Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH

ANALISIS PENGEMBANGAN DAN OPTIMALISASI APBN DENGAN


TINJAUAN KEBIJAKAN, POLITIK , SERTA PENGARUH PAJAK

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 4

1. MUHAMMAD DWI SEPTIANSYAH (B1A122138)


2. MUHAMMAD RAIHAN WABULA (B1A122141)
3. NADYAH TESHA MONITA (B1A122147)
4. NEVI AULIA (B1A122150)
5. NURAZIZAH (B1A122153)
6. WA ODE NICKEN KARTIKA AYU (B1A122177)
7. WA ODE SITI RESTIANA (B1A122178)

UNIVERSITAS HALU OLEO


ILMU EKONOMI DAN STUDI PEMBANGUNAN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
KENDARI
2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadirat ALLAH SWT. yang telah melimpahkan rahmat
dan karunia nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini . Tak lupa juga
kami sampaikan shalawat serta salam kepada junjungan kita Nabi Muhammad
SAW. yang telah membawa umatnya ke alam berilmu pengetahuan seperti
sekarang ini .
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan kita sebagai penulis maupun pembaca. Kami
menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih terdapat banyak
kekurangan. Mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata kata yang kurang
berkenan .

Kendari, 16 November 2023

Tim penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................................ii
DAFTAR ISI...........................................................................................................iii
BAB I
PENDAHULUAN.........................................................................................1
1.1 Latar
Belakang..............................................................................................1
1.2 Rumusan
Masalah.........................................................................................2
1.3 Tujuan...........................................................................................................2
BAB II
PEMBAHASAN..........................................................................................3
2.1 Optimalisasi APBN dan Kebijakan Efesiensi Belanja
Negara.....................3
2.2 Kewenangan Menteri Keuangan Dalam Anggaran Pembangunan..............8
2.3 Kebijakan Fiskal.........................................................................................10
2.4 Politik Anggaran.........................................................................................12
2.5 Dampak Pajak Terhadap Pendapatan dan Konsumsi.................................13
BAB III PENUTUP................................................................................................16
3.1 Kesimpulan................................................................................................16
3.2 Saran...........................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................19
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

APBN merupakan sebuah rencana mengenai kerja pemerintahan dalam


rangka meningkatkan hasil-hasil pembangunan secara berkesinambungan serta
melaksanakan kemajuan bangsa. APBN dapat mewujudkan pertumbuhan dan
stabilitas perekenomian serta pemerataan pendapatan dalam rangka mencapai
kemajuan suatu Negara. Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara sebagai
pedoman penerimaan dan pengeluaran suatu Negara dalam melaksanakan
kegiatannya. Penerimaan suatu pemerintahan dapat bersumber dari penerimaan
dalam negeri dan hibah. Salah satu sumber penerimaan Negara yaitu penerimaan
pajak. Penerimaan pajak dalam sebuah Negara mempunyai andil besar dalam
kemajuan suatu Negara. Pajak merupakan alat bagi pemerintah dalam mencapai
tujuan untuk mendapatkan penerimaan, baik yang bersifat langsung maupun tidak
langsung dari masyarakat guna membiayai pengeluaran rutin serta pembangu an
nasional dan ekonomi nasional. Kemajuan suatu Negara dilihat dari faktor
pembangunan nasional yang baik. Pembangunan nasional merupakan upaya
dalam meningkatkan berbagai aspek kehidupan masyarakat, bangsa, dan Negara
dalam melaksanakan tugas guna mewujudkan tujuan nasional.
Pembangunan mencangkup beberapa aspek kehidupan masyarakat, yaitu:
pembangunan dalam bidang ekonomi, sosial budaya, politik, dan pertahanan
nasional yang dilakukan secara berencana, menyeluruh, terarah, terpadu, bertahap,
dan berkelanjutan guna meningkatkan kemajuan bangsa Indonesia. Oleh karena
itu, pembangunan nasional merupakan alat ukur untuk terus menerus
memperbaiki dan meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran rakyat Indonesia.
Pembangunan yang direncanakan pemerintah membutuhkan dana yang tidak
sedikit. Penerimaan dana terbesar pemerintah berasal dari pemungutan pajak, baik
pajak pusat maupun pajak daerah. Pajak merupakan komponen penting dalam
penerimaan Negara. Dengan pajak, pembangunan di segala bidang akan
terlaksana.

1.2 Rumusan Masalah


1) Bagaiamana cara mengoptimalisasi dan kebijakan efesiensi APBN
2) Bagaimana Peran dan wewenangan menteri keuangan dalam anggaran
pembangunan di indonesia
3) Bagaiamana peran kebijakan fiskal
4) Apa itu politik anggaran?
5) Bagaimana pengaruh atau dampak pajak terhadap pendapatan dan
konsumsi?
1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari pembuatan makalah guna mengetahui beberapa point
dan aspek diantara yaitu:
1) Mengoptimalisasi dan mengefesiensi APBN serta mengetahui kebijakan
yang diterapkan dalam rancangan APBN
2) Peran dan wewenang menteri keuangan dalam anggaran pembangunan di
indonesia
3) Peran kebijakan fiskal
4) Politik anggaran di suatu negara
5) pengaruh atau dampak pajak terhadap pendapatan dan konsumsi
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Optimalisasi APBN dan Kebijakan Efesiensi Belanja Negara
APBN (Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara) adalah rencana
keuangan pemerintah yang mencakup estimasi pendapatan dan alokasi belanja
untuk satu tahun anggaran. APBN merupakan instrumen penting dalam
pengelolaan keuangan negara dan digunakan untuk mencapai tujuan ekonomi,
sosial, dan politik negara.
APBN terdiri dari dua komponen utama, yaitu pendapatan dan belanja
negara. Pendapatan negara berasal dari berbagai sumber, seperti pajak,
penerimaan dari sektor publik, pinjaman, dan sumber pendapatan lainnya.
Pendapatan ini digunakan untuk membiayai belanja negara.
Belanja negara mencakup berbagai sektor dan program, seperti
infrastruktur, pendidikan, kesehatan, pertahanan, subsidi, dan sektor-sektor
lainnya. Belanja negara juga mencakup pembayaran utang dan bunga utang.
Alokasi belanja negara didasarkan pada kebutuhan dan prioritas nasional, serta
kebijakan pemerintah.
APBN memiliki beberapa tujuan utama yaitu ;
1. APBN digunakan untuk mencapai keseimbangan antara pendapatan dan
belanja negara. Tujuan ini penting untuk menjaga stabilitas keuangan
negara dan mencegah defisit atau surplus yang berlebihan.
2. APBN digunakan untuk mencapai efisiensi dan efektivitas dalam
penggunaan sumber daya publik. Hal ini melibatkan pengalokasian dana
publik secara bijaksana dan sesuai dengan kebutuhan dan prioritas
nasional.
3. Ketiga, APBN digunakan untuk mencapai tujuan ekonomi, sosial, dan
politik negara. APBN dapat digunakan untuk mendorong pertumbuhan
ekonomi, mengurangi kesenjangan sosial, meningkatkan kesejahteraan
masyarakat, dan mencapai tujuan pembangunan nasional.
Dalam proses penyusunan APBN, pemerintah melakukan analisis dan
perencanaan yang matang. Proses ini melibatkan berbagai tahap, seperti estimasi
pendapatan, identifikasi kebutuhan dan prioritas, alokasi belanja, pengendalian
belanja, dan evaluasi dampak. Pengelolaan APBN yang baik membutuhkan
transparansi, akuntabilitas, dan partisipasi publik. Pemerintah perlu melibatkan
berbagai pemangku kepentingan, seperti parlemen, akademisi, dan masyarakat
sipil, dalam proses pengambilan keputusan terkait APBN. Dengan pengelolaan
APBN yang baik, diharapkan pemerintah dapat mencapai keseimbangan antara
pendapatan dan belanja negara, serta mencapai tujuan ekonomi, sosial,
dan politik negara.
Fungsi APBN menurut Undang-undang No. 17 Tahun 2003, yaitu sebagai
berikut:
1. fungsi otorisasi, arti bahwa anggaran negara menjadi dasar untuk
melaksanakan pendapatan dan belanja pada tahun yang bersangkutan
2. fungsi perencanaan, arti bahwa negara dapat menjadi pedoman untuk
merencanakan kegiatan pada tahun tersebut
3. fungsi pengawasan, arti anggaran negara harus menjadi pedoman untuk
menilai apakah kegiatan penyelenggaraan pemerintahan negara sesuai
dengan ketentuan yang telah ditetapkan
4. fungsi alokasi, berarti bahwa anggaran negara harus diarahkan untuk
mengurangi pengangguran dan pemborosan sumber daya serta
meningkatkan efisiensi dan efektivitas perekonomian
5. fungsi distribusi, berarti bahwa kebijakan anggran negara harus
memperhatikan rasa keadilan dan kepatutan
6. fungsi stabilisasi, berarti bahwa anggaran pemerintah telah menjadi alat
untuk memelihara dan mengupayakan keseimbangan
fundamental perekonomian.
Dalam memberikan kemakmuran bagi seluruh rakyat Indonesia, selain
dengan menyusun skala prioritas pembangunan yang selaras dengan RPJP dan
RPJMN sebagaimana tertuang dalam UU nomor 17 tahun 2007, Pemerintah
Daerah saat ini pun memiliki peran yang penting dalam menjawab berbagai
masalah-masalah tersebut, dimana sejak berlangsungnya era Otonomi Daerah,
Pemerintah Daerah (Provinsi maupun Kabupaten/Kota) dituntut untuk dapat lebih
optimal dalam menggali potensi PAD yang ada di daerahnya sehingga dalam
membiayai pembangunan di daerahnya tidak terlalu tergantung pada dana-dana
dari Pemerintah Pusat. Dalam menggali setiap potensi yang baru dibutuhkan
perubahan budaya dalam organisasi. Menurut (Arifudin, 2020) bahwa organisasi
yang baik, tumbuh dan berkembang akan menitikberatkan pada sumber daya
manusia (human resources) guna menjalankan fungsinya dengan optimal,
khususnya menghadapi dinamika perubahan lingkungan yang terjadi.Seiring
dengan diberlakukannya Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintah Daerah (telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014
tentang Pemerintahan Daerah selanjutnya telah diubah kembali dengan Peraturan
Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2014 tentang Perubahan
Atas Undang-undang Nomor 23
Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah) yang salah satunya mengatur tentang
Otonomi Daerah, Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah
dan Retribusi Daerah, serta Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang
Perimbangan Keuangan antara Pusat dan Daerah maka setiap daerah diberikan
kesempatan untuk menggali potensi daerahnya masing-masing guna
meningkatkan PAD.
Dalam rangka mengoptimalkan penerimaan negara melalui sinkronisasi
dan sinergitas antara APBN dan APBD untuk membiayai pembangunan baik di
pusat maupun di daerah, maka dalam makalah ini penulis mengusulkan beberapa
langkah sebagai berikut :
1. Mengoptimalkan Sektor Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP)
Dalam APBN, selama ini dikenal 4 kategori besar PNBP, yaitu penerimaan
sumber daya alam, pendapatan bagian laba BUMN, PNBP lainnya dan pendapatan
Badan Layanan Umum (BLU). Tidak berbeda jauh dengan pengelolaan
perpajakan, pengelolaan PNBP juga belum dikelola secara optimal sehingga
kontribusinya terhadap anggaran negara juga kurang maksimal. Untuk
mengoptimalkan kontribusi PNBP terhadap penerimaan negara, maka diperlukan
beberapa terobosan atau langkah strategis yang harus ditempuh oleh pemerintah
saat ini. Langkah yang harus pertama kali diambil oleh pemerintah adalah
melakukan penyempurnaan proses bisnis pengelolaan PNBP terutama mekanisme
pemungutan, perhitungan, penyetoran dan sanksi dalam pengelolaan PNBP
tersebut. Dengan begitu diharapkan PNBP yang dibayarkan oleh para wajib bayar
bisa lebih akurat, transparan dan akuntabel. Selain itu, untuk mengoptimalkan
penerimaan negara dari sektor PNBP dapat dilakukan melalui sinkronisasi dan
sinergitas antara APBN dan APBD, misalnya sektor PNBP di bidang administrasi
pertanahan.
2. Meningkatkan Koordinasi dan Kerjasama di Sektor Penerimaan antara
Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah.
Kerjasama dan koordinasi di sektor penerimaan antara APBN dan APBD
harus makin ditingkatkan. Antara lain perlu dilakukan monitoring terhadap
pembayaran pajak melalui APBD dan penerapan pajak-pajak daerah yang tidak
memberatkan atau terjadi duplikasi. Diperlukan sebuah sistem kerjasama untuk
optimalisai penerimaan pajak di pusat maupun daerah.
a) Kajian Mendalam terhadap Aturan Pajak
Dalam pasal 23A UUD Negara Republik Indonesia dinyatakan bahwa
pajak dan pungutan lain yang bersifat memaksa untuk keperluan negara di atur
dengan Undang-Undang. Sehubungan hal dimaksud, perlu dikaji lebih mendalam,
apakah seluruh undang-undang yang menyangkut perpajakan dan pungutan lain
tersebut telah memenuhi ketentuan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat,
atau bahkan membebani rakyat secara tidak proporsional dan tidak adil. Karena
kita sadari, bahwa segala bentuk pajak dan pungutan untuk negara pada dasarnya
merupakan bentuk partisipasi rakyat dalam bersama-sama mewujudkan
peningkatan kemakmuran dan kesejahteraan rakyat yang semakin adil dan merata.
b) Monitoring dan Evaluasi
Bentuk monitoring dan evaluasi yang dilaksanakan melalui kerjasama
dalam mewujudkan sinkronisasi dan sinergitas APBN dan APBD yang
dilaksanakan di Kabupaten Karawang dalam meningkatkan penerimaan (baik
Penerimaan Negara maupun PAD), salah satunya adalah dengan membentuk Tim
Terpadu Pembinaan dan Penindakan Kendaraan antar jemput/operasional
Perusahaan Berplat Luar Kabupaten Karawang melalui Keputusan Bupati
Karawang Nomor : 560.05/Kep.925-Huk/2017, dimana dengan terbentuknya tim
ini diharapkan kendaraan-kendaraan antar jemput/operasional Perusahaan yang
Berplat Luar Kabupaten Karawang dapat melakukan mutasi ke wilayah
Kabupaten Karawang, sehingga dapat meningkatkan pendapatan dari
sektor BBNKB dan PKB.
Pengoptimalan APBN (Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara) adalah
proses untuk mencapai keseimbangan antara pendapatan dan belanja negara
dengan tujuan mencapai efisiensi dan efektivitas dalam penggunaan sumber daya
publik. Berikut adalah beberapa langkah yang dapat dilakukan dalam analisis
pengoptimalan APBN:
1. Evaluasi Pendapatan: Langkah pertama adalah mengevaluasi sumber
pendapatan negara, seperti pajak, penerimaan dari sektor publik, dan
sumber pendapatan lainnya. Analisis harus dilakukan untuk memastikan
bahwa pendapatan yang diharapkan realistis dan dapat dicapai.
2. Prioritaskan Belanja: Setelah mengevaluasi pendapatan, langkah
selanjutnya adalah memprioritaskan belanja negara. Hal ini melibatkan
identifikasi dan penilaian kebutuhan dan prioritas nasional, seperti
infrastruktur, pendidikan, kesehatan, pertahanan, dan sektor-sektor lainnya.
Belanja harus dialokasikan secara efektif dan efisien untuk memenuhi
kebutuhan tersebut.
3. Evaluasi Kebijakan Fiskal: Kebijakan fiskal, seperti pajak dan subsidi,
harus dievaluasi untuk memastikan bahwa mereka mendukung tujuan
pengoptimalan APBN. Analisis harus dilakukan untuk memastikan bahwa
kebijakan fiskal tidak hanya menghasilkan pendapatan yang cukup, tetapi
juga mendorong pertumbuhan ekonomi dan keadilan sosial.
4. Pengendalian Belanja: Langkah penting lainnya adalah pengendalian
belanja negara. Ini melibatkan pemantauan dan evaluasi pengeluaran untuk
memastikan bahwa mereka sesuai dengan rencana dan tidak melebihi
anggaran yang ditetapkan. Pengendalian belanja juga melibatkan
pengawasan terhadap penggunaan dana publik untuk mencegah
penyalahgunaan dan korupsi.
5. Evaluasi Dampak: Setelah APBN diimplementasikan, evaluasi dampak
harus dilakukan secara berkala. Ini melibatkan analisis terhadap efektivitas
dan efisiensi penggunaan dana publik, serta dampaknya terhadap
pertumbuhan ekonomi, kesejahteraan masyarakat, dan pencapaian tujuan
nasional.
Dalam melakukan analisis pengoptimalan APBN, penting untuk melibatkan
berbagai pemangku kepentingan, seperti pemerintah, akademisi, dan masyarakat
sipil. Kolaborasi dan transparansi dalam proses pengambilan keputusan akan
membantu mencapai hasil yang lebih baik dalam pengelolaan APBN.
2.2 Kewenangan Menteri Keuangan Dalam Anggaran Pembangunan
Penyelenggaraan anggaran di Indonesia menurut Kabar Bisnis mengatakan
bahwa penyelenggaraan anggaran di Indonesia masih belum diwarnai dengan
mekanisme sehat, termasuk saat proses perencanaan. Ekonom Institut for
Development of Economics and Finance (INDEF), Aviliani, mengatakan bahwa
hal dalam proses penganggaran yang tidak mengacu kepada dokumen
pembahasan anggaran. Lebih lanjut menurut Aviliani tidak ada dokumen yang
dipegang bersama oleh DPR, pemerintah pusat dan pemerintah daerah untuk
perencanaan penganggaran. Semestinya ada dokumen perencanaan semacam itu
yang dipunyai Bapenas dan rencana tersebut akan menjadi acuan bagi
pembangunan. Sebagai panduan, perencanaan anggaran tersebut tidak boleh
menyimpang dari dokumen itu, kecuali terjadi krisis atau peristiwa lain yang
diluar perkiraan. Perubahan lingkungan strategis yang berkembang selama ini
telah mempengaruhi sistem perekonomian Indonesia.
Perubahan lingkungan ini dipengaruhi oleh faktor eksternal dan internal.
Dari sisi eksternal, tuntutan globalisasi telah merubah wajah ekonomi Indonesia
yang semula sarat dengan berbagai bentuk kendali pemerinta terhadap sektor-
sektor ekonomi strategis menjadi lebih ke arah ekonomi pasar dengan peran
pelaku swasta menjadi lebih dominan. Ini berarti pemerintah harus memiliki
instrumen yang kuat agar penerapan ekonomi pasar tetap ditunjuk sebesar-
besarnya pada kemakmuran rakyat. Instrumen tersebut harus tercermin pada
kebijakan perencanaan yang tepat.
Pentingnya perencanaan dalam penyusunan kebijakan ekonomi
menghadapi dinamika perubahan strategis ternyata tidak secara tegas disebutkan
dalam Undang-Undang No. 17 tahun 2003. UU ini hanya membatasi pada konteks
“rencana keuangan tahunan” dalam wujud APBN. Sementara amanat pasal 23
ayat (1) Undang Undang Dasar 1945 menegaskan bahwa APBN merupakan
wujud pengelolaan keuangan negara dilaksanakan secara terbuka dan tanggung
jawab untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Kemakmuran rakyat yang
dimaksud Pasal 23 ayat (1) tersebut merupakan salah satu perwudan dari tujuan
negara yang harus dicapai sebagimana telah diamanatkan dalam pembukaan UUD
1945. Untuk mencapainya tentu dibutuhkan lebih dari sekedar rencana keuangan,
tetapi perencanaan strategis yang mampu mengoptimalkan partisipasi masyarakat,
serta menjamin tercapainya penggunaan sumber daya secara efektif, efesien,
berkeadilan dan berkelanjutan. UU No. 17 tahun 2003 mengatur dominasi peran
Menteri Keuangan dalam proses Penyusunan Rancangan APBN, yang diawali
dengan penyampaian pokok-pokok kebijakan fiskal dan kerangka ekonomi makro
kepada DPR.
Berdasrkan pokok-pokok kebijakan fiskal dan kerangka ekonomi makro
tersebut, DPR membahas kebijakan umum dan prioritas anggaran untuk dijadikan
sebagai acuan bagi Kementerian/Lembaga dalam penyusunan usulan rencana
kerja dan anggarannya. Recana Kerja dan Anggaran Kementerian/ Lembaga
tersebut, selanjutnya disampaikan kepada DPR untuk dibahas dalam pembicaraan
pendahuluan Rancangan APBN. Hasil pembahasan rencana kerja dan anggaran
bersama DPR tersebut, selanjutnya disampaikan kepada Menteri Keuangan
sebagai bahan penyusunan RUU APBN. Dengan kurang berperannya perencanaan
strategis dan peran Menteri Keuangan yang terlalu besar dalam rangka
penyusunan APBN, jelas pasca diberlakukannya UU No. 17 tahun 2003
menghadapi beberapa masalah. Pertama, alokasi anggaran tidak
mempertimbangkan prioritas pembangunan seperti yang dibuat dalam dokumen
perencanan. Kedua, anggaran yang diperoleh oleh K/L dan LPND yang berasal
dari APBN digunakan untuk kegiatan yang tumpang tindih. Ketiga, alokasi
anggaran diberikan untuk kegiatan yang sama dari tahun ke tahun. Keempat,
belum optimalnya monitoring dan evaluasi terhadap penggunaan dana
pembangunan yang selaras dengan perencanaan pembangunan.

2.3 Kebijakan Fiskal


Secara konvensional kebijakan fiskal dimaksudkan sebagai alat rekayasa
pemerintah dalam perekonomian yang menganut mekanisme pasar bebas yang
diharapkan dapat mempengaruhi jalannya aktvitas perekonomian suatu
negara.Kebijakan fiskal adalah suatu kebijakan ekonomi dalam rangka
mengarahkan kondisi perekonomian untuk menjadi lebih baik dengan jalan
mengubah penerimaan dan pengeluaran pemerintah atau merupakan tindakan
yang diambil oleh pemerintah dalam bidang anggaran belanja negara dengan
maksud untuk mempengaruhi jalannya perekonomian. Dapat di artikan kebijakan
fiskal adalah penyesuaian dalam pendapatan dan pengeluaran pemerintah
sebagaimana ditetapkan dalam anggaran pendapatan dan belanja negara yang
disingkat APBN untuk mencapai kestabilan ekonomi yang dikehendaki pada
umumnya ditetapkan dalam rencana pembangunan. Kebijakan fiskal
merupakankebijakan pemerintah yang berkaitan dengan penggunaan
pajak,pinjaman masyarakat, pengeluaran masyarakat oleh pemerintah untuk
tujuan stabilitas atau pembangunan sehingga terbentuk modal dan laju
pertumbuhan ekonomi yang berjalan secara baik. Dasar kebijakan fiskal secara
umum bertujuan untuk pemerataan pendapatan dan kesejahteraan.
Dalam sistem ekonomi konvensional, sumber penerimaan pemerintah
terdiri dari tiga bagian13 yaitu dana yang merupakan sumber penerimaan primer,
berasal dari pungutan pajak, terdiri dari pajak dalam negeri (pajak
penghasilan,perseroan, pertambahan nilai ,penjualan dan sebagainya) dan pajak
perdagangan internasional.Kemudian, penerimaan negara bukan pajak, terdiri dari
penerimaan sumber daya alam,bagian pemerintah atas laba BUMN dan
penerimaan negara bukan pajak lainnya.Selain itu, hibah atau bantuan dan
pinjaman luar negeri.Bukan hanya itu,APBN dalam sistem ekonomi konvensional
sangat mengandalkanpajak dari rakyat dan hutang, terutama dari luar negeri jika
tidak mencukupi.Hal ini bisadilihat dari Pendapatan Negara dan Hibah dalam
APBN-P 2009 Indonesia sebesar Rp 848 triliun, dimana 68 persennya adalah dari
pajak yaitu sebesar Rp 609,2 triliun. APBN dalam sistem sekular, pemasukan dari
berbagai sumber dilebur menjadi satu tanpa melihat dari mana asalnya apakah dari
kepemilikan umum atau negara dan memang demikian adanya aturannya. Setelah
semua pemasukan dilebur menjadi satu, baru digunakan untuk berbagai
pembiayaan negara
Peranan Kebijakan Fiskal dalam Sebuah Negara
Kebijakan fiskal adalah komponen penting bagi kebijakan publik.
Kebijakan publik adalah suatu alat untuk mencapai kesejahteraan hidup manusia.
Peranan kebijakan fiskal dalam ekonomi ditentukan oleh keterlibatan pemerintah
dalam aktivitas ekonomi, yang khususnya kembali ditentukan oleh tujuan
sosioekonomi, komitmen ideologi dan hakikat sistem ekonomi. Pada sistem
ekonomi sekuler konsep kesejahteraan hidup adalah dibatasi untuk mendapatkan
keuntungan maksimum bagi individu di dunia. Di dalam Islam, konsep
kesejahteraan adalah luas, meliputi kehidupan di dunia dan akhirat dan peningatan
spiritual lebih ditekankan daripada kepemilikan material. Kebijakan fiskal dalam
ekonomi kapitalis berperan sebagai:
a. Alokasi Sumber Daya
Dalam hal pengalokasian, maka digunakan untuk apa saja sumber–sumber
keuangan negara. Pengalokasian sumber daya yang merupakan sumber
kesejahteraan pada tujuan kebijakan fiskal tidak boleh dipraktikkan sebagaimana
pada sumber pendapatan lain. Tidak dibenarkan pengalokasian sumber daya untuk
kebijakan pengeluaran yang israf, yaitu kebijakan tidak terdimensi substansial dan
tidak untuk kepentingan rakyat. Pengalokasian kebijakan fiskal mencakup sektor
individu (private sector) dan sektor publik (public sector), yang kesemuanya harus
sesuai dengan syariah dan dalam konteks pemanfaatan sumber daya harus
mempertimbangkan kepentingan generasi berikutnya.
b. Stabilitas Ekonomi
Pada stabilitas ini adalah bagaimana negara menciptakan perekonomian
yang stabil. Pada Negara-negara berkembang kebijakan fiskal lebih ditekankan
pada pembentukan modal daripada laju pertumbuhan.Karena tingkat tabungan (S)
di negara maju cukup tinggi sehingga modal dari masyarakat bisa bisa terserap
dalam jumlah yang cukup tinggi pula.Adapun pada Negara berkembang, tingkat
tabungan (S) rendah lebih rendah daripada tingkat konsumsi (C).dengan formula
pendapatan Y = C + S,dengan ini dikerahui bahwa semakin tinggi tabungan suatu
Negara, maka semakin tinggi tingkat pendapatannya. Sebaliknya, pada Negara
berkembang kecendrungan pendapatan rendah, sedangkan kebutuhan konsumsi
rumah tangga tidak bisa dikurangi.Maka secara otomatis akan mengurangi
c. Distribusi Pendapatan
Konsep distribusi bertujuan untuk menyelaraskan kebijakan pemerintah
dalam aspek pemerataan pendapatan yang tidak boleh hanya semata-mata untuk
mencapai pertumbuhan ekonomi Distibusi menyangkut bagaimana kebijakan
negara mengeola pengeluarannya untuk menciptakann mekanisme distribusi
ekonomi yang adil di masyarakat. Tidak sedikit kesalahan perencanaan
pembangunan di negara berkembang yang ditujukan untuk mengurangi
kesenjangan dan penghapusan kemiskinan, namun terlalu terkonsentrasi pada
upaya peningkatan Gross National Bruto. Hal ini mengakibatkan kebijakan fiskal
dalam konteks distribusi, kebijakan pemerintah hanya berpihak kepada kelompok
yang kaya dan kuat. Hasil pembangunan lebih dinikmati oleh lapisan tertentu saja
sehingga menimbulkan kesenjangan.
2.4 Politik Anggaran
politik anggaran adalah penetapan kebijakan-kebijakan tentang proses
anggaran yang meliputi berbagai pertanyaan, seperti bagaimana pemerintah
membiayai kegiatannya; bagaimana uang publik didapatkan, dikelola dan
didistribusikan; siapa yang diuntungkan; dan peluang yang tersedia, baik untuk
penyimpangan negatif maupun untuk meningkatkan pelayanan publik. Secara
umum, politik anggaran dapat diartikan sebagai proses politik yang terjadi dalam
penentuan dan pengalokasian anggaran publik. Dasar hukum dari politik anggaran
adalah Pasal 23 UUD 1945. Pasal tersebut berbunyi, “(1) Anggaran pendapatan
dan belanja negara sebagai wujud dari pengelolaan keuangan negara ditetapkan
setiap tahun dengan undang-undang dan dilaksanakan secara terbuka dan
bertanggung jawab untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. (2) Rancangan
undang-undang anggaran pendapatan dan belanja negara diajukan oleh presiden
untuk dibahas bersama Dewan Perwakilan Rakyat dengan memperhatikan
pertimbangan Dewan Perwakilan Daerah. (3) Apabila Dewan Perwakilan Rakyat
tidak menyetujui rancangan anggaran pendapatan dan belanja negara yang
diusulkan oleh presiden, pemerintah menjalankan Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara tahun yang lalu
Tentang politik anggaran adalah bagian penting dari tata kelola keuangan
negara atau daerah. Politik anggaran mempengaruhi tahap penyusunan dan
pengelolaan anggaran, mulai dari perencanaan, penguasaan, penggunaan,
pengawasan, hingga pertanggungjawaban. Politik anggaran melibatkan penetapan
kebijakan-kebijakan tentang proses anggaran yang meliputi berbagai pertanyaan,
seperti bagaimana pemerintah membiayai kegiatannya; bagaimana uang publik
didapatkan, dikelola dan didistribusikan; siapa yang diuntungkan; dan peluang
yang tersedia, baik untuk penyimpangan negatif maupun untuk meningkatkan
pelayanan publik. Secara umum, politik anggaran dapat diartikan sebagai proses
politik yang terjadi dalam penentuan dan pengalokasian anggaran publik. Dasar
hukum dari politik anggaran adalah Pasal 23 UUD 1945. Pasal tersebut berbunyi,
“(1) Anggaran pendapatan dan belanja negara sebagai wujud dari pengelolaan
keuangan negara ditetapkan setiap tahun dengan undang-undang dan dilaksanakan
secara terbuka dan bertanggung jawab untuk sebesar-besarnya kemakmuran
rakyat. (2) Rancangan undang-undang anggaran pendapatan dan belanja negara
diajukan oleh presiden untuk dibahas bersama Dewan Perwakilan Rakyat dengan
memperhatikan pertimbangan Dewan Perwakilan Daerah. (3) Apabila Dewan
Perwakilan Rakyat tidak menyetujui rancangan anggaran pendapatan dan belanja
negara yang diusulkan oleh presiden, pemerintah menjalankan Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara tahun yang lalu.
2.5 Dampak Pajak Terhadap Pendapatan dan Konsumsi
Pajak adalah iuran wajib yang harus dibayar oleh seluruh masyarakat suatu
negara yang telah memenuhi syarat sebagai wajib pajak. Pajak menjadi sumber
penerimaan negara yang digunakan pemerintah untuk membiayai APBN. APBN
yang dibiayai dari pajak dapat bermanfaat untuk meningkatkan pertumbuhan
ekonomi, oleh sebab itu, pajak mempunyai banyak fungsi, dan sebagai wajib
pajak yang mendukung pemerintah dalam pembangunan ekonomi, maka kita
wajib membayar pajak.
Pajak dapat mempengaruhi tingkat konsumsi seseorang. Semakin besar
pajak yang dikenakan atas konsumsi misalnya pembelian barang-barang mewah
yang dikenai pajak, maka akan semakin menurun tingkat seseorang untuk
mengkonsumsi produksi tersebut. Begitu juga sebaliknya, semakin kecil pajak
yang dikenakan atas barang-barang konsumsi maka akan semakin meningkat
konsumsi masyarakat tersebut. Pengaruh pajak terhadap tabungan yaitu, jika
tingkat konsumsi masyarakat meningkat karena pajak, maka nilai tabungan
masyarakat akan menurun, dan sebaliknya jika nilai pajak meningkat atas barang
konsumsi dan tingkat konsumsi menurun maka nilai tabungan masyarakat juga
akan meningkat.
Pajak penghasilan merupakan jenis pajak yang menjadi sumber
pendapatan terbesar pemerintah dari sektor pajak. Oleh sebab itu jika tingkat
pengangguran meningkat, maka akan sangat berpengaruh pada pendapatan
pemerintah dari sektor pajak. Peningkatan pajak sendiri akan dapat meningkatkan
pertumbuhan ekonomi jika nilai investor, konsumsi, dan neto ekspor minimal
tetap. Suatu pajak akan menurunkan konsumsi, namun pajak dapat menaikan
pendapatan pemerintah. Karena nilai uang yang dikeluarkan oleh masyarakat
untuk pajak sama dengan pendapatan pemerintah dari pajak tersebut.
Dalam konteks Indonesia, pajak memiliki peran penting dalam
perekonomian negara. Pajak yang diterima pemerintah Indonesia digunakan untuk
membiayai berbagai program pembangunan nasional, seperti infrastruktur,
kesehatan, pendidikan, dan lain-lain. Pajak juga berfungsi sebagai alat pengatur
ekonomi, yaitu dengan menaikkan atau menurunkan pajak, pemerintah dapat
mengendalikan inflasi dan mengatur pertumbuhan ekonomi
Pajak memiliki dampak yang signifikan terhadap pendapatan dan konsumsi
seseorang. Berikut adalah beberapa dampak utama pajak terhadap pendapatan dan
konsumsi:
1. Pengurangan pendapatan: Pajak penghasilan dapat mengurangi pendapatan
seseorang karena sebagian dari pendapatan mereka harus disetor ke
pemerintah. Semakin tinggi tarif pajak, semakin besar pengurangan
pendapatan yang akan terjadi.
2. Pengaruh terhadap konsumsi: Pajak konsumsi, seperti pajak penjualan atau
pajak nilai tambah (VAT), dapat mempengaruhi keputusan konsumsi
seseorang. Pajak ini dikenakan pada barang dan jasa yang dibeli, sehingga
meningkatkan harga dan mengurangi daya beli konsumen. Hal ini dapat
mengurangi tingkat konsumsi dan mengubah pola konsumsi masyarakat.
3. Insentif untuk menyimpan atau berinvestasi: Pajak penghasilan dapat
memberikan insentif kepada individu untuk menyimpan atau berinvestasi
pendapatan mereka. Dalam beberapa kasus, pajak penghasilan yang lebih
rendah untuk investasi atau tabungan dapat mendorong individu untuk
mengalihkan pendapatan mereka ke investasi jangka panjang atau
tabungan, yang pada gilirannya dapat mendorong pertumbuhan ekonomi.
4. Dampak redistribusi: Pajak juga dapat digunakan sebagai alat redistribusi
pendapatan. Pajak progresif, di mana tarif pajak meningkat seiring dengan
tingkat pendapatan, dapat membantu mengurangi kesenjangan pendapatan
dan memberikan dukungan kepada mereka yang kurang mampu. Pajak ini
dapat digunakan untuk membiayai program sosial, seperti bantuan sosial
atau pendidikan, yang dapat membantu mengurangi kesenjangan sosial
dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
5. Dampak pada perekonomian: Pajak juga dapat memiliki dampak pada
perekonomian secara keseluruhan. Pajak yang terlalu tinggi dapat
mengurangi insentif untuk bekerja, berinvestasi, atau berusaha, yang pada
gilirannya dapat menghambat pertumbuhan ekonomi. Namun, pajak juga
diperlukan untuk membiayai pengeluaran pemerintah dan menyediakan
layanan publik yang penting, seperti infrastruktur, pendidikan, dan
kesehatan.

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
APBN (Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara) adalah rencana
keuangan pemerintah yang mencakup estimasi pendapatan dan alokasi belanja
untuk satu tahun anggaran. APBN merupakan instrumen penting dalam
pengelolaan keuangan negara dan digunakan untuk mencapai tujuan ekonomi,
sosial, dan politik negara.
APBN terdiri dari dua komponen utama, yaitu pendapatan dan belanja
negara. Pendapatan negara berasal dari berbagai sumber, seperti pajak,
penerimaan dari sektor publik, pinjaman, dan sumber pendapatan lainnya.
Pendapatan ini digunakan untuk membiayai belanja negara.
Pentingnya perencanaan dalam penyusunan kebijakan ekonomi
menghadapi dinamika perubahan strategis ternyata tidak secara tegas disebutkan
dalam Undang-Undang No. 17 tahun 2003. UU ini hanya membatasi pada konteks
“rencana keuangan tahunan” dalam wujud APBN. Sementara amanat pasal 23
ayat (1) Undang Undang Dasar 1945 menegaskan bahwa APBN merupakan
wujud pengelolaan keuangan negara dilaksanakan secara terbuka dan tanggung
jawab untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Kemakmuran rakyat yang
dimaksud Pasal 23 ayat (1) tersebut merupakan salah satu perwudan dari tujuan
negara yang harus dicapai sebagimana telah diamanatkan dalam pembukaan UUD
1945. Untuk mencapainya tentu dibutuhkan lebih dari sekedar rencana keuangan,
tetapi perencanaan strategis yang mampu mengoptimalkan partisipasi masyarakat,
serta menjamin tercapainya penggunaan sumber daya secara efektif, efesien,
berkeadilan dan berkelanjutan. UU No. 17 tahun 2003 mengatur dominasi peran
Menteri Keuangan dalam proses Penyusunan Rancangan APBN, yang diawali
dengan penyampaian pokok-pokok kebijakan fiskal dan kerangka ekonomi makro
kepada DPR.
kebijakan fiskal adalah penyesuaian dalam pendapatan dan pengeluaran
pemerintah sebagaimana ditetapkan dalam anggaran pendapatan dan belanja
negara yang disingkat APBN untuk mencapai kestabilan ekonomi yang
dikehendaki pada umumnya ditetapkan dalam rencana pembangunan. Kebijakan
fiskal merupakankebijakan pemerintah yang berkaitan dengan penggunaan
pajak,pinjaman masyarakat, pengeluaran masyarakat oleh pemerintah untuk
tujuan stabilitas atau pembangunan sehingga terbentuk modal dan laju
pertumbuhan ekonomi yang berjalan secara baik. Dasar kebijakan fiskal secara
umum bertujuan untuk pemerataan pendapatan dan kesejahteraan.
. Dasar hukum dari politik anggaran adalah Pasal 23 UUD 1945. Pasal
tersebut berbunyi, “(1) Anggaran pendapatan dan belanja negara sebagai wujud
dari pengelolaan keuangan negara ditetapkan setiap tahun dengan undang-undang
dan dilaksanakan secara terbuka dan bertanggung jawab untuk sebesar-besarnya
kemakmuran rakyat. (2) Rancangan undang-undang anggaran pendapatan dan
belanja negara diajukan oleh presiden untuk dibahas bersama Dewan Perwakilan
Rakyat dengan memperhatikan pertimbangan Dewan Perwakilan Daerah. (3)
Apabila Dewan Perwakilan Rakyat tidak menyetujui rancangan anggaran
pendapatan dan belanja negara yang diusulkan oleh presiden, pemerintah
menjalankan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara tahun yang lalu
Pajak dapat mempengaruhi tingkat konsumsi seseorang. Semakin besar
pajak yang dikenakan atas konsumsi misalnya pembelian barang-barang mewah
yang dikenai pajak, maka akan semakin menurun tingkat seseorang untuk
mengkonsumsi produksi tersebut. Begitu juga sebaliknya, semakin kecil pajak
yang dikenakan atas barang-barang konsumsi maka akan semakin meningkat
konsumsi masyarakat tersebut.
3.2 Saran
Dalam rangka pengembangan dan optimalisasi APBN, terdapat beberapa
faktor yang perlu diperhatikan, antara lain kebijakan, politik, dan pengaruh pajak.
Kebijakan fiskal yang tepat dapat mendorong pertumbuhan ekonomi serta
pemerataan yang berkeadilan. Selain itu, pengembangan kualitas sumber daya
manusia melalui program seperti Kartu Prakerja juga dapat mempersiapkan tenaga
kerja dengan kapasitas yang sesuai dengan kebutuhan dunia usaha. Dalam hal
politik, stabilitas politik dan ketentraman sosial juga perlu diperhatikan dalam
pengembangan APBN. Pengaruh pajak juga menjadi faktor penting dalam
pengembangan APBN. Penerimaan negara dari sektor pajak menjadi salah satu
indikator kunci keberhasilan pemerintah, sehingga pemungutan pajak harus dapat
terlaksana dengan baik. Selain itu, pengendalian inflasi juga dapat dilakukan
melalui optimalisasi peran APBD untuk pengendalian inflasi daerah. Dalam
rangka optimalisasi belanja negara, pemerintah dapat melakukan penetapan
prioritas pengeluaran negara secara selektif pada pos-pos yang memang
mendorong terwujudnya pertumbuhan ekonomi yang berkualitas.
DAFTAR PUSTAKA

Hendar & Tanjung R. (2020). Optimalisasi Penerimaan Negara Melalui


Sinkronisasi Dan Sinergitas Pengelolaan APBN Dan APBD Di
Kabupaten Karawang. Jurnal Proaksi Vol. NO.2 Juli-Desember
2020

Lestari, N. S. A., Bagia I. W., & Jana P. A. S. (2018). Pengaruh Anggaran


Pendapatan Belanja Negara (APBN) Terhadap Belanja Langsung
Pada Pemerintah Daerah Kabputaen/Kota. Jurnal Manajemen, Vol.
4

Al-INTAJ: Jurnal Ekonomi Dan Perbankan Syariah 3 (1), 2017

Indopolitika.com. “Pengaruh Pajak Terhadap Konsumsi Masyarakat” 1.

Kompasiana. “Pengaruh Pajak Terhadap Perekonomian Di Indonesia” 2.


“Analisis Konsumsi Masyarakat di Indonesia”. Jurnal Ekonomi dan
Pendidikan 3.

https://www.dpr.go.id/dokakd/dokumen/PANSUS-Naskah-Akademik-
Rancangan-Undang-Undang-tentang-Keuangan-Negara-
1421727708.pdf

Anda mungkin juga menyukai