Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH MANAJEMEN KEUANGAN SYARIAH

“PASAR MODAL SYARIAH”


Dosen Pengampu : Arifa Kurniawan, S.E, M.S.A

Kelompok 6 :

Alda Siska Dewi (2051030284)

Rahmat Dwi Cahyo (2051030397)

Ulul Habibah (2051030174)

Program Studi Akuntansi Syariah

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam

Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung

2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena atas berkat rahmat-Nya
lah makalah dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Makalah ini dibuat untuk
memenuhi tugas matakuliah Manajemen Keuangan Syariah yang berisi tentang “Pasar
Modal Syariah ”.

Sholawat serta salam kita haturkan kepada baginda Rasulullah SAW, yang telah
membawa kita dari zaman jahiliyah menuju zaman terang benderang ini.

Kami menyadari dalam penulisan makalah ini tidak luput dari kesalahan dan
kekurangan. Hal ini disebabkan oleh keterbatasan kemampuan yang kami miliki. Oleh
karena itu kami mengharap kritik dan saran yang membangun untuk perbaikan dan
penyempurnaan makalah selanjutnya.

Demikianlah makalah ini kami susun, semoga dapat bermanfaat bagi kita semua.
Aamiin.

Bandar Lampung, 27 Maret 2022

Penyusun,

Alda Siska Dewi, dkk

Kelompok 6

ii
DAFTAR ISI

Halaman

JUDUL .................................................................................................................................... i

KATA PENGANTAR ................................................................................................................ ii

DAFTAR ISI ............................................................................................................................ iii

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................................ 1

A. Latar Belakang Masalah ................................................................................... 1


B. Rumusan Masalah ........................................................................................... 2
C. Tujuan Masalah ................................................................................................ 2

BAB II PEMBAHASAN ......................................................................................................... 3

A. Pasar Modal Syariah ........................................................................................ 3


B. Fungsi, Prinsip, dan Karakteristik Pasar Modal Syariah ................................... 5
C. Instrumen Pasar Modal Syariah ....................................................................... 8

BAB III PENUTUP ................................................................................................................. 15

A. Kesimpulan ...................................................................................................... 15

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................. 17

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pasar modal merupakan salah satu tonggak penting dalam perekonomian dunia
saat ini. Banyak industri dan perusahaan yang menggunakan institusi pasar modal
sebagai media untuk menyerap investasi dan untuk memperkuat posisi keuangan.
Bahkan, perekonomian modern tidak akan mungkin maju dan berkembang tanpa pasar
modal. Secara umum pasar modal syariah dan pasar modal konvensional tidaklah jauh
berbeda, hanya saja pasar modal syariah sangat mengedepankan prinsip syariah.
Pembangunan suatu negara memerlukan dana investasi dalam jumlah yang tidak
sedikit. Dalam pelaksanaannya diarahkan untuk berlandaskan pada kemampuan diri
sendiri, di samping memanfaatkan dari sumber daya lainnya sebagai pendukung.
Sumber dari luar tidak mungkin selamanya diandalkan untuk pembngunan. Oleh karena
sebab itu perlu ada usaha yang sungguhsungguh untuk mengarahkan dana investasi
yang bersumber dari dalam, yaitu tabungan masyarakat, tabungan pemerintah dan
penerimaan devisa.
Pertumbuhan pesat perbankan dan asuransi syariah telah mendorong kebutuhan
pasar akan perlunya produk-produk yang mampu mengatasi masalah likuiditas industri
keuangan syariah. Kehadiran pasar modal berbasis intergrasi produk syariah di
Indonesua diharapkan dapat membantu bank dan asuransi syariah sesuai dengan prinsip
syariah sembari menjaga keseimbangan antara likuiditas dan tingkat keuntungan. Selain
itu, kehadiran produk syariah di pasar modal Indonesia juga membuka peluang
berinvestasi bagi masyarakat yang meyakini bahwa produk investasi konvensional
mengandung elemenelemen yang diharamkan syariah.
Pasar modal syariah dikembangkan dalam rangka mengakomodir kebutuhan
umat Islam yang ingin melakukan investasi di produk-produk atau instrumen pasar
modal sesuai syariah Islam. Dengan semakin beragamnya instrument-instrumen di pasar
modal syariah, diharapkan masyarakat akan memilih alternatif investasi yang sesuai
dengan keinginannya yang memberikan keuntungan baginya. Untuk mengembangkan

1
pasar modal syariah di Indonesia, harus ada perkembangan instrument-instrumen pasar
modal yang dikuatkan dengan fatwa DSN-MUI serta perkembangan kelembagaan dan
struktur pasar modal itu sendiri yang selalu dipantau oleh Bapepam-LK. Oleh karena itu,
dibutuhkan pengembangan kerangka hukum untuk memfasilitasi pengembangan pasar
modal syariah serta mendorong pengembangan instrumennya.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Pasar Modal Syariah?
2. Bagaimana Fungsi, Karakteristik, dan Prinsip Pasar Modal Syariah?
3. Apa saja Instrumen pada Pasar Modal Syariah?
C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui pengertian Pasar Modal Syariah
2. Untuk mengetahui bagaimana Fungsi, Karakteristik, dan Prinsip Pasar Modal Syariah
3. Untuk mengetahui Instrumen pada Pasar Modal Syariah

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pasar Modal Syariah


Menurut UU No. 8 tahun 1995 tentang pasar modal Pasal 1 ayat (12), pasar modal adalah
kegiatan yang bersangkutan dengan Penawaran Umum dan Perdagangan Efek,
Perusahaan Publik yang berkaitan dengan efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan
profesi yang berkaitan dengan efek.1 Sedangkan yang dimaksud dengan efek pada
Pasal 1 ayat (5) adalah surat berharga, yaitu surat pengakuan utang, surat berharga
komersial, saham, obligasi, tanda bukti utang, unit penyertaan kontrak investasi
kolektif, kontrak berjangka atas efek, dan setiap derivatif dari efek.2
Secara umum, pengertian pasar modal adalah suatu tempat bertemunya para penjual
dan pembeli saham untuk melakukan suatu transaksi dalam rangka memperoleh modal.
Penjual dalam pasar modal ialah suatu perusahaan yang membutuhkan modal (emiten),
dengan cara menjual efek-efek.3 Pembeli atau investor adalah pihak yang ingin membeli
modal pada perusahaan yang menurutnya akan mendatangkan keuntungan.4
Menurut beberapa ahli yang dimaksud dengan pasar modal adalah:5
1) Tjipto Darmadji dkk., pasar modal adalah pasar untuk berbagai instrumen
keuangan jangka panjang yang bisa diperjualbelikan, baik dalam bentuk utang
maupun modal sendiri.6
2) Dahlan Siamat, dalam arti sempit adalah suatu tempat yang terorganisasi di
mana efek-efek diperdagangkan yang disebut Bursa Efek. Bursa efek atau stock
exchange adalah suatu sistem yang terorganisasi yang mempertemukan penjual
dan pembeli efek yang dilakukan baik secara langsung maupun dengan melalui
wakil wakilnya. Fungsi bursa efek ini antara lain menjaga kontinuitas pasar dan
menciptakan harga efek yang wajar melalui mekanisme permintaan dan
penawaran. Definisi pasar modal dalam arti luas adalah pasar konkret atau

1
Andri Soemitra, Bank & Lembaga Keuangan Syariah (Jakarta : Prenada Media Group, 2018), h. 99.
2
Ibid.
3
Akhmad Faozan, “Konsep Pasar Modal Syariah”, h. 3.
4
Ibid, h. 4.
5
Andri Soemitra, Bank & Lembaga Keuangan Syariah (Jakarta : Prenada Media Group, 2018), h. 100.
6
Ibid.
3
abstrak yang mempertemukan pihak yang menawarkan dan yang memerlukan
dana jangka panjang, yaitu jangka satu tahun ke atas.7
3) Y. Sri Susilo dkk, pasar modal (capital market) adalah pasar keuangan untuk dana
dana jangka panjang dan merupakan pasar yang konkret.8
4) John Downes dan Jordan Elliot Goodman, pasar modal adalah pasar dimana dana
modal –utang dan ekuitas– diperdagangkan. Di dalamnya termasuk penempatan
pribadi sumber-sumber utang dan ekuitas dan juga pasar-pasar dan bursa-bursa
terorganisasi.9
Secara sederhana pengertian pasar modal syariah dapat diartikan sebagai pasar modal
yang menetapkan prinsip-prinsip syariah dalam kegiatan transaksi ekonomi dan terlepas
dari hal-hal yang dilarang seperti riba, perjudian, spekulasi, dan lain-lain.10 Pasar modal
syariah adalah pasar modal yang seluruh mekanisme kegiatannya terutama mengenai
emiten, jenis efek yang diperdagangkan dan mekanisme perdagangannya telah sesuai
dengan perinsip prinsip syariah. Sedangkan yang dimaksud dengan efek syariah adalah
efek sebagaimana dimaksud dalam peraturan perundang undangan di bidang pasar
modal yang akad, pengelolaan peruasahaan, maupun cara penerbitannya memenuhi
Prinsip prinsip syariah.11 Adapun yang dimaksud dengan prinsip-prinsip syariah adalah
prinsip yang didasarkan oleh syariah ajaran Islam yang penetapannya dilakukan oleh
DSN-MUI melalui fatwa.12
Melihat pentingnya peranan pasar modal bagi kehidupan perekonomian suatu negara,
maka pasar modal dituntut dapat beroperasi secara efisien.13 Efisien yang dimaksud
adalah dapat dilihat dari efektivitasnya menghimpun dana masyarakat dan
mengalokasikan dana tersebut kepada proyek-proyek investasi yang dibutuhkan.14 Hal
ini dikarenakan pasar modal dapat melakukan transfer dana-dana dari unit ekonomi
yang surplus kepada unit ekonomi yang defisit.15
Kaitannya dengan hal tersebut, perlu dipahami bahwa tercapaiannya harga yang efisien
dalam operasionalisasi transaksi di pasar modal hanya dapat teradi jika ada efisiensi

7
Ibid.
8
Ibid.
9
Ibid, h. 101.
10
Ibid, h. 102.
11
Ibid.
12
Ibid, h. 103.
13
Muhamad, Manajemen Keuangan Syariah: Analisis Fiqh & Keuangan (Yogyakarta: UPP STIM YKPN, 2019), h.548
14
Ibid.
15
Ibid, h. 547.
4
informasi (informational efficiency).16 Efisiensi informasi mengindikasikan bahwa tidak
ada lagi perbedaan dalam penyebaran dan pemanfaatan informasi. 17
Syarat lain untuk tercapainya efisiensi harga adalah adanya efisiensi operasional, yang
menunjukan bahwa traksaksi-transaksi di pasar modal dilakukan dengan biaya yang
minimum. Sebab, kalau biaya transaksi tinggi akan menghambat terjadinya penyesuaian
harga secara instan dan akurat. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa upaya atau
pengaturan untuk mengurangi biaya transaksi, penyederhanaan sistem perdagangan,
penyediaan informasi yang cukup dan akurat, merupakan tahap-tahap untuk
meningkatkan efisiensi alokasi dari pasar modal. Hal ini yang menjadi tujuan utama dari
diselenggarakannya pasar modal yaitu tercapainya pasar yang efisien. 18
Dalam pandangan Islam, di samping harus memenuhi syarat di atas, pasar modal tetap
harus memiliki tujuan lainnya yaitu menciptakan pasar modal yang “beretika dan adil”.
Dalam kaitan ini, pasar modal menurut pandangan Islam, seharusnya memenuhi pasar
modal yang beritika dan seluruh transaksi di pasar modal harus dilaksanakan sesuai
dengan norma etika Islam, yaitu yang telah di atur dalam syari’ah. 19 Sedangkan yang
menjadi pembeda antara pasar modal dengan dengan pasar uang yaitu terletak pada
jangka waktu dana yang diperdagangkan.20

B. Fungsi, Prinsip, dan Karakteristik Pasar Modal Syariah


1. Fungsi Pasar Modal Syariah
Pasar modal berperan menjalankan dua fungsi secara simultan berupa fungsi
ekonomi dengan mewujudkan pertemuan dua kepentingan, yaitu pihak yang
memiliki kelebihan dana dengan pihak yang memerlukan dana, dan fungsi
keuangan dengan memberikan kemungkinan dan kesempatan untuk
memperoleh imbalan bagi pemilik dana melalui investasi.21 Pada fungsi
keuangan, pasar modal berperan sebagai sarana bagi pendanaan usaha atau
sebagai sarana bagi perusahaan untuk mendapatkan dana dari masyarakat
pemodal (investor). Dana yang diperoleh dari pasar modal dapat dipergunakan

16
Ibid, h. 548.
17
Ibid.
18
Ibid.
19
Ibid.
20
Ayu Citra Santyaningtyas, Dina Tsalist Wildana, Investasi Syariah (Jember: UPT Percetakan & Penerbitan Universitas
Jember, 2019), h. 87.
21
Andri Soemitra, Bank & Lembaga Keuangan Syariah (Jakarta : Prenada Media Group, 2018), h. 103.
5
untuk pengembangan saham, ekspansi, penambahan modal kerja dan lain-lain.
Sedangkan pada fungsi yang kedua pasar modal menjadi sarana bagi masyarakat
untuk berinvestasi pada instrumen keuangan seperti saham, oligasi, reksadana,
dan lain-lain. Dengan demikian, masyarakat dapat menempatkan dana yang
dimilikinya sesuai dengan karakteristik keuntungan dan risiko masing-masing
instrumen.22
Menurut MM. Metwally, keberadaan pasar modal syariah secara umum berfungsi
sebagai berikut:23
a) Memungkinkan bagi masyarakat berpartisipasi dalam kegiatan bisnis
dengan memperoleh bagian dari keuntungan dan risikonya.
b) Memungkinkan para pemegang saham menjual sahamnya guna
mendapatkan likuiditas.
c) Memungkinkan perusahaan meningkatkan modal dari luar untuk
membangun dan mengembangkan lini produksinya.
d) Memisahkan operasi kegiatan bisnis dari fluktuasi jangka pendek pada
harga saham yang merupakan ciri umum pada pasar modal konvensional.
e) Memungkinkan investasi pada ekonomi itu ditentukan oleh kinerja
kegiatan bisnis sebagaimana tercermin pada harga saham.

2. Prinsip Pasar Modal Syariah


Pasar modal tidak terlepas dari berbagai kelemahan dan kesalahan. Salah
satunya adalah tindakan spekulasi yang dikendalikan oleh para spekulan dengan
selalu memperhatikan perubahan pasar, membuat barbagai analisis dan
perhitungan serta dalam mengambil tindakan spekulasi dalam pembelian
maupun penjualan saham. Aktivitas ini tidak selamannya menguntungkan,
terutama ketika menimbulkan depresi yang luar biasa.24
Pada hakikatnya, spekulasi sesungguhnya bukan merupakan investasi, meskipun
keduannya memiliki kemiripan. Perbedaan yang sangat mendasar terletak pada
‘spirit’ yang menjiwainya, bukan pada bentuknya. Selain itu, spekulasi telah
meningkatkan unearned income bagi sekelompok orang dalam masyarakat,

22
Ibid, h. 104.
23
Ibid, h. 105.
24
Muhamad, Manajemen Keuangan Syariah: Analisis Fiqh & Keuangan (Yogyakarta: UPP STIM YKPN, 2019), h.549.
6
tanpa memberikan konstribusi apapun, baik yang bersifat positif maupun
produktif. Spekulasi juga merupakan sumber penyebab terjadinya krisis
keuangan. Bahkan hingga saat ini, otoritas moneter maupun para ahli ekonomi
keuangan selalu berusaha mengambil langkah-langkah guna mengantisipasi
tindakan dan dampak yang mungkin ditimbulkan oleh para spekulan. Sebab,
spekulasi adalah outcome dari sikap mental yang ‘ingin cepat kaya’ dengan
menghalalkan segala cara tanpa mempedulikan rambu-rambu agama dan etika.
Oleh karena itu, ajaran islam dengan tegas melarang tindakan spekulasi ini,
karena bertentangan dengan nilai-nilai illahiyah dan insaniyyah.25
Ada beberapa prinsip dasar untuk membangun sistem modal yang sesuai dengan
ajaran Islam. Prinsip tersebut yaitu tidak diperkenankannya penjualan dan
pembelian secara langsung. Sebab hal ini akan membuka pintu spekulasi. Yang
selanjutnya dapat berimplikasi pada perubahan harga yang hanya ditentukan
oleh kekuatan pasar, di mana tidak ada perubahan yang berarti dari nilai intrinsik
26
saham. Sedangkan dalam aturan Islam, penentuan harga saham harus sesuai
dengan nilai intrinsiknya.27
Adapun formula perhitungannya adalah: harga saham sama dengan modal
saham + keuntungan – kerugian + akumulasi keuntungan – akumulasi kerugian,
yang semuanya dibagi dengan jumlah saham. Formula ini akan memberikan nilai
sebenarnya dari sertifikat saham dan akan lebih menggambarkan kondisi yang
sesungguhnya.28
Pemberian pinjaman dana untuk tujuan spekulasi di pasar modal sangat dilarang
dalam Islam. Salah satu bagian besar darI spekulasi bisnis yaitu adanya forward
transaction, dimana dua pihak yang bertransaksi bersepakat untuk melakukan
pengiriman pada tanggal tertentu di masa mendatang. Selain itu juga tidak
diperbolehkan adanya short selling, yaitu menjual saham sebelum seseorang
memilikinya, dengan harapan dapat membelinya kembali dengan harga yang
lebih rendah. 29

25
Ibid.
26
Ibid, h. 550.
27
Ibid.
28
Ibid, h. 551.
29
Ibid.
7
Contango juga tidak diperbolehkan dan tidak akan terjadi dalam pasar modal
syariah. Hal ini dikarenakan, harga tidak akan berubah dengan cepat karena
harga ditentukan oleh nilai intrinsik dari saham, serta dana untuk contango yang
bersumber dari riba tidak akan tersedia karena Islam melarang riba atau
sejenisnya. 30
3. Karakteristik Pasar Modal Syariah
Pasar modal idealnya adalah yang memenuhi unsur ‘etik dan fair/transparan’
yaitu terdapatnya persamaan kesempatan (equality of opportunity), di mana
seluruh pihak dalam pasar modal mendapatkan akses informasi yang sama dan
relevan untuk mengevaluasi aset.31
Menurut Shefrin dan Statman (1993) yang dikutip oleh Obaidullah, gambaran
mengenai pasar modal yang efisien, etik dan fair mengandung 7 (tujuh)
karakteristik sebagai berikut:32
a) Bebas dari pemaksaan
b) Bebas dari salah interpretasi
c) Hak untuk mendapatkan informasi yang sama
d) Hak untuk memproses informasi yang sama
e) Bebas dari gejolak hati, yaitu berbuat kesalah akibat kurangnya
pengendalian diri
f) Hak untuk bertransaksi pada harga yang efisien
g) Hak untuk memiliki kekuatan tawar-menawar yang sama.
Dalam menjalankan fungsinya, pasar modal syariah memiliki prinsip dalam
membentuk karakter strukturnya. Adapun hal-hal itu adalah sebagai berikut:33
a) Efek yang diperjualbelikan adalah representasi dari barang dan jasa yang
halal
b) Transparansi informasi
c) Menghindari maisir, riba dan gharar
d) Larangan atas semua investasi yang tidak dilakukan secara sportif

30
Ibid.
31
Ibid, h. 552.
32
Ibid.
33
Ayu Citra Santyaningtyas, Dina Tsalist Wildana, Investasi Syariah (Jember: UPT Percetakan & Penerbitan Universitas
Jember, 2019), h. 89.
8
e) Dua transaksi dalam satu akad, dengan syarat; objek pelakunya sama dan
dalam satu periode.
f) Diawasi oleh BAPEPAM dan Dewan Syariah Nasional.

C. Instrumen Pasar Modal Syariah


Instrumen pasar modal pada prinsipnya adalah semua surat surat berharga (efek) yang
umum diperjual belikan melalui pasar modal. Instrumen yang paling sering
diperjualbelikan melalui bursa efek antara lain saham, obligasi, rights, dan obligasi
konversi.34 Sedangkan pasar modal syariah secara khusus memperjual belikan efek
syariah. Efek syariah adalah efek yang akad, pengelolaan perusahaan, maupun cara
penertibannya melalui prinsip-prinsip syariah yang didasarkan atas ajaran Islam yang
penetapannya dilakukan oleh DSN-MUI dalam bentuk fatwa.35
Instrumen penting yang dapat diperdagangkan sebagai hasil pemikiran menurut hukum
Islam yaitu:36
1) Dana Mudharabah (Mudharabah Fund), merupakan instrumen keuangan bagi
investor untuk pembiayaan bersama proyek besar berdasarkan prinsip bagi hasil.
2) Common Stock, saham yang diterbitkan oleh perusahaan yang didirikan untuk
kegiatan bisnis yang sesuai dengan yang diperbolehkan oleh Islam.
3) Obligasi Muqarabah (Muqarabah Bond), obligasi yang diterbitkan untuk
pembiayaan yang menghasilkan uang atau proyek yang terpisah dari kegiatan
umum perusahaan.
4) Obligasi Bagi Hasil (Profit Sharing Bond), obligasi yang diterbitkan oleh
perusahaan yang aktivitas bisnisnya sesuai dengan syari’ah dan berdasarkan
prinsip bagi hasil.
5) Saham Preferen (Preferred Stock), saham ini memiliki hak istimewa seperti
deviden tetap dan prioritas dalam likuidasi. Namun masih menjadi perdebatan
sebab masih ada unsur pendapatan tetap.
Menurut Mannan, segala jenis sekuritas yang menawarkan predetermined fixed-income
tidak diperbolehkan dalam Islam, karena termasuk kategori riba. Dengan demikian,
interest bearing securities, baik long-term maupun short-term masuk dalam kategori

34
Andri Soemitra, Bank & Lembaga Keuangan Syariah (Jakarta : Prenada Media Group, 2018), h. 122.
35
Ibid.
36
Muhamad, Manajemen Keuangan Syariah: Analisis Fiqh & Keuangan (Yogyakarta: UPP STIM YKPN, 2019), h.554.
9
investasi yang tidak sah. Instrumen yang perbolehkan secara penuh atau dengan
catatan-catatan, meliputi saham (stocks) dan Syari’ah Bonds, profit-sharing based
goverment securities, penggunaan institusi pasar skunder, dan mekanismenya seperti
margin trading.37
Berikut adalah instrumen-instrumen yang ada pada pasar modal syariah:
1. Saham Syariah
Saham (stocks) adalah surat bukti atau tanda kepemilikan bagian modal pada suatu
perusahaan terbatas. Dengan demikian, si pemilik saham merupakan pemilik
perusahaan.38 Semakin banyak saham yang ia miliki, maka semakin besar pula
kekuasaan dan wewenangnya pada perusahaan tersebut.39 Keuntungan yang
diperoleh dari saham adalah deviden. Pembagian deviden ini ditentukan dalam Rapat
Umum Pemegang Saham (RUPS).40
Sedangkan saham syariah adalah serifikat yang menunjukan bukti kepemilikan suatu
perusahaan yang diterbitkan oleh emiten yang kegiatan usaha maupun cara
pengelolaannya tidak bertentangan dengan prinsip syariah.41 Dalam prinsip syariah,
penyertaan modal ke dalam dilakukan pada perusahaan yang tidak melanggar
prinsip syariah yang dilakukan berdasarkan akad musyarakah dan mudahrabah. 42
Di Bursa Efek Indonesia (BEI) terdapat Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI) yang
mencakup keseluruhan saham yang memenuhi kualifikasi sebagai saham syariah,
dan Jakarta Islamic Index (JII) yang merupakan 30 saham yang memenuhi kriteria
syariah yang ditetapkan DSN. Dengan demikian, saham syariah ada yang pasif dan
ada yang aktif. Perusahaan aktif syariah secara keseluruhan menyebutkan AD/ART
beroperasi dengan menjalankan prinsip-prinsip syariah. Adapun perusahaan pasif
syariah adalah perusahaan yang tidak menyebutkan dalam AD/ART beroperasi
dengan prinsip-prinsip syariah, namun dalam proses seleksi yang dilakukan dapat
memenuhi kriteria syariah yang diterapkan oleh regulator.
2. Sukuk (Obligasi Syariah)

37
Ibid, h. 555.
38
Andri Soemitra, Bank & Lembaga Keuangan Syariah (Jakarta : Prenada Media Group, 2018), h. 127.
39
Akhmad Faozan, “Konsep Pasar Modal Syariah”, h. 9.
40
Ayu Citra Santyaningtyas, Dina Tsalist Wildana, Investasi Syariah (Jember: UPT Percetakan & Penerbitan Universitas
Jember, 2019), h. 89.
41
Andri Soemitra, Bank & Lembaga Keuangan Syariah (Jakarta : Prenada Media Group, 2018), h. 128.
42
Awaluddin, “Pasar Modal Syariah: Analisis Penawaran Efek Syariah di Bursa Efek Indonesia” Maqdis : Jurnal Kajian
Ekonomi Islam, Vol. 1 No. 2n(Juli-Desember 2016), h. 141.
10
Obligasi secara konvensional adalah bukti utang dari emiten yang dijamin oleh
penanggung yang mengandung janji pembayaran bunga atau janji lainnya serta
pelunasan pokok pinjaman yang dilakukan pada tanggal jatuh tempo. 43 Sedangkan
obligasi syariah (sukuk) sesuai dengan Fatwa No.3/DSN-MUI/IX/2002 merupakan
surat berharga jangka panjang berdasarkan prinsip syariah yang dikeluarkan emiten
kepada pemegang obligasi syariah yang mewajibkan emiten untuk membayar
pendapatan kepada pemegang obligasi syariah berupa bagi hasil/margin/fee, serta
membayar kembali dana obligasi syariah pada saat jatuh tempo.44
Obligasi syariah lebih dikenal dengan nama sukuk yang merupakan efek syariah
berupa sertifikat atau bukti kepemilikan yang bernilai sama dan mewakili bagian
penyertaan yang tidak terpisahkan atas kepemiilikan aset berwujud tertentu, nilai
manfaat dan jasa atas aset proyek tertentu atau aktivitas investasi tertentu, serta
kepemilikan atas aset proyek tertentu atau aktivitas investasi tertentu. 45
Ditinjau dari segi jenis akadnya, obligasi syariah terbagi menjadi 4, yaitu :
a. Sukuk ijarah, yaitu sukuk yang diterbitkan berdasarkan perjanjian atau akad
ijarah di mana satu pihak bertindak sendiri atau melalui wakilnya menjual atau
menyewakan hak manfaat atas suatu aset kepada pihak lain berdasarkan harga
dan periode yang disepakati, tanpa dikuti dengan pemindahan kepemilikan aset
itu sendiri.
b. Sukuk mudharabah, yaitu sukük yang diterbitkan berdasarkan perjanjian atau
akad mudharabah di mana satu pihak menyediakan modal (rab al-maal) dan
pihak lain menyediakan tenaga dan keahlian (mudharib), keuntungan dari kerja
sama tersebut akan dibagi berdasarkan perbandingan yang telah disetujui
sebelumnya. Kerugian yang timbul akan ditanggung sepenuhnya oleh pihak
yang menjadi penyedia modal.
c. Sukuk musyarakah, yaitu sukuk yang diterbitkan berdasarkan perjanjian atau
akad musyarakah di mana dua pihak atau lebih bekerja sama menggabungkan
modal untuk membangun proyek baru, mengembangkan proyek yang telah
ada, atau membiayai kegiatan usaha. Keuntungan maupun kerugian yang

43
Ibid.
44
Andri Soemitra, Bank & Lembaga Keuangan Syariah (Jakarta : Prenada Media Group, 2018), h. 131.
45
Ibid.
11
timbul ditanggung bersama sesuai dengan jumlah partisipasi modal masing-
masing pihak.
d. Sukuk istisna', yaitu sukuk yang diterbitkan berdasarkan perjanjian atau akad
istisna' di mana para pihak menyepakati jual beli dalam angka pembiayaan suatu
proyek/barang. Adapun harga, waktu penyerahan, dan spesifikasi
barang/proyek ditentukan terlebih dahulu berdasarkan kesepakatan.
Sedangkan ditinjau dari institusi yang menerbitkan obligasi syariah, maka obligasi
syariah terbagi dua, yaitu :
a. Sukuk korpôrasi merupakan jenis obligasi syariah yana öleh suatu perusahaan
yáng mëmënuhi prinsip syariah. Untuk meregulasi sukuk jenis ini, OJK telah
menerbitkan POJK Nomof 1/ POJK.04/2015 tentang Penérbitan dan Persyaratan
Sukuk (menggant penerbitan sukuk dalatm Perätüran Nommor IX.A.13. Dalam
pënerbitan sukuk korporasi terdapat bebërapa pihak yang terlibat, yaitu: 1)
Öbligör, adalah emiten yang bertanggüng jawab atas pembayärän imbalän dañ
nilai nöminal sukuk yang diterbitkan sampai dengan sukuk jatuh tempo. 2) Wali
amanat (trustee) untuk mewakili kepentingan investor. 3) Investor, yaitu
pemegang sukuk yang memiliki hak atas imbalan, marjin, dah nilai nominal sukuk
sesuai partisipasi masing-masing.
b. Surat Berharga Syariah Negara selanjutnya disingkat SBSN, dapat disebut Sukuk

Negara, adalah surat berharga negara yang diterbitkan berdasarkan prinsip


syariah, sebagai bukti atas bagian penyertaan terhadap Aset SBSN, baik dalam
mata uang rupiah màupun valuta asing. DSN MUI telah menerbitkan sejumlah
fatwa berkaitan dengan SBSN yaitu Fatwa No. 69 (Surat Berharga Syariah Negara
(SBSnN: Fatwa No. 70 (Metode Penerbitan Surat Berharga Syariah Negara (SBSN
Fatwa No. 72 (Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) ijarah Sale and Lease Back)
dan Fatwa No. 94 tentang Repo Surat Berharga Syariah (SBS) Berdasarkan
Prinsip Syariah.
Sukuk Negara diterbitkan dengan tujuan: 1. Memperluas basis sumber
pembiayaan anggaran negara, 2. Mendorong pengembangan pasar keuangan
syariah. 3. Menciptakan benchmark di pasar keuangan syariah. 4. Diversifikasi
basis investor, 5. Mengembangkan alternatif instrumen investasi. 6.
Mengoptimalkan pemanfaatan barang milik negara. 7. Memanfaatkan dana-dana
masyarakat yang belum terjaring oleh SIstem keuangan konvensional.
12
3. Reksa Dana Syariah
Reksa dana di Inggris dikenal dengan sebutan unit trust yang berarti saham
kepercayaan, di Amerika dikenal dengan sebutan mutual fund yang berarti dana
bersama, dan di Jepang dikenal dengan sebutan investment fund yang berarti
pengelolaan dana untuk investasi berdasarkan kepercayaan.46
Secara bahasa reksadana tersusun dari dua konsep, yaitu reksa yang berarti jaga
atau pelihara dan dana yang berarti himpunan uang. Menurut Undang-undang No. 8
Tahun 1995 tentang pasar modal, Reksadana adalah wadah yang digunakan untuk
menghimpun dana dari masyarakat pemodal untuk selanjutnya diinvestasikan dalam
portofolio efek oleh manajer investasi.47 Dari definisi diatas terdapat tiga unsur
penting dalam reksadana, yaitu 1). Adanya kumpulan dana masyarakat, 2). Investasi
dalam bentuk portofolio efek, 3). Manajer investasi sebagai pengelola dana.
Reksadana syariah adalah reksadana yang beroperasi menurut ketentuan dan
prinsip syariah islam, baik dalam bentuk akad antara pemodal sebagai pemilik harta
dengan manajer investasi sebagai wakil sahib al mal. Reksadana syariah tidak akan
menginvestasikan dananya pada obligasi yang pengelolaannya bertentangan
dengan syariah islam, misalnya pabrik minuman beralkhohol, industry peternakan
babi, jasa keuangan yang menggunakan riba, dan bisnis yang mengandung maksiat.
Untuk meregulasi reksadana syariah ini OJK telat menerbitkan POJK Nomor
19/POJK.04/2015 tentang penerbitan dan persyaratan reksadana syariah. Tujuan
reksadana syariah adalah memenuhi kebutuhan kelompok investor yang ingin
memperoleh pandangan investasi dari sumber dan cara yang bersih serta dapat
dipertanggung jawabkan secara agama dan sejalan dengan prinsip- prinsip syariah.48
Keuntungan dalam melakukan investasi pada reksadana antara lain :
a. Likuiditas
Investor yang membeli reksadana dapat menjual kembali kepada penerbitnya
setiap saat dan penerbit secara hukum wajib membelinya sesuai dengan harga
pasar yang berlaku saat itu. Dengan demikian reksadana lebih likuid

46
Jaka E. Cahyono, cara Jitu memilih untung dari Reksa Dana, ( Jakarta : Elex Media Komputindo, 2000), h. 16.
47
Undang-undang No.8 Tahun 1995 pasal 1 ayat (23), Iggi H. Achien, Investasi Syari’ah di Pasar Modal, ( Jakarta :
Gramedia Pustaka utama, 2000), h. 74.
48
Fatwa Dewan Syariah Nasional, Himpunan Fatwa Dewan Syariah Nasional, ( Jakarta : PT Intermasa, 2003), Edisi
Kedua, h. 121.
13
dibandingkan dengan saham atau obligasi yang diperdagangkan di bursa efek
karena untuk menjual harus menemukan pembeli yang berminat dan harga yang
disepakati lebih dahulu.
b. Disversifikasi

Untuk mengurangi risiko portofolio efek didiversifikasikan ketingkat yang paling


optimal sehingga pemodal kecil dengan dana terbatas pun dapat memproleh
manfaat diversifikasi investi sebagaiman layaknya pemodal besar.
c. Manajemen professional
Pengelola reksadana pada umumnya terdiri atas orang- orang yang memiliki
pengalaman dan keahlian dibidang pasar modal.
d. Biaya yang rendah
Biaya transaksi akan lebih rendah dibandingkan apabila pemodal individu
melakukan transaksi sendiri di bursa efek.
e. Pelayanan bagi pemegang saham
Reksadana biasanya menawarkan daya tarik kepada pemegang sahamnya.
f. Transparansi Informasi
Wajib memberikan informasi atas perkembangan portofolio investari dan
pembiayaannya secara berkesinambungan, sehingga pemegang unit penyertaan
dapat memantau perkembangan keuntungan, biaya, dan risiko invetasi setiap
saat.

Lembaga-lembaga fasilitator reksadana yaitu OJK, Pengelola Investasi, bank


custodian, notaris, konsultan hukum, akuntan public, dan agen penjual. Bentuk
hukum reksadana menurut undang – undang No. 8 Tahun 1995 yaitu Badan Hukum
Perseroan dan Kontrak Investasi Kolektif.49

49
Dahlan Siamat, Manajemen Lembaga Keuangan, ( Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas
Indonesia, 2004), Edisi Keempat, h. 261.
14
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Pasar modal syariah adalah kegiatan yang bersangkutan dengan Penawaran Umum
dan Perdagangan Efek, Perusahaan Publik yang berkaitan dengan efek yang
diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek, yang seluruh
mekanisme kegiatannya berdasarkan prinsip-prinsip syariah dan terlepas dari hal-hal
yang dilarang seperti riba, perjudian, spekulasi, dan lain-lain.
2. Pasar modal syariah berfungsi sebagai : (1) Memungkinkan bagi masyarakat
berpartisipasi dalam kegiatan bisnis dengan memperoleh bagian dari keuntungan
dan risikonya; (2) Memungkinkan para pemegang saham menjual sahamnya guna
mendapatkan likuiditas; (3) Memungkinkan perusahaan meningkatkan modal dari
luar untuk membangun dan mengembangkan lini produksinya; (4) Memisahkan
operasi kegiatan bisnis dari fluktuasi jangka pendek pada harga saham yang
merupakan ciri umum pada pasar modal konvensional; (5) Memungkinkan investasi
pada ekonomi itu ditentukan oleh kinerja kegiatan bisnis sebagaimana tercermin
pada harga saham. Berdasarkan prinsip syariah, pasar modal syariah melarang
adanya spekulasi dan penentuan harga saham harus sesuai dengan nilai intrinsiknya.
Adapun karakteristik pasar modal syariah yaitu: (a) Efek yang diperjualbelikan adalah
representasi dari barang dan jasa yang halal; (b) Transparansi informasi; (c)
Menghindari maisir, riba dan gharar; (d) Larangan atas semua investasi yang tidak
dilakukan secara sportif; (e) Dua transaksi dalam satu akad, dengan syarat; objek
pelakunya sama dan dalam satu periode; (f) Diawasi oleh BAPEPAM dan Dewan
Syariah Nasional.
3. Instrumen pasar modal syariah adalah semua surat surat berharga (efek) yang
umum diperjual belikan melalui pasar modal syariah antara lain yaitu: (a) saham
syariah yaitu serifikat yang menunjukan bukti kepemilikan suatu perusahaan yang
diterbitkan oleh emiten yang kegiatan usaha maupun cara pengelolaannya tidak
bertentangan dengan prinsip syariah; (b) sukuk atau obligasi syariah yaitu surat
berharga jangka panjang berdasarkan prinsip syariah yang dikeluarkan emiten

15
kepada pemegang obligasi syariah yang mewajibkan emiten untuk membayar
pendapatan kepada pemegang obligasi syariah berupa bagi hasil/margin/fee, serta
membayar kembali dana obligasi syariah pada saat jatuh tempo; (c) Reksadana
syariah adalah reksadana yang beroperasi menurut ketentuan dan prinsip syariah
islam, baik dalam bentuk akad antara pemodal sebagai pemilik harta dengan
manajer investasi sebagai wakil sahib al maal.

16
DAFTAR ISI

Awaluddin, Pasar Modal Syariah: Analisis Penawaran Efek Syariah di Bursa Efek Indonesia,
Maqdis : Jurnal Kajian Ekonomi Islam, Vol. 1 No. 2, Juli-Desember 2016.

E. Cahyono, Jaka. 2000. Cara Jitu memilih untung dari Reksa Dana. Jakarta : Elex Media
Komputindo.

Faozan, Akhmad. “Konsep Pasar Modal Syariah”. Purwokerto.

Fatwa Dewan Syariah Nasional. 2003. Himpunan Fatwa Dewan Syariah Nasional Edisi Kedua.
Jakarta : PT Intermasa.

H. Achien, Iggi. 2000. Investasi Syari’ah di Pasar Modal. Jakarta : Gramedia Pustaka utama.

Mardi, Pasar Modal Syariah, Jurnal Edunomic, Vol. 3 No. 1, 2015.

Muhamad. 2019. Manajemen Keuangan Syariah: Analisis Fiqh & Keuangan. Yogyakarta: UPP STIM
YKPN.

Nopijantoro, Wurjanto, Surat Berharga Negara Project Based Sukuk (SBSN PBS): Sebuah
Instrumen Alternatif Partisipasi Publik Dalam Pembiayaan Infrastruktur, Jurnal
Substansi, Vol. 1 No. 2, 2017.

Santyaningtyas, Ayu Citra dan Wildana, Dina Tsalist. 2019. Investasi Syariah. Jember: UPT
Percetakan & Penerbitan Universitas Jember.

Siamat, Dahlan. 2004. Manajemen Lembaga Keuangan Edisi Keempat. Jakarta: Lembaga
Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.

Soemitra, Andri. 2018. Bank & Lembaga Keuangan Syariah. Jakarta : Prenada Media Group.

17

Anda mungkin juga menyukai