Anda di halaman 1dari 75

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Kerja Praktek


Pemerintah daerah menyusun dan melaksanakan anggaran daerah untuk

memberikan pelayanan yang sebaik-baiknya kepada publik. Kualitas pelayanan

tersebut sangat tergantung pada kelancaran pendanaan untuk membiayai semua

aktivitas yang dilakukan. Dalam hal ini pemerintah daerah harus dapat mengelola

sumberdaya yang dimilikinya dengan sebaik mungkin. Dengan demikian, unit

kerja yang memberikan pelayanan kepada publik sedapat mungkin tidak

berhadapan dengan masalah kekurangan atau ketiadaan dana ketika dibutuhkan.

Artinya, dana yang dibutuhkan oleh unit kerja semestinya tersedia dalam jumlah

yang cukup tepat pada waktunya. Untuk itu diperlukan suatu sistem manajemen

dan pengendalian kas daerah yang baik.Manajemen kas sangat penting dalam

pengelolaan keuangan daerah.

Manajemen kas merupakan fungsi yang dilaksanakan oleh unit

perbendaharaan, mulai dari perencanaan sampai pada pelaporan tentang aliran kas

daerah. Agar secara optimal dapat mendukung pelaksanaan pelayanan publik oleh

pemerintah daerah, pengelolaan kas selayaknya dilaksanakan secara terencana,

transparan dan akuntabel. Hal ini bermakna bahwa strategi pemerintah daerah

untuk memaksimalkan hasil dari uang yang dimilikinya merupakan esensi utama

dari manajemen kas. Pemerintah daerah kemudian membentuk suatu unit kerja

1
2

yang melaksanakan fungsi perbendaharaan, yang mencakup perencanaan,

penerimaan, penatausahaan, pengeluaran, dan pertanggungjawaban kas daerah,

yang disebut dengan nama bendahara daerah. Dalam peraturan perundang-

undangan terbaru dikenal dengan nama bendahara umum daerah (BUD).

Dalam era otonomi daerah, manajemen keuangan daerah yang baik

merupakan salah satu prasyarat penting untuk mewujudkan efektifitas dan

efesiensi pemerintah dan pembangunan di tingkat lokal. Dalam hubungan antar

pusat dan daerah, pemerintah saat ini telah mengalokasikan dana perimbangan

untuk membiayai kebutuhan daerah dalam rangka mendukung pelaksanaan

desentralisasi pemerintahan.

Berdasarkan pasal 5 UU No. 33 tahun 2004 sumber-sumber penerimaan

daerah adalah pendapatan daerah dan pembiayaan. Pendapatan daerah terdiri dari

Pendapatan Asli Daerah (PAD), dana perimbangan dan lain-lain pendapatan.

Dana Perimbangan Keuangan Pusat-Daerah merupakan mekanisme transfer

pemerintah pusat-daerah terdiri dari Dana Bagi Hasil Pajak dan Sumber Daya

Alam (DBHP dan SDA), Dana Alokasi Umum (DAU), dan Dana Alokasi Khusus

(DAK). Dana pembiayaan daerah berasal dari Sisa Lebih Anggaran daerah

(SiLPA), pinjaman daerah, dana cadangan daerah dan privatisasi kekayaan daerah

yang dipisahkan.

Idealnya semua pengeluaran pemerintah daerah dapat dicukupi dengan

menggunakan PAD-nya, sehingga daerah menjadi benar-benar otonom. Tujuan

utama pemberian dana perimbangan dalam kerangka otonomi daerah adalah untuk

pemerataan kemampuan fiskal pada tiap daerah (equalizing transfer) (Ehtisham,


3

2002).Penggunaan Dana Alokasi Umum (DAU),Dana Bagi Hasil Pajak (DBHP)

dan Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam (DBH SDA) (block grants) diserahkan

pada kebijakan masing-masing daerah. Pada penerapannya Dana Alokasi Umum

(DAU) banyak dimanfaatkan untuk membiayai pengeluaran rutin terutama untuk

belanja pegawai sebagai dampak pengalihan status pegawai pusat menjadi

pegawai Pemda, sedangkan penggunaan Dana Alokasi Khusus (DAK) telah

ditentukan oleh pemerintah pusat.

Kebijakan Dana Alokasi Umum (DAU) mempunyai tujuan utama untuk

memperkuat kondisi fiskal daerah dan mengurangi ketimpangan antar daerah

(horizontal imbalance). Melalui kebijakan bagi hasil SDA diharapkan masyarakat

daerah dapat merasakan hasil dari sumber daya alam yang dimilikinya.

Mekanisme bagi hasil Sumber Daya Alam (SDA) dan pajak bertujuan untuk

mengurangi ketimpangan vertikal (vertical imbalance) pusat-daerah. Walaupun

Indonesia terkenal sebagai daerah yang kaya akan SDA tetapi persebarannya tidak

merata di seluruh daerah.

Dana Alokasi Khusus (DAK) bertujuan untuk membantu mendanai kegiatan

khusus yang merupakan urusan daerah dan sesuai dengan prioritas nasional. Di

samping itu tujuan pemberian DAK adalah untuk mengurangi inter-jurisdictional

spillovers, dan meningkatkan penyediaan barang publik di daerah.Dalam

perspektif peningkatan pemerataan pendapatan maka peranan DAK sangat

penting untuk mempercepat konvergensi antar daerah, karena dana diberikan

sesuai dengan prioritas nasional, misalnya DAK untuk bantuan keluarga miskin.

Dalam jangka panjang dana dekonsentrasi dan dana tugas pembantuan yang
4

merupakan bagian dari anggaran kementerian negara/lembaga yang digunakan

untuk melaksanakan urusan yang menurut peraturan perundangundangan menjadi

urusan daerah akan dialihkan menjadi DAK (Pasal 107 UU No. 33 tahun 2004).

Berdasarkan Undang-undang No. 17/2003 tentang Keuangan Negara dan

Undang-undang No. 1/2004 tentang Perbendaharaan Negara telah digulirkan

Reformasi Manajemen Keuangan Pemerintah yang mengakibatkan adanya

perubahan fungsi yaitu dari fungsi yang menekankan pada Public Financial

Administration ke fungsi Public Financial Management. Dengan perubahan

fungsi tersebut terdapat pemisahan kewenangan dan implikasinya. Pemisahan

kewenangan ditujukan untuk menjamin terciptanya mekanisme check and balance

serta memperjelas akuntabilitas masing-masing pihak yaitu menteri keuangan

sebagai pembantu Presiden dalam bidang keuangan pada hakekatnya adalah Chief

Financial Officier (CFO) Pemerintah Indonesia yang berwenang dan bertanggung

jawa atas pengelolaan aset dan kewajiban negara secara nasional, sedangkan para

menteri dan pimpinan lembaga negara adalah Chief Operational Officier (COO)

yang berwenang dan bertanggung jawab atas penyelenggaraan pemerintahan

sesuai bidang tugas dan fungsi masing-masing.

Pembagian kewenangan yang jelas dalam pelaksanaan anggaran antara

menteri keuangan dan menteri teknis tersebut diharapkan dapat memberikan

jaminan terlaksananya mekanisme saling uji dalam pelaksanaan pengeluaran

negara dan jaminan atas kejelasan akuntabilitas Menteri Keuangan sebagai

Bendahara Umum Negara dan menteri teknis sebagai Pengguna Anggaran. Selain

itu, pembagian kewenangan ini akan memberikan fleksibilitas bagi menteri teknis
5

sebagai pengguna anggaran kementeriannya secara efisien dan efektif dalam

rangka optimalisasi kinerja kementeriannya untuk menghasilkan output yang telah

ditetapkan.

Dengan demikian kewenangan menteri teknis akan melaksanakan

Administrasi Beheer yang meliputi pembuatan komitmen, pengujian, dan

pembebanan, serta perintah pembayaran, sedangkan Menteri Keuangan akan

melaksanakan Comptabel Beheer yang meliputi pengujian dan pencairan dana.

Menteri/Pimpinan Lembaga selaku Pengelola Anggaran (PA) menunjuk

Pebajat Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) untuk satuan kerja/satuan kerja

semenara di lingkungan instansi PA bersangkutan dengan surat keputusan. KPA

adalah pejabat yang memperoleh kewenangan dan tanggung jawab dari PA untuk

menggunakan anggaran belanja negara yang dikuasakan kepadanya. Dalam

rangka pelaksanaan anggaran belanja negara di lingkungan kementerian

negara/lembaga yang dipimpinnya. Menteri/Pimpinan Lembaga dapat

mendelegasikan kewenangannya kepada KPA untuk menunjuk Pejabat Pembuat

Komitmen (PPK), Pejabat Penguji SPP/Penerbit SPM dan Bendahara

Pengeluaran.

Menteri Keuangan selaku Bendahara Umum Negara (BUN) mengangkat

Kuasa BUN untuk melaksanakan tugas kebendaharaan dalam rangka pelaksanaan

APBN dalam wilayah kerja yang telah ditetapkan. Kuasa BUN adalah pejabat

yang mempunyai kewenangan untuk dan atas nama BUN melaksanakan fungsi

pengelolaan Rekening Kas Umum Negara, tempat penyimpanan uang negara yang

ditentukan oleh Menteri Keuangan selaku BUN untuk menampung seluruh


6

penerimaan negara dan membayar seluruh pengeluaran negara. Instansi vertikal

Direktorat Jenderal Perbendaharaan yang memperoleh kewenangan selaku Kuasa

BUN adalah Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN) sebelum

menerbitkan Surat Perintah Pencairan Dana (SP2D) terlebih dahulu melakukan

pengujian secara substansial dan formal terhadap SPM yang diterimanya. Sejalan

dengan reformasi tersebut, Departemen Keuangan terutama unit organisasi paling

terdepan seperti KPPN sebagai Kuasa BUN telah melakukan reformasi organisasi

dalam rangka memperlancar pencairan APBN.

Minimnya pemahaman standar operasional pencairan anggaran oleh para

petugas satuan kerja bisa menjadi penyebab rendahnya penyerapan anggaran. Bisa

juga karena proses administrasi yang berbelit-belit, juga mekanisme dan aturan

tender yang tidak sederhana. Berkenaan dengan rendahnya penyerapan anggaran

negara, maka baik menteri teknis sebagai penguasa anggaran maupun menteri

keuangan sebagai Bendahara Umum Negara (BUN) harus mengetahui prosedur

pencairan dan pengujian tagihan kepada negara.

Pada era otonomi daerah, prevalensi birokrasi yang kompeten dan profesional

bukan sekedar kebutuhan, tetapi merupakan keharusan. Birokrasi yan kompeten

dan profesional adalah birokrasi yang memiliki sense of responsibility dan

professionaly dalam melaksanakan tugas, pokok, fungsi dan kewenangan baik

dari segi perencanaan, penganggaran maupun pertanggungjawaban yang berbasis

pada prinsip akuntabilitas dan transparansi.

Di era otonomi daerah sumber daya keuangan tidak lagi diartikan sebagai “oto

money” melainkan “delegation of authory and responsibility” karena itu


7

pertimbangan utama untuk memberikan otonomi yang lebih besar bukannya

terletak pada kemampuan keuangan daerah akan tetapi kemapuan melaksanakan

kewenangan dan tanggung jawab serta mengambil keputusan sendiri di bidang

keuangan. Dengan demikian, daerah dikatakan lebih otonom bukan dilihat dari

besar kecilnya keuangan yang dimiliki oleh daerah ( Pendapatan Asli Daerah

Sendiri) melainkan dilihat dari seberapa besar suatu daerah memiliki kewenangan

dan pettanggungjawaban membuat dan mengambil keputusan yang lebih sesuai

dengan situasi, kondisi, kebutuhan dan permasalahan yang dihadapi. Meskipun

demikian, disadari dan dipahami bahwa tanpa dukungan sumber daya keuangan

yang cukup, kebijakan otonomi daerah sulit diemplementasikan, apalagi mampu

mewujudkan tujuannya. Oleh karena itu peranan Biro Keuangan dalam

menunjang peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD) sesuai dengan visi, misi

Jawa Barat yaitu “ Tercapainya Masyarakat Jawa Barat yang Mandiri, Dinamis

dan Tahun 2013”. Biro Keuangan mempunyi peranan penting dalam menetapkan

target perolehan pendapatan dalam menunjang pembangunan di Jawa Barat.

Unsur dari Biro Keuangan tersebut yaitu Bagian Kas Daerah yang mengelola

Pendapatan Asli Daerah baik penerimaan maupun pengeluaran anggaran, sesuai

dengan tugas, pokok, dan fungsinya Bagian Kas Daerah menyelenggarakan tugas

pelayanan, pelaporan dan pengendalian administrasi keuangan daerah baik

penerimaan mupun pengeluaran kepada 36 Satuan Kerja Perangkat Daerah

(SKPD) serta kerjasama dengan 48 Cabang PT. Bank Jabar Banten, Tbk, selain

itu Bagian Kas Daerah juga melayani Badan/Lembaga di luar lingkungan

Pemerintah Provinsi Jawa Barat, Yayasan, Perguruan Tinggi serta Bank


8

Pemerintah maupun swasta lainnya, yang berhubungan di bidang penerimaan

maupun pengeluaran dengan memberikan pelayanan informasi tentang Bagian

Kas Daerah dan memberikan pelayanan Pencairan Surat Pencairan Dana (SP2D)

secara cepat, tepat, akurat dan utuh. Bagian Kas Daerah hanya membatasi

pengujian mengenai syarat – syarat tentang hak yang diperoleh ialah mengenai

kebenaran / keabsahan besarnya jumlah pengeluaran yang tertera dengan huruf

dan angka, kesesuaian antara jumlah pada Surat Perintah Pencairan Dana (SP2D)

dengan jumlah pada daftar penguji.

SP2D atau Surat Perintah Pencairan Dana adalah surat yang dipergunakan

untuk mencairkan dana lewat bank yang ditunjuk setelah SPM diterima oleh

BUD. SP2D adalah spesifik, artinya satu SP2D hanya dibuat untuk satu SPM

saja. Setiap organisasi bisnis maupun instansi pemerintahan dalam menjalankan

aktivitasnya membutuhkan dana yang digunakan untuk memenuhi segala

kebutuhan yang diperlukan dalam membiayai kegiatan-kegiatan yang bersifat

operasional maupun non operasional. Kompleksnya kegiatan-kegiatan yang

dilakukan, menjadikan dana sebagai unsur utama dalam pemenuhan kebutuhan

organisasi bisnis maupun instansi pemerintahan. Pemenuhan kebutuhan dana

tidaklah terlepas dari suatu proses yang harus dilaksanakan hingga dana yang

dibutuhkan tersebut dapat diperoleh sesuai dengan ketentuan dan aturan yang

berlaku. Sehingga dana tersebut dapat digunakan dengan efektif, efisien, tertib,

transparan dan bertanggungjawab. Pada instansi pemerintahan atau satuan kerja,

penggunaan anggaran merupakan unsur yang sangat penting, agar pengelolaan

keuangan dapat dikelola dengan sebaik-baiknya. Anggaran yang digunakan telah


9

ditetapkan oleh pemerintah yang tersaji dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja

Negara (APBN) yang dilaksanakan dalam suatu periode tertentu. Dalam

pelaksanaannya setiap satuan kerja harus merinci setiap aktivitas yang

mengakibatkan terjadinya pencairan dana atas beban APBN yang disajikan dalam

Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA).

Pemerintah memberikan wewenang kepada masing-masing instansi dalam

proses pencairan dana anggaran melalui lembaga yang ditunjuk/diberikan

wewenang. Lembaga yang diberikan wewenang tersebut adalah Kantor Pelayanan

Perbendaharaan Negara (KPPN), melalui lembaga inilah anggaran yang

diperlukan dapat dicairkan melalui prosedur yang telah ditetapkan berdasarkan

peraturan perundang-undangan. Dapat di simpulkan bahwa prosedur dalam

pencairan anggaran merupakan salah satu unsur yang terpenting dalam setiap

instansi pemerintahan guna pemenuhan kebutuhan instansi tersebut.

Bagian Kas Daerah yang merupakan salah satu kepala bagian dari Biro

keuangan Sekretariat Daerah provinsi Jawa Barat mempunyai tugas merumuskan

kebijakan teknis dan melaksanakan kebijakan pemerintah Propinsi di bidang

pengelolaan Kas Daerah. Bagian Kas Daerah (BKD) Propinsi Jawa Barat

memberikan pelayanan informasi tentang yang berhubungan dengan Kas Daerah,

untuk dapat memberikan pelayanan seperti pencairan SP2D.Kantor Kas Daerah

hanya membatasi pengujian mengenai syarat-syarat tentang hak yang diperoleh

yaitu mengenai kebenaran atau keabsahan besarnya jumlah penerimaan dan

pengeluaran yang tertera dengan huruf, angka dengan pemisahan berdasarkan

kota. Bagian Kas Daerah merupakan Lembaga Teknis Daerah yang merupakan
10

Independen penunjang Pemerintahan Daerah sebagaimana diatur dalam peraturan

Pemerintah Daerah No.16 Tahun 2000 dalam pasal 3 Peraturan Daerah dan

Tanggung jawab langsung kepada Gubenur melalui sekretaris daerah.Berdasarkan

uraian diatas, maka penulis akan membahas mengenai Bagian Kas Daerah (BKD)

dengan judul PELAKSANAAN PENCAIRAN SURAT PERINTAH

PENCAIRAN (DANA) SP2D PADA BAGIAN KAS DAERAH PROVINSI

JAWA BARAT

1.2 Maksud Dan Tujuan Kerja Praktek

Dalam menyusun Laporan dari hasil Kuliah Kerja Praktek ini penulis

ingin menyampaikan maksud dan tujuan Laporan Kerja Praktek ini adalah sebagai

berikut :

A. Maksud Laporan Kerja Praktek

Maksud dari penulisan Laporan Kerja Praktek ini adalah untuk mengetahui

pelaksanaan pencairan SP2D di Bagian Kas Daerah Provinsi Jawa Barat

B. Tujuan Kerja Praktek

Adapun tujuan yang ingin di capai dari pelaporan Kuliah Kerja Praktek ini

adalah :

1. Untuk mengetahui prosedur pencairan SP2D pada Bagian Kas Daerah

Provinsi Jawa Barat

2. Untuk mengetahui pelaksanaan pencairan SP2D pada Bagian Kas Daerah

Provinsi Jawa Barat


11

1.3 Kegunaan Kerja Praktek

Hasil yang diharapkan dari Kuliah Kerja Praktek ini dapat memberi manfaat

bagi penulis, Bagian Kas Daerah Provinsi Jawa Barat maupun pihak lain yang

membutuhkan. Adapun manfaat yang diperoleh yaitu :

A. Bagi Penulis

Penulis dapat memilah milah lembar SP2D yang harus diarsipkan dan di

proses, kemudian mengimput data SP2D sesuai dengan nomor SP2D,

bendahara pengeluaran,nomor rekening Bank,Nomor Pokok Wajib Pajak

(NPWP), dan keperluan kegiatan,potongan-potongan dan PPh,PPn,kemudian

jumlah nominal uang yang diminta, menyusun arsip SP2D sesuai nomor

SP2D,membuat SPKU yang kemudian akan di serahkan ke Bank Jabar untuk

melaksanakan transfer ke Bank yang di tuju.

B. Bagi Instansi

Adapun kegunaan kerja praktek ini bagi instansi yang menjadi objek dari

pelaksanaan Kerja Praksanaan Kerja Praktek adalah sebagai berikut :

1. Membantu memilah milah SP2D,yang harus di arsipkan dan di proses

2. Membantu menginput data SP2D

3. Membantu menyusun arsip SP2D sesuai no SP2D

4. Membantu membuat Surat Perintah Kiriman Uang (SPKU).

C. Bagi Universitas Komputer Indonesia

Bagi Prodi Akuntansi kerja praktek ini mengaplikasikan ilmu pengetahuan di

bidang Akuntansi Keuangan Daerah,Akuntansi Sektor Publik sehingga dapat

memberikan tambahan pengetahuan dan dapat menjadi bahan referensi,


12

khususnya untuk mengkaji topik-topik yang berkaitan dengan masalah-masalah

yang dibahas.

Bagi Fakultas Ekonomi kerja praktek ini mengaplikasikan mata kuliah

komputerisasi akuntansi yang telah dipelajari yaitu Komputer Aplikasi

Akuntansi IV yaitu penggunaan MYOB Accounting.

1.4 Metode Kerja Praktek

Dalam penyusunan laporan kerja praktek ini penulis menggunakan metode

Block Release, yaitu suatu penelitian yang dilaksanakan dalam suatu periode

selama satu periode tertentu. Penyusunan laporan Kuliah Kerja Praktek ini

tentunya memerlukan pengumpulan data. Adapun teknik pengumpulan data yang

dilakukan adalah sebagai berikut :

1. Studi Lapangan

Merupakan suatu metode pengumpulan data dengan mengadakan pengamatan

langsung terhadap objek penelitian. Dalam hal ini penulis menggunakan cara

sebagai berikut :

a. Observasi yaitu suatu cara untuk mendapatkan data-data yang diperlukan

oleh penulis dengan melakukan pengamatan langsung Pada Seksi

Pengeluaran Bagian Kas Daerah Provinsi Jawa Barat

b. Wawancara yaitu suatu metode pengumpulan data dengan melakukan tanya

jawab secara lisan terhadap bagian-bagian tertentu yang dianggap oleh

penulis terdapat relevansinya dengan materi penyusunan laporan kerja

praktek ini. Dan dalam hal ini penulis mengadakan tanya jawab secara
13

langsung kepada kepala Bagian Pengeluaran Bagian Kas Daerah Provinsi

Jawa Barat dan staf yang membantu membimbing selama proses kerja

praktek . Seluruh pertanyaan mengacu pada daftar pertanyaan sesuai data-

data yang di butuhkan dalam menyusun laporan maupun data yang di

berikan secara bebas sesuai dengan masukan yang di berikan.

c. Dokumentasi Yaitu mengadakan pencatatan dan pengumpulan data yang

diidentifikasi dari dokumentasi yang ada kaitannya dengan masalah yang

akan dibahas dalam Laporan Kerja Praktek, yaitu dokumen SP2D dan

SPKU.

2. Studi Pustaka

Merupakan suatu metode pengumpulan data yang dipergunakan untuk

memperoleh data secara teoritis dengan mempelajari buku akuntansi keuangan

daerah dan buku metodologi penelitian.

1.5 Lokasi dan Waktu Kerja Praktek

Dalam melaksanakan Kerja Praktek dan melakukan penelitian untuk

memperoleh data yang di butuhkan untuk keperluan penyusunan Laporan Kerja

Praktek. Dengan Lokasi dan Waktu Kerja Praktek sebagai berikut.

1. lokasi kerja praktek

Tempat di laksanakannya Kuliah Kerja Praktek yaitu di Bagian Kas Daerah

pada Seksi Pengeluaran yang berlokasi di Jalan Braga No. 12 Bandung,

telepon (022) 4235044 faks.(022) 4235044.


14

2.Waktu Kerja Praktek

Waktu yang ditempuh penulis dalam melaksanakan kerja praktek pada Kantor

Kas Daerah Biro Keuangan Provinsi Jawa Barat yaitu dimulai dari tgl 5 Juli

sampai dengan 5 Agustus 2010.

Tabel 1.1
Aktivitas Kerja Praktek

No AKTIVITAS HARI WAKTU


1 Kerja Praktek Senin – Kamis 08.00 – 16.00 WIB
Istirahat 12.00 – 13.00 WIB
2 Kerja Praktek Jumat 08.00 – 16.00 WIB
Istirahat 12.00 – 13.30 WIB
3 Libur Sabtu dan Minggu -

Tabel 1.2
Aktivitas Kantor

No AKTIVITAS HARI WAKTU


1 Jam Kerja Senin – Kamis 08.00 – 16.30 WIB
Istirahat 12.00 – 13.00 WIB
2 Jam Kerja Jumat 08.00 – 16.30WIB
Istirahat 12.00 – 13.30 WIB
3 Libur Sabtu dan Minggu -
15

Tabel 1.3
Jadwal Pelaksanaan Kerja Praktek

BULAN
No KEGIATAN JUL AGST SEPT OKT NOV DES
2010 2010 2010 2010 2010 2010
PERSIAPAN KERJA
1
PRAKTEK
a. Permohonan Surat Kerja
Praktek
b. Menentukan Instansi
c. Pengajuan Kerja Praktek
Ke Instansi
d. Persetujuan Kerja
Praktek
PELAKSANAAN KERJA
2
PRAKTEK
a. Registrasi
b. Menerima pengarahan
c. Aktivitas Kerja Praktek
d. Selsei kerja praktek
PELAPORAN KERJA
3
PRAKTEK
a. Pengajuan Judul
b. Persetujuan judul
c. Bimbingan Kerja Praktek
dengan Dosen
Pembimbing
d. Revisi
e. Ujian Kerja Praktek
f. Pengumpulan Laporan
Kerja Praktek
BAB II

GAMBARAN UMUM INSTANSI

2.1 Sejarah Singkat Bagian Kas Daerah Biro Keuangan Provinsi Jawa Barat

Sejarah singkat mengenai pendirian Kantor Kas Daerah Provinsi Jawa Barat

tidak dapat dipisahkan dengan masalah anggaran daerah atau hal yang berkaitan

dengan keuangan daerah.Dimana segenap aparatur pemerintahan umum di daerah

,khususnya para pengelola keuangan daerah baik unsur pimpinan maupun

bawahan dapat melaksanakan tugas dan kewajibannya.

Sehubungan dengan peraturan Menteri Dalam Negeri No. 1 Tahun 1979

tentang Kedudukan Bank Pembangunan Daerah yang melaksakan fungsi Kas

daerah, maka sejak itu fungsi kas daerah dipegang oleh Bank Pembangunan yang

sekarang PT Bank Jabar dan pada Tahun 2010 di ganti namanya jadi Bank Bjb.

Dengan pertimbangan untuk meningkatkan pelayanan pada masyarakat, dan

fungsi pemegang kas daerah berada pada kepala daerah,dengan peraturan Menteri

Dalam Negeri Nomor 3 Tahun 1999 tentang pencabutan peraturan Menteri Dalam

Negeri Nomor 1 Tahun 1979 tentang kedudukan Bank Pembangunan Daerah yang

melaksanakan fungsi kas daerah,maka secara resmi fungsi kas daerah

dikembalikan kapada pemerintah Provinsi Jawa Barat, hal tersebut juga sejalan

dengan Undang-Undang No.32 Tahun 2004,tentang Pemerintah Daerah.

Sehubungan dengan diberlakukannya Peraturan Menteri Nomor 3 Tahun 1999

tidak serta merta fungsi kas daerah tersebut secara langsung diserahkan dan

16
17

dilaksanakan oleh pemerintah daerah, dimana memerlukan proses pengalihan

tugas yang selama ini dikerjakan oleh Karyawan Bank Jabar harus dikerjakan oleh

pegawai pemerintah provinsi Jawa Barat. Dalam rangka alih tugas tersebut dan

dalam rangka meningkatkan pelayanan dan percepatan alur pencairan dana

anggaran pendapatan dan belanja daerah pemerintah Provinsi Jawa Barat. Melalui

surat tugas nomor 893.8/411/keu, tanggal 18 September 1999 tentang PNS yang

diikutsertakan untuk mengikutinya job training pemegang kas daerah yang

bertempat di Bank Jabar Cabang Utama Bandung dimana dana-dana tersimpan.

Setelah selsei dilaksanakan Job training maka berdasarkan Keputusan Gubernur

yang antara lain :

1. Keputusan Gubernur Provinsi Jawa Barat nomor 77 Tahun 1999 tanggal 25

Oktober 1999 tentang pembentukan Kas Daerah Provinsi Jawa Barat.

2. Keputusan Gubernur Provinsi Jawa Barat Nomor 78 Tahun 1999 tanggal 25

Oktober 1999 tentang penyimpanan Uang Kas Daerah atas nama rekening

Kasc Daerah Provinsi Jawa Barat.

3. Keputusan Gubernur Provinsi Jawa Barat Nomor 79 Tahun 1999 tanggal 25

Oktober 1999 tentang penunjukan Pemegang Kas Daerah (KKD) Provinsi

Jawa Barat Tahun Anggaran 1999/2000

4. Keputusan Gubernur Provinsi Jawa Barat Nomor 584.4/Kep.1175/-Keu/99

tahun 1999 tentang pencabutan Surat Keputusan Gubernur Kepala Daerah

tanggal 1 Jawa Barat Nomor 584.2/SK./264-keu/1999 tentang penunjukan /

penetapan Bank Jabar sebagi Pemegang Kas Daerah (PKD) dan seluruh
18

cabangnya sebagai pembantu Pemegang Kas Daerah (PKD) tingkat 1 Jawa

Barat Tahun Anggaran 1999/2000.

5. Keputusan Gubernur Provinsi Jawa Barat Nomor 584.2/Kep.1174/-keu/99

tahun 1999 tentang penunjukan PT. Bank Jabar sebagai tempat penyimpanan

uang Daerah Provinsi Jawa Barat atas nama Pemegang Kas Daerah (PKD)

Provinsi Jawa Barat.

6. Berita Acara Nomor 354/Dir/99 Serah Terima Pemegang Kas Daerah dari PT.

Bank kepada Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Barat.

Dengan diberlakukannya keputusan tersebut di atas,maka pada tanggal 03

November 1999 diserahterimakan dari Direktur PT. Bank Jabar kepada Gubernur

Kepala Daerah melalui Sekretaris Daerah Pemerintah Provinsi Jawa Barat,pihak

pemerintah Daerah menerima penyerahan tugas dan fungsi Kantor Kas Daerah

baik Penerimaan maupun Pengeluaran yang disebut Pemegang Kas Daerah yang

ditandai dengan penyerahan sbb :

1. Buku Petunjuk Operasional Kas Daerah.

2. Berkas Arsip,Blanko dan Dokumen yang berkaitan dengan Kas Daerah.

Pemegang Kas Daerah ini non struktural merupakan embiro dari Kantor kas

daerah dan pada pelaksanaan tugasnya berada di bawah Biro Keuangan

Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Barat, dan mengacu pada Keputusan Menteri

Dalam Negeri Nomor 32 Tahun 1999 tentang Pelaksanaan Tugas Pemegang Kas

Daerah dalam Pengurus Keuangan Daerah tanggal 2 Maret 1999.

Pada tanggal 12 Desember 2000 terbit Peraturan Daerah Nomor 16 Tahun 2000

tentang pembentukan Lembaga Teknis Daerah, diantaranya Kantor Kas Daerah


19

Pemerintah Provinsi Jawa Barat dengan Struktur Organisasi terlampir,yang berarti

Kantor Kas Daerah merupakan lembaga struktural dengan menduduki eselon III

untuk Kepala Kas Daerah yang dibantu oleh Kepala Sub Bagian tata usaha ,kepala

Seksi penerimaan dan Kepala Seksi Pengeluaran. Dalam melaksanakn tugasnya

selain peraturan tersebut di atas yang belum dicabut juga di dasarkan kepada :

1. Peraturan Daerah Nomor 17 Tahun 2000 , tentang pengelolaan dan

pertanggungjawaban Keuangan Daearah Provinsi Jawa Barat.

2. Keputusan Gubernur Jawa Barat Nomor 17 Tahun 2001, tentang tugas pokok,

fungsi dan rincian tugas unit Kantor Kas Daerah Provinsi Jawa Barat .

3. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005, tentang pengelolaan Keuangan

Daerah.

4. Peraturan Pemerintah Nomor 108 Tahun 1999, tentang Tata Cara

pertanggungjawaban Kepala Daerah.

Keberadaan, kedudukan, tugas pokok dan fungsi, susunan organisasi dan

tata kerja Kantor Kas Daerah didasarkan kepada : Keputusan Menteri Dalam

Negeri Nomor 32 Tahuun 1999 tentang Pelaksanaan Tugas Pemegang Kas Daerah

Dalam Pengurusan Keuangan Daerah,dan Perda No.16 Tahun 2000 tanggal 12

Desember 2000 tentang Lembaga teknis Daerah Propinsi Jawa Barat. Berdasarkan

dua peraturan perundangan tersebut maka terbentuklah Struktur Bagian Kas

Daerah Propinsi Jawa Barat, yang merupakan lembaga baru di lingkungan

Pemerintah Daerah. Keberadaan Bagian Kas Daerah harus mampu

mendayagunakan dan memberdayagunakan secara optimal fungsi dan tugasnya

dengan tetap mengacu pada kebijakan-kebijakan yang ditetapkan untuk


20

menunjang pelaksanaan Rencana Strategis dan rencana-rencana lainnya dari

Pemerintah Propinsi Jawa Barat secara efektif, efesien, terbuka, transparan dan

akuntabel, mengingat peran Kantor Kas Daerah cukup strategis dalam pelayanan

pencairan dana, penatausahaan, penghimpunan, dan pelayanan dana.

Tugas pokok dan fungsi Bagian Kas Daerah terkait dengan dokumentasi

penerimaan dan pengeluaran yang erat kaitannya dengan volume APBD yang

dikuasai oleh Pemerintah Propinsi Jawa Barat. Rincian dana APBD tersebut

terdiri dari dokumen penerimaan dan pengeluaran. Dari dokumen pengeluaran dan

penerimaan tersebut diolah dalam bentuk sbb: Daftar Penyaluran SPMU, Model

Nota Keuangan, Bukti Potongan Pajak, Bukti Potongan Astek, Bukti Potongan

Taperum, Bukti Potongan Iuran Wajib Pajak, Buku Bantu Pajak, , Buku Bantu

Rutin, Buku Bantu Pembangunan, Buku Bantu DPD / Inpres, Buku Bantu Gaji,

Buku Bantu B IX, Buku Bantu Penerimaan Per Jenis (Pendapatan Asli Daerah,

Bagi Hasil Pajak Bukan Pajak), dan Tanda Bukti Setoran lainnya seperti Surat

Perintah Kiriman Uang (SPKU).

Meskipun secara struktural keberadaan Kantor Kas Daerah relatif masih sangat

muda, namun volume pekerjaannya sangat deras dan padat baik bidang

penerimaan maupun bidang pengeluaran. Di sisi lain Kantor Kas Daerah ingin

meningkatkan pelayanan yang prima dan dapat memberikan informasi data paling

up to date kepada pihak-pihak yang memerlukan. Oleh karena itu, sarana dan

prasarana operasional harus memadai. Namun dalam kenyataan, sarana dan

prasarana yang dimiliki masih dirasakan kurang. Di bidang penerimaan

diperlukan perangkat lunak maupun perangkat keras untuk mengolah data


21

penerimaan oleh karena itu diperlukan Local Area Network (LAN). Di bidang

pengeluaran, untuk dapat memberikan pelayanan pencairan SPMU yang prima,

perlu dilaksanakan perubahan sarana pembayaran yaitu merubah SPMU menjadi

SPMU Giro. Dalam rangka pengamanan dokumen-dokumen yang menjadi

tanggung jawab Kas Daerah diperlukan tempat yang representatif (Roll Opack)

sehingga dokumen tersebut dijamin keutuhan serta keamanannya.

Bagian Kas Daerah sebagai Lembaga Teknis Daerah yang dikoordinasikan oleh

Sekretaris Daerah, mempunyai tugas umum sebagai berikut :

1. Mengkoordinasikan seluruh sumber daya yang ada di lingkungan Bagian

Kas Daerah.

2. Menerima, menyimpan, membayar atau menyerahkan uang serta surat berharga

milik Daerah Pemerintah Propinsi Jawa Barat.

3. Dalam melaksanakan tugasnya Kantor Kas Daerah bertanggung jawab kepada

Gubernur Propinsi Jawa Barat yang dalam hal ini kepada Sekretaris Daerah

dan secara teknis fungsional Kantor Kas Daerah mempunyai tugas sebagai

berikut :

a. Menerima setoran, meneliti berkas – berkas bukti penerimaan dan

membukukan semua jenis penerimaan Daerah maupun surat berharga.

b. Menyusun rekapitulasi penerimaan.

c. Melaksanakan penyetoran uang atau surat berharga milik Daerah kepada

Bank yang ditunjuk atas rekening Kantor Kas Daerah, berdasarkan Surat

Perintah Membayar Uang (SPMU).


22

d. Melaksanakan pembayaran kepada Bendaharwan atau pihak ketiga

berdasarkan SPMU setelah dicocokan dengan daftar penguji.

e. Mengendalikan peyimpanan, pemgeluaran dan pembayaran uang dan

surat berharga milik Daerah yang ada di Bank.

f. Menerima pengembalian penyetoran SPMU yang dibayarkan oleh

satuan kerja perangkat daerah di lingkungan Pemerintahan Provinsi

Jawa Barat.

g. Menyetorkan Pajak Negara sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

h. Melaksanakan pencatatan setiap pembayaran atas SPMU yang

dicairkan.

i. Uang Daerah disimpan di Bank yang ditunjuk dan penunjukkannya

ditetapkan dengan Keputusan Gubernunr Propinsi Jawa Barat, dalam

bentuk Rekening giro.

j. Penerimaan jasa giro dari akibat penyimpanan Uang Daerah di Bank

merupakan penerimaan Daerah.

k. Kas Daerah wajib membukukan penerimaan jasa giro atas rekening

Kas Daerah.

l. Besarnya jasa giro yang berlaku diberitahukan kepada Gubernur

Propinsi Jawa Barat.

m. Kas Daerah dengan persetujuan Gubernur Propinsi Jawa Barat dapat

menyimpan uang yang tidak digunakan sebagai Dana Cadangan

Daerah.
23

n. Kas Daerah mengerjakan 1 ( satu ) Buku Kas Umum ( model B IX )

dan Buku Pembantu lainnya yang dianggap penting.

o. Untuk validasi data Kas Daerah membuat Buku Pembantu Belanja

Rutin, Belanja Pembangunan, Setoran Pajak Negara (PPN dan PPh)

maupun Buku Pembantu untuk SPMU nihil.

Visi Kasdaerah Biro Keuangan

Visi dari Kasdaerah Biro Keuanganadalah Lembaga Pengelola Kas Daerah yang

Profesional dan Amanah

Misi Kasdaerah Biro Keuangan

Misi dari Kas daerah Biro Keuangan adalah:

1. Meningkatkan Profesionalisme Aparatur Kas Daerah.

2. Mewujudkan Manajemen Kas yang Akurat.

3. Memberikan Pelayanan kepada unit-unit kerja dilingkungan Pemda dalam

Pengelolaan Keuangan Daerah dan Surat-surat berharga milik daerah.

2.2 Struktur Organisasi Kas Daerah Biro Keuangan Provinsi Jawa barat

Struktur Organisasi merupakan suatu kerangka dasar dalam suatu instansi,

yaitu dengan mempelajari Struktur Organisasi suatu instansi akan dengan mudah

pula mempelajari kehidupan perusahaan atau instansi, baik jenjang otoritas,

wewenang,hubungan antara karyawan,maupun tanggungjawab masing-masing.

Organisasi ini menggambarkan hubungan yang ada dalam suatu organisasi atau

perusahaan. Struktur Organisasi juga akan memudahkan pimpinan perusahaan


24

dalam mengatur dan mengkoordinasikan unit kerja atau bagian-bagian yang

terlihat di dalam organisasi dalam usahanya untuk mencapai tujuan yang telah di

tetapkan. Struktur Organisasi diperlukan bagi instansi agar tercipta situasi kerja

yang teratur dan lancar tanpa terjadi tumpang tindih tugas,wewenang dan

tanggungjawab.

Struktur Organisasi di Bagian Kas Daerah pada dasarnya sama dengan

struktur organisasi di instansi pemerintahan yang lainnya, yaitu mempunyai

sistem organisasi yang lengkap. Bagian Kas Daerah (BKD) mempunyai susunan

organisasi terlihat pada gambar 2.1 ;


25

BAGAN STRUKTUR ORGANISASI


BAGIAN KAS DAERAH PROPINSI JAWA BARAT

KEPALA KANTOR KAS


DAERAH PROPINSI JAWA
BARAT

KEPALA SEKSI KEPALA SUB BAGIAN KEPALA SEKSI


PENERIMAAN PENGELOLAAN PENGELUARAN

JABATAN
FUNGSIONAL

Sumber : Kantor Kas Daerah Biro KeuanganProvinsiJawa Barat 2010

Gambar 2.1
BAGAN STRUKTUR ORGANISASI
BAGIAN KAS DAERAH PROPINSI JAWA BARAT
26

2.3 Uraian Tugas Bagian Kas Daerah

Pada Kantor Kas Daerah, didalam melaksanakan kegiatan operasional,

didasarkan kepada tugas dan wewenang yang telah disesuaikan dengan bagan

struktur organisasi yang telah disepakati. Bagian Kas Daerah mempunyai tugas

pokok menyelenggarakan pengkajian bahan kebijakan umum dan koordinasi,

fasilitasi, pelaporan serta evaluasi pengelolaan kas, penerimaan dan pengeluaran.

Untuk menyelenggarakan tugas pokok tersebut, Kas Daerah mempunyai fungsi :

1. Penyelenggaraan pengkajian bahan kebijakan umum pengelolaan kas,

penerimaan dan pengeluaran.

2. Penyelenggaraan koordinasi dan fasilitasi pengelolaan kas, penerimaan dan

pengeluaran.

3. Penyelenggaraan pelaporan dan evaluasi pengelolaan kas penerimaan dan

pengeluaran.

Rincian tugas bagian Kas Daerah :

1) Menyelenggarakan pengkajian program kerja Bagian Kas Daerah.

2) Menyelenggarakan pengkajian bagian kebijakan umum pengelolaan kas

daerah meliputi penerimaan, pengeluaran, pemanfaatan dan pengendalian kas.

3) Menyelenggarakan koordinasi dan fasilitas pengelolaan kas.

4) Menyelenggarakan koordinasi dan fasilitas pengeluaran.

5) Menyelenggarakan koordinasi dan fasilits penerimaan.

6) Menyelenggarakan pencatatan penerimaan dan pengeluaran kas.

7) Menyelenggarakan pemanfaatan kas.

8) Menyelenggarakan pengendalian pelaksanaan pengelolaan kas.


27

9) Menyelenggarakan pengendalian dan penyimpanan surat berharga meliputi

giro bilyet, eposito, obligasi dan saham.

10) Menyelenggarakan penyiapan bahan pinjaman daerah.

11) Menyelnggarakan telaahan staf sebagai bahan pertimbangan pengambil

kebijakan.

12) Menyelenggarakan bahan pelaporan dan evaluasi kegiatan bagian kas daerah.

13) Menyelenggarakan koordinasi dengan Badan koordinasi Pemerintahan

danPembangunan Wilayah, dalam pelaksanaan kegiatan di kabupaten/kota.

14) Menyelenggrakan koordinasi dengan unit kerja terkait.

15) Menyelenggarakan tugas lain sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya.

1. Kepala Kantor Kas Daerah

Tugas yang dilaksanakan oleh Kepala Kantor Kas Daerah yaitu :

a) memimpin dan mengkoordinasi seluruh sumber daya yang ada di

lingkungan kerja Kantor Kas Daerah.

b) menerima, membayar, dan mempertanggung-jawabkan surat-surat

berharga milik Pemerintah Daerah.

c) mengendalikan penyimpanan, pengeluaran atau pembayaran uang dan surat-

surat berharga milik Pemerintah Daerah yang ada di Bank.

2. Seksi Penerimaan

Seksi Penerimaan dipimpin oleh seorang Kepala Seksi Penerimaan, tugasnya

yaitu :

1. membantu Kepala Kantor Kas Daerah dalam bidang pemerintahan.


28

2. menerima dokumen-dokumen yang ada hubungannya dengan penerimaan

dari Sub Bagian Tata Usaha berupa STS (Bend.17), Kiriman Uang (KU)

dan buku nota kredit atau kliring.

3. memilih dokumen penerimaan sesuai dengan cabang Bank Jabar.

4. membukukan dalam buku pembantu penerimaan.

5. menggandakan setiap tanda bukti untuk lampiran, sebagai tanda bukti asli

penerimaan asli beserta 3 lembar lampirannya diserahkan pada petugas

pembukuan.

6. membuat nota penerimaan untuk dokumen penerimaan yang belum

mengirimkan bukti penerimaan yang asli atau yang berasal dari telex dan

faximile.

7. menghimpun tanda bukti penerimaan sebagai bahan laporan kepada

Gubenur dan Dinas Pendapatan Daerah sesuai dengan peraturan yang

berlaku.

8. Tugas,pokok dan fungsi Penerimaan pada Kantor Kas Daerah Yaitu :

a) Seksi penerimaan mempunyai tugas pokok menyusun bahan perumusan

kebijakan teknis bahan fasilitas, pelaksanaan pembinaan dan

pengendalian dalam penerimaan uang daerah.

b) Dalam menyelenggarakan tugas pokok sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) pasal ini, seksi penerimaan mempunyai tugas :

1. Penyusunan bahan perumusan kebijakan teknis dibidang penerimaan

uang daerah.
29

2. Penyusunan bahan perumusan kebijakan teknis dibidang pengolahan

uang daerah.

3. Penyusunan bahan fasilitas pengolahan uang daerah.

4. Pelaksanaan Pembinaan dan pengendalian pengolahan keuangan

daerah lingkup provinsi.

Rincian tugas penerimaan

1) Menyusun bahan perumusan kebijakan teknis dibidang penerimaan dokumen-

dokumen yang berhubungan penerimaan uang daerah maupun pusat.

2) Pemilahan dokumen penerimaan sesuai dengan cabang Bank Jabar dan

peruntukannya.

3) Meneliti berkas-berkas semua bukti penerimaan.

4) Melaksanakan pembukuan dalam buku pembantu penerimaan per kab/kota.

5) Pembuatan nota keuangan penerimaan untuk dokumen penerimaan yang

belum mengirimkan tanda bukti penerimaan yang asli dan atau yang berasal

dari telex atau feximile.

6) Penghimpunan tanda bukti penerimaan salinan sebagai bahan lampiran buku

pembantu penerimaan.

7) Penyusunan laporan penerimaan sebagai bahan laporan.

8) Melaksanakan fasilitas dalam menyelenggarakan pengelolaan uang daerah.

9) Melaksanakan koordinasi dengan unit organisasi terkait.

10) Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh kepala kantor .


30

3. Seksi Pengeluaran

Pada seksi pengeluaran dipimpin oleh seorang Kepala Seksi Pengeluaran,

tugasnya yaitu :

1) membantu Kepala Kantor Kas Daerah dalam bidang pengeluaran.

2) menerima surat perintah membayar uang (SPMU) dan tanda bukti yang

sah lainnya dari Biro Keuangan.

3) memlih SPMU sesuai dengan peruntukannya yang antara lain membayar

Gaji, UUDP, Beban Tetap, dan pembayaran kegiatan proyek.

4) menguji SPMU dengan daftar penguji.

5) membuat nota pengembalian (retur) SPMU yang tidak sesuai dengan

daftar penguji.

6) membuat daftar penyalur SPMU sesuai dengan sumber dana yang menjadi

beban SPMU dimaksud.

7) membuat SPKU (Surat Perintah Kiriman Uang) untuk SPMU yang

dibayarkan melalui cabang Bank Jabar selain cabang utama atau Bank

lainnya.

8) membuat tanda bukti potongan yang tercantum dalam SPMU antara lain :

a). kelebihan potongan Gaji.

b). potongan PPN, PPh dan Astek.

c). potongan lainnya yang sah yang tercantum dalam SPMU.

9) menerbitkan cek sebagai bahan pembayaran atas daftar penyaluran dan

mengirimkannya ke Bank Jabar cabang utama.


31

10) menerima kembali SPMU yang telah dicairkan oleh Bank Jabar utama

untuk diproses.

11) menerima tanda bukti yang telah ditanda tangan oleh Kepala Seksi Giro

Bank Jabar cabang utama.

12) menginventarisir bukti potongan yang akan disampaikan kepada yang

berhak.

13) menghimpun daftar penyaluran dan tembusan daftar penguji yang

dilampirkan tembusan SPMU.

2.4 Aspek Kegiatan Kas Daerah Biro Keuangan Provinsi Jawabarat

Bagian Kas Daerah Propinsi Jawa Barat adalah Kantor Pemerintah yang

bergerak dalam pengendalian keuangan daerah yang melaksanakan penerimaan,

pengeluaran, penyimpanan dan pembayaran atau penyerahan uang atau surat

berharga untuk kepentingan.

Bagian Kas Daerah didukung oleh tenaga kerja yang melakukan kegiatan

atau aktivitas di Kantor Kas Daerah Propinsi Jawa Barat yang mana karyawannya

terdiri dari PNS sebanyak 20 orang dan tenaga kerja honorer 3 orang. Dimana 20

orang tersebut terdiri 4 pejabat struktur dan 4 fungsi. Hari kerja untuk staf adalah

5 hari dalam seminggu dan lamanya kerja dari pukul 08.00-16.00 WIB sesuai

dengan jam kantor pegawai negeri, sedangkan pada hari sabtu kantor libur.

Prosedur penggajian yang diterapkan Kantor Kas Daerah Propinsi Jawa Barat,

yaitu pembayaran yang dilakukan sebulan sekali yang mana telah disesuaikan
32

dengan masa kerja dan berdasarakan golongan. Kantor Kas Daerah (KKD) dalam

melaksanakannya kegiatan operasional, didasarkan kepada tugas dan masing-

masing wewenang yang disesuaikan dengan susunan struktur organisasi yang

antara lain sebagai berikut :

a) Dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya, Kepala Badan/Kantor,

Kepala Sekretariat, Kepala Bidang, Kepala Sub Bagian, Kepala Sub Bidang,

Kepala Seksi dan kelompok tenaga Fungsional wajib menerapkan prinsip

koordinasi, intregasi dan sikronisasi baik dalam lingkungan masing-masing

maupun antar di luar pemerintah daerah sesuai dengan tugas pokoknya

masing-masing.

b) Setiap pemimpin satuan organisasi wajib mengawasi bawahannya masing-

masing dan bila terjadi penyimpangan agar mengambil langkah-langkah

yang diperlukan.

c) Setiap pemimpin satuan organisasi bertanggung-jawab memimpin dan

mengkoordinasikan bawahan masing-masing dan memberikan bimbingan

serta petunjuk bagi pelaksanaan tugas bawahannya.

d) Setiap pemimpin satuan organisasi wajib mengikuti dan mematuhi petunjuk

dan bertanggung-jawab pada atasannya masing-masing serta menyampaikan

laporan berkala tepat waktu.

e) Setiap laporan yang diterima oleh pemimpin satuan organisasi dan

bawahannya wajib diolah dan dipergunakan sebagai bahan untuk

penyusunan laporan lebih lanjut dan untuk memberikan petunjuk kepada

bawahan.
33

f) Dalam menyampaikan laporan masing-masing kepada atasan tembusan

laporan wajib disampaikan pula kepada satuan organisasi lain yang secara

fungsional mempunyai hubungan kerja.


BAB III

PEMBAHASAN HASIL PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK

3.1 Bidang Pelaksanaan Kerja Praktek

Dalam Pelaksanaan Kuliah Kerja Praktek, penulis ditempatkan di bagian

Pengeluran yang berada di bawah tanggung jawab Kabag pengeluaran yang

berkaitan langsung dengan proses pencairan SP2D dan pembuatan SPKU.

Pelaksanaan kerja Praktek dimaksudkan untuk mengetahui tata cara dan aktivitas

mengenai pelakasanaan pencairan SP2D.

3.1.1 Prosedur Pencairan SP2D pada Bagian Kas Daerah Provinsi Jawa

Barat

Prosedur merupakan serangkaian kegiatan yang harus dijalankan dengan

cara yang sama agar selalu memperoleh hasil yang sama dari keadaan yang sama

juga merupakan rangkaian aktivitas, tugas-tugas, langkah-langkah, keputusan-

keputusan, perhitungan-perhitungan dan proses-proses, yang dijalankan melalui

serangkaian pekerjaan yang menghasilkan suatu tujuan yang diinginkan.Maka

dari itu setiap organisasai dan instansi dalam melaksanakan setiap kegiatan harus

memiliki prosedur agar setiap suatu pengerjaan dapat di laksanakan secara tertib

serta menghasilkan output dari tujuan yang sama.

Menurut Muhammad Ali (2000 : 325) mengatakan bahwa :

“Prosedur adalah tata cara kerja atau cara menjalankan suatu pekerjaan”

34
35

Menurut Azhar Susanto,(2008,264) mengatakan bahwa : “Prosedur adalah

rangkaian aktifitas atau kegiatan yang dilakukan secara berulang-ulang

dengan cara yang sama.”

Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa prosedur merupakan

suatu unsur yang harus di miliki agar rangkaian dari langkah-langkah dalam suatu

kegiatan dapat di lakasanakan dengan baik,terperinci dan terorganisir. Prosedur

Dalam pencairan SP2D pada Bagian Kas Daerah adalah serangkaian proses

kegiatan yang di laksanakan dalam pencairan dana atas pelaksanaan pengeluaran

APBN berdasarkan SPM yang telah di verifikasi yang tujuan akhirnya dana telah

sampai ke tangan yang ber hak menerimanya. Prosedur administrasi penerbitan

SP2D adalah sbb :

1. Bendahara SKPD mengajukan SPP/SPM ke Loket 1 untuk di verifikasi.

2. SPP/SPM yang diajukan kemudian di verifikasi administrasi yang

meliputii kelengkapan berkas dan ketersediaan anggaran serta kesesuaian

rekening untuk kemudian dilakukan proses eksport/import.

3. SPP yang telah diverifikasi dan dinyatakan lengkap dan sah dilanjutkan ke

loket III untuk proses pembuatan SP2D,sedangkan yang tidak lengkap di

kembalikan ke bendahara SKPD untuk di lengkapi.

4. Setelah proses pembuatan SP2D kemudian dikirim ke loket III untuk

diverifikasi kembali ketersediaan dana oleh BUD.

5. Setelah di verifikasi oleh BUD ,SP2D diantarkan ke kabid Anggaran dan

Perbendaharaan untuk di tandatangani sebagai SP2D yang siap di cairkan.


36

6. SP2D yang telah ditandatangani dikembalikan ke bendahara SKPD untuk

di cairkan ke Bank.

7. Proses administrasi sejak SPP/SPM diajukan sampai penerbitan SP2D

yang siap dicairkan membutuhkan waktu 3 hari.

Beberapa pengertian yang tercantum dalam Standar Operasional Prosedur

Pelaksanaan Anggaran adalah :

a) Perbendaharaan Negara adalah pengelolaan dan pertanggungjawaban keuangan

negara, termasuk investasi dan kekayaan yang dipisahkan, yang ditetapkan

dalam APBN.

b) Kas Negara adalah tempat penyimpanan uang negara yang ditentukan oleh

menmteri keuangan selaku Bendahara Umum Negara (BUN) untuk

menampung seluruh penerimaan negara dan membayarkan seluruh

pengeluaran negara.

c) Bendahara Umum Negara adalah pejabat yang diberi tugas untuk

melaksanakan fungsi bendahara umum negara.

d) Kuasa bendahara umum negara adalah kantor pelayanan perbendaharaan

negara (KPPN).

e) Pejabat perbendaharaan adalah pejabat yang diangkat oleh menteri Pendidikan

nasional atau yang dikuasakan kepada Rektor selaku Kuasa Pengguna

Anggaran,setiap tahun anggaran untuk mengelola anggaran.

f) Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) adalah suatu dokumen pelaksanaan

anggaran yang dibuat oleh Rektor serta oleh Direktur Jendral Perbendaharaan

atas nama Menteri Keuangan dan berfungsi sebagai dokumen pelaksanaan


37

pembiayaan kegiatan serta dokumen pendukung kegiatan akuntansi

pemeriksaan.

g) Pembayaran Langsung (LS) adalah pelaksanaan pembayaran yang dilakukan

oleh kuasa pengguna anggaran kepada .pihak yang berhak / rekanan melalui

penerbitan SPM-LS atas nama pihak /rekanan.

h) Pembukuan Bendahara adalah segala kegiatan pencatatan semua penerimaan

dan pengeluaran berupa uang atau barang milik negara yang dilakukan oleh

seseorabg yang ditunjukan ,dalam suatu pembukuan yang terdiri atas : Buku

Kas Umum (BKU), Buku Bank,Buku kas harian,Buku uang Muka kerja,Buku

pajak,dan buku pembantu lainnya.

i) Pembukuan Anggaran adalah kegiatan pencatatan SPM/SP2D yang diterima

dari KPPN,dengan menggunakan sistem aplikasi Sistem Akuntansi Instansi.

j) SPP adalah surat perintah pembayaran yang di terbitkan oleh kuasa pengguan

anggaran /pejabat pembuat komitmen /pejabat yang ditunjukan kepada Pejabat

Penerbit SPM untuk diterbitkan SPM.

k) Surat Perintah Membayar (SPM) adalah dokumen yang diterbitkan oleh

pejabat penerbit SPM untuk mencairkan alokasi dana sumber dananya dari

DIPA, setelah melalui pengujian SPP.

l) SPM-LS adalah Surat Perintah Membayar langsung yang diterbitkan oleh

pejabat penerbit SPM kepada pihakl ketiga atas dasar perjanjian kontrak

(SPK) atau yang sejenisnya setelah melalui pengujian SPP-LS.

m) Uang Persediaan (UP) adalah sejumlah uang yang disediakan untuk

melaksanakan kegiatan operasional sehari-hari.


38

n) Surat Perintah Membayar Unag Persediaan (SPM-UP) adalah surat Perintah

Membayar yang diterbitkan oleh pejabat penerbit SPM yang dananya

dipergunakan sebagai uang persediaan untuk membiayai kegiatan

operasionalkantor sehari-hari ,setelah melalui pengujian SPP-UP.

o) Surat Perintah membayar pengganti Uang Persediaan (SPM-GUP) adalah Surat

Perintah Membayar yang diterbitkan oleh pejabat penerbit SPM

denganmemebebani DIPA,yang dananya dipergunakan untuk menggantikan

uang persediaan yang telah dipakai.

p) Surat Perintah Membayar Tambahan Uang Persediaan (SPM-TUP) adalah

Surat perintah membayar yang diterbitkan oleh pejabat Penerbit SPM karena

kebutuhan dananya melebihi dari pagu auang persediaan yang ditetapkan.

q) Surat Perintah Pencairan Dana (SP2D) adalah surat perintah pencairan dana

yang diterbitkan oleh kantor Pelayanan Perbendaharaan (KPPN) kepada Bank

Persepsi untuk membayarkan sejumlah uang kepada pihak yang berhak sesuai

yang tertera dalam SP2D.


39

FlOWCHART PROSEDUR ADMINISTRASI PENERBITAN SP2D

BENDAHARA SKPD SEKSI ANGGARAN SEKSI SEKSI BUD BID. ANGGARAN &
DAN VERIFIKASI PERBENDAHARAAN PERBENDAHARAAN

SPP/SPM

Dokumen
pendukung

verifikasi Lengkap dan


sah

penolakan Tidak lengkap Proses pembuatan


SP2D

Sp2d UP
SP2D TU
VERIFIKASI
SP2D LS

SP2D

SP2D siap di
cairkan

Sumber :BagianKas Daerah Biro KeuanganProvinsiJawa Barat 2010

Gambar 3.1
FlOWCHART PROSEDUR ADMINISTRASI PENERBITAN SP2D
BAGIAN KAS DAERAH PROPINSI JAWA BARAT
40

3.1.2 Pelaksanaan Pencairan Surat Perintah Pencairan Dana (SP2D) pada

Bagian Kas Daerah Provinsi Jawa Barat

Pelaksanaan merupakan proses dari suatu aplikasi pekerjaan yang

dilaksanakan yang mengacu pada peraturan dan sesuai dengan prosedu-prosedur

yang berlaku. Pelaksanaan SP2D adalah suatu proses pelaksanaan dalam

pencairan dana/uang berdasarka prosedur-prosedur yang ada dan dalam lingkup

mekanisme SP2D.

Mekanisme pelaksanaan SP2D

1) Petugas yang terlibat dalam pelaksanaan pencairan dana adalah :

a) Kuasa BUD

b) Petugas Pengantar SPM dari SKPD sebanyak 1 (satu) atau 2 (dua)

orang yang ditunjuk dengan Nota Dinas Kepala SKPD.

c) Petugas Penerima SPM pada Bagian Keuangan Setdakab/DPKD 4

(empat) orang.

d) Petugas Verifikator

e) Petugas pembuat SP2D jadi dua orang.

f) Petugas pengantar SP2D jadi Ke bank 2 (dua) orang yang ditunjuk

dengan Nota Dinas oleh Bupati/Sekda

2) Pelaksanaan Pencairan Dana Kuasa BUD

a) SPM LS/UP/GU/TU diantar ke Kuasa BUD oleh Petugas Pengantar

SPM.

b) SPM diterima oleh Petugas Penerima SPM.


41

c) SPM diteliti kelengkapan dokumen dan lampirannya oleh Petugas

penerima SPM Sesuai yang di syaratkan oleh ketentuan perundang-

undangan.

d) Petusgas Penerima SPM dapat menolak SPM yang diajukan oleh

SKPD apabila kelengkapan dokumen tidak lengkap.

e) SPM yang diterima distempel dan diagenda oleh petugas penerima

SPM dengan mencantumkan tanggal penerimaan.

f) Penerimaan SPM.

g) Kuasa BUD beserta stafnya meneliti kelengkapan dokumen SPM yang

diajukan oleh Pengguna Anggaran/KPA agar pengeluaran yang

diajukan pagu dan memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan dalam

peraturan perundang-undangan.

h) Dalam hal dokumen SPM yang diajukan oleh pengguna

Anggaran/KPA dinyatakan lengkap, petugas/staf yang ditunjuk

menyiapkan konsep SP2D dan diteliti kembali oleh kuasa BUD untuk

ditertibkan SP2D.

i) Dalam hal dokumen SPM yang diajukan oleh pengguna

Anggaran/KPA dinyatakan tidak lengkap dan/atau tidak sah dan/atau

pengeluaran tersebut melampaui pagu anggaran, kuasa BUD menolak

menerbitkan SP2D.

j) SP2D jadi dicetak oleh petugas pembuat SP2D jadi.

k) Lembar SP2D jadi disimpan oleh Kuasa BUD dan diserahkan setiap

hari kepada petugas pengantar SP2D dan selanjutnya diantar ke bank.


42

l) Penertiban SP2D sebagaimana dimaksud pada point 8 paling lama 2

(dua) hari kerja terhitung sejak diterimanya pengajuan SPM.

m) Penolakan penertiban SP2D sebagaimana dimaksud dalam point 9

paling lama 1 (satu) hari kerja terhitung sejak diterimanya pengajuan

SPM.

n) Penertiban SP2D dan penolakan penertiban SP2D sebagaimana

dimaksud dalam poin 12 dan 13 dikecualikan Hari Raya Idul Adha

dan/atau akhir tahun anggaran beban kerjanya meningkat yang perlu

disesuaikan dengan kemampuan personil.

o) SP2D jadi,SP2D copy 1 dan register SP2D jadi dibawa oleh petugas

SP2D ke Bank.

p) Setelah pencairan dana dengan SP2D,SP2D copy dibubuhi tanda

bpengesahan pembayaran dan laporan harian diserahkan oleh pihak

Bank kepada Kuasa BUD melalui petugas yang ditunjuk.

q) Kuasa BUD membukukan berdasarkan SP2D copy dan laporan harian

dari bank.

3.2 Teknik Pelaksanaan Kerja Praktek

Dalam melaksanakan Kuliah Kerja Praktek di Kantor Kas Daerah Biro

Keuangan Sekretarian Daerah (SETDA) Provinsi Jawa Barat seksi pengeluaran,

ada beberapa hal kegiatan yang dilakukan penulis selama berlangsungnya kerja

praktek yang sekiranya dapat dikuasai penulis adalah sebagai berikut ;

1. Memilah –milah SP2D


43

2. Menginput data SP2D

3. Membuat SPKU.

3.2.1 Teknik Prosedur Pencairan SP2D pada seksi pengeluaran Bagian Kas

Daerah Provinsi Jawa Barat

Adapun teknik prosedur pelaksanaan Pencairan SP2D pada seksi pengeluaran

adalah sbb :

1. Menyusun bahan perumusan kebijakan teknis di bidang pengeluaran

dokumen –dokumen yang berhubungan dengan pengeluaran uang daerah.

2. Melaksanakan pembukuan dalam buku pembantu pengeluaran

3. Pembuatan tanda bukti untuk setiap pengeluaran uang daerah.

4. Memilih SP2D sesuai peruntukannya.

5. Menerima Surat Perintah Pencairan Dana (SP2D) atau tanda bukti yang sah

lainnya dari Biro Keuangan.

6. Memilih SP2D sesuai dengan peruntukannya yang antara lain membayar

belanja langsung dan belanja tidak langsung.

7. Melakukan pembayaran pada bendahara pengeluaran atau pihak ketiga

berdasarkan SP2D setelah dicocokan dengan daftar penguji.

8. Membuat nota pengembalian (retur) sp2d yang tidak sesuai dengan daftar

penguji.

9. Membuat daftar penyaluran SP2D sesuai dengan sumber dana yang menjadi

beban SP2D yang di maksud.


44

10. Membuat surat perintah kiriman uang (SPKU) sesuai SP2D yang dibayarkan

melalui cabang Bank Jabar selain cabang utama atau Bank lainnya.

11. Membuat Tanda bukti potongan-potongan yang tercantum dalam SP2D

antara lain :

a) Kelebihan potongan gaji.

b) Potongan PPN,PPH dan ASTEK.

c) Potongan lainnya yang sah,yang tercantum dalam SP2D.

12. Menerbitkan cek sebagai bahan pembayaran atas daftar penyaluran dan

mengirimkannya ke Bank Jabar Cabang Utama.

13. Menerima Kembali SP2D yang telah dicairkan oleh Bank Jabar Cabang

Utama Untuk di proses lebih lanjut.

14. Menerima tanda bukti yang telah ditandatangani oleh kepala seksi Giro Bank

Jabar Cabang Utama.

15. Menginventarisir bukti-bukti potongan yang akan di sampaikan kepada yang

berhak.

16. Menghimpun daftar penyaluran dan daftar penguji yang dilampiri tembusan

SP2D.

17. Menghimpun tanda bukti pengeluaran salinan sebagai bahan lampiran buku

pembantu pengeluaran.

18. Penyusunan laporan pengeluaran sebagai bahan laporan.

19. Memungut dan menyetorkan pajak negara sesuai ketentuan yang berlaku.

20. Melakukan pembukuan terhadap semua jenis belanja daerah pada bagian

pengeluaran kas penulis bertugas melakukan pencairan atas semua


45

pengeluaran yang terjadi secara teliti dan benar yang kemudian pengeluaran

tsb dicatat pada buku besar.

Adapaun dokumen-dokumen pengeluaran kas yang masuk ke Bagian Kas

Daerah Provinsi Jawa Barat.

1. Arus dokumen Pengeluaran Kas yang masuk ke Bagian Kas Daerah berupa

dokumen fisik (SP2D/ADVIST Dilampiri Tanda Bukti Potongan PPN, PPh,

Jamsostek dari Bagian).

2. Dokumen Fisik tersebut kemudian dilakukan registrasi dari masing-masing

sumber dokumen yang dipilah berdasarkan 3 (tiga) kategori, yaitu :

a) Pengeluaran dari Advis Cabang-cabang Bank Jabar Banten.

b) Pengeluaran dari proses Kliring (berupa RTGS).

c) Dan Pengeluaran yang bersumber dari setoran langsung ke Cabang

Utama Bandung (STS Tunai).

3. Dari masing-masing sumber dokumen tersebut, selanjutnya dilaksanakan pula

pemilahan berdasarkan Tanggal/Hari, Nama Bank Pengirim, Nama Dinas

Penyetor dan Jenis Setoran/Pengeluaran.

4. Setelah data register terkumpul, maka dilakukan peng-inputan secara

elektronik dengan menggunakan Aplikasi Database Pengeluaran Kas yang

terdiri dari 3 operator, yaitu :

a) Operator Advis yang memasukkan Setoran/Pengeluaran Kas dari Advis

Cabang-cabang Bank Jabar Banten.

b) Operator Kliring yang memasukkan Setoran/Pengeluaran Kas dari data

SP2D sesuai tujuan pengiriman apakah itu instansi atau umum.


46

c) Operator Tunai dari proses Setoran/Pengeluaran Kas yang langsung

diterima oleh Bank Jabar Banten Cabang Utama Bandung.

5. Hasil Peng-inputan secara elektronik yang dilakukan oleh 3 (tiga) orang

operator tadi menghasilkan bentuk data rekapitulasi Pengeluaran kas, antara

lain :

a) Laporan Harian KU Cabang.

b) Laporan Pengeluaran per jenis Transaksi Harian.

c) Laporan Pengeluaran per-ayat per-bulan.

d) Laporan Pengeluaran per-dinas per-bulan.

e) Laporan Pengeluaran per-bank per-bulan.

f) Laporan Pengeluaran format rekonsiliasi UPPD per triwulan.

6. Dari semua laporan tersebut kemudian divalidasi oleh Kepala Bagian

Pengeluaran sebagai produk murni APBD yang merupakan TUPOKSI dari

Sub Bagian Pengeluaran.


47

FLOW CHART DOKUMEN

PADA SUB BAGIAN PENGELUARAN

SUB.BAG
PENGELUARAN

SP2D/ADVIST

Dilampiri Tanda Daftar


Bukti Potongan Penyaluran
PPN, PPh, SP2D
Jamsostek dari
Bagian
Petugas Nota SPKU KEPALA KEPALA
Perbendaharaan SUB BAGIAN KAS
Register (cabang / BAGIAN DAERAH
SP2D Kliring) PENGELUA PROV.
RAN JABAR
(Pembukuan
& Arsip) Rekap
Pajak
Harian
- Bank Jabar
Banten Cabang
- Bank Lain di Luar
Bank JABAR
Laporan
Harian,
Bulanan,
Tahunan
Keterangan :
Dokumen/Produk Subbag
Pengeluaran
Alur Dokumen Masuk
Pejabat Berwenang untuk
memberikan validasi Alur Dokumen Keluar

Ruang Lingkup Subbag


Pengeluaran

Sumber :Kantor Kas Daerah Biro KeuanganProvinsiJawa Barat 2010

Gambar 3.2
FLOW CHART DOKUMEN SUB BAGIAN PENGELUARAN
BAGIAN KAS DAERAH PROVINSI JAWA BARAT
48

3.2.2 Teknis pelaksanaan Pencairan SP2D di Bagian Kas Daerah Provinsi

Jawa Barat

Adapun tekhnis pelaksanaan pencairan SP2D pada seksi pengeluaran

Bagian Kas Daerah Biro Keuangan Provinsi Jawa Barat adalah sbb :

1. Pemilihan SP2D dan Advist

Proses pemilihan SP2D adalah untuk memproses SP2D yang masuk ke Kas

Daerah di cocokan dengan advist/daftar penguji,dalam proses ini SP2D di pilih

menurut peruntukannya sesuai jenis belanja langsung ataupun tidak

langsung,sesuai dengan golongan transaksinya menurut umum atau khusus dan

dalam proses ini SP2D di periksa kelengkapannya apabila dokumennya tidak

lengkap maka SP2D akan dikembalikan ke Bagian Perbendaharaan / Biro

Keuangan.

2. Proses penginputan data SP2D

Setelah Proses memilah – milah SP2D selsai maka data SP2D diinput. Dalam

menginput data SP2D bagian Kas Daearah Provinsi Jawa Barat melakukannya

dengan menggunakan sistem komputerisasi yaitu dengan menggunakan

aplikasi software KASDA PRO.

3. Pengelompokan SP2D

Dalam proses pengelompokan SP2D di kelompokan menurut Jenis anggaran

pembebanannya sesuai dengan yang tertera dalam SP2D separti beban

Pendapatan Asli Daerah (PAD), beban anggaran Alokasi Umum (DAU),beban

anggaran alokasi Khusus (DAK),kemudian di kelompokan berdasarkan


49

rekening untuk dikelompokan menurut daftar penyaluran Bandung,Cabang dan

Kliring.

4. Pembuatan Daftar Penyaluran

Dalam proses ini SP2D di buat daftar penyaluran yang masing – masing di

buat daftar penyaluran menurut kelompoknya sesuai dengan peruntukan

beban anggaran yang tercantum dalam SP2D yaitu menurut PAD,DAU,DAK.

Daftar penyaluran dibuat sesuai dengan beban anggaran yang diperuntukan

dalam SP2D .

5. Pembuatan SPKU ( Surat Perintah Kiriman Uang )

Setelah daftar penyaluran selsai dibuat sesuai peruntukannya maka dalam

pengiriman atau untuk mentransfer uang di buatlah Surat Perintah Kiriman

Uang (SPKU) yang nantinya akan di serahkan ke Bank Jabar.

SP2D-SP2D yang termasuk daftar Penyaluran Cabang dan Daftar penyaluran

kliring,dalam pengirimannya mempergunakan Surat Perintah Kiriman Uang

(SPKU).

Dalam Pengirimannya dikenakan biaya pengiriman /provinsi sesuai dengan

tujuan pengiriman /sesuai dengan daftar penyaluran.

a) Untuk SPKU cabang (Rekening pada cabang-cabang Bank Jabar

/rekening Bank lain di luar wilayah bandung ) dikenakan baiaya sebesar

Rp.12.500,-

b) Untuk SPKU Kliring (rekening selain Bank Jabar dalam wilayah

Bandung ) di kenakan biaya sebesar Rp.7.500,-


50

c) SPKU untuk Bedahara Pengeluaran Satuan Kerja Perangkat Daerah tidak

dikenakan biaya.

6. Proses Penyetoran Pajak

1. Tanda bukti potongan PPN/PPh dan Astek diperiksa ulang antara

nominal dengan terbilang.

2. Dibuat daftar /rekap pajak yang akan disetorkan.

3. Tanda bukti potongan PPN/PPh diserahkan pada Seksi Giro Bank Jabar

Cabang Utama Bnadung sebagai Bank persepsi penerima setoran pajak

dan astek.

4. Setelah ditandatangani , pajak atau PPN/PPh di bubuhi cap dan tanggal

penyetoran.

5. Kemudian tanda bukti setoran pajak dipisah menurut jenis setoran

(PPN/PPh).

6. Kemudian dipilah-pilah sesuai dengan peruntukannya yaitu lembar 1,3

dan 5 yaitu :

a) Lembar 2 diserahkan ke Bagian Penerimaan setoran pajak Bank

Jabar Cabang Utama Bnadung untuk di entry.

b) Lembar 4 diserahkan ke Bagian Giro Bank Jabar Cabang Utama

Bandung sebagai lampiran Bilyet Giro dan daftar rekap pajak.

c) Lembar 1,3 dan 5 diregister pada buku ekspedisi pajak untuk

diserahkan kembali / diambil oleh wajib pajak / pihak ketiga.


51

7. Tanda bukti potongan pajak PPN/PPh dan Astek yang tidak diambil oleh

wajib pajak /pihak ketiga dalam jangka waktu 3 bulan,dikirimkan melalui

pos sesuai dengan alamat yang tertera pada tanda bukti potongan.

8. Tanda bukti potongan PPN/PPh dan Astek yang kembali (tidaka sesuai

ke alamat ) disimpan kembali ke File.

7. Retur atau Pembayaran yang tidak dapat direalisasi

Pada awal Maret 2010 yang lalu, tepatnya tanggal 1 Maret 2010 terbit

peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan nomor PER-06/PB/2010 tentang

pengelolaan Rekening Pengembalian (retur) Surat Perintah Pencairan Dana

(SP2D). mengenai retur SP2D, tata cara penyesuaian sisa pagu DIPA tahun

anggaran berjalan dan pencairan kembali dana retur SP2D.

Pengembalian atau retur SP2D adalah penolakan/pengembalian (retur)

pemindah bukuan dan/atau transfer pencairan APBN dari Bank penerima

kepada Bank Operasional karena :

a) Ketidakcocokan nama

b) Ketidak cocokan alamat

c) Ketidak cocokan nomor rekening tidak sesuai dengan nama yang ada pada

SP2D

d) Ketidak cocokan nama bank yang di tuju dengan data rekening

Bank/kantor pos penerima/peruntukan atau penunjukan Bank tidak

lengkap.

Apabila terjadi kasus retur maka dalam pelaksanaan penyelasain pencairan

melalui pelaksanaan prosedur retur yang di mulai dari mengetahui titik


52

kesalahan apakah retur SP2D dapat terjadi karena kesalahan oleh Kuasa PA,

KPPN, atau BO I mitra kerja KPPN. Apabila retur SP2D merupakan kesalahan

BO I maka ralat SP2D disampaikan oleh KPPN atas dasar pemberitahuan dari

BO I dan apabila kesalahan dari KPPN maka KPPN yang menyampaikan ralat

SP2D tersebut. Untuk kesalahan yang berasal dari Kuasa Penguna Anggaran

(KPA) maka KPA menyampaikan surat ralat kepada KPPN paling lambat 7

(tujuh) hari kerja sejak tanggal surat pemberitahuan diterbitkan oleh KPPN,

kemudian KPPN paling lambat 1 (satu) hari kerja setelah menerima surat ralat

dari Kuasa PA menyampaikan ralat dimaksud ke BO I mitra kerja KPPN untuk

pencairan dana sesuai dengan surat ralat tersebut. .

Pemindah bukuan/transfer dana SP2D apabila terjadi kesalahan yang

menyebabkan retur SP2D maka Bank/Pos penerima melaporkan dan

memindahbukukan atau transfer kembali kepada BO I yang akan

ditatausahakan di rekening retur (rr) Kuasa BUN yang akan diteruskan ke

rekening retur (rr) Kuasa BUN Pusat, rekening rr akan mengambil dana lagi

dari rekening rr apabila sudah menerima ralat SP2D dari KPPN untuk

melakukan pemindahbukuan / transfer sesuai ralat tersebut. Bank Operasioanl I

(BO I) menyampaikan laporan kepada KPPN paling lambat hari kerja

berikutnya (pukul 09.00) atas terjadinya retur SP2D, selanjutnya KPPN setelah

menerima laporan (retur atas kesalahan KPA) paling lambat 1 (satu) hari kerja

berikutnya menyampaikan pemberitahuan kepada KPA dengan sarana tercepat.

Apabila selama 7 (tujuh) hari kerja terhitung mulai tanggal surat

pemberitahuan diterbitkan KPA tidak menyampaikan ralat atas SPM yang


53

diretur, maka KPPN pada hari kerja berikutnya menyetorkan dana

pengembalian (retur) SP2D ke Rekening Kas Negara dengan menggunakan

formulir SSPB yang dilaksanakan oleh BO I. Selanjutnya copy SSPB tersebut

oleh KPPN disampaikan kepada KPA pemilik dana yang disetor ke rekening

kas negara. Apabila terjadi penyetoran dana pengembalian (retur) SP2D tahun

anggaran yang lalu maka formulir yang digunakan adalah Surat Setoran

Pengembalian Belanja (SSBP) dan atas dana pengembalian (retur) tersebut

tidak dapat dicairkan kembali (pembayaran kembali menjadi tunggakan pada

tahun anggaran berikutnya dengan mencantumkan sebagai utang kepada pihak

ketiga pada neraca satker bersangkutan serta melakukan revisi DIPA).

Apabila pelaksanaan prosedur retur telah di laksanakan maka

Pengembalian pengeluaran anggaran yang telah disetor ke Rekening Kas

Negara tersebut dilakukan dengan SPM Pengembalian yang diterbitkan oleh

satker disertai surat keterangan pembukuan oleh KPPN dan dilampiri Surat

Setoran Pengembalian Belanja (PER-66/PB/2005).Pembayaran akan

dilaksanakan kembali setelah SP2D mendapat nota perbaiakn dari bagian

perbendaharaan Biro Keuangan setda Provinsi Jabar.


54

3.3 Pembahasan Hasil Pelaksanaan Kerja Prkatek

Selama pelaksanaan kerja praktek penulis melakukan pembahasan dari hasil

penelitian yang merupakan salah satu tujuan Kuliah Kerja Praktek adalah penulis

melakukan pembahasan hasil-hasil kuliah kerja praktek berdasarkan data-data

yang di dapatkan dari penelitian yang dilakukan berhubungan dengan

pelaksanaan pencairan SP2D pada Bagian Kas Daerah Provinsi Jawa Barat. Data

yang diperoleh meliputi implementasi dari prosedur pencairan SP2D serta

pelaksaan pencairannya pada aktivitas instansi di seksi pengeluaran Bagian Kas

Daerah.

3.3.1 Prosedur Pencairan Surat Perintah Pencairan Dana (SP2D) pada

Bagian Kas Daerah Provinsi Jawa Barat.

Prosedur Pencairan Surat Perintah Pencairan Dana (SP2D) pada seksi

pengeluaran Bagian Kas Daerah Provinsi Jawa Barat pada umumnya telah

dilaksanakan sesuai dengan prosedur yang mengacu pada peraturan UU

,Pemendagri, Keputusan Gubernur Provinsi Jawa Barat. Sebagai instansi

pemerintah yang bertanggung jawab atas pengeluaran anggaran daerah yang

diperuntukan untuk kepentingan daerah yang membutuhkan dana untuk

kepentingan daerah.Bagian Kas Daerah dalam menjalankan funsinya dengan baik

maka harus memiliki prosedur agar setiap suatu pengerjaan dapat di laksanakan

secara tertib serta menghasilkan output dari tujuan yang sama.


55

Contoh kasus yang terjadi dalam Prosedur Pencairan SP2D Pada satuan

Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Badan Pemberdayaan Masyarakat dan

Pemerintahan Desa akan mengadakan suatu program Perlombaan Desa dan

Kelurahan mereka membutuhkan dana Tambahan Uang (TU) sebesar

Rp.190.000.000,- dapat telihat dalam gambar 3.3 kemudian bendahara SKPD

melaksanakan tahapan-tahapan prosedurnya sbb :

1. Bendahara SKPD mengajukan SPP/SPM ke bendahara SKPD untuk di

verifikasi.

2. SPP/SPM yang diajukan kemudian di verifikasi administrasi yang meliputii

kelengkapan berkas dan ketersediaan anggaran atas jumlah nominal yang

diminta yaitu Rp.190.000.000,- serta kesesuaian rekening untuk kemudian

dilakukan proses untuk dilajutkan atau di tolak eksport/import.

3. SPM yang telah diverifikasi dan dinyatakan lengkap dan sah dilanjutkan ke

Seksi Perbendaharaan untuk proses pembuatan SP2D,dan apabila ada yang

tidak lengkap maka akan di kembalikan ke bendahara SKPD untuk di

lengkapi.

4. Setelah proses pembuatan SP2D kemudian dikirim ke seksi perbendaharaan

untuk diverifikasi kembali ketersediaan dana oleh Bendahara Umum

Daerah (BUD).

5. Setelah di verifikasi oleh BUD ,SP2D diantarkan ke kabid Anggaran dan

Perbendaharaan untuk di tandatangani sebagai SP2D yang siap di cairkan.


56

6. Kemudian SP2D yang siap dicairkan dari Bendahara Umum Darah di

serahkan ke Bagian Kas Daerah untuk di proses hingga uang biasa di

transfer.

7. Proses administrasi sejak SPP/SPM diajukan sampai penerbitan SP2D yang

siap dicairkan membutuhkan waktu 3 hari.

Dari kasus tersebut dapat di asumsikan bahwa prosedur SP2D telah

dilaksankan dengan baik karna melakukan proses pekerjaan tidak di luar prosedur

oleh sebab itu setiap pekerjaan yang dilakukan semua sesuai prosedur dan

ketentuan yang berlaku namun masih ada pengguna anggaran yang kurang

memahi prosedur SP2D khususnya menganai waktu pencairan.

3.3.2 Pelaksanaan Pencairan Surat Perintah Pencairan Dana (SP2D) pada

Bagian Kas Daerah Provinsi Jawa Barat.

Pelaksanaan Pencairan Surat Perintah Pencairan Dana (SP2D) pada seksi

pengeluaran Bagian Kas Daerah Provinsi Jawa Barat pada umumnya telah

dilaksanakan sesuai dengan peraturan perUndang-Undangan,Pemendagri,

Keputusan Gubernur Provinsi Jawa Barat mengenai pengeluaran anggaran daerah

yang diperuntukan untuk kepentingan daerah yang membutuhkan dana untuk

kepentingan daerah yang disahkan atau di tandatangani oleh kepala seksi

pengeluaran dan kepala bagian kas daerah.Pencairan SP2D di laksanakan di seksi

pengeluaran melalui serangkaian proses kegiatan yang dimulai dari tahap

pemilihan SP2D dan Advist,Pengelompokan SP2D, Pembuatan daftar


57

penyaluran,pembuatan SPKU,Proses penyetoran pajak,retur atau pembayaran

yang tidak bisa rirealisasikan,semua tahap-tahap tersebut dilaksanakan dalam

pencairan dana atas pelaksanaan pengeluaran APBN berdasarkan SPM yang telah

di verifikasi yang tujuan akhirnya dana telah sampai ke tangan yang berhak

menerimanya.

Contoh Kasus yang terjadi dalam Pelaksanaan Pencairan Surat Perintah

Pencairan Dana (SP2D) pada Bagian Kas Daerah Provinsi Jawa Barat.

Pada satuan Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Badan Pemberdayaan

Masyarakat dan Pemerintahan Desa akan mengadakan suatu program Perlombaan

Desa dan Kelurahan mereka membutuhkan dana Tambahan Uang (TU) sebesar

Rp.190.000.000,-. Berikut contoh SP2D yang diterima oleh Bagian Kas Daerah

atas kasus ini dapat terlihat pada gambar 3.3 ;


58

Gambar 3.3
Lembar Dokumen SP2D

Bagian Kas Daerah Menerima SP2D yang siap di cairakan berikut kelengkapan

dokumennya kemudian di proses oleh seksi pengeluaran untuk melakukan

mentransferan dana.

1. Proses Pertama Pemilihan SP2D

Proses pertama adalah dilakukaknnya pemilihan SP2D dengan tahap – tahap

sbb :

b) SP2D asli di cocokan dengan advist / daftar penguji.

c) SP2D asli dibubuhi dengan masing-masing advist lembaran putih telah di

sobek terlebih dahulu.


59

d) Tembusan SP2D yang terdiri dari 2 lembar dipilih kembali,lembar pertama

disatukan kembali dengan advist /daftar penguji dan bagian kedua di

serahkan ke bagian tata usaha.

e) SP2D belanja langsung SP2D Belanja langsung dan belanja tidak langsung

(yang ada potongannya ) tidak di lampiri tanda bukti potongan

f) SP2D akan di kembalikan ke bagian pembendaharaan / Biro keuangan

apabila :

1) SP2D tidak sama dengan advist List /Daftar penguji

2) SP2D Belanja langsung dan belanja tidak langsung (yang ada

potongannya ) tidak di lampiri tanda bukti potongan.

3) Tanda bukti potongan (SSP /ASTEK) tidak sesuai dengan SP2D.

4) SP2D tidak jelas menunjukkan peruntukan Bank /Rekening

5) Nilai nominal SP2D tidak jelas /tidak sama dengan penjelasan nilai

dalam huruf (terbilang).

6) SP2D tidak di tandatangani oleh pejabat berwenang atau tidak

dibubuhi cap atau stempel.

2) Proses Ke dua Penginputan data SP2D

Dalam menginput data SP2D bagian Kas Daearah Provinsi Jawa Barat

melakukannya dengan menggunakan sistem komputerisasi yaitu dengan

menggunakan aplikasi software KASDA PRO.


60

Gambar 3.4
Tampilan Utama Program Kasda Pro

Ketika akan menggunakan program maka akan muncul tampilan seperti pada

gambar di atas kemudian masukan username dan password.

Keterangan :

1. Username : di isi

2. Password : di isi

3. Kemudian Klik OK
61

Gambar 3.5
Tampilan Form Penginputan Data SP2D
Gambar di atas merupakan bagian untuk menginput data SP2D.

Keterangan :

1) Isi golongan transaksi menurut data SP2D apakah itu umum atau instansi jika

dalam data SP2D golongan transaksi menunjukan umum maka di isi dengan

kode 1, sebaliknya jika golongan transaksi menunjukan instansi maka di isi

dengan kode 2.

2) Kemudian masukan tanggal SP2D sesuai data SP2D.

3) Nomor SP2D di isi sesuai dengan Nomor SP2D . yang tertera dalam Lembar

SP2D atas Kiri seperti 938/7366/TU/KEU. Setiap nomor SP2D.

4) berbeda-beda.

5) Kemudian No cek/giro.

6) Di pilih instansi pada kolom instansi.

7) Kemudian perusahaan.
62

8) Lalu kolom dari alamat akan terisi otomatis sesuai instansi atau perusahaan.

9) Pemegang rekening di isi sesuai data SP2D.

10) No .NPWP akan terisi otomatis sesuai bendahara instansi SKPD yang di tuju.

11) Jabatan akan terisi otomatis.

12) Kode Bank.

13) Kode Kota.

14) Keterangan.

15) Kode kegiatan.

16) Kode ring.

17) Total di isi sesuai dengan jumlah nominal yang tertera dalam SP2D.

18) Pph/ppN semua di isi sesuai dengan yang tertera dalam SP2D.

19) Kemudian F2 untuk menginput data baru/data selanjutnya dan data

sebelumnya akan ter save otomatis.

20) F4 untuk menghapus.


63

Gambar 3.6
Tampilan hasil inputan SP2D untuk membuat Kiriman Uang (KU)

Gambar di atas merupakan data yang dapat di lihat dari hasil inputan SP2D dalam

1 hari atau 1 tanggal Penginputan SP2D dan satu tanggal penyaluran SP2D untuk

membuat Kiriman Uang (KU),data tersebut akan mengurut dari yang paling kecil

sampai yang paling besar sesuai dengan nomor penyaluran dan nomor SP2D.

Keterangan :

1) F5 jika data ini akan di buat Kiriman Uang (KU)

2) F2 jikan ingin menginput kembali

3) F3 Untuk meng edit

4) F4 jika ingin di hapus


64

Gambar 3.7
Tampilan Kiriman Uang

Gambar di atas merupakan Kiriman Uang yang akan di serahkan ke pihak Bank

Jabar untuk melakukan pentransferan dana.


65

Gambar 3.8
Tampilan Daftar Penyaluran

Gambar di atas merupakan tampilan dari rincian daftar penyaluran SP2D yang

memuat tanggal penyaluran,nomor penyaluran,jumlah SP2D dalam 1 hari

,kemudian total belanja

Keterangan :

1) F5 untuk mencetak data

2) F2 untuk meninput kembali data SP2D

3) F3 untuk mmengedit

4) F4 untuk menghapus

5) F5 untuk mencetak daftar penyaluran


66

3. Proses ke tiga Pengelompokan SP2D

Selanjutnya pada proses ke tiga dilakukan pengelompokan SP2D sesuai jenis

anggaran dan no rekening menurut daftar penyaluran

A. SP2D dipilih berdasarkan jenis anggaran pembebanan :

1). Beban Anggaran Pendapatan Asli Daerah (PAD) : Baelanja langsung dan

belanja tidak langsung.

2). Beban Anggaran Alokasi Umum (DAU)

3). Beban Anggaran Alokasi Khusus

B. SP2D dipilih berdasarkan rekening untuk dikelompokan menurut Daftar

Penyaluran (daftar cabang,cabang dan kliring).

1. Daftar penyaluran Bandung

SP2D (Belanja langsung dan belanja tidak langsung dan belanja tidak

langsung ) yang masuk daftar penyal;uran Bandung adalah SP2D dengan

nomor rekening pada Bank Jabar Cabang Utama Bandung baik tabungan

maupun Giro.

2. Daftar Penyaluran Cabang

SP2D (Belanja langsung dan belanja tidak langsung) yang masuk daftar

penyaluran cabang adalah :

a) SP2D dengan nomor rekening pada cabang-cabang Bank Jabar

b) SP2D dengan nomor rekening selain rekening pada Bank Jabar (Bank

lain ) yang berada di luar wilayah Bandung Raya.

c) Kemudian dibuat SPKU untuk pengirimannya.

3. Daftar Penyaluran kliring


67

SP2D (Belanja Langsung dan Belanja tidak langsung ) yang masuk daftar

penyaluran kliring adalah :

a) SP2D nomor rekening pada Bank selain Bank Jabar yang berada di

wilayah Bandung Raya.

b) Dalam daftar penyaluran kliring ditampilkan potongan biaya

pengiriman sebesar Rp. 7.500,-

c). Kemudian Dibuat SPKU untuk pengiriman

4. Proses ke empat Pembuatan Daftar Penyaluran

Daftar penyaluran dibuat sesuai dengan beban anggaran yang diperuntukan

dalam SP2D :

a) Beban Anggaran Pendapatan Asli Daerah (PAD)

b) Beban Anggaran Alokasi Umum (DAU)

c) Beban Anggaran Dana Alokasi Khusus (DAK)

5. Proses ke lima Pembuatan SPKU ( Surat Perintah Kiriman Uang )

Setelah daftar penyaluran selsai dibuat sesuai peruntukannya maka dalam

pengiriman atau untuk mentransfer uang di buatlah Surat Perintah Kiriman

Uang (SPKU) yang nantinya akan di serahkan ke Bank Jabar.

SP2D-SP2D yang termasuk daftar Penyaluran Cabang dan Daftar penyaluran

kliring,dalam pengirimannya mempergunakan Surat Perintah Kiriman Uang

(SPKU).

a) SPKU dibuat berdasarkan data yang ada pada SP2D asli.

b) Kemudian SPKU Diperiksa (di called) dengan SP2D asli

c) SPKU dijumlah dan di cocokan dengan jumlah pada daftar penyaluran.


68

d) SPKU diserahkan kepada seksi pengeluaran unruk di tandatangani.

e) SPKU dilampirkan pada daftar penyaluran dengan disertai Bilyet Giro

dan diserahkan ke bagian seksi Giro Bank Jabar Cabang Utama Bandung

untuik dilakukan proses pengiriman.

Dalam Pengirimannya dikenakan biaya pengiriman /provinsi sesuai dengan

tujuan pengiriman sesuai dengan daftar penyaluran.

a) Untuk SPKU cabang (Rekening pada cabang-cabang Bank Jabar

rekening Bank lain di luar wilayah bandung ) dikenakan baiaya sebesar

Rp.12.500

b) Untuk SPKU Kliring (rekening selain Bank Jabar dalam wilayah

Bandung ) di kenakan biaya sebesar Rp.7.500,-

c) SPKU untuk Bedahara Pengeluaran Satuan Kerja Perangkat Daerah tidak

dikenakan biaya.

Dari kasus yang terjadi dapat di asumsikan bahwa pelaksanaan pencairan

SP2D pada Bagian Kas Daerah memang telah dilaksanakan sesuai dengan

prosedur dan ketentuan yang berlaku namun dalam pelaksanaannya masih

membutuhkan ketelitian ekstra untuk menghindari titik kesalahan yang

menyebabkan retur atau dapat keterlambatan waktu pencairan.


69
BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan

Setelah penulis meneliti dan mengemukakan mengenai pelaksanaan

pencairan Surat Perintah Pencairan Dana (SP2D) di Bagian Kas Daerah seksi

pengeluaran provinsi Jawa Barat maka penulis dapat menarik kesimpulan sebagai

berikut :

1. Secara umum prosedur Pencairan Surat Printah Pencairan Dana (SP2D) yang

dilakukan oleh Bagian Kas Daerah Provinsi Jawa Barat telah di realisasikan

dengan baik sesuai ketentuan dan peraturan yang berlaku dan apabila ada

kesalahan juga memiliki penyelesaian yang dilaksanakan sesuai dengan

prosedur. Akan tetapi kelemahan dari prosedur Pencairan SP2D adalah

mengenai ketepatan waktu dalam pencairan dana karena banyak orang yang

membutuhkan dana tidak tahu bahwa dalam prosedur memiliki jangka waktu

3 hari dari SP2D yang siap dicairkan sampai bisa dilakukan pentransferan

bahkan bisa lebih dari 3 hari.

2. Pelaksanaan Pencairan Surat Perintah Pencairan Dana (SP2D) yang dilakukan

oleh seksi pengeluaran Bagian Kas Daerah Provinsi Jawa Barat telah di

laksanakan sesuai Prosedur yang berlaku umum. Karena setiap proses

pekerjaan yang dilaksanakan mengacu pada prosedur - prosedur yang ada.

Akan tetapi kelemahan dari Pelaksanaan Pencairan SP2D dalam prakteknya

masih ada kesalahan dalam proses menginput data sehingga data pada

69
70

program no urut SP2D tidak terurut sesuai urutan dan hal itu memerlukan

pekerjaan secara berulang-ulang dan tetntunya dapat menyebabkan keterlambatan

Pencairan SP2D.tetapi keterlkambatan dalam pencairan SP2D bukan hanya karna

kesalahan dari pihak pekerja saja bisa jadi dari pihak pengguna anggaran yang

tidak melaporkan atau lupa apabila ada perubahan mengenai no rekening

bendahara SKPD.

4.2 Saran

Berdasarkan penelitian yang penulis lakukan pada Bagian Kas Daerah di

Seksi Pengeluaran Provinsi Jawa Barat,berdasarkan pengamatan yang penulis

lakukan selama berjalannya kerja praktek maka penulis akan mengajukan saran

yang diharapkan akan berguna sebagai pertimbangan dan masukan bagi

perusahaan dimasa yang akan datang,yaitu:

1. Sebaiknya dalam prosedur Pencairan SP2D perlu memberitahukan dan

memberikan pemahaman kepada pengguna anggaran instansi atau Bendahara

SKPD dan umum mengenai Prosedur SP2D khususnya dalam waktu

pencairan dimulai dari SP2D yang siap di cairkan sampai melakukan

pentransferan memerlukan waktu 3 hari dan sebaikanya ketentuan waktu

tidak lebih dari prosedur yang telah di tentukan tetntunya memerlukan

konsistensi lebih mengenai masalah tersebut.

2. Sebaiknya dalam proses pelaksanaan pencairan SP2D dalam menginput data

maupun pada saat mengisi buku besar pembantu perlu meningkatkan

ketelitian yang ekstra baik dari segi kode rekening,tanggal,nama pemilik,dan


71

jumlah nominal yang tertera dalam Surat Perintah Pencairan Dana yang

terkadang tidak sesuai dengan dokumen SP2D dan untuk pihak pengguna

anggran atau bendahara SKPD perlu meningkatkan ketelitian dan melaporkan

apabila ada perubahan mengenai data – data yang di masukkan dalam SP2D.
PELAKSANAAN PENCAIRAN SURAT PERINTAH PENCAIRAN DANA (SP2D)
PADA BAGIAN KAS DAERAH PROVINSI JAWA BARAT

LAPORAN KERJA PRAKTEK

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat


Dalam Menempuh Mata Kuliah Kerja Praktek
Jenjang Strata I
Program Studi Akuntansi

Oleh :
MILA QURRATUL AIN
NIM : 21107044

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA
BANDNG
2010
DAFTAR PUSTAKA

Data Kas Daerah

Halim,Abdul.2008 .Akuntansi Keuangan Daerah.Jakarta : Salemba Empat

http://dppkad-kotagorontalo.or.id/sp2d.htm

http://www.scribd.com/doc/33581358/PROSEDUR-PENCAIRAN-DANA-

APBN-PADA-SATKER-PUSAIR.

http://ramaputra.wordpress.com/2009/06/06/prosedur-penerbitan-surat-perintah-

pencairan-dana-2/
71

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

1. Data Pribadi

Nama : Mila Qurratul ain

Nim : 21107044

Tempat Tanggal Lahir : Sumedang, 17 Juli 1989

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Alamat Asal : Jl. K.S Tubun Komp.Sukaasih 2 , Subang

Alamat sekarang : Jl. Kubang Selatan No 246A, Bandung

2. Data Pendidikan Formal

Tahun Keterangan
1995-2001 SD Negeri Sukagaleuh
2001-2004 SMP Negeri 2 Subang
2004-2007 SMA Negeri 3 Subang
2007 sampai sekarang Mahasiswi Universitas Komputer Indonesia
Jurusan Akuntansi Program Strata-I (SI)

Anda mungkin juga menyukai