DISUSUN OLEH :
Ahmad Maulana Aziz (2051030009)
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala nikmat, hidayah dan karunia
Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah Mata Kuliah Audit Syariah dengan judul
"Kode Etik Profesi Akuntansi Publik (IAPI dan AAOIFI)" ini dengan sebaik-baiknya. Shalawat
serta salam penulis curahkan kepada Nabi besar Muhammad SAW, yang telah membimbing kita
dan senantiasa kita nantikan syafa'atnya di yaumul qiyamah nanti.
Terima kasih kami ucapkan kepada semua pihak termasuk teman-teman yang telah
berpartisipasi dalam mencari bahan-bahan untuk menyusun tugas ini sehingga memungkinkan
terselesaikan makalah ini, meskipun terdapat banyak kekurangan.
Akhir kata, kami berharap mudah-mudahan makalah ini dapat memberikan tambahan ilmu
dan bermanfaat khususnya bagi kami dan umumnya bagi pembaca. Kami menyadari bahwa
makalah ini masih jauh dari sempurna, mengingat keterbatasan kemampuan dan pengetahuan
kami. Oleh karena itu, dengan terbuka dan senang hati kami menerima kritik dan saran dari semua
pihak.
Tim Penyusun
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tiga asosiasi profesi akuntansi, Ikatan Akuntan Indonesia (IAI), Institut Akuntan
Manajemen Indonesia (IAMI), dan Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI) bersama-sama
menerbitkan Kode Etik Akuntan di awal tahun ini. Walaupun mengadopsi sumber yang sama,
ternyata ketiganya melahirkan dua judul buku yang berbeda. IAI dan IAMI sepakat dengan
nama Kode Etik Akuntan Indonesia, sementara IAPI menamainya dengan Kode Etik Profesi
Akuntan Publik.
Salah satu misi Institut Akuntan Publik Indonesia (“IAPI”) adalah untuk menyusun dan
mengembangkan standar profesi dan kode etik profesi akuntan publik yang berkualitas dengan
mengacu pada standar internasional. Sehubungan dengan hal tersebut, IAPI telah memberikan
tanggung jawab kepada Dewan Standar Profesional Akuntan Publik IAPI untuk
mengembangkan dan menetapkan suatu standar profesi dan kode etik profesi yang berkualitas
yang berlaku bagi profesi akuntan publik di Indonesia. Kode Etik Profesi Akuntan Publik
(“Kode Etik“) ini terdiri dari dua bagian, yaitu Bagian A dan Bagian B. Bagian A dari Kode
Etik ini menetapkan prinsip dasar etika profesi dan memberikan kerangka konseptual untuk
penerapan prinsip tersebut. Bagian B dari Kode Etik ini memberikan ilustrasi mengenai
penerapan kerangka konseptual tersebut pada situasi tertentu.
Kode etik auntuk akuntan dalam pandangan syariah islam telah ada yang membuat yaitu
dari AAOIFI sebuah organisasi internasional yang menyusun kode etik untuk akuntan
berdasarkan syariah islam.
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang tersebut dapat disimpulkan rumusan masalah sebagai berikut :
1. Apa saja kode etik IAPI dan AAOIFI?
2. Apa saja tujuan kode etik?
3. Bagaimanakah struktur kode etik?
4. Apa saja konsep dasar kompetensi?
5. Apa saja kompetensi wajib auditor syariah?
C. Tujuan
Dari rumusan masalah tersebut dapat disimpulkan tujuan makalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui kode etik IAPI dan AAOIFI.
2. Untuk mengetahui tujuan kode etik.
3. Untuk memahami struktur kode etik.
4. Untuk mengetahui konsep dasar kompetensi.
1
5. Untuk mengetahui kompetensi wajib auditor syariah
2
BAB II
PEMBAHASAN
1
Keputusan Dewan Pengurus Nmor 34 Tahun 2021 tentang Penetapan dan Pengesahan Kode Etik Profesi Akuntan
Publik Tahun 2021 Pasal (2).
3
2) Aturan Etika Profesi (Bagian B)
Bagian B dari Kode Etik ini memberikan ilustrasi mengenai penerapan kerangka
konseptual tersebut pada situasi tertentu dan contoh-contoh pencegahan yang
diperlukan untuk mengatasi ancaman terhadap kepatuhan pada prinsip dasar etika
profesi, serta memberikan contoh-contoh situasi ketika pencegahan untuk mengatasi
ancaman tidak tersedia, dan oleh karena itu, setiap kegiatan atau hubungan yang terjadi
sehubungan dengan pelaksanaan pekerjaan oleh Praktisi yang dapat menimbulkan
ancaman terhadap kepatuhan pada prinsip dasar etika profesi harus dihindari.
2. Kode etik akuntan menurut AAOIFI
AAOIFI merumuskan struktur kode etik akuntan dan auditor syariah untuk lembaga
keuangan syariah dibagi menjadi tiga bagian. Pertama merupakan pondasi syariat dari kode
etik akuntan dan auditor syariah, yang berupa dasar-dasar hukum dari kode etik itu sendiri.
Kedua merupakan prinsip etika akuntan dan auditor syariah yang yang berisi prinsip etika
yang berlaku umum diambil dari dasar syariat dan kode etik profesional yang berlaku.
Ketiga merupakan aturan kode etik akuntan dan auditor syariah yang berisi apa yang
seharusnya menjadi perilaku akuntan dan auditor syariah.
AAOIFI membuat beberapa landasan kode etik akuntan dan auditor Syariah sebagai
berikut :
1) Prinsip Integritas
Auditor dituntut untuk memiliki kepribadian yang dilandasi oleh sikap jujur, berani,
bijaksana, dan bertanggung jawab untuk membangun kepercayaan agar dapat memberikan
dasar yang kuat untuk pengambilan keputusan.
2) Prinsip Khalifah
Allah menciptakan manusia di bumi mengemban tugas yang cukup berat,yaitu sebagai
khalifah atau pemimpin untuk memakmurkan bumi dan segala isinya. Kekhalifahan ini
didasarkan pada prinsip yang menyatakan bahwa pemegang kekuasaan tertinggi di bumi
ini adalah Allah SWT dan kepemilikan manusia terhadap kekayaan yang di bumi ini
bukanlah tujuan akhir tetapi sebagai sarana untuk menjalani kehidupan dirinya,
keluarganya dan masyarakat. Manusia harus memperhatikan perintah dan larangan Allah
selaku pemilik semua yang ada di bumi ini dalam penggunaannya sebab manusia akan
dimintai pertanggungjawaban bagaimana ia menggunakan kekayaan itu.
3) Prinsip Ikhlas
Landasan ini berarti bahwa akuntan harus mencari keridhaan Allah dalam
melaksanakan pekerjaannya bukan mencari nama. Pura-pura, hipokrit dan berbagai bentuk
kepalsuan lainnya. Menjadi ikhlas berarti akuntan tidak perlu tunduk pada pengaruh atau
tekanan luar tetapi harus berdasarkan komitmen agama, ibadah dalam melaksanakan fungsi
professinya. Tugas professi harus bisa dikonversikan menjadi tugas ibadah. Jika hal ini bisa
diwujudkan maka tugas akuntan menjadi bernilai ibadah dihadapan Allah SWT disamping
tugas professi yang berdimensi material dan dunia.
4) Prinsip Taqwa
4
Takwa adalah sikap ketakutan kepada Allah baik dalam keadaan tersembunyi maupun
terang-terangan sebagai salah satu cara untuk melindungi dari akibat negative dan
perilaku yang bertentangan dari syariah khususnya dalam hal yang berkaitan dengan
perilaku terhadap penggunaan kekayaan atau transaksi yang cenderung pada kezaliman
dan hal lain yang tidak sesuai dengan syariah.
1) Kebenaran dan bekerja secara sempurana
Akuntan tidak harus membatasi dirinya hanya melakukan pekerjaan-pekerjaan
professi dan jabatannya tetapi juga harus berjuang untuk mencari dan menegakkan
kebenaran dan kesempurnaan tugas professinya dengan melaksanakan semua tugas
yang dibebankan kepadanya dengan sebaik-baik dan sesempurna mungkin.
2) Allah menyaksikan tingkah laku setiap orang
Seorang Akuntan atau Auditor meyakini bahwa Allah selalu melihat dan
menyaksikan semua tingkah laku hamba-Nya dan selalu menyadari dan
mempertimbangkan setiap tingkah laku yang tidak disukai Allah.
3) Manusia bertanggungjawab dihadapan Allah
Akuntan muslim harus meyakini bahwa akhirat allah selalu mengamati semua
perilakunya dan dia akan mempertanggungjawabkan semua tingkah lakunya kepada
Allah nanti dihari baik tingkah laku yang baik maupun yang besar
4) Takut akan Allah dalam segala hal
Kepercayaan bahwa Allah melihat segala hal yang dilakukan oleh manusia dan
sebagai pertimbangan untuk berhenti melakukan hal yang tidak di ridhoi-Nya. Hal
ini menyiratkan bahwa seorang akuntan harus bersikap takut akan Allah, tidak peduli
akan pendapat orang lain. Self-monitoring yang ada di kode etik kontemporer
semakin melemah kecuali jika dikaitkan dengan iman.
Pada bagian kedua dan ketiga dari struktur kode etik yang dibuat
AAOIFI dijelaskan prinsip etika akuntan dan auditor yang berupa kode etik profesi
dan dasar perilaku akuntan dan auditor sebagai berikut:
1) Dapat dipercaya
Akuntan harus dapat dipercaya dan jujur dalam menjalankan tugas atau
layanan profesionalnya. Kepercayaan juga mensyaratkan bahwa akuntan harus
memiliki tingkat integritas dan kejujuran yang tinggi, dan bahwa ia harus
menghormati kerahasiaan informasi yang diperoleh selama pelaksanaan tugas dan
jasa baik kepada organisasi atau kliennya. Akuntan tidak boleh dengan sengaja
menyajikan fakta dan informasi secara tidak jujur.
2) Legitimasi
Akuntan harus memastikan keabsahan segala sesuatu yang terkait dengan
tugas atau layanan profesionalnya sesuai dengan aturan dan prinsip syariah.
3) Objektivitas
Akuntan harus adil, tidak memihak dan tidak bias, bebas dari konflik
kepentingan dan independen. Objektivitas juga mensyaratkan bahwa akuntan tidak
boleh mengesampingkan penilaian profesional dan tugasnya terhadap saran orang
lain.
5
4) Kompetensi profesi dan rajin
Akuntan harus memiliki kompetensi professional dan dilengkapi dengan
latihan-latihan yang dibutuhkan untuk menjalankan tugas dan jasa profesi tersebut
dengan baik. Akuntan harus melakukan tugas dengan tekun dan benar, dan terutama
bertanggung jawab kepada Allah, dan yang lain seperti atasan, profesi, klien, dan
masyarakat.
5) Perilaku yang didorong keimanan
Perilaku akuntan harus konsisten dengan keyakinan akan nilai Islam yang
berasal dari prinsip dan aturan syariah. Dalam hal ini akuntan
6) Perilaku profesional dan standar teknik
Dalam menjalankan tugasnya, akuntan harus mematuhi aturan perilaku
profesional yang disajikan dalam Bagian 3, dan mematuhi standar akuntansi dan
audit untuk lembaga keuangan syariah.
Pada tahun 1973 kongres IAI berhasil merumuskan dan mengesahkan kode etik
IAI untuk pertama kalinya. Dalam perkembangannya kode etik ini mengalami
beberapa kali perubahan, yaitu kongres IAI tahun 1981, kongres IAI tahun 1986,
kongres IAI tahun 1990, kongres IAI tahun 1994, dan terakhir kongres IAI
tahun1998. Kode etik yang berlaku saat ini adalah yang disahkan dalam kongres IAI
VIII tahun 1998. Struktur kode etik IAI VIII terdiri atas empat bagian yang disusun
berdasarkan struktur berikut:
4. Tanya Jawab
6
Sementara itu, AAOIFI merumuskan struktur kode etik akuntan dan auditor
syariah untuk lembaga keuangan syariah kedalam tiga bagian, yaitu:
1. Bagian satu merupakan dasar-dasar hukum atau landasan kode etik. Dalam hal ini
bagian satu merupakan fondasi syariah dari kode etik akuntan dan auditor syariah.
2. Bagian kedua merupakan prinsip etika akuntan dan auditor syariah yang berisi
prinsip etika yang berlaku umum yang diambil dari dasar syariat dan kode etik
profesional yang berlaku.
3. Bagian ketiga berupa aturan kode etik akuntan dan auditor syariah yang berisi
tuntutan perilaku akuntan dan auditor syariah.
7
merupakan bentuk pengakuan IAPI terhadap kompetensi auditor. Auditor harus senantiasa
menjaga dan meningkatkan kompetensi melalui kegiatan pelatihan berkelanjutan.”2
Ada lima karakter yang membentuk kompetensi (Rusdiana dan Saptaji, 2018) yaitu:
Di sisi lain, untuk menambah jumlah sumber daya manusia di bidang audit terkhusus
audit syariah, sekolah profesi untuk auditor juga ditujukan untuk menciptakan sumber daya
manusia yang kompeten di bidang audit syariah. Sekolah profesi untuk auditor ini
2
Luluk Musfiroh, Kompetensi dan Standar Profesional Akuntan Publik, CORE ACCOUNTING INDONESIA, Juli 03,
2020 http://coreaccountingindonesia.com/2020/07/kompetensi-standar-profesional-dan-kode-etik-profesi-
akuntan-publik.html
8
diharapkan mampu meningkatkan sumber daya manusia yang ada bukan hanya dari segi
kuantitas saja, namun juga dari segi kualitas juga harus ditingkatkan.
Kompetensi adalah sebuah kecakapan dan kemampuan dalam menjalankan suatu
pekerjaan atau profesinya. Orang yang kompeten berarti orang yang dapat menjalankan
pekerjaannya dengan kualitas hasil yang baik. Menurut Izzatika and Lubis (2016),
kompetensi yang harus dimiliki auditor syariah adalah sebagai berikut:
2. Memiliki pengetahuan syariah terkait prinsip dan hukum Islam, khususnya pada fiqh
muamalat.
3. Memiliki pemahaman yang kuat tentang As-Sunnah dan ilmu fiqh Islam seperti ushul
fiqh.
4. Memahami standar akuntansi internasional yang diadopsi dengan standar akuntansi dan
auditing yang berlaku di dalam wilayah nasional. Serta standar yang diadopsi oleh
negara-negara muslim lain jika mereka ingin bekerja di negara lain yang telah
menerapkan audit syariah.
6. Memiliki pemahaman dengan pengetahuan yang baik dalam bidang keuangan dan
bisnis.
9
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kode Etik Profesi Akuntan Publik (IAPI DAN AAOIFI). IAPI menamainya dengan
Kode Etik Profesi Akuntan Publik, IAPI menggunakan frasa Akuntan Publik dengan
mengacu kepada Undang-undang Akuntan Publik. AAOIFI merumuskan struktur kode etik
akuntan dan auditor syariah untuk lembaga keuangan syariah dibagi menjadi tiga bagian.
Pertama merupakan pondasi syariat dari kode etik akuntan dan auditor syariah, kedua
merupakan prinsip etika akuntan dan auditor syariah, ketiga merupakan aturan kode etik
akuntan dan auditor syariah. AAOIFI membuat beberapa landasan kode etik akuntan dan
auditor Syariah sebagai berikut : Prinsip Integritas, Prinsip Khalifah, Prinsip Ikhlas,
Prinsip Taqwa.
Kode etik yang berlaku saat ini adalah yang disahkan dalam kongres IAI VIII
tahun 1998. Struktur kode etik IAI VIII terdiri atas empat bagian yang disusun
berdasarkan struktur berikut:
Tanya Jawab
Sementara itu, AAOIFI merumuskan struktur kode etik akuntan dan auditor
syariah untuk lembaga keuangan syariah kedalam tiga bagian, yaitu :
1. Bagian satu merupakan dasar-dasar hukum atau landasan kode etik. Dalam hal ini
bagian satu merupakan fondasi syariah dari kode etik akuntan dan auditor
syariah.
2. Bagian kedua merupakan prinsip etika akuntan dan auditor syariah yang berisi
prinsip etika yang berlaku umum yang diambil dari dasar syariat dan kode etik
profesional yang berlaku.
3. Bagian ketiga berupa aturan kode etik akuntan dan auditor syariah yang berisi
tuntutan perilaku akuntan dan auditor syariah.
10
Kompetensi adalah sebuah kecakapan dan kemampuan dalam menjalankan suatu
pekerjaan atau profesinya. Orang yang kompeten berarti orang yang dapat menjalankan
pekerjaannya dengan kualitas hasil yang baik.
Kompetensi Auditor berdasarkan keputusan dewan Pengurus IAPI No. 4 tahun
2018 merupakan, “Kemampuan professional individu auditor dalam menerapkan
pengetahuan untuk menyelesaikan suatu perikatan baik secara bersama sama dalam suatu
tim atau secara mandiri berdasarkan Standar Profesi Akuntan Publik, kode Etik dan
ketentuan hukum yang berlaku. Kompetensi auditor dapat diperoleh melalui pendidikan
pada perguruan tinggi pada bidang akuntansi, kegiatan pengembangan dan pelatihan
profesional di tempat bekerja, yang kemudian dibuktikan melalui penerapan pada praktik
pengalaman kerja serta jumlah jam kerja riil yang telah diperoleh. Sertifikasi profesi
merupakan bentuk pengakuan IAPI terhadap kompetensi auditor. Auditor harus
senantiasa menjaga dan meningkatkan kompetensi melalui kegiatan pelatihan
berkelanjutan.”
B. Saran
Meskipun penulis menginginkan kesempurnaan dalam penyusunan makalah ini,
akan tetapi pada kenyataannya masih banyak kekurangan yang perlu penulis perbaiki.
Hal ini dikarenakan masih minimnya pengetahuan penulis.
Oleh karena itu kritik dan saran yang membangun dari para pembaca sangat
diharapkan sebagai bahan evaluasi untuk ke depannya. Sehingga bisa terus menghasilkan
penelitian dan karya tulis yang bermanfaat bagi banyak orang.
11
DAFTAR PUSTAKA
KEPAP 2021_ISBN.pdf
Nurhidayati. "Perbandingan Kode Etik Profesi Akuntansi di Indonesia." JURNAL
ONLINE INSAN AKUNTAN, Vol.1, No.2, Desember 2016, 377-390.
Putra, Irvan Pratama. "Kode Etik Akuntan Memiliki Dua Nama, Ini Sebabnya"
https://pppk.kemenkeu.go.id/in/post/kode-etik-akuntan-memiliki-dua-nama,-ini-sebabnya
diakses tanggal 25 April 2023.
Rokhman, Nur. "Mematuhi Kode Etik Profesi Akuntansi Sebagai Bentuk
Profesionalitas." Jurnal Universitas STEKOM (19 Mei 2022).
Oktaviani, Aulia Putri & Maulidha Erina. “Peran kompetensi auditor syariah dalam
menunjang kinerja perbankan syariah”. Jurnal Akuntansi Syariah, Vol. 4, No. 2, Desember 2020,
222-241.
Musfiroh Luluk. “Kompetensi dan Standar Profesional Akuntan Publik”.
http://coreaccountingindonesia.com/2020/07/kompetensi-standar-profesional-dan-kode-
etik-profesi-akuntan-publik.html. Diakses 3 Mei 2023
12