Anda di halaman 1dari 31

Makalah Keuangan

Negara

Mata Kuliah : Akuntansi Pemerintahan

Dosen Pengampu :

Yuni Astuti Tri Tartiani S.E., M.M.

Disusun Oleh :

Kelompok 8 B-1

Ibnu Zikri J0414221194

Syifa Hadyansyah Siregar J0414221280

Liana Anindita Nasution J0414221299

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

SEKOLAH VOKASI

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat, karunia, serta nikmat kesehatan sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan
yang berjudul “Makalah Keuangan Negara” ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-
Nya, penulis tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik.

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas Ibu Yuni
Astuti Tri Tartiani S.E., M.M. selaku dosen pada mata kuliah Akuntansi Pemerintah. Selain
itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah pengetahuan dan wawasan dalam bidang
keuangan negara.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Yuni Astuti Tri Tartiani S.E., M.M.
selaku dosen pada mata kuliah Akuntansi Pemerintah yang senantiasa membimbing dalam
pembuatan makalah ini. Tidak lupa juga penulis mengucapkan terima kasih kepada semua
anggota kelompok yang sudah membantu dan memberikan ide, gagasan, serta bekerja sama
dengan baik sehingga dapat menyelesaikan makalah ini. Oleh karena itu, penulis sangat
mengharapkan adanya saran dan kritik guna perbaikan di masa yang akan datang.

Bogor, 08 Februari 2024

Kelompok 8

2 ∫ Akuntansi Pemerintah Kelompok 8


DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .................................................................................................. 2

DAFTAR ISI ................................................................................................................. 3

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................. 5

1.1 Latar Belakang .............................................................................................. 5


1.2 Rumusan Masalah......................................................................................... 6
1.3 Tujuan ........................................................................................................... 6

BAB II LANDASAN TEORI ....................................................................................... 8

2.1 Konsep Negara ............................................................................................ 8


2.1.1 Pengertian Keuangan Negara menurut UUD 1945 .................... 8
2.1.2 Bidang Pengelolaan Keuangan Negara ...................................... 10
2.1.3 Tujuan Pengelolaan Keuangan Negara....................................... 11
2.1.4 Asas Pengelolaan Keuangan Negara .......................................... 13
2.1.5 Prinsip Pengelolaan Keuangan Negara....................................... 14
2.2 Anggaran Pendapatan dan Belanja Pemerintahan ................................. 15
2.2.1 Pengertian Anggaran dan Belanja Pemerintah ........................... 15
2.2.2 Fungsi Anggaran dan Belanja Pemerintah ................................. 15
2.2.3 Ruang Lingkup Anggaran dan Belanja Pemerintah ................... 16
2.2.4 Anggaran dan Belanja Pemerintah sebagai suatu rencana ......... 17
2.3 Badan Pengawas Keuangan ....................................................................... 17
2.3.1 Pengertian Badan Pengawas Keuangan ...................................... 17
2.3.2 Kedudukan Badan Pengawas Keuangan .................................... 18
2.3.3 Tugas Badan Pengawas Keuangan ............................................. 18
2.3.4 Wewenang Badan Pengawas Keuangan ..................................... 18

BAB III PEMBAHASAN ............................................................................................. 20

3.1 Isu dan masalah keuangan negara di Indonesia pada tahun 2016 ................ 20

3 ∫ Akuntansi Pemerintah Kelompok 8


3.2 Temuan BPK dalam potensi kerugian negara sebesar Rp 29 Triliun pada
Tahun 2021 ................................................................................................... 21
3.3 Peran BPK sebagai lembaga pengawas eksternal pengelolaan keuangan
Negara........................................................................................................... 21
A. Sumber dan Batasan Kewenangan BPK dalam Melakukan
Pengawasan terhadap Pengelolaan Keuangan Negara ..................... 22
B. Mekanisme Pengawasan yang dilakukan oleh BPK terhadap
Pengelolaan Keuangan Negara ......................................................... 24
C. Tindak Lanjut Hasil Pemeriksaan oleh BPK dalam Melakukan
Pengawasan terhadap Pengelolaan Keuangan Negara ..................... 28

BAB IV PENUTUP....................................................................................................... 29

4.1 Kesimpulan ................................................................................................... 29


4.2 Saran ............................................................................................................. 30

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................... 31

4 ∫ Akuntansi Pemerintah Kelompok 8


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Manajemen keuangan negara adalah salah satu pilar esensial dalam mengamankan
stabilitas dan kemakmuran suatu bangsa. Di Indonesia, sistem keuangan negara telah diatur
secara ketat oleh serangkaian undang-undang dan regulasi yang bertujuan untuk mengelola,
mengawasi, dan memanfaatkan sumber daya finansial negara dengan cermat dan efektif.
Melalui pengelolaan yang cermat, alokasi yang bijaksana, dan penerapan yang transparan,
keuangan negara Indonesia diharapkan dapat menjadi pendorong utama pertumbuhan
ekonomi yang berkelanjutan serta peningkatan kesejahteraan bagi seluruh lapisan
masyarakat.

Otoritas pemerintah dalam mengatur dan mengelola keuangan negara sesuai dengan
prinsip-prinsip yang tertera dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (UU Keuangan
Negara) menjadi kerangka hukum utama yang mengatur perencanaan, anggaran,
pengelolaan, dan pertanggungjawaban keuangan negara di Indonesia.

Selain UU Keuangan Negara, undang-undang lain juga turut memainkan peran


penting dalam mengatur aspek-aspek spesifik dari keuangan negara, seperti pajak,
pertanggungjawaban keuangan negara, dan alokasi dana umum. Keseluruhan undang-undang
ini saling terkait dan membentuk kerangka hukum yang solid untuk mengelola keuangan
negara.

5 ∫ Akuntansi Pemerintah Kelompok 8


Transparansi dan akuntabilitas merupakan prinsip krusial dalam pengelolaan
keuangan negara. Pemerintah berkewajiban memberikan informasi yang jelas dan terperinci
mengenai pengelolaan keuangan negara kepada publik, termasuk melalui penyusunan dan
penyampaian laporan keuangan yang akurat dan tepat waktu.

Dalam makalah ini, kami akan mengulas lebih dalam tentang kerangka hukum dan
praktek pengelolaan keuangan negara di Indonesia. Analisis akan meliputi undang-undang
yang berlaku, strategi pengelolaan keuangan negara, serta tantangan dan peluang yang
dihadapi. Melalui pemahaman yang lebih mendalam tentang sistem keuangan negara
Indonesia, diharapkan dapat ditemukan cara untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi
dalam pengelolaan keuangan negara guna mendukung pembangunan nasional dan
kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan.

Mari kita mulai jelajahi lebih dalam tentang keuangan negara Indonesia, memahami
landasan hukum, kebijakan, dan praktik pengelolaan keuangan, serta menemukan solusi
untuk meningkatkan kinerja sistem keuangan negara demi mencapai tujuan pembangunan
nasional yang lebih baik.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, rumusan masalah dalam makalah adalah:
1. Bagaimana isu dan masalah keuangan negara di Indonesia pada tahun 2016?
2. Bagaimana temuan BPK dalam potensi kerugian negara sebesar Rp 29 Triliun pada
tahun
2021?
3. Bagaimana peran BPK sebagai lembaga pengawas eksternal pengelolaan keuangan
negara?

1.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah tersebut, tujuan pembuatan makalah ini adalah:
1. Menjelaskan terkait isu dan masalah keuangan negara di Indonesia pada tahun 2016.

6 ∫ Akuntansi Pemerintah Kelompok 8


2. Menjelaskan penemuan BPK dalam potensi kerugian negara sebesar Rp 29 Triliun
pada
tahun 2021.
3. Menjelaskan peranan BPK sebagai lembaga pengawas eksternal pengelolaan
keuangan negara

7 ∫ Akuntansi Pemerintah Kelompok 8


BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Konsep Keuangan Negara

2.1.1 Pengertian Keuangan Negara menurut UUD 1945


a. Menurut Undang-Undang Nomor 17 tahun 2003
Menurut Undang-undang nomor 17 tahun 2003, keuangan negara merupakan
pengelolaan keuangan negara, termasuk anggaran pendapatan dan belanja negara,
serta prinsip-prinsip umum pemeriksaan keuangan. Undang-undang ini juga
mencakup aspek-aspek seperti perencanaan, pelaksanaan, dan pertanggungjawaban
keuangan negara. Dalam undang-undang nomor 17 tahun 2003 keuangan Negara
dapat dilihat dari sisi Objek, Subjek, Proses, dan Tujuan.

Keuangan Negara dari pandangan Objek merupakan semua hak dan


kewajiban negara yang dapat dinilai dengan uang, termasuk kebijakan dan kegiatan
dalam bidang fiskal, moneter dan pengelolaan Keuangan Negara yang dipisahkan,
serta segala sesuatu baik berupa uang, maupun berupa barang berhubungan dengan
pelakanaan. hak dan kewajiban tersebut.

Keuangan Negara dari pandangan Subjek adalah seluruh objek yang dimiliki
negara, dan/atau dikuasai oleh Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, Perusahaan
Negara/Daerah, dan badan lain yang ada kaitannya dengan keuangan negara.

Keuangan Negara dari pandangan Proses adalah seluruh rangkaian kegiatan


yang berkaitan dengan pengelolaan objek yang dimiliki negara mulai dari perumusan
kebijakan dan pengambilan keputusan sampai dengan pertanggunggjawaban.

8 ∫ Akuntansi Pemerintah Kelompok 8


Keuangan Negara dari pandangan Tujuan adalah seluruh kebijakan, kegiatan
dan hubungan hukum yang berkaitan dengan pemilikan dan/atau penguasaan objek
yang dimiliki oleh negara dalam rangka penyelenggaraanemerintahan negara.

b. Menurut Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004


Perbendaharaan negara merupakan pengelolaan dan pertanggungjawaban
keuangan negara, termasuk investasi dan kekayaan yang dipisahkan, yang ditetapkan
dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) dan Anggaran Pendapatan
dan Belanja Daerah (APBD). Undang-undang ini mengatur mengenai pelaksanaan
pendapatan dan belanja negara/daerah, pengelolaan uang, piutang dan utang,
investasi, barang milik negara/daerah, serta penatausahaan dan pertanggungjawaban
APBN/APBD.
Jadi, dapat disumpulkan bahwa keuangan negara merupakan semua hak dan
kewajiban negara yang dapat dinilai dengan uang dan dikuasai oleh pemerintah pusat
maupun daerah yang perumusan kebijakan dan pengambilan keputusan harus dapat
dipertanaggungjawabkan. Dalam mengelola keuangan diperlukan aspek-aspek
seperti perencanaan, pelaksanaan, dan pertanggungjawaban keuangan negara, seperti
yang sudah ditetapkan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) dan
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD).

c. Menurut Ahli
Menurut Geodhart, khusus untuk proses pengadaan barang kekayaan negara,
yang termasuk pengeluaran negara telah diatur secara khusus dalam Keputusan
Presiden Nomor 80 Tahun 2003 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan
Barang/Jasa Instansi Pemerintah. Di samping itu terdapat pula kekayaan negara yang
dipisahkan (pengelolaannya diserahkan kepada perusahaan yang seluruh modalnya/
sahamnya dimiliki oleh negara). Perusahaan semacam ini biasa di sebut Badan Usaha
Milik Negara dan Lembaga-Lembaga Keuangan Negara (BUMN/BUMD).

9 ∫ Akuntansi Pemerintah Kelompok 8


2.1.2 Bidang Pengelolaan Keuangan Negara
a. Menurut Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003
Menurut Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003, terdapat berbagai aspek
pengelolaan keuangan negara, antara lain :
1. Penyelenggaraan keuangan negara dan tanggung jawab keuangan negara.
2. Perencanaan keuangan negara, termasuk penyusunan APBN (Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara).
3. Pelaksanaan keuangan negara, meliputi perbendaharaan, pengelolaan utang,
dan pengelolaan aset negara.
4. Pertanggungjawaban keuangan negara, termasuk laporan keuangan
pemerintah dan pemeriksaan keuangan
Adapun Bidang Pengelolaan Keuangan Negara menurut Undang-Undang Nomor
17 Tahun 2003, antara lain :
1. Pengelolaan moneter
Hal ini dilakukan melalui serangkaian kebijakan di bidang moneter.
Kebijakan moneter adalah kebijakan yang dilakukan oleh pemerintah agar ada
keseimbangan yang dinamis antara jumlah uang yang beredar dengan barang dan jasa
yang tersedia di masyarakat.
2. Pengelolaan Fiskal
Pengelolaan fiskal meliputi fungsi-fungsi pengelolaan kebijakan fiskal dan
kerangka ekonomi makro, penganggaran, administrasi perpajakan, administrasi
kepabean, perbendaharaan, dan pengawasan keuangan. Kebijakan fiskal adalah
kebijakan yang dilakukan pemerintah berkaitan dengan penerimaan (pendapatan) dan
pengeluaran (belanja) pemerintah.

3. Pengelolaan Kekayaan Negara


Khusus untuk proses pengadaan barang kekayaan negara, yang termasuk
pengeluaran negara telah diatur secara khusus dalam Keputusan Presiden Nomor 80
Tahun 2003 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Instansi Pemerintah.

10 ∫ Akuntansi Pemerintah Kelompok 8


Di samping itu terdapat pula kekayaan negara yang dipisahkan (pengelolaannya
diserahkan kepada perusahaan yang seluruh modalnya/ sahamnya dimiliki oleh negara).
Perusahaan semacam ini biasa di sebut Badan Usaha Milik Negara dan Lembaga-
Lembaga Keuangan Negara (BUMN/BUMD).
Dalam hal ini undang-undang ini juga mengatur mengenai perimbangan keuangan
antara pemerintah pusat dan daerah serta berbagai aspek terkait dengan pengelolaan
keuangan negara.

b. Menurut Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004


Menurut Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004, Perimbangan Keuangan antara
Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah mengatur mengenai pendanaan
penyelenggaraan pemerintahan daerah, termasuk sumber pendanaan, alokasi, transfer ke
daerah, dan kewenangan pengaturan keuangan antara pemerintah pusat dan daerah.
Jadi, kesimpulannya Penyelenggara, perencanaan, dan pertanggungjawaban
merupakan tanggung jawab dari suatu negara. Dalam hal ini perimbangan keuangan
dilakukan oleh Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daeraj dalam mengatur penyelenggara
pemerintahan daerah.

2.1.3 Tujuan Pengelolaan Keuangan Negara


a. Menurut Undang-Undang Dasar 1945
Menurut Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003, Tujuan pengelolaan negara, antara
lain:
1. Menjamin keberlangsungan fiskal negara.
2. Mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkeadilan dan berkesinambungan.
3. Menjaga stabilitas sistem keuangan.
4. Mengelola keuangan negara secara efisien, transparan, dan akuntabel.
5. Memastikan alokasi sumber daya yang optimal untuk mendukung pembangunan
nasional.

11 ∫ Akuntansi Pemerintah Kelompok 8


b. Menurut Ahli
Menurut Musgrave (1959), keuangan negara tidak hanya berhubungan dengan
uang masuk sebagai penerimaan negara dan uang keluar sebagai belanja negara.
Keuangan negara juga berhubungan dengan fungsi alokasi sumber-sumber ekonomi,
fungsi distribusi, dan fungsi stabilisasi, termasuk pertumbuhan ekonomi dan dampaknya
terhadap kegiatan ekonomi masyarakat. Dengan demikian tujuan Pengelolaan Keuangan
Negara adalah :
1. Mempengaruhi pertumbuhan ekonomi
Keuangan negara, melalui penerimaan/pendapatan dan pengeluaran/belanja negara
dapat mempengaruhi bekerjanya mekanisme harga. Pungutan pajak kepada masyarakat
di satu titik akan meningkatkan penerimaan negara, namun di lain pihak akan mengurangi
daya beli masyarakat sehingga mengurangi permintaan masyarakat.
2. Menjaga stabilitas ekonomi
APBN dapat juga digunakan sebagai alat untuk mengatasi inflasi dan deflasi, serta
untuk memelihara stabilisasi perekonomian dengan cara melakukan defisit APBN atau
surplus APBN.
3. Merealokasi sumber-sumber ekonomi
Pendapat Keyness kemudian dikembangkan oleh Richard Musgrave. Dalam bukunya
yang berjudul ”The theory of Public Finance”, Musgrave menyatakan bahwa tugas dan
fungsi negara meliputi: realokasi sumber-sumber daya ekonomi, redistribusi pendapatan,
dan stabilisasi. Realokasi sumber-sumber ekonomi dilakukan dengan memanfaatkan
sumber- sumber ekonomi yang terbatas secara optimal.
4. Mendorong Re-distribusi Pendapatan
Melalui kebijakan fiskal dalam APBN, pemerintah dapat mendorong terjadinya
redistribusi pendapatan agar tidak terjadi kesenjangan antara golongan masyarakat kaya
dan golongan masyarakat miskin secara menyolok. Untuk menciptakan keadilan,
pemerintah akan mengenakan pajak yang lebih banyak kepada kelompok masyarakat
yang lebih mampu (ability to pay principle) dan mengalokasikannya dalam bentuk

12 ∫ Akuntansi Pemerintah Kelompok 8


pengeluaran/belanja negara yang berpihak kepada masyarakat yang kurang mampu (pro
poor).

2.1.4 Asas Pengelolaan Keuangan Negara


Aturan pokok keuangan negara telah dijabarkan ke dalam asas-asas umum, yang
meliputi baik asas-asas yang telah lama dikenal dalam pengelolaan keuangan negara
maupun asas-asas baru sebagai pencerminan penerapan kaidah-kaidah yang baik (best
practices) dalam penglolaan keuangan negara.
Sebelum berlakunya UUKN, telah ada beberapa asas- asas yang digunakan
dalam pengelolaan keuangan negara dan diakui keberlakuannya dalam pengelolaan
keuangan negara ke depan. Adapun asas- asas pengelolaan keuangan negara dimaksud
adalah sebagai berikut :
1. Asas kesatuan, menghendaki agar semua pendapatan dan belanja negara disajikan
dalam satu dokumen anggaran;
2. Asas universalitas, mengharuskan agar setiap transaksi keuangan ditampilkan secara
utuh dalam dokumen anggaran.
3. Asas tahunan, membatasi masa berlakunya anggaran untuk satu tahun tertentu; dan
4. Asas spesialitas, mewajibkan agar kredit anggaran yang disediakan terinci secara
jelas peruntukannya.
Kemudian, berlakunya UUKN terdapat lagi asas-asas yang bersifat baru dalam
pengelolaan keuangan negara. Asas- asas pengelolaan keuangan negara yang terdapat
dalam UUKN yang bersifat best practice adalah sebagai berikut :
1. Asas akuntanbilitas berorientasi pada hasil adalah asas yang menentukan bahwa
setiap kegiatan dan hasil akhir dari kegiatan pengelolaan keuangan negara harus dapat
dipertanggungjawabkan kepada rakyat sebagai pemegang kedaulatan tertinggi negara
sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
2. Asas profesionalitas adalah asas yang mengutamakan keseimbangan antara hak dan
kewajiban pengelola keuangan negara.

13 ∫ Akuntansi Pemerintah Kelompok 8


3. Asas proposionalitas adalah asas yang mengutamakan keahlian berdasarkan kode etik
dan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
4. Asas keterbukaan dan pengelolaan keuangan negara adalah asas yang membuka diri
terhadap hak masyarakat untuk memperoleh informasi yang benar, jujur, dan tidak
diskriminatif tentang pengelolaan keuangan negara dengan tetap memperhatikan
perlindungan atas hak asasi pribadi, golongan, dan rahasia negara.
5. Asas pemeriksaan keuangan oleh badan pemeriksa yang bebas dan mandiri adalah
asas yang memberikan kebebasan bagi Badan Pemeriksa Keuangan untuk melakukan
pemeriksaan keuangan negara dengan tidak boleh dipengaruhi oleh siapa pun.

2.1.5 Prinsip Pengelolaan Keuangan Negara


Menurut Bastian (2021), pada pengelolaan keuangan negara setidaknya ada
empat prinsip dasar yang harus dipenuhi yaitu:
1. Akuntabilitas Berdasarkan Hasil atau Kinerja
Akuntabilitas kinerja organisasi publik adalah perwujudan kewajiban suatu
organisasi publik untuk mempertanggungjawabkan pelaksanaan misi organisasi dalam
mencapai tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan melalui alat pertanggungjawaban
secara periodik. Akuntabilitas diyakini mampu mengubah kondisi organisasi publik yang
tidak dapat memberikan pelayanan publik secara baik dan korup menuju suatu tatanan
organisasi publik yang demokratis.
2. Keterbukaan dalam Setiap Transaksi
Keterbukaan dan transparansi (openness and transparency) dalam arti masyarakat
tidak hanya dapat mengakses suatu kebijakan tetapi juga ikut berperan dalam
perumusannya, serta keterbukaan dalam penyelenggaraan pemerintahan.
3. Pemberdayaan Manajer Profesional Manajer profesional adalah harapan semua
organisasi. Seorang manajer profesional bisa membawa kemajuan bagi organisasi.
4. Adanya Lembaga Pemeriksa Eksternal yang Kuat, Profesional, dan Mandiri Peran
lembaga audit negara kini juga mulai terlibat di dalam siklus perumusan kebijakan publik

14 ∫ Akuntansi Pemerintah Kelompok 8


dengan berperan di dalam memberikan konsultasi mengenai pengelolaan anggaran yang
baik.

2.2 Anggaran Pendapatan dan Belanja Pemerintah (APBN)

2.2.1 Pengertian APBN


Menurut Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003, yang dimaksud dengan
APBN yaitu :
1. Rencana keuangan tahunan pemerintahan negara yang disetujui oleh DPR (Pasal 1,
Angka 7)
2. Terdiri atas anggaran pendapatan, anggaran belanja, dan pembiayaan (Pasal 11, Ayat
2)
3. Meliputi masa satu tahun, mulai dari tanggal 1 Januari sampai dengan tanggal 31
Desember (Pasal 4)
4. Ditetapkan tiap tahun dengan undang-undang (Pasal 11, Ayat 1)
5. Mempunyai fungsi otorisasi, perencanaan, pengawasan, alokasi, distribusi, dan
stabilisasi (Pasal 3, Ayat 4)

2.2.2 Fungsi APBN


Sesuai dengan berbagai literatur dan sejarah APBN, fungsi APBN selalu
dikaitkan dengan tiga fungsi yaitu alokasi, distribusi dan stabilisasi. Tetapi secara normatif
untuk Indonesia, maka fungsi APBN secara tegas menjadi aturan normatif dalam
kebijkana APBN-nya. Berdasarkan Pasal 3 Ayat 4 UU No.17 Tahun 2003 tentang
Keuangan Negara, ditegaskan bahwa mempunyai fungsi otorisasi, perencanaan,
pengawasan, alokasi, distribusi, dan stabilisasi. Dalam penjelasannya disebutkan bahwa:
1. fungsi otorisasi mengandung arti bahwa anggaran negara menjadi dasar untuk
melaksanakan pendapatan dan belanja pada tahun yang bersangkutan.
2. fungsi perencanaan mengandung arti bahwa anggaran negara menjadi pedoman bagi
manajemen dalam merencanakan kegiatan pada tahun yang bersangkutan.

15 ∫ Akuntansi Pemerintah Kelompok 8


3. fungsi pengawasan mengandung arti bahwa anggaran negara menjadi pedoman untuk
menilai apakah kegiatan penyelenggaraan pemerintahan negara sesuai dengan
ketentuan yang telah ditetapkan.
4. fungsi alokasi mengandung arti bahwa anggaran negara harus diarahkan untuk
mengurangi pengangguran dan pemborosan sumberdaya, serta meningkatkan
efisiensi dan efektivitas perekonomian.
5. fungsi distribusi mengandung arti bahwa kebijakan anggaran negara harus
memperhatikan rasa keadilan dan kepatutan; dan, 6. fungsi stabilisasi mengandung
arti bahwa anggaran pemerintah menjadi alat untuk memelihara dan mengupayakan
keseimbangan fundamental perekonomian.

2.2.3 Ruang Lingkup APBN


APBN mencakup seluruh penerimaan dan pengeluaran. Penerimaan berasal
dari perpajakan maupun non perpajakan, termasuk hibah yang diterima oleh pemerintah.
Pengeluaran atau belanja adalah belanja pemerintah pusat dan daerah. Jika terjadi defisit,
yaitu pengeluaran lebih besar dari penerimaan, maka dicari pembiayaannya baik yang
bersumber dari dalam negeri maupun dari luar negeri. Seluruh penerimaan dan
pengeluaran tersebut ditampung dalam satu rekening yang disebut rekening Benharawan
Umum Negara (BUN) di Bank indonesia (BI). Pada dasarnya, semua penerimaan dan
pengeluaran pemerintah harus dimasukkan dalam rekening tersebut. Sebagai
pengecualian, pemerintah membuka beberapa rekening khusus di BI atau bank pemerintah
karena alasan-alasan sebagai berikut:
1. Untuk pengelola pinjaman luar negeri untuk proyek tertentu sebagaimana disyaratkan
oleh pemberi pinjaman.
2. Untuk mengadministrasikan dan mengelola dana-dana tertentu (seperti Dana
Cadangan, Dana Penjaminan Deposito).
3. Untuk mengadministrasikan penerimaan dan pengeluaran lainnya yang dianggap
perlu untuk dipisahkan dari rekening BUN, dimana suatu penerimaan harus
digunakan untuk tujuan tertentu.

16 ∫ Akuntansi Pemerintah Kelompok 8


Terkait dengan pengelolaan APBN, semua penerimaan dan pengeluaran harus
tercakup dalam APBN. Dengan kata lain pada saat pertanggungjawaban APBN, semua
realisasi penerimaan dan pengeluaran dalam rekening-rekening khusus harus
dikonsolidasikan ke dalam rekening BUN. Semua penerimaan dan pengeluaran yang telah
dimasukkan dalam rekening BUN adalah merupakan penerimaan dan pengeluaran yang
on-budget.

2.2.4 APBN sebagai suatu rencana


APBN sebagai suatu rencana keuangan, mengandung arti bahwa pemerintah
mempunyai perencanaan terhadap pengeluaran dan penerimaan untuk untuk membiayai
kepentingan negara atau pengelolaan pemerintahan. Dalam perencanaan keuangan, bisa
saja pengeluaran direncanakan setinggi-tingginya, atau serendah-rendahnya. Dalam
merencanakan pengeluaran tersebut akan dibarengi dengan perencanaan perkiraan
pendapatan dapat dihimpun. Dan dalam pengelolaan APBN yang sudah maju, yang
kemudian di Indonesia diadopsi dalam UU No.17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara,
maka dalam menyusun rencana keuangan sudah memasukan perkiraan maju (3 tahun
kedepan)

2.3 Badan Pengawas Keuangan

2.3.1 Pengertian Badan Pengawas Keuangan


Menurut Undang-Undang 1945 Pasal 23E, Badan Pengawas Keuangan (BPK)
merupakan sebuah badan negara yang mandiri dan didirikan terkait dengan keuangan
negara. Tentunya dengan pembentukan ini ada sejumlah fungsi, tugas dan juga wewenang.
Artinya, Badan Pengawas Keuangan ini lembaga negara dalam sistem ketatanegaraan
Indonesia yang memiliki wewenang untuk memeriksa pengelolaan dan tanggungjawab
keuangan negara.

17 ∫ Akuntansi Pemerintah Kelompok 8


2.3.2 Kedudukan Badan Pengawas Keuangan

Gambar 2.3.2

2.3.3 Tugas Badan Pengawas Keuangan


1. Memeriksa pengelolaan dan tanggungjawab keuangan negara yang dilakukan oleh
Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, Lembaga Negara Lainnya, Bank Indonesia,
Badan Usaha Milik Negara, Badan Layanan Umum, Badan Usaha Milik Daerah,
dan Lembaga atau Badan lain yang mengelola keuangan negara.
2. Melaporkan kepada penegak hukum jika dalam pemeriksaan ditemukan indikasi
tindak pidana.
3. Memantau pelaksanaan tindak lanjut hasil pemeriksaan yang dilakukan oleh pejabat
entitas yang diperiksa, dan hasilnya dilaporkan secara tertulis kepada lembaga
perwakilan dan pemerintah.

2.3.4 Wewenang Badan Pengawas Keuangan


1. Menentukan objek pemeriksaan, merencanakan dan melaksanakan pemeriksaan,
menentukan waktu dan metode pemeriksaan serta menyusun dan menyajikan
laporan pemeriksaan
2. Meminta keterangan dan/atau dokumen yang wajib diberikan oleh setiap orang, unit
organisasi Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, Lembaga Negara lainnya, Bank
Indonesia, Badan Usaha Milik Negara, Badan Layanan Umum, Badan Usaha Milik
Daerah, dan lembaga atau badan lain yang mengelola keuangan negara
3. Melakukan pemeriksaan di tempat penyimpanan uang dan barang milik negara, di

18 ∫ Akuntansi Pemerintah Kelompok 8


tempat
pelaksanaan kegiatan, pembukuan dan tata usaha keuangan negara, serta
pemeriksaan terhadap perhitungan-perhitungan, surat-surat, bukti-bukti, rekening
koran, pertanggungjawaban, dan daftar lainnya yang berkaitan dengan pengelolaan
keuangan negara.
4. Menetapkan jenis dokumen, data, serta informasi mengenai pengelolaan dan
tanggung
jawab keuangan negara yang wajib disampaikan kepada BPK.
5. menetapkan standar pemeriksaan keuangan negara setelah konsultasi dengan
Pemerintah
Pusat/Pemerintah Daerah yang wajib digunakan dalam pemeriksaan pengelolaan
dan tanggung jawab keuangan negara.
6. Menetapkan kode etik pemeriksaan pengelolaan dan tanggung jawab keuangan
negara.
7. Menggunakan tenaga ahli dan/atau tenaga pemeriksa di luar BPK yang bekerja
untuk dan
atas nama BPK.
8. Membina jabatan fungsional Pemeriksa
9. Memberi pertimbangan atas Standar Akuntansi Pemerintahan.
10. Memberi pertimbangan atas rancangan sistem pengendalian intern Pemerintah
Pusat/Pemerintah Daerah sebelum ditetapkan oleh Pemerintah Pusat/Pemerintah
Daerah.

19 ∫ Akuntansi Pemerintah Kelompok 8


BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Isu dan masalah keuangan negara di Indonesia pada tahun 2016

Pemerintah Indonesia mengehendaki adanya suatu praktik negara, dimana kekuasaan


pemerintah dijalankan berdasarkan konstitusi Undang-Undang Dasar 1945 (UUD 1945).
Sejalan dengan itu, konstitusi menyampaikan kepada pemerintah untuk menjaga
keseimbangan keuangan negara sebagai salah satu upaya mewujudkan sistem pemerintahan
yang transparan dan bertanggungjawab. Yang di maksud dengan penerimaan negara menjadi
salah satu aspek kunci dari kedaulatan negara dan oleh karena itu harus diawasi secara ketat.
Pemerintah Indonesia membentuk Badan Pemeriksa Keuangan (BPK-RI) untuk menjadi
garda terdepan dalam mengawal jalannya keuangan negara dan menutup kemungkinan
terjadinya korupsi dan penyalahgunaan.

Lalu setiap tahun belanja pemerintah pusat dan daerah cenderung meningkat.
Peningkatan belanja ini diharapkan bisa untuk menurunkan angka kemiskinan dan bisa
memacu pertumbuhan ekonomi sehingga bisa menyerap tenaga kerja atau mengurangi
pengangguran yang merupakan salah satu faktor kemiskinan. Namun, peningkatan belanja
pemerintah daerah dan pusat tersebut belum sesuai harapan. Hal inilah yang mendorong untuk
dilakukannya penelitian tentang analisis pengaruh belanja pemerintah dan pertumbuhan
ekonomi terhadap kemiskinan di Indonesia. Hasil penelitian menunjukkan bahwa belanja
pemerintah pusat maupun daerah dan pertumbuhan ekonomi nasional maupun regional
signifikan mempengaruhi angka kemiskinan dengan hubungan yang negatif. Dengan
demikian pemerintah harus terus berupaya untuk bisa mengoptimalkan belanja untuk
menyelesaikan masalah kemiskinan secara langsung dan meningkatkan pertumbuhan
ekonomi.

20 ∫ Akuntansi Pemerintah Kelompok 8


3.2 Penemuan BPK dalam potensi kerugian negara sebesar Rp 29 Triliun pada tahun
2021
Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) mengungkap adanya 6.011 permasalahan senilai
Rp 31,34 triliun dalam pemeriksaan selama semester II-2021. Hal itu disampaikan saat
membacakan Ikhtisar Hasil Pemeriksaan Semester (IHPS) II Tahun 2021 dalam Sidang
Paripurna DPR RI.

Dijelaskan permasalahan tersebut terdiri dari 3.173 permasalahan berkaitan dengan


ketidakhematan, ketidakefisienan, dan ketidakefektifan (3E) sebesar Rp1,64 triliun, 1.720
permasalahan merupakan ketidakpatuhan terhadap ketentuan peraturan perundang-undangan
sebesar Rp29,70 triliun, dan 1.118 permasalahan terkait kelemahan sistem pengendalian
intern (SPI). Berikut rincian permasalahan negara dalam temuan BPK:
1. Ketidakhematan, ketidakefisienan, dan ketidakefektifan sebanyak 53% atau 3.173
permasalahan sebesar Rp1,64 triliun.
2. Ketidakpatuhan terhadap ketentuan peraturan perundang-undangan sebanyak 29% atau
1.720 permasalahan sebesar Rp29,7 triliun.
3. Terkait pelemahan sistem pengendalian intern (SPI) ada 18% atau 1.118 permasalahan.
Berikut rinciannya:
a. Ketidakefektifan ada 95,9% atau 3.043 permasalahan sebesar Rp218,56 miliar.
b. Ada 127 permasalahan ketidakhematan sebesar Rp1,42 triliun.
c. Ada 3 permasalahan ketidakefisienan sebesar Rp1,59 miliar.

3.3 Peranan BPK sebagai lembaga pengawas eksternal pengelolaan keuangan negara
BPK ditujukan untuk memperkuat BPK sebagai lembaga independen agar dapat
menjalankan fungsinya dengan maksimal. Dasar kewenangan penilaian oleh BPK diatur lebih
lanjut dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 2006 Tentang Badan
Pemeriksa Keuangan (UU No. 15 Tahun 2006 BPK). Selain itu, tujuan dari BPK dalam
pembukaan UU No. 15 Tahun 2006 yaitu untuk mencapai tujuan negara dalam mewujudkan
masyarakat yang adil, makmur dan sejahtera sebagaimana diamanatkan dalam Pembukaan

21 ∫ Akuntansi Pemerintah Kelompok 8


UUD 1945, pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara memerlukan suatu lembaga
pemeriksa yang bebas, mandiri, dan profesional untuk menciptakan pemerintahan yang
bersih dan bebas dari korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN).

Bentuk pengawasan yang dilakukan BPK ini adalah pengawasan Represif, yaitu
pemeriksaan dilakukan setelah pekerjaan dilaksanakan untuk menentukan apakah
pengelolaan dilakukan sesuai dengan prosedur atau tidak, telah efisien atau tidak dan apakah
tujuan dari pekerjaan yang dilakukan telah tercapai atau belum, dan dilakukan oleh lembaga
Eksternal yang bukan merupakan bagian dari lembaga yang diperiksanya. BPK juga menjadi
lembaga yang berperan untuk mendorong kesadaran seluruh penyelenggara negara supaya
memiliki integritas dalam mengelola Keuangan Negara.

A. Sumber dan Batasan Kewenangan BPK dalam Melakukan Pengawasan


terhadap Pengelolaan Keuangan Negara

Dalam melaksanakan tugasnya, BPK berwenang untuk:

a. BPK memiliki wewenang untuk menentukan objek pemeriksaan,


merencanakan serta melaksanakan pemeriksaan. Penentuan waktu dan metode
pemeriksaan serta menyusun maupun menyajikan laporan juga menjadi
wewenang dari BPK tersebut.
b. Meminta keterangan dan/atau dokumen yang wajib diberikan oleh setiap
orang, unit organisasi Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, Lembaga Negara
lainnya, Bank Indonesia, Badan Usaha Milik Negara, Badan Layanan Umum,
Badan Usaha Milik Daerah, dan lembaga atau badan lain yang mengelola
keuangan negara.
c. Melakukan pemeriksaan di tempat penyimpanan uang dan barang milik
negara, di tempat pelaksanaan kegiatan, pembukuan dan tata usaha keuangan
negara, serta pemeriksaan terhadap perhitungan-perhitungan, surat-surat,

22 ∫ Akuntansi Pemerintah Kelompok 8


bukti-bukti, rekening koran, pertanggungjawaban, dan daftar lainnya yang
berkaitan dengan pengelolaan keuangan negara.
d. Menetapkan jenis dokumen, data, serta informasi mengenai pengelolaan dan
tanggung jawab keuangan negara yang wajib disampaikan kepada BPK.
e. Menetapkan standar pemeriksaan keuangan negara setelah konsultasi dengan
Pemerintah Pusat/Pemerintah Daerah yang wajib digunakan dalam
pemeriksaan pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara.
f. Menetapkan kode etik pemeriksaan pengelolaan dan tanggung jawab
keuangan negara
g. Menggunakan tenaga ahli dan/atau tenaga pemeriksa di luar BPK yang
bekerja untuk dan atas nama BPK.
h. Membina jabatan fungsional Pemeriksa.
i. Memberi pertimbangan atas Standar Akuntansi Pemerintahan.
j. Memberi pertimbangan atas rancangan sistem pengendalian intern Pemerintah
Pusat/Pemerintah Daerah sebelum ditetapkan oleh Pemerintah
Pusat/Pemerintah Daerah

Kewenangan-kewenangan yang dapat dimiliki oleh BPK ini tidak lepas dari
fungsi-fungsi dari BPK itu sendiri. Pertama, BPK memiliki fungsi operasional, yaitu
fungsi untuk melaksanakan pemeriksaan terhadap tangggung jawab keuangan negara
dan juga pelaksanaan APBN. Kedua, BPK memiliki fungsi yudikatif untuk
melakukan peradilan kompatibel terhadap tuntutan perbendaharaan. Ketiga, BPK
memiliki fungsi rekomendasi dengan memberikan saran atau pertimbangan kepada
Pemerintah apabila dianggap perlu untuk kepentingan negara maupun hal yang
berhubungan dengan keuangan negara.

23 ∫ Akuntansi Pemerintah Kelompok 8


B. Mekanisme Pengawasan yang dilakukan oleh BPK terhadap Pengelolaan
Keuangan Negara

Pemeriksaan Keuangan Negara atau Audit Keuangan Negara mencakup


proses identifikasi masalah, analisis, dan evaluasi yang dilakukan secara independent,
objektif, dan profesional berdasarkan standar pemeriksaan BPK untuk menilai
kebenaran, kecermatan, kredibilitas, dan keandalan informasi mengenai pengelolaan
dan tanggung jawab Keuangan Negara. BPK mempunyai kebebasan dan kemandirian
dalam proses yang meliputi tiga tahap pemeriksaan, yaitu perencanaan, pelaksanaan,
dan pelaporan hasil pemeriksaan. Kebebasan dalam tahap perencanaan ini mencakup
kebebasan untuk menentukan objek yang akan diperiksa, kecuali pemeriksaan yang
objeknya telah diatur tersendiri dalam undang-undang, atau pemeriksaan berdasarkan
permintaan khusus dari lembaga perwakilan.

a. Pemeriksaan keuangan, yaitu pemeriksaan yang dilakukan atas laporan


keuangan yang dibuat oleh Kepala Daerah dengan maksud mengevaluasi
tingkat kewajaran yang disajikan dalam laporan. Pemeriksaan keuangan
diakhir dengan opini atau pendapat BPK tentang kewajaran laporan keuangan
Pemerintah Daerah.
b. Pemeriksaan kinerja, yaitu pemeriksaan atas pengelolaan keuangan negara
yang terdiri atas pemeriksaan aspek ekonomi, dan efisiensi serta pemeriksaan
aspek efektivitas. Pemeriksaan kinerja menghasilkan kesimpulan apakah
kegiatan yang dibiayai oleh keuangan daerah telah diselenggarakan secara
ekonomis dan efisien serta memenuhi sasarannya secara efektif. Disinilah
kemudian terdapat temuan-temuan BPK yang selanjutnya diberikan
rekomendasi penyelesaiannya.
c. Pemeriksaan dengan tujuan tertentu, yaitu pemeriksaan yang tidak termasuk
dalam butir 1, dan butir 2. Termasuk dalam pemeriksaan ini adalah

24 ∫ Akuntansi Pemerintah Kelompok 8


pemeriksaan investigatif yang dilakukan atas permintaan aparat penegak
hukum.

Dalam pelaksanaan pemeriksaan pengelolaan dan tanggung jawab keuangan


negara, BPK melakukan pembahasan atas temuan pemeriksaan dengan objek yang
diperiksa sesuai dengan standar pemeriksaan keuangan negara. BPK memiliki tugas
melakukan pembahasan atas temuan pemeriksaan dengan objek yang diperiksa sesuai
dengan standar pemeriksaan keuangan negara.

1. Hasil Temuan BPK

Berikut tujuh temuan pemeriksaan atas sistem pengendalian intern dan kepatuhan
yang dilakukan BPK

1. Pelaporan atas kebijakan baru pemerintah, di antaranya penetapan harga


jual BBM dan listrik, serta kerja sama pemerintah dengan badan usaha
(KPBU) yang menimbulkan dampak terhadap realisasi anggaran, aset,
dan kewajiban belum ditetapkan standar akuntasinya.
2. Dasar hukum, metode perhitungan, dan mekanisme penyelesaian
kompensasi atas dampak kebijakan penetapan tarif tenaga listrik (TTL)
nonsubsidi belum ditetapkan.
3. Pencatatan rekonsiliasi dan monitoring valuasi aset Kontraktor Kontrak
Kerja Sama (KKKS) dan perjanjian kerja sama karya (KK) pengusahaan
pertambangan batu bara belum memadai.
4. Skema pengalokasian anggaran dan realisasi pengadaan tanah proyek
strategis nasional pada pos pembiayaan dan realisasi pembangunan aset
konstruksi jalan tol belum didukung dengan standar dan kebijakan
akuntansi yang lengkap.
5. Data sumber perhitungan afirmasi dan alokasi formula pada
pengalokasian dana desa pada alokasi anggaran 2018 belum andal.

25 ∫ Akuntansi Pemerintah Kelompok 8


6. Pengalokasian dana alokasi khusus (DAK) fisik tahun anggaran 2018
sebesar Rp15,51 Triliun belum sepenuhnya sesuai dengan peraturan
perundang-undangan dan tidak didukung dengan dokumen sumber yang
memadai.
7. Adanya kelemahan pengadilan intern dan ketidakpatuhan dalam
penatausahaan dan pencatatan kas setara kas, PNBP, belanja, piutang
PNBP, persediaan aset tetap dan utang, terutama pada
kementerian/lembaga.

2. Jenis Pengawasan BPK

Kewenangan pengawasan BPK atas pengelolaan keuangan dapat


dikelompokkan dalam pengawasan represif, yakni pengawasan atas pelaksanaan
dari anggaran atau pengawasan a-posteriori. Pengawasan a-posteriori merupakan
pengawasan yang dilakukan sesudah dikeluarkannya keputusan atau ketetapan
pemerintah ataupun setelah kegiatan dilakukan. Dalam hal keputusan atau
ketetapan pemerintah, melihat bagaimana pelaksanaan keputusan atau ketetapan
tersebut, apakah dalam pelaksanaannya telah sesuai dengan tujuan atau maksud
diterbitkan keputusan atau ketetapan tersebut. Dalam hal kegiatan pemerintah,
dilakukan pada akhir tahun, pengawasan represif ini bermaksud untuk
mengetahui apakah suatu kegiatan dan pembiayaan yang telah dilakukan itu telah
mengikuti kebijaksanaan dan ketentuan yang telah ditetapkan dan pengawasan
ini dilakukan setelah pekerjaan atau kegiatan dilaksanakan.

26 ∫ Akuntansi Pemerintah Kelompok 8


C. Tindak Lanjut Hasil Pemeriksaan oleh BPK dalam Melakukan Pengawasan
terhadap Pengelolaan Keuangan Negara

1. Mekanisme Pelaporan Hasil Pemeriksaan BPK

Pemeriksaan Pengelolaan dan tanggung jawab keuangan tahunan BPK


dilakukan oleh akuntan publik.Penjaminan pengendalian mutu yang dilakukan
tim mandiri selama pemeriksaan telah sesuai standar & pedoman serta
peraturan pemeriksaan yang berlaku dilakkan oleh Inspektur Utama BPK RI.
Untuk menjamin mutu pemeriksaan pengelolaan dan tanggung jawab
keuangan negara oleh BPK sesuai dengan standar, sistem pengendalian mutu
BPK ditelaah oleh badan pemeriksaan keuangan negara lain yang menjadi
anggota organisasi pemeriksaan keuangan sedunia

2. Pertanggungjawaban Hasil Pemeriksaan BPK

a) Untuk memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab tentang keuangan


negara diadakan satu Badan Pemeriksa Keuangan yang bebas dan
mandiri.
b) Hasil pemeriksaan keuangan negara diserahkan kepada Dewan
Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah, sesuai dengan kewenangannya.
c) Hasil pemeriksaan tersebut ditindaklanjuti oleh lembaga perwakilan
dan/atau badan sesual dengan undang-undang

3. Opini BPK

BPK memberikan penilaian berbentuk opini yang terbagi menjadi 4 (empat)


kategori opini, yaitu:

27 ∫ Akuntansi Pemerintah Kelompok 8


a) Opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) atau Unqualified Opinion,
laporan keuangan yang diperiksa oleh BPK telah disajikan dengan
wajar dan disusun dengan memuaskan tanpa kesalahan.
b) Opini Wajar Dengan Pengecualian (WDP) atau Qualified Opinion,
laporan keuangan yang diperiksa oleh BPK telah disajikan secara
wajar, namun terdapat beberapa bagian tertentu yang belum memenuhi
standar pengelolaan keuangan.
c) Opini Tidak Wajar (TW) atau Adverse Opinion, laporan keuangan
yang diperiksa oleh BPK tidak sesuai dengan standar pengelolaan
keuangan yang telah ditetapkan dan penyusun laporan keuangan
tersebut tidak mau melakukan perbaikan meski sudah ada koreksi yang
diajukan oleh auditor dalam proses pemeriksaan.
d) Menolak Memberikan Pendapat atau Tidak Memberikan Pendapat
atau Disclaimer Opinion, auditor tidak dapat memberikan kesimpulan
atau pendapat atas laporan keuangan, hal ini dapat disebabkan oleh
berbagai faktor, misalnya karena pihak yang diperiksa membatasi
ruang lingkup pemeriksaan.

28 ∫ Akuntansi Pemerintah Kelompok 8


BAB VI
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Konstitusi mewajibkan pemerintah untuk menjaga keseimbangan fiskal untuk
menciptakan sistem pemerintahan yang transparan dan akuntabel. Peningkatan belanja
ini diharapkan dapat menurunkan angka kemiskinan, merangsang pertumbuhan ekonomi
dan menyerap tenaga kerja, serta menurunkan tingkat pengangguran yang merupakan
salah satu penyebab kemiskinan. Dengan dilakukan penelitian untuk menganalisis
dampak pengeluaran pemerintah dan pertumbuhan ekonomi terhadap kemiskinan di
Indonesia. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengeluaran pemerintah pusat dan
daerah serta pertumbuhan ekonomi nasional dan daerah berhubungan secara signifikan
dan negatif terhadap tingkat kemiskinan. Pemerintah harus terus berupaya
mengoptimalkan belanja untuk langsung menyelesaikan permasalahan kemiskinan dan
mendorong pertumbuhan ekonomi. Dan BPK adalah organisasi yang dinilai untuk tujuan
audit eksternal mempunyai keandalan yang tinggi. Hasil tes BPK dikirim ke DPR dan
kemudian ke partai lain. Hasil penelitian ini akan digunakan oleh: organisasi perwakilan
sebagai cara menilai organisasi perwakilan di hadapan pemerintah, terbuka untuk umum
sebagai sarana pemerintahan dan manajemen BPK, kelompok berpengaruh. Peran BPK
adalah memberitahukan polisi mengenai adanya kasus pidana dan mengevaluasi temuan
cabang pidana jika ditemukan tanda-tanda kejahatan.

29 ∫ Akuntansi Pemerintah Kelompok 8


5.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas, peningkatan jumlah belanja diharapkan dapat
mengurangi jumlah kemiskinan. Dengan dilakukan penelitian untuk menganalisis
dampak pengeluaran pemerintah dan pertumbuhan ekonomi terhadap kemiskinan di
Indonesia. Pemerintahan wajib menjaga keseimbangan untuk menciptaka sistem
pemerintahan yang transparan dan akuntabel. Juga dengan adanya BPK yang berfungsi
dalam pengawasan keuangan negara dapat mengevalusi kaasus/isu yang ditemukan
dalam kejahatan di dalam negara.

30 ∫ Akuntansi Pemerintah Kelompok 8


DAFTAR PUSTAKA

Briando, B., Embi, M. A., Triwuyono, I., & Irianto, G. (2011). TUAH SEBAGAI SARANA
PENGEMBANGAN ETIKA PENGELOLA . Jurnal Akuntansi Multiparadigma,
227-245.

Indraini, A. (2022, 5 24). BPK Temukan Potensi Kerugian Negara Rp 29 Triliun! Retrieved
from DetikFinance: https://finance.detik.com/berita-ekonomi-bisnis/d-6093632/bpk-
temukan-potensi-kerugian-negara-rp-29-triliun

Keuangan, B. P. (2003). UU NOMOR 17 TAHUN 2003. Keuangan Negara, 1-40.

Kompas. (2023, 02 09). BPK: Pengertian, Dasar Hukum, Kedudukan, dan Strukturnya.
Retrieved from Kompas.com:
https://nasional.kompas.com/read/2023/02/09/03450091/bpk--pengertian-dasar-
hukum-kedudukan-dan-strukturnya

Rakyat , D. P. (2023, 11 29). Jurnal Budget: Isu dan Masalah Keuangan Negara. Retrieved
from dpr.go.id: https://ejurnal.dpr.go.id/index.php/jurnalbudget/issue/view/19

Rakyat, D. P. (2004). UU NOMOR 1 TAHUN 2004. Perbendaharaan Negara, 1-30.

Republik Indonesia, K. K. (2023, 9 21). Kementrian Keuangan Republik Indonesia. Retrieved


from Sistem Penerimaan dan Pengeluaran Negara:
https://djpb.kemenkeu.go.id/kppn/biak/id/data-publikasi/artikel/2986-sistem-
penerimaan-dan-pengeluaran-negara.html

Illahi, B. K., & Alia, M. I. (2017). Pertanggungjawaban Pengelolaan Keuangan Negara


melalui Kerja Sama BPK dan KPK. Pusat Konstitusi Universitas Andalas, 1-42.

Kaldera, N. X., & al, e. (2020). Peran Bpk Sebagai Lembaga Pengawas Eksternal
Pengelolaan. Fakultas Hukum, Universitas Padjadjaran, Bandung, 1-14.

31 ∫ Akuntansi Pemerintah Kelompok 8

Anda mungkin juga menyukai