Puji dan syukur kita panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
dengan rahmat dan karunia-Nya kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang
berjudul Penganggaran Sektor Publik di Indonesia. Makalah ini disusun untuk
memenuhi salah satu tugas mata kuliah Akuntansi Sektor Publik.
Terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu, kami menyadari
bahwa selama penulisan makalah ini kami banyak mendapatkan bantuan dari berbagai
pihak. Oleh sebab itu, kami mengucapkan banyak terima kasih.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu,
kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan
makalah ini.
Penyusun
Kelompok 1
i
DAFTAR ISI
Kata Pengantar ...........................................................................................................i
Daftar Isi ....................................................................................................................ii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .....................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................................1
1.3 Tujuan ..................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Definisi Anggaran Sektor Publik .........................................................................3
2.2 Fungsi Anggaran Sektor Publik ...........................................................................3
2.3 Tujuan dan Karakteristik Anggaran Sektor Publik ..............................................4
2.4 Prinsip-Prinsip Penganggaran ..............................................................................4
2.5 Pendekatan Penganggaran Sektor Publik.............................................................5
2.6 Perkembangan Teori Penganggaran Sektor Publik..............................................9
2.7 Penganggaran dan Standar Pelayanan Minimal (SPM) .......................................14
2.8 Penganggaran di Era Pra Reformasi ....................................................................15
2.9 Penganggaran di Era Reformasi...........................................................................16
2.10 Agenda di Masa Mendatang ..............................................................................18
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan ..........................................................................................................
3.2 Saran
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Pada dasarnya alokasi barang dan jasa dalam suatu masyarakat dapat dilakukan
paling tidak melalui dua mekanisme, yaitu melalui mekanisme pasar (market
mechanism), dan kedua melalui mekanisme birokrasi (bureaucratic mechanism).
Dengan sejumlah kondisi yang disyaratkan, mekanisme pasar dianggap sebagai
mekanisme yang dapat mendorong pemakaian sumber daya yang efisien (Musgrave &
Musgrave, 1984), (Brown dan Jackson, 1986). Namun, kegagalan pasar (market
failures) terjadi juga dalam mengalokasikan sejumlah barang dan jasa. Penyebabnya
adalah karena adanya ‘Public goods’ beserta ekternalitasnya. Jenis barang dan jasa
inilah, beserta sejumlah ‘mixed goods’ yang didistribusikan melalui mekanisme
birokrasi.
Mekanisme birokrasi pada perkembangannya menjadi mekanisme yang sangat
penting, karena bersarannya semakin meningkat yang ditunjukkan dalam porsinya
dibanding Produk Domestik Bruto. Mekanisme birokrasi itu sendiri mempunyai
instrumen yang disebut sistem penganggaran yang berfungsi sebagai alat untuk
mengalokasikan sumber daya dalam bentuk barang dan jasa yang ada ke dalam
masyarakat. Sesuai dengan perkembangan sistem administrasi publik itu sendiri dan
tuntutan masyarakat dalam konteks sistem sosial dan politik tertentu, berkembang pula
sistem penganggaran negara. Dalam sejarah perkembangannya, dikenal beberapa jenis
sistem penganggaran.
Berbagai sistem penganggaran tersebut antara lain ‘Traditional Budgeting’,
‘Performance Budgeting’, ‘Planning Programming Budgeting System’, ‘Zero Based
Budgeting’, dan ‘Medium Term Budgetting Framework’.
1.2 Rumusan masalah
Adapun masalah dalam makalah ini adalah:
1. Apa definisi anggaran sektor publik?
2. Apa fungsi anggaran sektor publik?
3. Apa tujuan dan karakteristik anggaran sektor publik?
4. Apa saja prinsip-prinsip penganggaran sektor publik?
5. Bagaimana pendekatan penganggaran sektor publik?
6. Bagaimana perkembangan teori penganggaran sektor publik?
1
7. Apa itu penganggaran dan SPM?
8. Bagaimana penganggaran di era pra-reformasi?
9. Bagaimana penganggaran di era reformasi?
10. Apa saja agenda di masa mendatang?
1.3 Tujuan penulisan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah agar pembaca dapat mengetahui
bagaimana penganggaran sektor publik di Indonesia.
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi Anggaran Sektor Publik
Menurut govermental accounting standards board (GASB), definisi anggaran
(budget) adalah rencana operasi keuangan, yang mencakup estimasi pengeluaran yang
diusulkan, dan sumber pendapatan yang diharapkan untuk membiayainya dalam periode
waktu tertentu.
Jenis anggaran sektor publik adalah:
a. Anggaran Negara dan Daerah APBN/APBD (budget of state)
b. Rencana Kegiatan dan Anggaran Perusahaan (RKAP), yaitu anggaran usaha setiap
BUMN/BUMD serta badan hukum publik atau gabungan publik-swasta
Proses penyusunan anggaran sektor publik umumnya disesuaikan dengan peraturan
lembaga yang lebih tinggi. Sejalan dengan pemberlakuan Undang-Undang Nomor 32
Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah dan UU No. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan
Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah, lahirlah tiga paket perundang-undangan,
yaitu UU No. 17/2003 tentang Keuangan Negara, UU No. 1/2004 tentang
Perbendaharaan Negara, dan UU No. 15/2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan
Tanggung Jawab Keuangan Negara dan UU Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional,
yang telah membuat perubahan mendasar dalam penyelenggaraan pemerintahan dan
pengaturan keuangan, khususnya Perencanaan dan Anggaran Pemerintah Daerah dan
Pemerintah Pusat.
4
mengikutsertakan sebanyak mungkin untuk masyarakarat, selain harus dibahas dan
mendapatkan persetujuan dari lembaga perwakilan rakyat.
prinsip kedua, adil, berarti bahwa anggaran negara haruslah diarahkan secara optimum bagi
kepentingan orang banyak dan secara proposional, dialokasikan bagi semua kelompok dalam
masyarakat sesuai dengan kebutuhannya.
Prinsip ketiga, transparan, yaitu proses perencanaan, pelaksanaan, serta pertanggungjawaban
anggaran negara harus diketahui tidak saja oleh wakil rakyat, tetapi juga oleh masyarakat
umum
Prinsip keempat,bermoral tinggi, berarti bahwa pengelolaan anggaran negara harus berpegang
pada peraturan perundang yang berlaku, dan juga senantiasa mengacu pada etika dan moral
yang tinggi
Prinsip kelima, berhati-hati, berarti bahwa pengelolahan anggaran negara harus secara
berhati-hati, karena jumlah sumber daya yang terbatas dan mahal harganya,Hal ini semakin
terasa penting jika dikaitkan dengan unsur hutang negara.
Prinsip keenam, akuntabel, berarti bahwa pengelolaan keuangan negara haruslah dapat
dipertanggungjawabkan setiap saat secara intern mauoun ekstern kepada rakyat,
Selain keenam prinsip diatas, seperti telah dikemukakan, secara fundamental terhadap
prinsip yaitu bahwa pengelolaan anggaran Negara haruslah senantiasa mencapai tingkat
efesiensi, efektivitas, serta ekonomis yang terlatif tinggi. Sesuai perkembangan jamannya,
sistem penganggaran harus mampu mengakomodasi dinamika prinsip-prinsip tersebut di
atas.
2.5 Pendekatan Penganggaran Sektor Publik
2.5.1 Pendekatan Fungsional
Kerangka pikir Sysrems of National Accounts telah merekomendasi pandangan
pembatasan karakter sebagai:
a. kemandirian penyelenggaraan fungsi pemerintahan
b. diawali dengan batasan kemampuan pemerintahan menanggung pengeluaran
kesejahteraan masyarakat. Apabila seluruhnya, pemerintah memegangkendali penuh,
apabila sebagian pemerintah bekerja dalam mekanisme kolaborasi, kondisi akan
berpengaruh terhadap proses penyusunan anggaran dari berbagai kepentingan formal,
kepentingan hukum, dan kepentingan legislatif.
5
Kepentingan formal merupakan refleksi anggaran sebagai produk dari ensitas yang
mandiri. Ini berarti anggaran disusun melalui proses internal organisasi, kepentingan
hukum merupakan pemberi makna solid bagi anggaran entitas tertentu. Proses penyusunan
anggaran harus dapat menjamin pelaksanaan fungsi anggaran: alokasi, stabilisasi, dan
distribusi. Ini berarti perspektif ekonomi tidak dapat dihilangkan begitu saja dalam setiap
pengkajian anggaran sektor publik.
Alokasi anggaran dikatakan efektif apabila dapat menyeimbangkan berbagai
permintaan didalam pemerintahan, baik dari organisasi sektor swasta dan sektor publik,
dan strategi pencapai tujuan (visi) yang telah ditetapkan. Stabilitas anggaran didasarkan
atas akurasi perhitungan dampak pelaksaan, baik disisi program dan ekonomi. Poin
stabilitas ini terdiri dari akun-akun laporan keuangan, peramalan/asumsi ekonomi, dan
koordinasi moneter.
Distribusi anggaran selalu dikaitkan dengan agen-agen pengeluran publik dan
pelaksanaannya pelayanan publik yang lebih baik. Permasalahan distribusi perlu
dipecahkan agar stabilisasi fiskal dapat tercipta. Kebijakan anggaran merupakan proses
penyesuaian yang ditujukan untuk mengoptimalkan berbagai aktivitas lembaga dasar
sekaligus mengintegrasikan berbagai program. Kesuksesan pelaksanaan anggaran
ditentukan oleh 3 hal, yaitu
1) Kebijakan keuangan secara menyeluruh ditentukan oleh lembaga setingkat departemen
atau lembaga pelaksana tertinggi
2) Kesuksesan anggaran sangat ditentukan oleh dukungan politis berbagai lembaga
3) Akurasi perencanaan, terutama penganggaran, dipengaruhi oleh teknik review
prakiraan anggaran.
TABEL 2.5Faktor penentuan efektifnya suatu anggaran
Faktor Penentu Efektifnya suatau anggaran
KEBIJAKAN KELEMBAGAAN ANGGARAN
a. Pendapatan Tingkat a. konsultasi dan koordinasi a. Tehnik perhitungan prakiraan
Pengangguran dan infansi antar unit kerja pendapatan dan pengeluaran
b. Kebijakan nilai tukar b. kordinasi di dalam unit b. Fleksibiliyas dalam fiskal
kerja
c. kebijakan moneter c. birokrasi c. Tingkat pengeluaran yang
diharapkan
6
d. kebijakan fiskal d. pertimbangan non d. Fasilitas dalam pemberlakuan
ekonomi tingkat pajak
e. mobilisasi sumber daya e. kapabilitas administrasi e. Batas proses anggaran
f.tingkaat pertumbuhan f. Waktu
pengeluaran
g. pengeluaran investasi g. Informasi
h. subsidi h. Manejemen keuangan
i. defisit anggaran i. Waktu yang salah dalam
melepaskan dana
j. Biaya yang terlalu besar
k.Kurangnya fleksibilitas dalam
menggunakan dan
l. Hambatan sumber daya
manusia
7
Ekspansi akan menyebabkan peningkatan
c. Peminjaman bersih
permintaan secara keseluruhan
3 DEFISIT (1-2)
4 Secara umum akan berdampak ekspansi,
DIBIAYAI OLEH HUTANG
tetapi menguntungkan dan mempunyai
LUAR NEGERI
dampak ke neraca pembayaran
5 Hutang luar negeri
a. Rumah tangga swasta Akan terjadi pengurangan kekuatan pembeli
b.Bank komersial Tidak akan ada dampak ekspansi
Ekspansi akan berdampak pada sisi
c.Bank sentral
permintaan
Dari tabel tersebut, fokus analisis anggaran adalah penghitungan surplus deficit.
Apabila terjadi surpul, proses distribusi akan menjadi permasalahan tambahan. Apabila defisit,
proses pembelanjaan akan menjadi perkerjaan tambahan. Dengan struktur demikian,
penyusunan anggaran lebih dikaitkan dengan proses aliran kas . Penilaian kinerja anggaran
dapat digambarkan seperti terlihat pada Tabel 2.5.2
Tabel 2.5.2 Keseimbangan anggaran (Balanced Budget)
Kesembangan Anggaran (Balance Budget)
Penerimaan Pengeluaran
a. Pendapatan (Pajak dan non pajak) c. Pengeluaran saat ini
d.Akuisisi aktivi keuangan
b. Pinjaman bersih
dan aktiva riil selain kas
e. Peningkatan atau
penurunan uang kas
A+B=C+D+E
Berbagai variable penerimaan dan pengeluaran perlu dieksplorasi untuk menjaga
keseimbangan anggaran, Di bagian penerimaan, variable yang harus di perhatikan adalah
pendapat dan penerimaan kas serta pinjaman bersih, sedangkan di bagian pengeluaran variable
yang harus dikendalikan adalah pengeluaran kas, akuisisi aktiva kas dan nonkas, serta
perubahan saldo kas.keseimbangan ini dilakukan untuk stabilisasi anggaran dan, akhirnya,
ekonomi secara keseluruhan.
8
2.5.2 Pendekatan Pengambilan Keputusan
Ditinjaukan dari aspek ekonomi penyusunan dan analisis anggaran, informasi dan
komunikasi harus disaring dalam besaran ekonomi yang diartikan sebagai wujud dari
kesejahteraan masyarakat. Dalam praktiknya, anggaran merupakan kumpulan
prosespengambilan keputusan terhadap kehidupan dan tujuan oganisasi. Oleh karena itu,
pembahasan anggaran sebagai alat optimisasi perlu dikaji secara tersendiri.
Proses anggaran biasanya mempunyai standar prosedur. Pengambilan keputusan itu
sendiri merupakan proses gabungan dan elemen-elemen disiplin ekonomi, ilmi politik,
psikologi, dan administrasi public. Akibatnya, keputusan anggaran merupakan suatu seni.
Pengambilan keputusan anggaran dapat dibedakan menjadi rasional dan penyesuaian dan
bertahap, yang akan dijelaskan dala tabel 2.5.3
Tabel 2.5.3
Perbedaan dalam Pendekatan Pengambilan Keputusan
Perbedaan dalam
Pendekatan
Rasional Penyesuaian/bertahap
Pengambilan
Keputusan
Keterkaitan Teori ekonomi yang Konsep pluralis pemerintah
tradisional yang demokratis
9
Line item budgeting adalah penyusunan anggaran yang didasarkan pada dan dari
mana dana berasal (pos-pos penerimaan) dan untuk apa dana tersebut digunakan
(pos-pos pengeluaran). Jenis anggaran ini relatif dianggap paling tua dan banyak
mengandung kelemahan atau sering pula disebut ‘traditional budgeting’. Walaupun
tak dapat disangkal, ‘line item budgeting’ sangat populer penggunaannya karena
dianggap mudah untuk dilaksanakan.
Tabel 2.6.1 Sistem penganggaran line item
Karakteristik Keunggulan Kelemahan
1. Titik berat perhatian 1. Relatif mudah 1. Perhatian terhadap laporan
pada segi pelaksanaan dan menelusurinya pelaksanaan anggaran
pengawasan penerimaan dan pengeluaran
sangat sedikit
2. Penekanan hanya pada 2.Mengamankan komitmen di 2. Diabaikannya pencapaian
segi administrasi antara partisipan sehingga prestasi realisasi penerimaan
dapat mengurangi konflik dan pengeluaran yang
dianggarkan
3. Para penyusun anggaran
tidak memiliki alasan rasional
dalam menetapkan target
penerimaan dan pengeluaran
kelemahan
10
2. tidak memerlukan pengetahuan yang
terlalu rumit untuk memahami
program-program baru.
3. Dapat mengurangi konflik
Contoh penerapan : penerapan prinsip “anggaran berimbang dan dinamis”
2.6.3 Planning Programming Budgeting System
Sebagai reaksi terhadap berbagai masalah fundamental yang dihadapi oleh line-item
budgeting muncullah sistem penganggaran baru yang akan dibahas setelah
pembahasan PPBS.
Planning Programming Budgeting System adalah suatu proses perencanaan,
pembuatan progra, dan penganggaran yang terkait dalam suatu sistem sebagai
kesatuan yang bulat dan tidak terpisah-pisah, dan di dalamnya terkandung
identifikasi tujuan organisasi atas permasalahan yang mungkin timbul. PPBS
berusaha merasionalkan proses pembuatan anggaran dengan cara menjabarkan
rencana jangka panjang ke dalam program-program, sub-sub program, serta
berbagai proyek.
Tabel 2.6.3
keunggulan kelemahan
1. Menggambarkan tujuan organisasi yang 1. Merupakan proses multikompleks
lebih nyata dan membantu pimpinan dalam dan memerlukan banyak perhitungan
membuat keputusan yang menyangkut usaha dan analisis
pencapaian tujuan
2. Menghindari adanya pertentangan dan 2. Memerlukan pengelola yang ahli dan
overlaping program serta mewujudkan memiliki kualitas yang tinggi.
sinkronisasi dan integrasi antar aparat
organisasi dalam proses perencanaan
3. Alokasi sumber daya yang lebih efisien dan 3. Terlalu kompleks, baik secara teknis
efektif berdasarkan analisis manfaat dan biaya maupun praktis
untuk mencapai tujuan
Contoh penerapan : Program jasa sosial pada ‘anak-anak dan keluarga ‘cacat
jasmani’, ‘perawatan anggaran tua’, ‘cacat mental’, dan sebagainya
2.6.4 Zero Based Budgeting
Lahirnya ZBB merupakan jawaban atas rasionalisasi proses pembuatan anggaran.
Zero Based Budgeting merupakan sistem anggaran yang didasarkan pada perkiraan
11
kegiatan, bukan pada apa yang telah dilakukan di masa lalu. Setiap kegiatan akan
dievaluasi secara terpisah. Tiga langkah penyusunan ZBB adalah:
1. Identifikasi unit keputusan
2. Membangun paket keputusan
3. Mereview peringkat paket keputusan.
2.6.5 Performance Budgeting
Sebenarnya, performance budgeting diperkenalkan pertama kali di Amerika Serikat
pada tahun 1949, tetapi praktiknya mengalami kegagalan. Namun, pada reformasi
anggaran tahun 1990an, beberapa karakteristik penting dari performance budgeting
dianggap sangat bermanfaat dan kemudian dikembangkan bersama dalam konteks
reformasi administrasi publik.
Performance budgeting (anggaran yang berorientasi pada kinerja) adalah sistem
penganggaran yang berorientasi pada ‘output’ organisasi dan berkaitan sangat erat
dengan Visi, Misi, dan Rencana Strategis Organisasi
Tabel 2.6.5
Ciri-Ciri Pokok Keunggulan Kelemahan
1. Secara umum sistem 1. Memungkinkan 1. Tidak semua kegiatan
ini mengandung tiga pendelegasian dapat distandarisasikan
unsur pokok, yaitu : wewenang dalam 2. Tidak semua hasil
(pengeluaran pemerintah pengambilan keputusan kerja dapat diukur secara
diklasifikasikan menurut 2. Merangsang kuantitatif
program dan kegiatan, partisipasi dan 3. Tidak jelas mengenai
Performance measurment memotivasi unit kerja siapa pengambil
dan program reporting melalui proses keputusan dan siapa yang
2. titik perhatian lebih pengusulan dan menanggung beban atas
ditekankan pada penilaian anggaran yang keputusan.
pengukuran hasil kerja, bersifat faktual
bukan pada pengawasan. 3. membantu fungsi
3. Setiap kegiatan harus perencanaan dan
dilihat dari sisi efisiensi mempertajam
dan memaksimumkan pembuatan keputusan
output 4. memungkinkan
alokasi dana secara
12
4. bertujuan untuk optimal dengan
menghasilkan informasi didasarkan efisiensi unit
biaya dan hasil kerja yang kerja
dapat digunakan untuk 5.Menghindari
penyusunan target dan pemborosan
evaluasi pelaksanaan
kerja.
13
dalam menggunakan sumber daya
secara efektif dan efisien
UU No 22 UU Nomor 17
Tahun Tahun
1999 2003 (Keuangan
UU Nomor Negara)
25 Tahun UU Nomor 1
1999 Tahun 2004
(Perbendaharaan
Negara)
UU Nomor 15
Tahun 2004
(pemeriksaan
pengelolaan dan
tanggungjawab
keuangan negara)
17
Sistem Kolonial Sistem Anggaran Sistem Sistem Anggaran
Anggaran – Belanda Tradisional Anggaran Berbasis
Penganggaran (Pendekatan Berbasis Kinerja (berdasarkan
yang Inkrimental dan Kinerja UU No. 17 Tahun
digunakan Line item) 2003, Bab 3 dalam
pasal 11 sampai
dengan pasal 15 dan
dalam penjelasan atas
UU No. 17 Tahun
2003 Bagian 1 nomor
6 paragraf ke empat)
Fokus Alokasi Input, Input, output dan
Input output dan outcome
outcome Value for money
Pengendalian Value for (Ekonomis,
pengeluaran money efisiensi,
(Ekonomis, efektifitas)
efisiensi, Analisis standar
efektifitas) belanja dan
standar pelayanan
minimal
Sistem Kolonial Single entry Doble Doble entry berbasis
Akuntansi Belanda entry berbasis semi akrual
kas
modifikasian
18
dalam kegiatan pemerintah telah membuat fungsi manajerial sangat sulit. Akibatnya sistem
penganggaran tradisional yang diadopsi tidak bisa menanggapi variabel ini untuk
memastikan efisiensi dan efektivitas dalam pelaksanaan rencana pembangunan. Dengan
demikian, teknik penganggaran alternatif Perencanaan, Pemrograman dan Penganggaran
Sistem dan Zero Base Penganggaran dikembangkan.
Namun, pelaksanaan Perencanaan, Pemrograman dan Penganggaran System (PPBS) dan Zero
Base Anggaran (ZBB) di organisasi sektor publik telah tampaknya sudah sulit, dan pengalaman
telah mengecewakan. Masalah utama dalam menerapkan sistem-sistem penganggaran adalah itu,
sulit untuk menentukan tujuan, dan mengukur output.. Hal ini karena tujuan yang ambigu dan
output yang tidak terukur Sejak, dalam kegiatan pemerintah, tujuan biasanya ambigu, dan output
akhir tidak terukur, efek dari intervensi tidak diketahui dan kegiatan ini sering berulang. Dengan
kata lain, mereka tidak bisa membawa perubahan dalam fungsi perencanaan dan penganggaran.
19
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Anggaran (budget) adalah rencana operasi keuangan, yang mencakup estimasi
pengeluaran yang diusulkan, dan sumber pendapatan yang diharapkan untuk
membiayainya dalam periode waktu tertentu.
3.2
20
21