PENGARUH CR, DER, TAT DAN IT O T ERHADAP ROE DENGAN KEPEMILIKAN INST IT USIONAL SE…
Wico J Tarigan
Proposal fix
Darumaru Craft
Pengaruh Capit al St ruct ure, Firm Size, Act ivit y Rat io t erhadap Profit abilit y pada perusahaan sekt or Ko…
ROCKY WAPLAU S.M., RSA.
PENGARUH PROFITABILITAS DAN PERPUTARAN AKTIVA
TERHADAP STRUKTUR MODAL
ADE GUNAWAN
ABSTRAK
PENDAHULUAN
Keputusan pendanaan keuangan perusahaan akan sangat menentukan kemampuan
perusahaan dalam melakukan aktivitas operasinya dan juga akan berpengaruh
terhadap resiko perusahaan itu sendiri. Jika perusahaan meningkatkan leverage maka
perusahaan ini dengan sendirinya akan meningkatkan resiko keuangan perusahaan.
Dan sebaliknya perusahaan harus memperhatikan masalah pajak, karena sebagian ahli
berpendapat bahwa penggunaan modal yang berlebihan akan menurunkan tingkat
profitabilitas. Untuk itu sebagian manajer tidak sepenuhnya mendanai perusahaannya
dengan modal tetapi juga disertai penggunaan dana melalui hutang baik itu hutang
jangka pendek maupun hutang jangka panjang karena terkait dengan sifat
penggunaan dari hutang tersebut yaitu bersifat mengurangi pajak.
Berdasarkan Balance Theory yang dikemukakan oleh (Myers, 1984 ; Bringham,
1999 dalam Muhammad Rizal, 2002) perusahaan mendasarkan diri pada keputusan
suatu struktur modal yang optimal. Struktur modal optimal dibentuk dengan
menyeimbangkan keuntungan dari penghematan pajak atas penggunaaan hutang
terhadap biaya kebangkrutan.
Pecking Order Theory mengatakan bahwa perusahaan lebih cenderung memilih
pendanaan yang berasal dari internal dari pada eksternal perusahaan. Penggunaan
dana internal lebih didahulukan dibandingkan dengan penggunaan dana yang
bersumber dari eksternal. Urut-urutan yang dikemukakan oleh teori ini dalam hal
pendanaan adalah pertama laba ditahan diikuti dengan penggunaan hutang dan yang
JURNAL MANAJEMEN & BISNIS VOL 11 NO. 01 APRIL 2011 ISSN 1693-7619 12
terakhir adalah penerbitan ekuitas baru (Myers, 1984 dalam Muhammad Rizal, 2002).
Pemilihan urutan pendataan ini menunjukkan bahwa pendanaan ini didasarkan dari
tingkat cost of fund dari sumber-sumber tersebut yang juga berkaitan dengan tingkat
resiko suatu investasi.
Dari data yang diperoleh diketahu bahwa ada sebagian perusahaan yang memiliki
struktur aktiva dan profitabilitas yang meningkat dari tahun 2004 sampai tahun 2007
diikuti oleh peningkatan struktur modal, namun ada sebagian perusahaan justru
mengalami hal yang sebaliknya dimana peningkatan struktur aktiva dan profitabilitas
justru tidak diikuiti peningkatan struktur modal bahkan struktur modalnya negatif.
Fenomena yang ada di perusahana property dan real estate adalah pada masa
sekarang ini perusahaan yang bergerak di bidang property mengalami peningkatan
yang cukup signifikan. Peningkatan ini berdampak pada struktur modal perusahaan,
dimana perusahaan dituntuk memiliki struktur modal yang optimal.
KAJIAN TEORI
Profitabilitas
Profit merupakan hasil dari kebijakan manajemen. Oleh karena itu, kinerja
perusahaan dapat diukur dengan profit. Kemampuan perusahaan untuk menghasilkan
profit disebut profitabilitas. Menurut Brigham dan Houston (2001, hal 89),
menyatakan bahwa: “Profitabilitas adalah hasil bersih dari serangkaian kebijakan dan
keputusan”.
Untuk menilai profitabilitas suatu perusahaan dengan melakukan berbagai alat
analisis, tergantung dari tujuan analisisnya. Analisis profitabilitas memberikan bukti
pendukung mengenai kemampuan perusahaan untuk memperoleh laba dan sejauh
mana efektivitas pengelolaan perusahaan. Alat-alat analisis yang sering digunakan
untuk analisis profitabilitas adalah rasio profitabilitas.
Struktur Aktiva
Struktur aktiva (Tangible Assets) pada penelitian ini diproyeksikan oleh Fixed
Asset (FA) atau aktiva tetap. Menurut Sartono (2003, hal 248 dan 249), menyatakan :
Perusahaan yang memiliki asset tetap alam jumlah besar dapat menggunakan utang
dalam jumlah besar hal ini disebabkan karena dari skalanya perusahaan besar akan
lebih mudah mendapatkan akses ke sumber dana dibandingkan dengan perusahaan
kecil.
Kebanyakan perusahaan manufaktur dimana sebagian besar dari modalnya
tertanam dalam aktiva tetap, akan mengutamakan pemenuhan kebutuhan modalnya
dari modal yang permanen, yaitu modal sendiri, sedangkan modal asing sifatnya
adalah sebagai pelengkap. Sementara itu, perusahaan yang sebagian besar dari
aktivanya adalah aktiva lancar akan mengutamakan pemenuhan kebutuhan dananya
dengan hutang jangka pendek.
Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2009, PSAK no.16 par. 16.2) definisi aktiva
tetap adalah aset berwujud yang
a) dimiliki untuk digunakan dalam produksi atau penyedian barang atau jasa,
untuk direntalkan kepada pihak lain, atau untuk tujuan administratif; dan
b) diharapkan untuk digunakan selama lebih dari satu periode.
JURNAL MANAJEMEN & BISNIS VOL 11 NO. 01 APRIL 2011 ISSN 1693-7619 13
Menurut Sofyan Safri (2008 hal. 20) aktiva tetap sebagai berikut : “aktiva tetap
adalah aktiva yang menjadi hak milik perusahaan dan dipergunakan secara terus
menerus dalam kegiatan menghasilkan barang dan jasa perusahaan”.
Menurut Mulyadi dan Kanaka Puradiredja (2002, hal. 175) aktiva tetap adalah
“kekayaan perusahaan yang memiliki wujud, mempunyai manfaat ekonomis lebih
dari satu tahun, dan diperoleh perusahaan untuk melaksanakan kegiatan perusahaan,
bukan untuk dijual kembali”.
Dari ketiga definisi di atas dapat diketahui bahwa yang dimaksud dengan aktiva
tetap adalah aktiva berwujud yang digunakan dalam operasi perusahaan, yang bukan
dimaksudkan untuk dijual dalam rangka kegiatan normal perusahaan dan aktiva tetap
tersebut memiliki masa manfaat lebih dari satu tahun.
Aktiva tetap yang dinilai perusahaan bermacam-macam jenisnya dan bersifat
heterogen. Adapun ragam aktiva tetap pada setiap perusahaan adalah tergantung pada
jenis kegiatan perusahaan itu sendiri dan luasnya operasi perusahaan tersebut. Untuk
tujuan akuntansinya maka aktiva tetap perlu digolongkan berdasarkan pada suatu
aturan tertentu. Aktiva tetap dapat dikelompokkan sebagai berikut :
1. Aktiva tetap yang umurnya tidak terbatas.
Jenis aktiva tetap sudah jelas relatif tidak berubah bentuk wujudnya sehingga
tidak perlu dilakukan penyusutan terhadap harga perolehannya, misalkan tanah
yang dimiliki oleh perusahaan yang dipergunakan sebagai lokasi kegiatan
perusahaan.
2. Aktiva tetap yang umurnya terbatas, dapat dibagi atas :
a. Aktiva tetap yang apabila habis masa manfaatnya harus diganti dengan aktiva
sejenisnya, untuk aktiva tetap ini dilakukan penyusutan (depresiasi) terhadap
harga perolehannya. Jenis aktiva tetap ini misalnya bangunan, gedung, mesin-
mesin, kendaraan dan lain-lain.
b. Aktiva tetap yang apabila habis masa manfaatnya tidak dapat diganti dengan
aktiva tetap sejenisnya, untuk aktiva tetap tersebut dilakukan penyusutan yang
disebut dengan istilah “Deplesi”, misalnya sumber alam seperti lahan
pertambangan, hutan dan lain-lain.
Secara umum aktiva tetap dapat digolongkan sebagai berikut :
a. Tanah
Tanah adalah permukaan bumi atau tempat berdirinya suatu
bangunan, halaman tanah perkebunan dan lain sebagainya. Tanah ini
mempunyai umur yang tidak terbatas yang berarti dapat dimanfaatkan
selama umur perusahaan, sehingga tidak perlu disusutkan apabila tanah
tersebut tidak milik perusahaan, akan tetapi hanya sebagai hak guna usaha
atau hak pakai maka hak tersebut harus diamortisasi karena masa
menikmati aktiva tetap tersebut adalah terbatas.
b. Bangunan
Bangunanan adalah gedung yang didirikan di atas tanah dan
diggunakan sebagai kantor, pabrik, perumahan dan sebagainya. Aktiva
tetap ini mempunyai masa manfaat yang terbatas tetapi aktiva dalam
kelompok ini dimaksudkan untuk dijual-belikan maka harus dicatat
sebagai persediaan barang bukan sebagai kelompok aktiva tetap.
JURNAL MANAJEMEN & BISNIS VOL 11 NO. 01 APRIL 2011 ISSN 1693-7619 14
c. Mesin
Mesin adalah alat mekanis yang dikuasai oleh perusahaan yang
digunakan untuk proses produksi atau kegiatan perusahaan, maka terhadap
aktiva tetap ini juga harus disusutkan karena mempunyai masa manfaat
yang terbatas.
d. Peralatan
Peralatan selain mesin digunakan dalam proses produksi misalnya
peralatan bengkel, peralatan kantor, peralatan gudang dan lain-lain.
e. Kendaraan
Kendaraan adalah alat pengangkutan yang dimiliki dan digunakan
untuk operasi perusahaan baik untuk pengangkutan di pabrik maupun
untuk pengangkutan orang. Aktiva tetap ini memberikan masa manfaat
yang terbatas sehingga harus dilakukan penyusutan.
f. Perabotan
Perabotan biasanya terdapat di bagian administrasi atau bagian
penjualan dari perusahaan seperti meja, kursi dan sebagainya. Perabotan
juga memperoleh masa manfaat yang terbatas sehingga harus dilakukan
penyusutan.
g. Prasarana
Di Indonesia merupakan kebiasaan bahwa perusahaan membuat
klasifikasi khusus prasarana seperti : jalan, jembatan, reol, pagar, dan lain-
lain
JURNAL MANAJEMEN & BISNIS VOL 11 NO. 01 APRIL 2011 ISSN 1693-7619 15
dengan utang atau sebaliknya apakah harga saham akan berubah, dengan catatan
perusahaan tidak merubah keputusan-keputusan keuangan lainnya. Tetapi kalau
dengan merubah struktur modalnya ternyata nilai perusahaan berubah maka akan
diperoleh struktur modal yang terbaik atau optimal.
Penggunaan utang menimbulkan biaya dalam bentuk resiko ekstra (resiko
finansial) bagi para pemegang saham. Pada tingkat rasio utang yang tinggi,
perusahaan mungkin akan terbentur pada keengganan dari pihak kreditor untuk
memberikan tambahan utang. Hal ini akan menaikan biaya utang baru yang mungkin
akan lebih tinggi dari keuntungan pajak dari utang, dan selanjutnya akan menjadi
beban para pemegang saham dan kreditor juga akan menghadapi resiko kepailitan
yang dapat mengarah kepada peneurunan total harga pasar perusahaan dan kenaikan
biaya modal.
Utang dan ekuitas adalah dua kelompok dari kewajiban (liabilities) perusahaan,
dimana kreditor dan pemegang saham merupakan dua jenis investor dari perusahaan,
masing-masing berhubungan dengan tingkat resiko, keuntungan, dan kontrol yan g
berbeda terhadap perusahaan. Kreditor memiliki kontrol yang lebih rendah, oleh
karena itu kreditor memperoleh tingkat pengembalian yang tetap dan diproteksi oleh
kewajiban kontraktual untuk mengamankan investasinya. Pemegang saham memiliki
beban resiko yang lebih besar atas keputusan perusahaan.
a. Trade Off Theory
Sebelumnya Trade Off Theory ini dikenal dengan nama Balance Theory. Teori
Trade Off merupakan penyeimbang manfaat dan pengorbanan yang timbul sebagai
akibat penggunaan utang. Sejauh manfaat yang dihasilkan lebih besar, porsi utang
dapat ditambah. Berdasarkan teori ini, perusahaan berusaha mempertahankan struktur
modal yang ditargetkan dengan tujuan memaksimumkan nilai pasar.
Husnan (2005, hal 231) mengatakan bahwa secara garis besar dapat disimpulkan
bahwa balanced theory menganut pola keseimbangan antara keuntungan penggunaan
dana dari utnag dengan tngkat bunga yang tinggi dan biaya kebangkrutan.
Teori Trade Off menjelaskan bahwa struktur modal optimal ditemukan dengan
menyeimbangkan keuntungan pajak denganbiaya tekanan finansial dari penambahan
utang, sehingga biaya dan keuntungan dari penambahan utang di trade off (saling
tukar antara satu sama lain). Tekanan finansial biasanya terjadi hanya pada
perusahaan yang memiliki utang, perusahaan yang bebas dari utang biasanya tidak
mengalami tekanan finansial.
Teori trade off menjelaskan bahwa peningkatan rasio utang pada struktur modal
akan meningkatkan nilai total perusahaan sebesar tarif pajak dikali dengan jumlah
utang. Semakin besar akses ke sumber dana semakin tersedia potensi dana, maka
semakin besar kemungkinan mengambil peluang investasi yang menguntungkan
sehingga keuntungan yang diperoleh semakin besar dan kinerja perusahaan
meningkat.
Kebijakan struktur modal melibatkan perimbangan antara resiko dan tingkat
pengembalian. Menggunakan lebih banyak utang berarti memperbesar resiko yang
ditanggung pemegang saham dan juga memperbesar tingkat pengembalian yang
diharapkan. Resiko yang mangkin tinggi diharapkan akan menaikan harga saham
JURNAL MANAJEMEN & BISNIS VOL 11 NO. 01 APRIL 2011 ISSN 1693-7619 16
rersebut. Karena itu struktur modal yang optimal harus berada pada keseimbangan
antara resiko dan tingkat pengembalian yang memaksimumkan harga saham.
Menurut Brigham dan Gapenski, (1999, hal 431) teori trade off memberi 3
pernyataan penggunaan utang yang dapat digunakan untuk menentukan secara pasti
struktur modal optimal setiap perusahaan, yaitu :
1. Perusahaan dengan resiko lebih tinggi, diukur dengan variabelitas retur
atas aktiva perusahaan, harus meminjam lebih sedikit dari pada
perusahaan dengan resiko lebih rendah. Semakin tinggi variabelitas,
semakin tinggi kemungkinan tekanan finansial pada setiap tingkat resiko
utang, semakin tinggi espektasi biaya tekanan finansial. Dengan demikian,
perusahaan dengan resiko bisnis yang lebih rendah dapat meminjam lebih
banyak sebelum biaya tekanan finansial menyerap habis keuntungan pajak
dari utang.
2. Perusahaan yang operasinya menggunakan aktiva berwujud, aktiva yang
memiliki pasar misalnya real estate dapat meminjam lebih banyak dari
pada perusahaan yang nilainya terutama berasal dari aktiva tak berwujud,
misalnya paten dan goodwill. Aktiva spesifik, aktiva tidak berwujud, dan
peluang pertumbuhan akan kehilangan nilainya jika tekanan finansial
terjadi dibanding dengan aktiva berwujud standar.
3. Perusahaan yang memiliki tarif pajak yang tinggi, yang kemungkinan
berlanjut pada masa yang akan datang dapat meminjam lebih banyak
daripada perusahaan dengan tarif pajak dan prospek pajak yang lebih
rendah. Tarif pajak yang tinggi menyebabkan keuntungan yang lebih besar
daripada pendanaan dengan utang, sehingga perusahaan dengan tarif pajak
yang lebih tinggi dapat meminjam lebih banyak, hal lain dianggap sama,
sebelum keuntungan pajak diserap oleh biaya tekanan finansial dan biaya
keagenan.
Menurut teori trade off, setiap perusahaan harus menetapkan target struktur
modalnya, yaitu pada posisi keseimbangan biaya dan keuntungan marginal dari
pendanaan dengan utang, sebab pada posisi keseimbangan biaya dan keuntungan
marginal dari pendanaan dengan utang, sebab pada posisi itu nilai perusahaan
menjadi maksimum.
Sundjaya dan Barlian (2002, hal 242) menjelaskan bahwa struktur modal yang
optimal didasarkan atas keseimbangan antara manfaat dan biaya dari pembiayaan
dengan pinjaman. Manfaat terbesar dari suatu pembiayaan dengan pinjaman adalah
pengurangan pajak yang diperoleh dari pemerintah yang mengizinkan bunga atas
pinjaman dapat dikurangi dalam menghitung pendpatan kena pajak.
Brigham dan Gapenski (1999, hal 432) secara umum menyatakan bahwa
perusahaan dalam satu industri memiliki struktur modal yang sama karena secara
umum perusahaan tersebut memiliki jenis aktivitas, risiko bisnis, dan profitabilitas
yang sama.
JURNAL MANAJEMEN & BISNIS VOL 11 NO. 01 APRIL 2011 ISSN 1693-7619 17
(laba ditahan) daripada penggunaan dana eksternal dan mendahulukan utang daripada
ekuitas jika pendanaan eksternal dibutuhkan.
Dalam pandangan pecking order, perusahaan sebaiknya menggunakan dana
internal sebanyak mungkin untuk mendanai proyek baru. Apabila dana internal tidak
mencukupi maka utang atau sekuritas yang paling aman lebih didahulukan daripada
sumber dana eksternal lainnya.
Myers (1984) dalam Said Kelana (2005) berpendapat bahwa manajer mengikuti
teori pecking order menyatakan bahwa manajer lebih mengutamakan pendanaan
internal daripada pendanaan eksternal. Dengan demikian, jika arus kas internal lebih
besar dari kebutuhan investasi maka manajer akan membayarkan free cash flow untuk
melunasi utang atau membeli sekuritas. Sebaliknya jika arus kas internal lebih kecil
dari kebutuhan investasi maka manajer pertama akan menjual sekuritas, jika tidak
cukup akan menggunakan utang, penerbitan ekuitas merupakan pilihan terakhir.
Penggunaan sumber dana memiliki biaya tersendiri. Laba ditahan memiliki biaya
langsung langsung yang lebih kecil dari penerbitan ekuitas baru karena adanya
penghematan nyata pada banker fees dan perusahaan dapat mengurangi deviden
sekarang yang dapat dikenai pajak dengan membatasi ekuitas. Disamping itu biaya
transaksi untuk utang lebih kecil dari penerbitan ekuitas. Kenyataan ini mendorong
perusahaan memilih pendanaan internal daripada pendanaan eksternal. Untuk
mengurangi berbagai biaya yang timbul dari pemilihan dana antara utang atau ekuitas
para manajer akan menerbitkan sekuritas yang beresiko paling kecil.
Menurut teori pecking order, perusahaan tidak memiliki struktur modal optimal,
sebab pendanaan perusahaan tidak sepenuhnya tergantung pada biaya modal. Tetapi
berdasarkan pada urutan hirarki (dana internal, utang, dan ekuitas). Urutan pendanaan
dimulai dari laba ditahan, utang, dan penerbitan saham (ekuitas) pada urutan terakhir.
Hal ini didasarkan pada argumentasi bahwa penggunaan laba ditahan lebih murah
dibandingkan utang dan ekuitas.
Menurut teori pecking order, peningkatan profitabilitas akan meningkatkan laba
ditahan, yang dapat digunakan untuk pendanaan investasi. Sehingga semangkin tinggi
tingkat profitabilitas perusahaan, maka semakin sedikit pendanaan dengan
menggunakan utang. Teori ini menjelaskan mengapa perusahaan-perusahaan yang
profitable umumnya meminjam dalam jumlah sedikit.
Kerangka Konseptual
Profitabilitas periode sebelumnya merupakan faktor dalam menentukan sruktur
modal. Dengan laba ditahan yang besar, perusahaa akan lebih senang menggunakan
laba ditahan sebelum menggunakan hutang.
Berikut ini merupakan gambar kerangka konseptual berikut ini :
JURNAL MANAJEMEN & BISNIS VOL 11 NO. 01 APRIL 2011 ISSN 1693-7619 18
X1
TATO
Y
DER
X2
NPM
Gambar 1. Kerangka Konseptual
Hipotesis adalah dugaan atau jawaban sementara atas penelitian. Berdasarkan
kerangka konseptual yang ada, maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini
adalah :
H1 : Struktur Aktiva secara parsial berpengaruh terhadap struktur modal
perusahaan property dan real estate di BEI.
H2 : Profitabilitas secara parsial berpengaruh terhadap struktur modal
perusahaan property dan real estate di BEI.
H3 : Struktur Aktivadan profitabilitas secara simultan berpengaruh terhadap
struktur modal perusahaan property dan real estate di BEI.
METODE PENELITIAN
Defenisi Operasional
Stuktur modal merupakan kebijakan tentang bauran dari segenap sumber
pendanaan dari utang dan modal sendiri. Dalam penelitian ini, variabel struktur
modal diindikasikan dengan Debt to Assets Ratio (DAR) dan Debt to Equity ratio
(DER) yang sering disebut rasio utang satuannya adalah rasio. Rasio ini menunjukan
banyaknya utang yang digunakan perusahaan untuk membiayai seluruh aktiva dan
ekuitas yang dimilikinya. Ukuran dari variabel DAR dan DER diformulasikan
sebagai berikut :
Total Debt
DER =
Total Assets
Total Debt
DER =
Total Equity
JURNAL MANAJEMEN & BISNIS VOL 11 NO. 01 APRIL 2011 ISSN 1693-7619 19
1. Perusahan property dan real estate yang telah terdaftar di BEI sejak tahun 2003
dan masih aktif sampai dengan tahun 2007.
2. Perusahaan property dan real estate mempublikasikan laporan kinerja
keuangannya selama 5 tahun berturut-turut.
3. Perusahaan property dan real estate tersebut tidak dalam proses Delisting.
Bila tidak memenuhi kriteria penentuan sampel di atas akan dikeluarkan dari
sampel perusahaan dan diganti dengan perusahaan lain yang memenuhi kriteria.
Berdasarkan kriteria penentuan sampel yang telah dikemukakan, maka ditetapkan
sampel yang digunakan adalah sebanyak 32 sampel yang dapat dilihat pada lampiran.
Pada Model Summary, angka R sebesar 0,276 menunjukan bahwa korelasi atau
hubungan antara perubahan Debt to Equity Ratio (DER) dengan NPM dan TATO
sebagai variabel independentnya adalah sangat lemah berada dibawah angka 0,5.
Angka R.Square koefesien determinasi yang disesuaikan adalah 0.076. Hal ini berarti
JURNAL MANAJEMEN & BISNIS VOL 11 NO. 01 APRIL 2011 ISSN 1693-7619 20
bahwa 7,6 % variasi atau perubahan harga saham dapat dijelaskan oleh variansi NPM
dan TATO. Sedangkan sisanya sebesar 92,4 % dijelaskan oleh variabel lain .
Kemudian Standard error of estimate (SEE) adalah 0,68838 yang mana semangkin
kecil SEE akan membuat model regresi semangkin tepat dalam memprediksi harga
saham.
Untuk melihat pengaruh NPM dan TATO secara individu terhadap perubahan
DER, dapat dilakukan dengan menggunakan uji statistik t. Berdasarkan hasil
pengolahan data dengan program SPSS 12, maka diperoleh hasil seperti yang terlihat
pada tabel 2 berikut :
Tabel 2. Uji statistik t
Sta
Unstandardized ndardized
Model Coefficients Coefficients t Sig.
B Std. Error Beta
(Constant) .
2.631 .329 7.994
000
NPM.LG .
.308 .243 .168 2.756
013
TATO.LG .
.233 .228 .101 2.107
037
Sumber : Data diolah, 2010.
Dari tabel 4.8 koefesien regresi, dapat diambil suatu kesimpulan, yaitu
1. Uji t digunakan untuk menguji signifikansi konstanta dan setiap variabel
independenya. Terlihat di atas bahwa NPM mempunyai angka signifikansi
sebesar 0.013 berada dibawah 0,05 yang menunjukan bahwa NPM secara individu
mempengaruhi DER.
2. Uji t digunakan untuk menguji signifikansi konstanta dan setiap variabel
independenya. Terlihat di atas bahwa TATO mempunyai angka signifikansi
sebesar 0.037 berada dibawah 0,05 yang menunjukan bahwa TATO secara
individu mempengaruhi DER.
Untuk melihat pengaruh NPM dan TATO secara simultan (bersama-sama)
terhadap DER, dapat dilakukan dengan menggunakan uji statistik F. Berdasarkan
hasil pengolahan data denga program SPSS versi 12, maka diperoleh hasil seperti
yang terlihat pada tabel berikut :
Tabel 3. Uji statistik F
Sum of Mean
Model Squares df Square F Sig.
1Regression 4.440 3 1.480 3.123 .029(a)
Residual 54.021 114 .474
Total 58.461 117
Sumber : Data Diolah, 2010
JURNAL MANAJEMEN & BISNIS VOL 11 NO. 01 APRIL 2011 ISSN 1693-7619 21
Berdasarkan uji ANOVA atau F-test, diperoleh F hitung sebesar 3.123 dengan
tingkat signifikansi 0,029 di bawah 0,05, Berdasarkan hasil tersebut dapat
disimpulkan bahwa variabel NPM dan TATO secara simultan berpengaruh terhadap
DER.
JURNAL MANAJEMEN & BISNIS VOL 11 NO. 01 APRIL 2011 ISSN 1693-7619 22
Hasil analisis menunjukkan bahwa variabel bebas untuk net profit margin dan
total assets turn over secara bersama-sama memiliki pengaruh signifikan terhadap
struktur modal karena nilai signifikannya 0,029 lebih kecil dari 0,05 dan uji
determinasi menunjukan bahwa nilai R sebesar 0,076 atau 7,6 % yang berarti
pengaruh NPM dan TATO terhadap struktur modal sangat lemah karena berada di
bawah 0,5. Hasil R-Squared juga menunjukan angka 0,076 atau 7,6 %. Hal ini dapat
diartikan bahwasannya variabel bebas dapat dijelaskan pengaruhnya terhadap struktur
modal perusahaan property yang go public di BEI sebesar 7,6% dan sisanya yaitu
92,4 % dipengaruhi oleh variabel lain diluar analisis ini seperti tingkat inflasi, suku
bunga deposito, kesempatan investasi dan variabel lain yang tidak diteliti.
Hasil penelitian ini mendukung teori Bambang Riyanto (2001, hal 296-297) yang
menyatakan suatu perusahaan yang mempunyai earnings yang stabil akan selalu
dapat memenuhi kewajiban finansialnya sebagai akibat dari penggunaan modal asing.
Sebaliknya perusahaan yang mempunyai earnings yang tidak stabil dan
unpredictable akan menanggung risiko tidak dapat membayar beban bunga pada
tahun atau keadaan yang buruk, selain itu kebanyakan perusahaan sebagian besar dari
modalnya tertanam dalam aktiva tetap, akan mengutamakan pemenuhan kebutuhan
modalnya dari modal yang permanen, yaitu modal sendiri, sedangkan modal asing
sifatnya adalah sebagai pelengkap. Sementara itu, perusahaan yang sebagian besar
dari aktivanya adalah aktiva lancar akan mengutamakan pemenuhan kebutuhan
dananya dengan hutang jangka pendek.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian mengenai pengaruh net profit margin (NPM) dan
total assets turn over (TATO) terhadap struktur modal perusahaan property dan real
estate di Bursa Efek Indonesia (BEI) dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Hasil pengujian secara parsial membuktikan bahwa variabel net profit margin
(NPM) berpengaruh terhadapdebt to equity ratio (DER). Hal ini dapat dilihat dari
hasil pengujian hipotesis yang nilai signifikansinya lebih kecil dari 0,05 yang
berarti hipotesis diterima.
2. Hasil pengujian secara parsial membuktikan bahwa variabel total assets turn over
(TATO) berpengaruh terhadap debt to equity ratio (DER). Hal ini dapat dilihat
dari hasil pengujian hipotesis yang nilai signifikansinya lebih kecil dari 0,05 yang
berarti hipotesis diterima.
3. Hasil penelitian ini juga membuktikan bahwa net profit margin dan total assets
turn over secara simultan juga berpengaruh terhadap debt to equity ratio karena
mempunyai tingkat signifikansi 0,029 yang lebih kecil dari 0,05 (5%), hipotesis
diterima yang artinya ada pengaruh yang signifikan terhadap harga saham.
4. Hasil pengujian determinasi menjelaskan bahwa kontribusi dari net profit margin
dan total assets turn over dalam menjelaskan pengaruhnya terhadap debt to equity
ratio sangat lemah yaitu sebesar 0,076 atau 7,6 % sedangkan sisanya sebesar 92,4
% dipengaruhi oleh variabel lain diluar model penelitian ini.
JURNAL MANAJEMEN & BISNIS VOL 11 NO. 01 APRIL 2011 ISSN 1693-7619 23
DAFTAR PUSTAKA
Brigham, F Eugene & Houston F Joul, 1999. Manajemen Keuangan Jilid 2, Edisi
8,Terjemahan oleh Dodo Suharto & Herman Wibowo, 2001, Erlangga,
Jakarta
Ghozali, Imam, 2005, Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS, Badan
Penerbit Universitas Dipenogoro, Semarang
Husnan, Suad, 2003. Dasar-Dasar Teori Portofolio. Edisi ketiga, Yogyakarta : UPP
AMP YKPN
Riiyanto, 2001, Dasar-Dasar Pembelanjaan Perusahaan, Edisi Ketiga, Yogyakarta:
BPFE,.
Rochaety Ety, Ratih Tresnati dan H. Abdul Madjid Latief, Metodologi Penelitian
Bisnis Dengan Menggunakan Aplikasi SPSS, Mitra Wacana Media, Jakarta,
2007
Said Kelana Asnawi dan Chandra Wijaya, 2005. Riset Keuangan, Pengujian-
pengujian Empiris, Jakarta : Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama
Santoso, Singgih, 2006, Buku LatiahanSPSS Statistik Parametrik, PT. Elex Media
Komputindo, Jakarta.
Sundjaya, Ridwan. S., dan Barlian, Inge, 2002 Manajemen Keuangan Perusahaan,
Edisi Baru. Cetakan Keempat, Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.
Sutrisno, Manajemen Keuangan: Teori, Konsep dan Aplikasi, Edisi pertama,
Ekonisia, 2003.
Sugiyono (2008). Metode Penelitian Bisnis. Bandung. CV. Alfabeta
JURNAL MANAJEMEN & BISNIS VOL 11 NO. 01 APRIL 2011 ISSN 1693-7619 24