Anda di halaman 1dari 3

JAWABAN ADMINISTRASI KEUANGAN

1. Pemegang kekuasaan atas pengelolaan keuangan daerah untuk contoh kasus Pemerintah
Kota Batu adalah walikota karena berdasarkan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003
tentang Keuangan Negara pasal 6 ayat (2) huruf c menyatakan bahwa kekuasaan
keuangan negara diserahkan kepada gubernur/bupati/wali kota selaku kepala
pemerintahan daerah untuk mengelola keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah
dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan.
Adapun Pemegang kekuasaan pengelolaan keuangan daerah mempunyai kewenangan
atau tugas diantaranya:
a. Menyusun rancangan peraturan daerah (Perda) tentang APBD, rancangan Perda
tentang perubahan APBD, dan rancangan Perda tentang pertanggungjawaban
pelaksanaan APBD;
b. Mengajukan rancangan Perda tentang APBD, rancangan Perda tentang perubahan
APBD, dan rancangan Perda tentang pertanggungjawaban pelaksanaan APBD
kepada DPRD untuk dibahas bersama;
c. Menetapkan Perda tentang APBD, rancangan Perda tentang perubahan APBD, dan
rancangan Perda tentang pertanggungjawaban pelaksanaan APBD yang telah
mendapat persetujuan bersama DPRD;
d. Menetapkan kebijakan terkait pengelolaan keuangan daerah;
e. Mengambil tindakan tertentu dalam keadaan mendesak terkait pengelolaan keuangan
daerah yang sangat dibutuhkan oleh daerah dan/atau masyarakat;
f. Menetapkan kebijakan pengelolaan APBD;
g. Menetapkan KPA;
h. Menetapkan Bendahara Penerimaan dan Bendahara Pengeluaran;
i. Menetapkan pejabat yang bertugas melakukan pemungutan pajak daerah dan
retribusi daerah;
j. Menetapkan pejabat yang bertugas melakukan pengelolaan utang dan piutang daerah;
k. Menetapkan pejabat yang bertugas melakukan pengujian atas tagihan dan
memerintahkan pembayaran;
l. Menetapkan pejabat lainnya dalam rangka pengelolaan keuangan daerah sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan; dan
2. Teori anggaran Berbasis Kinerja merupakan metode penganggaran bagi manajemen
untuk mengaitkan setiap biaya yang dituangkan dalam kegiatan-kegiatan dengan manfaat
yang dihasilkan. Manfaat tersebut dideskripsikan pada seperangkat tujuan dan sasaran
yang dituangkan dalam target kinerja pada setiap unit kerja. Anggaran berbasis
kinerja berorientasi pada hasil capaian dari kinerja yang dihasilkan sesuai dengan
Rencana Kerja Tahunan (RKT) yang dituangkan dalam RKA (Rencana Kerja Anggaran)
untuk mendukung pencapaian hasil yang efektif dan efisien dengan menggunakan
sumber dana yang ada.
Proses perencanaan dan penyusunan APBD, mengacu pada PP Nomor 58 Tahun 2005
tentang Pengelolaan Keuangan Daerah, secara garis besar sebagai berikut: (1)
penyusunan rencana kerja pemerintah daerah; (2) penyusunan rancangan kebijakan
umum anggaran; (3) penetapan prioritas dan plafon anggaran sementara; (4) penyusunan
rencana kerja dan anggaran SKPD; (5) penyusunan rancangan perda APBD; dan (6)
penetapan APBD.
Menurut saya, banyak instansi pemerintah khususnya di pemerintah kabupaten/kota
belummenerapkan sistem penganggaran berbasis kinerja, meskipun pemerintah telah
mengeluarkan peraturanmengenai sistem anggaran berbasis kinerja sejak tahun2005,
namun pelaksanaannya masih pada instansi pemerintah di lingkup kementerian dan
lembaga.Hal ini dibuktikan dengan LAKIP (Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi
Pemerintah) yang belum memberikaninformasi tentang kinerja yang terukur dan
masihbanyak yang bersifat formalitas. Bahkan kepala daerahbelum memahami
pentingnya sistem anggaran berbasis kinerja, mereka hanya memahami bahwa
keberhasilanpelaksanaan program dan kegiatan pembangunan diukur dari kemampuan
sebuah SKPD dalam menghabiskan anggaran yang dialokasikan pada RKA tanpa
melakukan pengukuran atas pencapaian kinerja.
3. Analisis tabel pendapatan pemerintah daerah B
a. Berdasarkan tabel tersebut dapat diketahui bahwa kemandirian keuangan daerah
sudah efektif karena menunjukkan kemampuan pemerintah daerah dalam membiayai
sendiri kegiatan pemerintahan, pembangunan, dan pelayanan kepada masyarakat yang
telah membayar pajak dan retribusi sebagai sumber pendapatan daerah yang berasal
dari sumber lain, misalnya bantuan pemerintah pusat ataupun dari pinjaman.
Kemandirian keuangan daerah ditunjukkan oleh besar kecilnya Pendapatan Asli
Daerah (PAD) dibandingkan dengan pendapatan daerah yang berasal dari sumber
lain.
b. Ada empat factor yang mempengaruhi Pendapatan Asli Daerah, yaitu hasil pajak
daerah, hasil retribusi daerah, hasil perusahaan milik daerah dan hasil pengelolaan
milik daerah yang dipisahkan, dan lain-lain PAD yang sah. Namun demikian,
mengingat pentingnya faktor keuangan dalam setiap penyelenggaraan pe-merintahan
dan pembangunan, karena tidak ada kegiatan pemerintahan dan pembangunan yang
tidak mem-butuhkan biaya (dana), maka kepada daerah diwajibkan untuk menggali
sumber keuangan sendiri berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku
4. Terdapat perbedaan alokasi Dana Alokasi Umum (DAU) yang diterima oleh Pemerintah
Daerah karena terdapat hubungan keuangan antara pemerintah pusat dan daerah yaitu
sebagai suatu sistem yang mengatur bagaimana caranya sejumlah dana dibagi di antara
berbagai tingkat pemerintah serta bagaimana caranya mencari sumber-sumber
pemberdayaan daerah untuk menunjang kegiatan-kegiatan sektor publiknya. Selain itu,
perimbangan keuangan antara pemerintah dan pemerintahan Daerah dilakukan dalam
rangka pendanaan penyelenggaraan asas Desentralisasi, Dekonsentrasi, dan Tugas
Pembantuan.

Anda mungkin juga menyukai