MODUL PERKULIAHAN
Akuntansi Sektor
Publik
Dana Alokasi Umum, Dana
Alokasi Khusus, Sumber
Pendapatan daerah Dana
Dekonsentrasi dan Sistem
Keuangan Daerah
Abstract Kompetensi
Pengelolaan Keuangan Daerah adalah Mahasiswa mampu memahami dan
keseluruhan kegiatan yang meliputi mengetahui bagaimana keuangan
perencanaan, pelaksanaan, daerah di kelola
penatausahaan, pelaporan,
pertanggungjawaban, dan pengawasan
keuangan daerah
08
Ekonomi Dan Bisnis Akuntansi MK84031 Panji Putranto, SE, M.Ak
Tim Dosen Akuntansi Sektor Publik
PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH
Definisi
DANA Alokasi Umum (DAU) adalah dana yang bersumber dari APBN yang dialokasikan
dengan tujuan pemerataan kemampuan keuangan antar daerah untuk mendanai kebutuhan
daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi (Pasal 1 angka 21 Undang-undang No. 33
Tahun 2004).
Sebagai salah satu jenis dana perimbangan, DAU dimaksudkan membantu daerah dalam
mendanai kewenangannya. Selain itu, DAU juga bertujuan untuk mengurangi ketimpangan
sumber pendanaan pemerintahan antara pusat dan daerah serta antar-pemerintah daerah
(Penjelasan UU 33/2004).
Selaras dengan itu, Prawoto (2015) menyatakan DAU merupakan dana perimbangan yang
memiliki tujuan utama untuk mengurangi kesenjangan fiskal antardaerah. Selain itu, DAU
juga merupakan contoh tepat dari transfer pusat ke daerah untuk pemerataan horisontal
(horizontal equalization).
Pasalnya, secara faktual DAU dapat menjadi cara untuk mengatasi ketimpangan
pendapatan karena dana bagi hasil (DBH) yang ditransfer berdasarkan prinsip by origin.
Prinsip by origin berarti daerah penghasil mendapat porsi yang lebih besar dari daerah lain
dalam provinsi tersebut.
Prinsip itu cenderung menimbulkan ketimpangan karena ada daerah yang mempunyai
potensi pajak dan SDA terbatas. Padahal, bisa saja daerah tersebut memiliki kebutuhan
DAU bersifat Block Grant yang berarti penggunaannya diserahkan kepada daerah sesuai
dengan prioritas dan kebutuhan daerah untuk peningkatan pelayanan kepada masyarakat
dalam rangka pelaksanaan otonomi daerah
Alokasi DAU
Formulasi DAU
1. Formula DAU
Formula DAU menggunakan pendekatan celah fiscal (fiscal gap) yaitu selisih antara
kebutuhan fiskal (fiscal needs) dikurangi dengan kapasitas fiskal (tiscal capacity) daerah dan
Alokasi Dasar (AD) berupa jumlah gaji PNS daerah.
Komponen variabel kapasitas fiskal (fiscal capacity) yang merupakan sumber pendanaan
daerah yang berasal dari Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan Dana Bagi Hasil (DBH).
Dana Alokasi Khusus, selanjutnya disebut DAK, adalah dana yang bersumber dari
pendapatan APBN yang dialokasikan kepada daerah tertentu dengan tujuan untuk
membantu mendanai kegiatan khusus yang merupakan urusan daerah dan sesuai dengan
prioritas nasional.
Pinjaman Daerah adalah semua transaksi yang mengakibatkan daerah menerima sejumlah
uang atau menerima manfaat yang bernilai uang dari pihak lain sehingga Daerah tersebut
dibebani kewajiban untuk membayar kembali.
Obligasi Daerah adalah Pinjaman Daerah yang ditawarkan kepada publik melalui
penawaran umum di pasar modal.
Dana Dekonsentrasi adalah dana yang berasal dari APBN yang dilaksanakan oleh gubernur
sebagai wakil Pemerintah yang mencakup semua penerimaan dan pengeluaran dalam
rangka pelaksanaan Dekonsentrasi, tidak termasuk dana yang dialokasikan untuk instansi
vertikal pusat di daerah.
Dana Alokasi Khusus (DAK), adalah alokasi dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
kepada provinsi/kabupaten/kota tertentu dengan tujuan untuk mendanai kegiatan khusus
yang merupakan urusan Pemerintahan Daerah dan sesuai dengan prioritas nasional. DAK
termasuk Dana Perimbangan, di samping Dana Alokasi Umum (DAU).
Dasar Hukum
1. UU Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan
Pemerintahan Daerah; dan
2. PP Nomor 55 Tahun 2005 tentang Dana Perimbangan.
1. Pendapatan Asli Daerah adalah penerimaan yang diperoleh daerah dari sumber-sumber
dalam wilayahnya sendiri yang dipungut berdasarkan Undang-Undang yang terdiri dari :
a. Pendapatan Pajak Daerah
Pajak daerah, adalah merupakan pendapatan daerah yang berasal dari pajak oleh
orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang,
dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan
daerah bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat kontribusi wajib kepada daerah
yang terutang (UU No. 28 tahun 2009).
b. Pendapatan Retribusi Daerah
Retribusi daerah, yaitu pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa maupun
pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dan/atau diberikan oleh Pemerintah
Daerah untuk kepentingan orang pribadi atau Badan (UU No. 28 tahun 2009). Terdiri
dari :
- Retribusi jasa Umum
- Retribusi Jasa Usaha
- Retribusi Perizinan Tertentu
c. Lain-Lain PAD yang Sah, serta terdiri atas (a) hasil penjualan kekayaan daerah yang
tidak dipisahkan; (b) hasil pemanfaatan atau pendayagunaan kekayaan daerah yang
tidak dipisahkan; (c) jasa giro; (d) pendapatan bunga; (e) tuntutan ganti rugi; (f)
keuntungan selisih nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing; dan (g) komisi,
2. Pendapatan Transfer merupakan pendapatan yang berasal dari entitas pelaporan lain,
seperti pemerintah pusat atau daerah otonom lain dalam rangka perimbangan keuangan
a. Pendapatan Transfer Pemerintah Pusat – Dana Perimbangan
- Bagi Hasil Pajak
- Bagi Hasil Bukan Pajak
b. Dana Alokasi Umum (DAU)
c. Dana Alokasi Khusus (DAK)
Dana Dekonsentrasi
Dekonsentrasi adalah pelimpahan wewenang dari Pemerintah kepada gubernur. Untuk
mendukung pelaksanaan dekonsentrasi, dibutuhkan dana dekonsentrasi, yaitu dana yang
berasal dari APBN yang dilaksanakan oleh gubernur yang mencakup semua penerimaan
dan pengeluaran dalam rangka pelaksanaan Dekonsentrasi, tidak termasuk dana yang
dialokasikan untuk instansi vertikal pusat di daerah.
Tugas Pembantuan adalah penugasan dari Pemerintah kepada daerah dan/atau
desa atau sebutan lain dengan kewajiban melaporkan dan mempertanggungjawabKan
pelaksanaannya kepada yang menugaskan. Dana Tugas Pembantuan adalah dana yang
berasal dari APBN yang dilaksanakan oleh daerah dan desa yang mencakup semua
penerimaan dan pengeluaran dalam rangka pelaksanaan Tugas Pembantuan.
Pendanaan Dekon dialokasikan untuk membiayai kegiatan yang merupakan kewenangan
Pemerintah Pusat di daerah untuk mendukung penguatan dan pemberdayaan peran
Sanksi yang diberikan berupa penundaan pencairan apabila SKPD tidak melakukan
rekonsiliasi laporan keuangan dengan KPPN setempat sesuai ketentuan PMK yang
mengatur tentang Sistem Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Pemerintah pusat.
Penghentian pencairan dalam tahun berjalan dapat di lakukan apabila SKPD tidak
menyampaikan laporan keuangan triwulanan secara berfurut-turut 2 kali dalam tahun
anggaran berjalan serta ditemukan adanya penyimpangan dari hasil pemeriksaan BPK,
BPKP, atau aparat pemeriksa fungsional lainnya.
K/L tidak diperkenankan mengalokasikan Dana Dekon/ TP untuk tahun berikutnya apabila
SKPD penerima dana dimaksud:
1. Tidak memenuhi target kinerja pelaksanaan kegiatan tahun sebelumnya yang telah
ditetapkan;
2. Tidak pernah menyampaikan laporan keuangan dan barang sesuai ketentuan yang
berlaku pada Tahun anggaran sebelumnya;
3. Melakukan penyimpangan sesuai hasil pemeriksaan BPK, BPKP, Ditjen K/L atau aparat
pemeriksa fungsional lainnya.
1. Mc Bastian, Indra. 2010. Akuntansi Sektor Publik, Suatu Pengantar. (PSASP). Edisi
Ketiga, Penerbit Erlangga, Jakarta.
2. Mardiasmo, 2009. Akuntansi Sektor Publik. Penerbit CV Andi Offset, Yogyakarta.
3. Wolk, Tearney, and Dodd. 2001. Theory Accounting. A Conceptual And Institutional
Approach. South-Western College Publishing. Thomson Learning. United States of
America.
4. Peraturan Pemerintah No 58 Tahun 2005 Tentang Pengelolaan Keuangan Daerah
5. Peraturan Pemerintah No 24 Tahun 2005 Tentang Standar Akuntansi Pemerintahan.
6. Peraturan Pemerintah no 71 Tahun 2010 Tentang Standar Akuntansi Pemerintahan
7. Undang-Undang No 33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan Keuangan Pusat dan
Daerah
8. Kebijakan Dana Bagi Hasil Tahun Anggaran 2020-2021, Kementrian Keuangan
Republik Indonesia
1. Mc Bastian, Indra. 2010. Akuntansi Sektor Publik, Suatu Pengantar. (PSASP). Edisi
Ketiga, Penerbit Erlangga, Jakarta.
2. Mahsun, Mohamad. 20012. Pengukuran Kinerja Sektor Publik. Edisi Pertama Cetakan
Ketiga, Penerbit BPFE, Yogyakarta.
3. Mardiasmo, 2009. Akuntansi Sektor Publik. Penerbit CV Andi Offset, Yogyakarta.
4. Nordiawan, Deddi. 2006. Akuntansi Sektor Publik. Penerbit Salemba Empat, Jakarta.
5. Wolk, Tearney, and Dodd. 2001. Theory Accounting. A Conceptual And Institutional
Approach. South-Western College Publishing. Thomson Learning. United States of
America.
6. Peraturan Pemerintah No 58 Tahun 2005 Tentang Pengelolaan Keuangan Daerah
7. Peraturan Pemerintah No 24 Tahun 2005 Tentang Standar Akuntansi Pemerintahan.
8. Peraturan Pemerintah no 71 Tahun 2010 Tentang Standar Akuntansi Pemerintahan
9. Undang-Undang No 33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan Keuangan
Pusat dan Daerah