Anda di halaman 1dari 5

Nama : Abdillah Adib Had Farhan

NIM : F0322002

Kelas :A

RANGKUMAN MATA KULIAH AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK

“Penganggaran Pemerintah”

Pengelolaan Keuangan Daerah adalah keseluruhan kegiatan yang meliputi


perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan, pertanggungjawaban, dan pengawasan
keuangan daerah. Pengelolaan keuangan daerah yang diatur dalam Peraturan Menteri Dalam
Negeri Nomor 13 Tahun 20013 pasal 3 meliputi kekuasaan pengelolaan keuangan daerah,
azas umum dan struktur APBD, penyusunan rancangan APBD, penetapan APBD,
penyusunan dan penetapan APBD bagi daerah yang belum memiliki DPRD, pelaksanaan
APBD, perubahan APBD, pengelolaan kas, penatausahaan keuangan daerah, akuntansi
keuangan daerah, pertanggungjawaban pelaksanaan APBD, pembinaan dan pengawasan
pengelolaan keuangan daerah, kerugian daerah, dan pengelolaan keuangan BLUD.

Pengelolaan keuangan daerah harus dikelola secara tertib, taat pada peraturan
perundang-undangan, efektif, efisien, ekonomis, transparan, dan bertanggung jawab dengan
memperhatikan asas keadilan, kepatutan, dan manfaat untuk masyarakat. Proses Pengelolaan
keuangan daerah dimulai dengan perencanaan/penyusunan anggaran pendapatan belanja
daerah (APBD). APBD merupakan rencana keuangan tahunan pemerintahan daerah yang
dibahas dan disetujui bersama oleh pemerintah daerah dan DPRD, dan ditetapkan dengan
peraturan daerah. Oleh karena itu APBD merupakan kesepakatan bersama antara eksekutif
dan legislatif yang dituangkan dalam peraturan daerah dan dijabarkan dalam peraturan bupati.
APBD disusun sesuai dengan kebutuhan penyelenggaraan pemerintahan dan kemampuan
pendapatan daerah.

Penyusunan APBD berpedoman kepada RKPD dalam rangka mewujudkan pelayanan


kepada masyarakat untuk tercapainya tujuan bernegara. Sesuai dengan Undang-undang
Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah pasal 181 dan Undang-undang Nomor
17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara pasal 17-18, yang menjelaskan bahwa proses
penyusunan APBD harus didasarkan pada penetapan skala prioritas dan plafon anggaran,
rencana kerja Pemerintah Daerah dan Kebijakan Umum APBD yang telah disepakati bersama
antara DPRD dengan Pemerintah Daerah. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 58
tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah dalam Bab IV Penyusunan Rancangan
APBD Pasal 29 sampai dengan pasal 42 dijelaskan bahwa proses penyusunan RAPBD
berpedoman pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD), Rencana
Kerja Pemerintah Daerah (RKPD), Kebijakan Umum APBD, Prioritas dan Plafon Anggaran
Sementara (PPAS) dan Rencana Kerja Anggaran SKPD (RKA-SKPD).

A. Siklus Anggaran Pemerintah


a. Perencanaan dan Penganggaran

Perencanaan dan Penganggaran merupakan satu rangkaian kegiatan yang


terintegrasi. Program yang akan dilaksanakan oleh Pemerintah wajib
dituangkan dalam suatu rencana kerja sesuai dengan ketentuan Undang-
Undang Nomor 25 tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan
Nasional, dan rencana kerja tersebut terdiri dari:

a. RPJP untuk masa 20 tahun

b. RPJM untuk masa 5 tahun

c. RKP untuk masa 1 tahun

d. Untuk tingkat kementerian/lembaga rencana kerja tahunan disebut RKAKL

Berdasarkan Undang-Undang nomor 17 Tahun 2003, anggaran disusun


berdasarkan rencana kerja. Dengan demikian yang memperoleh alokasi
anggaran adalah program/kegiatan prioritas yang tertuang dalam rencana kerja
(RKAKL) dengan mekanisme semua program/kegiatan yang telah
direncanakan itulah yang akan dilaksanakan. Selanjutnya RKAKL
disampaikan ke Menteri Keuangan untuk dihimpun menjadi RAPBN, sekitar
bulan agustus setiap tahunnya program/kegiatan yang telah selesai disusun
disampaikan ke DPR beserta Nota Keuangan.

b. Penetapan Anggaran

Selanjutnya Penetapan Anggaran dengan agenda Pembahasan RAPBN


dilaksanakan kira-kira mulai bulan agustus sampai Oktober, terkait ini DPR
mempunyai hak budget yaitu hak menyetujui anggaran usulan pemerintah.
Dalam hal DPR tidak menyetujui usulan pemerintah DPR dapat mengajukan
usulan perubahan atau menolaknya, namun DPR tidak berwenang untuk
mengubah dan mengajukan usulan RAPBN. Apabila DPR tidak
menyetujuinya maka yang berlaku adalah APBN tahun sebelumnya, APBN
yang disetujui oleh DPR terinci sampai dengan organisasi,
fungsi,program/kegiatan dan jenis belanja. Dengan demikian berarti DPR telah
memberikan otoritas kepada kementerian/lembaga untuk melaksanakan
program/kegiatan dengan pagu yang dimilikinya.

c. Pelaksanaan Anggaran

APBN dilaksanakan oleh pemerintah untuk periode satu tahun anggaran.


Tahun anggaran adalah 1 januari sampai 31 Desember. Dengan demikian
setelah berakhirnya tahun anggaran 31 desember anggaran ditutup dan tidak
berlaku lagi untuk tahun anggaran berikutnya. Berdasarkan Undang-Undang
APBN dan Perpres Rincian APBN disiapkan dokumen pelaksanaan anggaran
untuk setiap kementerian. Oleh karena itu asas anggaran yang dikenal dengan
asas flexibilitas tetap berlaku. Dalam rangka pelaksanaan azas ini untuk
mengakomodasi kondisi riil yang dapat saja berbeda dengan yang diasumsikan
pada saat penyusunan anggaran. Setiap tengah tahun anggaran berjalan
dilakukan revisi APBN yang dikenal dengan APBN Perubahan (APBNP)

d. Pemeriksaan Anggaran

Pemeriksaan atas pertanggungjawaban pelaksanaan anggaran dilaksanakan


oleh BPK, pemeriksaan ini dilaksanakan selama 2 bulan setelah laporan
pertanggungjawaban atas pelaksanaan anggaran yang berupa laporan
keuangan, disamping itu terdapat pemeriksaan dan pengelolaan keuangan
yang dapat dilaksanakan sepanjang tahun, pemeriksaan ini dapat dilaksanakan
oleh BPK ataupun APIP, untuk lingkungan Mahkamah Agung dan badan
peradilan dibawahnya pemeriksaan dapat dilakukan oleh Bawas MARI.

e. Pertanggungjawaban

Pertanggungjawaban atas pelaksanaan anggaran disampaikan ke DPR paling


lambat akhir bulan juni tahun berikutnya. Jadi penyusunan
pertanggungjawaban pemerintah ats pengelolaan anggaran cukup panjang
kurang lebih satu semister. Longgarnya waktu diharapkan mampu mendorong
kualitas isi laporan semakin baik dan terus meningkat serta dapat
dipertanggungjawabkan.

B. Mekanisme Anggaran Pemerintah Penyusunan APBN Perubahan

Secara garis besar terdiri atas langkah-langkah yang terdiri :

● Perumusan kebijakan-kebijakan fiskal dalam APBN Perubahan. Mekanisme


penyusunan APBN Perubahan pada tahap kegiatan perencanaan dan
penganggaran sampai dengan penetapan APBN.
● Perumusan exercise postur APBN Perubahan baik di sisi pendapatan, belanja
negara, maupun defisit anggaran beserta sumber-sumber pembiayaannya.

C. Prinsip Keuangan Daerah

Selain ruang lingkup, ada beberapa prinsip keuangan daerah yang perlu
diterapkan. Adapun prinsip pengelolaan finansial daerah sebagai berikut:

○ Keterbukaan
○ Akuntabilitas
○ Nilai Uang
○ Partisipatif

D. Sistem Informasi Pengelolaan Keuangan Daerah

SIPKD sendiri merupakan aplikasi alat bantu dengan basis teknologi


informasi. Alat ini merupakan sarana untuk pengumpulan, pengolahan, penyajian, dan
referensi, serta proses komunikasi data atau informasi keuangan daerah. Di mana hal
ini terjadi antara Departemen Keuangan dan Departemen Dalam Negeri, dengan
pemerintah daerah dan para pemilik atau pengguna informasi keuangan daerah
lainnya. Dengan menggunakan SIPKD, maka hal ini dapat menjawab kebutuhan
informasi keuangan oleh masyarakat publik. Selain itu di sini pemerintah daerah
wajib menyampaikan data maupun informasi yang berkaitan dengan keuangan daerah
kepada pemerintah juga. Sehingga dalam merencanakan anggaran, semua tersusun
rapi dan transparan secara jelas.

Anda mungkin juga menyukai