Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

PROPOSAL ATAU RANCANGAN PENELITIAN


Diajukan untuk memenuhi tugas Mata Kuliah
“METODE PENELITIAN KUALITATIF”
Dosen pengampu :
Eka Nur Rofik., M. Ak

Disusun oleh :
Kelompok 9 AKS 6F

Fandi Achmad Nurfauzi 12403193219


Anisa Salsabila Oktaviani 12403193228
Ulfatun Nizauz Zahro’ 12403193244

JURUSAN AKUNTANSI SYARIAH

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

UIN SAYYID ALI RAHMATULLAH TULUNGAGUNG

MARET 2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur Alhamdulillah kami panjatkan kepada Allah Yang Maha Esa atas berkat,
rahmat, hidayah, dan karunia-Nya. Sholawat serta salam selalu tercurah kepada Nabi
Muhammad SAW yang telah membimbing umat manusia dari jalan jahiliyah menuju jalan
Islamiyah.

Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas Mata Kuliah
Metodologi Penelitian Kualitatif dengan judul “Proposal atau Rancangan Penelitian” Melalui
kesempatan ini, kami mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Maftukhin, S. Pd, M. Ag, selaku Rektor UIN SATU Tulungagung yang
telah memberikan kesempatan kepada kami untuk menempuh pendidikan di lembaga
ini.
2. Bapak Eka Nur Rofik., M. Ak selaku Dosen Pengampu Mata Kuliah Metodologi
Penelitian Kualitatif.
3. Dan kepada semua pihak yang telah begitu banyak membantu namun tidak
dapatdisebutkan satu persatu.

Tidak menutup kemungkinan masih terdapat kekurangan dan kekeliruan. Terlepas


darisegala kekurangannya itu mudah mudahan kerja keras yang kami lakukan dalam
pembuatanmakalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua. Untuk itu, kritik dan
saran yangbersifat membangun sangat kami harapkan agar dapat menjadi pelajaran untuk
penulisanmakalah selanjutnya. Mohon maaf apabila ada kesalahan penulisan ataupun
kutipan-kutipanyang kurang berkenan. Dan hanya kepada Allah SWT kita berlindung dan
memohon ampun.

Tulungagung. 29 Maret 2022

Tim Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................................i

DAFTAR ISI.....................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN....................................................................................................1

A. Latar Belakang...........................................................................................................1
B. Rumusan Masalah......................................................................................................1
C. Tujuan........................................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN......................................................................................................3

A. Tantangan Profesi Akuntan Global...........................................................................3


B. Kode Etik Profesi Akuntan Di AS.............................................................................3
C. Kode Etik Profesi Akuntan Di Beberapa Negara di Luar AS....................................4
D. Sarbanes-Oxley Act...................................................................................................7
E. Kode Etik Profesi Akuntan : International Federation of Accountans (IFAC)..........9
F. Profesi Akuntansi Indonesia dan IFAC.....................................................................11

BAB III PENUTUP............................................................................................................13

A. Kesimpulan..............................................................................................................13
B. Saran........................................................................................................................13

DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................................14

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kemampuan dalam menyusun proposal penelitian sangat penting untuk


merencanakan dan mengusulkan suatu kegiatan atau proyek penelitian. Secara umum
ada aturan-aturan, baik yang bersifat metodologis maupun teknis dalam menyusun
proposal. Aturan-aturan itu pada umumnya bersifat universal, meskipun untuk hal-hal
tertentu yang bersifat teknis ada yang harus disesuaikan dengan kebutuhan lembaga-
lembaga tertentu.

B. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian Proposal Penelitian?
2. Apa saja Jenis-jenis Proposal Penelitian?
3. Bagaimana isi Proposal Kegiatan?
4. Bagaimana ciri-ciri Proposal Kegiatan?
5. Bagaimana Unsur-Unsur Proposal Kegiatan?
6. Bagaimana Pentunjuk Penulisan Proposal Penelitian?
7. Bagaimana Prosedur Penyusunan Proposal Penelitian?
8. Bagaimana Sistematika Penyusunan Proposal?
9. Bagaimana Aplikasi Proposal Penelitian?

C. Tujuan
1. Untuk Mengetahui Apa Pengertian Proposal Penelitian?
2. Untuk Mengetahui Jenis-jenis Proposal Penelitian?
3. Untuk Mengetahui isi Proposal Kegiatan?
4. Untuk Mengetahui ciri-ciri Proposal Kegiatan?
5. Untuk Mengetahui Unsur-Unsur Proposal Kegiatan?
6. Untuk Mengetahui Pentunjuk Penulisan Proposal Penelitian?
7. Untuk Mengetahui Prosedur Penyusunan Proposal Penelitian?
8. Untuk Mengetahui Sistematika Penyusunan Proposal?
9. Untuk Mengetahui Aplikasi Proposal Penelitian?

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Tantangan Profesi Akuntan di Era Global

Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, khususnya teknologi system


informasi dan komunikasi telah ikut mendorong perkembangan ekonomi menuju
penyatuan system ekonomi global. Pernyataan system ekonomi global ini makin
mendorong tumbuhnya perusahaan-perusahaan multinasional yang beroperasi
melampaui batas-batas suatu negara. Kesatuan aktivitas perekonomian ini terlihat jelas
yang dicapai oleh para pemimpin negara-negara di dunia, antara lain perjanjian
ASEAN, APEC, Uni Eropa, dan terakhir perjanjian WTO, makin mendorong ke arah
pernyataan system ekonomi dunia.
Saat ini sedikitnya ada dua persoalan di bidang audit dan akuntansi yang belum
sepenuhnya dapat mendukung ke arah kesatuan ekonomi global, yaitu:
a. Setiap negara masih mempunyai prinsip akuntansi dan standar audit sendiri-
sendiri, yang terkadang berbeda antara negara satu dengan negara lainnya.
Banyak negara yang mewajibkan agar setiap perusahaan yang beroperasi di
wilayahnya menyusun laporan keuangan sesuai dengan prinsip akuntansi
yang berlaku di negara masing-masing.
b. Profesi akuntan di dunia belum sepenuhnya serius dalam mengembangkan
standar perilaku etis profesi akuntan.

Sejalan dengan perkembangan ekonomi global dan dalam rangka mengantisipasi


keberadaan profesi akuntan bertaraf internasional, maka dalam waktu yang tidak terlalu
lama lagi, organisasi IAI telah sepakat untuk mengadopsi standar audit, akuntansi, dank
ode etik internasional yang dikeluarkan oleh IFAC.

B. Kode Etik Profesi Akuntan di AS

Enam manfaat dari kode etik profesi,yaitu:


1. Dapat memberikan motivasi melalui penggunaan tekanan dari rekan sejawat
(peer pressure) dengan memelihara seperangkat harapan perilaku yang
diakui umum yang harus dipertimbangkan dalam proses keputusan.

2
2. Dapat memberikan pedoman yang lebih stabil tentang benar atau salah
daripada mengandalkan kepribadian manusiawi atau keputusan yang selalu
bersifat ad hoe.
3. Dapat memberikan tuntunan, terutama dalam menghadapi situasi yang abu-
abu (ambiguous situational).
4. Kode etik tidak saja dapat menuntun perilaku karyawan (employees), namun
dapat juga mengawasi kekuasaan otokrasi atasan (employers).
5. Kode etik dapat merinci tanggungjawab social perusahaan itu sendiri.
6. Kode etik sebenarnya untuk kepentingan bisnis itu sendiri, kalau bisnis tidak
mau mengawasi perilaku dirinya sendiri, maka pihak lain yang akan
bertindak mengawasinya.

Ada dua organisasi profesi akuntan yang berpengaruh di AS yang telah


memberikan kontribusi bagi penyusunan kode etik profesi akuntan, yaitu American
Institute of Certified Public Accountants (AICPA) dan Institute of Management
Accountants (IMA). Kode etik AICPA lebih ditujukan untuk para akuntan yang
berpraktik pada kantor akuntan publik, sedangkan kode etik IMA lebih ditujukan bagi
para akuntan yang berprofesi sebagai akuntan manajemen di suatu organisasi
perusahaan.1

C. Kode Etik Profesi Akuntan di Beberapa Negara Di Luar AS

Beberapa waktu yang lalu telah berkembang issue tentang liberalisasi profesi
penyedia jasa di bidang keuangan, khususnya akuntan. Walaupun telah ada mutual
recognition agreement (MRA) dengan Malaysia dan Australia yang dirintis sejak
tahun 1996, Issue ini telah menjadi bahan pemikiran dan perdebatan yang cukup
serius (Jusuf, 2007). Dengan adanya liberalisasi profesi akuntan, akuntan asing
dimungkinkan masuk dan beroperasi di Indonesia, sebaliknya, akuntan Indonesia pun
bisa masuk dan mendapatkan klien di negara lainnya. Yang menjadi issuc penting
adalah kesiapan Indonesia menghadapi hal tersebut. Berkaitan dcngan bal itu, beredar
kabar bahwa beberapa negara di kawasan ASEAN, termasuk Malaysia, Singapura
dan Filipina telah mengajukan draf liberalisasi akuntansi yang mencakup pembudian
lembaga baru sebagai otoritas untuk industri akuntansi di tingkat ASEAN (Indoncsia
Keberatan Adanya Sertifikasi Jasa Akuntansi untuk Tingkat ASEAN, Menurut draf

1
Reyhan Izza, Tantangan Profesi Akuntan Global, diakses dari
https://www.scribd.com/document/513447826/Tantangan-Profesi-Akuntan-Global, pada tanggal 29 Maret 2022.
3
tersebut, akan ada sertifikasi akuntan bernama CPA (Certified Public Accounting),
yaitu akuntan publik berlisensi yang dapat beroperasi di seluruh ASEAN.
Konsekuensi dari adanya hal tersebut adalah akan terdapat akses yang sangat
mudah bagi akuntan asing pcmegang lisensi CPA untuk masuk dan beroperasi di
suatu ncgara, baik yang lcbih maju industri keuangan dan pasar modalnya, yang
berarti lebih tinggi tingkat profesionalisme akuntannya, maupun yang sebaliknya.
Indonesia dalam hal ini Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) berkeberatan dengan adanya
draf liberalisasi tersebut. Alasannya adalah bahwa tingkat pendidikan untuk profesi di
masing-masing negara masih belum setingkat/setara, sehingga dikhawatirkan akan
mempengaruhi kualitas output yang dihasilkan. Bagaimanapun kesetaraan di dalam
kualitas penting, mengingat didalamnya tercermin profesionalisme akuntan yang
mencakup penguasaan terhadap regulasi yang baik yang menyangkut ekonomi makro
maupun di bidang pasar modal, di samping accounting technigue yang sangat
dibutuhkan.
Menurut IAI, dalam kondisi seperti ini yang lebih relevan adalah mutual
recognition agreement yang merupakan kesepakatan bilateral antar negara. Dengan
demikian jika tingkat pendidikan lebih rendah, untuk masuk ke negara lain harus
mengikuti tambahan pendidikan, yaitu subyek yang di negara asalnya belum
dibcrikan. Faktor lain yang juga perlu dipertimbangkan adalah kemudahan akses
transportasi menuju kec wilayah di Indonesia dari negara-negara di sekitarnya.
Scbagai contoh, kota industri Batam yang merupakan pasar potensial bagi akuntan
akan sangat mudah terjangkau oleh akuntan negara lain sepcrti Malaysia dan
Singapura, jika mereka dujinkan untuk masuk ke Indonesia.
Selain hal-hal di atas, terdapat permasalahan lain yang bersumber dari
persaingan di antara akuntan lokal dalam memperbutkan pasar yang ada. Scperti
diketahui, struktur pasar jasa akuntan publik di Indonesia yang sifatnya Oligopolitik,
telah memungkinkan terjadinya persaingan internal dalam profesi itu sendiri. Kantor
Akuntan Publik (KAP) dan partnernya yang tergolong big player telah mendominasi
pasar dengan kecenderungan kliennya adalah perusahaan yang mempunyai big-asset
juga. Sebagai gambaran, sebelum dikeluarkannya peraturan mengenai independensi
akuntan publik pada tahun 2002, terdapat banyak emiten yang hanya mempercayakan
audit atas laporan keuangannya kepada satu partner selama lebih dari 10 tahun,
bahkan ada yang tidak pernah mengganti akuntan publiknya sejak emiten tersebut go
public.

4
Kemudian pada saat ini dari 197 KAP dan 374 partner yang saat ini terdaftar di
Bapepam, akuntan yang bisa dikatakan aktif memberikan jasa kepada kliennya yang
listed company hanya berjumlah kurang dari 204. Dari peta tersebut, terlihat bahwa
kondisi persaingan diantara akuntan lokal saja sudah sedemikian ketatnya, apalagi
bila nanti ditambah dengan masuknya akuntan asing. Kondisi tersebut agak Icbih
baik dibanding sebelum dikeluarkannya KepMenkeu RI No. 359/KMK.06/2003 yang
merupakan revisi dari KepMenkeu RI No 423/KMK.06/2002 tentang Jasa Akuntan
Publik. Salah satu hal penting dalam peraturan tersebut adalah mengenai pembatasan
jasa audit umum atas laporan kcuangan yang dilakukan oleh KAP maupun masing-
masing partnernya.
Dalam hal ini, Menteri Keuangan telah menetapkan hahwa akuntan dibatasi
maksimal 3 tahun untuk mengaudit secara berturut-turut terhadap satu klien,
sedangkan KAP dibatasi hanya 5 tahun berturut-turut untuk memberikan jasa
terhadap kliennya. Apabila melihat permasalahan yang akan dihadapi dalam
pemberlakuan liberalisasi jasa akuntan, maka diperlukan piranti yang menjamin
bahwa liberalisasi jasa akuntan akan berjalan dengan fair. Adapun piranti tersebut
dapat berupa regulasi dalam pembentukan KAP baik yang dibentuk eksekutif asing
maupun domestik, misalnya pembatasan jumlah akuntan asing yang bergabung di
KAP tersebut. Namun demikian, di sisi lain juga perlu dipertimbangkan apakah
pembatasan tersebut akan bertentangan dengan mekanisme pasar bebas sebagaimana
diarahkan oleh AFTA dan WTO.
Perlu diketahui bahwa prinsip dari WTO ialah market access liberalization
dimana pasar dibuka seluas-luasnya dan perlakuan nasional (national treatment)
dimana semua yang berlaku bagi pelaku lokal juga berlaku bagi pelaku asing.
Melihat fakta yang ada, dapat dikatakan bahwa untuk saat ini rasanya kondisi pasar
belum memungkinkan untuk membuka pintu lebar-lebar bagi masuknya akuntan
asing, meskipun hanya tingkat ASEAN. Namun demikian, yang lebih perlu
dipikirkan adalah langkah-langkah apa yang harus dipersiapkan untuk menyambut
datangnya para perdagangan bebas yang hanya tinggal beberapa tahun lagi.
Berkaitan dengan itu, peningkatan kualitas nampaknya harus menjadi
perhatian utama bagi akuntan. Hal itu dapat dilakukan tiduk hanya melalui
peningkatan skill yang memadai, namun juga pemahaman terhadap aturan-aturan
main yang berskala intemasional. Sebagai contoh, di bidang standar akuntansi dan
standar auditing, kecendcrungan yang terjadi di banyak Ncgara adalah pencrapan

5
International Accounting Standard (IASY intemational Financial Reporting Standard)
(IFRS) dan Intemational Standard of Auditing (ISA) Selain itu, masih banyak lagi
peraturan pasar modal yang berkaitan dcngan masalah disclosure, legal dan market
infrastructure yang kesemuanya itu juga harus dikuasai kalau ingin berkiprah di Icvel
regional atau intemasional.2

D. Sarbanes – Oxley act

Sarbanes-Oxley Act (SOA) merupakan sebuah produk hukum di Amerika Serikat


yang mengatur tentang akuntabilitas, praktik akuntansi dan keterbukaan informasi,
termasuk tata cara pengelolaan data di perusahaan publik. Eksistensi Sarbanes-
Oxley Act tersebut diprakarsai oleh senator Paul Sarbanes dari Maryland dan
Michael Oxley wakil rakyat dari Ohio dan telah disahkan oleh presiden AS George
W. Bush.
Beberapa literatur mengakui pentingnya studi hubungan antara kualitas audit dengan
peran pengendalian internal berbasis Sarbanes-Oxley Act dan keandalan pelaporan
keuangan. Lennox (1999), menyatakan bahwa kantor akuntan publik yang besar
akan lebih mampu menangkap sinyal adanya penyelewengan keuangan dan
mengungkapnya dalam opini audit. Hasil penelitian tersebut menjelaskan adanya
hubungan yang positif antara penerapan pengendalian internal berbasis Sarbanes-
Oxley Act dengan kualitas audit. Di Indonesia, hubungan antara kualitas audit
dengan ukuran kantor akuntan serta opini audit belum dapat dilihat dengan jelas.
Pada sektor publik, audit biasanya dilakukan oleh BPKP. Audit akan dilakukan oleh
kantor akuntan publik, jika pemeriksaan tersebut diminta oleh BPKP.
Penelitian Sugirachmawati dan Djaddang (2013) menyatakan bahwa Penerapan
Sarbanes-Oxley Act di Indonesia dan keandalan pelaporan keuangan berpengaruh
positif terhadap opini auditor independen, serta berpengaruh tidak langsung dengan
kualitas audit. Jika penerapan Sarbanes-Oxley Act dan keandalan pelaporan
keuangan sudah baik, maka hal tersebut dapat menghasilkan opini audit wajar tanpa
pengecualian. Mansouri et al. (2009) menyatakan bahwa independensi audit
mempunyai hubungan positif dengan kualitas audit. Namun pengendalian internal
berbasis Sarbanes-Oxley Act tidak terbukti mempunyai hubungan signifikan

2
Septarina Prita Dania Sofianti,”Berbagai Isu Kontemporer Pada Profesi Akuntan : Regulasi Terhadap Profesi dan
Tantangan Profesi & Tantangan Masa Depan” Jurnal Akuntansi Vol. 6 No.1 Juni 2008 dalam
https://repository.unej.ac.id

6
terhadap kualitas audit.
Murdijaningsih (2014) menyatakan bahwa untuk mengatasi kecurangan laporan
keuangan, perusahaan melakukan tata kelola keuangan yang baik berbasis Sarbanes-
Oxley Act melalui keputusan direksi mengenai anti fraud. Untuk membuat tata
kelola keuangan yang baik berdasarkan Sarbanes-Oxley Act, perusahaan
menerapkan seksi 404 yang mensyaratkan bahwa manajemen perusahaan
bertanggung jawab atas pengendalian internal terhadap pelaporan keuangan yang
memadai, agar dapat memberikan jaminan yang cukup terkait dengan keandalan
pelaporan keuangan. Beneish et al. (2007) meneliti tiga ratus delapan puluh tiga
perusahaan yang membuat pengungkapan audit berdasarkan seksi 404 dari
Sarbanes-Oxley Act dan tidak menemukan adanya bukti pengaruh terhadap opini
audit dan kualitas audit.
Lai (2003) membuktikan bahwa setelah penerapan Sarbanes-Oxley Act, auditor lebih
cenderung mengeluarkan opini audit yang dimodifikasi. Dengan menggunakan isu
opini audit modifikasi sebagai ukuran independensi auditor, hasil penelitian tersebut
menemukan adanya hubungan positif antara peran pengendalian internal Sarbanes-
Oxley Act dengan opini audit dan hubungan negatif terhadap kualitas audit.
Kualitas audit ditentukan oleh dua hal yaitu kompetensi dan independensi, sesuai
yang dinyatakan dalam Financial Accounting Standard Committee (AAA 2000).
Seorang auditor harus dapat bersikap independen saat melaksanakan tugasnya,
terutama saat ia menghadapi konflik dengan klien. Ketika auditor tidak mendapatkan
kata sepakat dengan klien, auditor cenderung untuk melakukan apa yang diminta
oleh klien karena auditor tidak ingin kehilangan kliennya. Selain itu ketika terdapat
ikatan ekonomi yang kuat antara auditor dengan sebuah kantor akuntan publik,
auditor memiliki insentif untuk mengabaikan potensi masalah dan mengeluarkan
pendapat wajar pada laporan keuangan audite.
Sarbaness-Oxley Act diterbitkan untuk memproteksi kepentingan investor dengan
cara menciptakan tata kelola perusahaan yang baik (good corporate governance),
full disclosure dan akuntabilitas dalam perusahaan. Untuk mewujudkan hal tersebut,
Sarbanes-Oxley Act mengatur mengenai pengendalian internal perusahaan secara
lebih intensif. Konsep pengendalian internal dalam Sarbanes-Oxley Act terdapat
pada seksi 302 dan 404.
Sarbanes-Oxley Act merupakan sebuah undang-undang yang dirancang setelah
terjadinya skandal korporasi besar di Amerika Serikat, yang melibatkan perusahaan

7
besar seperti: Enron, Tyco International, Adelphia, Peregrine Systems, WorldCom
(MCI), AOL TimeWarner, Aura Systems, Citigroup, Computer Associates
International, CMS Energy, Global Crossing, HealthSouth, Quest Communication,
Safety-Kleen dan Xerox, yang juga melibatkan beberapa KAP yang termasuk dalam
“the big five” seperti: Arthur Andersen, KPMG dan PWC. Skandal tersebut
menyebabkan kerugian miliaran dolar bagi investor karena runtuhnya harga saham
perusahaan-perusahaan yang terpengaruh ini mengguncang kepercayaan masyarakat
terhadap pasar saham. Semua skandal ini merupakan contoh tragis bagaimana
kecurangan (fraud schemes) berdampak sangat buruk terhadap pasar, stakeholder
dan para pegawai. Dengan diberlakukannya undang-undang Sarbanes-Oxley Act,
diharapkan dapat membawa dampak positif bagi berbagai profesi, antara lain:
akuntan publik bersertifikat (CPA), kantor akuntan publik (KAP), perusahaan yang
memperdagangkan sahamnya listed di bursa (termasuk direksi, komisaris, karyawan,
dan pemegang saham), perantara (broker), penyalur (dealer), pengacara yang
berpraktik untuk perusahaan publik, investor perbankan serta para analis keuangan.3

E. Kode Etik Profesi Akuntan : International Federation of Accountans (IFAC)

Dalam perumusan etika akuntan di dunia internasional, salah satu masalah yang
ada yaitu budaya mempengaruhi apa yang dianggap etis dalam suatu masyarakat,
sementara terdapat berbagai macam budaya di seluruh dunia.berbagai asosiasi profesi
akuntan di seluruh dunia mencoba merumuskan sebuah standar etika yang dapat
digunakan secara global. IFAC sebagai asosiasi profesi akuntan internasional.
Melalui salah satu badannya yaitu Internastional Accounting Education Standart
Board (IAESB), menerbitkan kode etik akuntan yang bernama “ Code of Ethics for
Professional Accountans”. Kode etik ini pertama kali diperkenalkan pada tahun 2008
sebagai bagian dalam Hanbook of International Standards on Auditing , Assurance,
and Ethics Pronouncements, kemudian kode etik ini mengalami revisi pada tahun
2008 dan terakhir pada tahun 2010.

3
Syahril Djaddang dan Shanti Lysandra, “Model Pengendalian Internal Berbasis Sarbanes-Oxley Act dan
keandalan laporan keuangan (Studi Internal Audit Pada perusahaan Publik di Indonesia)” Jurnal Ekonomi dan
Bisnis Vol. XVIII No. 2, Agustus 2015 dalam https:// ejournal.uksw.edu

8
Code of Ethics for Professional Accountans terdiri dari tiga bagian , yaitu :
Prinsip Dasar Penerapan Prinsip Dasar dalam public practice , dan Penerapan Prinsip
Dasar dalam bisnis. Prinsip dasar dalam Code of Ethics for Professional Accountans
adalah sebagai berikut

1. Integrity
Prinsip Integrity mewajibkan semua akuntan profesional untuk jujur dalam segala
hubungan bisnis dan profesional.
2. Objectivity
Prinsip Objectivity mewajibkan semua akuntan profesional untuk menjaga
professionalitas mereka dengan mengindari konflik kepentingan (conflict of
interest) dan bias.
3. Professional Competence and Due Care
Prinsip Professional Competence and Due Care mewajibkan semua akuntan
profesional untuk :
 Menjaga kompetensi pada tingkat yang diperlukan untuk memastikan
bahwa klien atau pemberi kerja menerima jasa profesional yang
kompeten.
 Bertindak sesuai dengan standar teknis dan professional dalam
memberi jasa.
4. Confidentiality
Prinsip Confidentiality mewajibkan semua akuntan profesional untuk tidak :
 Mengungkapkan kepada pihak luar, informasi yang bersifat rahasia
yang diperoleh dalam proses pembakaran jasanya, kecuali terdapat
hak atau kewajiban hukum atau prpfesional untuk
mengungkapkannya.
 Menggunakan informasi rahasia tersebut untuk keuntungan pribadi
atau keuntungan pihak ketiga.
5. Professional Behavior
Prinsip Professional Behavior mewajibkan semua akuntan semua akuntan untuk
taat terhadap hukum dan perarturan yang berlaku dan menghindari tindakan
yang dapat mendiskreditkan profesi akuntan.

Kode etik ini memberikan panduan bagi akuntan dalam bertindak. Kode cetik dan
9
posedur-prosedur untuk mengimplementasikannya merupakan komitmen akuntan
terhadap masyarakat dan merupakan elemen utama bagi akuntan dalam mendapatkan
pengakuan sosial serta kepercayaan di masyarakat.
Kode etik yang dikeluarkan oleh IFAC ini merupakan salah satu kode etik
akuntan yang ada diselutuh dunia. Masing-masing organisasi profesi akuntan
biasanya merupakan kode etik mereka sendiri, baik itu organisasi internasional
maupun organisasi yang ada pada setiap masing-masing negara. 4

F. Profesi Akuntan Indonesia dan IFAC

Kegagalan etika akuntan profesional dalam beberapa dekade terakhir telah dipenuhi
dengan peningkatan regulasi dan pengawasan, serta seruan untuk perhatian yang lebih
besar terhadap pendidikan etika dalam program akuntansi. Karena belum jelas apakah
langkah-langkah ini cukup untuk mencegah krisis akuntansi lebih lanjut, atau bahkan
apakah langkah-langkah ini diimplementasikan dengan tepat (tidak diberikan peningkatan
yang jelas dalam pendidikan etika akuntansi dari 2000 hingga 2012 di Australia,
misalnya. Etika profesi mempunyai sanksi yang tegas apabila terjadi pelanggaran oleh
seseorang yang menjalankan suatu profesi. Berkembangnya profesi akuntan telah
mendapat banyak pengakuan dari berbagai kalangan seperti dunia usaha, pemerintah, dan
masyarakat luas. Hal ini disebabkan karena makin meningkatnya kesadaran masyarakat
akan pentingnya jasa akuntan.
Pada tahun 1992, International Federation of Accountants (IFAC) menerbitkan
sebuah deklarasi berjudul International Education Manual: Ethics for Accountants,
Educational Challenges and Practical Application. Dalam deklarasi ini, direkomendasikan
bahwa etika akuntansi harus ada dalam kurikulum dan harus didorong untuk berperilaku
etis. Belakangan, IFAC telah mempublikasikan hasil penelitian tentang pendidikan etika
akuntansi di dunia. Temuan tersebut melaporkan bahwa terdapat umpan balik yang positif
terkait dengan kebutuhan dan ruang lingkup pendidikan etika bagi akuntan. Ada
kepercayaan umum bahwa pendidikan etika diperlukan untuk memastikan cakupan
berbagai masalah etika yang dihadapi oleh akuntan dalam praktik publik, badan usaha,
pemerintah dan sektor nirlaba.
Saat ini, sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya, kecenderungan timbulmya
kesatuan sistem ekonomi global ini belum diikuti oleh keseragaman atau keharmonisan
penerapan standar-standar teknis akuntansi, auditing, dan kode etik profesi akuntan di
4
Dani Purwanto, Modul Etika Bisnis dan Profesi : Kode Etik Profesi Akuntansi (Universitas Mercu Buana: Jakarta)
10
seluruh dunia. Oleh karena itu para pengurus IAI bertekad untuk sesegera mungkin agar
profesi akuntan Indonesia mengadopsi standar teknis dan perilaku yang dikeluarkan oleh
International Federation of Accountans (IFAC). 5

5
Anisa, Friti Anifa, dkk, “Analisis Etika Profesi Akuntan dalam Standar Internasional” Jurnal Akuntansi Vol 16 No.1
Mei 2021 dalam http://jurnal.unsil.ac.id/index.php/jak

11
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, khususnya teknologi system


informasi dan komunikasi telah ikut mendorong perkembangan ekonomi menuju
penyatuan system ekonomi global. Pernyataan system ekonomi global ini makin
mendorong tumbuhnya perusahaan-perusahaan multinasional yang beroperasi
melampaui batas-batas suatu negara. Kesatuan aktivitas perekonomian ini terlihat jelas
yang dicapai oleh para pemimpin negara-negara di dunia, antara lain perjanjian
ASEAN, APEC, Uni Eropa, dan terakhir perjanjian WTO, makin mendorong ke arah
pernyataan system ekonomi dunia.
Ada dua organisasi profesi akuntan yang berpengaruh di AS yang telah
memberikan kontribusi bagi penyusunan kode etik profesi akuntan, yaitu American
Institute of Certified Public Accountants (AICPA) dan Institute of Management
Accountants (IMA).
Saat ini, sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya, kecenderungan timbulmya
kesatuan sistem ekonomi global ini belum diikuti oleh keseragaman atau keharmonisan
penerapan standar-standar teknis akuntansi, auditing, dan kode etik profesi akuntan di
seluruh dunia. Oleh karena itu para pengurus IAI bertekad untuk sesegera mungkin
agar profesi akuntan Indonesia mengadopsi standar teknis dan perilaku yang
dikeluarkan oleh International Federation of Accountans (IFAC).

B. Saran

Penyusun menyadari bahwa makalah di atas banyak sekali kesalahan dan jauh
dari kesempurnaan. Penulis akan memperbaiki makalah tersebut dengan berpedoman
pada banyak sumber yang dapat dipertanggungjawabkan. Maka dari itu penulis
mengharapkan kritik dan saran mengenai pembahasan makalah dalam kesimpulan di
atas. Penulis juga menghimbau kepada pembaca jika materi diatas kurang lengkap
maka dihimbau untuk mencari materi dan referensi lain yang lebih lengkap.

12
DAFTAR PUSTAKA

Anisa, Friti Anifa, dkk, “Analisis Etika Profesi Akuntan dalam Standar Internasional” Jurnal
Akuntansi Vol 16 No.1 Mei 2021 dalam http://jurnal.unsil.ac.id/index.php/jak

Djaddang, Syahril dan Shanti Lysandra, “Model Pengendalian Internal Berbasis Sarbanes-
Oxley Act dan keandalan laporan keuangan (Studi Internal Audit Pada perusahaan
Publik di Indonesia)” Jurnal Ekonomi dan Bisnis Vol. XVIII No. 2, Agustus 2015 dalam
https:// ejournal.uksw.edu

Izza, Reyhan. Tantangan Profesi Akuntan Global, diakses dari


https://www.scribd.com/document/513447826/Tantangan-Profesi-Akuntan-Global, pada
tanggal 29 Maret 2022.

Purwanto, Dani. Modul Etika Bisnis dan Profesi : Kode Etik Profesi Akuntansi (Universitas
Mercu Buana: Jakarta)

Prita, Septariana dan Dania Sofianti,”Berbagai Isu Kontemporer Pada Profesi Akuntan :
Regulasi Terhadap Profesi dan Tantangan Profesi & Tantangan Masa Depan” Jurnal
Akuntansi Vol. 6 No.1 Juni 2008 dalam https://repository.unej.ac.id

13

Anda mungkin juga menyukai