Anda di halaman 1dari 23

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kita panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
dengan rahmat dan karunia-Nya kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang
berjudul Penganggaran Sektor Publik di Indonesia. Makalah ini disusun untuk
memenuhi salah satu tugas mata kuliah Akuntansi Sektor Publik.
Terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu, kami menyadari
bahwa selama penulisan makalah ini kami banyak mendapatkan bantuan dari berbagai
pihak. Oleh sebab itu, kami mengucapkan banyak terima kasih.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu,
kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan
makalah ini.

Penyusun

Kelompok 1

i
DAFTAR ISI
Kata Pengantar ...........................................................................................................i
Daftar Isi ....................................................................................................................ii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .....................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................................1
1.3 Tujuan ..................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Definisi Anggaran Sektor Publik .........................................................................3
2.2 Fungsi Anggaran Sektor Publik ...........................................................................3
2.3 Tujuan dan Karakteristik Anggaran Sektor Publik ..............................................4
2.4 Prinsip-Prinsip Penganggaran ..............................................................................4
2.5 Pendekatan Penganggaran Sektor Publik.............................................................5
2.6 Perkembangan Teori Penganggaran Sektor Publik..............................................9
2.7 Penganggaran dan Standar Pelayanan Minimal (SPM) .......................................14
2.8 Penganggaran di Era Pra Reformasi ....................................................................15
2.9 Penganggaran di Era Reformasi...........................................................................16
2.10 Agenda di Masa Mendatang ..............................................................................18
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan ..........................................................................................................
3.2 Saran

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Pada dasarnya alokasi barang dan jasa dalam suatu masyarakat dapat dilakukan
paling tidak melalui dua mekanisme, yaitu melalui mekanisme pasar (market
mechanism), dan kedua melalui mekanisme birokrasi (bureaucratic mechanism).
Dengan sejumlah kondisi yang disyaratkan, mekanisme pasar dianggap sebagai
mekanisme yang dapat mendorong pemakaian sumber daya yang efisien (Musgrave &
Musgrave, 1984), (Brown dan Jackson, 1986). Namun, kegagalan pasar (market
failures) terjadi juga dalam mengalokasikan sejumlah barang dan jasa. Penyebabnya
adalah karena adanya ‘Public goods’ beserta ekternalitasnya. Jenis barang dan jasa
inilah, beserta sejumlah ‘mixed goods’ yang didistribusikan melalui mekanisme
birokrasi.
Mekanisme birokrasi pada perkembangannya menjadi mekanisme yang sangat
penting, karena bersarannya semakin meningkat yang ditunjukkan dalam porsinya
dibanding Produk Domestik Bruto. Mekanisme birokrasi itu sendiri mempunyai
instrumen yang disebut sistem penganggaran yang berfungsi sebagai alat untuk
mengalokasikan sumber daya dalam bentuk barang dan jasa yang ada ke dalam
masyarakat. Sesuai dengan perkembangan sistem administrasi publik itu sendiri dan
tuntutan masyarakat dalam konteks sistem sosial dan politik tertentu, berkembang pula
sistem penganggaran negara. Dalam sejarah perkembangannya, dikenal beberapa jenis
sistem penganggaran.
Berbagai sistem penganggaran tersebut antara lain ‘Traditional Budgeting’,
‘Performance Budgeting’, ‘Planning Programming Budgeting System’, ‘Zero Based
Budgeting’, dan ‘Medium Term Budgetting Framework’.
1.2 Rumusan masalah
Adapun masalah dalam makalah ini adalah:
1. Apa definisi anggaran sektor publik?
2. Apa fungsi anggaran sektor publik?
3. Apa tujuan dan karakteristik anggaran sektor publik?
4. Apa saja prinsip-prinsip penganggaran sektor publik?
5. Bagaimana pendekatan penganggaran sektor publik?
6. Bagaimana perkembangan teori penganggaran sektor publik?
1
7. Apa itu penganggaran dan SPM?
8. Bagaimana penganggaran di era pra-reformasi?
9. Bagaimana penganggaran di era reformasi?
10. Apa saja agenda di masa mendatang?
1.3 Tujuan penulisan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah agar pembaca dapat mengetahui
bagaimana penganggaran sektor publik di Indonesia.

2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi Anggaran Sektor Publik
Menurut govermental accounting standards board (GASB), definisi anggaran
(budget) adalah rencana operasi keuangan, yang mencakup estimasi pengeluaran yang
diusulkan, dan sumber pendapatan yang diharapkan untuk membiayainya dalam periode
waktu tertentu.
Jenis anggaran sektor publik adalah:
a. Anggaran Negara dan Daerah APBN/APBD (budget of state)
b. Rencana Kegiatan dan Anggaran Perusahaan (RKAP), yaitu anggaran usaha setiap
BUMN/BUMD serta badan hukum publik atau gabungan publik-swasta
Proses penyusunan anggaran sektor publik umumnya disesuaikan dengan peraturan
lembaga yang lebih tinggi. Sejalan dengan pemberlakuan Undang-Undang Nomor 32
Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah dan UU No. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan
Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah, lahirlah tiga paket perundang-undangan,
yaitu UU No. 17/2003 tentang Keuangan Negara, UU No. 1/2004 tentang
Perbendaharaan Negara, dan UU No. 15/2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan
Tanggung Jawab Keuangan Negara dan UU Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional,
yang telah membuat perubahan mendasar dalam penyelenggaraan pemerintahan dan
pengaturan keuangan, khususnya Perencanaan dan Anggaran Pemerintah Daerah dan
Pemerintah Pusat.

2.2 Fungsi Anggaran Sektor Publik


Anggaran berfungsi sebagai berikut:
1. Anggaran merupakan hasil akhir proses penyusunan rencana kerja
2. Anggaran merupakan cetak biru aktivitas yang akan dilaksanakan di masa
mendatang.
3. Anggaran sebagai alat komunikasi intern yang menghubungkan berbagai unit
kerja dan mekanisme kerja antara atasan dan bawahan.
4. Anggaran sebagai alat pengendalian unit kerja.
5. Anggaran sebagai alat motivasi dan persuasi tindakan efektif dan efisien dalam
pencapaian visi organisasi.
6. Anggaran merupakan instrumen politik.
7. Anggaran merupakan instrumen kebijakan fiskal.
3
2.3 Tujuan dan Karakteristik Anggaran Sektor Publik
a. Tujuan anggaran sektor publik
Tujuan anggaran sektor publik dapat dirumuskan sebagai alat akuntabilitas, alat
manajemen, dan instrumen kebijakan ekonomi. Proses akhir penyusunan
anggaran merupakan hasil persutujuan politik, termasuk item pengeluaran harus
disetujui para legislator. Dalam hal ini, pihak unit kerja pemerintah merupakan
pelaksana pengelolaan dana dan program.
b. Karakteristik anggaran sektor publik
a) Anggaran dinyatakan dalam satuan keuangan dan satuan nonkeuangan.
b) Anggaran umumnya mencakup jangka waktu tertentu, satu atau beberapa
tahun
c) Anggaran berisi komitmen atau kesanggupan manajemen untuk mencapai
sasaran yang ditetapkan.
d) Usulan anggaran ditelaah dan disetujui oleh pihak yang berwenang lebih
tinggi dari penyusun anggaran.
e) Sekali disusun, anggaran hanya dapat diubah dalam kondisi tertentu.
2.4 Prinsip-Prinsip Penganggaran
Secara tradisional, prinsip penganggaran yang sangat terkenal adalah apa yang dikenal
dengan ‘The three Es’ yaitu ekonomi yang, Efisien, dan Efektif (Jones dan Pendlebury,
1988).jones menjelaskan bahwa ekonomis hanya berkaitan dengan input, efektivitas hanya
berkaitan dengan outpur, sedangkan efisiensi adalah kaitan antara output dengan input.
dengan demikian prinsip penganggaran terlihat sangat sangat terkait dengan prinsip
akuntansi sektor (public sector accounting)
Dalam perkembangannya, prinsip-prinsip penganggaran sangatlah dinamis,
Munculnya konsep ‘good governance’ sangat menekankan prinsip tranparansi,akutabilitas,
dan partisipasi
TABEL 2.6.1 Prinsip-prinsip penganggaran yang terdapat dalam buku Introducing
Public Administration
Prinsip-Prinsip penganggaran
Prinsip pertama,demokrasi, mengandung makna bahwa makna bahwa anggaran negara (Di
pemerintahan pusat maupun di pemerintahan daerah),Baik yang berkaitan dengan pendapatan
maupun yang berkaitan dengan pengeluaran, harus di tetapkan melalui suatu proses yang

4
mengikutsertakan sebanyak mungkin untuk masyarakarat, selain harus dibahas dan
mendapatkan persetujuan dari lembaga perwakilan rakyat.

prinsip kedua, adil, berarti bahwa anggaran negara haruslah diarahkan secara optimum bagi
kepentingan orang banyak dan secara proposional, dialokasikan bagi semua kelompok dalam
masyarakat sesuai dengan kebutuhannya.
Prinsip ketiga, transparan, yaitu proses perencanaan, pelaksanaan, serta pertanggungjawaban
anggaran negara harus diketahui tidak saja oleh wakil rakyat, tetapi juga oleh masyarakat
umum
Prinsip keempat,bermoral tinggi, berarti bahwa pengelolaan anggaran negara harus berpegang
pada peraturan perundang yang berlaku, dan juga senantiasa mengacu pada etika dan moral
yang tinggi
Prinsip kelima, berhati-hati, berarti bahwa pengelolahan anggaran negara harus secara
berhati-hati, karena jumlah sumber daya yang terbatas dan mahal harganya,Hal ini semakin
terasa penting jika dikaitkan dengan unsur hutang negara.
Prinsip keenam, akuntabel, berarti bahwa pengelolaan keuangan negara haruslah dapat
dipertanggungjawabkan setiap saat secara intern mauoun ekstern kepada rakyat,
Selain keenam prinsip diatas, seperti telah dikemukakan, secara fundamental terhadap
prinsip yaitu bahwa pengelolaan anggaran Negara haruslah senantiasa mencapai tingkat
efesiensi, efektivitas, serta ekonomis yang terlatif tinggi. Sesuai perkembangan jamannya,
sistem penganggaran harus mampu mengakomodasi dinamika prinsip-prinsip tersebut di
atas.
2.5 Pendekatan Penganggaran Sektor Publik
2.5.1 Pendekatan Fungsional
Kerangka pikir Sysrems of National Accounts telah merekomendasi pandangan
pembatasan karakter sebagai:
a. kemandirian penyelenggaraan fungsi pemerintahan
b. diawali dengan batasan kemampuan pemerintahan menanggung pengeluaran
kesejahteraan masyarakat. Apabila seluruhnya, pemerintah memegangkendali penuh,
apabila sebagian pemerintah bekerja dalam mekanisme kolaborasi, kondisi akan
berpengaruh terhadap proses penyusunan anggaran dari berbagai kepentingan formal,
kepentingan hukum, dan kepentingan legislatif.

5
Kepentingan formal merupakan refleksi anggaran sebagai produk dari ensitas yang
mandiri. Ini berarti anggaran disusun melalui proses internal organisasi, kepentingan
hukum merupakan pemberi makna solid bagi anggaran entitas tertentu. Proses penyusunan
anggaran harus dapat menjamin pelaksanaan fungsi anggaran: alokasi, stabilisasi, dan
distribusi. Ini berarti perspektif ekonomi tidak dapat dihilangkan begitu saja dalam setiap
pengkajian anggaran sektor publik.
Alokasi anggaran dikatakan efektif apabila dapat menyeimbangkan berbagai
permintaan didalam pemerintahan, baik dari organisasi sektor swasta dan sektor publik,
dan strategi pencapai tujuan (visi) yang telah ditetapkan. Stabilitas anggaran didasarkan
atas akurasi perhitungan dampak pelaksaan, baik disisi program dan ekonomi. Poin
stabilitas ini terdiri dari akun-akun laporan keuangan, peramalan/asumsi ekonomi, dan
koordinasi moneter.
Distribusi anggaran selalu dikaitkan dengan agen-agen pengeluran publik dan
pelaksanaannya pelayanan publik yang lebih baik. Permasalahan distribusi perlu
dipecahkan agar stabilisasi fiskal dapat tercipta. Kebijakan anggaran merupakan proses
penyesuaian yang ditujukan untuk mengoptimalkan berbagai aktivitas lembaga dasar
sekaligus mengintegrasikan berbagai program. Kesuksesan pelaksanaan anggaran
ditentukan oleh 3 hal, yaitu
1) Kebijakan keuangan secara menyeluruh ditentukan oleh lembaga setingkat departemen
atau lembaga pelaksana tertinggi
2) Kesuksesan anggaran sangat ditentukan oleh dukungan politis berbagai lembaga
3) Akurasi perencanaan, terutama penganggaran, dipengaruhi oleh teknik review
prakiraan anggaran.
TABEL 2.5Faktor penentuan efektifnya suatu anggaran
Faktor Penentu Efektifnya suatau anggaran
KEBIJAKAN KELEMBAGAAN ANGGARAN
a. Pendapatan Tingkat a. konsultasi dan koordinasi a. Tehnik perhitungan prakiraan
Pengangguran dan infansi antar unit kerja pendapatan dan pengeluaran
b. Kebijakan nilai tukar b. kordinasi di dalam unit b. Fleksibiliyas dalam fiskal
kerja
c. kebijakan moneter c. birokrasi c. Tingkat pengeluaran yang
diharapkan

6
d. kebijakan fiskal d. pertimbangan non d. Fasilitas dalam pemberlakuan
ekonomi tingkat pajak
e. mobilisasi sumber daya e. kapabilitas administrasi e. Batas proses anggaran
f.tingkaat pertumbuhan f. Waktu
pengeluaran
g. pengeluaran investasi g. Informasi
h. subsidi h. Manejemen keuangan
i. defisit anggaran i. Waktu yang salah dalam
melepaskan dana
j. Biaya yang terlalu besar
k.Kurangnya fleksibilitas dalam
menggunakan dan
l. Hambatan sumber daya
manusia

Berikutnya, setelah proses penyusunan aggaran, pembahasan akan di lanjutkan ke


proses evaluasi dan analisis anggaran . Proses evaluasi anggaran ditunjukan untuk menguji
konsistensi item pengeluaran dalam kerangka pengeluaran secara menyeluruh. Analisis
dampak ekonomi anggaran dapat dilakukan seperti table diatas Tabel 2.5.1
Tabel 2.5.1 Analisis dampak ekonomi anggaran
Analisis dampak ekonomi anggaran
No Kategori anggaran Dampak permintaan secara menyeluruh
1 PENERIMAAN
Deflasi akan menyebabkan berkurangnya
Pendapatan pajak dan non pajak
sisi permintaan
Dampaknya netral ketika hibah ditunjukan
Hibah
ke pihak luar negeri
2 PENGELUARAN
a. Pengeluaran langsung pada Pengeluaran pemerintah menambah
barang dan jasa dan pembukaan permintaan keseluruhan dan melibatkan
modal klaim sumber daya
Secara umum akan berdampak pada kas
b. Pembayaran transfer
pendapatan rumah tangga

7
Ekspansi akan menyebabkan peningkatan
c. Peminjaman bersih
permintaan secara keseluruhan
3 DEFISIT (1-2)
4 Secara umum akan berdampak ekspansi,
DIBIAYAI OLEH HUTANG
tetapi menguntungkan dan mempunyai
LUAR NEGERI
dampak ke neraca pembayaran
5 Hutang luar negeri
a. Rumah tangga swasta Akan terjadi pengurangan kekuatan pembeli
b.Bank komersial Tidak akan ada dampak ekspansi
Ekspansi akan berdampak pada sisi
c.Bank sentral
permintaan

Dari tabel tersebut, fokus analisis anggaran adalah penghitungan surplus deficit.
Apabila terjadi surpul, proses distribusi akan menjadi permasalahan tambahan. Apabila defisit,
proses pembelanjaan akan menjadi perkerjaan tambahan. Dengan struktur demikian,
penyusunan anggaran lebih dikaitkan dengan proses aliran kas . Penilaian kinerja anggaran
dapat digambarkan seperti terlihat pada Tabel 2.5.2
Tabel 2.5.2 Keseimbangan anggaran (Balanced Budget)
Kesembangan Anggaran (Balance Budget)
Penerimaan Pengeluaran
a. Pendapatan (Pajak dan non pajak) c. Pengeluaran saat ini
d.Akuisisi aktivi keuangan
b. Pinjaman bersih
dan aktiva riil selain kas
e. Peningkatan atau
penurunan uang kas
A+B=C+D+E
Berbagai variable penerimaan dan pengeluaran perlu dieksplorasi untuk menjaga
keseimbangan anggaran, Di bagian penerimaan, variable yang harus di perhatikan adalah
pendapat dan penerimaan kas serta pinjaman bersih, sedangkan di bagian pengeluaran variable
yang harus dikendalikan adalah pengeluaran kas, akuisisi aktiva kas dan nonkas, serta
perubahan saldo kas.keseimbangan ini dilakukan untuk stabilisasi anggaran dan, akhirnya,
ekonomi secara keseluruhan.

8
2.5.2 Pendekatan Pengambilan Keputusan
Ditinjaukan dari aspek ekonomi penyusunan dan analisis anggaran, informasi dan
komunikasi harus disaring dalam besaran ekonomi yang diartikan sebagai wujud dari
kesejahteraan masyarakat. Dalam praktiknya, anggaran merupakan kumpulan
prosespengambilan keputusan terhadap kehidupan dan tujuan oganisasi. Oleh karena itu,
pembahasan anggaran sebagai alat optimisasi perlu dikaji secara tersendiri.
Proses anggaran biasanya mempunyai standar prosedur. Pengambilan keputusan itu
sendiri merupakan proses gabungan dan elemen-elemen disiplin ekonomi, ilmi politik,
psikologi, dan administrasi public. Akibatnya, keputusan anggaran merupakan suatu seni.
Pengambilan keputusan anggaran dapat dibedakan menjadi rasional dan penyesuaian dan
bertahap, yang akan dijelaskan dala tabel 2.5.3
Tabel 2.5.3
Perbedaan dalam Pendekatan Pengambilan Keputusan
Perbedaan dalam
Pendekatan
Rasional Penyesuaian/bertahap
Pengambilan
Keputusan
Keterkaitan Teori ekonomi yang Konsep pluralis pemerintah
tradisional yang demokratis

Tipe Pendekatan Pendekatan tujuan dan Proses penyesuaian antar


pengukuran alternatif individu dan kelompok yang
tujuan mempunyai nilai ekonomi dan
tingkat kekuasaan berbeda
Kritik survei alternatif tidak proses negosiasi akan menjadi
dimungkinkan' dasar pengambilan keputusan,
dan kompromi tujuan menjadi
dasar penilaian prestasi

2.6 Perkembangan Teori Penganggaran Sektor Publik


Sistem penganggaran telah berkembang sesuai dengan pencapaian kualitas yang
semakin tinggi. Berikut ini sejumlah jenis anggaran yang penting untuk diketahui.
2.6.1 Line Item Budgeting

9
Line item budgeting adalah penyusunan anggaran yang didasarkan pada dan dari
mana dana berasal (pos-pos penerimaan) dan untuk apa dana tersebut digunakan
(pos-pos pengeluaran). Jenis anggaran ini relatif dianggap paling tua dan banyak
mengandung kelemahan atau sering pula disebut ‘traditional budgeting’. Walaupun
tak dapat disangkal, ‘line item budgeting’ sangat populer penggunaannya karena
dianggap mudah untuk dilaksanakan.
Tabel 2.6.1 Sistem penganggaran line item
Karakteristik Keunggulan Kelemahan
1. Titik berat perhatian 1. Relatif mudah 1. Perhatian terhadap laporan
pada segi pelaksanaan dan menelusurinya pelaksanaan anggaran
pengawasan penerimaan dan pengeluaran
sangat sedikit
2. Penekanan hanya pada 2.Mengamankan komitmen di 2. Diabaikannya pencapaian
segi administrasi antara partisipan sehingga prestasi realisasi penerimaan
dapat mengurangi konflik dan pengeluaran yang
dianggarkan
3. Para penyusun anggaran
tidak memiliki alasan rasional
dalam menetapkan target
penerimaan dan pengeluaran

Contoh penerapan : Diterapkan oleh semua pemerintah daerah di Indonesia


berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 5 Tahun 1975 tentang
pertanggungjawaban dan pengawasan keuangan daerah
2.6.2 Incremental Budgeting
Incremental budgeting adalah sistem anggaran belanja dan pendapatan yang
memungkinkan revisi selama tahun berjalan, sekaligus sebagai dasar penentuan
usulan anggaran peroide tahun yang akan datang.
Tabel 2.6.2

kelemahan

1. Mengatasi rumitnya proses Sama halnya dengan sistem


penyusunan anggaran anggaran line-item

10
2. tidak memerlukan pengetahuan yang
terlalu rumit untuk memahami
program-program baru.
3. Dapat mengurangi konflik
Contoh penerapan : penerapan prinsip “anggaran berimbang dan dinamis”
2.6.3 Planning Programming Budgeting System
Sebagai reaksi terhadap berbagai masalah fundamental yang dihadapi oleh line-item
budgeting muncullah sistem penganggaran baru yang akan dibahas setelah
pembahasan PPBS.
Planning Programming Budgeting System adalah suatu proses perencanaan,
pembuatan progra, dan penganggaran yang terkait dalam suatu sistem sebagai
kesatuan yang bulat dan tidak terpisah-pisah, dan di dalamnya terkandung
identifikasi tujuan organisasi atas permasalahan yang mungkin timbul. PPBS
berusaha merasionalkan proses pembuatan anggaran dengan cara menjabarkan
rencana jangka panjang ke dalam program-program, sub-sub program, serta
berbagai proyek.
Tabel 2.6.3
keunggulan kelemahan
1. Menggambarkan tujuan organisasi yang 1. Merupakan proses multikompleks
lebih nyata dan membantu pimpinan dalam dan memerlukan banyak perhitungan
membuat keputusan yang menyangkut usaha dan analisis
pencapaian tujuan
2. Menghindari adanya pertentangan dan 2. Memerlukan pengelola yang ahli dan
overlaping program serta mewujudkan memiliki kualitas yang tinggi.
sinkronisasi dan integrasi antar aparat
organisasi dalam proses perencanaan
3. Alokasi sumber daya yang lebih efisien dan 3. Terlalu kompleks, baik secara teknis
efektif berdasarkan analisis manfaat dan biaya maupun praktis
untuk mencapai tujuan
Contoh penerapan : Program jasa sosial pada ‘anak-anak dan keluarga ‘cacat
jasmani’, ‘perawatan anggaran tua’, ‘cacat mental’, dan sebagainya
2.6.4 Zero Based Budgeting
Lahirnya ZBB merupakan jawaban atas rasionalisasi proses pembuatan anggaran.
Zero Based Budgeting merupakan sistem anggaran yang didasarkan pada perkiraan

11
kegiatan, bukan pada apa yang telah dilakukan di masa lalu. Setiap kegiatan akan
dievaluasi secara terpisah. Tiga langkah penyusunan ZBB adalah:
1. Identifikasi unit keputusan
2. Membangun paket keputusan
3. Mereview peringkat paket keputusan.
2.6.5 Performance Budgeting
Sebenarnya, performance budgeting diperkenalkan pertama kali di Amerika Serikat
pada tahun 1949, tetapi praktiknya mengalami kegagalan. Namun, pada reformasi
anggaran tahun 1990an, beberapa karakteristik penting dari performance budgeting
dianggap sangat bermanfaat dan kemudian dikembangkan bersama dalam konteks
reformasi administrasi publik.
Performance budgeting (anggaran yang berorientasi pada kinerja) adalah sistem
penganggaran yang berorientasi pada ‘output’ organisasi dan berkaitan sangat erat
dengan Visi, Misi, dan Rencana Strategis Organisasi
Tabel 2.6.5
Ciri-Ciri Pokok Keunggulan Kelemahan
1. Secara umum sistem 1. Memungkinkan 1. Tidak semua kegiatan
ini mengandung tiga pendelegasian dapat distandarisasikan
unsur pokok, yaitu : wewenang dalam 2. Tidak semua hasil
(pengeluaran pemerintah pengambilan keputusan kerja dapat diukur secara
diklasifikasikan menurut 2. Merangsang kuantitatif
program dan kegiatan, partisipasi dan 3. Tidak jelas mengenai
Performance measurment memotivasi unit kerja siapa pengambil
dan program reporting melalui proses keputusan dan siapa yang
2. titik perhatian lebih pengusulan dan menanggung beban atas
ditekankan pada penilaian anggaran yang keputusan.
pengukuran hasil kerja, bersifat faktual
bukan pada pengawasan. 3. membantu fungsi
3. Setiap kegiatan harus perencanaan dan
dilihat dari sisi efisiensi mempertajam
dan memaksimumkan pembuatan keputusan
output 4. memungkinkan
alokasi dana secara

12
4. bertujuan untuk optimal dengan
menghasilkan informasi didasarkan efisiensi unit
biaya dan hasil kerja yang kerja
dapat digunakan untuk 5.Menghindari
penyusunan target dan pemborosan
evaluasi pelaksanaan
kerja.

2.6.6 Medium Term Budgeting Framework (MTBF)


Medium Term Budgeting Framework (MTBF) adalah suatu kerangka strategi
kebijakan pemerintah tentang anggaran belanja untuk departemen dan lembaga
pemerintah non departemen. Kerangka ini memberikan tanggung jawab yang lebih
besar kepada departemen untuk penetapan alokasi dan penggunaan sumber dana
pembangunan. Di Indonesia, pengalokasian dana masih merupakan hal yang
didominasi aspek politik.
Tabel 2.6.6 Tujuan dan sasaran MTBF
Tujuan dari MTBF Sasaran dari MTBF
1. Keseimbangan makroekonomi 1. Menciptakan keseimbangan
dengan mengembangkan konsis- ekonomi makro dengan cara
tensi dan kerangka kerja sumber mengembangkan kerangka
daya secara realistis sumber daya yang konsisten dan
2. Alokasi penggunaan sumber daya realistis.
untuk prioritas strategi antar sektor 2. Meningkatkan alokasi sumber
dan dalam sektor. daya melalui strategi prioritas
lintas sektoral;
3. Meningkatkan kemampuan untuk
memperkirakan ke-bijakan
pembiayaan, sehingga
departemen dapat lebih awal
merencanakan program yang
berkelanjutan
4. Memberikan anggaran yang ketat
terkait kewenangan unit kerja

13
dalam menggunakan sumber daya
secara efektif dan efisien

2.7 Penganggaran Dan Standar Pelayan Minimal (SPM)


Tujuan penyusunan anggaran adalah untuk mendukung terselenggaranya penyediaan
pelayanan dasar yang bermuara pada penciptaan kesejahteraan masyarakat. Menurut
permendagri nomor 6 tahun 2007 pasal 4 pelayanan dasar adalah bagian dari pelaksanaan
urusan wajib pemerintah dan memiliki karakteristik sebagai pelayanan yang sangat
mendasar, berhak di peroleh oleh setiap warga secara minimal, dijamin ketersediaannya
oleh konstitusi dan konvensi internasional, didukung data dan informasi terbaru yang
lengkap, serta tidak menghasilkan keuntungan materi. SPM memiliki batas waktu
pencapaian baik secara nasional maupun daerah jadi, SPM merupakan bentuk dokumen
teknis dari penyediaan pelayanan dasar, sedangkan pelayanan dasar merupakan bagian dari
urusan wajib pemerintah. Pada konteks pemerintah daerah, rencana pencapaian SPM
dituangkan dalam rencana pembangunan jangka menengah daerah dan rencana strategis
satuan kerja perangkat daerah (renstra-SKPD).
Target pencapaian SPM harus dapat diukur dengan cara menetapkan gambaran dan
kondisi awal suatu daerah berdasarkan kemampuan dan potensi daerah serta profil
pelayanan dasar dan memberikan target pencapaian dalam batas waktu yang ditentukan.
Target ayng telah di capai akan menjadi dasar dalam mencapai target dimasa mendatang
target tahunan pencapaian SPM dituangkan ke dalam rencana kerja pemerintah daerah
(SKPD), rencana kerja satuan kerja perangkat daerah (renja SKPD), kebijakan umum
anggaran (KUA), rencana kerja dan anggaran satuan kerja perangkat daerah (RKA-SKPD)
sesuai klasifikasi belanja daerah dengan mempertimbangkan kemampuan keuangan
daerah. Selanjutnya RKA-SKPD yang sudah memuat berbagai program dan kegiatan
terkait SPM menjadi bahan penyusunan raperda APBD hingga penetapan perda APBD.
Dalam mengukur kemampuan keuangan, pemerintah harus mengetahui anggaran
sebelum diimplementasikannya SPM. Anggaran memiliki peran penuh dalam
implementasi SPM. Oleh karena itu, perlu untuk menghitung besarnya belanja perkapita
untuk menyediakan pelayanan publik tertentu sehingga dapat memberikan gambaran
kebutuhan anggaran yang diperlukan untuk membiayai SPM. Analisis kebutuhan anggaran
ini kemudian di selaraskan dengan target SPM yang telah di tetapkan. Setiap program yang
memuat kegiatan dapat dihitung kebutuhan anggarannya dengan menggunakan analisis
standar belanja (ASB)
14
Adapun tahapan mekanisme penganggaran kegiatan-kegiatan untuk mencapainya SPM
adalah sebagai berikut :
a. Menyelaraskan antara capaian SPM yang terdapat di RPJMD dengan program-program
urusan wajib pemerintah ke dalam kebijakan umum anggaran ( KUA) serta prioritas
dan plafon anggaran sementara (PPAS).
b. Menyusun rincian kegiatan untuk masing-masing program dalam rangka pencapaian
SPM dengan mengacu pada indicator kinerja, dan batas waktu pencapaian SPM yang
telah ditetapka oleh pemerintah.
c. Menentukan urusan prioritas kegiatan-kegiatan untuk mencapai SPM. Salah satu
metode untuk menentukan prioritas kegiatan adalah dengan metode analytic hierarchy
process (AHP).
d. Menentukan besarnya plafon anggaran untuk masing-masing kegiatan dengan
menggunakan ASB.
Sebagaimana dijelaskan diatas, penganggaran memiliki peranan yang penting dalam
kesuksesan penerapan SPM. Tanpa anggaran yang memadai dan mencukupi, pemerintah
tidak dapat melaksanakan SPM sesuai dengan yang telah ditetapkan. Oleh karena itu, harus
memperhatikan prinsip-prinsip perhitungan anggaran pada SPM, meskipun menggunakan
pendekatan pembiayaan berbasis kegiatan sebagai berikut :
1) Pembiayaan mengacu kepada program atau langkah kegiatan.
2) Investasi fisik hanya untuk sarana/prasarana yang terkait langsung dengan penerapan
SPM.
3) Tidak menghitung kebutuhan belanja secara keseluruhan dan menghitung seluruh
langkah kegiatan tanpa memandang sumber biaya.
4) Perhitungan kebutuhan biaya dengan memperhatikan capaian tahun sebelumnya.
5) Tidak menghitung kebutuhan belanja perunit kerja.
2.8 Penganggaran Di Era Pra-Reformasi
Pada era reformasi pengelolaan keuangan masih didasarkan pada aturan yang ada dalam
undang-undang perbendaharaan Indonesia (ICW) dan Undang-undang yang berlaku adalah
UU Nomor 5 tahun 1974 yang berisikan pokok pemerintah daerah yang didukung oleh
beberapa aturan pelaksanaan lainnya, Halim dan Kusufi (2016: 69).
Beberapa inti di era reformasi yang terkait dengan penganggaran dan sistem anggaran
yaitu proses penyusunan anggaran masih menggunakan sistem tradisional dengan
berdasarkan pada pendekatan inkrimental dan line item, pertanggung jawaban ditekankan
pada setiap input. Sistem pembukuan yang dilakukan masih menggunakan tata buku
15
tunggal berbasis kas, penyusunan anggaran dan pembukuan saling berhubungan dan
mempengaruhi mengakibatkan penghitungan anggaran membutuhkan waktu lama, Halim
dan Kusufi (2016: 70).
2.9 Penganggaran Di Era Reformasi
Pada era pasca-reformasi terdapat dua paket undang-undang yang mengatur
pengelolaan keuangan yaitu UU Nomor 22 Tahun 1999 dan UU Nomor 25 Tahun 1999
yang membahas mengenai perimbangan pemerintah pusat dan daerah, yang didukung oleh
beberapa aturan pelaksanaan lainnya, Halim dan Kusufi (2016: 71)
Beberapa inti pembahasan di era reformasi, yang terkait dengan sistem anggaran yaitu
adanya tuntutan akuntabilitas dan transparansi pengelolaan keuangan sehingga sistem
penganggaran mulai menerapkan anggaran kinerja yang penekanan pertanggung jawaban
didasarkan pada output dan outcome, adanya penerapan value for money yang
menekankan pada ekonomis, efisiensi dan efektifitas. Inti penting lainnya yaitu
diterapkannya konsep pertanggungjawaban yang terdiri dari pusat pendapatan, pusat biaya,
pusat laba dan pusat investasi. Selain itu juga terjadi perubahan dalam sistem akuntansi
pemerintahan yang mulai menerapkan double entry dengan berbasis kas modifikasian,
Halim dan Kusufi (2014: 5-6).
2.9.1 Penganggran Di Era Reformasi Lanjutan (Kondisi Saat Ini)
Merupakan kondisi saat ini sistem dari pengelolaan keuangan negara.
Terdapat tiga paket Undang-Undang tentang keuangan negara yaitu UU
Nomor 17 Tahun 2003 tentang KeuanganNegara, UU Nomor 1 Tahun 2004
tentang Perbendaharaan Negara, dan UU Nomor 15 Tahun 2004tentang
Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggungjawab keuangan Negara. Sistem
anggaran saat iniyang diterapakan adalah sistem anggaran berbasis kinerja yang
diungkapkan secara jelas dalamUU Nomor 17 Tahun 2003 Bab 3 dalam pasal
11 sampai dengan pasal 15 dan dalam penjelasanatas UU No. 17 Tahun 2003
Bagian 1 Nomor 6 paragraf keempat.Sistem anggaran yang saat ini digunakan
secara rinci dijelaskan dalam Bab 3 UU Nomor 17 Tahun 2003, berikut akan
dipaparkan penjelasan penting di dalam Bab 3 UU Nomor 17 Tahun 2003.
Gambaran umum Pembahasan dalam Bab 3 UU Nomor 17 Tahun 2003:
Bahasan utama dalam Bab 3 mengenai penyusunan dan penetapan APBN/APBD
dalam undang-undang yang meliputi : penegasan tujuan dan fungsi penganggaran
pemerintah, penegasan peran DPR/DPRD dan pemerintah dalam proses
penyusunan dan penetapan anggaran, pengintegrasian sistem akuntabilitas kinerja
16
dalam sistem penganggaran, penyempurnaan klasifikasi anggaran, penyatuan
anggaran, dan sebagainya.
Anggaran sebagai alat akuntabilitas, manajemen, dan kebijakan ekonomi.
Sebagai instrumen kebijakan ekonomi anggaran berfungsi untuk mewujudkan
pertumbuhan dan stabilitas perekonomian serta pemerataan pendapatan dalam
rangka mencapai tujuan bernegara.
Sejalan dengan upaya untuk menerapkan secara penuh anggaran berbasis
kinerja di sektor publik, perlu dilakukan perubahan klasifikasi anggaran agar sesuai
dengan klasifikasi yang digunakan secara internasional. Adanya perubahan dalam
pengelompokan transaksi pemerintah.

Pembahasan Sebelum Setelah adanya Undang-Undang Keuangan Negara


ada Prareformasi Pasca- Pasca-Reformasi
Undang- UU No. 5 Tahun Reformasi Lanjutan
Undang 1974 (saat ini)
(2 Paket UU-
Otonomi (3 Paket UU-
Daerah) Keuangan Negara)

 UU No 22  UU Nomor 17
Tahun Tahun
1999 2003 (Keuangan
 UU Nomor Negara)
25 Tahun  UU Nomor 1
1999 Tahun 2004
(Perbendaharaan
Negara)
 UU Nomor 15
Tahun 2004
(pemeriksaan
pengelolaan dan
tanggungjawab
keuangan negara)

17
Sistem Kolonial Sistem Anggaran Sistem Sistem Anggaran
Anggaran – Belanda Tradisional Anggaran Berbasis
Penganggaran (Pendekatan Berbasis Kinerja (berdasarkan
yang Inkrimental dan Kinerja UU No. 17 Tahun
digunakan Line item) 2003, Bab 3 dalam
pasal 11 sampai
dengan pasal 15 dan
dalam penjelasan atas
UU No. 17 Tahun
2003 Bagian 1 nomor
6 paragraf ke empat)
Fokus  Alokasi  Input,  Input, output dan
Input output dan outcome
outcome  Value for money
 Pengendalian  Value for (Ekonomis,
pengeluaran money efisiensi,
(Ekonomis, efektifitas)
efisiensi,  Analisis standar
efektifitas) belanja dan
standar pelayanan
minimal
Sistem Kolonial Single entry Doble Doble entry berbasis
Akuntansi Belanda entry berbasis semi akrual
kas
modifikasian

2.10 Agenda di Masa Mendatang


Fungsi anggaran digunakan untuk menentukan pendapatan dan pengeluaran, bentuk
dan melaksanakan kebijakan, menyediakan informasi publik dan untuk memastikan
pengendalian hukum. Selain itu, pertimbangan ekonomi menunjukkan bahwa anggaran
memiliki beberapa fungsi seperti dalam alokasi, distribusi dan stabilisasi.
Peran anggaran tergantung pada sistem anggaran yang telah didukung oleh struktur
anggaran dan klasifikasi. Peningkatan yang cepat dalam belanja publik dan kompleksitas

18
dalam kegiatan pemerintah telah membuat fungsi manajerial sangat sulit. Akibatnya sistem
penganggaran tradisional yang diadopsi tidak bisa menanggapi variabel ini untuk
memastikan efisiensi dan efektivitas dalam pelaksanaan rencana pembangunan. Dengan
demikian, teknik penganggaran alternatif Perencanaan, Pemrograman dan Penganggaran
Sistem dan Zero Base Penganggaran dikembangkan.
Namun, pelaksanaan Perencanaan, Pemrograman dan Penganggaran System (PPBS) dan Zero
Base Anggaran (ZBB) di organisasi sektor publik telah tampaknya sudah sulit, dan pengalaman
telah mengecewakan. Masalah utama dalam menerapkan sistem-sistem penganggaran adalah itu,
sulit untuk menentukan tujuan, dan mengukur output.. Hal ini karena tujuan yang ambigu dan
output yang tidak terukur Sejak, dalam kegiatan pemerintah, tujuan biasanya ambigu, dan output
akhir tidak terukur, efek dari intervensi tidak diketahui dan kegiatan ini sering berulang. Dengan
kata lain, mereka tidak bisa membawa perubahan dalam fungsi perencanaan dan penganggaran.

19
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Anggaran (budget) adalah rencana operasi keuangan, yang mencakup estimasi
pengeluaran yang diusulkan, dan sumber pendapatan yang diharapkan untuk
membiayainya dalam periode waktu tertentu.
3.2

20
21

Anda mungkin juga menyukai