Anda di halaman 1dari 19

AKUNTANSI PEMERINTAHAN

Sistem Penganggaran Pada Instansi Pusat Dan Daerah

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 3

Andi Sintia Angraeni (C30223013)

Aisyah Kemala Lolo (C30223014)

Saskia Islamay Faizal (C30223015)

PROGRAM STUDI MAGISTER AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS TADULAKO

TAHUN 2024
KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
rahmatnya penulis dapat menyelesaikan penulisan makalah ini dengan judul “Sistem
Penganggaran Pada Instansi Pusat Dan Daerah” sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan
tugas mata kuliah Akuntansi Pemerintahan tahun ajaran 2024.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan,
oleh karena itu penulis dengan hati terbuka mengharapkan saran-saran dan kritikan-kritikan
yang membangun (konstruktif) demi kesempurnaan tugas akhir di masa yang akan datang.
Selanjutnya dalam kesempatan ini penulis tidak lupa untuk menyampaikan ucapan
terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada semua pihak yang telah memberikan dorongan
dan bantuan dalam penulisan makalah ini.
Akhir kata Penulis mengharapkan agar makalah ini dapat bermanfaat bagi pihak yang
memerlukannya.

PALU, 8 MARET 2024


HORMAT KAMI

PENULIS

ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ................................................................................... ii
DAFTAR ISI ................................................................................................ iii

BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ........................................................................ 1

1.2 Rumusan Masalah ................................................................... 2

1.3 Tujuan Penelitian.................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Sistem Penganggaran Instansi Pemerintahan Pusat 3
2.1.1 Pengertian Anggaran………………………………………..3
2.1.2 Fungsi Anggaran……………………………………………4
2.1.3 Prinsip-Prinsip Anggaran…………………………………...5
2.1.4 Karakteristik Anggaran Negara…………………………….6
2.1.5 Perkembangan Sistem Anggaran Negaara………………….6
2.2 Sistem Penganggaran pada Instansi Pemerintah Daerah……..8
2.2.1 Prinsip-Prinsip Anggaran…………………………………..8
2.2.2 Karakteristik, Siklus Anggaran Pemerintah Daerah dan
Penjadwalan……………………………………………………..9
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan............................................................................. 15

DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Keuangan negara meliputi seluruh rangkaian kegiatan yang berkaitan dengan
pengelolaan semua hak dan kewajiban negara. Dan seluruh rangkaian kegiatan ini
memiliki akibat-akibat keuangan sehingga memerlukan adanya suatu perencanaan
keuangan yang cermat (budgeting atau penganggaran). Anggaran ini memiliki fungsi
diantaranya sebagai pedoman dalam mengelola negara dalam periode tertentu, sebagai
alat pengawasan dan pengendalian masyarakat terhadap kebijakan yang telah dipilih
oleh pemerintah dan sebagai alat pengawasan masyarakat terhadap kemampuan
pemerintah dalam melaksanakan kebijakan yang telah dipilih.
Budget atau anggaran dalam pengertian umum diartikan sebagai suatu rencana
kerja untuk suatu periode yang akan datang yang telah dinilai dengan uang. Kata budget
yang digunakan di Inggris sendiri merupakan serapan dari istilah bahasa Perancis yaitu
bouge atau bougette yang berarti “tas” di pinggang yang terbuat dari kulit, yang
kemudian di Inggris kata budget ini berkembang artinya menjadi tempat surat yang
terbuat dari kulit, khususnya tas tersebut dipergunakan oleh Menteri Keuangan untuk
menyimpan surat-surat anggaran. Sementara di negeri Belanda, anggaran disebut
begrooting, yang berasal dari bahasa Belanda kuno yakni groten yang berarti
memperkirakan.
Di Indonesia sendiri, pada awal mulanya (pada jaman Hindia-Belanda) secara
resmi digunakan istilah begrooting untuk menyatakan pengertian anggaran. Namun
sejak Proklamasi tanggal 17 Agustus 1945, istilah “Anggaran Pendapatan dan Belanja”
dipakai secara resmi dalam pasal 23 ayat 1 UUD 1945, dan di dalam perkembangan
selanjutnya ditambahkan kata Negara untuk melengkapinya sehingga menjadi
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara.

1.2 Rumusan Masalah

Berangkat dari latar belakang diatas maka rumusan masalah pada penulisan makalah
ini adalah:
1. Bagaimana Sistem Penganggaran Instansi Pemerintahan Pusat?

1
2. Bagaimana Sistem Penganggaran Pada Instansi Pemerintah Daerah?

1.3 Tujuan

Adapun Tujuan yang ingin dicapai dalam makalah ini adalah :


1. Untuk mengetahui system penganggaran instansi pemerintahan pusat.
2. Untuk mengetahui system penganggaran instansi pemerintahan daerah.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Sistem Penganggaran Instansi Pemerintahan Pusat


2.1.1 Pengertian Anggaran
Anggaran merupakan salah satu bagian dari proses pengendalian manajemen
yang berisi rencana tahunan yang dinyatakan secara kuantitatif, diukur dalam satuan
moneter. Anggaran merupakan taksiran sumber daya yang diperlukan untuk
melaksanakan program kerja.
Anggaran negara adalah suatu pernyataan tentang perkiraan pengeluaran dan
penerimaan yang diharapkan akan terjadi dalam suatu periode di masa depan, serta
data dari pengeluaran dan penerimaan yang sungguh-sungguh terjadi di masa yang
lalu” (JohnF. Due:1975). Anggaran negara, gambaran dari kebijaksanaan
pemerintah yang dinyatakan dalam ukuran uang, berupa kebijaksanaan pengeluaran
untuk periode di masa depan maupun penerimaan untuk menutup pengeluaran
pemerintah tersebut. Dari anggaran negara dapat diketahui realisasi pelaksanaan
kebijaksanaan pemerintah di masa lalu. Dapat diketahui pula tercapai atau tidaknya
serta maju atau mundurnya kebijaksanaan yang hendak dicapai. Anggaran negara
bukan hanya sekadar laporan keuangan, namun juga laporan kebijakan yang diambil.
Anggaran negara menggambarkan suatu dokumen politik negara.
Perencanaan merupakan bagian yang tak dapat dipisahkan dari proses
manajemen organisasi. Demikian juga, anggaran mempunyai posisi yang penting.
Anggaran mengungkapkan apa yang dilakukan di masa mendatang. Anggaran dapat
diinterpretasikan sebagai paket pernyataan perkiraan penerimaan dan pengeluaran
yang diharapkan akan terjadi dalam satu atau beberapa periode mendatang. Di dalam
tampilannya, anggaran selalu menyertakan data penerimaan dan pengeluaran yang
terjadi di masa lalu. Dan menurut Mulyadi (2001:488), Anggaran merupakan suatu
rencana kerja yang dinyatakan secara kuantitatif, yang diukur dalam satuan moneter
standar dan satuan ukuran yang lain yang mencakup jangka waktu satu tahun.
Sedangkan, Menurut National Commitee on Governmental Accounting
(NCGA) yang saat ini telah menjadi Governmental Accounting Standards Board
(GASB), definisi anggaran (budget) adalah sebagai rencana operasi keuangan, yang
mencakup estimasi pengeluaran yang diusulkan dan sumber pendapatan yang

3
diharapkan untuk membiayainya dalam periode waktu tertentu.
Kadang-kadang pengertian anggaran negara dibedakan dalam arti luas dan
dalam arti arti sempit. Dalam arti sempit anggaran negara berarti rencana
pengeluaran dan penerimaan dalam satu tahun saja. Dalam arti luas anggaran negara
berarti jangka waktu perencanaan, pelaksanaan, dan pertanggungjawaban anggaran.
Jadi, anggaran dalam arti luas meliputi suatu daur anggaran.
Anggaran negara merupakan salah satu alat politik fiskal untuk mempengaruhi
arah dan percepatan pendapatan nasional. Adapun mengenai anggaran yang akan
digunakan tergantung pada keadaan ekonomi yang dihadapi. Dalam keadaan
ekonomi yang normal dipergunakan anggaran negara yang seimbang, kemudian
dalam keadaan ekonomi yang deflasi biasanya dipergunakan anggaran negara yang
defisit dan sebaliknya dalam keadaan ekonomi yang inflasi dipergunakan anggaran
negara yang surplus.
Umumnya anggaran negara dapat diklasifikasikan atas 2 kategori:
1. Anggaran Berimbang (Balanced Budgeting)
Anggaran berimbang disusun sedemikian rupa sehingga setiap pengeluaran
pemerintah dapat dibiayai oleh penerimaan dari sektor pajak atau sejenisnya,
yaitu suatu kondisi dimana penerimaan pemerintah sama dengan pengeluaran
pemerintah.
2. Anggaran Tidak Seimbang (Unbalanced Budgeting)
Anggaran tidak seimbang terdiri dari anggaran surplus dan anggaran defisit.
Anggaran surplus yaitu pengeluaran lebih kecil dari penerimaan
sedangkananggaran defisit yaitu pengeluaran lebih besar dari penerimaan.
Anggaranbelanja yang tidak seimbang biasanya akan mempunyai pengaruh
yangberlipat ganda terhadap pendapatan nasional.
2.1.2 Fungsi Anggaran Negara
Anggaran yang dimiliki oleh suatu negara mengandung tiga fungsi fiskal
utama yaitu:
1. Fungsi Alokasi
Pemerintah mengadakan alokasi terhadap sumber-sumber dana untuk
mengadakan barang-barang kebutuhan perseorangan dan sarana yang
dibutuhkan untuk kepentingan umum. Semuanya itu diarahkan agar terjadi
keseimbangan antara uang beredar dan barang serta jasa dalam masyarakat.

4
2. Fungsi Distribusi
Pemerintah melakukan penyeimbangan, menyesuaikan pembagian pendapatan
dan mensejahterahkan masyarakat.
3. Fungsi Stabilitas
Pemerintah meningkatkan kesempatan kerja serta stabilitas harga barang-barang
kebutuhan masyarakat dan menjamin selalu meningkatkan pertumbuhan
ekonomi yang mantap.

2.1.3 Prinsip-Prinsip Anggaran Negara


Prinsip-prinsip dalam anggaran negara:
1. Demokratis, mengandung makna bahwa anggaran negara (di pemerintahan Pusat
maupun di pemerintahan Daerah), baik yang berkaitan dengan pendapatan
maupun yang berkaitan dengan pengeluaran, harus ditetapkan melalui suatu
proses yang mengikutsertakan sebanyak mungkin unsur masyarakat selain harus
dibahas dan mendapatkan persetujuan dari lembaga perwakilan rakyat.
2. Adil, berarti bahwa anggaran negara haruslah diarahkan secara optimum bagi
kepentingan orang banyak dan secara proporsional, dialokasikan bagi semua
kelompok dalam masyarakt sesuai dengan kebutuhannya.
3. Transparan, yaitu proses perencanaan, pelaksanaan serta pertanggung jawaban
anggaran negara harus diketahui tidak saja oleh wakil rakyat, tetapi juga oleh
masyarakat umum.
4. Bermoral Tinggi, berarti pengelolaan keuangan negara harus berpegang kepada
peraturan perundangan yang berlaku, dan juga senantiasa mengacu pada etika
dan moral yang tinggi.
5. Berhati-hati, berarti pengelolaan anggaran negara harus dilakukan secara
berhati-hati, karena jumlah sumber daya yang terbatas dan mahal harganya. Hal
ini semakin terasa penting jika dikaitkan dengan unsur hutang negara.
6. Akuntabel, berarti bahwa pengelolaan keuangan negara haruslah dapat
dipertanggung jawabkan setiap saat secara intern maupun ekstern kepada rakyat.
Kebanyakan sektor publik melakukan pembedaan krusial antara tambahan
modal dan penerimaan, serta tambahan pendapatan dan pengeluaran. Dampaknya
adalah pemisahan penyusunan anggaran tahunan dan anggaran modal tahunan. Jenis
anggaran sektor publik adalah:
1. Anggaran Negara dan Daerah APBN/APBD (Budget of State)

5
2. Rencana Kegiatan dan Anggaran Perusahaan (RKAP), yaitu anggaran usaha
setiap BUMN/BUMD serta badan hukum publik atau gabungan publik-swasta.

2.1.4 Karakteristik Anggaran Negara


Karakteristik anggaran sektor publik, adalah sebagai berikut:
1. Anggaran dinyatakan dalam satuan keuangan dan satuan non keuangan
2. Anggaran umumnya mencakup jangka waktu tertentu, satu atau beberapa
tahun
3. Anggaran berisi komitmen atau kesanggupan manajemen untuk mencapai
sasaran yang ditetapkan
4. Usulan anggaran ditelaah dan disetujui oleh pihak yang berwenang lebih tinggi
dari penyusun anggaran
5. Sekali disusun, anggaran hanya dapat diubah dalam kondisi tertentu.

2.1.5 Perkembangan Sistem Anggaran Negara


Sistem anggaran negara saat ini terdiri dari 2 (dua) komponen utama:
1. Anggaran untuk pemerintah pusat yang dibagi dalam:
a. Anggaran rutin yang besarnya kira-kira 62 persen dari total pengeluaran
meliputi: belanja pegawai, belanja barang dan subsidi (BBM dan bukan
BBM)
b. Anggaran pembangunan yang besarnya kira-kira 14 persen dari total
pengeluaran meliputi pembiayaan rupiah dan pembiayaan proyek. Untuk
anggaran pembangunan, peranan dana yang berasal dari negara-negara
donatur saat ini masih cukup besar.
2. Anggaran belanja untuk daerah, yang besarnya kira-kira 24 persen dari total
pengeluaran. Anggaran ini terdiri dari Dana Alokasi Umum (DAU), Dana Bagi
Hasil (DBH), dan Dana Alokasi Khusus (DAK). Dana tersebut di transfer ke
pemerintah daerah baik provinsi, kabupaten maupun kota.
Sebagai sebuah sistem, pengelolaan anggaran negara telah mengalami banyak
perkembangan. Dengan keluarnya tiga paket perundang-undangan di bidang
keuangan negara, yaitu UU No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, UU No.
1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara, dan UU No. 15 Tahun 2004 tentang
Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara, sistem

6
pengelolaan anggaran negara di Indonesia terus berubah dan berkembang sesuai
dengan dinamika manajemen sektor publik.
Pemerintah telah menerapkan pendekatan anggaran berbasis kinerja, anggaran
terpadu dan kerangka pengeluaran jangka menengah pada tahun anggaran 2005 dan
2006. Ternyata masih banyak kendala yang dihadapi, terutama karena belum
tersedianya perangkat peraturan pelaksanaan yang memadai, sehingga masih banyak
terjadi multi tafsir dalam implementasi di lapangan. Dalam periode itu pula telah
dikeluarkan berbagai peraturan pemerintah, peraturan menteri keuangan. Sistem
perencanaan anggaran negara pada saat ini telah mengalami perkembangan dan
perubahan sesuai dengan dinamika manajemen sektor publik dan tuntutan yang
muncul di masyarakat, yaitu sistem penganggaran dengan pendekatan New Public
Management (NPM).

A. Anggaran dengan Pendekatan New Public Management (NPM)


Sejak pertengahan tahun 1980-an, telah terjadi perubahan manajemen sektor
publik yang cukup drastis dari sistem manajemen tradisional yang terkesan kaku,
birokratis,dan hierarkis menjadi model manajemen sektor publik yang fleksibel dan
lebih mengakomodasi pasar. Perubahan tersebut bukan sekedar perubahan kecil dan
sederhana, tetapi perubahan besar yang telah mengubah peran pemerintah terutama
dalam hal hubungan antara pemerintah dan masyarakat. Paradigma baru yang
muncul dalam manajemen sector publik tersebut adalah pendekatan New Public
Management (NPM). Model NPM berfokus pada manajemen sektor publik yang
berorientasi pada kinerja, bukan pada kebijakan. Penggunaan paradigma baru
tersebut menimbulkan beberapa konsekuensi pada pemerintah, diantaranya adalah
tuntutan untuk melakukan efisiensi, pemangkasan biaya (cost cutting), dan
kompetisi tender.
B. Perubahan Pendekatan Anggaran Negara Reformasi sektor publik yang salah
satunya ditandai dengan munculnya era New Public Management telah
mendorong upaya di berbagai negara untuk mengembangkan pendekatan yang
lebih sistematis dalam perencanaan anggaran negara. Seiring dengan
perkembangan tersebut, muncul beberapa teknik penganggaran sektor publik,
antara lain:
a) Teknik Anggaran Kinerja (Performance Budgeting)
b) Zero Based Budgeting (ZBB)

7
c) Planning, Programming, and Budgeting System (PPBS)

2.2 Sistem Penganggaran Pada Instansi Pemerintah Daerah


2.2.1 Prinsip-Prinsip Penganggaran
Anggaran merupakan satu instrumen penting di dalam manajemen
karena merupakan bagian dari fungsi manajemen. Di dunia bisnis maupun di
organisasi sektor publik, termasuk pemerintah, anggaran merupakan bagian dari
aktivitas penting yang dilakukan secara rutin. Dalam rangka penyusunan
anggaran terdapat beberapa prinsip penganggaran yang perlu dicermati, yaitu:
1. Transparansi dan Akuntabilitas Anggaran
APBD harus dapat menyajikan informasi yang jelas mengenai tujuan,
sasaran, hasil, dan manfaat yang diperoleh masyarakat dari suatu kegiatan
atau proyek yang dianggarkan. Anggota masyarakat memiliki hak dan akses
yang sama untuk mengetahui proses anggaran karena menyangkut aspirasi
dan kepentingan masyarakat, terutama pemenuhan kebutuhan-kebutuhan
hidup masyarakat. Masyarakat juga berhak untuk menuntut
pertanggungjawaban atas rencana ataupun pelaksanaan anggaran tersebut.
2. Disiplin Anggaran
Pendapatan yang direncanakan merupakan perkiraan yang terukur secara
rasional yang dapat dicapai untuk setiap sumber pendapatan, sedangkan
belanja yang dianggarkan pada setiap pos/pasal merupakan batas tertinggi
pengeluaran belanja. Penganggaran pengeluaran harus didukung dengan
adanya kepastian tersedianya penerimaan dalam jumlah yang cukup dan tidak
dibenarkan melaksanakan kegiatan yang belum/tidak tersedia anggarannya
dalam APBD/ APBD-Perubahan.
3. Keadilan Anggaran
Pemerintah daerah wajib mengalokasikan penggunaan anggarannya secara
adil agar dapat dinikmati oleh seluruh kelompok masyarakat tanpa
diskriminasi dalam pemberian pelayanan karena pendapatan daerah pada
hakekatnya diperoleh melalui peran serta masyarakat.
4. Efisiensi dan Efektivitas Anggaran
Penyusunan anggaran hendaknya dilakukan berlandaskan asas efisiensi, tepat
guna, tepat waktu pelaksanaan, dan penggunaannya dapat
dipertanggungjawabkan. Dana yang tersedia harus dimanfaatkan dengan

8
sebaik mungkin untuk dapat menghasilkan peningkatan dan kesejahteraan
maksimal untuk kepentingan masyarakat.
5. Disusun Dengan Pendekatan Kinerja
APBD disusun dengan pendekatan kinerja, yaitu mengutamakan upaya
pencapaian hasil kerja (output/outcome) dari perencanaan alokasi biaya atau
input yang telah ditetapkan. Hasil kerjanya harus sepadan atau lebih besar dari
biaya atau input yang telah ditetapkan. Selain itu harus mampu menumbuhkan
profesionalisme kerja di setiap organisasi kerja yang terkait.
2.2.2 Karakteristik, Siklus Anggaran Pemerintah Daerah dan
Penjadwalan
1. Karakteristik Sistem Anggaran Pemerintah Daerah
Berdasarkan buku Panduan Analisis dan Advokasi Anggaran Pemerintah
Daerah di Indonesia yang diterbitkan oleh Yayasan Asia (the Asia
Foundation) dari Asian Development Bank (ADB) pada awal tahun
2006, dalam merencanakan dan mengelola keuangan daerah diperlukan
pemahaman awal tentang ”Karakteristik Anggaran” pemerintah daerah
yang mencakup antara lain: siapa-siapa saja pelaku kunci (key person)
yang terlibat; siklus dan kalender anggaran; dan rincian proses anggaran
yang merupakan siklus selama 30 (tigapuluh) bulan atau dua setengah
tahun.
Pelaku-pelaku kunci (key person) yang terlibat dalam penyusunan
anggaran pemerintahan kabupaten’kota adalah:
a. Pihak Eksekutif (Bupati/Walikota, Sekretaris Daerah, Tim
Anggaran, SKPD, Bappeda dan BPKD)
1) Bupati/Walikota
Bupati/Walikota adalah pengambil keputusan utama
dalam menentukan kegiatan dan pelayanan publik yang akan
disediakan oleh pemerintah daerah untuk suatu periode waktu
tertentu. Dalam hal ini bupati/walikota harus segera menyusun
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)
paling lambat 3 (tiga) bulan setelah terpilih. Dokumen ini
nantinya akan menjadi rujukan dalam penyusunan rencana
kerja pemerintah daerah (RKPD). Setelah selesai penyusunan
APBD untuk suatu tahun anggaran tertentu, bupati/walikota

9
segera mengajukan Rancangan Perda tentang APBD disertai
dokumen pendukungnya kepada DPRD.
2) Sekretaris Daerah (Sekda)
Dalam kaitannya dengan penyusunan anggaran daerah,
Sekretaris daerah dalam suatu pemerintahan kabupaten/kota
merupakan koordinator Tim Anggaran Eksekutif yang
mempunyai tugas antara lain menyampaikan Kebijakan Umum
Anggaran (KUA) kepada DPRD. Kebijakan umum anggaran
adalah dokumen yang akan dijadikan landasan utama dalam
penyusunan RAPBD
3) Tim Anggaran Eksekutif
Tim Anggaran Eksekutif yang diketuai oleh Sekretaris
Daerah yang bertugas untuk menyusun Kebijakan Umum
anggaran dan mengkompilasikan Rencana Kerja Anggaran
setiap Satuan Kerja (RKA-SKPD) menjadi RAPBD.
4) Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD)
Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) adalah unit kerja
pemerintahan kabupaten/kota yang merupakan pengguna
anggaran/kuasa pengguna anggaran dan mempunyai tugas
untuk menyusun dan melaksanakan anggaran pada unit kerja
yang bersangkutan. Jumlah SKPD untuk suatu pemerintahan
kabupaten/kota dapat berbeda-beda antara satu dengan lainnya
tergantung pada struktur organisasi kepemerintahan di daerah
masing-masing.
5) Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah (BAPPEDA)
BAPPEDA dari suatu pemerintahan kabupaten/kota
merupakan unit perencanaan daerah yang mempunyai tugas
antara lain untuk menyiapkan berbagai dokumen perencanaan
yang akan digunakan sebagai bahan untuk melaksanakan
musyawarah perencanaan dan pembangunan di daerah,
menyelenggarakan proritas Musrenbang, dan
mengkoordinasikan antara hasil Musrenbang dan usulan dari
setiap satuan kerja sehingga tersusun Rencana Kerja
Pemerintah Daerah (RKPD).

10
6) Badan Pengelola Keuangan Daerah (BPKD)
BPKD adalah unit kerja pada suatu pemerintahan
kabupaten/kota yang bertugas antara lain menyusun dan
melaksanakan kebijakan pengelolaan keuangan daerah (APBD)
dan berfungsi sebagai bendahara umum daerah. BPKD
bettanggung jawab untuk menyusun laporan keuangan yang
merupakan pertanggungjawaban pelaksanaan APBD. Istilah
yang dipakai di suatu pemerintah kabupaten/kota tidak sama
antara satu dengan lainnya. Ada unit organisasi dari suatu
pemerintah kota yang menyebutnya dengan istilah Badan
Pengelola Keuangan dan Aset Daerah (BPKAD), ada juga yang
memberi nama Badan Pengelola Keuangan dan Kekayaan
Daerah (BPKKD).
b. Pihak Legislatif
Pihak Legislatif yang terlibat dalam penyusunan anggaran
pemerintah daerah antara lain adalah:
1) Panitia Anggaran Legislatif
Panitia Anggaran Legislatif adalah suatu Tim Khusus
yang bertugas untuk memberikan saran dan masukan kepada
kepala daerah (bupati/walikota) tentang penetapan, perubahan,
dan perhitungan APBD yang diajukan oleh pemerintah daerah
sebelum ditetapkan dalam Rapat Paripurna
2) Komisi-Komisi DPRD
Komisi-komisi di lingkungan DPRD adalah alat
kelengkapan DPRD yang dibentuk untuk memperlancar tugas-
tugas DPRD dalam bidang pemerintahan, perekonomian dan
pembangunan, keuangan, investasi daerah, serta kesejahteraan
rakyat. Dalam proses penetapan anggaran komisi-komisi
merupakan kelompok kerja yang bersama-sama dengan semua
SKPD terkait membahas RKA-SKPD.
c. Pihak Pengawas (Auditor)
Yang bertindak sebagai pihak pengawas dalam perencanaan dan
pengelolaan keuangan daerah adalah:

11
1) Badan Pemeriksa Keuangan (BPK)
Menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku,
BPK adalah satu-satunya pengawas keuangan eksternal yang
melakukan audit terhadap pengelolaan dan tanggung jawab
keuangan pemerintah daerah. Pemeriksaan yang dimaksud
meliputi pemeriksaan atas laporan keuangan, pemeriksaan
kinerja, serta pemeriksaan atas tujuan tertentu yang tidak
termasuk dalam kedua pemeriksaan tersebut di atas.
2) Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP)
BPKP adalah Lembaga Pemerintah Non-Departemen
(LPND) yang berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab
langsung kepada presiden. BPKP merupakan auditor internal
yang mempunyai tugas untuk melakukan pengawasan internal
terhadap pertanggungjawaban pengelolaan keuangan daerah
yang mengunakan dana APBN.
3) Badan Pengawas Daerah (BAWASDA)
Bawasda adalah pengawas internal suatu pemerintah
kabupaten/kota yang bertugas meng-audit dan melaporkan
kondisi keuangan dari setiap institusi/lembaga yang dibiayai
oleh APBD. Bawasda mempunyai tugas pokok membantu
bupati/walikota untuk melaksanakan kegiatan pengawasan
dalam penyelenggaraan pemerintahan serta pembangunan dan
pelayanan masyarakat di daerah terkait.
Bagi negara-negara yang sedang berkembang seperti Indonesia,
karakteristik anggaran masih mengalami perubahan-perubahan sehingga
diperlukan pula informasi terkini tentang perubahan yang telah dan sedang
berlangsung mengenai proses penganggaran beserta ketentuan perundang-
undangan yang mengaturnya
2. Siklus Anggaran Pemerintah Daerah
Walaupun siklus dan proses penganggaran di setiap negara berbeda
satu dengan yang lainnya, namun pada dasarnya mempunyai urut-urutan
yang sama makna dan tujuannya.
Menurut buku panduan tentang Analisis dan Advokasi Anggaran
Pemerintah Daerah di Indonesia, yang diterbitkan oleh Yayasan Asia (the

12
Asia Foundation) dari Bank Pembangunan Asia (ADB) proses/siklus
anggaran pemerintah daerah berlangsung selama 2½ (dua setengah)
tahun dengan urutan sebagai berikut:
a. Penyusunan dan Penetapan Anggaran (1 tahun sebelum tahun
anggaran berkenaan)
Tahapan penyusunan anggaran terdiri dari pengumpulan aspirasi
masyarakat melalui forum pertemuan komunitas (Musrenbang),
proses penyusunan kegiatan oleh satuan kerja perangkat daerah
(dinas, instansi) sampai dengan penyiapan draft usulan APBD
diserahkan oleh kepala daerah (pihak eksekutif) kepada DPRD
(pihak legislatif) untu dibahas dan disetujui bersama.
Dalam proses penyusunan anggaran yang memerlukan waktu
beberapa bulan, Tim Anggaran Eksekutif yang beranggotakan unsur-
unsur dari Sekretariat Daerah, BAPPEDA dan Badan Pengelola
Keuangan Daerah (BPKD) mempunyai fungsi dan peranan yang
sangat penting.. Walaupun masyarakat dimintai pendapatnya dalam
proses penentuan prioritas program namun pada akhirnya proses
penyusunan program dilakukan secara tertutup di masing-masing
satuan kerja (SKPD). Penetapan anggaran merupakan tahapan yang
dimulai ketika pihak eksekutif menyerahkan usulan anggaran kepada
pihak legislatif. Pada umumnya proses ini ditandai dengan pidato
dari kepala daerah (Bupati/Walikota) di hadapan anggota DPRD.
Selanjutnya DPRD akan melakukan pembahasan untuk beberapa
waktu. Selama masa pembahasan akan terjadi diskusi antara pihak
Panitia Anggaran Legislatif dengan Tim Anggaran Eksekutif dimana
pada kesempatan ini pihak legislatif berkesempatan untuk
menanyakan dasar-dasar kebijakan eksekutif dalam membahas
usulan anggaran tersebut.
b. Pelaksanaan Anggaran (1 tahun saat tahun anggaran berjalan)
Pelaksanaan Anggaran adalah tahapan yang dimulai sejak
APBD disahkan melalui peraturan daerah pada setiap akhir tahun
sebelum tahun anggaran baru dimulai. Tahapan pelaksanaan
berlangsung selama 1 (satu) tahun terhitung mulai awal tahun
anggaran baru pada bulan Januari setiap tahunnya. Tahapan

13
Pelaksanaan ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab pihak
eksekutif melalui Satuan Kerja Perangkat Daerah.
c. Laporan Pertanggungjawaban pelaksanaan APBD (setengah tahun)
Tahapan ini mencakup antara penyiapan Laporan Semester
pertama dan Laporan tahunan termasuk penelaahan atas pelaksanaan
anggaran untuk waktu satu tahun anggaran yang bersangkutan.
Tahapan pemeriksaan terdiri dari pemeriksaan internal yang
dilakukan oleh BAWASDA dan BPKP (untuk pembelanjaan yang
mengunakan APBN), serta pemeriksaan eksternal oleh Badan
Pemeriksa Keuangan (BPK).

14
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Anggaran adalah perencanaan yang rinci untuk masa depan yang dinyatakan secara
kuantitatif dan lebih spesifik memperlihatkan bagaimana sumber daya didapat dan digunakan
pada periode tertentu dengan mengidentifikasi tujuan dan tindakan yang diperlukan untuk
mencapainya.
Dalam sistem pemerintahan, anggaran terbagi atas Anggaran Pendapatan Belanja
Negara (APBN) dan Anggaran Pendapatan Daerah (APBD). APBN adalah rencana keuangan
tahunan pemerintahan negara yang disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat. Anggaran negara
pada suatu tahun secara sederhana bisa diibaratkan dengan anggaran rumah tangga ataupun
anggaran perusahaan yang memiliki dua sisi, yaitu sisi penerimaan dan sisi pengeluaran.
Anggaran Pendapatan Dan Belanja Daerah(APBD) merupakan rencana keuangan
tahunan pemerintahan daerah yang dibahas dan disetujui bersama oleh pemerintah daerah dan
DPRD, dan ditetapkan dengan peraturan daerah. Penyelenggaraan urusan pemerintahan yang
menjadi kewenangan daerah didanai dari dan atas beban APBD.

15
16

Anda mungkin juga menyukai