Anda di halaman 1dari 27

TUGAS MAKALAH

TRANSFORMASI HUKUM KEUANGAN NEGARA

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah


Governance & Sistem Pengelolaan Keuangan Negara

Dosen Pengampu :
Dr. Yesi Mutia Basri, SE., M.Si. Ak., CA

Disusun Oleh:

Kelompok 1
Aready ( 2310246440 )
Chaira Astami Putri ( 2310246442 )

PROGRAM PASCASARJANA MAGISTER AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS RIAU

2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-NYA sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah ini pada mata kuliah Governance & Sistem Pengelolaan Keuangan
Negara. Saya mengucapkan terima kasih kepada Ibu Dr. Yesi Mutia Basri, SE., M.Si. Ak., CA
selaku dosen mata kuliah Governance & Sistem Pengelolaan Keuangan Negara yang telah
memberikan tugas makalah ini sehingga kami dapat memahami materi pada pembahasan yang
berjudul “Transformasi Hukum Keuangan Negara”.
Dan kami berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman
bagi para pembaca, untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi
makalah agar menjadi lebih baik lagi.
Mengingat keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, kami yakin masih
banyak kekurangan dalam makalah ini, oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran dan
kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Pekanbaru, 21 Februaru 20234

Kelompok 1
DAFTAR ISI

Kata Pengantar..................................................................... Error: Reference source not found


Daftar Isi.............................................................................. Error: Reference source not found
Bab I Pendahuluan....................................................................................................................4
A. Latar Belakang.................................................................................................................. 4
B. Rumusan Masalah............................................................................................................. 6
C. Tujuan Penulisan............................................................................................................... 7
Bab II Pembahasan.......................................................................................................................8
A. Dasar Hukum dan Pengertian Keuangan Negara.......................................................... 8
B. Ruang Lingkup Keuangan Negara..............................................................................12
C. Asas-Asas Pengelolaan Keuangan Negara.................................................................. 14
D. Pengelolaan Keuangan Negara....................................................................................15
E. Kekuasaan atas Pengelolaan Keuangan Negara.......................................................... 22
Bab III Penutup.......................................................................................................................24
Daftar Pustaka.........................................................................................................................27
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Negara Kesatuan Republik Indonesia menyelenggarakan pemerintahan negara dan
pembangunan nasional untuk mencapai masyarkat adil, makmur dan merata berdasrkan
Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Dalam rangka
penyelenggaraan Pemerintahan, Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi atas daerah-daerah
Provinsi dan daerah Provinsi terdiri atas daerah-daerah kabupaten kota. Tiap-tiap daerah tersebut
mempunyai hak dan kewajiban mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahannya untuk
meningkatkan efisiensi dan efektifitas penyelenggaraan pemerintahan dan pelayanan kepada
masyarakat.
Dengan demikian, UUD 1945 menjadi landasan filosofis dan landasan konstitusional
pembentukan UU tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah
Daerah yang menjadi acuan bagi pemerintah untuk mengatur dan menyelenggarakan program
keuangan agar bisa dilaksanakan tepat sasaran yakni menyentuh kebutuhan rakyat. Dalam rangka
mewujudkan good governance dalam penyelenggaraan pemerintah negara, sejak beberapa tahun
yang lalu telah diintrodusir Reformasi Manajemen Keuangan Pemerintah. Reformasi tersebut
mendapatkan landasan hukum yang kuat dengan telah disahkannya UU No. 17 Tahun 2003
tentang Keuangan Negara, UU No. 1 tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara, dan UU No.
15 Tahun 2004 tentang pemeriksaan Pengelolaan dan tanggung Jawab Keuangan Negara.
Definisi Keuangan Negara adalah semua hak dan kewajiban negara yang dapatdinilai
dengan uang, serta segala sesuatu baik berupa uang maupun berupa barang yang dapat dijadikan
milik negara berhubung dengan pelaksanaan hak dan kewajiban tersebut. Dalam penjelasan
Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara dinyatakan bahwa pendekatan
yang digunakan dalam merumuskan Keuangan negara adalah dari sisi obyek, subyek, proses, dan
tujuan. Dari sisi subyek, yang dimaksud dengan keuangan Negara meliputi seluruh subyek yang
memiliki/menguasai obyek sebagaimana tersebut di atas, yaitu: pemerintah pusat, pemerintah
daerah, perusahaan negara/daerah, dan badan lain yang ada kaitannya dengan keuangan negara.
Dari sisi proses, keuangan negara mencakup seluruh rangkaian kegiatan yang berkaitan
dengan keuangan negara. Dari sisi proses, Keuangan Negara mencakup seluruh rangkaian
kegiatan yang berkaitan dengan pengelolaan obyek sebagaimana tersebut diatas mulai dari
perumusan kebijakan dan pengambilan keputusan sampai dengan pertanggungjawaban. Dari sisi
tujuan, Keuangan negara meliputi seluruh kebijakan, kegiatan dan hubungan hukum yang
berkaitan dengan pemilikan dan/atau penguasaan obyek sebagaimana tersebut di atas dalam
rangka penyelenggaran pemerintahan negara. Peranan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
(APBN) atau Anggaran Sektor Publik menjadi semakin signifikan.
Dengan keluarnya tiga paket perundang-undangan di bidang keuangan negara, yaitu UU
No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, UU No. 1 tahun 2004 tentang Perbendaharaan
Negara, dan UU No. 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan tanggung Jawab
Keuangan Negara, sistem pengelolaan anggaran negara di Indonesia terus berubah dan
berkembang sesuai dengan dinamika manajemen sektor publik. Pemberlakuan Undang-Undang
Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara yang disahkan 9 Maret 2003, yang diharapkan
menjadi kerangka hukum yang kokoh dalam upaya mendorong terwujudnya tata cara
pengelolaan keuangan negara yang bersih dari korupsi. Kehadiran undang-undang ini diharapkan
dapat memberikan garis yang jelas dan tegas kepada pemerintah dalam mengatur keuangan dan
aset negara.
Perkembangan hukum keuangan negara jangan sampai ditujukan untuk kepentingan,
kemanfaatan, dan keinginan jangka pendek dan keuntungan pihak elit tertentu dalam negara dan
masyarakat. Hukum keuangan negara yang mewujudkan dirinya sebagai landasan konsep bagi
prospek negara Indonesia. Perpaduan antara kemajemukan dan kesatuan bangsa harus menjadi
ciri logis yang mengatur keuangan negara, sehingga konsepsi otonomi daerah sebagai satu basis,
kemandirian bdan hukum sebagai satu basis, serta negara sebagai basis yang lain harus
diformulasikan dengan baik dan mendukung kegiatan negara Indonesia.
Filosofis lainnya adalah bahwa landasan hukum pengelolaan keuangan negara harus
mampu direfleksikan dalam konstitusi atau undang-undang dasarnya sesuai dengan konsepsi
teori hukum. Apalagi penyusunannya mengabaikan teori hukum dan mengutamakan kepentingan
politik tetentu, peraturan perundang-undangan pengelolaan keuangan negara hanya akan menjadi
bagian dari kepentingan pihak tersebut, sehingga hakikat kedaulatan rakyat tidak akan pernah
terwujud dalam keuangan negara. Dengan kata lain, peraturan perundang-undangan pengelolaan
keuangan negara pemberian dalam tataran peraturan perundang-undangan harus mengutamakan
kepentingan rakyat atau harus sesuai dengan konsepsi mengenai negara dan pemerintahan dari
bangsa itu sendiri sebagai satu kesatuan yang utuh dan komprehensif.
Di Indonesia, hal-hal yang berhubungan dengan proses penerimaan dan pengeluaran
negara diatur dalam Undang-Undang Dasar 1945, yaitu dalam rumusan ketentuan Pasal 23 dan
amandemennya. Pasal 23 UUD 1945, yang semula terdiri dari lima ayat ini dan berada di bawah
ketentuan Bab VIII dengan Judul Keuangan Negara dalam tahun 2001 telah diamandemen
menjadi 6 pasal dibawah 2 Bab. Agar segala proses pengurusan dan penyelenggaraan keuangan
negara tersebut tidak dilakukan sewenang-wenang oleh pemerintah, maka diperlukanlah
persetujuan dari wakil-wakil rakyat. Konsepsi ini sangat jelas tertuang dalam rumusan
selanjutnya dalam Pasal 23 A UUD 1945 tentang pemungutan pajak oleh negara, dan Pasal 23C
UUD 1945 yang berhubungan dengan hal-hal keuangan negara lainnya, yang semuanya
diisyaratkan untuk diatur dengan Undang-Undang. Proses otorisasi oleh wakil rakyat melalui
DPR tidaklah berhenti dengan diberikannya persetujuan penetapan APBN, namun lebih dari itu,
DPR memerlukan kepastian dan kejelasan apakah otorisasi yang diberikan tersebut telah
dilaksanakan sesuai dengan peretujuan yang diberikan. Untuk itu maka diadakanlah mekanisme
pertanggung jawaban pengelolaan keuangan negara. Selanjutnya karena otorisasi di berikan oleh
DPR melalui APBN setiap tahunnya, maka pertanggungjawaban pengelolaan keuangan negara
juga diselenggarakan melalui mekanisme yang dilakukan pada setiap akhir tahun anggaran. Di
Indonesia mekanisme pertanggungjawaban ini diselenggarakan melalui proses pemeriksaan oleh
suatu badan, yang disebut Badan Pemeriksa Keuangan (BPK), yang hasil pemeriksaannnya
disampaikan kepada DPR (Pasal 23 E) UUD 1945.

1.2. Rumusan Masalah


Rumusan masalah dalam makalah ini adalah :
1. Apa pengertian dari hukum keuangan negara dan dasar hukumnya?
2. Bagaimana ruang lingkup keuangan negara?
3. Apa sajakah asas-asas umum pengelolaan keuangan negara?
4. Bagaimana pengelolaan keuangan negara?
5. Siapa kekuasaan atas pengelolaan keuangan negara?
1.1. Tujuan Penulisan
Tujuan dalam makalah ini adalah :
1. Untuk mengetahui hukum keuangan negara dan dasar hukumnya
2. Untuk mengetahui ruang lingkup keuangan negara
3. Untuk mengetahui asas-asas umum pengelolaan keuangan negara
4. Untuk mengetahui pengelolaan keuangan negara
5. Untuk mengetahui kekuasaan atas pengelolaan keuangan negara
BAB II
PEMBAHASAN

1.2. Dasar Hukum dan Pengertian Keuangan Negara


Secara kronologis keberadaan peraturan perundangan di bidang Keuangan Negara adalah
dirunut sejak Indonesia menyatakan kemerdekaannya, dalam pelaksanaan pengelolaan keuangan
negara selama ini masih digunakan ketentuan perundang-undangan yang disusun pada masa
pemerintahan kolonial Hindia Belanda yaitu :
a. Indische Comftabiliteitswet (ICW) stbl. 1925 no. 448
b. Indische Bedrijevnwet (IBW) stbl. 1927 no 419 jo stbl 1936 no 445
c. Reglement voorhet Administratief Beheer (RAB) stbl. 1933 no 381
Sementara itu dalam pelaksanaan pemeriksaan pertanggung jawaban keuangan negara
digunakan Instructie en verdere bepalingen voor de Algemeene Rekonkamer (IAR) stbl 1933
No. 320 Peraturan perundang-undangan tersebut tidak dapat mengakomodasikan berbagai
perkembangan yang terjadi dalam sistem kelembagaan negara dan pengelolaan keuangan
pemerintahan negara Republik Indonesia.
Oleh karena itu meskipun berbagai ketentuan tersebut secara formal masih tetap berlaku,
akan tetapi secara material sebagiandari ketentuan dalam peraturan perundang-undangan
dimaksud tidak lagi dilaksanakan kelemahan perundang-undangan negara menjadi salah satu
penyebab terjadinya beberapa bentuk penyimpangan dalam pengelolaan keuangan negara. Hal
ini mengandung makna bahwa sebelum diberlakukannya paket UU di bidang Keuangan Negara
pada tahun 2005, Indonesia secara praktis masih menggunakan ICW, IBW, RAB, IAR dsb
dengan beberapa perubahannya. Misalnya ICW disahkan dengan (terakhir) UU No.9 Tahun
1968 tentang Undang-Undang Perbendaharaan Indonesia.
Terdapat beberapa kelemahan yang timbul dari perangkat perundangan-undangan lama
tersebut, antara lain;
 Kelemahan di bidang peraturan perundang-undangan
 Kelemahan di bidang perencanaan dan penganggaran
 Kelemahan di bidang perbendaharaan
 Kelemahan di bidang auditing.
Kelemahan yang ada dalam aturan lama ditutup dengan membuat aturan baru yang dibuat
khusus untuk mengganti pasal dari aturan lama yang menyebabkan kelemahan. Aturan yang
lama masih tetap berlaku, tetapi khusus untuk pasal yang diamandemenkan berlaku ketentuan
yang baru dan pada saat tahun 2003-2004 pemerintah melakukan perombakan peraturan
keuangan negara dengan mengganti seluruh peraturan yang lama dan pada tahun tersebut
bersama dengan DPR mengeluarkan satu paket peraturan perundang-undangan bidang keuangan
yang terdiri dari:
 UU No. 17 Tahun 2003 tentang keuangan negara.
 UU No. 1 Tahun 2004 tentang perbendaharaan negara.
 UU No. 15 Tahun 2004 tentang pemeriksaan pengelolaan dan tanggung jawab keuangan
negara
Rujukan Dasar Hukum berlakunya Hukum Keuangan Negara yang utama adalah
Undang-Undang Dasar 1945. Pada Bab VIII Hal Keuangan, pada pasal 23 dinyatakan:
“Anggaran pendapatan dan belanja negara sebagai wujud dari pengelolaan keuangan negara
ditetapkan setiap tahun dengan undang-undang dan dilaksanakan secara terbuka dan
bertanggung jawab untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat”. (psl 23 ayat 1) Dan juga
dijelaskan bahwa “Hal-hal lain mengenai keuangan negara diatur dengan undang-undang”(pasal
23C) “Apabila Dewan Perwakilan Rakyat tidak menyetujui rancangan anggaran pendapatan dan
belanja negara yang diusulkan oleh Presiden, Pemerintah menjalankan Anggaran Pendapatan
dan Belanja Negara tahun yang lalu”(psl 23 ayat 3). Diperlukan suatu undang-undang yang
mengatur pengeloalan keuangan negara yaitu Undang-undang No. 17 tahun 2003 tentang
Keuangan Negara.
Terdapat beberapa pengertian keuangan negara yaitu menurut M. Ichwan, keuangan
negara adalah rencana kegiatan secara kuantitatif (dengan angka-angka di antaranya diwujudkan
dalam jumlah mata uang), yang akan dijalankan untuk masa mendatang lazimnya satu tahun
mendatang.
Menurut Geodhart, keuangan negara merupakan keseluruhan undang-undang yang
ditetapkan secara periodik yang memberikan kekuasaan pemerintah untuk melaksanakan
pengeluaran mengenai periode tertentu dan menunjukan alat pembiayaan yang diperlukan untuk
menutup pengeluaran tersebut.
Unsur-unsur keuangan Negara menurut Geodhart meliputi:
a. Periodik;
b. Pemerintah sebagai pelaksana program;
c. Pelaksana anggaran mencakup dua wewenang, yaitu wewenang pengeluaran dan wewenang
untuk menggali sumber-sumber pembiayaan untuk menutup pengeluaranpengeluaran yang
bersangkutan; dan
d. Bentuk anggaran Negara adalah berupa suatu undang-undang.
Menurut John F. Due, budget keuangan Negara adalah suatu rencana keuangan untuk
suatu periode waktu tertentu. Government budget (anggaran belanja pemerintah) adalah suatu
pernyataan mengenai pengeluaran atau belanja yang diusulkan dan penerimaan untuk masa
mendatang bersama dengan data pengeluaran dan penerimaan yang sebenarnya untuk periode
mendatang dan periode yang telah lampau.
Definisi keuangan Negara dalam Pasal 23 UUD 1945 dapat diinterpretasi, yaitu: (1)
Pengertian keuangan Negara diartikan secara sempit, yang meliputi keuangan Negara yang
bersumber pada APBN, didasarkan pada pertanggung jawaban keuangan Negara oleh
pemerintah yang telah disetujui oleh DPR selaku pemegang hak begrooting, yaitu APBN. (2)
Pengertian keuangan Negara diartikan secara luas, jika didasarkan pada obyek pemeriksaan dan
pengawasan keuangan Negara, yakni APBN, APBD, BUMN/BUMD.
Definisi keuangan negara menurut Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang
Keuangan Negara adalah semua hak dan kewajiban negara yang dapat dinilai dengan uang, serta
segala sesuatu baik berupa uang maupun berupa barang yang dapat dijadikan milik Negara
berhubung dengan pelaksanaan hak dan kewajiban tersebut. Dalam penjelasan Undang-Undang
Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara dinyatakan bahwa pendekatan yang digunakan
dalam merumuskan Keuangan Negara adalah dari sisi objek, subjek, proses, dan tujuan.
a. Dari sisi objek, yang dimaksud dengan Keuangan Negara meliputi semua hak dan
kewajiban negara yang dapat dinilai dengan uang, termasuk kebijakan dan kegiatan
dalam bidang fiskal, moneter dan pengelolaan kekayaan negara yang dipisahkan,
serta segala sesuatu baik berupa uang, maupun berupa barang yang dapat dijadikan
milik negara berhubung dengan pelaksanaan hak dan kewajiban tersebut.
b. Dari sisi subjek, yang dimaksud dengan Keuangan Negara meliputi seluruh subjek
yang memiliki/menguasai objek sebagaimana tersebut di atas, yaitu: pemerintah
pusat, pemerintah daerah, perusahaan negara/daerah, dan badan lain yang ada
kaitannya dengan keuangan negara.
c. Dari sisi proses, Keuangan Negara mencakup seluruh rangkaian kegiatan yang
berkaitan dengan pengelolaan objek sebagaimana tersebut di atas mulai dari
perumusan kebijakan dan pengambilan keputusan sampai dengan
pertanggunggjawaban.
d. Dari sisi tujuan, Keuangan Negara meliputi seluruh kebijakan, kegiatan dan
hubungan hukum yang berkaitan dengan pemilikan dan/atau penguasaan objek
sebagaimana tersebut di atas dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan negara.
Berdasarkan pengertian keuangan negara dengan pendekatan objek, terlihat bahwa hak
dan kewajiban negara yang dapat dinilai dengan uang diperluas cakupannya, yaitu termasuk
kebijakan dan kegiatan dalam bidang fiskal, moneter dan pengelolaan kekayaan negara yang
dipisahkan.
Dengan demikian, bidang pengelolaan keuangan negara dapat dikelompokkan dalam:
a. sub bidang pengelolaan fiskal,
b. sub bidang pengelolaan moneter, dan
c. sub bidang pengelolaan kekayaan negara yang dipisahkan.
Pengelolaan keuangan negara subbidang pengelolaan fiskal meliputi kebijakan dan
kegiatan yang berkaitan dengan pengelolaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN)
mulai dari penetapan Arah dan Kebijakan Umum (AKU), penetapan strategi dan prioritas
pengelolaan APBN, penyusunan anggaran oleh pemerintah, pengesahan anggaran oleh DPR,
pelaksanaan anggaran, pengawasan anggaran, penyusunan perhitungan anggaran negara (PAN)
sampai dengan pengesahan PAN menjadi undang-undang.
Pengelolaan keuangan negara subbidang pengelolaan moneter berkaitan dengan kebijakan
dan pelaksanaan kegiatan sector perbankan dan lalu lintas moneter baik dalam maupun luar
negeri. Pengelolaan keuangan negara subbidang kekayaan Negara yang dipisahkan berkaitan
dengan kebijakan dan pelaksanaan kegiatan di sektor Badan Usaha Milik Negara/Daerah
(BUMN/BUMD) yang orientasinya mencari keuntungan (profit motive).
Berdasarkan uraian di atas, pengertian keuangan negara dapat dibedakan antara: pengertian
keuangan negara dalam arti luas, dan pengertian keuangan negara dalam arti sempit. Pengertian
keuangan negara dalam arti luas pendekatannya adalah dari sisi objek yang cakupannya sangat
luas, dimana keuangan negara mencakup kebijakan dan kegiatan dalam bidang fiskal, moneter
dan pengelolaan kekayaan negara yang dipisahkan. Sedangkan pengertian keuangan negara
dalam arti sempit hanya mencakup pengelolaan keuangan negara subbidang pengelolaan fiskal
saja.
1.1.1. Dasar Hukum Keuangan Negara
UUD 1945 pasal 23 amandemen IV Bab VIII
1) Anggaran pendapatan dan belanja negara sebagai wujud dari pengelolaan
keuangan negara ditetapkan setiap tahun dengan undan-gundang dan dilaksanakan
secara terbuka dan bertanggung jawab untuk sebesar-besarnya kemakmuran
rakyat. ***)
2) Rancangan undang-undang anggaran pendapatan dan belanja negara diajukan
oleh Presiden untuk dibahas bersama Dewan Perwakilan Rakyat dengan
memperhatikan pertimbangan Dewan Perwakilan Daerah. ***)
3) Apabila Dewan Perwakilan Rakyat tidak menyetujui rancangan anggaran
pendapatan dan belanja negara yang diusulkan oleh Presiden, Pemerintah
menjalankan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara tahun yang lalu. ***)

1.1.2. Undang-Undang di Bidang Keuangan Negara


Beberapa ketentuan di bidang pengelolaan keuangan negara yang perlu diketahui
adalah sebagai berikut:
 UU No. 17/2003 tentang Keuangan Negara
 UU No. 1/2004 tentang Perbendaharaan Negara
 UU No. 25/2004 tentang pemeriksaan dan pertanggung jawaban pengelolaan
keuangan negara
 UU APBN
 UU No. 25/2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional

1.3. Ruang Lingkup Keuangan Negara


Pada hakikatnya, keuangan negara sebagai sumber pembiayaan dalam rangka pencapaian
tujuan negara tidak boleh dipisahkan dengan ruang lingkup yang dimilikinya. Oleh karena ruang
lingkup itu menentukan substansi yang dikandung dalam keuangan negara. Sebenarnya
keuangan negara harus memiliki ruang lingkup agar terdapat kepastian hukum yang menjadi
pegangan bagi pihak- pihak yang melakukan pengelolaan keuangan negara. Ketika berbicara
mengenai hukum keuangan negara, berarti membicarakan ruang lingkup keuangan negara dari
aspek yuridis. Ruang lingkup keuangan negara menurut Pasal 2 UUKN adalah sebagai berikut;
1. hak negara untuk memungut pajak, mengeluarkan dan mengedarkan uang, dan
melakukan pinjaman;
2. kewajiban negara untuk menyelenggarakan tugas layanan umum pemerintahan negara
dan membayar tagihan pihak ketiga
3. Penerimaan Negara;
4. Pengeluaran Negara;
5. Penerimaan Daerah;
6. Pengeluaran Daerah;
7. kekayaan negara/kekayaan daerah yang dikelola sendiri atau oleh pihak lain berupa uang,
surat berharga, piutang, barang, serta hak-hak lain yang dapat dinilai dengan uang,
termasuk kekayaan yang dipisahkan pada perusahaan negara/ perusahaan daerah;
8. kekayaan pihak lain yang dikuasai oleh pemerintah dalam rangka penyelenggaraan tugas
pemerintahan dan/atau kepentingan umum;
9. kekayaan pihak lain yang diperoleh dengan menggunakan fasilitas yang diberikan
pemerintah.
Bidang pengelolaan keuangan negara yang demikian luas dapat dikelompokkan dalam
sub bidang pengelolaan fiskal, sub bidang pengelolaan moneter, dan sub bidang pengelolaan
kekayaan negara yang dipisahkan. Menurut Undang-Undang No.17 Tahun 2003, ruang lingkup
keuangan negara meliputi:13
1. Pengelolaan moneter, Hal ini dilakukan melalui serangkaian kebijakan di bidang
moneter. Kebijakan moneter adalah kebijakan yang dilakukan oleh pemerintah agar ada
keseimbangan yang dinamis antara jumlah uang yang beredar dengan barang dan jasa
yang tersedia di masyarakat.
2. Pengelolaan Fiskal, Pengelolaan fiskal meliputi fungsi-fungsi pengelolaan kebijakan
fiskal dan kerangka ekonomi makro, penganggaran, administrasi perpajakan, administrasi
kepabean, perbendaharaan, dan pengawasan keuangan. Kebijakan fiskal adalah kebijakan
yang dilakukan pemerintah berkaitan dengan penerimaan (pendapatan) dan pengeluaran
(belanja) pemerintah.
3. Pengelolaan Kekayaan Negara, Khusus untuk proses pengadaan barang kekayaan negara,
yang termasuk pengeluaran negara telah diatur secara khusus dalam Keputusan Presiden
Nomor 80 Tahun 2003 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Instansi
Pemerintah. Di samping itu terdapat pula kekayaan negara yang dipisahkan
(pengelolaannya diserahkan kepada perusahaan yang seluruh modalnya/ sahamnya
dimiliki oleh negara). Perusahaan semacam ini biasa di sebut Badan Usaha Milik Negara
dan Lembaga-Lembaga Keuangan Negara (BUMN/BUMD).

1.4. Asas-Asas Pengelolaan Keuangan Negara


Dalam rangka mendukung terwujudnya good governance dalam penyelenggaraan negara,
pengelolaan keuangan negara perlu diselenggarakan secara profesional, terbuka, dan
bertanggung jawab sesuai dengan aturan pokok yang telah ditetapkan dalam Undang-Undang
Dasar 1945. Aturan pokok Keuangan Negara telah dijabarkan ke dalam asas-asas umum, yang
meliputi baik asas-asas yang telah lama dikenal dalam pengelolaan keuangan negara, seperti asas
tahunan, asas universalitas, asas kesatuan dan asas spesialitas maupun asas-asas baru sebagai
pencerminan penerapan kaidah-kaidah yang baik (best practices) dalam pengelolaan keuangan
negara.
Penjelasan dari masing-masing asas tersebut adalah sebagai berikut.
 Asas Tahunan, memberikan persyaratan bahwa anggaran Negara dibuat secara tahunan
yang harus mendapat persetujuan dari badan legislatif (DPR).
 Asas Universalitas (kelengkapan), memberikan batasan bahwa tidak diperkenankan
terjadinya percampuran antara penerimaan negara dengan pengeluaran negara.
 Asas Kesatuan, mempertahankan hak budget dari dewan secara lengkap, berarti semua
pengeluaran harus tercantum dalam anggaran. Oleh karena itu, anggaran merupakan
anggaran bruto, dimana yang dibukukan dalam anggaran adalah jumlah brutonya.
 Asas Spesialitas mensyaratkan bahwa jenis pengeluaran dimuat dalam mata anggaran
tertentu/tersendiri dan diselenggarakan secara konsisten baik secara kualitatif maupun
kuantitatif. Secara kuantitatif artinya jumlah yang telah ditetapkan dalam mata
anggaran tertentu merupakan batas tertinggi dan tidak boleh dilampaui. Secara kualitatif
berarti penggunaan anggaran hanya dibenarkan untuk mata anggaran yang telah
ditentukan.
Kemudian, berlakunya UUKN terdapat lagi asas-asas yang bersifat baru dalam
pengelolaan keuangan negara. Asas- asas pengelolaan keuangan negara yang terdapat dalam
UUKN yang bersifat best practice adalah sebagai berikut :
1. Asas Akuntabilitas berorientasi pada hasil, mengandung makna bahwa setiap pengguna
anggaran wajib menjawab dan menerangkan kinerja organisasi atas keberhasilan atau
kegagalan suatu program yang menjadi tanggung jawabnya.
2. Asas Profesionalitas mengharuskan pengelolaan keuangan negara ditangani oleh tenaga
yang profesional.
3. Asas Proporsionalitas; pengalokasian anggaran dilaksanakan secara proporsional pada
fungsi-fungsi kementerian/lembaga sesuai dengan tingkat prioritas dan tujuan yang ingin
dicapai
4. Asas Keterbukaan dalam pengelolaan keuangan negara, mewajibkan adanya keterbukaan
dalam pembahasan, penetapan, dan perhitungan anggaran serta atas hasil pengawasan
oleh lembaga audit yang independen.
5. Asas Pemeriksaan Keuangan oleh badan pemeriksa yang bebas dan mandiri, memberi
kewenangan lebih besar pada Badan Pemeriksa Keuangan untuk melaksanakan
pemeriksaan atas pengelolaan keuangan negara secara objektif dan independen.
Asas-asas umum tersebut diperlukan pula guna menjamin terselenggaranya prinsip-
prinsip pemerintahan daerah. Dengan dianutnya asas-asas umum tersebut di dalam
undang-undang tentang Keuangan Negara, pelaksanaan undang-undang ini selain
menjadi acuan dalam reformasi manajemen keuangan negara, sekaligus dimaksudkan
untuk memperkokoh landasan pelaksanaan desentralisasi dan otonomi daerah di Negara
Kesatuan Republik Indonesia.

1.5. Pengelolaan Keuangan Negara


Pengelolaan keuangan negara merupakan bagian dari pelaksanaan pemerintahan negara.
Pengelolaan keuangan negara adalah keseluruhan kegiatan pejabat pengelola keuangan negara
sesuai dengan kedudukan dan kewenangannya, yang meliputi ;
1. perencanaan keuangan negara;
2. pelaksanaan keuangan negara;
3. pengawasan keuangan negara; dan
4. pertanggungjawaban keuangan negara.
Pengelolaan uang negara yang berada dalam tanggung jawab menteri keuangan selaku
bendahara umum negara merupakan bagian dari pengelolaan keuangan negara. Pengertian uang
negara adalah uang yang dikuasai oleh bendahara umum negara yang meliputi rupiah dan valuta
asing. Sementara itu, uang negara terdiri dari atas uang dalam kas negara dan uang pada
bendahara penerimaan dan bendahara pengeluaran kementerian negara/lembaga pemerintah
nonkementerian, dan lembaga negara.
Wewenang bendahara umum negara dalam pengelolaan uang negara yang dilaksanakan oleh
kuasa bendahara umum negara pusat meliputi sebagai berikut;
1. menetapkan sistem penerimaan dan pengeluaran kas negara;
2. menunjuk bank dan/atau lembaga keuangan lainnya dalam rangka pelaksanaan
penerimaan dan pengeluaran anggaran negara
3. mengusahakandan mengatur dana yang diperlukan dalam pelaksanaan
anggaran negara;
4. menyimpan uang negara;
5. menempatkan uang negara;
6. mengelola/menatausahakan investasi melalui pembelian surat utang negara;
7. melakukan pembayaran berdasarkan permintaan pejabat pengguna anggaran atas beban
rekening kas umum negara; dan
8. menyajikan informasi keuangan negara.
Pengelolaan uang negara dapat diperinci ke dalam pengelolaan kas umum negara,
pelaksanaan penerimaan negara oleh kementerian negara, lembaga non kementerian, dan
lembaga negara. Kemudian, pengelolaan uang persediaan untuk keperluan kementerian negara,
lembaga pemerintah non kementerian, dan lembaga negara. Perincian ini bertujuan untuk
membedakan fungsinya, agar pengelolaan keuangan tetap terarah pada sasaran yang hendak
dicapai.
a. Pengelolaan Kas Umum Negara
Uang negara merupakan bagian tak terpisahkan dari keuangan negara, sehingga memerlukan
pengelolaan yang tepat dengan berdasarkan pada ketentuan peraturan perundang-undangan
yang berlaku. Uang negara disimpan dalam rekening kas umum negara agar bendahara umum
negara berwenang mengatur dan menyelenggarakan rekening pemerintah sehingga dapat
membuka rekening kas umum negara pada bank sentral. Sebenarnya pembukaan rekening kas
umum negara pada bank sentral bertujuan agar uang negara tetap berada dalam perlindungan
hukum yang diberikan oleh bank sentral.
b. Pelaksanaan Penerimaan Negara
Apabila bendahara umum negara memberikan persetujuan, berarti menteri/pimpinan lembaga
nonkementerian, dan pimpinan lembaga negara selaku pengguna anggaran dapat membuka
rekening untuk keperluan pelaksanaan penerimaan di lingkungannya. Penerimaan itu
tergolong ke dalam penerimaan negara bukan pajak. Oleh karena itu, dibutuhkan bendahara
untuk menatausahakan penerimaan tersebut. Sebenarnya menteri/pimpinan lembaga
nonkementerian, dan pimpinan lembaga negara wajib mengangkat bendahara untuk
melaksanakan tugas itu dan bertanggung jawab kepadanya.
c. Pengelolaan Uang Persediaan
Selain rekening untuk kepentingan pelaksanaan penerimaan, menteri/pimpinan lembaga
nonkementerian, dan pimpinan lembaga negara dapat pula membuka rekening untuk
keperluan pelaksanaan pengeluaran di lingkungannya. Namun, terlebih dahulu harus
memperoleh persetujuan dari menteri keuangan selaku bendahara umum negara. Ketika
rekening telah dibuka, berarti wajib mengangkat bendahara untuk mengelola uang yang harus
dipertanggungjawabkan dalam rangka pelaksanaan pengeluaran menteri/pimpinan lembaga
nonkementerian, dan pimpinan lembaga negara. Pertanggungjawaban bendahara diberikan
kepada atasannya maupun terhadap badan pemeriksa keuangan.

1. Pengelolaan Piutang dan Utang Negara


Piutang dan utang negara tidak terlepas dari pengelolaan keuangan negara, karena
tergolong ke dalam pengertian keuangan negara. Dalam arti piutang negara dan utang negara
merupakan bagian dari keuangan negara sehingga harus dikelola berdasarkan ketentuan
peraturan perundang-undangan yang berlaku. Hal ini didasarkan bahwa piutang negara dan
utang negara dalam kedudukan sebagai bagian dari hukum keuangan negara.
 Pengelolaan Piutang Negara, Piutang negara adalah jumlah uang yang wajib
dibayar kepada pemerintah pusat dan/atau hak pemerintah pusat yang dapat dinilai
dengan uang sebagai akibat perjanjian atau akibat lainnya berdasarkan peraturan
perundang-undangan yang berlaku atau akibat lainnya yang sah. Jadi, piutang negara
timbul karena: akibat perjanjian; akibat lainnya berdasarkan peraturan perundang-
undangan yang berlaku; dan akibat lainnya yang sah. Piutang negara jenis tertentu
mempunyai hak mendahulu sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang
berlaku. Piutang negara jenis tertentu, antara lain piutang pajak dan piutang yang
diatur dalam undang- undang tersendiri. Terhadap piutang negara jenis tertentu,
penagihan dan pembayarannya harus didahulukan daripada piutang yang bersifat
keperdataan.
 Pengelolaan Utang Negara, Pada hakikatnya, utang negara merupakan bagian dari
pengelolaan keuangan negara yang kedudukannya tidak berbeda dengan pengelolaan
uang negara. Dalam arti utang negara harus dikelola secara benar dengan
berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku agara tidak menimbulkan
kesulitan di masa depan. Utang negara adalah jumlah uang yang wajib dibayar
pemerintah pusat yang dapat dinilai dengan uang berdasarkan peraturan perundang-
undangan yang berlaku, atau berdasarkan sebab lainnya yang sah.
2. Pengelolaan Investasi
Investasi pemerintah adalah penempatan sejumlah dana dan/atau barang dalam jangka
panjang untuk investasi pembelian surat berharga dan investasi langsung untuk memperoleh
manfaat ekonomi, sosial, dan/atau manfaat lain.14 Investasi pemerintah dilakukan dalam
bentuk saham, surat utang, dan investasi langsung berupa penyertaan modal dan/atau
pemberian pinjaman oleh badan investasi pemerintah untuk membiayai kegiatan usaha.
Penyertaan modal adalah bentuk investasi pemerintah pada badan usaha dengan
mendapatkan hak kepemilikan, termasuk pendirian perseroan terbatas dan/atau
pengambilalihan perseroan terbatas. Kemudian, pemberian pinjaman adalah bentuk investasi
pemerintah pada badan usaha, badan layanan umum, pemerintah provinsi, kabupaten/kota,
dan badan layanan umum daerah dengan hak memperoleh pengembalian berupa pokok
pinjaman, bunga, dan/atau biaya lainnya.
3. Pengelolaan Barang Milik Negara
Barang milik negara merupakan pula bagian tak terpisahkan dengan keuangan negara
sehingga memerlukan pengelolaan agar dapat digunakan maksimal untuk kepentingan
negara dalam pencapaian tujuannya. Dalam hal ini, menteri keuangan mengatur pengelolaan
barang milik negara. Sementara itu, menteri/pimpinan lembaga nonkementerian, dan
pimpinan lembaga negara hanya sebagai pengguna barang bagi kepentingannya masing-
masing. Kemudian, kepala kantor dalam lingkungan kementerian negara, lembaga
nonkementerian, dan lembaga negara adalah kuasa pengguna barang dalam lingkungan
kantor yang bersangkutan. Dalam pengelolaan barang milik negara terdapat instrumen
hukum agar barang milik negara memperoleh perlindungan hukum. Instrumen hukum itu
berupa larangan, antara lain;
a. Untuk diserahkan kepada pihak lain sebagai pembayaran atas tagihan kepada
pemerintah pusat;
b. Digadaikan atau dijadikan jaminan untuk mendapatkan pinjaman;
c. Penyitaan terhadap;
 Barang bergerak milik negara baik yang berada pada instansi pemerintah
maupun pada pihak ketiga;
 Barang tidak bergerak dan hak kebendaan lainnya milik negara;
 Barang milik pihak ketiga yang dikuasai oleh negara yang diperlukan untuk
penyelenggaraan tugas pemerintahan.
Perlindungan hukum terhadap barang milik negara maupun barang milik pihak ketiga
oleh negara merupakan bentuk bahwa Indonesia adalah negara yang menganut tipe negara
kesejahteraan modern. Campur tangan negara bukan hanya kepentingan negara melainkan
termasuk pula kepentingan warganya sebagai pemilik kedaulatan. Sekalipun ada
perlindungan hukum, tetapi tidak berlaku mutlak karena dapat dikesampingkan bila hukum
yang bersifat khusus menghendakinya.

1.5.1. Penyusunan dan Penetapan APBN dan APBD

Ketentuan mengenai penyusunan dan penetapan APBN/APBD dalam undang-


undang ini meliputi penegasan tujuan dan fungsi penganggaran pemerintah, penegasan
peran DPR/DPRD dan pemerintah dalam proses penyusunan dan penetapan anggaran,
pengintegrasian sistem akuntabilitas kinerja dalam sistem penganggaran,
penyempurnaan klasifikasi anggaran, penyatuan anggaran, dan penggunaan kerangka
pengeluaran jangka menengah dalam penyusunan anggaran.
Anggaran adalah alat akuntabilitas, manajemen, dan kebijakan ekonomi. Sebagai
instrumen kebijakan ekonomi anggaran berfungsi untuk mewujudkan pertumbuhan
dan stabilitas perekonomian serta pemerataan pendapatan dalam rangka mencapai
tujuan bernegara. Dalam upaya untuk meluruskan kembali tujuan dan fungsi anggaran
tersebut perlu dilakukan pengaturan secara jelas peran DPR/DPRD dan pemerintah
dalam proses penyusunan dan penetapan anggaran sebagai penjabaran aturan pokok
yang telah ditetapkan dalam Undang-Undang Dasar 1945. Sehubungan dengan itu,
dalam undang-undang ini disebutkan bahwa belanja negara/belanja daerah dirinci
sampai dengan unit organisasi, fungsi, program, kegiatan, dan jenis belanja. Hal
tersebut berarti bahwa setiap pergeseran anggaran antarunit organisasi, antarkegiatan,
dan antarjenis belanja harus mendapat persetujuan DPR/DPRD.

Masalah lain yang tidak kalah pentingnya dalam upaya memperbaiki proses
penganggaran di sektor publik adalah penerapan anggaran berbasis prestasi kerja.
Mengingat bahwa sistem anggaran berbasis prestasi kerja/hasil memerlukan kriteria
pengendalian kinerja dan evaluasi serta untuk menghindari duplikasi dalam
penyusunan rencana kerja dan anggaran kementerian negara/lembaga/perangkat
daerah, perlu dilakukan penyatuan sistem akuntabilitas kinerja dalam sistem
penganggaran dengan memperkenalkan sistem penyusunan rencana kerja dan
anggaran kementerian negara/lembaga/perangkat daerah. Dengan penyusunan
rencana kerja dan anggaran kementerian/lembaga/perangkat daerah tersebut dapat
terpenuhi sekaligus kebutuhan akan anggaran berbasis prestasi kerja dan
pengukuran akuntabilitas kinerja kementerian/lembaga/perangkat daerah yang
bersangkutan.

Sejalan dengan upaya untuk menerapkan secara penuh anggaran berbasis


kinerja di sektor publik, perlu pula dilakukan perubahan klasifikasi anggaran agar
sesuai dengan klasifikasi yang digunakan secara internasional. Perubahan dalam
pengelompokan transaksi pemerintah tersebut dimaksudkan untuk memudahkan
pelaksanaan anggaran berbasis kinerja, memberikan gambaran yang objektif dan
proporsional mengenai kegiatan pemerintah, menjaga konsistensi dengan standar
akuntansi sektor publik, serta memudahkan penyajian dan meningkatkan kredibilitas
statistik keuangan pemerintah.

Selama ini anggaran belanja pemerintah dikelompokkan atas anggaran belanja


rutin dan anggaran belanja pembangunan. Pengelompokan dalam anggaran belanja
rutin dan anggaran belanja pembangunan yang semula bertujuan untuk memberikan
penekanan pada arti pentingnya pembangunan dalam pelaksanaannya telah
menimbulkan peluang terjadinya duplikasi, penumpukan, dan penyimpangan
anggaran. Sementara itu, penuangan rencana pembangunan dalam suatu dokumen
perencanaan nasional lima tahunan yang ditetapkan dengan undang-undang
dirasakan tidak realistis dan semakin tidak sesuai dengan dinamika kebutuhan
penyelenggaraan pemerintahan dalam era globalisasi.

Perkembangan dinamis dalam penyelenggaraan pemerintahan membutuhkan


sistem perencanaan fiskal yang terdiri dari sistem penyusunan anggaran tahunan
yang dilaksanakan sesuai dengan Kerangka Pengeluaran Jangka Menengah
(Medium Term Expenditure Framework) sebagaimana dilaksanakan di kebanyakan
negara maju. Walaupun anggaran dapat disusun dengan baik, jika proses
penetapannya terlambat akan berpotensi menimbulkan masalah dalam
pelaksanaannya. Oleh karena itu, dalam undang-undang ini diatur secara jelas
mekanisme pembahasan anggaran tersebut di DPR/DPRD, termasuk pembagian
tugas antara panitia/komisi anggaran dan komisi-komisi pasangan kerja kementerian
negara/lembaga/perangkat daerah di DPR/DPRD.

1.5.2. Pelaksanaan APBN dan APBD

Setelah APBN ditetapkan secara rinci dengan undang-undang, pelaksanaannya


dituangkan lebih lanjut dengan keputusan Presiden sebagai pedoman bagi
kementerian negara/lembaga dalam pelaksanaan anggaran. Penuangan dalam
keputusan Presiden tersebut terutama menyangkut hal-hal yang belum dirinci di
dalam undang-undang APBN, seperti alokasi anggaran untuk kantor pusat dan
kantor daerah kementerian negara/lembaga, pembayaran gaji dalam belanja
pegawai, dan pembayaran untuk tunggakan yang menjadi beban kementerian
negara/lembaga. Selain itu, penuangan dimaksud meliputi pula alokasi dana
perimbangan untuk provinsi/kabupaten/kota dan alokasi subsidi sesuai dengan
keperluan perusahaan/badan yang menerima.

Untuk memberikan informasi mengenai perkembangan pelaksanaan


APBN/APBD, pemerintah pusat/pemerintah daerah perlu menyampaikan laporan
realisasi semester pertama kepada DPR/DPRD pada akhir Juli tahun anggaran yang
bersangkutan. Informasi yang disampaikan dalam laporan tersebut menjadi bahan
evaluasi pelaksanaan APBN/APBD semester pertama dan penyesuaian/perubahan
APBN/APBD pada semester berikutnya.

Ketentuan mengenai pengelolaan keuangan negara dalam rangka pelaksanaan


APBN/APBD ditetapkan tersendiri dalam undang-undang yang mengatur
perbendaharaan negara mengingat lebih banyak menyangkut hubungan administratif
antarkementerian negara/ lembaga di lingkungan pemerintah.

1.1. Kekuasaan atas Pengelolaan Keuangan Negara


Hukum kekuasaan atas pengelolaan keuangan dan tujuan bernegara tercermin dalam
pasal 2 dan pasal 7 ayat 1 UU 17 Tahun 2003 . Hal ini karena tujuan bernegara sebagaimana
tercantum dalam pembukaan UUD 1945, hanya dapat direalisasikan melalui tugas layanan
umum pemerintahan yang dijalankan melalui kekuasaan atas pengelolaan keuangan negera.
1. Presiden
Pasal 6 Undang-Undang No.17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, Presiden selaku Kepala
pemerintahan memegang kekuasaan pengelolaan keuangan negara, sebagai bagian dari
kekuasaan pemerintahan. Kekuasaan pengelolaan keuangan negara meliputi:

 Kewenangan yang bersifat umum, meliputi : Penetapan Arah, Kebijakan umum, Strategi,
Prioritas dalam pengelolaan APBN, antara lain penetapan pedoman pelaksanaan dan
pertanggungjawaban APBN, penetapan pedoman penyusunan rencana kerja K/L,
penetapan gaji dan tunjangan, pedoman pengelolaan penerimaan negara.;
 Kewenangan khusus, meliputi: Kebijakan teknis yang berkaitan dengan pengelolaan
APBN, antara lain: keputusan sidang kabinet di bidang pengelolaan APBN, keputusan
rincian APBN, keputusan dana perimbangan, dan penghapusan aset dan piutang negara.
Berdasarkan UU Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, Presiden adalah
pemegang kekuasaan umum pengelolaan keuangan negara sebagai bagian dari kekuasaan
pemerintahan. Dalam melaksanakan mandat Undang-Undang Keuangan Negara, fungsi
pemegang kekuasaan umum atas pengelolaan keuangan negara tersebut dijalankan dalam bentuk:

 Selaku Pengelola Fiskal dan Wakil Pemerintah dalam kepemilikan kekayaan Negara
yang dipisahkan dikuasakan kepada Menteri Keuangan;
 Selaku Pengguna Anggaran/Pengguna Barang kementerian negara/lembaga negara
dikuasakan kepada masing-masing menteri/pimpinan lembaga;
 Penyerahan kepada gubernur/bupati/walikota selaku kepala pemerintahan daerah untuk
mengelola keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikan
kekayaan daerah yang dipisahkan; dan
 Tidak termasuk kewenangan di bidang moneter. Untuk mencapai stabilitas nilai rupiah,
penetapan dan pelaksanaan kebijakan moneter serta mengatur dan menjaga kelancaran
sistem pembayaran dilakukan oleh Bank Sentral.
Presiden selaku Kepala Pemerintahan memegang kekuasaan pengelolaan keuangan
negara sebagai bagian dari kekuasaan pemerintahan. (Pasal 6 UUNo. 17/2003). Pada dasarnya
Presiden selaku Kepala Pemerintahan memegang kekuasaan atas pengelolaan keuangan negara
sebagai bagian dari kekuasaan pemerintahan

2. Menteri Keuangan
Dalam penyelenggaraan kekuasaan pengelolaan keuangan negara oleh Presiden tersebut,
sebagian dikuasakan kepada : Menteri Keuangan, sebagai pengelola fiskal dan wakil pemerintah
pusat dalam hal kepemilikan kekayaan negara yang dipisahkan. Menteri Keuangan sebagai
pembantu Presiden dalam bidang keuangan bertindak selaku Chief Financial Officer (CFO) ,
mempunyai tugas :

 Menyusun kebijakan fiskal dan kerangka ekonomi makro;


 Menyusun RAPBN dan Rancangan Perubahan APBN
 Mengesahkan dokumen pelaksanaan anggaran,
 Melakukan perjanjian internasional dibidang keuangan,
 Melaksanakan pemungutan pendapatan negara yang telah ditetapkan dalam UU;
 Melaksanakan fungsi bendahara umum negara
 Menyusun laporan keuangan yang merupakan pertanggunganjawaban pelaksanaan
APBN;
 Melaksanakan tugas-tugas lain dibidang pengelolaan fiskal berdasarkan UU.
Sebagian kekuasaan itu diserahkan kepada Menteri Keuangan yang kemudian berperan
sebagai pengelola fiskal dan wakil pemerintah dalam kepemilikan negara dalam kekayaan negara
yang dipisahkan. Sebagian kekuasaan lainnya diberikan kepada menteri/pimpinan lembaga
sebagai pengguna anggaran/pengguna barang lembaga/kementrian yang dipimpinnya. Jika
Presiden memiliki fungsi sebagai Chief Executive Officer (CEO) maka Menteri Keuangan
berperan dan berfungsi sebagai Chief Financial Officer (CFO) sedangkan menteri/pimpinan
lembaga berperan sebagai Chief Operating Officers (COOs). Menteri Keuangan sebagai
pembantu Presiden dalam bidang keuangan pada hakekatnya adalah Chief Financial Officer
(CFO) yang berwenang dan bertanggung jawab atas pengelolaan asset dan kewajiban negara
secara nasional, sedangkan para menteri dan pimpinan lembaga negara pada hakikatnya adalah
Chief Operational Officer (COO) yang berwenang dan bertanggung jawab atas penyelenggaraan
pemerintahan sesuai bidang tugas dan fungsi masing-masing. Kekuasaan atas pengelolaan
keuangan negara oleh Presiden sebagian diserahkan kepada gubernur/bupati/walikota selaku
kepala pemerintahan daerah untuk mengelola keuangan daerah dan mewakili pemerintah dalam
kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan.

3. Menteri/pimpinan lembaga : Pengguna anggaran/pengguna barang kementrian


negara/lembaga yang dipimpinnya

4. Gubernur/bupati/walikota : selaku kepala pemerintahan di daerah dan mewakili pemerintah


daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan

5. Tidak termasuk kewenangan dibidang moneter yang meliputi antara lain mengeluarkan dan
mengedarkan uang, yang diatur dengan undang-undang.
BAB III
PENUTUP

1.6. Kesimpulan
Keuangan Negara adalah semua hak dan kewajiban negara yang dapat dinilai denga
uang, serta segala sesuatu baik berupa uang maupun berupa barang yang dapat dijadikan milik
negara berhubungan dengan pelaksanaan hak dan kewajiban tersebut. Pendekatan dalam
perumusan pengertian Keuangan Negara Pendekatan yang dipakai dalam merumuskan keuangan
adalah dari sisi objek, subjek, proses dan tujuan.
Dalam upaya menghilangkan penyimpangan dalam pengelolaan keuangan negara dan
mewujudkan sistem pengelolaan fiskal yang berkesinambungan (sustainable) sesuai dengan
aturan pokok yang telah ditetapkan Undang-undang Dasar dan asas-asas umum yang berlaku
secara universal dalam penyelenggaraan pemerintahan negara diperlukan suatu undang-undang
yang mengatur pengeloalan keuangan negara yaitu Undang-undang No. 17 tahun 2003 tentang
Keuangan Negara. Undang-undang No. 17 tahun 2003 merupakan reformasi sistem keuangan
negara yang meliputi :
a. Reformasi penyusunan dan penetapan anggaran
b. Reformasi pelaksanaan dan pertanggungjawaban pelaksanaan anggaran
c. Reformasi pengawasan anggaran (audit)
Lingkup Keuangan Negara (Pasal 2) yaitu meliputi :
a. Hak negara untuk memungut pajak, mengeluarkan dan mengedarkan uang dan melakukan
pinjaman
b. Kewajiban negara untuk menyelenggarakan tugas layanan umum pemerintahan negara dan
membayar tagihan pihak ketiga
c. Penerimaan Negara
d. Pengeluaran Negara
e. Penerimaan Daerah
f. Pengeluaran Daerah
g. Kekayaan negara/kekayaan daerah yang dikelola sendiri atau oleh pihak lain berupa
uang, surat berharga, piutang, barang, serta hak-hak lain yang dapat dinilai dengan uang
termasuk kekayaan yang dipisahkan pada perusahaan negara/perusahaan daerah
h. Kekayaan lain yang dikuasai pemerintah dengan rangka penyelenggaraan tugas
pemerintahan dan/atau kepentingan umum
i. Kekayaan pihak lain yang diperoleh dengan menggunakan fasilitas yang diberikan
pemerintah
Dan juga dalam rangka mendukung terwujudnya good governance penyelenggaraan
negara, pengelolaan keuangan negara perlu diselenggarakan secara profesional, terbuka, dan
bertanggung jawab sesuai dengan aturan pokok yang telah ditetapkan dalam Undang-Undang
Dasar 1945.
DAFTAR PUSTAKA

UU No. 17 Tahun 2003 Tentang “Keuangan Negara”


UU No. 15 tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung jawab Keuangan Negara
UU No. 1 tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara

Anda mungkin juga menyukai