Anda di halaman 1dari 16

PERTEMUAN 17:

PEMERIKSAAN AKTIVA TETAP

A. TUJUAN PEMBELAJARAN
Pada bab ini akan dijelaskan mengenai definisi aktiva tetap, tujuan
pemeriksaan aktiva tetap serta prosedur pemeriksaan aktiva tetap. Melalui
pembelajaran, Anda harus mampu:
1.1 Mendefinisikan aktiva tetap.
1.2 Mengetahui tujuan dari pemeriksaan aktiva tetap.
1.3 Memahami prosedur yang harus dilakukan dalam proses pemeriksaan aktiva
tetap.

B. URAIAN MATERI
Tujuan Pembelajaran 1.1:
Definisi Aktiva Tetap

Aset tetap (Fixed asset) disebut juga property,plant, and Equipment.


Menurut Standar Akuntansi Keuangan (PSAK No. 14, hal 16.2 dan 16.3 –
IAI,2002): “Aset tetap adalah aset berwujud yang diperoleh dalam bentuk siap
pakai atau dengan dibangun lebih dahulu, yang digunakan dalam operasi
perusahaan, tidak dimaksudkan untuk dijual dalam kegiatan normal perusahaan
dan mempunyai masa manfaat lebih dari satu tahun.
Menurut SAK ETAP (IAI, 2009; 68):
Aset tetap adalah aset berwujud yang:
a. Dimiliki untuk digunakan dalam produksi atau penyediaan barang atau jasa,
untuk disewakan ke pihak lain, atau untuk tujuan administratif; dan
b. Diharapkan akan digunakan lebih dari satu periode.

Suatu Benda berwujud harus diakui sebagai suatu aset dan dikelompokkan
sebagai aset tetap bila:
a. Besar kemungkinan (probable) bahwa manfaat keekonomian di masa yang akan
datang yang berkaitan dengan aset tersebut akan mengalir ke dalam perusahaan;
dan
b. Biaya perolehan aset dapat diukur secara andal.

Beberapa sifat atau ciri aset tetap adalah:


1. Tujuan dari pembeliannya bukan untuk dijual kembali atau diperjualbelikan
sebagai barang dagangan, tetapi untuk dipergunakan
2. Mempunyai masa manfaat lebih dari satu tahun.
3. Jumlahnya cukup material.

Sifat pertama dari asset tetap tersebut yang membedakan asset tetap dari
persediaan barang dagangan. Misalnya mobil yang dimiliki oleh PT. Astra sebagai
produsen mobil, hasil produksi/rakitan yang berupa mobil untuk dijual harus
digolongkan sebagai persediaan barang dagangan (inventory), sedangkan mobil
yang digunakan untuk antar jemput pegawai, digunakan oleh direksi dan para
manajer perusahaan harus digolongkan sebagaiaset tetap.
Sifat kedua dari aset tetap, merupakan salah satu alasan mengapa aset
tetap harus disusutkan.Biaya penyusutan merupakan alokasi dari biaya
penggunaan asset tetap selama manfaatnya, secara sistematis dan teratur
(menggunakan metode tertentu yang diterapkan secara konsisten).
Sifat ketiga merupakan salah satu alasan mengapa setiap perusahaan harus
mempunyai kebijakan kapitalisasi, yang membedakan antara capital expenditure
dan revenue expenditure.

Capital expenditure adalah suatu pengeluaran modal yang jumlahnya


material dan mempunyai manfaat lebih dari satu tahun. Revenue expenditure
adalah suatu pengeluaran yang jumlahnya tidak material walaupun masa
manfaatnya mungkin lebih dari satu tahun. Selain itu revenue expenditure
merupakan pengeluaran yang dilakukan perusahaan dalam rangka menghasilkan
pendapatan dan dibebankan kedalam laba rugi pada saat terjadinya beban
tersebut.
Misalnya pembelian mesin tik, meja tulis yang harga per unitnya kurang dari
Rp. 500.000,- bagi perusahaan yang besar (misalkan Pertamina) akan
merupakan revenue expenditure tetapi bagi perusahaan yang kecil (misal kantor
akuntan kecil) akan merupakan capital expenditure.

Fixed Asset atau Aset Tetap Bisa Dibedakan Menjadi :


1. Fixed tangible assets (asset tetap yang mempunyai wujud/ bentuk, bisa dilihat,
bisa diraba).
2. Fixed intangible assets (asset tetap yang tidak mempunyai wujud/bentuk,
sehingga tidak bisa dilihat dan tidak bisa diraba).

Yang Termasuk Fixed tangible assets Misalnya :


a) Tanah (Land) yang diatasnya dibangun gedung kantor, pabrik atau rumah.
Tanah ini biasanya tidak disusutkan (menurut SAK maupun peraturan pajak).
Tanah bisa dimiliki dalam bentuk hak milik, hak guna bangunan (biasanya jika kita
membeli rumah dari real estate) yang mempunyai jangka waktu 20-30 tahun, hak
guna usaha dan hak pakai.
Perlu diperhatikan bahwa perusahaan asing dan warga negara asing tidak
diperbolehkan membeli tanah dan hak milik.
b) Gedung (Building) termasuk pagar, lapangan parkir, taman, mesin-mesin
(Machinery), peralatan (Equipment), Furniture & Fixtures (meja, kursi), Delivery
Equipment/Vehicles (mobil, motor, kapal laut, pesawat terbang).
c) Natural Resources (Sumber Alam), seperti pertambangan minyak, batu bara,
emas, marmer dan hak pengusahaan hutan (HPH). Natural resources ini harus
didepresi, bukan disusutkan, pada saat sumber alam tersebut mulai
menghasilkan.

Yang Termasuk Fixed intangible assets misalnya:


Hak paten, hak cipta (copy right), franchise, goodwill, preoperating expenses
(biaya-biaya yang dikeluarkan sebelum perusahaan berproduksi secara
komersial, termasuk biaya pendirian).
Contoh dari franchise misalnya Kentucky Fried Chicken, Hamburger,
mc.Donald, Es Teller ’77. Dalam hal ini pengusaha yang ingin menjual
makanan/minuman tersebut harus menandatangani kontrak dengan pemilik
franchise , agar bisamenjual makanan/minuman dengan rasa, bentuk, gaya,
dekorasi yang khusus untuk jenis makanan tersebut, tentu saja dengan
membayar royalty.

Sifat Aktiva Tetap

Meskipun semua aktiva memiliki beberapa ciri dasar yang umum, aktiva
tetap memiliki ciri-ciri tambahan sebagai berikut :
1. Aktiva tetap merupakan barang-barang fisik yang dimiliki untuk
memperlancar/mempermudah produksi barang-barang lain atau untuk
menyediakan jasa-jasa bagi perusahaan atau para pelanggannya dalam kegiatan
normal perusahaan.
2. Semua aktiva tetap memiliki usia terbatas, pada akhir usianya harus dibuang atau
diganti.
3. Nilai aktiva tetap berasal dari kemampuannya untuk mengesampingkan pihak lain
dalam mendapatkan hak- hak yang sah atas penggunanya dan bukan dari
pemaksaan dari suatu kontrak.
4. Aktiva tetap seluruhnya nonmoneter : manfaatnya diterima dari penggunaan atau
penjualan jasa-jasa dan bukan dari pengubahannya menjadi sejumlah uang
tertentu.
5. Pada umumnya jasa yang diterima dari ativa tetap meliputi suatu periode yang
lebih panjang dari satu tahun atau satu siklus operasi perusahaan. Akan tetapi
terdapat terkecualian. Misalnya suatu bangunan atau peralatan tidak
klasifikasikan kembali sebagai aktiva lancar bilamana sisa manfaatnya kurang
dari satu tahun. Dalam beberapa kasus seperti halnya,beberapa unsur memiliki
usia asli yang lebih pendek dari pada satu siklus operasi perusahaan.
Tujuan Pelaporan Aktiva Tetap

Unsur-unsur aktiva tetap mempunyai ciri umum dan memiliki beberapa tujuan
pelaporan keuangan yang sama. Salah satu tujuan ini di dasarkan kepada
keseragaman mereka dalam proses akuntansi. Aktiva tetap dimiliki untuk
mendapatkan jasa-jasanya di masa mendatang : karena itu aktiva tetap dibebankan
sebagai biaya usia manfaatnya dengan cara yang sama seperti biaya di bayar
dimuka (prepaid expense). Perbedaan pokok antara biaya dibayar dimuka dan
aktiva tetap terletak pada usia aktiva tersebut. Biaya dibayar dimuka biasanya di
bebankan sebagai ongkos selama siklus kegiatan berjalan atau satu
tahun,tergantung mana yang lebih lama,sedangkan aktiva tetap di bebankan
sebagai biaya selama satu periode yang lebih panjang. Tetapi jika keseragaman
dalam proses akuntansi itu di anggap sebagai tujuan utama klasifikasi maka pos-pos
tidak berwujud yang usianya terbatas mungkin harus di sertakan pula di dalamnya
tetapi klasifikasi menurut proses akuntansi bukanlah tujuan yang relevan.
Tujuan kedua dalam penguraian dan pengukuran pos-pos aktiva tetap adalah
memberikan indikasi jumlah fisik atau kapasitas produksi yang dimiliki perusahaan
dan juga beberapa petunjuk mengenai usia relatifnya serta taksiran masa pakainya
yang akan datang. Semua informasi itu tidak mungkin terpenuhi dengan sejumlah
angka dalam rupiah. Namun demikian untuk aktiva atau aktiva tertentu mungkin
lebih relevan jika digunakan basis penilaian input daripada nilai likuidasinya : dan
suatu penilaian yang di dasarkan pada tafsiran nilai barang atau jasa atau arus kas
di masa mendatang tidak mungkin di pergunakan sebagai pengukur baik secara
teoritis maupun praktis. Suatu jumlah akumulasi penyusutan yang di kurangkan dari
suatu nilai input tidak dapat menghasilkan gambaran yang cukup tentang kondisi
atau usia relatif aktiva tetap tersebut.
Tujuan ketiga adalah tujuan yang penting dari klasifikasi dan penilaian aktiva
tetap untuk menyajikan suatu gambaran mengenai kegiatan suatu perusahaan
sebagaimana pengelompokkan moneter dan aktiva lancar menunjukkan informasi
mengenai kegiatan perusahaan,demikian pula halnya dengan pengelompokkan
investasi dalam pos-pos modal. Jumlah relatif modal yang di tanamkan dalam aktiva
tetap merupakan informasi yang relevan bagi penanam modal dan para
kreditur,karena hal itu mungkin dapat menambah informasi untuk membantu
meramal arus kas di masa depan dan memberikan petunjuk mengenai periode
sebelum perusahaan berkesempatan menanamkan kembali sumber dayanya untuk
penggunaan yang sama atau penggunaan lainnya tanpa adanya keharusan likuidasi
(forced liquidation). Dalam perusaan Public Utility (pelayanan umum seperti
PLN,TELKOM,GAS,dll) dan dalam berbagai perusahaan jasa lainnya,jumlah yang
ditanamkan sebagai pos-pos modal jangka panjang merupakan kelompok terpenting
sebagai sumber daya penghasilan di masa mendatang. Karena alasan inilah maka
sebagian besar public utility menyajikan pos-pos aktiva tetap pada bagian pertama
dalam neraca,mendahului aktiva lancar.
Pos-pos aktiva tetap nonoperasional biasanya disajikan di neraca dalam
kelompok yang terpisah,meskipun masalah penilaian dan penyusutanya sama
dengan aktiva tetap operasi. Karena itu sebagian besar uraian berikut akan dikaitkan
baik dengan unsur-unsur aktiva tetap operasional maupun non operasional.

Harga Perolehan Aktiva Tetap Berwujud


Untuk menentukan besarnya harga perolehan suatu aktiva, berlaku prinsip
yang menyatakan bahwa semua pengeluaran yang terjadi sejak pembelian sampai
aktiva itu siap dipakai harus dikapitalisasi. Karena jenis aktiva itu macam-macam
maka masing-masing jenis mempunyai masalah-masalah khusus yang akan
dibicarakan berikut ini :
1. Tanah
Tanah yang dimiliki dan digunakan sebagai tempat berdirinya perusahaan
dicatat dalam rekening tanah. Apabila tanah itu tidak digunakan dalam usaha
perusahaan maka dicatat dalam rekening investasi jangka panjang. Harga perolehan
tanah terdiri dari berbagai elemen seperti :Harga beli, Komisi pembelian, Bea balik
nama, Biaya penelitian tanah, Iuran-iuran (pajak-pajak) selama tanah belum dipakai,
Biaya merobohkan bangunan lama, Biaya perataan tanah pembersihan dan
pembagian dan Pajak-Pajak yang jadi beban pembelian pada waktu pembelian
2. Bangunan
Gedung yang diperoleh dari pembelian, harga perolehannya harus
dialokasikan pada tanah dan gedung. Biaya yang dikapitalisasi sebagai harga
perolehan gedung adalah :Harga beli, Biaya Perbaikan sebelum gedung itu
dipakai,Komisi pembelian, Bea balik nama, Pajak-Pajak yang menjadi
tanggunganpembeli pada waktu pembelian

3. Alat-Alat Kerja
Alat-alat kerja yang dimiliki bisa berupa alat-alat untuk mesin atau alat-alat
tangan.Yang merupakan harga perolehan mesin dan alat-alat adalah : Harga beli,
Pajak-pajak yang menjadi beban pembeli, Biaya angkut, Asuransi selama dalam
perjalanan, Biaya pemasangan dan Biaya-biaya yang dikeluarkan selama masa
percobaan mesin
4. Pattern dan dies atau Cetakan-Cetakan
Cetakan-cetakan yang dipakai untuk peroduksi dalam beberapa periode dicatat
dalam rekening aktiva tetap dan didepresiasi selam umur ekonomisnya.

5. Perabotan dan Alat-Alat Kantor


Pembelian atau pembuatan alat-alat harus dipisahkan-pisahkan untuk fungsi-
fungsi produksi, penjulaan dan administrasi, sehingga depresiasinya dapat
dibebankan pada maisng-masing fungsi tersebut.

6. Kendaraan
Seperti halnya perabot, maka kendaraan yang dimiliki juga harus dipisahkan
untuk setiap fungsi yang berbeda
.
7. Tempat Barang yang Dapat Dikembalikan
Adalah barang-barang yang dipakai sebagai tempat dari produk yang dijual.

Tujuan Pembelajaran 17.2:


Tujuan Pemeriksaan Aktiva Tetap

Dalam suatu general audit (pemeriksaan umum), pemeriksaan atas aset tetap
mempunyai beberapa tujuan sebagai berikut:
1. Untuk memeriksa apakah terdapat Internal Control yang cukup baik atas aset
tetap
2. Untuk memerikasa apakah aset tetap yang tercantum dalam laporan posisi
keuangan (neraca) betul-betul ada, masih digunakan dan dimiliki oleh
perusahaan.
3. Untuk memeriksa apakah penambahan aset tetap dalam tahun berjalan
(periode yang diperiksa) betul-betul merupakan suatu Capital Expenditure,
diotorisasi oleh pejabat perusahaan yang berwenang didukung oleh bukti-bukti
yang lengkap dan dicatat dengan benar.
4. Untuk memeriksa apakah disposal (penarikan) aset tetap sudah dicatat dengan
benar di buku perusahaan dan telah diotorisasi oleh pejabat perusahaan yang
berwenang.
Disposal dari aset tetap bisa terjadi dalam bentuk penjualan yang akan
menimbulkan rugi/laba penjualan aset tetap, tukar tambah (trade-in) atau
penghapusan aset tetap yang bisa menimbulkan kerugian dari penghapusan
aset tetap, jika aset tetap tersebut masih mempunyai nilai buku.
Kerugian dari trade-in atas aset sejenis dicatat sebagai Loss on Trade-In
sedangkan keuntungan dari trade-in, dicatat sebagai pengurangan dari harga
perolehan atas aset tetap yang baru.
5. Untuk memeriksa apakah pembebanan penyusutan dalam tahun (periode)
yang diperiksa dilakukan dengan cara yang sesuai SAK, konsisten, dan
apakah perhitungannya telah dilakukan dengan benar (secara akurat).
6. Untuk memeriksa apakah ada aset tetap yang dijadikan sebagai jaminan.
Untuk memeriksa apakah penyajian aset tetap dalam laporan keuangan,
sesuai dengan standar akuntansi keuangan di Indonesia (SAK/ETAP/IFRS).

Tujuan Pembelajaran 17.3:


Memahami Prosedur Pemeriksaan Aktiva Tetap

Di banyak perusahaan, terutama perusahaan industri, aset tetap merupakan


jumlah ang sangat besar dari total aset perusahaan. Namun, waktu yang
digunakan akuntan publik untuk memeriksa aset tetap biasanya lebih sedikit
dibandingkan waktu yang digunakan untuk memeriksa perkiraan lainnya seperti
piutang, persediaan, dan lain-lain. Beberapa penyebabnya antara lain:
a. Harga perolehan per unit dari aset tetap biasanya relatif besar dan jumlah
transaksinya dalam setahun biasanya sedikit.
b. Mutasi aset tetap (penambahan dan pengurangan) biasanya jauh lebih sedikit
dibandingkan mutasi piutang dan persediaan.
c. Dalam memeriksa aset tetap, prosedur cut-off bukan merupakan hal yang penting
seperti pemeriksaan atas cut-off transactions dalam pemerikasaan pembalian dan
penjualan persediaan.
Prosedur audit yang akan disebutkan berikut ini berlaku untuk
repeatengagements (penugasan berulang) sehingga dititikberatkan pada
pemeriksaan transaksi tahun berjalan (Periode yang diperiksa).
Untuk first audit (audit pertama kali) bisa dibedakan sebagai berikut:
 Jika tahun sebelumnya perusahaan sudah diaudit oleh kantor akuntan lain, saldo
awal aset tetap bisa dicocokan dengan laporan akuntan terdahulu dan kertas
kerja pemeriksaan akuntan tersebut.
 Jika tahun-tahun sebelumnya perusahaan belum pernah di audit, akuntan publik
harus memeriksa mutasi penambahan dan pengurangan aset tetap, serta metode
dan perhitungan penyusutan aset tetap dilakukan sesuai dengan standar
akuntansi keuangan di Indonesia (SAK/ETAP/IFRS). Tentu saja pemeriksaan
mutasi tahun-tahun sebelumnya dilakukan secara test basis dengan
mengutamakan jumlah yang material.
Prosedur audit atas aset tetap adalah sebagai berikut:
1. Pelajari dan evaluasi internal control atas aset tetap
2. Minta kepada klien Top Schedule serta Supporting Schedule aset tetap, yang
berisikan: saldo awal, penambahan serta pengurangan-pengurangannya dan
saldo akhir, baik untuk harga perolehan maupun akumulasi penyusutan.
3. Periksa footing dan cross footingnya dan cocokkan totalnya dengan General
Ledger atau Sub-Ledger, saldo awal dengan working paper tahun lalu.
4. Vouch penambahan serta pengurangan dari aset tetap tersebut. untuk
penambahan, lihat approvalnya dan kelengkapan supporting documentnya.
Untuk pengurangan lihat otorisasinya dan jurnalnya apakah sudah dicatat dengan
betul, misalnya bila ada keuntungan atau kerugian atas penjualan aset tetap
tersebut. Selain itu, periksa juga penerimaan hasil penjualan aset tetap tersebut.
5. Periksa fisik dari aset tetap tersebut (dengan cara test basis) dan periksa kondisi
dan nomor kode dari aset tetap.
6. Periksa bukti pemilikan aset tetap.
Untuh tanah, gedung, periksa sertifikat tanah dan IMB (Izin Mendirikan
Bangunan) serta SIPB (Surat Izin Penempatan Bangunan).
Untuk mobil, motor, periksa BPKB, STNK-nya.
7. Pelajari dan periksa apakah Capitalization Policy dan Depreciation Policy yang
dijalankan konsisten dengan tahun sebelumnya.
8. Buat analisis tentang perkiraan Repair & Maintenance, sehingga dapat
mengetahui apakah ada pengeluaran yang seharusnya masuk dalam kelompok
Capital Expenditures tetapi dicatat sebagai Revenue Expenditures.
9. Periksa apakah aset tetap tersebut sudah diasuransikan dan apakah Insurance
Coveragenya cukup atau tidak.
10. Tes perhitungan penyusutan, cross reference angka penyusutan dengan biaya
penyusutan yang diperkirakan laba rugi dan periksa alokasi/distribusi biaya
penyusutan.
11. Periksa notulen rapat, perjanjian kredit, jawaban konfirmasi dari bank, untuk
memeriksa apakah ada aset tetap yang dijadikan sebagai jaminan atau tidak.
Bila ada, maka hal ini perlu diungkap dalam catatan atas laporan keuangan.
12. Periksa apakah ada Commitment yang dibuat oleh perusahaan untuk membeli
atau menjual aset tetap.
13. Untuk Construction in Progress, kita periksa penambahannya dan apakah ada
Construction in Progress yang harus ditraansfer ke aset tetap.
14. Jika ada aset tetap yang diperoleh melalui leasing, periksa leasr agreement dan
periksa apakah accounting treatmentnya sudah sesuai dengan standar akuntansi
leasing.
15. Periksa atau tanyakan apakah ada aset tetap yang dijadikan sebagai agunan
kredit di Bank.
16. Periksa penyajiannya dalam laporan keuangan, apakah sesuai dengan standar
akuntansi keuangan di Indonesia (SAK/ETAP/IFRS).
Penjelasan Prosedur Audit
1. Pelajari dan evaluasi internal control atas aset tetap.
Dalam hal ini biasanya auditor menggunakan INTERNAL CONTROL
QUESTIONNARIES. Beberapa cirri Internal Control yang baik atas aset tetap
adalah:
a. Digunakannya anggaran untuk penambahan aset tetap.
Jika ada aset tetap yang ingin dibeli tetapi belum tercantum dianggaran maka
aset tetap tersebut tidak boleh dibeli dahulu.
b. Setiap penambahan dan penarikan aset tetap terlebih dahulu harus diotorisasi
oleh pejabat perusahaan yang berwenang.
c. Adanya kebijakan tertulis dari manajemen mengenai capitalization dan
depreciations policy.
d. Diadakannya kartu aset tetap atau sub buku besar aset tetap yang
mencantumkan tanggal pembelian, nama supplier, harga perolehan, metode dan
persentase penyusutan, jumlah penyusutan, akumulasi penyusutan dan nilai buku
aset tetap.
e. Setiap aset tetap diberi nomor kode.
f. Minimal setahun sekali dilakukan inventarisasi (pemeriksaan fisik aset tetap),
untuk mengetahui keberadaannya dan kondisi dari aset tetap.
g. Bukti-bukti pemilikan aset tetap disimpan ditempat yang aman.
h. Aset tetap diasuransikan dengan jumlah Insurance Coverage (nilai
pertanggungan) yang cukup.
2. Minta kepada client, Top Schedule serta supporting schedule aset tetap.
3. Prosedur audit nomor 3 cukup jelas.
4. Vouched penambahan serta pengurangan aset tetap.
Untuk penambahan aset tetap, selain diperhatikan otorisasi dan kelengkapan
supporting document, harus dilihat apakah penambahan tersebut sudah
tercantum dalam anggaran.
Untuk pengurangan aset tetap harus diperiksa kebenaran journal entrynya.
Misalkan: mesin dengan harga perolehan Rp. 100.000.000 dan akumulasi
penyusutan (sampai dengan tanggal penarikan) Rp. 80.000.000 dijual dengan
harga Rp. 30.000.000 secara tunai.
Journal Enrty yang seharusnya adalah :
DR. Kas Rp. 30.000.000
DR. Akumulasi Penyusutan Mesin Rp. 80.000.000
CR. Mesin Rp. 100.000.000
CR. Laba penjualan Aset Tetap Rp. 10.000.000
Sering kali perusahaan mencatat transaksi tersebut dengan mendebit kas Rp.
30.000.000 dan mengkredit mesin Rp. 30.000.000. auditor juga harus memeriksa
apakah uang kas sebesar Rp.30.000.000 sudah diterima perusahaan dan dicatat
dalam buku penerimaan kas.
5. Periksa fisik dari aset tetap dan perhatikan kondisinya apakah masih dalam
keadaan baik atau sudah rusak.
Tentang pemeriksaan fisik aset tetap secara test basis ada 2 (dua) pendapat:
1) Yang dites hanya penambahan dalam tahun berjalan yang jumlahnya besar.
2) Diutamakan penambahan yang baru serta beberapa aset tetap yang lama.
Pada pendapat pertama memang akan lebih cepat pelaksanaannya, tetapi ada
kelemahannya yaitu bila ada aset tetap yang sudah lama dibeli atau tidak dipakai
lagi, tetapi masih tercantum di dalam daftar aset tetap, maka dengan cara
pertama tidak dapat diketahui.
6. Pemeriksaan bukti pemilikan asset tetap
Dalam hal ini harus dicocokan nomer mesin, chasis, dan nomor polisi kendaraan
yang tercantum di BPKB dan STNK dengan yang terdapat dikendaraan.
Perhatikan juga apakah surat – surat tanah, gedung, kendaraan atas nama
perusahaan.
7. Pelajari dan periksa apakah Capitalization serta Depreciation Policy nya konsisten
dengan tahun sebelumnya. Tentang policy dari Capitalization tersebut ada
beberapa kemungkinan:
1) Berdasarkan jumlahnya, misalnya diatas Rp.500.000,- harus dikapitalisasi.
2) Berdasarkan masamanfaatnya.
3) Campuran antara jumlah dan masa manfaatnya.
Tentang policy dari penyusutan ada beberapa kemungkinan, apakah penyusutan
tersebut dimulai:
- Pada tanggal pembelian
- Pada tanggal pemakaian
- Juga perlu diketahui masa penyusutannya, missal pembelian tanggal 1 sampai
dengan 15 dihitung satu bulan penuh, sedang tanggal 16 sampai dengan 31
dihitung setengah bulan.
8. Analisis perkiraan Repair dan Maintenance
Harus diperhatikan kemungkinan client untuk memperkecil laba dengan mencatat
capital expenditure sebagai revenue expenditure.
9. Periksa kecukupan insurance couverage. Dalam arti jangan sampai terlalu kecil
atau terlalu besar. Jika terlalu kecil ada bahaya bahwa jika terjadi kebakaran,
ganti rugi dari perusahaan asuransi tidak mencukupi untuk membeli asset tetap
(misalkan gedung atau mesin) yang baru sehingga mrngganggu kegiatan operasi
perusahaan. Tentang penilaian cukup tidaknya insurance couverage tersebut
adalah atas dasar jumlah yang mendekati harga pasar.
10. Tes perhitungan penyusutan dan alokasi biaya penyusutan asset tetap
Penyusutan ini biasanya dari asset tetap yang dapat disusutkan, seperti gedung
kantor dan sebagainya, sebab ada juga fixed assets yang tidak dapat disusutkan
seperti tanah hak milik. Tetapi bila tanah tersebut digunakan untuk bahan baku
pembuatan batu bata atau genteng, maka dapat disusutkan yaitu dengan istilah
deplesi.
11. Periksa notulen rapat, perjanjian kredit, jawaban konfirmasi dari bank untuk
memeriksa apakah ada asset tetap yang dijadikan sebagai jaminan atau tidak.
Bila ada, maka hal ini perlu diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan.
12. Periksa apakah ada commitment yang dibuat oleh perusahaan untuk membeli
atau menjual asset tetap.
13. Untuk construction in progress kita periksa penambahannya dan apakah ada
construction in progress yang harus ditransfer ke asset tetap.
14. Jika ada asset tetap yang diperoleh melalui leasing, periksa lease agreement dan
periksa apakah accounting treatmentnya sudah sesuai dengan standar akuntansi
leasing.
15. Periksa apakah ada asset tetap yang dijaminkan
Jika asset tetap dijaminkan berarti bukti pemilikan diserahkan (disimpan) dibank,
sehingga auditor harus memeriksa tanda terima penyerahan bukti – bukti
pemilikan. Selain itu jika ada asset tetap yang dijaminkan harus diungkapkan
dalam catatan atas laporan keuangan.
16. Periksa penyajian asset tetap dalam laporan keuangan apakah sudah sesuai
dengan (SAK/ATAP/IFRS) baik di laporan posisi keuangan (neraca) (cost and
accumulated depreciation), di laba rugi (biaya penyusutan), dicatatan atas laporan
keuangan (kebijakan kapitalisasi dan penyusutan, rincian garis besar asset tetap)
maupun dilampiran (rincian asset tetap).
Contoh penyajiannya:
- Di Laporan posisi keuangan (neraca)
Catatan
31/12/2002 21/12/2001
No.
ASET TETAP:
Rp Rp
Harga Perolehan 2.230.000 2.000.000
9
Akumulasi Rp Rp
Penyusutan 525.000 240.000
Rp Rp
1.705.000 1.760.000

- Di Kebijakan akuntansi
Asset Tetap
Asset tetap dinilai berdasarkan harga perolehan
Perusahaan menyusutkan asset tetapnya dengan menggunakan metode garis
lurus dengan persentase penyusutan sebagai berikut (berdasarkan taksiran masa
manfaat asset tetap):
Gedung : 4% per tahun
Kendaraan : 25% per tahun
Mesin : 20% per tahun
Peralatan kantor : 10% per tahun
Penyusutan dihitung setahun penuh tanpa memperhatikan tanggal pembeliannya.
Biaya pemeliharaan dan perbaikan rutin dibebankan pada perhitungan laba rugi
pada saat terjadinya, sedangkan biaya pemugaran dan penambahan dalam
jumlah besar dikapitalisasi,
- Di Catatan atas laporan keuangan
Asset tetap
Saldo asset tetap per 31 Desember 2010 dan 2009 terdiri atas:
31 Desember 2010
Harga Akumulasi
Nilai Buku
Perolehan Penyusutan
Rp Rp
Tanah 400.000 - 400.000
Rp Rp Rp
Gedung 500.000 40.000 460.000
Rp Rp Rp
Kendaraan 280.000 120.000 160.000
Rp Rp Rp
Mesin 900.000 340.000 560.000
Peralatan Rp Rp Rp
Kantor 150.000 25.000 125.000
Rp Rp Rp
2.230.000 525.000 1.705.000

31 Desember 2009
Harga Akumulasi Nilai
Perolehan Penyusutan Buku
Rp
Tanah Rp 400.000 - 400.000
Rp Rp
Gedung Rp 500.000 20.000 480.000
Kendaraan Rp 280.000 Rp Rp
50.000 150.000
Rp Rp
Mesin Rp 900.000 160.000 640.000
Peralatan Rp Rp
Kantor Rp 150.000 10.000 90.000
Rp Rp
Rp 2.230.000 240.000 1.760.000

Beban penyusutan untuk tahun 2010 dan tahun 2009 masing-masing sebesar
Rp.525.000,- dan Rp.240.000,-.
Gedung dan mesin dijadikan jaminan kredit di Bank Mandiri.
Menurut SAK RTAP (IAI, 2009:75):
Entitas harus mengungkapkan untuk setiap kelompok asset tetap:
(a) Dasar pengukuran yang digunakan untuk menentukan jumlah tercatat bruto.
(b) Metode penyusutan yang digunakan.
(c) Umur manfaat atau tariff penyusutan yang digunakan.
(d) Jumlah tercatat bruto dan akumulasi penyusutan (agregat dengan akumulasi
kerugian penurunan nilai) pada awal dan akhir periode.
(e) Rekonsiliasi jumlah tercatat pada awal dan akhir periode yang menunjukan:
o Penambahan
o Pelepasan
o Kerugian penurunan nilai yang diakui atau dipulihkan dalam laporan laba rugi
sesuai dengan penurunan nilai asset.
o Penyusutan
o Perubahan lainnya.
Entitas juga harus mengungkapkan:
(a) Keberadaan dan jumlah pembatasan atas hak milik, dan set tetap yang
dijaminkan untuk utang.
(b) Jumlah komitmen kontrak untuk memperoleh asset tetap.

C. SOAL LATIHAN/TUGAS

1. Apakah terdapat perbedaan pemeriksaan untuk aktiva tetap berwujud dan aktiva
tetap tidak berwujud? Jabarkan dan jelaskan secara terinci prosedur
pemeriksaannya terkait dengan kertas kerja pemeriksaan aktiva tetap berwujud
dan tidak berwujud!

2. Terkait dengan IFRS terdapat beberapa penyesuaian dalam pelaporan


keuangan yang pada akhirnya mempengaruhi sistematika pemeriksaan kertas
kerja pemeriksaan aktiva tetap berwujud dan tidak berwujud. Jelaskan secara
terinci pengaruh IFRS tersebut, dari akun yang timbul hingga keterkaitannya
dengan kertas kerja pemeriksaan lainnya!

3. Apakah manfaat dari pemeriksaan aktiva tetap berwujud dan tidak berwujud?
Sebutkan dan jelaskan kertas kerja apa saja yang saling terkait dengan kertas
kerja pemeriksaan aktiva tetap berwujud dan tidak berwujud!

DAFTAR PUSTAKA

 Sukrisno Agoes, Auditing: Petunjuk Praktis Pemeriksaan Akuntan oleh


Akuntan Publik Buku 1 dan 2, Edisi 4, Salemba Empat, Jakarta, 2012
 Mulyadi, Auditing Buku 1 dan 2 , Edisi 6, Salemba Empat, Jakarta, 2013
 Alvin A. Arens, Randal J.Elder, Mark S.Beasley, Buku 1 dan 2 , Airlangga,
Jakarta, 2006

Anda mungkin juga menyukai