Anda di halaman 1dari 13

BAB III

GAMBARAN KEUANGAN DAERAH

Pengelolaan keuangan daerah merupakan keseluruhan kegiatan yang


meliputi perencanaan, penganggaran, pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan,
pertanggungjawaban, dan pengawasan Keuangan Daerah. Pengaturan mengenai
pengelolaan keuangan daerah mengacu pada ketentuan peraturan
perundangundangan, yaitu diantaranya Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003
tentang Keuangan Negara, Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang
Perbendaharaan Negara, Undang-Undang Nomor 15 tahun 2004 tentang
Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara, dan
UndangUndang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan
Pembangunan Nasional, Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang
Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah,
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah
sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor
9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun
2014 tentang Pemerintahan Daerah, Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 2019
tentang Pengelolaan Keuangan Daerah, dan beberapa peraturan perundang-
perundangan yang terkait lainnya, seperti Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor
77 tahun 2020 tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Keuangan Daerah, Peraturan
Menteri Dalam Negeri Nomor 64 tahun 2020 tentang Pengukuran Indeks
Pengelolaan Keuangan Daerah, Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 70 tahun
2019 tentang Sistem Informasi Pemerintah Daerah, Peraturan Menteri Dalam
Negeri Nomor 90 tahun 2019 tentang Klasifikasi, Kodefikasi dan Nomenklatur
Perencanaan Pembangunan dan Keuangan Daerah serta Keputusan Menteri
Dalam Negeri Nomor 050-3708 Tahun 2020 tentang Hasil Verifikasi dan Validasi
Pemutakhiran Klasifikasi, Kodefikasi dan Nomenklatur Perencanaan
Pembangunan dan Keuangan Daerah. Berdasarkan regulasi-regulasi tersebut,
dinyatakan bahwa engelolaan keuangan daerah merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dari penyelenggaraan Urusan Pemerintahan yang menjadi
kewenangan daerah yang dilakukan secara tertib, taat pada ketentuan peraturan

49
perundang-undangan, efisien, ekonomis, efektif, transparan, dan bertanggung
jawab dengan memperhatikan rasa keadilan, kepatutan, dan manfaat untuk
masyarakat, sehingga untuk menjamin kesinambungan penyelenggaraan program-
program pembangunan daerah maka diperlukan pengelolaan keuangan daerah
secara tepat dan berkelanjutan. Sehubungan dengan hal tersebut maka dalam
rangka penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)
Kabupaten Tolitoli Tahun 2021-2026, bab ini akan memberikan gambaran tentang
sejauhmana kinerja keuangan Kabupaten Tolitoli pada Tahun 2016-2020 serta
seberapa besar kapasitas atau kemampuan keuangan daerah dalam mendanai
penyelenggaraan pembangunan daerah pada tahun-tahun selanjutnya, khususnya
untuk tahun 2021-2026.

3.1. Analisis Kinerja Keuangan Masa Lalu


Untuk mendapatkan gambaran yang komprehensif tentang kinerja
keuangan masa lalu Kabupaten Tolitoli maka dilakukan analisis terhadap
perkembangan pertumbuhan pendapatan, belanja dan pembiayaan selama tahun
2016-2020.

3.1.1. Kinerja Pelaksanaan APBD


Pelaksanaan APBD merupakan salah satu tahapan pengelolaan keuangan
daerah yang menggambarkan tentang sistem dan prosedur pelaksanaan APBD,
khususnya sejauhmana realisasi atas anggaran pendapatan, belanja dan
pembiayaan daerah yang telah ditetapkan dalam proses perencanaan dan
penganggaran sebelumnya. Pendapatan daerah adalah semua penerimaan
Rekening Kas Umum Daerah yang menambah Saldo Anggaran Lebih dalam
periode tahun anggaran yang bersangkutan yang menjadi hak pemerintah daerah
dan tidak perlu dibayar kembali oleh pemerintah daerah. Sebagaimana dinyatakan
dalam Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004, Perimbangan keuangan antara
Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah adalah suatu sistem pembagian
keuangan yang adil, proporsional, demokratis, transparan, dan efisien dalam
rangka pendanaan penyelenggaraan desentralisasi, dengan mempertimbangkan
potensi, kondisi, dan kebutuhan daerah, serta besaran pendanaan penyelenggaraan

50
Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan. Perimbangan Keuangan merupakan bagian
pengaturan yang tidak terpisahkan dari sistem Keuangan Negara, dan
dimaksudkan untuk mengatur sistem pendanaan atas kewenangan pemerintahan
pusat yang diserahkan, dilimpahkan, dan ditugasbantukan kepada Daerah.
Pendapatan daerah dapat digolongkan menjadi Pendapatan Asli Daerah (PAD),
Dana Perimbangan dan Lain-lain Pendapatan Daerah.
PAD merupakan pendapatan daerah yang bersumber dari pelaksanaan hak
dan kewajiban pemerintah daerah, serta pemanfaatan potensi atau sumber daya
daerah, baik yang dimiliki oleh Pemerintah daerah maupun yang terdapat di
wilayah daerah bersangkutan, yang mana pemungutannya merupakan tanggung
jawab pemerintah daerah. PAD bertujuan untuk memberikan keleluasaan kepada
Daerah dalam menggali pendanaan dalam pelaksanaan otonomi daerah sebagai
perwujudan asas Desentralisasi, yang mana Komponennya terdiri dari: Pajak
Daerah, Retribusi Daerah, hasil pengelolaan kekayaan Daerah yang dipisahkan
dan lain-lain PAD yang sah.
Pajak Daerah adalah kontribusi wajib kepada daerah yang terutang oleh
orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang,
dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk
keperluan daerah bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Retribusi daerah
adalah pungutan Daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin
tertentu yang khusus disediakan dan/atau diberikan oleh Pemerintah Daerah untuk
kepentingan orang pribadi atau Badan. Perbedaan utama antara pajak daerah dan
retribusi daerah terletak pada imbal jasanya. Kekayaan daerah yang dipisahkan
adalah bagian dari aset pemerintah daerah yang digunakan sebagai penyertaan
modal pemerintah daerah pada perusahaan atau badan usaha, baik badan usaha
milik negara/daerah (BUMN/BUMD) maupun badan usaha milik swasta atau
kelompok usaha masyarakat. Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan
berupa bagian laba yang dibagikan (deviden) dari perusahaan atau badan usaha
yang bersangkutan. Lain-lain PAD yang sah merupakan pendapatan daerah yang
tidak dapat dikategorikan sebagai pajak daerah, retribusi dan hasil pengelolaan
kekayaan daerah yang dipisahkan, namun masih termasuk dalam kategori PAD.

51
Dana Perimbangan adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN
yang dialokasikan kepada Daerah untuk mendanai kebutuhan Daerah dalam
rangka pelaksanaan Desentralisasi, yang bersumber dari APBN yang terdiri atas
Dana Bagi Hasil (DBH), Dana Alokasi Umum (DAU), dan Dana Alokasi Khusus
(DAK). Ketiga komponen Dana Perimbangan ini merupakan sistem transfer dana
dari Pemerintah pusat serta merupakan satu kesatuan yang utuh. Selain
dimaksudkan untuk membantu Daerah dalam mendanai kewenangannya, juga
bertujuan untuk mengurangi ketimpangan sumber pendanaan pemerintahan antara
Pusat dan Daerah dan kesenjangan pendanaan pemerintahan antar Daerah.
Awalnya, pendanaan tersebut menganut prinsip money follows function,
yang mengandung makna bahwa pendanaan mengikuti fungsi pemerintahan yang
menjadi kewajiban dan tanggung jawab masing-masing tingkat pemerintahan.
Namun, seiring dengan perubahan paradigma pemerintahan maka saat ini dirubah
menjadi money follow program yang merupakan pendekatan penganggaran yang
lebih fokus pada program atau kegiatan yang terkait langsung dengan prioritas
nasional serta memberikan dampak langsung bagi masyarakat.
Kelompok lain-lain pendapatan daerah yang sah dibagi menurut jenis
pendapatan dapat mencakup: (i) hibah yang berasal dari pemerintah, pemerintah
daerah lainnya, badan/lembaga/organisasi swasta dalam negeri, kelompok
masyarakat/ perorangan, dan lembaga luar negeri yang tidak mengikat; (ii). Dana
darurat dari pemerintah pusat dalam bencana nasional dan/atau peristiwa luar
biasa yang tidak dapat ditanggulangi oleh daerah dengan menggunakan sumber
APBD; (iii). Dana penyesuaian dan dana otonomi khusus yang ditetapkan oleh
pemerintah; (iv). Dana bagi hasil pajak dari provinsi kepada kabupaten/kota; dan
(v). Bantuan keuangan dari provinsi atau dari pemerintah daerah lainnya.
Sementara itu, Belanja Daerah adalah semua pengeluaran dari Rekening
Kas Umum Daerah yang mengurangi Saldo Anggaran Lebih dalam periode tahun
anggaran bersangkutan yang tidak akan diperoleh pembayarannya kembali oleh
pemerintah daerah. Belanja Daerah untuk mendanai pelaksanaan Urusan
Pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah, yang terdiri atas Urusan
Pemerintahan Wajib dan Urusan Pemerintahan Pilihan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan. Urusan Wajib terdiri atas Urusan Wajib yang

52
terkait Pelayanan Dasar dan Urusan Wajib yang tidak terkait langsung dengan
Pelayanan Dasar. Sedangkan Urusan Pilihan merupakan urusan sesuai dengan
potensi yang dimiliki Daerah.
Belanja Daerah dialokasikan dengan memprioritaskan pendanaan Urusan
Wajib terkait Pelayanan Dasar dalam rangka pemenuhan Standar Pelayanan
Minimal (SPM). Sedangkan pendanaan Urusan yang tidak terkait dengan
Pelayanan Dasar dan urusan pilihan dialokasikan sesuai dengan kebutuhan daerah,
prioritas daerah dan potensi yang dimiliki Daerah. Selain itu, dalam rangka
penentuan rencana kerja dan anggaran Belanja Daerah juga harus berpedoman
pada standar harga satuan regional, analisis standar belanja, dan/atau standar
teknis sesuai dengan ketentuan peraturan perundang undangan.
Untuk mendapatkan gambaran tentang kinerja pelaksanaan APBD pada
Kabupaten Tolitoli tahun 2016 – 2020 dapat dilihat pada tabel 3.1 berikut.

53
Tabel 3.1 menunjukkan bahwa walaupun pada tahun 2018 dan 2020
sempat terjadi penurunan total pendapatan daerah namun jika berdasarkan ratarata
pertumbuhan selama tahun 2016-2020 dapat dikatakan bahwa secara umum
keseluruhan pendapatan daerah kabupaten Tolitoli mengalami peningkatan dari
tahun 2016 – 2020 dengan rata-rata pertumbuhan sebesar 4,43 persen.
Kecuali pendapatan yang bersumber dari Dana Alokasi umum yang
mengalami rata-rata pertumbuhan negatif sebesar -1,30 persen akibat penurunan
yang drastis atas pendapatan transfer tahun 2020, namun seluruh komponen utama
pendapatan daerah Kabupaten Tolitoli mengalami rata-rata pertumbuhan positif,
yang diantaranya ditandai dengan pertumbuhan PAD sebesar 10,89 persen,
Pendapatan transfer sebesar 1,81 persen dan Lain-lain pendapatan daerah yang sah
sebesar 21,87 persen.
Gambar 3.1
Perkembangan Komposisi Masing-masing Jenis Pendapatan Daerah
Terhadap Total Pendapatan Daerah Kabupaten Tolitoli
Tahun 2016 s/d Tahun 2020

Terkait dengan komposisi masing-masing jenis pendapatan daerah


dibandingkan total pendapatan daerah, sebagaimana pada gambar 3.1 dapat dilihat
bahwa proporsi PAD terhadap total pendapatan daerah kabupaten Tolitoli hanya
berkisar antara 6,88 – 9,08 persen. Komposisi terbesar bersumber dari pendapatan
transfer, yaitu berkisar antara 77,31– 85,60 persen. Sedangkan komposisi
pendapatan yang bersumber dari lain-lain pendapatan daerah yang sah berkisar
antara 7,52 – 13,94 persen. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat kemandirian
daerah pada Kabupaten Tolitoli masih dalam kategori rendah, sehingga pendanaan

54
pelaksanaan aktivitasnya masih lebih banyak bertumpu pada pendanaan yang
bersumber dari dana perimbangan.
Selain pendapatan daerah, Tabel 3.1 juga menunjukkan bahwa secara
umum belanja daerah dan transfer daerah kabupaten Tolitoli mengalami
peningkatan dari tahun 2016 – 2020 dengan rata-rata pertumbuhan masingmasing
sebesar 3,32 persen dan 6,70 persen. Peningkatan tersebut terjadi baik pada
kelompok belanja operasi, belanja modal dan belanja tidak terduga, maupun pada
kelompok transfer bagi hasil pajak daerah dan transfer bantuan keuangan.
Peningkatan terbesar terjadi pada kelompok belanja tidak terduga dengan ratarata
pertumbuhan sebesar 76,28 persen, yang mana hal ini diakibatkan karena
pendanaan penanggulangan bencana dan bencana non alam yang menimpa
Kabupaten Toli-toli pada tahun 2020.
Terkait dengan komposisi masing-masing jenis belanja dan transfer daerah
dibandingkan total belanja daerah ditambah dengan transfer daerah pada tahun
2016 – 2020, sebagaimana pada gambar 3.2 dapat dilihat bahwa komposisi
belanja terbesar adalah belanja operasi yang berkisar antara 61,23 persen - 70,86
persen. Komposisi belanja modal berkisar antara 16,24 persen – 24,16 persen,
sedangkan komposisi belanja tak terduga berkisar antara 0,03 persen – 1,72
persen. Sementara itu, komposisi kelompok transfer bantuan keuangan berkisar
antara 11,92 persen – 14,44 persen, dan kelompok transfer bagi hasil hanya
terdapat realisasi pada tahun 2020 dengan komposisi sebesar 0.06 persen.
Gambar 3.2
Komposisi Realisasi Masing-masing Jenis Belanja & Transfer Terhadap
Total Belanja Daerah dan Transfer Kabupaten Tolitoli Tahun 2016 s/d Tahun
2020

55
3.2. Kebijakan Pengelolaan Keuangan Masa Lalu
3.2.1. Proporsi Penggunaan Anggaran
Pada realisasi belanja daerah, terdapat kelompok belanja yang khusus
diperuntukkan untuk memenuhi kebutuhan aparatur (eksekutif dan legislatif), baik
untuk membiayai pembayaran gaji tunjangan, tambahan penghasilan, insentif,
honorarium, lembur, pendidikan, kursus, biaya operasional kantor maupun untuk
pembelian fasilitas kerja aparatur. Untuk mengetahui sejauhmana tingkat
pemenuhan kebutuhan aparatur Kabupaten Tolitoli maka dilakukan perbandingan
antara proporsi belanja pemenuhan kebutuhan aparatur dengan total pengeluaran
daerah (akumulasi dari total belanja daerah ditambah dengan pembiayaan
pengeluaran) sebagaimana dapat dilihat pada tabel 3.2 berikut.

Tabel 3.2
Analisis Proporsi Belanja Pemenuhan Kebutuhan Aparatur Tahun 2016 s/d
Tahun 2020 Kabupaten Tolitoli (Dalam ribuan rupiah)

Tabel 3.2 menunjukkan bahwa baik total pengeluaran daerah maupun total
belanja pemenuhan kebutuhan aparatur mengalami peningkatan dari tahun 2016 –
2019, namun demikian, pada tahun 2020 mengalami penurunan jumlah baik total
pengeluaran daerah maupun total belanja pemenuhan kebutuhan aparatur.
Sementara itu, prosentase belanja pemenuhan kebutuhan aparatur terhadap total
pengeluaran daerah mengalami penurunan dari 64,23 persen pada tahun 2016
menjadi sekitar 52,12 persen pada tahun 2020. Hal ini menunjukkan bahwa pada

56
tahun 2020, Pemerintah Kabupaten Tolitoli telah mampu melakukan peningkatan
efisiensi belanja daerah, khususnya untuk pemenuhan kebutuhan aparatur daerah.

3.2.2. Analisis Pembiayaan Daerah


Pembiayaan Daerah adalah semua penerimaan yang perlu dibayar kembali
dan/atau pengeluaran yang akan diterima kembali, baik pada tahun anggaran yang
bersangkutan maupun pada tahun-tahun anggaran berikutnya. Pembiayaan daerah
terdiri dari penerimaan pembiayaan dan pengeluaran pembiayaan. Penerimaan
Pembiayaan daerah diantaranya bersumber dari: Sisa Lebih Perhitungan Anggaran
(SiLPA), pencairan dana cadangan, hasil penjualan kekayaan daerah yang
dipisahkan, penerimaan pinjaman daerah, penerimaan kembali pemberian
pinjaman daerah, dan/atau penerimaan pembiayaan lainnya sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan. Sedangkan pengeluaran pembiayaan
diantaranya dapat digunakan untuk: pembayaran cicilan pokok utang yang jatuh
tempo, penyertaan modal daerah, pembentukan dana cadangan, pemberian
pinjaman daerah.
Tujuan utama pembiayaan adalah untuk menutup defisit atau
memanfaatkan seefektif mungkin surplus anggaran, sehingga untuk menentukan
nilai defisit riil dilakukan dengan cara mengurangkan pendapatan daerah dengan
belanja daerah dan pengeluaran pembiayaan daerah. Adapun gambaran tentang
defisit riil anggaran Kabupaten Tolitoli tahun 2016 – 2020 disajikan pada tabel 3.3.,
berikut.
Tabel 3.3
Analisis Defisit Riil Anggaran Tahun 2016 s/d Tahun 2020
Kabupaten Tolitoli (Dalam ribuan rupiah)

57
Tabel 3.3 menunjukkan bahwa defisit riil anggaran Kabupaten Tolitoli
mengalami fluktuatif selama tahun 2016 – 2020. Pada tahun 2017, 2018 dan 2020
menunjukkan defisit riil yang positif, sedangkan pada tahun 2016 dan 2019 defisit
riil anggaran menunjukkan angka yang negatif.

3.3. Kerangka Pendanaan


Analisis kerangka pendanaan bertujuan untuk menghitung kapasitas riil keuangan
daerah yang akan dialokasikan untuk pendanaan program pembangunan jangka
menengah daerah selama 5 (lima) tahun ke depan, terutama selain belanja wajib
dan pengeluaran yang wajib mengikat serta prioritas utama, seperti belanja untuk
urusan wajib yang tidak terkait langsung dengan pelayanan dasar serta belanja
untuk urusan pilihan, yang sebagian besarnya merupakan kelompok belanja tidak
langsung.
Untuk mendapatkan gambaran terkait kerangka pendanaan untuk tahun
2021-2026 di Kabupaten Tolitoli diperlukan perhitungan terhadap kapasitas riil
kemampuan keuangan daerah yang didasarkan pada proyeksi Anggaran
Pendapatan Belanja Daerah.

3.3.1. Proyeksi Pendapatan dan Belanja


Seiring dengan ditetapkannya Pandemi Covid-19 sebagai bencana non
alam nasional pada tahun 2020 maka arah kebijakan fiskal Pemerintah Tahun
Anggaran 2021 ditetapkan dengan tema “Percepatan Pemulihan Sosial-Ekonomi
dan Penguatan Reformasi untuk Keluar dari Middle Income Trap”, dengan uraian
sebagai berikut:
1. Reformasi Pendapatan Reformasi kebijakan di bidang pendapatan antara
lain mendukung pemulihan dunia usaha dan optimalisasi melalui inovasi
kebijakan serta mitigasi dampak untuk percepatan pemulihan ekonomi dan
restrukturisasi transformasi ekonomi;
2. Recovery dan Reformasi Belanja Recovery dan reformasi kebijakan di
bidang belanja antara lain:
a. Pendidikan yaitu peningkatan kualitas SDM, ICT, Litbang dan
infrastruktur pendidikan menuju industry 4.0 (knowledge economy);

58
b. Kesehatan yaitu pemulihan dan penguatan sistem kesehatan dan health
security preparedness;
c. Program Perlindungan Sosial yaitu pemulihan dan penguatan program
bansos dan pengalihan subsidi;
d. Transfer Ke Daerah dan Dana Desa (TKDD) yaitu quality control
TKDD, mendorong Pemerintah Daerah dalam pemulihan ekonomi dan
kesehatan, pendidikan;
e. Fokus program prioritas (zero based), berorientasi hasil (result based),
efisiensi dan antisipatif (automatic stabilizer).
Oleh karena itu, penyusunan proyeksi anggaran pendapatan belanja daerah
Kabupaten Tolitoli untuk tahun 2021-2026 didasarkan pada prinsipprinsip sebagai
berikut:
a. Sesuai dengan kebutuhan penyelenggaraan urusan pemerintahan yang
menjadi kewenangan daerah dan kemampuan pendapatan daerah;
b. Tidak bertentangan dengan kepentingan umum dan peraturan
perundangundangan yang lebih tinggi;
c. Berpedoman pada dokumen perencanaan daerah, termasuk visi, misi,
tujuan dan program strategis daerah;
d. Dilakukan secara tertib, efisien, ekonomis, efektif, transparan, dan
bertanggung jawab dengan memperhatikan rasa keadilan, kepatutan,
manfaat untuk masyarakat dan taat pada ketentuan peraturan
perundang-undangan.
3.3.2. Perhitungan Kerangka Pendanaan
Dalam menghitung kapasitas riil, proyeksi pendapatan daerah dikurangkan
dengan belanja penunjang urusan Pemerintah, termasuk untuk gaji dan tunjangan
pegawai serta pengadaan sarana dan prasarana dalam rangka mendukung aktivitas
pelayanan publik yang dilaksanakan oleh Pemerintah Kabupaten Tolitoli tahun
2021-2026 Selain belanja tidak langsung, untuk mendapatkan nilai kapasitas riil,
juga dikurangkan dengan rencana pengeluaran pembiayaan daerah, sehingga dana
kapasitas riil dapat menggambarkan dana riil yang dapat dialokasikan untuk
pembiayaan program-program prioritas Pemerintah Kabupaten Tolitoli selama
tahun 2021-2026. Adapun gambaran kapasitas riil kemampuan keuangan daerah

59
Kabupaten Tolitoli yang diproyeksikan pada tahun 2021-2026 disajikan pada
tabel 3.4.berikut

60
Tabel 3.4 menunjukkan bahwa kapasitas riil kemampuan keuangan Daerah
untuk mendanai Pembangunan Daerah di Kabupaten Tolitoli tahun 2021- 2026
diproyeksikan akan mengalami peningkatan setiap tahunnya. Dari Rp.
574.452.877.970,00 pada tahun 2021, diproyeksikan meningkat menjadi Rp.
681.791.258.482,82 pada tahun 2026. Nilai kapasitas riil kemampuan keuangan
Daerah Kabupaten Tolitoli yang diproyeksikan tersebut selanjutnya menjadi dasar
untuk mengalokasikan dana dalam rangka mendukung penyelenggaraan program
dan kegiatan yang menjadi prioritas daerah, yang mana prioritas tersebut dibagi
dalam dua kategori, yaitu prioritas I dan II.
Prioritas I merupakan program dan kegiatan untuk mendukung
penyelenggaraan urusan wajib terkait pelayanan dasar, seperti pendidikan,
kesehatan, pekerjaan umum dan penataan ruang, perumahan rakyat dan kawasan
permukiman, ketenteraman, ketertiban umum, dan pelindungan masyarakat, dan
sosial. Sehubungan dengan hal tersebut, Pemerintah daerah wajib mengalokasikan
belanja daerah untuk mendanai urusan pemerintahan daerah yang besarannya
telah ditetapkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan, terutama
dalam bidang pendidikan dan kesehatan. Misalnya, dalam rangka peningkatan
pelayanan bidang pendidikan, Pemerintah Daerah secara konsisten dan
berkesinambungan wajib mengalokasikan anggaran fungsi pendidikan paling
sedikit 20 persen dari belanja daerah. Begitupula dalam rangka peningkatan
pelayanan bidang kesehatan, Pemerintah Daerah secara konsisten dan
berkesinambungan harus mengalokasikan anggaran kesehatan minimal 10 persen
dari total belanja APBD diluar gaji. Prioritas II merupakan program dan kegiatan
inovasi daerah serta unggulan SKPD sebagai bagian dari perwujudan Visi-Misi
Kepala Daerah. Adapun gambaran rencana pendanaan prioritas I dan II di
Kabupaten Tolitoli tahun 2021-2026 digambarkan pada tabel 3.5 berikut.

61

Anda mungkin juga menyukai