Anda di halaman 1dari 3

1.

Bagaimanakah proses penyusunan APBD pada pemerintah daerah


kabupaten/kota
2. Buatlah tulisan mengenai pelaksanaan APBD pada pemerintah daerah, dengan
memilih kasus pada daerah tertentu.
3. Jelaskan mekanisme pengawasan penggunaan keuangan daerah dan
bagaimanakah faktanya di lapangan

1. Mekanisme Penyusunan APBN dan Tahapannya Penyusunan RAPBN (Rancangan


APBN) perlu memperhatikan banyak faktor yang setiap saat dapat berubah atau paling
tidak perubahan yang terjadi masih dalam kurun waktu satu tahun. Penyusunan APBN
harus pula terkait dengan sasaran kebijakan keuangan pemerintah yang harus
menunjang pertumbuhan dan pembangunan ekonomi, kestabilan moneter, perluasan
kesempatan kerja, pelayanan umum dan lain-lainnya yang menyangkut peningkatan
kesejahteraan rakyat. Dengan demikian, kebijakan anggaran diartikan sebagai kebijakan
pemerintah untuk mengatur APBN agar sesuai dengan arah dan laju pertumbuhan
ekonomi yang diharapkan dalam Program Pembangunan Nasional. Perlu dicatat, sejak
tahun 2005, penyusunan APBN mengikuti format yang baru. Ia adalah format anggaran
terpadu berdasar UU Nomor 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara. Format baru
tersebut merupakan sistem penganggaran terpadu yang melebur anggaran rutin dan
pembangunan dalam satu format anggaran dengan tujuan mengurangi tumpang tindih
alokasi pengeluaran. Selain itu, penyusunan APBN juga harus merujuk kepada
ketentuan Pasal 23 Ayat (1), (2) dan (3) UUD 1945. Penyusunan APBN harus atas
persetujuan DPR karena penetapannya dengan Undang-Undang. Mekanisme
penyusunan APBN pun mengikuti siklus dan tahapan yang sudah diatur di peraturan
perundang-undangan. Mengutip penjelasan di laman Kemenkeu Learning Center, siklus
APBN memakan waktu sekitar 2,5 tahun. Siklus tersebut meliputi satu tahun tahap
perencanaan, satu tahun tahap pelaksanaan, dan enam bulan tahap pelaporan atau
pertanggungjawaban. Mengutip penjelasan di laman Kemenkeu dan e-book Ekonomi
yang diterbitkan Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional, penyusunan APBN
melalui sejumlah tahap sebagai berikut.
 Tahap perencanaan dan penetapan RAPBN Di tahap ini pemerintah mempersiapkan
rancangan APBN, meliputi perkiraan penerimaan dan pengeluaran, skala prioritas, dan
penyusunan budget exercise. Perencanaan dan Penyusunan RAPBN dilakukan pada
setiap periode Januari-Juli di tahun sebelum pelaksanaan anggaran. Perencanaan
dilakukan oleh Kementerian/Lembaga yang menghasilkan rencana kerja pemerintah
(RKP/RKAKL) yang mengacu pada asumsi dasar ekonomi makro. Rancangan tersebut
dipengaruhi oleh beberapa asumsi dasar seperti pertumbuhan ekonomi, nilai suku
bunga yang akan datang, harga minyak dan gas di Indonesia, hingga perkiraan inflasi
dan nilai tukar rupiah. Jika segala aspek telah ditentukan, maka proses belanjut ke
tahap finalisasi RAPBN. Pemerintah kemudian akan menyerahkan dokumen RAPBN
dan Nota Keuangan kepada DPR.
 Tahap pengajuan, pembahasan, dan penetapan APBN RAPBN yang telah ditetapkan
kemudian diajukan untuk melalui proses pembahasan oleh menteri keuangan (Menkeu),
Panitia Anggaran DPR, dan mempertimbangkan masukan dari DPD. Hasil dari
pembahasan RAPBN akan menjadi UU APBN yang memuat satuan anggaran. Satuan
anggaran merupakan dokumen yang berisi pedoman alokasi dana setiap departemen
atau lembaga, sektor, subsektor, program, dan berbagai macam proyek. Pembahasan
dan penetapan APBN idealnya berlangsung selama bulan Agustus-Oktober pada tahun
sebelum pelaksanaan anggaran. Jangka waktu penetapan APBN tidak boleh lebih dari
dua bulan sebelum tahun anggaran dilaksanakan.
 Tahap pengawasan pelaksanaan APBN Pelaksanaan APBN selama Januari-Desember
di tahun anggaran berjalan. Dalam anggaran belanja negara harus berdasar pada
prinsip: hemat dan efisien; efektif terarah dan terkendali sesuai rencana; serta
mengutamakan penggunaan produk dalam negeri. Pelaksanaan APBN akan diawasi
pengawas fungsional dari eksternal maupun internal pemerintah.
 Tahap pertanggungjawaban pelaksanaan APBN Sebelum tahun anggaran APBN
berakhir, Kementerian Keuangan diharuskan membuat laporan pertanggungjawaban
pelaksanaan APBN. Laoran pertanggungjawaban pelaksanaan harus disampaikan
pemerintah kepada DPR selambat-lambatnya 6 bulan usai tahun anggaran berakhir.
Presiden harus menyampaikan RUU Pertanggungjawaban Pelaksanaan APBN kepada
DPR yang isinya berupa Laporan Keuangan yang telah diperiksa Badan Pemeriksa
Keuangan (BPK).
Laporan Keuangan itu meliputi: Laporan Realisasi APBN; Neraca; Laporan Arus Kas; Catatan
atas Laporan Keuangan yang dilampiri dengan laporan keuangan perusahaan milik negara dan
badan lainnya. Mekanisme Penyusunan APBD dan Tahapannya Mekanisme penyusunan
APBD setidaknya melalui tiga tahap yang melibatkan perencanaan, pembahasan, hingga
pelaksanaan. Berikut tahapan-tahapan penyusunan APBD seperti yang dilansir dari Sumber
Belajar Kemendikbud:

 Tahap Perancangan dan Pengajuan APBD dirancang dan diajukan oleh pemerintah
daerah kepada DPRD dilengkapi dengan dokumen-dokumen pendukung. Tahap ini
akan berlangsung pada minggu pertama bulan Oktober di tahun sebelum penetapan
anggaran.
 Tahap Pembahasan dan Persetujuan Rancangan APBD (RAPBD) akan dibahas oleh
pemerintah daerah dengan usulan dari DPRD. Selain itu, DPRD juga akan memutuskan
untuk setuju atau tidak mengenai RAPBD tersebut. Keputusan harus diambil selambat-
lambatnya satu bulan sebelum tahun anggaran yang dibahas dilaksanakan. Jika
rancangan disetujui DPRD, RAPBD akan ditetapkan sebagai APBD melalui peraturan
daerah (Perda). Namun, apabila RAPBD tidak disetujui, pemerintah dapat
melaksanakan pengeluaran tidak lebih besar daripada anggaran APBD di tahun
sebelumnya.
 Tahap Pelaksanaan Setelah APBD ditetapkan dengan peraturan daerah, ketentuan
lebih detail soal pelaksanaannya lebih lanjut akan dituangkan melalui keputusan
gubernur/walikota/bupati.
 Tahap pertanggungjawaban pelaksanaan APBN Laporan Pertanggungjawaban
Pelaksanaan APBD harus disampaikan oleh kepala daerah kepada DPRD.
Penyampaian laporan ini telah diatur dalam UU Nomor 17 Tahun 2003 tentang
Keuangan Negara dan UU Nomor 9 Tahun 2015 tentang pemerintah daerah.

2. Di file selanjutnya
3. Untuk lebih meningkatkan efektivitas pengawasan terhadap pengelolaan keuangan daerah, disarankan:
 
 Agar Bawasda menetapkan tujuan, area audit, dan sasaran audit yang mencakup aspek pengelolaan
keuangan daerah secara menyeluruh (perencanaan, pelaksanaan, maupun pertanggungjawaban APBD),
dengan menetapkan prioritas audit berdasarkan kebijakan pengawasan yang ditetapkan oleh instansi
pembina (Departemen Dalam Negeri dan/atau Kementerian PAN).
 Perlu ditingkatkan kerjasama dan koordinasi antara Badan Pengawasan Daerah dengan APIP lainnya baik
dalam penyusunan rencana audit maupun pelaksanaan audit dalam rangka mengatasi keterbatasan sumber
daya yang dimiliki Badan Pengawasan Daerah.
 Dalam struktur penugasan audit Bawasda agar menerapkan supervisi berjenjang dengan menggunakan
media yang formal.
 Kepala Daerah agar meningkatkan komitmen untuk mendukung efektifitas pengawasan terhadap
pengelolaan keuangan melalui penyediaan anggaran pengawasan yang memadai, termasuk anggaran umtuk
penyelenggaraan Diklat bagi auditor di Bawasda.
 Agar Bawasda memberikan kesempatan yang luas kepada auditor untuk mengikuti diklat sertifikasi, diklat
keahlian khusus, dan diklat substansi teknis lainnya.

Anda mungkin juga menyukai