Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

APBN, KEBIJAKAN FISKAL DAN UTANG LUAR NEGERI

Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Sistem Perekonomian Indonesia

Dosen Pengampu :
Vivi Pancasari Kusumawardani, SE., M. Si

Disusun oleh :
Eko Yuda Prasetyo (21.33.0496)

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI YBPK PALANGKA RAYA


TAHUN 2022
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh


Pertama-tama puji syukur kehadirat Allah Subhanahu wa ta'ala yang telah
memberikan berkat dan rahmat-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat
menyelesaikan tugas makalah Sistem Perekonomian Indonesia yang berjudul
“APBN, Kebijakan Fiskal dan Utang Luar Negeri”. Kami juga ingin
mengucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya dan tulus kepada pihak-pihak
yang telah membimbing dalam menyelesaikan makalah ini.
Makalah ini berisi penjelasan tentang APBN, Kebijakan Fiskal dan Utang Luar
Negeri. Semoga makalah ini dapat membantu para pembaca.
Kami menyadari makalah ini masih banyak kekurangan, maka kritik yang
membangun kami sampaikan kepada pembaca agar makalah selanjutnya dapat
lebih baik lagi. Terima kasih.
Wassalamualaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh.

Palangka Raya, 31 Oktober 2022

Penulis
i

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................................1
BAB I..................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.................................................................................................................1
A. Latar Belakang..........................................................................................................1
B. Rumusan Masalah....................................................................................................1
C. Tujuan Pembelajaran...............................................................................................1
BAB II.................................................................................................................................2
PEMBAHASAN...................................................................................................................2
A. Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara..............................................................2
1. Pengertian............................................................................................................2
2. RUANG LINGKUP APBN.........................................................................................4
3. APBN SEBAGAI SUATU RENCANA KEUANGAN......................................................5
B. Kebijakan Fiskal........................................................................................................5
1. Pengertian............................................................................................................5
2. Tujuan Kebijakan Fiskal........................................................................................6
3. Jenis-jenis Kebijakan Fiskal...................................................................................7
C. Utang Luar Negeri....................................................................................................9
1. Pengertian............................................................................................................9
2. Teori Utang Luar Negeri.......................................................................................9
ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Perekenomian merupakan bidang utama yang menopang kehidupan masyarakat.
Di Indonesia, perekonomian terus dikembangkan dalam rangka mewujudkan
amanat bangsa, yaitu mencapai kemakmuran dan kesejahteraan. Tetapi itu semua
tidak terlepas dari masalah ekonomi dan pembangunan di Indonesia.
Dalam makalah ini saya akan membahas tetntang masalah pendapatan
suatu negara, kebijakan yang diambil serta dengan utang suatu negara ke luar
negeri. Dengan mempelajari masalah ekonomi tersebut kita dapat memahami
pengertian dari APBN, Kebijakan Fiskal dan Utang Luar Negeri dan bagaimana
pemerintah mengelola hal itu semua serta bagian apa saja komponen yang ada
didalamnya.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan APBN?
2. Apa yang dimaksud dengan kebijakan fiskal?
3. Apa yang dimaksud dengan Utang Luar Negeri?

C. Tujuan Pembelajaran
1. Memahami pengertian APBN?
2. Memahami pengertian kebijakan fiskal?
3. Memahami pengertian Utang Luar Negeri?

BAB II

PEMBAHASAN

A. Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara


1. Pengertian
APBN merupakan bagian dari keuangan negara. Dalam teori anggaran
terdapat beberapa pendapat mengenai anggaran. Misalnya Burkhead and Winer
mendefinisikan anggaran sebagai rencana pengeluaran dan penerimaan negara
untuk tahun mendatang yang dihubungkan dengan rencana dan proyek-proyek
untuk jangka waktu yang lebih lama. Sedangkan Welsch memberikan definisi
anggaran belanja negara sebagai pedoman untuk membiayai tugas-tugas negara
disegala bidang termasuk belanja pegawai untuk jangka waktu tertentu,
1
lazimnya satu tahun mendatang. Tugas- tugas negara diselenggarakan demi
kepentingan masyarakat (rakyat). Jadi masyarakat dibebani biayai untuk
penyelenggaraan tugas-tugas itu. Itulah sebabnya masyarakat dikenakan
pungutan- pungutan berupa pajak-pajak, bea dan cukai dan lain-lain pungutan.
Untuk memperkirakan berapa besarnya iuran-iuran (pungutan) itu maka
direncanakan anggaran pendapatan (LPEM,1993). Dari pendapat tersebut maka
secara umum pengertian terhadap anggaran negara adalah:
1. mewujudkan suatu rencana keuangan negara/pemerintah;
2. mewujudkan suatu rencana pembangunan nasional;
3. mewujudkan suatu rencana anggaran belanja negara; 4. mewujudkan
suatu rencana anggaran pendapatan negara;
5. berlaku selama satu tahun anggaran.

Pengertian secara khusus, dalam arti yang digunakan dalam praktek kenegaraan
di Indonesia, maka pengertian anggaran negara yang selanjutnya disebut APBN
dapat mengacu pada Pasal 23 Ayat 1 UUD 1945 (Perubahan), dimana
dinyatakan bahwa, ”Anggaran pendapatan dan belanja negara sebagai wujud
dari pengelolaan keuangan negara ditetapkan setiap tahun dengan undang-
undang dan dilaksanakan secara terbuka dan bertanggungjawab untuk sebesar-
besarnya kemakmuran rakyat”. Pengertian pasal tersebut terdapat lima unsur
dari APBN, yaitu:
1. APBN sebagai pengeloaan keuangan negara;
2. APBN ditetapkan setiap tahun, yang berarti APBN berlaku untuk satu
tahun;
3. APBN ditetapkan dengan undang-undang;
4. APBN dilaksanakan secara terbuka dan bertanggungjawab;
5. APBN ditujukan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat (Ini
menunjukan peran ekonomi politik APBN).

Lebih lanjut pengertian APBN dijabarkan dalam UU No.17 Tahun 2003 tentang
Keuangan Negara, yang dimaksud dengan APBN adalah:
1. Rencana keuangan tahunan pemerintahan negara yang disetujui oleh DPR
(Pasal 1, Angka 7);
2. Terdiri atas anggaran pendapatan, anggaran belanja, dan pembiayaan
(Pasal 11, Ayat 2);
3. Meliputi masa satu tahun, mulai dari tanggal 1 Januari sampai dengan
tanggal 31 Desember (Pasal 4);
4. Ditetapkan tiap tahun dengan undang-undang (Pasal 11, Ayat 1);

2
5. Mempunyai fungsi otorisasi, perencanaan, pengawasan, alokasi,
distribusi, dan stabilisasi (Pasal 3, Ayat 4).

Sumber keuangan APBN adalah rakyat sehingga keberadaannya harus


dilakukan dalam sebuah undang-undang. Menurut Rene Stroum seperti dikutip
oleh Atmadja (1996: 4-5) menyatakan, “the constitutional right wich a nation
possesses to authorize public revenue and expenditure does not originates from
the fact that the members of the nation contribute the payments. This right is
based on a loftier idea. The idee of soverignity”. Karena itu menurut Atmadja,
hakekat dari keuangan negara atau APBN adalah kedaulatan. Dengan
pengertian seperti itu, maka dalam penetapan dan pengesahan APBN dilakukan
bersamasama dengan DPR, karena DPR sendiri merupakan lembaga yang
mempresentasi rakyat (kedaulatan). Misalnya UU No.41 Tahun 1954 tentang
Anggaran RI Bagian IV (Kementrian Keuangan) Tahun Dinas 1952 & 1953,
dan UU No.15 Tahun 1970 tentang APBN Tahun Anggaran 1970/1971.

Karena APBN merupakan suatu rangkaian dari perencanaan, pelaksanaan


(perubahan) dan realisasi (perhitungan), maka masing-masing juga ditetapkan
dengan undang-undang. Misalnya untuk APBN 2002, APBN ditetapkan dengan
UU No.19 Tahun 2001 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
Tahun Anggaran 2002, perubahan terhadap APBN 2002 ditetapkan dengan UU
No.21 Tahun 2002 tentang Perubahan Atas UU No.19 Tahun 2001 tentang
APBN Tahun Anggaran 2002, dan perhitungannya ditetapkan dengan UU No.6
Tahun 2004 tentang Perhitungan Anggaran 2002. Hal ini sedikit berbeda
dengan praktek pada awal masa Orde Lama, karena tidak setiap tahun APBN
ditetapkan dengan undang-undang.

Sesuai dengan berbagai literatur dan sejarah APBN, fungsi APBN selalu
dikaitkan dengan tiga fungsi yaitu alokasi, distribusi dan stabilisasi. Tetapi
secara normatif untuk Indonesia, maka fungsi APBN secara tegas menjadi
aturan normatif dalam kebijkana APBN-nya. Berdasarkan Pasal 3 Ayat 4 UU
No.17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, ditegaskan bahwa mempunyai
fungsi otorisasi, perencanaan, pengawasan, alokasi, distribusi, dan stabilisasi.
Dalam penjelasannya disebutkan bahwa:
1. fungsi otorisasi mengandung arti bahwa anggaran negara menjadi dasar
untuk melaksanakan pendapatan dan belanja pada tahun yang
bersangkutan;
2. fungsi perencanaan mengandung arti bahwa anggaran negara menjadi
pedoman bagi manajemen dalam merencanakan kegiatan pada tahun
yang bersangkutan;

3
3. fungsi pengawasan mengandung arti bahwa anggaran negara menjadi
pedoman untuk menilai apakah kegiatan penyelenggaraan pemerintahan
negara sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan;
4. fungsi alokasi mengandung arti bahwa anggaran negara harus diarahkan
untuk mengurangi pengangguran dan pemborosan sumberdaya, serta
meningkatkan efisiensi dan efektivitas perekonomian;
5. fungsi distribusi mengandung arti bahwa kebijakan anggaran negara
harus memperhatikan rasa keadilan dan kepatutan; dan,
6. fungsi stabilisasi mengandung arti bahwa anggaran pemerintah menjadi
alat untuk memelihara dan mengupayakan keseimbangan fundamental
perekonomian.

2. RUANG LINGKUP APBN


APBN mencakup seluruh penerimaan dan pengeluaran. Penerimaan
berasal dari perpajakan maupun non perpajakan, termasuk hibah yang diterima
oleh pemerintah. Pengeluaran atau belanja adalah belanja pemerintah pusat dan
daerah. Jika terjadi defisit, yaitu pengeluaran lebih besar dari penerimaan, maka
dicari pembiayaannya baik yang bersumber dari dalam negeri maupun dari luar
negeri.
Seluruh penerimaan dan pengeluaran tersebut ditampung dalam satu
rekening yang disebut rekening Benharawan Umum Negara (BUN) di Bank
indonesia (BI). Pada dasarnya, semua penerimaan dan pengeluaran pemerintah
harus dimasukkan dalam rekening tersebut. Sebagai pengecualian, pemerintah
membuka beberapa rekening khusus di BI atau bank pemerintah karena
alasanalasan sebagai berikut:
1. untuk pengelola pinjaman luar negeri untuk proyek tertentu sebagaimana
disyaratkan oleh pemberi pinjaman;
2. untuk mengadministrasikan dan mengelola dana-dana tertentu (seperti
Dana Cadangan, Dana Penjaminan Deposito);
3. untuk mengadministrasikan penerimaan dan pengeluaran lainnya yang
dianggap perlu untuk dipisahkan dari rekening BUN, dimana suatu
penerimaan harus digunakan untuk tujuan tertentu.
Terkait dengan pengelolaan APBN, semua penerimaan dan pengeluaran harus
tercakup dalam APBN. Dengan kata lain pada saat pertanggungjawaban APBN,
semua realisasi penerimaan dan pengeluaran dalam rekening-rekening khusus
harus dikonsolidasikan ke dalam rekening BUN. Semua penerimaan dan
pengeluaran yang telah dimasukkan dalam rekening BUN adalah merupakan
penerimaan dan pengeluaran yang on-budget.

4
3. APBN SEBAGAI SUATU RENCANA KEUANGAN
APBN sebagai suatu rencana keuangan, mengandung arti bahwa pemerintah
mempunyai perencanaan terhadap pengeluaran dan penerimaan untuk untuk
membiayai kepentingan negara atau pengelolaan pemerintahan. Dalam
perencanaan keuangan, bisa saja pengeluaran direncanakan setinggi-tingginya,
atau serendah-rendahnya. Dalam merencanakan pengeluaran tersebut akan
dibarengi dengan perencanaan perkiraan pendapatan dapat dihimpun. Dan
dalam pengelolaan APBN yang sudah maju, yang kemudian di Indonesia
diadopsi dalam UU No.17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, maka dalam
menyusun rencana keuangan sudah memasukan perkiraan maju (3 tahun
kedepan).

B. Kebijakan Fiskal
1. Pengertian
Kebijakan fiskal adalah kebijakan penyesuaian di bidang pengeluaran dan
penerimaan pemerintah untuk memperbaiki keadaan ekonomi.”1Atau dapat juga
dikatakan kebijakan fiskal adalah suatu kebijakan ekonomi dalam rangka
mengarahkan kondisi perekonomian untuk menjadi lebih baik dengan jalan
mengubah penerimaan dan pengeluaran pemerintah.
Menurut Zaini Ibrahim, “Kebijakan fiskal adalah kebijakan pemerintah
yang berkaitan dengan pengaturan kinerja ekonomi melalui mekanisme
penerimaan dan pengeluaran pemerintah”.
Kebijakan fiskal menyangkut pengaturan tentang pengeluaran pemerintah
serta perpajakan yang secara langsung dapat mempengaruhi permintaan total
dan dengan demikian akan mempengaruhi harga. Inflasi dapat dicegah melalui
penurunan permintaan total.Kebijaksanaan fiskal yang berupa pengurangan
pengeluaran pemerintah serta kenaikan pajak akan dapat mengurangi
permintaan total, sehinggga inflasi dapat ditekan.
Menurut Rozalinda, “Kebijakan fiskal merupakan kebijakan pemerintah
dalam mengatur setiap pendapatan dan pengeluaran negara yang digunakan
untuk menjaga stabilitas ekonomi dalam rangka mendorong pertumbuhan
ekonomi.”
Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa kebijakan fiskal
merupakan suatu kebijakan pemerintah yang di dalamnya terdapat peraturan
yang menyangkut penerimaan dan pengeluaran pemerintah dalam menjaga
kegiatan ekonomi yang diinginkan atau kondisi yang lebih baik.
Adapun instrument dalam kebijakan fiskal adalah penerimaan dan
pengeluaran pemerintah yang berhubungan erat dengan pajak.
1. Belanja/pengeluaran negara (G = government expenditure)
2. Perpajakan (T = taxes)

5
Kebijakan fiscal juga bias dikatakan salah satu kebijakan ekonomi makro
yang sangat penting dalam rangka :
1. Membantu memperkecil fluktuasi dari siklus usaha
2. Mempertahankan pertumbuhan ekonomi yang sustainable, kesempatan kerja
yang tinggi
3. Membebaskan dari inflasi yang tinggi atau bergejolak.

2. Tujuan Kebijakan Fiskal


Pada dasarnya, kebijakan fiskal bertujuan untuk memengaruhi jumlah
total pengeluaran masyarakat, pertumbuhan ekonomi dan jumlah seluruh
produksi masyarakat, banyaknya kesempatan kerja dan pengangguran, tingkat
harga umum dan inflasi, serta menstabilkan perekonomian dengan cara
mengontrol tingkat bunga dan jumlah uang yang beredar.
Tujuan dari kebijakan fiskal menurut John F. Due,yaitu:
1) Untuk meningkatkan produksi nasional (PDB) dan pertumbuhan
ekonomi atau memperbaiki keadaan ekonomi.
2) Untuk memperluas lapangan kerja dan mengurangi pengangguran atau
mengusahakan kesempatan kerja (mengurangi pengangguran), dan
menjaga kestabilan harga- harga secara umum.
3) Untuk menstabilkan harga-harga barang secara umum, khususnya
mengatasi inflasi.
Dalam hal ini peneliti lebih memfokuskan pada tujuan yang ketiga yaitu
untuk menstabilkan harga-harga barang secara umum, khusunya mengatasi inflasi.
Jika harga-harga umum yang terus-menerus meningkatkan pada suatu
saat dan tingkat tertentu hanya akan menguntungkan para pelaku bisnis. Jadi,
bila harga-harga umum terus menunjukkan kenaikan yang tajam (menimbulkan
inflasi) hanya akan menguntungkan segelintir pelaku bisnis dan akan
menyulitkan masyarakat, terutama bagi orang yang berpenghasilan tetap.
Keadaan inflasi yang tidak terkendali pada akhirnya akan menjadi boomerang
pada dunia usaha karena investasi produktif akan semakin berkurang.
Berkurangnya investasi prodiktif ini terjadi ebagai akibat bealihnya investasi
terhadap barang-barang yang tahan inflasi (against inflation goods) seperti
tanah, tanah dan bangunan, dan logam mulia.
Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa kebijakan fiskal membawa
pengaruh bagi perekonomian. Adapun pengaruh-pengeruhnya, antara lain:
2. Pemerintah menggunakan kebijakan fiskal untuk mencapai tujuan-tujuan
seperti inflasi yang rendah dan tingkat pengangguran yang rendah.
3. Bedasarkan teori Keynesian, kenaikan belanja pemerintah sehingga APBN
mengalami defifit dapat digunakan untuk merangsang daya beli masyarakat
(AD = C + G + I + X – M ) dan mengurangi pengangguran pada saat terjadi
resesi/depresi ekonomi.

6
Ketika terjadi inflasi, pemerintah harus mengurangi defisit (atau
menerpakan anggaran surplus) untuk mengendalikan inflasi dan menurunkan
daya beli masrakat.
Inflasi yang tinggi akan mempengaruhi kondisi perkembangan ekonomi
Banten. Di tahun 2008 mengalami kenaikan cukup tinggi dan hampir melebihi
kenormalan tingkat inflasi, hal ini di karenakan adanya kenaikan dari berbagai
barang-barang seperti kenaikan gas, furniture, barang elektronik, serta
berkurangnya pasokan bahan makanan. Namun yang paling utama inflasi
berasal dari komoditas bahan bakar gas, BBM, roko serta tarif listrik yang
meningkat.Melihat hal ini pemerintah berupaya keras dalam menangani
permasalahan tersebut dengan memberikan sumbangan-sumbangan subsidi
pada barang-barang yang mengalami kenaikan harga sehingga inflasi dapat di
tekan dan kembali normal lagi di tahun 2009.

3. Jenis-jenis Kebijakan Fiskal


Pada dasarnya, kebijakan fiskal terbagi menjadi dua.Pertama, kebijakan
fiskal ekspansif (expansionary fiscal policy), yaitu kebijakan ini menaikkan
belanja negara dan menurunkan tingkat pajak netto.Kebijakan ini untuk
meningkatkan daya beli masyarakat.Kebijakan ekspansif dilakukan pada saat
perekonomian mengalami resesi atau depresi dan pengangguran yang
tinggi.Kedua, kebijakan fiskal kontraktif, yaitu suatu kebijakan dengan
menurunkan belanja negara dan menaikkan tingkat pajak.Kebijakan ini
bertujuan untuk menurunkan daya beli masyarakat dan mengatasi inflasi.

Secara teoritis dikenal empat jenis kebijakan fiskal, yaitu:


a. Pembiayaan fungsional (The funcitional financei) ,Pembiayaan
Fungsional adalah kebijakan yang mengatur pengeluaran pemerintah
dengan melihat berbagai akibat tidak langsung terhadap pendapatan
nasional dan bertujuan untuk meningkatkan kesempatan kerja. Ada
beberapa hal penting yang biasanya dilakukan oleh pemerintah yang
menganut pola pembiayaan fungsional ini, yaitu:
• Pajak bukan hanya difungsikan sebagai alat menggali sumber
penerimaan, tetapi juga dugunakan sebagai alat untuk mengatur
sektor swasta (private sector).
• Apabila terjadi inflasi yang berlebihan, biasanya untuk
mendanai penarikan dana masyarakat, maka pemerintah
melakukan pinjaman luar negeri.
• Apabila pencapaian target pajak dan pinjaman ternyata tidak
cepat, maka pemerintah melakukan pinjaman dalam negeri
bentuk percetakan uang.
b. Pendekatan anggaran terkendali (the managed budget approach)
Pendekatan anggaran terkendali adalah kebijakan untuk mengatur

7
pengeluaran pemerintah, perpajakan, dan pinjaman untuk mencapai
stabilitas ekonomi yang mantap.
Dalam konsep ini, hubungan langsung antara pengeluaran pemerintah
dan penarikan pajak selalu di jaga.Kemudian untuk menghindarkan
atau memperkecil ketidakstabilan ekonomi selalu diadakan
penyesuaian dalamanggaran, sehingg a pada suatu saat anggaran
dapat dibuat defisit atau surplus disesuaikan dengan situasi yang
dihadapi.
c. Stabilitas anggaran (the stabilzting budget) “Stabilitas anggaran
adalah kebijakan yang mengatur pengeluaran pemerintah dengan
melihat besarnya biaya dan manfaat dari berbagai program.”5Tujuan
kebijakan ini adalah agar terjadi penghematan dalam pengeluaran
pemerintah.
Dalam stabilitas anggaran ini, pengeluaran pemerintah lebih
ditekankan pada asas manfaat dan biaya relatif dari berbagai paket
program.Pajak ditetapkan sedemikian rupa sehingga terdapat
anggaran belanja surplus dalam kesempatan kerja penuh. Dengan
kata lain, berdasarkan stabilitas perekonomian yang otomatis,
pengeluaran pemerintah ditentukan berdasarkan perkiraan manfaat
dan biaya relatif dari berbagai macam program. Sedangkan
pengenaan pajak ditentukan untuk menimbulkan surplus pada
periode kesempatan kerja penuh.
d. Pendekatan anggaran belanja berimbang (balance budget
approach) Pendekatan anggaran belanja berimbang adalah
kebijakan anggaran yang menyusun pengeluaran sama besar
dengan penerimaan. Selain itu juga untuk tercapainya anggaran
berimbang jangka panjang.
Dengan kata lain, konsep anggaran berdasarkan pendekatan
anggaran belanja berimbang menekankan pada keharusan
keseimbangan antara penerimaan dan pengeluaran. Ini berarti
jumlah pengeluaran yang disusun pemerintah tidak boleh melebihi
jumlah penerimaan yang didapat.Sehingga pemerintah tidak perlu
berhutang, baik berhutang dari dalam negeri maupun keluar
negeri.

C. Utang Luar Negeri


1. Pengertian
Utang luar negeri adalah sebagian dari total utang suatu negara yang
diperoleh dari para kreditor di luar negara tersebut. Penerima utang luar
negeri dapat berupa pemerintah, perusahaan atau perorangan. Bentuk utang
dapat berupa uang yang diperoleh dari bank swasta, pemerintah negara lain
atau lembaga keuangan internasional seperti IMF dan Bank Dunia (Ulfa,
2017).
8
Dari aspek materiil, utang luar negeri merupakan arus masuk modal dari
luar ke dalam negeri yang dapat menambah modal yang ada di dalam negeri.
Aspek formal mengartikan utang luar negeri sebagai penerimaan atau
pemberian yang dapat digunakan untuk meningkatkan investasi guna
menunjang pertumbuhan ekonomi. Sehingga berdasarkan aspek fungsinya,
pinjaman luar negeri merupakan salah satu alternatif sumber pembiayaan
yang diperlukan dalam pembangunan (Astanti, 2015).

2. Teori Utang Luar Negeri


Negara berkembang seperti Indonesia yang sedang melakukan
pembangunan di segala bidang terhambat pada faktor pendanaan. Untuk
mempercepat gerak pemerintah dalam melaksanakan pembangunan nasional,
maka sumber pendanaan yang digunakan oleh Indonesia adalah salah satunya
bersumber dari utang. Penggunaan utang sebagai salah satu sumber
pendanaan dalam mempercepat pembangunan nasional digunakan karena
sumber pendanaan dari tabungan dalam negeri jumlahnya sangat terbatas,
sehingga sebagai sumber pendanaan, utang khususnya utang dari luar negeri
sangat dibutuhkan untuk memecahkan masalah pembiayaan dalam
pembangunan. Sumber pendanaan yang berasal dari utang menjadi salah satu
alternatif biaya pembangunan bagi negara-negara yang sedang berkembang
seperti Indonesia (Ramadhani, 2014).
Berikut jenis-jenis utang luar negeri dari berbagai aspek yaitu berdasarkan
bentuk pinjaman yang diterima, sumber dana pinjaman, jangka waktu
peminjaman, status penerimaan pinjaman dan persyaratan pinjaman (Tribroto
dalam Ayu, 2016).
Berdasarkan bentuk pinjaman yang diterima, pinjaman dibagi atas :

a. Bantuan proyek, yaitu bantuan luar negeri yang digunakan untuk


keperluan proyek pembangunan dengan cara memasukkan barang modal,
barang dan jasa.
b. Bantuan teknik, yaitu pemberian bantuan tenaga-tenaga terampil atau ahli.
c. Bantuan program, yaitu bantuan yang dimaksudkan untuk dana bagi
tujuantujuan yang bersifat umum sehingga penerimanya bebas memilih
penggunaannya sesuai pilihan.

Berdasarkan sumber dana pinjaman, pinjaman dibagi atas :

a. Pinjaman dari lembaga internasional, yaitu merupakan pinjaman yang


berasal dari badan-badan internasional seperti World Bank Asia dan
Development Bank, yang pada dasarnya adalah pinjaman yang berbunga
ringan.
b. Pinjaman dari negara-negara anggota IGGI/IGI, hampir sama seperti
pinjaman dari lembaga internasional, hanya biasanya pinjaman ini dari

9
negara-negara bilateral anggota IGGI/IGI. Biasanya berupa pinjaman
lunak.
Berdasarkan jangka waktu peminjaman, pinjaman dibagi atas :

a. Pinjaman jangka pendek, yaitu pinjaman dengan jangka waktu sampai


dengan lima tahun.
b. Pinjaman jangka menengah, yaitu pinjaman dengan jangka waktu 5-15
tahun.
c. Pinjaman jangka panjang, yaitu pinjaman dengan jangka waktu diatas 15
tahun.

Berdasarkan status penerimaan pinjaman, pinjaman dibagi atas :


a. Pinjaman pemerintah, yaitu pinjaman yang dilakukan oleh pihak pemerintah.
b. Pinjaman swasta, yaitu pinjaman yang dilakukan oleh pihak swasta.

Berdasarkan persyaratan pinjaman, pinjaman dibagi atas :

a. pinjaman lunak, yaitu pinjaman yang berasal dari lembaga multilateral


maupun bilateral yang dananya berasal dari iuran anggota (untuk
multilateral) atau dari anggaran negara yang bersangkutan (untuk bilateral)
yang ditujukan untuk meningkatkan pembangunan.
b. Pinjaman setengah lunak, yaitu pinjaman yang memiliki persyaratan
pinjaman yang sebagian lunak dan sebagian komersial. Pinjaman
komersial, yaitu pinjaman yang bersumber dari bank atau lembaga
keuangan dengan persyaratan yang berlaku di pasar internasional pada
umumnya.
Dampak positif dari utang luar negeri yaitu terhadap pembangunan ekonomi
dan peningkatan tabungan masyarakat. Sebab, alirannya dapat meningkatkan
pendapatan dan tabungan domestik sehingga utang luar negeri menghasilkan
multiplier effect positif terhadap perekonomian, kemudian terhadap
pertumbuhan ekonomi dan peningkatan tabungan masyarakat sebagai
dampak lanjutannya. Alasannya, aliran bantuan luar negeri dapat
meningkatkan investasi yang selanjutnya meningkatkan pendapatan dan
tabungan domestik dan seterusnya. (Wahyuningsih, 2012).
Utang luar negeri juga menimbulkan dampak negatif, hal ini dialami oleh
Indonesia pada saat terkena dampak krisis ekonomi pada tahun 1997-1998.
Pada saat itu nilai tukar rupiah mengalami pelemahan yang cukup dalam
terhadap US Dolar dan mata uang dunia lainnya. Keadaan tersebut membuat
utang luar negeri Indonesia meningkat drastis dan untuk membayar utang
yang sudah jatuh tempo, pemerintah mengambil kebijakan penambahan utang
baru. Penambahan utang yang dilakukan oleh pemerintah menyebabkan
pembayaran cicilan pokok dan bunga dari utang tersebut makin mengalami

10
peningkatan dari tahun ke tahun, sehingga kebijakan tersebut berpengaruh
terhadap kinerja APBN yang semakin menurun (Widharma, 2013).

11

Anda mungkin juga menyukai