Anda di halaman 1dari 12

KEUANGAN NEGARA DAN PERIMBANGAN KEUANGAN PUAT DAN DAERAH

NAMA : Aryo Eko Saputro


NIM : 8121201434
MATA KULIAH : Keuangan Negara Dan Perimbangan
Keuangan Pusat Dan Daerah
DOSEN PEMBINA : Dr. Agustina Setiawan, S.IP., M.Si

1
DAFTAR PUSTAKA

DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................................i

BAB I...............................................................................................................................................1

1.1LATAR BELAKANG...........................................................................................................1

1.2 RUMUSAN MASALAH......................................................................................................4

1.3 TUJUAN...............................................................................................................................4

BAB II.............................................................................................................................................5

2.1 KEUANGAN NEGARA DAN PERIMBANGAN PUSAT DAN DAERAH...................5

2.2 APA PRINSIP KEUANGAN NEGARA DAN PERIMBANGAN KEUANGAN


PUSAT DAN DAERAH.............................................................................................................6

2.3 DASAR PENDANAA PERIMBANGAN KEUANGAN PUSAT DAN DAERAH........7

BAB III...........................................................................................................................................9

3.1KESIMPULAN......................................................................................................................9

DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................................10

i
1
BAB I
PENDAHULUAN

1.1LATAR BELAKANG
Menurut UU No. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah
Pusat-Daerah, Dalam UU tersebut perimbangan keuangan pusat dan daerah adalah suatu sistem
pembiayaan pemerintah dalam kerangka negara kesatuan, yang mencakup pembagian keuangan
antara Pemerintah Pusat dan Daerah serta pemerataan antar daerah secara proporsional,
demokratis, adil dan transparan dengan memperhatikan potensi, kondisi dan kebutuhan daerah
sejalan dengan kewajiban dan pembagian kewenangan serta tata cara penyelenggaraan
kewenangan tersebut, termasuk pengelolaan dan pengawasan keuangannya. Wujud dari
perimbangan keuangan tersebut adalah adanya dana perimbangan yang bersumber dari
pendapatan APBN yang dialokasikan kepada daerah untuk mendanai kebutuhan daerah dalam
rangka pelaksanaan desentralisasi. Dana Perimbangan terdiri dari Dana Alokasi Umum (DAU),
Dana Alokasi Khusus (DAK), dan Dana Bagi Hasil (DBH) yang bersumber dari pajak dan
sumber daya alam.

Salah satu belanja yang dilakukan oleh pemerintah daerah adalah belanja modal. Belanja
modal adalah pengeluaran yang dilakukan untuk membangun aset tetap. Tujuan membangun aset
tetap berupa fasilitas, sarana prasarana serta infrastruktur adalah menyediakan pelayanan publik
yang memadai sehinggadapat meningkatkan produktivitas. Apabila suatu daerah yang memiliki
sarana prasarana yang memadai dapat membuat investor untuk melakukan investasi dan
masyarakat dapat melakukan aktivitasnya sehari-hari dengan nyaman sehingga tingkat
produktivitas akan meningkat (Kartika Jaya dan Dwirandra, 2014). Dwiputra dan Dwirandra
(2015) menyatakan meningkatkan belanja daerah merupakan salah satu cara untuk meningkatkan
pertumbuhan ekonomi suatu daerah, melalui belanja daerah, Pemerintah Daerah membangun
fasilitasfasilitas publik dan meningkatkan kulitas pelayanan terhadap publik. Pembangunan
fasilitas akan memicu pertumbuhan ekonomi dan menciptakan lapangan pekerjaan sehingga
dapat mengurangi jumlah pengangguran. Setiap daerah mempunyai kemampuan keuangan yang
tidak sama dengan daerah lainnya. Peningkatan pada pelayanan publik ini tidak terlepas dari
pengalokasian dari rancangan APBD daerah itu sendiri, yang mana dalam hal ini termasuk pada

1
pengalokasian anggaran belanja modal. Pengalokasian anggaran belanja modal ini termasuk
pengalokasian yang paling kecil dibandingkan pengalokasian untuk belanja yang lain.
Penglokasian anggaran belanja modal ini didasarkan pada kebutuhan daerah akan sarana dan
prasarana yang termasuk untuk kelancaran pelaksanaan dari tugas pemerintah maupun untuk
kepentingan dari fasilitas publik. Anggaran belanja modal juga dipengaruhi oleh jumlah dari
pendapatan daerah. Apabila pendapatan daerah tidak 3 mencukupi maka pengalokasian dari
pendapatan daerah lebih diprioritaskan untuk belanja daerah yang dianggap lebih penting.
(Suhendra dkk, 2015). Dalam pemanfaatan dana alokasi khusus pemerintah mengarahkan pada
kegiatan pembangunan, pengadaan, peningkatan dan perbaikan sarana prasarana fisik, tentunya
demi meningkatkan dan menunjang pelayanan publik yang lebih baik lagi. Dengan adanya
pengalokasian dana alokasi khusus diharapkan dapat mempengaruhi belanja modal, karena dana
alokasi khusus cenderung akan menambah aset tepat yang dimiliki pemerintah guna
meningkatkan pelayanan publik (Palealu, 2013). Dengan adanya pengalokasian Dana Alokasi
Khusus (DAK) diharapkan dapat mempengaruhi belanja modal, karena DAK cenderung akan
menambah aset tetap yang dimiliki pemerintah guna meningkatkan pelayanan publik.

1.2 RUMUSAN MASALAH


Berdasarkan latar belakang di atas kita dapat menyimpulkan rumusan masalahnya yaitu:

1. Apa yang di maksud perimbangan keuangan pusat dan derah


2. Apa prinsip keuangan negara antara perimbangan pusat dan daerah
3. Bagaimana Dasar pendanaan perimbangan daerah dan pusat

1.3 TUJUAN
Berdasarkan latar belakang dari rumusan masalah tersebut kita dapat menyimpulkan tujuan dari
makalah ini:

1. Mengetahui penegertian dari keungan negara antara perimbangan pusat dan daerah
2. Memahami perinsip keunangan negara antara perimbangan pusat dan daerah
3. Memahami dan mengetahui dasar pendanaan perimbangan daerah dan pusat

BAB II
PENDAHULUAN

2
2.1 KEUANGAN NEGARA DAN PERIMBANGAN PUSAT DAN DAERAH
keuangan negara adalah semua hak dan kewajiban negara yang dapat dinilai dengan
uang, serta segala sesuatu baik berupa uang maupun berupa barang yang dapat dijadikan milik
Negara berhubung dengan pelaksanaan hak dan kewajiban tersebut. Dalam penjelasan Undang-
Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara dinyatakan bahwa pendekatan yang
digunakan dalam merumuskan Keuangan Negara adalah dari sisi objek, subjek, proses, dan
tujuan.
Dari sisi objek, yang dimaksud dengan Keuangan Negara meliputi semua hak dan kewajiban
negara yang dapat dinilai dengan uang, termasuk kebijakan dan kegiatan dalam bidang fiskal,
moneter dan pengelolaan kekayaan negara yang dipisahkan, serta segala sesuatu baik berupa
uang, maupun berupa barang yang dapat dijadikan milik negara berhubung dengan pelaksanaan
hak dan kewajiban tersebut.
Dari sisi subjek, yang dimaksud dengan Keuangan Negara meliputi seluruh subjek yang
memiliki/menguasai objek sebagaimana tersebut di atas, yaitu: pemerintah pusat, pemerintah
daerah, perusahaan negara/daerah, dan badan lain yang ada kaitannya dengan keuangan negara.
Dari sisi proses, Keuangan Negara mencakup seluruh rangkaian kegiatan yang berkaitan dengan
pengelolaan objek sebagaimana tersebut di atas mulai dari perumusan kebijakan danpengambilan
keputusan sampai dengan pertanggunggjawaban.
Perimbangan Keuangan antara Pemerintah dan Pemda merupakan subsistem Keuangan
Negara sebagai konsekuensi pembagian tugas antara Pemerintah dan Pemda. Penyelenggaraan
urusan Pemda dalam rangka pelaksanaan Desentralisasi didanai oleh APBD. Penyelenggaraan
urusan Pemerintah yang dilaksanakan oleh Gubernur dalam rangka pelaksanaan Dekonsentrasi
didanai oleh APBN. Sedangkan penyelenggaraan urusan Pemerintah yang dilaksanakan oleh
Gubernur dalam rangka Tugas Pembantuan didanai oleh APBN. Dana Perimbangan terdiri
atas :1.Dana Bagi Hasil : a). Bersumber dari pajak : PBB, BPHTB, PPh.b). Sumber Daya Alam :
kehutanan, pertambangan umum, perikanan, pertambangan minyak bumi, pertambangan gas
bumi dan pertambangan panas bumi.2.Dana Alokasi Umum : jumlah keseluruhan DAU
ditetapkan sekurang-kurangnya 26% dari Pendapatan Dalam Negeri Netto yang ditetapkan dalam
APBN.3.Dana Alokasi Khusus : besarnya DAK ditetapkan setiap tahun dalam APBN.Lain-lain
Pendapatan terdiri atas pendapatan hibah dan pendapatan Dana Darurat. Untuk Hibah kepada
Daerah yang bersumber dari luar negeri dilakukan melalui Pemerintah. Daerah tidak dapat

3
melakukan pinjaman langsung kepada pihak luar negeri. Sedangkan Dana Darurat, Pemerintah
mengalokasikannya yang bersumber dari APBN untuk keperluan mendesak yang diakibatkan
oleh bencana nasional dan/atau peristiwa luar biasa yang tidak dapat ditanggulangi oleh Daerah
dengan menggunakan sumber APBD.Semua penerimaan dan pengeluaran daerah dalam tahun
anggaran yang bersangkutan harus dimasukkan dalam APBD.Sejak berlakunya undang-undang
ini maka Undang-undang Nomor 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan Antara
Pemerintah dan Daerah (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 72, Tambahan Lembaran Negara
Nomor 3848) dinyatakan tidak berlaku.

2.2 APA PRINSIP KEUANGAN NEGARA DAN PERIMBANGAN KEUANGAN PUSAT


DAN DAERAH
Perimbangan Keuangan antara Pemerintah dan Pemerintahan Daerah merupakan subsistem
Keuangan Negara sebagai konsekuensi pembagian tugas antara Pemerintah dan Pemerintah
Daerah Prinsip-prinsip Keuangan Negara

1. Keuangan Negara dikelola secara tertib, taat pada peraturan perundang-undangan, efisien,
ekonomis, efektif, transparan, dan bertanggung jawab dengan memperhatikan rasa keadilan
dan kepatutan. Jelasnya, setiap penyelenggara negara wajib mengelola keuangan negara secara
tertib, taat pada peraturan perundang-undangan, efisien, ekonomis, efektif, transparan, dan
bertanggung jawab dengan memperhatikan rasa keadilan dan kepatutan. Pengelolaan
dimaksud mencakup keseluruhan kegiatan perencanaan, penguasaan, penggunaan,
pengawasan, dan pertanggung-jawaban.
2. APBN, perubahan APBN, dan pertanggungjawaban pelaksanaan APBN setiap tahun
ditetapkan dengan undang-undang.
3. APBD, perubahan APBD, dan pertanggungjawaban pelaksanaan APBD setiap tahun
ditetapkan dengan Peraturan Daerah.
4. APBN/APBD mempunyai fungsi otorisasi, perencanaan, pengawasan, alokasi, distribusi, dan
stabilisasi.
5. Semua penerimaan yang menjadi hak dan pengeluaran yang menjadi kewajiban negara dalam
tahun anggaran yang bersangkutan harus dimasukkan dalam APBN.

4
6. Semua penerimaan yang menjadi hak dan pengeluaran yang menjadi kewajiban daerah dalam
tahun anggaran yang bersangkutan harus dimasukkan dalam APBD.
7. Surplus penerimaan negara/daerah dapat digunakan untuk membiayai pengeluaran
negara/daerah tahun anggaran berikutnya.
8. Penggunaan surplus penerimaan negara/daerah untuk membentuk dana cadangan atau
penyertaan pada Perusahaan Negara/Daerah harus memperoleh persetujuan terlebih dahulu
dari DPR/DPRD.
Perimbangan Keuangan antara Pemerintah dan Pemerintahan Daerah merupakan subsistem
Keuangan Negara sebagai konsekuensi pembagian tugas antara Pemerintah dan Pemerintah
Daerah.Pemberian sumber keuangan Negara kepada Pemerintahan Daerah dalam rangka
pelaksanaan Desentralisasi didasarkan atas penyerahan tugas oleh Pemerintah kepada
Pemerintah Daerah dengan memperhatikan stabilitas dan keseimbangan fiskal.Perimbangan
Keuangan antara Pemerintah dan Pemerintahan Daerah merupakan suatu sistem yang
menyeluruh dalam rangka pendanaan penyelenggaraan asas Desentralisasi, Dekonsentrasi, dan
Tugas Pembantuan.PAD bertujuan memberikan kewenangan kepada Pemerintah Daerah untuk
mendanai pelaksanaan otonomi daerah sesuai dengan potensi Daerah sebagai perwujudan
Desentralisasi. Dana Perimbangan bertujuan mengurangi kesenjangan fiskal antara Pemerintah
dan Pemerintahan Daerah dan antar-Pemerintah Daerah.Pinjaman Daerah bertujuan memperoleh
sumber pembiayaan dalam rangka penyelenggaraan urusan Pemerintahan Daerah.Lain-lain
Pendapatan bertujuan memberi peluang kepada Daerah untuk memperoleh pendapatan selain
pendapatan.

2.3 DASAR PENDANA PERIMBANGAN KEUANGAN PUSAT DAN DAERAH


Dana Perimbangan adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang
dialokasikan kepada Daerah untuk mendanai kebutuhan Daerah dalam rangka pelaksanaan
Desentralisasi Salah satu wujud dari pelaksanaan desentralisasi fiskal adalah pemberian sumber-
sumber penerimaan bagi daerah yang dapat digali dan digunakan sendiri sesuai dengan
potensinya masing-masing. Kewenangan Daerah untuk memungut pajak dan retribusi diatur
dengan Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2000 yang merupakan penyempurnaan dari Undang-
undang Nomor 18 Tahun 1997 dan ditindaklanjuti peraturan pelaksanaannya dengan PP Nomor
65 Tahun 2001 tentang Pajak Daerah dan PP Nomor 66 Tahun 2001 tentang Retribusi Daerah. -

5
7 Berdasarkan UU dan PP tersebut, Daerah diberikan kewenangan untuk memungut 11 jenis
pajak dan 28 jenis retribusi. Penetapan jenis pajak dan retribusi tersebut didasarkan
pertimbangan bahwa jenis pajak dan retribusi tersebut secara umum dipungut di hampir semua
Daerah dan merupakan jenis pungutan yang secara teoritis dan praktek merupakan jenis
pungutan yang baik. • • • Selain jenis pajak dan retribusi tersebut, Daerah juga diberikan
kewenangan untuk memungut jenis pajak (kecuali untuk Provinsi) dan retribusi lainnya sesuai
kriteria-kriteria tertentu yang ditetapkan dalam undang-undang . Ditinjau dari kontribusi pajak
Daerah dan retribusi Daerah, sampai saat ini distribusi kewenangan perpajakan antara Daerah
dengan Pusat terjadi ketimpangan yang relatif besar. Hal ini tercermin dalam jumlah penerimaan
pajak yang dipungut Daerah hanya sekitar 3,45% dari total penerimaan pajak (pajak Pusat dan
Daerah). Demikian juga distribusi pajak Daerah antar Daerah juga sangat timpang sekali dan
bervariasi (ratio PAD tertinggi dengan terendah mencapai 600). Peranan pajak dalam
pembiayaan Daerah yang sangat rendah dan sangat bervariasi juga terjadi karena adanya
perbedaan yang cukup besar dalam jumlah penduduk, kondisi geografis, dan kemampuan
masyarakat. • Walaupun kewenangan pemajakan telah diberikan kepada daerah, namun dengan
melihat basis pajak-pajak yang besar telah dikuasai oleh Pusat (yang tentunya dilakukan
berdasarkan pertimbanganpertimbangan tertentu), pemberian kewenangan tersebut tidak akan
berdampak besar terhadap peningkatan PAD. Selama ini, PAD dalam pembiayaan kebutuhan
Daerah di sebagian besar Daerah kurang dari 10% dan sangat bervariasi antar Daerah dari 10%
hingga 50%. • Penguasaan sumber-sumber penerimaan pajak oleh Pemerintah Pusat pada
dasarnya dengan pertimbangan, antara lain, perlunya power yang besar dalam pemungutan pajak,
dan perlunya efisiensi ekonomi (dalam kaitannya dengan administrasi pemungutan, mobilitas
objek pajak, fungsi stabilisasi dan distribusi dari pajak). Hal ini menjadi alasan yang kuat bagi
Pemerintah Pusat untuk memiliki basis pajak-pajak yang besar. • Sejalan dengan pemberian
kewenangan kepada Daerah untuk mengenakan pungutan baru selain yang ditetapkan UU
Nomor 34 Tahun 2000 jo PP Nomor 65 Tahun 2001 tentang Pajak Daerah dan PP Nomor 66
Tahun 2001 tentang Retribusi Daerah, telah banyak - 8 menimbulkan permasalahan dalam
pelaksanaannya. Dengan kewenangan tersebut, banyak Daerah telah menghidupkan kembali
pungutan-pungutan yang dulunya telah dihapus/dilarang dengan UU Nomor 18 Tahun 1997.
Tindakan tersebut sebenarnya tidak perlu terjadi apabila Daerah mematuhi ketentuan yang
berlaku, dimana telah ditetapkan secara tegas kriteria dari pajak dan retribusi yang dapat

6
dipungut oleh Daerah. • Sesuai ketentuan yang berlaku, Menteri Keuangan dapat
merekomendasikan kepada Menteri Dalam Negeri agar Peraturan Daerah (Perda) tentang
pungutan yang bertentangan dengan kententuan yang ada agar dibatalkan. Untuk sebanyak 1.129
Perda yang telah disampaikan kepada Pemerintah Pusat, Menteri Keuangan telah
merekomendasikan sebanyak 80 Perda untuk dibatalkan. Menteri Dalam Negeri menindaklanjuti
rekomendasi pembatalan Perda tersebut dengan menganjurkan kepada Daerah untuk meninjau
kembali Perda tersebut dan untuk dibatalkan sendiri. • Permasalahan lain yang berkaitan dengan
PAD adalah kewenangan perpajakan (taxing power) Daerah yang sangat terbatas yang tercermin
dari rendahnya kontribusi PAD terhadap APBD (rata-rata kurang dari 10%). Keadaan ini kurang
mendukung akuntabilitas dari penggunaan anggaran Daerah, dimana keterbatasan dana transfer
dari Pusat untuk membiayai kebutuhan Daerah idealnya dapat ditutup oleh Daerah dengan
menyesuaikan basis pajak atau tarif pajak Daerahnya. Hal ini hanya dapat dilakukan apabila
taxing power dari Daerah diperbesar.

BAB III
PENUTUP

3.1KESIMPULAN
Dana perimbangan merupakan dana yang berasal dari perolehan APBN yang
diperuntukkan bagi daerah dalam upaya membiayai kepentingan daerah sebagai bentuk
pengimplementasian asas desentralisasi. Dana perimbangan terbagi menjadi dana bagi
hasil, dana alokasi umum, dan dana alokasi khusus. Kondisi Dana Perimbangan Kota
Padang pada tahun 2003-2015 selalu mengalami peningkatan setiap tahunnya. Dana
Perimbangan memiliki ditribusi pendapatan tertinggi pada tahun 2011-2015 berdasarkan
sumber penerimaan dibandingkan Pendapatan Asli Daerah dan Lain-lain Pendapatan
yang Sah. Pada hasil empiris variabel Dana Perimbangan berpengaruh positif dan
signifikan terhadap Belanja Daerah di Kota Padang. 2. Pendapatan Asli Daerah
merupakan semua penerimaan daerah yang berasal dari sumber ekonomi daerah.
Pendapatan Asli Daearah terdiri atas Hasil Pajak Daerah, Hasil Retribusi, Hasil
7
Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan, dan Lain-lain Pendapatanyang sah.
Pendapatan Asli Daerah Kota Padang peroide tahun 2003-2015, hampir selalu
mengalami peningkatan pada setiap tahunnya, meskipun pada tahun 2008 mengalami
penurunan, ditahun 2009-2015 selalu mengalami peningkatan. Pada tahun 2011-2015
Pendapatan Asli Daerah Kota Padang merupakan distribusi terendah berdasarkan sumber
penerimaan, namun pada tahun 2015 memiliki distribusi lebih tinggi dibandingkan Lain-
lain

DAFTAR PUSTAKA

8
Ahmad Yani, S.H., M.M., Ak., Hubungan Keuangan Antara Pemerintah Pusat Dan Daerah Di
Indonesia,
Divisi Buku Perguruan Tinggi, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, Cetakan kedua, April, 2004.
Amin Widjaja Tunggal, Drs., Ak., MBA., Coso-Based Auditing, Harvarindo, 2000
Anwar Sulaiman H., Drs., Manajemen Aset Daerah, STIA-LAN, 2000
URL https://bpkad.banjarkab.go.id/index.php/2018/03/06/pengertian-dan-ruang-lingkup-
keuangan-negara/

Anda mungkin juga menyukai