penafsiran yang kemudian disebut ilmu fiqih. Salah satu
pembahasan dalam ilmu fiqih adalah pembahasan tentang muamalah, yaitu hubungan diantara
sesama manusia terkait perniagaan. Berdasarkan itulah kegiatan pasar modal syariah dikembangkan
dengan basis fiqih muamalah.Terdapat kaidah fiqih muamalah yang menyatakan bahwa Pada
dasarnya, semua bentuk muamalah boleh dilakukan kecuali ada dalil yang mengharamkannya.
Konsep inilah yang menjadi prinsip pasar modal syariah di Indonesia.

B. Sejarah dan Perkembangan Industri Pasar Modal Syariah


Sejarah Pasar Modal Syariah di Indonesia dimulai dengan diterbitkannya Reksa Dana Syariah
oleh PT. Danareksa Investment Management pada 3 Juli 1997. Selanjutnya, Bursa Efek Indonesia
(d/h Bursa Efek Jakarta) berkerjasama dengan PT. Danareksa Investment Management meluncurkan
Jakarta Islamic Index pada tanggal 3 Juli 2000 yang bertujuan untuk memandu investor yang ingin
menginvestasikan dananya secara syariah. Dengan hadirnya indeks tersebut, maka para pemodal
telah disediakan saham-saham yang dapat dijadikan sarana berinvestasi sesuai dengan prinsip
syariah.
Pada tanggal 18 April 2001, untuk pertama kali Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama
Indonesia (DSN-MUI) mengeluarkan fatwa yang berkaitan langsung dengan pasar modal, yaitu
Fatwa Nomor 20/DSN-MUI/IV/2001 tentang Pedoman Pelaksanan Investasi Untuk Reksa Dana
Syariah. Selanjutnya, instrumen investasi syariah di pasar modal terus bertambah dengan kehadiran
Obligasi Syariah PT. Indosat Tbk pada awal September 2002. Instrumen ini merupakan Obligasi
Syariah pertama dan akad yang digunakan adalah akad mudharabah.
2
Sejarah Pasar Modal Syariah juga dapat ditelusuri dari perkembangan institusional yang
terlibat dalam pengaturan Pasar Modal Syariah tersebut. Perkembangan tersebut dimulai dari MoU
antara Bapepam dan DSN-MUI pada tanggal 14 Maret 2003. MoU menunjukkan adanya
kesepahaman antara Bapepam dan DSN-MUI untuk mengembangkan pasar modal berbasis syariah
di Indonesia.
Dari sisi kelembagaan Bapepam-LK, perkembangan Pasar Modal Syariah ditandai dengan
pembentukan Tim Pengembangan Pasar Modal Syariah pada tahun 2003. Selanjutnya, pada tahun
2004 pengembangan Pasar Modal Syariah masuk dalam struktur organisasi Bapepam dan LK, dan
dilaksanakan oleh unit setingkat eselon IV yang secara khusus mempunyai tugas dan fungsi
mengembangkan pasar modal syariah. Sejalan dengan perkembangan industri yang ada, pada tahun
2006 unit eselon IV yang ada sebelumnya ditingkatkan menjadi unit setingkat eselon III.
Pada tanggal 23 Nopember 2006, Bapepam-LK menerbitkan paket Peraturan Bapepam dan
LK terkait Pasar Modal Syariah. Paket peraturan tersebut yaitu Peraturan Bapepam dan LK Nomor
IX.A13 tentang Penerbitan Efek Syariah dan Nomor IX.A.14 tentang Akad-akad yang digunakan
dalam Penerbitan Efek Syariah di Pasar Modal. Selanjutnya, pada tanggal 31 Agustus 2007
Bapepam-LK menerbitkan Peraturan Bapepam dan LK Nomor II.K.1 tentang Kriteria dan
Penerbitan Daftar Efek Syariah dan diikuti dengan peluncuran Daftar Efek Syariah pertama kali oleh
Bapepam dan LK pada tanggal 12 September 2007.
Perkembangan Pasar Modal Syariah mencapai tonggak sejarah baru dengan disahkannya UU
Nomor 19 tahun 2008 tentang Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) pada tanggal 7 Mei 2008.
Undang-undang ini diperlukan sebagai landasan hukum untuk penerbitan surat berharga syariah
negara atau sukuk negara. Pada tanggal 26 Agustus 2008 untuk pertama kalinya Pemerintah
Indonesia menerbitkan SBSN seri IFR0001 dan IFR0002.
Pada tanggal 30 Juni 2009, Bapepam-LK telah melakukan penyempurnaan terhadap Peraturan
Bapepam-LK Nomor IX.A.13 tentang Penerbitan Efek Syariah dan II.K.1 tentang Kriteria dan
Penerbitan Daftar Efek Syariah.

C. Prinsip Dasar Fikih Muamalah


Sebagai bagian dari sistem pasar modal Indonesia , kegiatan di Pasar modal yang menerapkan
prinsip-prinsip syariah juga mengacu kepada Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar
Modal berikut peraturan pelaksananaannya (Peraturan Bapepam-LK, Peraturan Pemerintah,
Peraturan Bursa dan lain-lain). Bapepam-LK selaku regulator pasar modal di Indonesia, memiliki
beberapa peraturan khusus terkait pasar modal syariah, sebagai berikut :

1. Peraturan Nomor II.K.1 tentang Kriteria dan Penerbitan Daftar Efeek Syariah
2. Peraturan Nomor IX.A.13 tentang Penerbitan Efek Syariah
3. Peraturan Nomor IX.A.14 tentang Akad-akad yang digunakan dalam Penerbitan Efek Syariah

Ada beberapa prinsip-prinsip pasar modal syari’ah antara lain sebagai berikut :
3
1) Pembiayaan atau investasi hanya bisa dilakukan pada aset atau kegiatan usaha yang halal,
spesifik, dan bermanfaat.
2) Karena uang merupakan alat bantu pertukaran nilai, dimana pemilik harta akan memperoleh
bagi hasil dari kegiatan usaha tersebut, maka pembiayaan dan investasi harus pada mata uang
yang sama dengan pembukuan kegiatan.
3) Akad yang terjadi antara pemilik harta dengan emiten harus jelas.
4) Baik pemilik harta maupun emiten tidak boleh mengambil resiko yang melebihi
kemampuannya dan dapat menimbulkan kerugian.
5) Adanya penekanan pada mekanisme yang wajar dan prinsip kehati-hatian baik pada investor
maupun emiten.(4. Adrian Sutedi, Pasar Modal Syariah: Sarana Investasi Keuangan
Berdasarkan Prinsip Syariah, (Jakarta: Sinar Grafika, 2011) h. 34);

Penyebab Haramnya Transaksi Implikasi di Pasar Modal Li Dzatihi Psl 585 KHESY Efek
yang diperjualbelikan harus merupakan representasi dari barang dan jasa yang halal. Li Ghairi
Tadlis
a) Keterbukaan / transparansi informasi
b) Larangan terhadap informasi yang menyesatkan. Riba Fadhl Larangan terhadap transaksi yang
mengandung ketidakjelasan objek yang ditransaksikan, baik dari sisi pembeli maupun penjual.
Riba Nasiah Larangan atas pertukaran efek sejenis dengan nilai nominal berbeda. 6 Riba
Jahiliyah Larangan atas short selling yang menetapkan bunga atas pinjaman.(5. Transaksi
Short Selling adalah aksi menjual sekuritas yang tidak dimiliki penjualnya. Budi Frensidy,
Matematika Keuangan, (Jakarta: Salemba Empat, 2011), edisi 3 revisi, cet ke-4, h. 314) Bay’
Najasy Psl 586 ayat(2) hrf (a)KHESY Larangan melakukan rekayasa permintaan untuk
mendapatkan keuntungan di atas laba normal, dengan cara menciptakan false demand. -
Ikhtikar - short selling/bai’ Ma’dum - Insider trading Psl 586 (b),(c) Dan(d) KHESY -
Larangan melakukan rekayasa penawaran untuk mendapatkan keuntungan di atas laba normal,
dengan cara mengurangi supply agar harga jual naik. - Melakukan penjualan atas barang yang
belum dimiki; - Memperluas informasi yang menyesatkan Atau memakai informasi orang
dalam untuk memperoleh keuntungan transaksi yang dilarang - Melakukan investasi pada
Perusahaan yang pada saat transaksi tingkat utangnya lebih dominan dari modalnya. Tidak sah
akad Rukun dan Syarat Larangan atas semua investasi yang tidak dilakukan secara sportif.
Ta’alluq Transaksi yang settelment-nya dikaitkan dengan transaksi lainnya (menjual saham
dengan syarat) 2 in 1 Dua transaksi dalam satu akad, dengan syarat: objek sama, pelaku sama,
dan periode sama.
Prinsip syariah itu sendiri dijelaskan dalam kamus perbankan syariah merupakan aturan
perjanjian berdasarkan hukum Islam antara bank dan pihak lain untuk penyimpanan dana atau
kegiatan pembiayaan usaha, atau kegiatan lainnya yang dinyatakan sesuai dengan syariah.
Berdasarkan pengertian tersebut telah jelas bahwa jika pasar modal syariah adalah pasar modal yang
dijalankan dengan prinsip-prinsip syariah, setiap transaksi surat berharga di pasar modal
dilaksanakan sesuai dengan ketentuan syariat Islam.

4
Dari penjelasan di atas terlihat bahwa prinsip-prinsip syariah sudah meliputi semua prinsip
dari pasar modal yang ideal. Namun, prinsip syariah juga memberikan penekanan (emphasis) pada :
1. Kehalalan produk/jasa dari kegiatan usaha karena menurut prinsip syariah manusia hanya
boleh memperoleh atau penambahan harta dari hal-hal yang halal dan baik.
2. Adanya kegiatan usaha yang spesifik dengan manfaat yang jelas sehingga tidak ada keraguan
akan hasil usaha yang akan menjadi objek dalam perhitungan keuntungan yang diperoleh.
3. Adanya mekanisme bagi hasil yang adil dan baik dalam untung maupun rugi menurut
pernyataan masingmasing pihak.
4. Penekanan pada mekanisme pasar yang wajar dan prinsip kehati-hatian baik pada emiten
maupun investor.
Prinsip-prinsip syariah di pasar modal dijelaskan pula dalam POJK Nomor 15/POJK.04/2015
tentang Penerapan Prinsip Syariah di Pasar Modal, pada Bab I Ketentuan Umum Pasal 1 angka 2 :
‚Prinsip Syariah di Pasar Modal adalah prinsip hukum Islam dalam kegiatan syariah di pasar modal
berdasarkan fatwa DSN-MUI, sepanjang fatwa yang dimaksud tidak bertentangan dengan POJK ini
dan / atau POJK lainnya yang didasarkan pada fatwa DSN-MUI.‛

D. Fatwa Terkait Pasar Modal Syariah


Latar Belakang Lahirnya Fatwa DSN-MUI No.40/DSN-MUI/X/2003 di Indonesia dirintis oleh
Prof. Iwan P. Pondjowinoto setelah UUPM No.8 Tahun 1995 disahkan pada akhir tahun 1995.
Beliau kemudian mulai mengkaji diterbitkannya reksa dana syariah. Pertengahan tahun 1997,
bersama PT. Danareksa Investment Management beliau berhasil mendapatkan persetujuan Badan
Pengawas Pasar Modal (Bapepam) untuk menerbitkan reksa dana syariah yang pertama dengan
nama Reksa Dana ‚Danareksa Syariah‛. Tepatnya pada tanggal 3 Juli 1997.5 Namun pada saat itu
belum ada fatwa ulama yang menjadi pedoman bagi pelaksanaan transaksi di pasar modal maupun
reksa dana syariah.
Jika dilihat dalam fatwa itu sendiri pada bagian pertimbangan hukum (konsiderans) dapat
diketahui bahwa terdapat beberapa alasan dan latar belakang lahirnya fatwa tentang pedoman
penerapan prinsip syariah di bidang pasar modal, diantaranya :
1. Bahwa perkembangan ekonomi suatu negara tidak lepas dari perkembangan pasar modal;
2. Bahwa pasar modal berdasarkan prinsip syariah telah dikembangkan di berbagai negara;
3. Bahwa umat Islam Indonesia memerlukan Pasar Modal yang aktivitasnya sejalan dengan
prinsip syariah;
4. Bahwa oleh karena itu, untuk memenuhi kebutuhan tersebut, Dewan Syariah Nasional MUI
memandang perlu menetapkan fatwa tentang Pasar Modal dan Pedoman Umum Penerapan
Prinsip Syariah di Bidang Pasar Modal. Sedangkan jika dilihat dari segi praktik pelaksanaan
pasar modal, hal paling mendasar yang menjadi pertimbangan dikeluarkannya fatwa DSN ini
5
adalah karena melihat adanya unsur dharar (merusak), gharar (risiko), riba, maysir (judi),
risywah (suap), maksiat, dan kedhaliman dalam transaksi yang terjadi di pasar modal.
Istilah Prinsip Syariah di Bidang Pasar Modal dalam Fatwa DSN-MUI NO.40 /DSN-
MUI/X/2003 Prof. Iwan P. Pondjowinoto dalam bukunya Penerapan Prinsip Syariah di Pasar Modal
Pandangan Praktisi berpendapat bahwa ‚penggunaan istilah prinsip syariah di pasar modal
dikarenakan secara hakiki prinsip yang diterapkan di pasar modal dan bursa efek sudah sejalan
dengan prinsip syariah‛.12 Hal ini mengindikasikan bahwa sebenarnya dalam sistem pasar modal
(konvensional) telah ada unsur-unsur prinsip syariah, hanya saja belum dinyatakan secara resmi
dalam bentuk fatwa maupun peraturan lainnya. Sedangkan menurut OJK (Otoritas Jasa Keuangan)
istilah ‚prinsip syariah di pasar modal‛ ini lebih tepat digunakan mengingat kegiatan di pasar modal
termasuk dalam muamalah yang memiliki hukum asal semua boleh dilakukan kecuali ada dalil yang
melarang.
Istilah pasar modal syariah lebih dikenal dalam kalangan masyarakat umum. Lain halnya
dengan apa yang dituangkan dalam bentuk fatwa dan peraturan otoritas jasa keuangan, pada
keduanya (fatwa DSN-MUI dan POJK) memilih istilah :
a. Penerapan Prinsip Syariah di Bidang Pasar Modal (Fatwa DSN-MUI No.40/DSN-
MUI/X/2003)
b. Penerapan Prinsip Syariah di Pasar Modal (POJK N0.15/POJK.04/2015)
Jika dilihat dari persamaan di atas, maka dalam fatwa maupun POJK memilih istilah
‚Penerapan Prinsip Syariah di Pasar Modal‛ bukan Pasar Modal Syariah. Kata ‘penerapan’ dalam
Kamus Besar Bahasa Indonesia yang mempunyai asal kata ‘terap’ memiliki definisi : a. proses, cara,
perbuatan menerapkan; b. pemasangan; c. pemanfaatan; perihal mempraktikkan. Jadi, penerapan
prinsip syariah di pasar modal lebih dominan pada pengertian perbuatan menerapkan atau perihal
mempraktikkan prinsip syariah pada pasar modal itu sendiri.
Meskipun fatwa sifatnya tidak mengikat, tetapi pada prakteknya fatwa DSN-MUI adalah salah
satu rujukan dalam mengembangkan pasar modal syariah Indonesia. Sampai dengan saat ini,
terdapat 17 fatwa DSN-MUI yang berhubungan dengan pasar modal syariah. Tiga (3) fatwa DSN-
MUI yang menjadi dasar pengembangan pasar modal syariah adalah :
1. Fatwa DSN-MUI No: 20/DSN-MUI/IV/2001 tentang Pedoman Pelaksanaan Investasi Untuk
Reksa dana Syariah
2. Fatwa DSN-MUI No: 40/DSN-MUI/X/2003 tentang Pasar Modal dan Pedoman Umum
Penerapan Prinsip Syariah di Bidang Pasar Modal
3. Fatwa DSN-MUI No. 80/DSN-MUI/III/2011 tentang Penerapan Prinsip Syariah dalam
Mekanisme Perdagangan Efek Bersifat Ekuitas di Pasar Reguler Bursa Efek.

6
E. Konsep Akad Dan Jenisnya
Dalam Peraturan ini yang dimaksud dengan Akad-Akad yang digunakan di Pasar Modal
Syariah adalah :
1. Ijarah
Adalah perjanjian (akad) antara pihak pemberi sewa / pemberi jasa (mu’jir) dan pihak
penyewa/pengguna jasa (musta’jir) untuk memindahkan hak guna (manfaat) atas suatu objek
Ijarah yang dapat berupa manfaat barang dan/atau jasa dalam waktu tertentu dengan
pembayaran sewa dan/atau upah (ujrah) tanpa diikuti dengan pemindahan kepemilikan objek
Ijarah itu sendiri.
a. Persyaratan pihak-pihak dalam Ijarah Pihak pemberi sewa/pemberi jasa (mu’jir) dan
pihak penyewa/pengguna jasa (musta’jir) wajib memiliki kecakapan dan kewenangan
untuk melakukan perbuatan hukum menurut ketentuan dalam peraturan perundang-
undangan.
b. Hak dan kewajiban pihak-pihak dalam Ijarah 1) Hak dan kewajiban pihak pemberi
sewa/pemberi jasa (mu‟jir) adalah: berhak menerima pembayaran harga sewa atau
upah (ujrah) sesuai yang disepakati dalam Ijarah.
c. Wajib menyediakan barang yang disewakan atau jasa yang diberikan sesuai yang
disepakati dalam Ijarah;
d. Wajib menanggung biaya pemeliharaan barang yang disewakan;
e. Wajib bertanggung jawab atas kerusakan barang yang disewakan yang bukan
disebabkan oleh pelanggaran dari penggunaan sesuai yang disepakati dalam Ijarah
atau bukan karena kelalaian pihak penyewa;
f. Wajib menjamin bahwa barang yang disewakan atau jasa yang diberikan dapat
digunakan sesuai dengan maksud dan tujuan yang disepakati dalam Ijarah; dan e)
Wajib menyatakan secara tertulis bahwa pihak pemberi sewa/pemberi jasa (mu‟jir)
menyerahkan hak penggunaan atau pemanfaatan atas suatu barang dan/atau
memberikan jasa yang dimilikinya kepada pihak penyewa/pengguna jasa (musta‟jir)
(pernyataan ijab).

2. Istishna
Adalah perjanjian (akad) antara pihak pemesan/pembeli (mustashni’) dan pihak
pembuat/penjual (shani’) untuk membuat objek Istishna yang dibeli oleh pihak
pemesan/pembeli (mustashni’) dengan kriteria, persyaratan, dan spesifikasi yang telah
disepakati kedua belah pihak.

7
Pihak pemesan/pembeli (mustashni’) dan pihak pembuat/penjual (shani’) wajib memiliki
kecakapan dan kewenangan untuk melakukan perbuatan hokum menurut ketentuan dalam
peraturan perundang-undangan.
Hak dan kewajiban pihak pembuat/penjual (shani’) adalah :
a) berhak memperoleh pembayaran dengan jumlah, cara, dan waktu yang telah disepakati
dalam Istishna;
b) wajib mengetahui spesifikasi objek Istishna secara jelas;
c) wajib menyediakan objek Istishna sesuai dengan spesifikasi yang telah disepakati dalam
Istishna;
d) wajib menjamin objek Istishna berfungsi dengan baik dan/atau tidak cacat; dan
e) wajib menyerahkan objek Istishna sesuai dengan waktu yang telah disepakati dalam
Istishna.
Hak dan kewajiban pihak pemesan/pembeli (mustashni’) adalah :
a) wajib melakukan pembayaran (pokok dan/atau biaya lain) atas objek Istishna sesuai yang
telah disepakati dalam Istishna;
b) wajib mengetahui dan menerangkan spesifikasi objek Istishna secara jelas;
c) berhak menerima objek Istishna sesuai dengan spesifikasi yang telah disepakati dalam
Istishna;
d) berhak menerima objek Istishna sesuai dengan waktu dan tempat yang telah disepakati
dalam Istishna; dan
e) memiliki hak memilih (khiyar) untuk melanjutkan atau membatalkan Istishna apabila
terdapat cacat atau barang yang tidak sesuai dengan spesifikasi yang diperjanjikan.

3. Kafalah
Adalah perjanjian (akad) antara pihak penjamin (kafiil/guarantor) dan pihak yang dijamin
(makfuul ‘anhu/ashiil/orang yang berutang) untuk menjamin kewajiban pihak yang dijamin
kepada pihak lain (makfuullahu/orang yang berpiutang).
Persyaratan pihak-pihak dalam Kafalah Pihak penjamin (kafiil/ guarantor) dan pihak yang
dijamin (makfuul‘anhu/ ashiil/ orang yang berutang) wajib memiliki kecakapan dan
kewenangan untuk melakukan perbuatan hukum menurut ketentuan dalam peraturan
perundang-undangan.
Kewajiban pihak penjamin (kafiil/guarantor) adalah sebagai berikut :
a) Wajib memiliki harta yang cukup untuk menjamin kewajiban pihak yang dijamin kepada
pihak yang dijaminkan (makfuul lahu/orang yang berpiutang);
8
b) Wajib memiliki kewenangan penuh untuk menggunakan hartanya sebagai jaminan atas
pemenuhan kewajiban pihak yang dijamin kepada pihak yang dijaminkan (makfuul
lahu/orang yang berpiutang); dan
c) wajib menyatakan secara tertulis bahwa pihak penjamin (kafiil/ guarantor) menjamin
kewajiban pihak yang dijamin kepada pihak yang dijaminkan (makfuul lahu/orang yang
berpiutang) (pernyataan ijab).

4. Mudharabah (qiradh)
Adalah perjanjian (akad) kerjasama antara pihak pemilik modal (shahib al-mal) dan pihak
pengelola usaha (mudharib) dengan cara pemilik modal (shahib al-mal) menyerahkan modal
dan pengelola usaha (mudharib) mengelola modal tersebut dalam suatu usaha.
Persyaratan pihak-pihak dalam Mudharabah Pihak pemilik modal (shahib al-mal) dan pihak
pengelola usaha (mudharib) wajib memiliki kecakapan dan kewenangan untuk melakukan
perbuatan hokum menurut ketentuan dalam peraturan perundang-undangan.

5. Musyarakah
Adalah perjanjian (akad) kerjasama antara dua pihak atau lebih (syarik) dengan cara
menyertakan modal baik dalam bentuk uang maupun bentuk aset lainnya untuk melakukan
suatu usaha.
Persyaratan pihak-pihak dalam Musyarakah Pihak-pihak dalam Musyarakah wajib memiliki
kecakapan dan kewenangan untuk melakukan perbuatan hukum menurut ketentuan dalam
peraturan perundang-undangan.

6. Wakalah
Adalah perjanjian (akad) antara pihak pemberi kuasa (muwakkil) dan pihak penerima kuasa
(wakil) dengan cara pihak pemberi kuasa (muwakkil) memberikan kuasa kepada pihak
penerima kuasa (wakil) untuk melakukan tindakan atau perbuatan tertentu.
Persyaratan pihak-pihak dalam Wakalah Pihak pemberi kuasa (muwakkil) dan pihak penerima
kuasa (wakil) wajib memiliki kecakapan dan kewenangan untuk melakukan perbuatan hokum
menurut ketentuan dalam peraturan perundang-undangan.
Persyaratan objek Wakalah adalah perbuatan hukum yang memenuhi syarat sebagai berikut:
1) Diketahui dengan jelas jenis perbuatan hukum yang dikuasakan serta cara melaksanakan
perbuatan hukum yang dikuasakan tersebut;
2) Tidak bertentangan dengan syariah Islam; dan

9
3) Dapat dikuasakan menurut syariah Islam

F. Kerangka Regulasi Pasar Modal Syariah

POJK Nomor POJK tentang Penerapan Prinsip Syariah di Pasar Modal Pada
61/POJK.04/20156 Manajer Investasi

POJK Nomor POJK tentang Penerapan Prinsip Syariah di Pasar Modal.


15/POJK.04/2015

POJK Nomor POJK Tentang Akad Yang Digunakan Dalam Penerbitan Efek
53/POJK.04/2015 Syariah di Pasar Modal

POJK Nomor POJK tentang Penerbitan dan Persyaratan Sukuk.


18/POJK.04/2015

POJK Nomor POJK tentang Penerbitan dan Persyaratan Efek Syariah


17/POJK.04/2015 Berupa Saham oleh Emiten Syariah atau Perusahaan Publik
Syariah.

POJK Nomor POJK tentang Ahli Syariah Pasar Modal.


16/POJK.04/2015

POJK Nomor POJK tentang Penerbitan dan Persyaratan Efek Beragun Aset
20/POJK.04/2015 Syariah.

POJK Nomor POJK tentang Penerbitan dan Persyaratan Reksa Dana


19/POJK.04/2015 Syariah.

10
BAB III

PENUTUP

A. Simpulan
Berdasarkan makalah tentang Pasar Modal Syariah, kami dapat simpulkan bahwa Pasar Modal
Syariah adalah kegiatan yang bersangkutan dengan Penawaran Umum dan perdagangan Efek,
Perusahaan Publik yang berkaitan dengan Efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang
berkaitan dengan Efek. Untuk sejarah Pasar Modal Syariah dapat ditelusuri dari perkembangan
institusional yang terlibat dalam pengaturan Pasar Modal Syariah tersebut. Perkembangan tersebut
dimulai dari MoU antara Bapepam dan DSN-MUI pada tanggal 14 Maret 2003. MoU menunjukkan
adanya kesepahaman antara Bapepam dan DSN-MUI untuk mengembangkan pasar modal berbasis
syariah di Indonesia. Selanjutnya, prinsip-prinsip syariah di pasar modal dijelaskan pula dalam
POJK Nomor 15/POJK.04/2015 tentang Penerapan Prinsip Syariah di Pasar Modal, pada Bab I
Ketentuan Umum Pasal 1 angka 2 : ‚Prinsip Syariah di Pasar Modal adalah prinsip hukum Islam
dalam kegiatan syariah di pasar modal berdasarkan fatwa DSN-MUI, sepanjang fatwa yang
dimaksud tidak bertentangan dengan POJK ini dan / atau POJK lainnya yang didasarkan pada fatwa
DSN-MUI.‛ Meskipun fatwa sifatnya tidak mengikat, tetapi pada prakteknya fatwa DSN-MUI
adalah salah satu rujukan dalam mengembangkan pasar modal syariah Indonesia. Sampai dengan
saat ini, terdapat 17 fatwa DSN-MUI yang berhubungan dengan pasar modal syariah.

B. Saran
Kami menyadari dalam pembuatan makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Karena
keterbatasan sumber yang kami peroleh sehingga makalah ini masih bersifat umum. Oleh karena itu,
agar pembaca bisa mencari sumber yang lain guna membandingkan dengan pembahasan yang telah
kami buat dan kami berharap pembaca agar bisa memberikan kritik dan saran guna mengkoreksi
jika terjadi kesalahan dalam pembuatan makalah ini.

11
DAFTAR PUSTAKA

Wadud Nafis, Abdul. “Akad-Akad Di Dalam Pasar Modal Syariah” Jurnal Iqtishoduna Vol. 5 No. 1
April 2015.
https://www.ojk.go.id/id/kanal/pasar-modal/pages/syariah.aspx
https://febi.uinsaid.ac.id/2019/04/fatwa-tentang-pasar-modal-syariah/
https://www.ojk.go.id/id/kanal/pasar-modal/regulasi/regulasi-pasar-modal-syariah/Default.aspx

12

Anda mungkin juga menyukai