Anda di halaman 1dari 23

SISTEM MANAJEMEN SOSIAL DAN LINGKUNGAN

ORGANISASI BISNIS

Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah


AKUNTANSI SOSIAL DAN LINGKUNGAN

Dosen Pengampu:
1. Prof. Dr., Abdul Pattewe, SE.,M.Si.,Ak.,CA
2. Dr. Muhammad Natsir, SE.,M.Si.
3. Dr. Ernawati Usman, SE., MSA

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 3

ANDI SINTIA ANGRAENI (C30223013)

AISYAH KEMALA LOLO (C30223014)

SASKIA ISLAMAY FAIZAL (C30223015)

PROGRAM STUDI MAGISTER AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS TADULAKO

TAHUN 2024
KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
atas rahmatnya penulis dapat menyelesaikan penulisan makalah ini dengan judul
“Sistem manajemen sosial dan lingkungan Organisasi bisnis” sebagai salah satu
syarat untuk menyelesaikan tugas mata kuliah Akuntansi Sosial dan Lingkungan
tahun ajaran 2024.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan, oleh karena itu penulis dengan hati terbuka mengharapkan saran-
saran dan kritikan-kritikan yang membangun (konstruktif) demi kesempurnaan tugas
akhir di masa yang akan datang.
Selanjutnya dalam kesempatan ini penulis tidak lupa untuk menyampaikan
ucapan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada semua pihak yang telah
memberikan dorongan dan bantuan dalam penulisan makalah ini.
Akhir kata Penulis mengharapkan agar makalah ini dapat bermanfaat bagi
pihak yang memerlukannya.

PALU, 23 FEBRUARI 2024


HORMAT KAMI

PENULIS

ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...........................................................................ii
DAFTAR ISI .......................................................................................iii

BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ...............................................................1

1.2 Rumusan Masalah .........................................................3

1.3 Tujuan Penelitian..........................................................3

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Nilai-Nilai Bisnis dan Nilai Etika......................................4

2.2 Keterkaitan Antara Kewajiban Sustainability Perusahaan


dengan Faktor Keberhasilan Keuangan ..............................8
2.3 Inisiatif keberlanjutan yang tidak berkontribusi pada
keberhasilan keuangan.....................................................… 10
2.4 Model Quid Pro Quo: Menggunakan Keberlanjutan
untuk mendapatkan Dukungan dari Stakeholder............… 10

BAB III PENUTUP


3.1 Kesimpulan...................................................................11

DAFTAR PUSTAKA

iii
DAFTAR ISI
Hlm
COVER……………………
…..
………………………………
…………… i
KATA
PENGANTAR…………..
………………………………
…………. ii
DAFTAR
ISI……………………..
………………………………
………… iii
BAB I: PENDAHULUAN
1
1.1 Latar Belakang
………………………………
…………………………. 1
1.2 Rumusan
Masalah……..
………………………………
………………... 3
1.3 Tujuan .................
………………………………
………………............. 3
BAB II: PEMBAHASAN
2.1 Sejarah
keberlanjutan/Sustainability.
.............................................
........... 4

2
2.2 Pandangan Eksekutif
tentang
Keberlanjutan......................
...................... 5
2.3 Pandangan Eksekutif
pada Pelaporan
Keberlanjutan......................
.......... 7
BAB III: PENUTUP
3.1
Kesimpulan..........................
.............................................
....................... 10
3.2
Saran...................................

3
.............................................
.......................... 11
DAFTAR
PUSTAKA…………………
………………………………
…… 12
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perusahaan merupakan
salah satu pemain
penting dalam
perekonomian
masyarakat luas.
Pengungkapan informasi

4
perusahaan sangat penting
bagi pemangku
DAFTAR ISI
Hlm
COVER……………………
…..
………………………………
…………… i
KATA
PENGANTAR…………..
………………………………
…………. ii
DAFTAR
ISI……………………..
………………………………
………… iii
5
BAB I: PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
………………………………
…………………………. 1
1.2 Rumusan
Masalah……..
………………………………
………………... 3
1.3 Tujuan .................
………………………………
………………............. 3
BAB II: PEMBAHASAN
2.1 Sejarah
keberlanjutan/Sustainability.
.............................................
........... 4
6
2.2 Pandangan Eksekutif
tentang
Keberlanjutan......................
...................... 5
2.3 Pandangan Eksekutif
pada Pelaporan
Keberlanjutan......................
.......... 7
BAB III: PENUTUP
3.1
Kesimpulan..........................
.............................................
....................... 10
3.2
Saran...................................

7
.............................................
.......................... 11
DAFTAR
PUSTAKA…………………
………………………………
…… 12
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perusahaan merupakan
salah satu pemain
penting dalam
perekonomian
masyarakat luas.
Pengungkapan informasi

8
perusahaan sangat penting
bagi pemangku
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dunia usaha yang berkembang pesat menjadi sebuah ujian atau
bahaya bagi para pelaku bisnis untuk dapat terus menjaga ketahanan
organisasinya. Setiap manajer atau pekerja keuangan akan menyebabkan
suatu organisasi tercipta dan menjadi yang terdepan dalam organisasi
tersebut. Moral bisnis dalam kerangka moneter global pada umumnya akan
berupaya untuk melegitimasi berbagai cara tanpa berfokus pada etika bisnis.
Moral bisnis sangat penting untuk fokus pada hubungan bisnis dengan pihak-
pihak terkait, baik dengan alam, iklim, organisasi, dan manusia.
Melaksanakan pekerjaan tanpa memanfaatkan akhlak akan menimbulkan
perbuatan yang tidak wajar, permasalahan dan kemusnahan, bahkan ada
pihak yang akan mengalami musibah karena perubahan yang salah.
Etika dengan cara pandang atau nilai-nilai yang dianut oleh
masyarakat, dimana landasan kualitas tersebut digarap dari kecenderungan
yang dilakukannya. Menelaah etika, maka pada saat itu kita akan memasuki
ranah kecenderungan-kecenderungan yang terjadi pada masyarakat umum,
etika akan membahas tentang benar atau salah. Kebiasaan yang berlaku di
suatu tempat biasanya mengacu pada adat istiadat, standar, pedoman,
budaya dan lain-lain. Semakin seseorang menyesuaikan diri dengan adat
istiadat lingkungannya, semakin tinggi pula moral orang tersebut di tempat
yang bersangkutan. Bisnis adalah suatu pergerakan biasa dalam melayani
berbagai kebutuhan umum, sekaligus memperoleh upah. Bisnis adalah
perdagangan antara administrasi/barang dagangan dan uang tunai yang
berguna bersama/bernilai bersama.
Saat ini, banyak orang yang menyalahgunakan pelanggaran etika
bisnis dengan persaingan yang tidak diinginkan. Pelanggaran pelanggaran
etika bisnis ini menimbulkan kemalangan bagi pengusaha dan visioner bisnis

9
kelas bawah karena tidak adanya kapasitas dan informasi yang mereka miliki.
Setiap organisasi atau pelaku bisnis harus memiliki standar moral bisnis.
Moral bisnis adalah konsentrasi yang secara eksplisit berkaitan dengan
benar atau salahnya etika atau metode dalam menjalankan bisnis. Dengan moral
bisnis, spesialis atau organisasi keuangan dapat mengetahui pedoman, nilai-nilai,
cara menjalankan pekerjaan dengan baik, dan menjalankan standar yang ada.
Organisasi yang memanfaatkan moral bisnis dapat membentuk kualitas, standar dan
perilaku perwakilan dan pemimpin dalam melakukan hubungan kerja yang adil dan
solid dengan mitra kerja, klien, lingkungan sekitar, iklim di sekitar organisasi dan
investor.
Dalam bisnis, kami mendambakan apa yang oleh banyak orang disebut
kualitas mendalam. Dalam beberapa kasus, etika seseorang dapat diabaikan dalam
suatu tugas karena tuntutan pekerjaan mengharuskan seseorang untuk tidak
memperhatikan faktor lingkungan. Moral dan etika seseorang akan berdampak pada
nilai dukungan suatu organisasi untuk bertahan dalam dunia bisnis. Akibatnya, hal
ini juga akan mempengaruhi gaji dan tujuan suatu asosiasi dan perusahaan.
Tujuan utama setiap organisasi adalah tujuan produktivitas, khususnya
meningkatkan manfaat atau manfaat bagi kinerja organisasi dan mitra lainnya. Hal
ini seringkali membuat organisasi mengabaikan dampak alam dan sosial yang timbul
akibat aktivitas organisasi. Oleh karena itu, selain fokus pada peningkatan manfaat,
organisasi juga harus fokus pada kemungkinan dampak kerusakan alam dan
permasalahan sosial.
Seiring berjalannya waktu, saat ini organisasi hanya berpusat pada
kepentingan, namun organisasi juga perlu mengambil bagian dan mengambil bagian
dalam dukungan pemerintah terhadap wilayah setempat dan berkontribusi pada
perlindungan lingkungan. Data ini kemudian diperkenalkan sebagai laporan yang
independen dari laporan moneter organisasi, khususnya laporan dukungan.
Pengungkapan pengelolaan adalah tindakan yang secara lugas memerinci suatu
asosiasi mengenai dampak moneter, ekologi, atau potensi dampak ramah
lingkungan, dan dengan demikian juga menyertakan komitmennya – positif atau
negatif – terhadap tujuan perbaikan ekonomi.
Melalui siklus ini, sebuah organisasi menyadari dampak pentingnya terhadap
perekonomian, iklim, dan juga masyarakat dan mengungkapnya sesuai dengan
norma-norma yang diakui secara internasional. Selain itu, perincian pengelolaan

10
diyakini mampu meningkatkan popularitas dan kepercayaan bagi pembeli, sehingga
mitra, termasuk pendukung keuangan, akan menjaga hubungan baik dengan
organisasi. Pelaku bisnis, termasuk investor keuangan yang juga merupakan bagian
dari wilayah lokal dunia, mulai memikirkan, menjawab, dan memberikan tanggung
jawab resmi sebagai laporan pengelolaan.

1.2 Rumusan Masalah

Berangkat dari latar belakang diatas maka rumusan masalah pada penulisan
makalah ini adalah:
1. Bagaimana Nilai-nilai Bisnis dan Nilai Etika?
2. Bagaimana Keterkaitan Antara Kewajiban Sustainability Perusahaan
Dengan Factor Keberhasilan Keuangan?
3. Bagaimana Inisiatif Keberlanjutan Yang Tidak Berkontribusi Pada
Keberhasilan Keuangan?
4. Bagaimana Model Quid Pro Que dengan Menggunakan Keberlanjutan
untuk mendapatkan Dukungan dari Stakeholder?

1.3 Tujuan

Adapun Tujuan yang ingin dicapai dalam makalah ini adalah :


1. Untuk Memahami Nilai-nilai Bisnis dan Nilai Etika
2. Untuk Mengetahui Keterkaitan Antara Kewajiban Sustainability
Perusahaan Dengan Factor Keberhasilan Keuangan
3. Untuk Mengetahui Inisiatif Keberlanjutan Yang Tidak Berkontribusi Pada
Keberhasilan Keuangan
4. Untuk Mengetahui Model Quid Pro Que dengan Menggunakan
Keberlanjutan untuk mendapatkan Dukungan dari Stakeholder

11
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Nilai-Nilai Bisnis dan Nilai Etika


Nilai dan moral dari sudut pandang langsung berarti standar atau kode
moral yang mengawasi pertukaran; untuk situasi ini kesepakatan. Moral
diharapkan mampu membedah persoalan-persoalan yang muncul dalam
aktivitas bisnis sehari-hari. Moral bisnis dalam suatu organisasi dapat
membentuk kualitas, standar dan perilaku para wakil dan pionir dalam
membangun pergaulan yang adil dan solid dengan klien/kaki tangan kerja,
investor dan daerah setempat. Menurut Ongky (2013), pemahaman ini masuk
akal tentang bagaimana pengelola uang bertindak etis dalam mengarahkan
bisnisnya.
Etika bisnis merupakan tinjauan yang diberikan terhadap akhlak yang
baik dan buruk. Studi ini berfokus pada pedoman moral yang diterapkan
dalam pendekatan, pendirian, dan perilaku bisnis. Moral bisnis adalah
penyelidikan terhadap norma-norma formal dan bagaimana prinsip-prinsip ini
diterapkan pada sistem dan organisasi yang digunakan masyarakat mutakhir
untuk mengirimkan dan mengirimkan tenaga kerja dan produk dan diterapkan
pada individu dalam organisasi. Misalnya, seorang visioner bisnis yang
memiliki moral bisnis biasanya adalah seseorang yang mengatakan
kebenaran dan dapat diandalkan. Etika bisnis ini diakui seiring dengan
adanya tuntutan pemerintah untuk memperluas berbagai praktik buruk dalam
dunia bisnis, misalnya bantuan yang tidak dapat diterima.
Organisasi menerima bahwa standar bisnis yang baik adalah bisnis
yang beretikal, khususnya bisnis dengan pelaksanaan yang lazim dan praktis
yang dikendalikan dengan mematuhi pedoman moral sesuai dengan
peraturan dan pedoman terkait. Moral bisnis dapat menjadi norma dan aturan
bagi seluruh perwakilan termasuk para eksekutif dan menjadikannya sebagai
aturan dalam melakukan pekerjaan sehari-hari dengan beretika tinggi, dapat
dipercaya, terus terang, dan sikap ahli. Ada tiga sasaran utama dan cakupan
moral bisnis, antara lain:
1. Etika bisnis sebagai etika profesi berbicara tentang berbagai standar,
kondisi dan isu-isu yang berkaitan dengan kebijakan strategis yang

12
besar dan bermoral.
2. Membuat masyarakat sadar, terutama para pembeli, buruh atau
perwakilan dan seluruh masyarakat yang memiliki sumber daya publik
seperti iklim, akan kebebasan dan kepentingan mereka yang tidak
boleh diabaikan oleh pendekatan strategis siapa pun. Kemampuannya
jelas, khususnya untuk membangkitkan masyarakat umum untuk
bertindak dan meminta agar para ahli keuangan terus bekerja dengan
baik untuk menjamin hak-hak istimewa dan kepentingan daerah
setempat.
3. Etika bisnis juga membahas kerangka keuangan yang benar-benar
menentukan apakah suatu praktik bisnis bermoral atau tidak.

Berikut adalah beberapa standar etika dalam bisnis yang dapat


membantu organisasi dan orang-orang untuk memimpin bisnis dengan
cara yang lebih mampu dan beretikal:
1. Keaslian dan Kehormatan Standar ini menggarisbawahi pentingnya
kepercayaan dan kejujuran dalam mengarahkan bisnis. Kita harus
terus-menerus berbicara dan bertindak dengan tulus dan menjauhi
segala jenis penyesatan atau kendali. Keaslian dalam bisnis dapat
membantu memperluas kepercayaan klien dan perwakilan, serta
memperkuat kedudukan organisasi.
2. Kewajiban Sosial Aturan ini menggarisbawahi pentingnya kewajiban
sosial dalam menjalankan usaha. Kita harus memikirkan dampak bisnis
terhadap masyarakat dan iklim secara umum. Dengan
mempertimbangkan tanggung jawab sosial, organisasi dapat
membangun hubungan yang baik dengan lingkungan setempat dan
iklim secara keseluruhan serta membantu mengatasi masalah sosial
dan ekologi yang dihadapi masyarakat.
3. Kesetaraan dan Kewajaran Pedoman ini menggarisbawahi pentingnya
keadilan dan keadilan dalam bisnis. Kita harus memperlakukan semua
pertemuan secara wajar dan tidak memilah-milah. Dalam bisnis,
keseimbangan dapat membantu membangun tempat kerja yang
komprehensif dan mendorong keragaman, menghasilkan
pengembangan dan imajinasi.

13
4. Menghargai Hak Cipta dan Hak Istimewa Inovasi yang Dilindungi
Standar ini menggarisbawahi pentingnya memperhatikan hak cipta dan
kebebasan inovasi yang dilindungi orang lain, termasuk barang, merek,
dan lisensi. Dalam dunia bisnis, mengabaikan hak cipta atau hak
inovasi yang dilindungi dapat merugikan pihak lain dan merugikan citra
perusahaan.
5. Mengenai Perlindungan dan Klasifikasi Aturan ini menekankan
pentingnya memperhatikan keamanan dan kerahasiaan data pribadi
atau bisnis orang lain. Dalam bisnis, data pribadi atau bisnis orang lain
harus dirahasiakan dan tidak digunakan untuk tujuan individu atau
bisnis.
6. Menjauhi situasi yang tidak dapat didamaikan Standar ini menekankan
pentingnya menjauhi situasi yang tidak dapat didamaikan dalam bisnis.
Kita harus menghindari keadaan di mana keuntungan kita
bertentangan dengan kepentingan bisnis atau kepentingan orang lain.
Situasi yang tidak dapat didamaikan dapat merusak citra organisasi
dan merusak partai-partai lain.
7. Usahakan untuk tidak melakukan penurunan nilai atau melunasi.
Pedoman ini menggarisbawahi pentingnya tidak melakukan kekotoran
batin atau imbalan dalam bisnis. Kita harus menghindari segala bentuk
imbalan atau penurunan nilai dalam menjalankan bisnis. Tidak hanya
itu, pencemaran nama baik atau pembayaran juga dapat merugikan
reputasi organisasi dan mengabaikan pedoman hukum terkait.
8. Menjaga Iklim Peraturan ini menggarisbawahi pentingnya menjaga
iklim dalam menjaga kelangsungan usaha. Kita harus
mempertimbangkan dampak bisnis terhadap iklim dan mengambil
tindakan untuk menjaga iklim. Dalam bisnis, organisasi harus
bertanggung jawab atas dampak alami yang ditimbulkan oleh praktik
bisnis mereka dan berupaya untuk mengurangi dampak tersebut.

Dengan menerapkan standar moral dalam bisnis, organisasi dan


orang-orang dapat menjalin hubungan baik dengan klien, perwakilan, dan
wilayah setempat serta berupaya menjaga reputasi organisasi. Moral bisnis
yang baik juga dapat membantu organisasi mencapai tujuan praktis jangka

14
panjang dan memperkuat situasi organisasi.

Cara Mempertahankan Standar Etika:


1. Menjadikan Kepercayaan Organisasi Kepercayaan organisasi dalam
memaparkan kualitas perusahaan yang melandasi tanggung jawab
moral terhadap mitra kerja.
2. Menumbuhkan Seperangkat Prinsip Seperangkat aturan yang tersirat
adalah catatan tentang norma perilaku dan aturan moral yang
diantisipasi organisasi dari para pekerja.
3. Melaksanakan serangkaian peraturan dengan sopan dan andal Para
pemimpin harus mengambil tindakan jika mereka mengabaikan moral.
Jika para perwakilan menyadari bahwa orang-orang yang
mengabaikan moral tidak ditolak, maka seperangkat aturan yang
menyeluruh tidak akan berarti apa-apa.
4. Melindungi hak-hak individu Pada akhirnya, setiap pilihan moral sangat
bergantung pada individu. Menjaga seseorang dengan kekuatan
standar dan nilai etikanya adalah jaminan terbaik untuk menjauhi
penyimpangan moral. Untuk mencapai pilihan moral, diperlukan
persyaratan individu yang tidak perlu dipertanyakan lagi: (a) Tanggung
jawab moral, khususnya jaminan individu untuk bertindak secara moral
dan selalu memikirkan segalanya; (b) Perhatian moral, khususnya
kemampuan, khususnya kemampuan memanfaatkan suara gagasan
moral dan mengembangkan prosedur berpikir kritis pragmatis.
5. Mempertahankan persiapan akhlak Studio merupakan salah satu
instrumen untuk meningkatkan mindfulness pekerja.
6. Tinjauan moral secara langsung dan sesekali Tinjauan adalah cara
paling ideal untuk menilai kelangsungan kerangka moral. Konsekuensi
dari penilaian ini akan memberikan isyarat kepada pekerja bahwa
moral bukanlah sekedar lelucon.
7. Mengikuti persyaratan perilaku yang eksklusif, tidak sekadar
menjalankan pertunjukan. Tidak ada yang bisa menetapkan standar
dan moral. Meskipun demikian, pengawas mungkin mengizinkan
individu untuk mengetahui tingkat pelaksanaan yang mereka harapkan.
Prinsip-prinsip perilaku sangat penting untuk menggarisbawahi betapa

15
pentingnya moral dalam sebuah pergaulan. Setiap pekerja harus
menyadari bahwa moral tidak dapat diatur atau diperdebatkan.
8. Menjauhkan diri dari kejadian-kejadian akhlak yang buruk secara
konsisten dan akhlak dimulai dari yang utama. Manajer harus
menetapkan model dan menaruh kepercayaan pada bawahannya.
9. Ciptakan budaya yang menekankan korespondensi dua arah.
Komunikasi dua arah sangatlah penting, terutama untuk memberikan
pencerahan mengenai tenaga kerja dan produk yang kita hasilkan
serta mendapatkan keinginan untuk perbaikan organisasi.
10. Libatkan perwakilan dalam menjaga pedoman moral. Para pekerja
diberikan kesempatan untuk memberikan masukan mengenai
bagaimana prinsip-prinsip moral ditegakkan.

2.2 Keterkaitan Antara Kewajiban Sustainability Perusahaan dengan


Faktor Keberhasilan Keuangan
Sustainability report berubah menjadi mekanisme bagi organisasi
untuk menjelaskan kepada semua mitra tentang pameran asosiasi dari sudut
pandang keuangan, sosial dan ekologi. Banyak asosiasi yang mulai beralih
dari teknik biasa yang hanya mengungkapkan sudut pandang moneter, ke
arah yang lebih terkini, lebih spesifik merinci semua perspektif, baik moneter
maupun non-moneter (aspek sosial dan alam) kepada mitranya.
Sustainability Report memiliki kemampuan untuk menerangi
pelaksanaan moneter, sosial dan ekologi organisasi. Laporan Dukungan
direncanakan sebagai bentuk verifikasi tanggung jawab organisasi terhadap
mitra dan bukti bahwa organisasi berada dalam batas administratif yang ada.
Organisasi perlu mengungkap Laporan Dukungan untuk memperoleh
kepercayaan mitra, karena kepercayaan mitra diperlukan untuk keselarasan
bisnis organisasi. Kepercayaan mitra dapat muncul sebagai pilihan spekulasi
atau upaya bersama yang berpotensi meningkatkan efisiensi dan
kesepakatan organisasi. Hal ini dapat mempengaruhi tingkat keuntungan
bersih organisasi, dimana peningkatan keuntungan bersih organisasi akan
meningkatkan nilai pencapaian moneter organisasi.

Adapun faktor yang berpengaruh dalam mewujudkan prinsip keuangan

16
berkelanjutan yaitu :
1. Modal Fisik
Modal fisik ini adalah kerangka aktual yang digunakan oleh suatu
asosiasi atau bisnis. Selain itu, modal dalam struktur riil juga kerap
dianggap sebagai sumber daya yang dapat dimanfaatkan oleh pihak
sebagai keunggulan. Tak hanya itu, komponen ini juga berperan penting
dalam memahami standar pengelolaan uang yang bertujuan untuk
memberikan sumber sumber kekayaan.

2. Sumber Daya Manusia


Hal ini mengingat SDM merupakan komponen penting yang akan
menopang kemajuan di berbagai aspek kehidupan. Sesegera mungkin,
SDM harus diawasi dengan baik sehingga ketika dibutuhkan, mereka siap
dengan kemampuan yang memadai untuk menjalankan kewajibannya
masing-masing. Faktor-faktor yang mempengaruhi hal ini antara lain faktor
moneter, regulasi, dan pola segmen.
3. Organisasi
Hal ini jelas penting untuk standar uang yang dapat dipertahankan,
akan lebih mudah bagi pengurus dan pengusaha untuk membuat
pengaturan bisnis masa depan yang memerlukan sumber daya dan aset,
terutama dalam membuat rencana keuangan kompensasi dan
keterampilan perwakilan yang diharapkan dapat mencapai target baru
yang dibuat. Apalagi untuk memudahkan pengurus dalam membuat
laporan pemeriksaan dan penilaian atas presentasi organisasi atau usaha.
4. Informasi
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi persaingan bisnis, salah
satunya adalah pemanfaatan inovasi. Melihat pola pembeli saat ini
bergantung pada aplikasi yang terkomputerisasi, manajer keuangan
berlomba-lomba untuk memanfaatkan inovasi tercanggih untuk menjadi
pertimbangan. Jika Anda benar-benar tidak menggunakan kerangka data,
akan sulit bersaing dengan pesaing yang selangkah lebih maju. Hal ini
tidak terkecuali dalam memahami standar moneter yang dapat dikelola
saat ini.
5. Produk

17
Faktor terakhir adalah produk, yang merupakan hasil akhir dari suatu
usaha, baik berupa tenaga kerja maupun produk yang diiklankan. Suatu
produk dapat dikarakterisasi menjadi dua kelompok besar, yaitu produk
pelanggan dan produk modern. Kedua jenis item ini merupakan keputusan
bagi organisasi dalam pembuatan kumpulan item pertama atau kedua.

2.3 Inisiatif keberlanjutan yang tidak berkontribusi pada keberhasilan


keuangan

Dorongan ekonomi yang tidak menambah pencapaian moneter mungkin


mencakup proyek-proyek alam yang tidak menghasilkan keuntungan moneter
secara cepat namun signifikan untuk pengelolaan bisnis jangka panjang.
Modelnya adalah pengaturan pengurangan limbah, proyek pelestarian energi,
atau dorongan sosial yang selanjutnya mengembangkan hubungan dengan
jaringan, terlepas dari apakah jaringan tersebut memberikan keuntungan
langsung terkait pendapatan atau manfaat.

2.4 Model Quid Pro Quo: Menggunakan Keberlanjutan untuk mendapatkan


Dukungan dari Stakeholder

Model quid pro quo dalam konteks keberlanjutan adalah tindakan


memberikan sesuatu kepada mitra sebagai imbalan atas bantuan mereka dalam
upaya pemeliharaan organisasi. Misalnya, organisasi dapat berjanji untuk
mengurangi produk sampingan bahan bakar fosil mereka dengan asumsi
pemerintah negara bagian memberikan dorongan biaya atau pembeli
menawarkan bantuan dan kesetiaan yang lebih besar terhadap merek mereka.
Dalam situasi ini, pengelolaan digunakan sebagai alat untuk mendapatkan
dukungan dari mitra dan menghasilkan manfaat sebagai bantuan terbuka,
reputasi yang lebih baik, atau keuntungan finansial yang lebih besar mulai saat
ini.

18
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Etika dalam berbisnis merupakan suatu gagasan yang sangat penting
untuk diterapkan oleh setiap individu atau organisasi dalam mempertahankan
suatu bisnis. Moral dalam bisnis adalah nilai-nilai yang harus dipegang teguh
dalam menjalankan bisnis, seperti dapat dipercaya, terhormat, dan kewajiban
sosial. Organisasi perlu mengungkap Laporan Dukungan untuk memperoleh
kepercayaan mitra, karena kepercayaan mitra diperlukan untuk keselarasan
bisnis organisasi.
Kepercayaan mitra dapat muncul sebagai pilihan spekulasi atau upaya
bersama yang berpotensi meningkatkan efisiensi dan kesepakatan
organisasi. Hal ini dapat mempengaruhi tingkat keuntungan bersih organisasi,
dimana peningkatan keuntungan bersih organisasi akan meningkatkan nilai
pencapaian moneter organisasi.

19
DAFTAR PUSTAKA

Anna Sumaiyanti, “Etika Bisnis Pada Enterpreneurship Dalam Konteks Filsafat”. Vol
22, No.1, Maret 2014.
Bukhory, M. R., & Sopian , D. (2017). Pengaruh Pengungkapan Sustainability Report
Tehadap Kinerja Keuangan. Jurnal SIKAP, VOL.2(NO. 1), 35- 48.
Gustina, “Etika Bisnis Suatu Kajian Nilai Dan Moral Dalam Bisnis” Vol 3, No.2,
Oktober 2008.
Hakim, Abdul. “Filsafat Etika IBN Miskawai”. Vol 13, No.2, Juli 2014.
Jusmarni. (2016, April). Pengaruh Sustainability Reporting Terhadap Kinerja
Keuangan dari sisi Market Value Ratios dan Asset Management. Ratios.
JURNAL SOROT, 11(1), 29-45.
Kocmanova, A. & Docekalova, M. (2011). Corporate Sustainability: Environmental,
Social, Economic and Corporate Performance. Acta Universitatis
Agriculturae Et Silviculturae Et Silviculturae Mendelianae Brunensis, Vol LIX
Number 11.
Kurniawan, T., Sofyani, H., & Rahmawati, E. (2018, Maret). Pengungkapan
Sustainability Report dan NIlai Perusahaan: Studi Empiris di Indonesia dan
Singapore. Kompartemen: Jurnal Ilmiah Akuntansi, VOL. XVI (NO. 1), 1-20.
Ma’Mun’Min. “Revitalisasi Etika Bisnis Dalam Membangun Sistem Perekonomian
Yang Beradab”, Vol 3, No.1, Juni 2015.
Tarigan, J., & Semuel, H. (2014). Pengungkapan Sustainability Report dan Kinerja
Keuangan. surabaya: Fakultas Ekonomi Universitas Kristen Petra.
Wijayanti, R. (2016). Pengaruh Pengungkapan Sustainability Report Terhadap
Kinerja Keuangan Perusahaan. Syariah Paper Accounting FEB UMS, 39 -
51.
Wulandari, mita.2015.jurnal:jurnal etika bisnis “Etika Bisnis Bagi Perusahaan”
melalui http://mitawulandari.blogspot.co.id/2015/02/jurnal-etika-bisnis.html

20

Anda mungkin juga menyukai