Anda di halaman 1dari 17

Kegiatan Belajar 3

PERBENDAHARAAN NEGARA

a. Tujuan Kegiatan Pembelajaran


Mahasiswa dapat memahami, menganalisis, dan menerapkan secara
mendalam Mengenai Perbendaharaan Pemerintah.
b. Uraian Materi
1. Sekilas tentang Perbendaharaan Pemerintah
Perbendaharaan Pemerintah diatur berdasarkan Undang-Undang
Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara. Dalam Undang-
Undang Nomor 1 tahun 2004 memuat ketentuan mengenai pengelolaan dan
pertanggungjawaban Keuangan Negara dalam rangka pelaksanaan Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) dan Anggaran Pendapatan dan
Belanja Daerah (APBD) seperti yang telah dilaksanakan dalam Pasal 29
Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 mengenai Keuangan Negara yang
berisi penjabaran lebih lanjut mengenai aturan-aturan pokok yang telah
ditetapkan dalam Undang-Undang Dasar 1945 ke dalam asas-asas umum
pengelolaan keuangan negara. Dalam rangka pengelolaan dan
pertanggungjawaban keuangan negara diperlukan kaidah-kaidah hukum
administrasi keuangan negara yang mengatur perbendaharaan negara.
Undang-Undang Perbendaharaan Indonesia atau Indische
Comptabiliteitswet (ICW) (Staatsblad Tahun 1925 Nomor 448) sebagaiamana
telah beberapa kali diubah dan ditambah terakhir dengan Undang-Undang
Nomor 9 Tahun 1968, tidak dapat lagi memenuhi kebutuhan pengelolaan dan
pertanggungjawaban keuangan negara. Oleh karena itu, Undang-Undang
tersebut perlu diganti dengan undang-undang baru yang mengatur kembali
ketentuan mengenai Perbendaharaan Negara, sesuai dengan tuntutan
perkembangan demokrasi, ekonomi, dan teknologi modern.
2. Pengertian, Ruang Lingkup, dan Asas Umum Perbendaharaan
Pemerintah
 Pengertian
Dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 mengenai Perbendaharaan
Negara merupakan pengelolaan dan pertanggungjawaban keuangan negara,
termasuk investasi dan kekayaan yang dipisahkan, kemudian ditetapkan dalam
APBN dan APBD.
 Ruang Lingkup
Ruang Lingkup Perbendaharaan Neagara meliputi beberapa aspek
diantaranya :
1) Pelaksanaan Pendapatan dan Belanja Negara,
2) Pelaksanaan Pendapatan dan Belanja Daerah,
3) Pelaksanaan Penerimaan dan Pengeluaran Negara,
4) Pelaksanaan Penerimaan dan Pengeluaran Daerah,
5) Pengelolaan Kas,
6) Pengelolaan Piutang dan Utang Negara atau Daerah,
7) Pengelolaan Investasi dan Barang Milik Negara atau daerah,
8) Penyelenggaraan Akuntansi dan Sistem Informasi Manajemen Keuangan
Negara atau Daerah,
9) Penyusunan Laporan Pertanggungjawaban pelaksanaan APBN dan
APBD,
10) Penyelesaian Kerugian Negara atau Daerah,
11) Pengelolaan Badan Layanan Umum,
12) Perumusan standar, kebijakan, serta sistem dan prosedur yang berkaitan
dengan pengelolaan keuangan negara dalam rangka pelaksanaan APBN
dan APBD.
 Asas Umum
- Undang-Undang mengenai APBN merupakan dasar bagi Pemerintah
Pusat untuk melakukan penerimaan dan pengeluaran negara.
- Peraturan Daerah mengenai APBD merupakan dasar bagi Pemerintah
Daerah untuk melakukan penerimaan dan penegeluaran daearah.
- Setiap pejabat dilarang melakukan Tindakan yang berakibat
pengeluaran atas beban APBN atau APBD jika anggaran untuk
membiayai pengeluaran tersebut tidak tersedia atau tidak cukup
tersedia.
- Semua pengeluaran negara, termasuk subsidi dan bantuan lainnya
yang sesuai dengan program pemerintah pusat, dibiayai dengan
APBN.
- Semua pengeluaran daerah, termasuk subsidi dan bantuan lainnya
yang sesuai dengan program pemerintah daerah, dibiayai dengan
APBD.
- Anggaran untuk membiayai pengeluaran yang sifatnya mendesak
dan/atau tidak terduga disediakan dalam bagian anggaran tersendiri
yang selanjutnya diatur dalam peraturan pemerintah.
- Kelambatan pembayaran atas tagihan yang berkaitan dengan
pelaksanaan APBN/APBD dapat mengakibatkan pengenaan denda
dan/atau bunga.
3. Pejabat Perbendaharaan Pemerintah

Pejabat Perbendaharaan merupakan pejabat pemerintahan yang


melakukan tugas dan kewenangannya dalam mengelola keuangan negara.

1. Kuasa Pengguna Anggaran (KPA)


Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) adalah seorang pejabat yang menjadi
pemegang kewenangan dalam Kementrian Negara atau Lembaga. Menteri dan
Pimpinan Lembaga selaku Pengguna Anggaran memiliki tugas dan wewenang
sebagai berikut ;
a. Menyusun DIPA (Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran),
b. Menetapkan PPK untuk melakukan pelaksanaan yang mengakibatkan
pengeluaran anggaran belanja Negara,
c. Menetapkan PPSPM untuk melakukan tagiahan dan menerbitkan SPM
atas beban anggaran belanja Negara,
d. Menetapkan panitia atau pejabat yang terlibat dalam pelaksanaan kegiatan
dan pengelola anggaran,
e. Menetapkan rencana pelaksanaan kegiatan dan rencana penarikan dana,
f. Memberikan supervisi dan konsultasi dalam pelaksanaan kegiatan dan
penarikan dana,
g. Mengawasi penatausahaan dokumen dan transaksi yang berkaitan dalam
pelaksanaan kegiatan dan anggaran, dan
h. Menyusun laporan keuangan dan kinerja atas pe;aksanaan anggraan esuai
dengan peraturan perundang-undangan.
2. Pejabat Pembuat Komitmen (PPK)

a. Menyusun rencana pelaksanaan kegiatan dan rencana penarikan dana


berdasarkan DIPA.
b. Menerbitkan Surat Penunjukan Penyedia Barang/Jasa.
c. Membuat, menandatangani dan melaksanakan perjanjian/kontrak dengan
Penyedia Barang/Jasa.
d. Melaksanakan kegiatan swakelola.
e. Memberitahukan kepada Kuasa BUN atas perjanjian/kontrak yang
dilakukannya.
f. Mengendalikan pelaksanaan perjanjian/kontrak.
g. Menguji dan menandatangani surat bukti mengenai hak tagih kepada
negara.
h. Membuat dan menandatangani SPP.
i. Melaporkan pelaksanaan/penyelesaian kegiatan kepada KPA.
j. Menyerahkan hasil pekerjaan pelaksanaan kegiatan kepada KPA dengan
k. Berita Acara Penyerahan.
l. Menyimpan dan menjaga keutuhan seluruh dokumen pelaksanaan
kegiatan.

m. Melaksanakan tugas dan wewenang lainnya yang berkaitan dengan


tindakan yang mengakibatkan pengeluaran anggaran belanja negara sesuai
ketentuan peraturan perundang-undangan
3. Pejabat Penandatanganan Surat Perintah Membayar (PPSPM)
a. Menguji kebenaran SPP beserta dokumen pendukung.
b. Menolak dan mengembalikan SPP, apabila SPP tidak memenuhi
persyaratan untuk dibayarkan.
c. Membebankan tagihan pada mata anggaran yang telah disediakan.
d. Menerbitkan SPM.
e. Menyimpan dan menjaga keutuhan seluruh dokumen hak tagih.
f. Melaporkan pelaksanaan pengujian dan perintah pembayaran kepada
KPA.
g. Melaksanakan tugas dan wewenang lainnya yang berkaitan dengan
pelaksanaan pengujian dan perintah pembayaran.
4. Pelaksanaan Pendapatan dan Belanja Pemerintah
 Tahun Anggaran
Tahun anggaran meliputi masa satu tahun mulai dari tanggal 1 Januari
sampai dengan 31 Desember.

APBN dalam satu tahun anggaran meliputi:

a) hak pemerintah pusat yang diakui sebagai penambah nilai kekayaan


bersih;
b) kewajiban pemerintah pusat yang diakui sebagai pengurang nilai
kekayaan bersih;
c) penerimaan yang perlu dibayar kembali dan/atau pengeluaran yang akan
diterima kembali, baik pada tahun anggaran yang bersangkutan maupun
pada tahun-tahun anggaran berikutnya.
Semua penerimaan dan pengeluaran negara dilakukan melalui Rekening Kas
Umum Negara.

APBD dalam satu tahun anggaran meliputi:

a) hak pemerintah daerah yang diakui sebagai penambah nilai kekayaan


bersih;
b) kewajiban pemerintah daerah yang diakui sebagai pengurang nilai
kekayaan bersih;
c) penerimaan yang perlu dibayar kembali dan/atau pengeluaran yang akan
diterima kembali, baik pada tahun anggaran yang bersangkutan maupun
pada tahun-tahun anggaran berikutnya.
Semua penerimaan dan pengeluaran daerah dilakukan melalui Rekening Kas
Umum Daerah.

 Dokumen Pelaksanaan APBN

Menteri/pimpinan lembaga menyusun dokumen pelaksanaan anggaran


untuk kementerian negara/lembaga yang dipimpinnya berdasarkan alokasi
anggaran yang ditetapkan oleh Presiden. Di dalam dokumen pelaksanaan
anggaran sebagaimana dimaksud diuraikan sasaran yang hendak dicapai,
fungsi, program dan rincian kegiatan, anggaran yang disediakan untuk
mencapai sasaran tersebut, dan rencana penarikan dana tiap-tiap satuan kerja,
serta pendapatan yang diperkirakan.

Pada dokumen pelaksanaan anggaran sebagaimana dimaksud dilampirkan


rencana kerja dan anggaran Badan Layanan Umum dalam lingkungan
kementerian negara yang bersangkutan. Dokumen pelaksanaan anggaran yang
telah disahkan oleh Menteri Keuangan disampaikan kepada menteri/pimpinan
lembaga, kuasa bendahara umum negara, dan Badan Pemeriksa Keuangan.
 Dokumen Pelaksanaan APBD

Kepala satuan kerja perangkat daerah menyusun dokumen pelaksanaan


anggaran untuk satuan kerja perangkat daerah yang dipimpinnya berdasarkan
alokasi anggaran yang ditetapkan oleh gubernur/bupati/walikota. Di dalam
dokumen pelaksanaan anggaran sebagaimana dimaksud diuraikan sasaran
yang hendak dicapai, fungsi, program dan rincian kegiatan, anggaran yang
disediakan untuk mencapai sasaran tersebut, dan rencana penarikan dana tiap-
tiap satuan kerja serta pendapatan yang diperkirakan.

Dokumen pelaksanaan anggaran yang telah disahkan oleh Pejabat


Pengelola Keuangan Daerah disampaikan kepada Kepala satuan kerja
perangkat daerah dan Badan Pemeriksa Keuangan.

 Pelaksanaan Anggaran Pendapatan

Setiap kementerian negara/lembaga/satuan kerja perangkat daerah yang


mempunyai sumber pendapatan wajib mengintensifkan perolehan pendapatan
yang menjadi wewenang dan tanggung jawabnya.

Penerimaan harus disetor seluruhnya ke Kas Negara/Daerah pada


waktunya yang selanjutnya diatur dalam peraturan pemerintah. Penerimaan
kementerian negara/lembaga/satuan kerja perangkat daerah tidak boleh
digunakan langsung untuk membiayai pengeluaran. Penerimaan berupa
komisi, potongan, ataupun bentuk lain sebagai akibat dari penjualan dan/atau
pengadaan barang dan/atau jasa oleh negara/daerah adalah hak negara/daerah.

 Pelaksanaan Kegiatan oleh Pengguna Anggaran

Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran (PA/KPA) melaksanakan


kegiatan sebagaimana tersebut dalam dokumen pelaksanaan anggaran yang
telah disahkan. Untuk keperluan pelaksanaan kegiatan dimaksud, PA/KPA
berwenang mengadakan ikatan/perjanjian dengan pihak lain dalam batas
anggaran yang telah ditetapkan.
PA/KPA berhak untuk menguji, membebankan pada mata anggaran yang
telah disediakan, dan memerintahkan pembayaran tagihan-tagihan atas beban
APBN/APBD.

Untuk melaksanakan ketentuan tersebut, PA/KPA berwenang:

 menguji kebenaran material surat-surat bukti mengenai hak pihak


penagih;
 meneliti kebenaran dokumen yang menjadi per-syaratan/kelengkapan
sehubungan dengan ikatan/ perjanjian pengadaan barang/jasa;
 meneliti tersedianya dana yang bersangkutan;
 membebankan pengeluaran sesuai dengan mata anggaran pengeluaran
yang bersangkutan;
 memerintahkan pembayaran atas beban APBN/APBD.
Pejabat yang menandatangani dan/atau mengesahkan dokumen yang
berkaitan dengan surat bukti yang menjadi dasar pengeluaran atas beban
APBN/APBD bertanggung jawab atas kebenaran material dan akibat yang
timbul dari penggunaan surat bukti dimaksud.

 Pembayaran oleh Bendahara Umum Negara/Daerah

Pembayaran atas tagihan yang menjadi beban APBN dilakukan oleh


Bendahara Umum Negara/Kuasa Bendahara Umum Negara (BUN/Kuasa
BUN). Dalam rangka pelaksanaan pembayaran sebagaimana dimaksud
BUN/Kuasa BUN berkewajiban untuk:

 meneliti kelengkapan perintah pembayaran yang diterbitkan oleh


PA/KPA;
 menguji kebenaran perhitungan tagihan atas beban APBN yang tercantum
dalam perintah pembayaran;
 menguji ketersediaan dana yang bersangkutan;
 memerintahkan pencairan dana sebagai dasar pengeluaran negara;
 menolak pencairan dana, apabila perintah pembayaran yang diterbitkan
oleh Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran tidak memenuhi
persyaratan yang ditetapkan.
Pembayaran atas tagihan yang menjadi beban APBD dilakukan oleh
Bendahara Umum Daerah (BUD). Dalam rangka pelaksanaan pembayaran
sebagaimana dimaksud BUD berkewajiban untuk:

 meneliti kelengkapan perintah pembayaran yang diterbitkan oleh


Pengguna Anggaran;
 menguji kebenaran perhitungan tagihan atas beban APBD yang tercantum
dalam perintah pembayaran;
 menguji ketersediaan dana yang bersangkutan;
 memerintahkan pencairan dana sebagai dasar pengeluaran daerah;
 menolak pencairan dana, apabila perintah pembayaran yang diterbitkan
oleh Pengguna Anggaran tidak memenuhi persyaratan yang ditetapkan.

 Pengelolaan Uang Persediaan oleh Bendahara Pengeluaran

Untuk kelancaran pelaksanaan tugas kementerian negara/lembaga/satuan


kerja perangkat daerah kepada Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna
Anggaran dapat diberikan Uang Persediaan (UP) yang dikelola oleh
Bendahara Pengeluaran.

Bendahara Pengeluaran melaksanakan pembayaran dari UP yang dikelolanya


setelah:

 meneliti kelengkapan perintah pembayaran yang diterbitkan oleh


PA/KPA;
 menguji kebenaran perhitungan tagihan yang tercantum dalam perintah
pembayaran;
 menguji ketersediaan dana yang bersangkutan.
Bendahara Pengeluaran wajib menolak perintah bayar dari PA/KPA
apabila persyaratan dimaksud tidak dipenuhi. Bendahara Pengeluaran
bertanggung jawab secara pribadi atas pembayaran yang dilaksanakannya.

5. Pengelolaan Kas atau Uang Pemerintah


 Pengelolaan kas Umum Negara/Daerah

Menteri Keuangan selaku Bendahara Umum Negara (BUN) berwenang


mengatur dan menyelenggarakan rekening pemerintah. Dalam rangka
penyelenggaraan rekening pemerintah dimaksud Menteri Keuangan membuka
Rekening Kas Umum Negara (RKUN). Uang negara disimpan dalam RKUN
pada bank sentral. Uang negara dimaksud adalah uang milik negara yang
meliputi rupiah dan valuta asing.

Dalam pelaksanaan operasional penerimaan dan pengeluaran negara,


BUN dapat membuka Rekening Penerimaan dan Rekening Pengeluaran pada
bank umum. Dalam hal tertentu, BUN dapat membuka rekening pada lembaga
keuangan lainnya. Pembukaan rekening pada bank umum dimaksud dilakukan
dengan mempertimbangkan asas kesatuan kas dan asas kesatuan
perbendaharan, serta optimalisasi pengelolaan kas.

Rekening Penerimaan digunakan untuk menampung penerimaan negara setiap


hari. Saldo Rekening Penerimaan setiap akhir hari kerja wajib disetorkan
seluruhnya ke Rekening Kas Umum Negara pada bank sentral. Dalam hal
kewajiban penyetoran tersebut secara teknis belum dapat dilakukan setiap
hari, BUN mengatur penyetoran secara berkala.

Rekening Pengeluaran pada bank umum diisi dengan dana yang


bersumber dari RKUN pada bank sentral. Jumlah dana yang disediakan pada
Rekening Pengeluaran disesuaikan dengan rencana pengeluaran untuk
membiayai kegiatan pemerintahan yang telah ditetapkan dalam APBN.
 Pelaksanaan Penerimaan Negara/Daerah oleh Kementerian
Negara/Lembaga/Organisasi Perangkat Daerah

Menteri/pimpinan lembaga selaku Pengguna Anggaran dapat membuka


rekening untuk keperluan pelaksanaan penerimaan di lingkungan kementerian
negara/lembaga yang bersangkutan setelah memperoleh persetujuan dari
Bendahara Umum Negara (BUN). Pembukaan rekening dapat dilakukan oleh
Kuasa Pengguna Anggaran/pejabat lain yang ditunjuk. Menteri/pimpinan
lembaga mengangkat bendahara untuk menatausahakan penerimaan negara di
lingkungan kementerian negara/lembaga. Dalam rangka pengelolaan kas,
BUN dapat memerintahkan pemindahbukuan dan/atau penutupan rekening
dimaksud.

Gubernur/bupati/walikota dapat memberikan ijin pembukaan rekening


untuk keperluan pelaksanaan penerimaan di lingkungan pemerintah daerah
sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku. Ketentuan
perundang-undangan yang berlaku dimaksud adalah peraturan pemerintah
yang mengatur pengelolaan uang negara/daerah. Gubernur/bupati/walikota
mengangkat bendahara untuk menatausahakan penerimaan satuan kerja
perangkat daerah di lingkungan pemerintah daerah yang dipimpinnya.

 Pengelolaan uang Persediaan untuk Keperluan Kementerian


Negara/Lembaga/Satuan Kerja Perangkat Daerah
Untuk kelancaran pelaksanaan tugas kementerian negara/lembaga,
kantor/satuan kerja di lingkungan kementerian negara/lembaga dapat diberi
persediaan uang kas untuk keperluan pembayaran yang tidak dapat dilakukan
langsung oleh Kuasa BUN kepada pihak yang menyediakan barang dan/atau
jasa. Sehubungan dengan itu, diperlukan pembukaan rekening untuk
menyimpan uang persediaan tersebut sebelum dibayarkan kepada yang
berhak. Tata cara pembukaan rekening dimaksud, serta penggunaan dan
mekanisme pertanggungjawaban uang persediaan tersebut ditetapkan oleh
BUN sesuai dengan peraturan pemerintah mengenai pengelolaan uang negara.
Untuk kelancaran pelaksanaan tugas organisasi perangkat daerah, satuan
kerja yang bersangkutan dapat diberi persediaan uang kas untuk keperluan
pembayaran yang tidak dapat dilakukan langsung oleh Bendahara Umum
Daerah kepada pihak yang menyediakan barang dan/atau jasa. Sehubungan
dengan itu, diperlukan pembukaan rekening untuk menyimpan uang
persediaan tersebut sebelum dibayarkan kepada yang berhak. Tata cara
pembukaan rekening dimaksud, serta penggunaan dan mekanisme
pertanggungjawaban uang persediaan tersebut ditetapkan oleh Bendahara
Umum Negara sesuai dengan peraturan pemerintah mengenai pengelolaan
uang daerah.

6. Pengelolaan Piutang dan Utang Pemerintah


 Pengelolaan Piutang

 Pengelolaan Utang
7. Pengelolaan Investasi dan Barang Milik Negara atau Barang Milik
Daerah (BMN/BMD)
 Pengelolaan Investasi
Investasi Pemerintah adalah penempatan sejumlah dana atau barang
dalam jangka Panjang untuk memperoleh manfaat ekonomi, sosial, dan
manfaat lainnya. Tujuan dari investasi pemerintahan untuk meningkatkan
pertumbuhan ekonomi dalam rangka memajukan kesejahteraan umum.
Investasi Pemerintah yang dimaksud dalam bentuk,
a. Surat Berharga seperti pembelian saham dan pembelian surat utang.
b. Investasi Langsung merupakan penyertaan modal dan pemberian
pinjaman oleh badan investasi pemerintah untuk membiayai kegiatan
usaha.
Pengelolaan Investasi Pemerintah dilaksanakan oleh Menteri Keuangan
selaku Bendahara Umum Negara. Untuk sumber dana Investasi Pemerintah
dapat berasal dari :
1. Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara,
2. Keuntungan Investasi terdahulu,
3. Dana atau barang dari pihak lain yang disimpan atau dikelola oleh Badan
Investasi Pemerintah, dan
4. Sumber-sumber lainnya yang sah.
Dalam pengelolaan Investasi Pemerintah meliputi perencanaan,
pelaksanaan investasi, penatausahaan dan pertanggungjawaban investasi,
pengawasan, dan divestasi.
 Pengelolaan Barang Milik Negara atau Barang Milik Daerah
(BMN/BMD)
Barang adalah bagian dari kekayaan negara yang merupakan satuan
tertentu yang dapat dinilai atau diukur dan ditimbang, tidak termasuk uang
dan surat berharga. Menurut Undang-Undnag Nomor 1 tahun 2004 tentang
Perbendaharaan Negara, Barang Milik Negara atau Daerah merupakan semua
barang yang dibeli atau diperoleh atas beban APBN/APBD atau yang berasal
dari perolehan lain yang sah. Dalam pengelolaan barang tentunya ada yang
mengelola dan menggunakan barang tersebut. Pengelola sekaligus pengguna
barang adalah Pejabat yang berwenang dan bertanggungjawab dalam
menetapkan kebijakan, pedoman, pegelolaan serta melakukan penggunaan
Barang Milik Negara/Daerah (BMN/BMD). Barang yang dalam penguasaan
Pejabat atau Kepala Satuan Kerja wajib mengelola dan menatausahakan
Barang Milik Negara/Daerah dengan sebaik-baiknya.
Barang Milik Negara/Daerah yang dimaksud seperti :
1. Barang yang diperoleh dari hibah atau sumbangan atau sejenisnya,
2. Barang yang diperoleh sebagai pelaksanaan dari perjanjian atau
kontrak,
3. Barang yang diperoleh berdasarkan ketentuan undang-undang, dan
4. Barang yang diperoleh berdasarkan putusan pengadilan yang telah
memperoleh kekuatan hukum tetap.

Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah (BMN/BMD) dilaksanakan


berdasarkan pada asas fungsional, kepastian hukum, transparansi (terbuka),
efesiensi, akuntabilitas, dan kepastian nilai. Pengelolaan Barang Milik
Negara/Daerah meliputi :

1. Perencanaan kebutuhan dan penganggaran adalah kegiatan


merumuskan rincian kebutuhan Barang Milik Negara/Daerah untuk
menghubungkannya dengan Pengadaan.
2. Pengadaan adalah kegiatan dari barang yang telah lalu dengan
keadaan yang sedang berjalan sebagai dasar dalam melakukan
tindakan yang akan datang.
3. Penggunaan adalah kegiatan yang dilakukan oleh pengguna barang
dalam mengelola dan menatausahakan Barang Milik Negara/Daerah
yang sesuai dengan tugas pokok dan fungsi instansi yang
bersangkutan.
4. Pemanfaatan adalah pendayagunaan Barang Milik Negara/Daerah
yang tidak dipergunakan sesuai dengan tugas pokok dan fungsi
Kementrian/Lembaga/Satuan Kerja Perangkat Daerah dalam bentuk
sewa, pinjam pakai, Kerjasama pemanfaatan, dan bangun serah guna
dengan tidak tidak mengubah status kepemilikan.
5. Penilaian adalah suatu proses kegiatan penelitian yang selektif
didasarkan pada data atau fakta yang objektif dan relevan dengan
menggunakan metode tertentu untuk memperoleh nilai Barang Milik
Negara/Daerah.
6. Penghapusan adalah Tindakan yang menghapus Barang Milik
Negara/Daerah dari daftar barang dengan menerbitkan surat
keputusan dari pejabat yang berwenang untuk membebaskan
pengguna atau kuasa pengguna barang dari tanggung jawab
administrasi dan fisik atas barang yang berada dalam penguasaannya.
7. Pemindahtanganan adalah pengalihan kepemilikan Barang Milik
Negara/Daearah sebagai tindak lanjut dari penghapusan dengan cara
dijual, dipertukarkan, dihibahkan atau disertakan sebagai modal
peemrintah. Pemindahtanganan harus ada persetujuan dari
DPR/DPRD.
8. Penatausahaan adalah rangkaian kegiatan yang meliputi pembukaan,
inventarisasi, dan pelaporan Barang Milik Negara/Daerah sesuai
dengan ketentuan yang berlaku.
8. Penatausahaan dan Pertanggung Jawaban APBN dan APBD
c. Rangkuman
d. Tugas
Mencari informasi mengenai Ruang Lingkup dalam Perbendaharaan
Negara, sekaligus penjelasan dari masing-masing Ruang Lingkup tersebut!
e. Tes Formatif
1. Apa yang dimaksud dengan Perbendaharaan Negara?
2. Apa saja asas umum penting dalam Perbendaharaan Negara?
3. Siapa saja yang berperan penting dalam pengguna anggaran, bendahara
umum, serta bendahara penerimaan dan penegluaran dalam Perbendaharaan
Negara?
4. Pengelolaan Barang Milik Negara atau Daerah meliputi apa saja?
5. Apa saja aspek penting dalam penatausahaan dan pertanggungjawaban APBN
atau APBD?
f. Kunci Jawaban Formatif
1. Perbendaharaan Negara merupakan pengelolaan dan pertanggungjawaban
keuangan negara, termasuk investasi dan kekayaan yang dipisahkan,
kemudian ditetapkan dalam APBN dan APBD.
2. Asas umum perbendaharaan pemerintah :
- Undang-Undang mengenai APBN merupakan dasar bagi Pemerintah
Pusat untuk melakukan penerimaan dan pengeluaran negara.
- Peraturan Daerah mengenai APBD merupakan dasar bagi Pemerintah
Daerah untuk melakukan penerimaan dan penegeluaran daearah.
- Setiap pejabat dilarang melakukan Tindakan yang berakibat
pengeluaran atas beban APBN atau APBD jika anggaran untuk
membiayai pengeluaran tersebut tidak tersedia atau tidak cukup
tersedia.
- Semua pengeluaran negara, termasuk subsidi dan bantuan lainnya
yang sesuai dengan program pemerintah pusat, dibiayai dengan
APBN.
- Semua pengeluaran daerah, termasuk subsidi dan bantuan lainnya
yang sesuai dengan program pemerintah daerah, dibiayai dengan
APBD.
- Anggaran untuk membiayai pengeluaran yang sifatnya mendesak
dan/atau tidak terduga disediakan dalam bagian anggaran tersendiri
yang selanjutnya diatur dalam peraturan pemerintah.
- Kelambatan pembayaran atas tagihan yang berkaitan dengan
pelaksanaan APBN/APBD dapat mengakibatkan pengenaan denda
dan/atau bunga.
3. Mm
4. Perencanaan kebutuhan dan penganggaran, Pengadaan, Penggunaan,
Pemanfaatan, Penilaian, Penghapusan, Pemindahtanganan, dan
Penatausahaan.
5.
g. Lembar Kerja

DAFTAR PUSTAKA
Undang-Undang Republik Indonesia. Nomor 1 Tahun 2004, tentang
Perbendahraan Negara.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia. Nomor 1 Tahun 2008, tentang
Investasi Pemerintah.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia. Nomor 6 Tahun 2006, tentang
Pengelolaan Barang Milik Negara atau Barang Milik Daerah.
Direktorat Sistem Perbendaharaan, Direktorat Jenderal Perbendaharaan,
Kemnterian Keuangan RI. “Panduan Teknis Kuasa Pengguna Anggaran”
2018.

Anda mungkin juga menyukai