Anda di halaman 1dari 12

1

MODUL PERKULIAHAN

Akuntansi Sektor
Publik
Dana Alokasi Umum, Dana
Alokasi Khusus, Sumber
Pendapatan daerah Dana
Dekonsentrasi dan Sistem
Keuangan Daerah

Abstract Kompetensi
Pengelolaan Keuangan Daerah adalah Mahasiswa mampu memahami dan
keseluruhan kegiatan yang meliputi mengetahui bagaimana keuangan
perencanaan, pelaksanaan, daerah di kelola
penatausahaan, pelaporan,
pertanggungjawaban, dan pengawasan
keuangan daerah

Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh

08
Ekonomi Dan Bisnis Akuntansi MK84031 Panji Putranto, SE, M.Ak
Tim Dosen Akuntansi Sektor Publik
PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH

Dana Alokasi Umum ( DAU )

Penerapan otonomi daerah membuat pemerintah daerah memiliki hak, wewenang,


dan kewajiban untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan
masyarakatnya. Pelimpahan wewenang tersebut menuntut daerah untuk mampu membiayai
pengeluarannya sendiri.
Namun, kemampuan daerah dalam menghasilkan pendapatan asli daerah ( (PAD) sangat
bervariasi karena tergantung kondisi masing-masing daerah. Misalnya, ada daerah yang
memiliki sumber daya alam (SDA) melimpah dan intensitas kegiatan ekonomi tinggi, tetapi
ada pula yang rendah.
Guna mengatasi persoalan itu, pemerintah pusat memberikan dana
perimbangan/transfer kepada pemerintah daerah. Terdapat beberapa jenis dana
perimbangan, salah satunya dana alokasi umum. Lantas, sebenarnya apa yang dimaksud
dengan Dana Alokasi Umum (DAU)?

Definisi
DANA Alokasi Umum (DAU) adalah dana yang bersumber dari APBN yang dialokasikan
dengan tujuan pemerataan kemampuan keuangan antar daerah untuk mendanai kebutuhan
daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi (Pasal 1 angka 21 Undang-undang No. 33
Tahun 2004).
Sebagai salah satu jenis dana perimbangan, DAU dimaksudkan membantu daerah dalam
mendanai kewenangannya. Selain itu, DAU juga bertujuan untuk mengurangi ketimpangan
sumber pendanaan pemerintahan antara pusat dan daerah serta antar-pemerintah daerah
(Penjelasan UU 33/2004).
Selaras dengan itu, Prawoto (2015) menyatakan DAU merupakan dana perimbangan yang
memiliki tujuan utama untuk mengurangi kesenjangan fiskal antardaerah. Selain itu, DAU
juga merupakan contoh tepat dari transfer pusat ke daerah untuk pemerataan horisontal
(horizontal equalization).
Pasalnya, secara faktual DAU dapat menjadi cara untuk mengatasi ketimpangan
pendapatan karena dana bagi hasil (DBH) yang ditransfer berdasarkan prinsip by origin.
Prinsip by origin berarti daerah penghasil mendapat porsi yang lebih besar dari daerah lain
dalam provinsi tersebut.
Prinsip itu cenderung menimbulkan ketimpangan karena ada daerah yang mempunyai
potensi pajak dan SDA terbatas. Padahal, bisa saja daerah tersebut memiliki kebutuhan

2021 Akuntansi Sektor Publik


2 Dr. Siti Choiriah, SE.,MM
Biro Bahan Ajar eLearning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
belanja tinggi. Untuk itu, DAU sebagai horizontal equalization transfer diharapkan menutup
kesenjangan antardaerah.
Sebagai horizontal equalization, DAU juga dirancang dengan formula yang dapat
menghitung potensi penerimaan daerah atau kapasitas fiskal dan kebutuhan fiskal daerah.
Melalui formula tersebut dapat dihitung celah fiskal (fiscal gap) yang akan ditutup dengan
transfer DAU dari pusat.

DAU bersifat Block Grant yang berarti penggunaannya diserahkan kepada daerah sesuai
dengan prioritas dan kebutuhan daerah untuk peningkatan pelayanan kepada masyarakat
dalam rangka pelaksanaan otonomi daerah

Dasar Hukum DAU


1. UU No.33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan
Pemerintahan Daerah; dan
2. PP No.55 Tahun 2005 tentang Dana Perimbangan.

Alokasi DAU

1. DAU dialokasikan untuk daerah provinsi dan kabupaten kota.


2. Besaran DAU ditetapkan sekurang-kurangnya 26% dari Pendapatan Dalam Negeri (PDN)
Netto yang ditetapkan dalam APBN.
3. Proporsi DAU untuk daerah provinsi dan untuk daerah kabupaten/kota ditetapkan sesuai
dengan imbangan kewenangan antara provinsi dan kabupaten/kota

Formulasi DAU

1. Formula DAU
Formula DAU menggunakan pendekatan celah fiscal (fiscal gap) yaitu selisih antara
kebutuhan fiskal (fiscal needs) dikurangi dengan kapasitas fiskal (tiscal capacity) daerah dan
Alokasi Dasar (AD) berupa jumlah gaji PNS daerah.

Rumus Formula DAU

DAU = Alokasi Dasar (AD) +Celah Fiskal (CF)


Keterangan
AD : Gaji PNS Daerah
CF: Kebutuhan Fiskal- Kapasitas FiSkal

2021 Akuntansi Sektor Publik


3 Dr. Siti Choiriah, SE.,MM
Biro Bahan Ajar eLearning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
2. Variabel DAU
Komponen variabel kebutuhan fiskal (fiscal needs) yang digunakan untuk kebütuhan daerah
terdiri dari: jumlah penduduk, luas wilayah, Indeks Pembangunan Manusia (IPM), Indeks
Kemahalan Konstruksi (IKK), dan Produk Domestik
Regional Bruto (PDRB) per kapita.

Komponen variabel kapasitas fiskal (fiscal capacity) yang merupakan sumber pendanaan
daerah yang berasal dari Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan Dana Bagi Hasil (DBH).

3. Metode Penghitungan DAU

a. Alokasi Dasar (AD)


Besaran Alokasi Dasar dihitung berdasarkan realisasi gaji Pegawai Negeri Sipil Daerah
tahun sebelumnya (t-1) yang meliputi gaji pokok dan tunjangan-tunjangan yang melekat
sesuai dengan peraturan penggajian PNS yang berlaku.
b.Celah Fiskal (CF)
Untuk mendapatkan alokasi berdasar celah fiskal Suatu daerah dihitung dengan
mengaikan bobot celah fiscal daerah bersangkutan (CF daerah dibagi dengan total CF
nasional) dengan alokasi DAU CF nasional. Untuk CF suatu daerah dihitung berdasarkan
selisih antara KbF dengan KpF.

2021 Akuntansi Sektor Publik


4 Dr. Siti Choiriah, SE.,MM
Biro Bahan Ajar eLearning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
Dana Alokasi Khusus ( DAK )

Dana Alokasi Khusus, selanjutnya disebut DAK, adalah dana yang bersumber dari
pendapatan APBN yang dialokasikan kepada daerah tertentu dengan tujuan untuk
membantu mendanai kegiatan khusus yang merupakan urusan daerah dan sesuai dengan
prioritas nasional.
Pinjaman Daerah adalah semua transaksi yang mengakibatkan daerah menerima sejumlah
uang atau menerima manfaat yang bernilai uang dari pihak lain sehingga Daerah tersebut
dibebani kewajiban untuk membayar kembali.
Obligasi Daerah adalah Pinjaman Daerah yang ditawarkan kepada publik melalui
penawaran umum di pasar modal.
Dana Dekonsentrasi adalah dana yang berasal dari APBN yang dilaksanakan oleh gubernur
sebagai wakil Pemerintah yang mencakup semua penerimaan dan pengeluaran dalam
rangka pelaksanaan Dekonsentrasi, tidak termasuk dana yang dialokasikan untuk instansi
vertikal pusat di daerah.

Dana Alokasi Khusus (DAK), adalah alokasi dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
kepada provinsi/kabupaten/kota tertentu dengan tujuan untuk mendanai kegiatan khusus
yang merupakan urusan Pemerintahan Daerah dan sesuai dengan prioritas nasional. DAK
termasuk Dana Perimbangan, di samping Dana Alokasi Umum (DAU).

Dasar Hukum
1. UU Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan
Pemerintahan Daerah; dan
2. PP Nomor 55 Tahun 2005 tentang Dana Perimbangan.

Kriteria Pengalokasian DAK, yaitu:

1. Kriteria Umum, dirumuskan berdasarkan kemampuan keuangan daerah yang tercermin


dari penerimaan umum APBD setelah dikurangi belanja PNSD;
2. Kriteria Khusus, dirumuskan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang mengatur
penyelenggaraan otonomi khusus dan karakteristik daerah; dan
3. Kriteria Teknis, yang disusun berdasarkan indikator-indikator yang dapat menggambarkan
kondisi sarana dan prasarana, serta pencapaian teknis pelaksanaan kegiatan DAK di
daerah.

2021 Akuntansi Sektor Publik


5 Dr. Siti Choiriah, SE.,MM
Biro Bahan Ajar eLearning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
Penghitungan alokasi DAK dilakukan melalui dua tahapan, yaitu
1. Penentuan daerah tertentu yang menerima DAK;dan
2. Penentuan besaran alokasi DAK masing-masing daerah
3. Penentuan Daerah Tertentu harus memenuhi kriteria umum, kriteria khusus, dan kriteria
teknis.
4. Besaran alokasi DAK masing-masing daerah ditentukan dengan perhitungan indeks
berdasarkan kriteria umum, kriteria khusus, dan kriteria teknis.
5. Alokasi DAK per daerah ditetapkan dengan Peraturan Menteri Keuangan.

Sumber Pendapatan Daerah

SUMBER-SUMBER PENERIMAAN DAERAH

1. Pendapatan Asli Daerah adalah penerimaan yang diperoleh daerah dari sumber-sumber
dalam wilayahnya sendiri yang dipungut berdasarkan Undang-Undang yang terdiri dari :
a. Pendapatan Pajak Daerah
Pajak daerah, adalah merupakan pendapatan daerah yang berasal dari pajak oleh
orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang,
dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan
daerah bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat kontribusi wajib kepada daerah
yang terutang (UU No. 28 tahun 2009).
b. Pendapatan Retribusi Daerah
Retribusi daerah, yaitu pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa maupun
pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dan/atau diberikan oleh Pemerintah
Daerah untuk kepentingan orang pribadi atau Badan (UU No. 28 tahun 2009). Terdiri
dari :
- Retribusi jasa Umum
- Retribusi Jasa Usaha
- Retribusi Perizinan Tertentu
c. Lain-Lain PAD yang Sah, serta terdiri atas (a) hasil penjualan kekayaan daerah yang
tidak dipisahkan; (b) hasil pemanfaatan atau pendayagunaan kekayaan daerah yang
tidak dipisahkan; (c) jasa giro; (d) pendapatan bunga; (e) tuntutan ganti rugi; (f)
keuntungan selisih nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing; dan (g) komisi,

2021 Akuntansi Sektor Publik


6 Dr. Siti Choiriah, SE.,MM
Biro Bahan Ajar eLearning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
potongan, ataupun bentuk lain sebagai akibat dari penjualan dan/atau pengadaan
barang dan/atau jasa oleh daerah. Contohnya :
- Penerimaan Jasa Giro

d. Pendapatan dari Pengembalian


Yang dimaksud dengan pendapatan dari pengembalian yaitu pendapatan dari
pengembalian pajak penghasilan PPh Pasal 21, pendapatan dari pengembalian
kelebihan pembayaran asuransi kesehatan, pendapatan dari pengembalian
kelebihan pembayaran gaji dan tunjangan dan pendapatan dari pengembalian
kelebihan pembayaran perjalanan dinas.

2. Pendapatan Transfer merupakan pendapatan yang berasal dari entitas pelaporan lain,
seperti pemerintah pusat atau daerah otonom lain dalam rangka perimbangan keuangan
a. Pendapatan Transfer Pemerintah Pusat – Dana Perimbangan
- Bagi Hasil Pajak
- Bagi Hasil Bukan Pajak
b. Dana Alokasi Umum (DAU)
c. Dana Alokasi Khusus (DAK)

3. Lain-Lain Pendapatan Yang Sah


a. Dana Bagi Hasil Pajak dari Provinsi
b. Dana Desa

Dana Dekonsentrasi
Dekonsentrasi adalah pelimpahan wewenang dari Pemerintah kepada gubernur. Untuk
mendukung pelaksanaan dekonsentrasi, dibutuhkan dana dekonsentrasi, yaitu dana yang
berasal dari APBN yang dilaksanakan oleh gubernur yang mencakup semua penerimaan
dan pengeluaran dalam rangka pelaksanaan Dekonsentrasi, tidak termasuk dana yang
dialokasikan untuk instansi vertikal pusat di daerah.
Tugas Pembantuan adalah penugasan dari Pemerintah kepada daerah dan/atau
desa atau sebutan lain dengan kewajiban melaporkan dan mempertanggungjawabKan
pelaksanaannya kepada yang menugaskan. Dana Tugas Pembantuan adalah dana yang
berasal dari APBN yang dilaksanakan oleh daerah dan desa yang mencakup semua
penerimaan dan pengeluaran dalam rangka pelaksanaan Tugas Pembantuan.
Pendanaan Dekon dialokasikan untuk membiayai kegiatan yang merupakan kewenangan
Pemerintah Pusat di daerah untuk mendukung penguatan dan pemberdayaan peran

2021 Akuntansi Sektor Publik


7 Dr. Siti Choiriah, SE.,MM
Biro Bahan Ajar eLearning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
Gubernur selaku Wakil Pemerintah Pusat, dan kegiatannya bersifat nonfisik. Pendanaan TP
membiayai kegiatan yang bersifat fisik dan ditujukan kepada Gubernur/Bupati/Walikota
selaku Kepala Daerah Otonom.
Pendanaan Dekon/TP seluruhnya dari APBN, K/L tidak diperkenankan meminta
Daerah menyediakan dana pendamping (cost sharing). Kegiatan Dekon/TP yang didanai
mengacu pada RKP dan Prioritas Nasional. K/L wajib memberitahukan kegiatan Dekon/TP
kepada Gubernur/Bupati/Walikota sebelum pelimpahan/penugasan untuk mewujudkan
sinergi pusat dan daerah. Gubernur/Bupati/Walikota memberitahukan kepada DPRD saat
pembahasan RAPBD perihal rencana Penyelenggaraan Dekon/TP. Pengelolaan
Dana Dekon/TP dilakukan secara tertib, transparan dan akuntabel guna mewujudkan LKPP
yang Wajar Tanpa Pengecualian.

Perencanaan dan Penganggaran


Pagu dana yang akan dilimpahkan merupakan pagu dari K/L. Untuk mendukung
pelaksanaan program dan kegiatan, K/L juga harus memperhitungkan kebutuhan anggaran:
1. Biaya penyusunan dan pengiriman laporan SKPD;
2. Biaya operasional dan pemeliharaan ;
3. Honorarium pejabat pengelola keuangan;
4. Biaya lainnya dalam pencapaian target kegiatan.

Sejalan dengan penerapan Penganggaran Berbasis Kinerja, penyusunan RKA-KL perlu


diperhatikan :
1. Kegiagan yang dituangkan dalam RKA-KL merupakan kegiatan Eselon I sesuai
dengan hasil restrukturisasi;
2. Target kinerja dan besarnya alokasi anggaran yang menjadi tanggung jawab masing-
masing SKPD:
3. Dokumen pendukung dari masing-masing SKPD harus dilengkapi pada saat
penelaahan RKA-KL.
Penyaluran Dana Dekon/TP dilakukan melalui Rekening Kas Umum Negara. DIPA yang
telah disahkan disampaikan kepada SKPD penerima dana Dekon/TP sebagai dasar dalam
penerbitan SPM. Penerbitan SPM oleh BKPD selaku KPA didasarkan pada alokasj dana
yang tersedia dalam DIPA. Kepala SKPD penerima Dana Dekon/TP menerbitkan dan
menyampaikan SPM kepada KPPN. Setelah menerima SPM dari SKPD, KPPN setempat
menerbitkan Surat Perintah Pencairan Dana (SP2D). Penerimaan sebagai akibat
pelaksanaan Dekon/TP merupakan penerimaan negara & wajib disetor ke RKUN. Dalam hal
pelaksanaan Dekon/TP terdapat saldo kas pada akhir tahun anggaran harus disetor ke
RKUN.

2021 Akuntansi Sektor Publik


8 Dr. Siti Choiriah, SE.,MM
Biro Bahan Ajar eLearning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
Pertanggungjawaban dan Pelaporan
Kepala Daerah melampirkan laporan tahunan Dana Dekon/TP dalam Laporan
Pertanggungjawaban Pelaksanaan APBD kepada DPRD yang terdiri dari Laporan tahunan
Dana Dekon/TP bukan merupakan safu kesatuan dari Dokumen LPJ -APBD; serta
mekanisme penyampaian lampiran laporan tahunan Dana Dekon/TP kepada DPRD dapat
dilakukan secara bersama-sama atau terpisah dengan LPJ-APBD.

Kepala Daerah melampirkan laporan tahunan Dana Dekon/TP dalam Laporan


Pertanggungjawaban Pelaksanaan APBD kepada DPRD yang terdiri dari Laporan tahunan
Dana Dekon/TP bukan merupakan satu kesatuan dari Dokumen LPJ -APBD; serta
mekanisme penyampaian lampiran laporan tahunan Dana Dekon/TP kepada DPRD dapat
dilakukan secara bersama-sama atau terpisah dengan LPJ-APBD.

2021 Akuntansi Sektor Publik


9 Dr. Siti Choiriah, SE.,MM
Biro Bahan Ajar eLearning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
Pembinaan, Pengawasan, dan Sanksi

Sanksi yang diberikan berupa penundaan pencairan apabila SKPD tidak melakukan
rekonsiliasi laporan keuangan dengan KPPN setempat sesuai ketentuan PMK yang
mengatur tentang Sistem Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Pemerintah pusat.
Penghentian pencairan dalam tahun berjalan dapat di lakukan apabila SKPD tidak
menyampaikan laporan keuangan triwulanan secara berfurut-turut 2 kali dalam tahun
anggaran berjalan serta ditemukan adanya penyimpangan dari hasil pemeriksaan BPK,
BPKP, atau aparat pemeriksa fungsional lainnya.
K/L tidak diperkenankan mengalokasikan Dana Dekon/ TP untuk tahun berikutnya apabila
SKPD penerima dana dimaksud:

1. Tidak memenuhi target kinerja pelaksanaan kegiatan tahun sebelumnya yang telah
ditetapkan;
2. Tidak pernah menyampaikan laporan keuangan dan barang sesuai ketentuan yang
berlaku pada Tahun anggaran sebelumnya;
3. Melakukan penyimpangan sesuai hasil pemeriksaan BPK, BPKP, Ditjen K/L atau aparat
pemeriksa fungsional lainnya.

2021 Akuntansi Sektor Publik


10 Dr. Siti Choiriah, SE.,MM
Biro Bahan Ajar eLearning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
DAFTAR PUSTAKA

1. Mc Bastian, Indra. 2010. Akuntansi Sektor Publik, Suatu Pengantar. (PSASP). Edisi
Ketiga, Penerbit Erlangga, Jakarta.
2. Mardiasmo, 2009. Akuntansi Sektor Publik. Penerbit CV Andi Offset, Yogyakarta.
3. Wolk, Tearney, and Dodd. 2001. Theory Accounting. A Conceptual And Institutional
Approach. South-Western College Publishing. Thomson Learning. United States of
America.
4. Peraturan Pemerintah No 58 Tahun 2005 Tentang Pengelolaan Keuangan Daerah
5. Peraturan Pemerintah No 24 Tahun 2005 Tentang Standar Akuntansi Pemerintahan.
6. Peraturan Pemerintah no 71 Tahun 2010 Tentang Standar Akuntansi Pemerintahan
7. Undang-Undang No 33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan Keuangan Pusat dan
Daerah
8. Kebijakan Dana Bagi Hasil Tahun Anggaran 2020-2021, Kementrian Keuangan
Republik Indonesia

2021 Akuntansi Sektor Publik


11 Dr. Siti Choiriah, SE.,MM
Biro Bahan Ajar eLearning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
DAFTAR PUSTAKA

1. Mc Bastian, Indra. 2010. Akuntansi Sektor Publik, Suatu Pengantar. (PSASP). Edisi
Ketiga, Penerbit Erlangga, Jakarta.
2. Mahsun, Mohamad. 20012. Pengukuran Kinerja Sektor Publik. Edisi Pertama Cetakan
Ketiga, Penerbit BPFE, Yogyakarta.
3. Mardiasmo, 2009. Akuntansi Sektor Publik. Penerbit CV Andi Offset, Yogyakarta.
4. Nordiawan, Deddi. 2006. Akuntansi Sektor Publik. Penerbit Salemba Empat, Jakarta.
5. Wolk, Tearney, and Dodd. 2001. Theory Accounting. A Conceptual And Institutional
Approach. South-Western College Publishing. Thomson Learning. United States of
America.
6. Peraturan Pemerintah No 58 Tahun 2005 Tentang Pengelolaan Keuangan Daerah
7. Peraturan Pemerintah No 24 Tahun 2005 Tentang Standar Akuntansi Pemerintahan.
8. Peraturan Pemerintah no 71 Tahun 2010 Tentang Standar Akuntansi Pemerintahan
9. Undang-Undang No 33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan Keuangan
Pusat dan Daerah

2021 Akuntansi Sektor Publik


12 Dr. Siti Choiriah, SE.,MM
Biro Bahan Ajar eLearning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/

Anda mungkin juga menyukai