Anda di halaman 1dari 21

TUGAS RINGKASAN MATERI KULIAH

PENGELOLAAN KEUANGAN NEGARA


SIKLUS PENYUSUNAN APBN & APBD

Disusun Oleh:

Rifana Ayuningtyas (FI316086)

Kelas C S1 Transfer Akuntansi

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


UNIVERSITAS SEBELAS MARET
2017
1
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN)
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) adalah rencana keuangan
tahunan pemerintah yang disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat (DPR). APBN
merupakan wujud pengelolaan keuangan Negara sebagai konsekuensi
penyelenggaraan pemerintahan yang menimbulkan hak dan kewajiban Negara yang
dapat dinilai dengan uang.

Hal tersebut sesuai dengan pasal 23 ayat (1) Undang-Undang Dasar (UUD) 1945 yang
mengamanatkan, APBN ditetapkan setiap tahun dengan undang-undang dan
dilaksanakan secara terbuka dan bertanggung jawab untuk sebesar-besarnya
kemakmuran rakyat. Rancangan Undang-undang APBN diajukan oleh Presiden untuk
dibahas bersama Dewan Perwakilan Rakyat dengan memperhatikan pertimbangan
Dewan Perwakilan Daerah. Namun, berdasarkan ayat (3) pasal yang sama, apabila
Dewan Perwakilan Rakyat tidak menyetujui rancangan APBN yang diusulkan oleh
Presiden, Pemerintah menjalankan APBN tahun yang lalu. Selain DPR, organisasi
legislatif yang berperan terhadap penyusunan dan pelaksanaan APBN adalah Dewan
Perwakilan Daerah (DPD), yang berdasarkan pasal 22D ayat 2 UUD 1945, memberikan
pertimbangan kepada DPR atas Rancangan UU APBN dan berdasarkan ayat (3) pasal
yang sama, dapat melakukan pengawasan atas pelaksanaan APBN.

APBN memiliki beberapa fungsi yang diatur dalam Pasal 3 ayat (4) UU Nomor 17 tahun
2003 yaitu:
Fungsi Otorisasi
APBN menjadi dasar untuk melaksanakan pendapatan dan belanja pada tahun yang
bersangkutan.
Fungsi Perencanaan
APBN sebagai pedoman dalam merencanakan kegiatan pada tahun yang
bersangkutan.
Fungsi Pengawasan
APBN sebagai dasar untuk menilai kesesuaian kegiatan penyelenggaraan
pemerintahan Negara dengan ketentuan yang telah ditetapkan.
Fungsi Alokasi
APBN harus diarahkan untuk mengurangi pengangguran dan pemborosan sumber
daya, serta meningkatkan efisiensi dan efektivitas perekonomian.
Fungsi Distribusi dan Stabilisasi
APBN harus memperhatikan rasa keadilan dan kepatutan serta menjadi alat untuk
memelihara dan mengupayakan keseimbangan fundamental perekonomian.

2
APBN terdiri atas anggaran pendapatan, anggaran belanja, dan pembiayaan.
1. Pendapatan negara menurut Pasal 1 angka 13 UU No. 17 Tahun 2003
mendefinisikan pendapatan negara adalah hak pemerintah pusat yang diakui
sebagai penambah nilai kekayaan bersih.
Pendapatan Negara terdiri dari:
Penerimaan pajak
Penerimaan bukan pajak
Hibah
2. Belanja Negara menurut Pasal 1 angka 14 UU No. 17 Tahun 2003 mendefinisikan
belanja negara adalah kewajiban pemerintah pusat yang diakui sebagai pengurang
nilai kekayaan bersih.
Belanja Negara terdiri dari:
Belanja pemerintah pusat
Belanja pelaksanaan perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan
daerah.
Belanja negara dirinci menurut organisasi, fungsi, dan jenis belanja.
Rincian belanja negara menurut organisasi disesuaikan dengan susunan
kementerian negara/lembaga pemerintahan pusat.

Rincian belanja negara menurut fungsi antara lain terdiri dari pelayanan umum,
pertahanan, ketertiban dan keamanan, ekonomi, lingkungan hidup, perumahan dan
fasilitas umum, kesehatan, pariwisata, budaya, agama, pendidikan, dan perlindungan
sosial.

Rincian belanja negara menurut jenis belanja (sifat ekonomi) antara lain terdiri
dari belanja pegawai, belanja barang, belanja modal, bunga, subsidi, hibah, bantuan
sosial, dan belanja lain-lain.

3. Pembiayaan menurut Pasal 1 angka 17 UU No. 17 Tahun 2003 mendefinisikan


Pembiayaan yaitu setiap penerimaan yang perlu dibayar kembali dan/atau
pengeluaran yang akan diterima kembali, baik pada tahun anggaran yang
bersangkutan maupun tahun-tahun anggaran berikutnya.
Pembiayaan terdiri dari:
Pembiayaan dalam negeri
Pembiayaan luar negeri

Ketentuan mengenai penyusunan dan penetapan APBN/APBD dalam UU No. 17 Tahun


2003 meliputi penegasan tujuan dan fungsi penganggaran pemerintah, penegasan
peran DPR/DPRD dan pemerintah dalam proses penyusunan dan penetapan
anggaran, pengintegrasian sistem akuntabilitas kinerja dalam sistem penganggaran,

3
penyempurnaan klasifikasi anggaran, penyatuan anggaran, dan penggunaan kerangka
pengeluaran jangka menengah dalam penyusunan anggaran.

Terdapat beberapa hal penting yang harus diperhatikan dalam proses penyusunan
RAPBN, antara lain siklus APBN, kondisi ekonomi domestik dan internasional yang
tercermin dalam asumsi dasar ekonomi makro, berbagai kebijakan APBN dan
pembangunan, parameter konsumsi komoditas bersubsidi, kebutuhan penyelenggaraan
pemerintahan negara, resiko fiskal dan kinerja pelaksanaan APBN dari tahun ke tahun.

Siklus adalah putaran waktu yang berisi rangkaian kegiatan secara berulang dengan
tetap dan teratur. Oleh karena itu, Siklus APBN dapat diartikan sebagai rangkaian
kegiatan yang berawal dari perencanaan dan penganggaran sampai dengan
pertanggungjawaban APBN yang berulang dengan tetap dan teratur setiap tahun
anggaran. Secara ringkas, penggambaran siklus APBN disajikan pada gambar
berikut :

Siklus APBN diawali dengan tahapan kegiatan perencanaan dan penganggaran APBN.
Terkait penyusunan rencana anggaran (kapasitas fiskal), Pemerintah, BPS, Bank
Indonesia mempersiapkan asumsi dasar ekonomi makro yang akan digunakan sebagai
acuan penyusunan kapasitas fiskal oleh Pemerintah. Selain itu juga disiapkan konsep

4
pokok-pokok kebijakan fiskal dan ekonomi makro. Dalam tahapan ini, kegiatan yang
terjadi adalah :
A. Para pemangku kepentingan terutama Kementerian Negara/Lembaga (K/L)
menjalankan perannya untuk mempersiapkan RKP/RKAKL yang mencerminkan
prioritas pembangunan yang telah ditetapkan oleh Presiden dan mendapat
persetujuan DPR.
B. Setelah melalui pembahasan antara K/L selaku chief of operation officer (COO)
dengan Menteri Keuangan selaku chief financial officer (CFO) dan Menteri
Perencanaan, dihasilkan Rancangan Undang-Undang APBN yang bersama Nota
Keuangan kemudian disampaikan kepada DPR.
C. Setelah dilakukan pembahasan antara Pemerintah dan DPR, dengan
mempertimbangkan masukan DPD,DPR memberikan persetujuan dan
pengesahan sehingga menjadi Undang-undang APBN, dimana tahapan
kegiatan ini disebut penetapan APBN.
D. Selanjutnya, pelaksanaan APBN dilakukan oleh K/L dan Bendahara Umum
Negara dengan mengacu pada Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA)
sebagai alat pelaksanaan APBN.
E. Bersamaan dengan tahapan pelaksanaan APBN, K/L dan Bendahara Umum
Negara melakukan pelaporan dan pencatatan sesuai dengan Standar Akuntansi
Pemerintah (SAP) sehingga menghasilkan Laporan Keuangan Pemerintah Pusat
(LKPP) yang terdiri atas Laporan Realisasi Anggaran (LRA), Neraca, Laporan
Arus Kas (LAK), dan Catatan Atas Laporan Keuangan (CALK). Atas LKPP
tersebut, Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) melakukan pemeriksaan, dan
LKPP yang telah diaudit oleh BPK tersebut disampaikan oleh Presiden kepada
DPR dalam bentuk rancangan undang-undang pertanggungjawaban
pelaksanaan APBN untuk dibahas dan disetujui.

Secara ringkas, kegiatan yang dilakukan dalam satu siklus APBN tahun tertentu
meliputi:

Tahapan Kegiatan Output Lingkup


Pembahasan
1. Perumusan Identifikasi arahan Surat Menteri Internal
arahan Presiden dalam Keuangan ke
Presiden sidang kabinet Presiden tentang Pemerintah
Klasifikasi arahan usulan arah
Presiden menurut kebijakan dan
tema/bidang prioritas
Formulasi konsep pembangunan
usulan arah nasional
kebijakan dan

5
Tahapan Kegiatan Output Lingkup
Pembahasan
prioritas
pembangunan
nasional
2. Resource Review Kerangka Surat Menteri Internal
Envelope Penganggaran Keuangan kepada
Jangka Panjang Menteri PPN/Kepala Pemerintah,
(Long Term Bappenas tentang dengan
Budget resource envelope koordinasi
Framework - pagu belanja K/L
antara
LTBF) dan Konsep Kebijakan
Kerangka fiskal dan makro Kementerian
Penganggaran RAPBN
Jangka Menengah Draft Surat Menteri Keuangan dan
(Medium Term Keuangan kepada
Bappenas,
Budget Presiden
Framework Konsep paparan BPS,
MTBF) Menteri Keuangan
Perumusan dalam sidang Kementerian
konsep awal kabinet ESDM, BI dalam
kebijakan fiscal
dan pokok-pokok penyusunan
KEM
Perumusan asumsi dasar
usulan asumsi ekonomi makro
dasar ekonomi
makro dan
Parameter APBN
Perumusan
usulan besaran
RAPBN
Perumusan
usulan besaran
resource envelope
pagu belanja
negara
3. Penyusunan Penyampaian Surat Bersama Internal
Pagu Indikatif surat tentang Menteri Keuangan
kapasitas fiscal dan Kepala Pemerintah
untuk pagu Bappenas tentang
indikatif kepada Pagu Indikatif
Menteri
PPN/Kepala
Bappenas
Penyusunan
6
Tahapan Kegiatan Output Lingkup
Pembahasan
usulan rancangan
pagu indikatif
4. Penyusunan Penyiapan bahan Dokumen KEM dan Internal
Kerangka penyusunan KEM PPKF
Ekonomi dan PPKF Dokumen RKP Pemerintah
Makro (KEM) RAPBN TA yang Paparan Menteri Penanggung
dan Pokok- direncanakan Keuangan ke DPR
pokok Penyiapan Kesepakatan Badan jawab:
Kebijakan dokumen KEM Anggaran tentang
Fiskal (PPKF) dan PPKF untuk RKP, KEM dan Kementerian
(bersamaan disampaikan PPKF Keuangan
dengan kepada Menteri (BKF)
Rencana Kerja Keuangan
Pemerintah) Penyusunan RKP Bappenas
(Keppres) (Deputi
Penyampaian
RKP serta KEM Bidang
dan PPKF Pendanaan dan
kepada DPR
Pembangunan)

5. Pembicaraan BKF, DJA,


Pendahuluan DJPK,
dan Bappenas
6. Penyusunan Penganggaran Dokumen Nota Internal
RAPBN dan Penyampaian dan
MTBF pembahasan Keuangan RAPBN dan Pemerintah
dalam sidang RUU APBN Penanggung
kabinet
(Disampaikan oleh Jawab:
Presiden kepada DPR Kementerian
pada tanggal 16 Keuangan
Agustus) (dengan
koordinator
DJA)
7. Pembahasan Pembahasan Nota Keuangan Pemerintah dan
RAPBN RAPBN menjadi APBN

7
Tahapan Kegiatan Output Lingkup
Pembahasan
APBN UU APBN DPR
RUU APBN (Ditetapkan akhir
menjadi UU APBN Penanggung
Oktober)
Jawab: BKF,
DJA
dan DJPK
8. Penganggaran Keputusan Presiden Internal
APBN
tentang Rincian Pemerintah
Anggaran Belanja Penanggung
Pemerintah Pusat dan Jawab: DJA
Dokumen Pelaksanaan
Anggaran
9. Pelaksanaan Penanggung
APBN mulai 1
Januari TA jawab:
yang Masing-masing
direncanakan
Kuasa
Pengguna
Anggaran

8
Berikut bagan siklus penyusunan APBN:

Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD)


Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, selanjutnya disingkat APBD adalah
rencana keuangan tahunan pemerintahan daerah yang dibahas dan disetujui bersama
oleh pemerintah daerah dan DPRD, dan ditetapkan dengan peraturan daerah.
Asas Umum APBD
1. APBD disusun sesuai dengan kebutuhan penyelenggaraan pemerintahan dan
kemampuan pendapatan daerah.
2. Penyusunan APBD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berpedoman kepada
RKPD dalam rangka mewujudkan pelayanan kepada masyarakat untuk
tercapainya tujuan bernegara.
3. APBD mempunyai fungsi otorisasi, perencanaan, pengawasan, alokasi,
distribusi, dan stabilisasi.

9
4. APBD, Perubahan APBD, dan pertanggungjawaban pelaksanaan APBD setiap
tahun ditetapkan dengan peraturan daerah.
5. Semua penerimaan dan pengeluaran daerah baik dalam bentuk uang, barang
dan/atau jasa dianggarkan dalam APBD.
6. Jumlah pendapatan yang dianggarkan dalam APBD merupakan perkiraan yang
terukur secara rasional yang dapat dicapai untuk setiap sumber pendapatan.
7. Seluruh pendapatan daerah, belanja daerah, dan pembiayaan daerah
dianggarkan secara bruto dalam APBD.
8. Pendapatan daerah yang dianggarkan dalam APBD harus berdasarkan pada
ketentuan peraturan perundang-undangan.
A. Sistematika APBD
APBD merupakan satu kesatuan yang terdiri dari:
1. Pendapatan daerah
Pendapatan daerah meliputi semua penerimaan uang melalui Rekening Kas
Umum Daerah, yang menambah ekuitas dana lancar, yang merupakan hak
daerah dalam satu tahun anggaran yang tidak perlu dibayar kembali oleh
Daerah. Pendapatan daerah terdiri atas:
a. Pendapatan Asli Daerah (PAD), terdiri atas:
pajak daerah
retribusi daerah
hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan
lain-lain PAD yang sah, mencakup hasil penjualan kekayaan daerah yang
tidak dipisahkan, hasil pemanfaatan atau pendayagunaan kekayaan
daerah yang tidak dipisahkan, jasa giro, pendapatan bunga, tuntutan ganti
rugi, keuntungan selisih nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing dan
komisi, potongan, ataupun bentuk lain sebagai akibat dari penjualan
dan/atau pengadaan barang dan/atau jasa oleh daerah.
Dana Perimbangan, meliputi: Dana Bagi Hasil, Dana Alokasi Umum, Dana
Alokasi Khusus.

10
b. Lain-lain pendapatan daerah yang sah
Lain-lain pendapatan daerah yang sah merupakan seluruh pendapatan
daerah selain PAD dan dana perimbangan, yang meliputi hibah, dana
darurat, dan lain-lain pendapatan yang ditetapkan pemerintah. Hibah
merupakan bantuan berupa uang, barang, dan/atau jasa yang berasal dari
pemerintah, masyarakat, dan badan usaha dalam negeri atau luar negeri
yang tidak mengikat.
2. Belanja daerah
Belanja daerah meliputi semua pengeluaran dari Rekening Kas Umum Daerah
yang mengurangi ekuitas dana lancar, yang merupakan kewajiban daerah
dalam satu tahun anggaran yang tidak akan diperoleh pembayarannya kembali
oleh Daerah.
Belanja daerah dipergunakan dalam rangka pelaksanaan urusan pemerintahan
yang menjadi kewenangan provinsi atau kabupaten/kota yang terdiri dari urusan
wajib dan urusan pilihan yang ditetapkan dengan ketentuan perundang-
undangan.
Belanja daerah diklasifikasikan menurut:
a. Organisasi (disesuaikan dengan susunan organisasi pemerintahan daerah)
b. Fungsi
Klasifikasi berdasarkan urusan pemerintahan, diklasifikasikan menurut
kewenangan pemerintahan provinsi dan kabupaten/kota
Klasifikasi fungsi pengelolaan keuangan negara.
Klasifikasi belanja menurut fungsi digunakan untuk tujuan keselarasan dan
keterpaduan pengelolaan keuangan negara terdiri dari pelayanan umum,
ketertiban dan keamanan, ekonomi, lingkungan hidup, perumahan dan
fasilitas umum, kesehatan, pariwisata dan budaya, agama, pendidikan,
serta perlindungan sosial.
c. Program dan kegiatan (disesuaikan dengan urusan pemerintahan yang
menjadi kewenangan daerah.)

11
d. Jenis belanja
Klasifikasi belanja menurut jenis belanja terdiri dari: belanja pegawai, belanja
barang dan jasa, belanja modal, bunga, subsidi, hibah, bantuan sosial,
belanja bagi hasil dan bantuan keuangan, belanja tidak terduga.
3. Pembiayaan daerah
Pembiayaan daerah meliputi semua penerimaan yang perlu dibayar kembali
dan/atau pengeluaran yang akan diterima kembali, baik pada tahun anggaran
yang bersangkutan maupun pada tahun-tahun anggaran berikutnya.
Pembiayaan daerah terdiri dari
a. Penerimaan pembiayaan, mencakup:
SiLPA tahun anggaran sebelumnya
pencairan dana cadangan
hasil penjualan kekayaan daerah yang dipisahkan
penerimaan pinjaman
penerimaan kembali pemberian pinjaman.
b. Pengeluaran pembiayaan
Pembentukan dana cadangan
Penyertaan modal pemerintah daerah
Pembayaran pokok utang
Pemberian pinjaman.
Pembiayaan neto merupakan selisih lebih penerimaan pembiayaan terhadap
pengeluaran pembiayaan. Jumlah pembiayaan neto harus dapat menutup
defisit anggaran.

12
B. Penyusunan Rancangan APBD

1. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah


RPJMD untuk jangka waktu 5 (lima) tahun merupakan penjabaran dari visi,
misi, dan program kepala daerah yang penyusunannya berpedoman kepada
RPJP Daerah dengan memperhatikan RPJM Nasional dan standar pelayanan
minimal yang ditetapkan oleh pemerintah. RPJMD ditetapkan paling lambat 3
(tiga) bulan setelah kepala daerah dilantik.
2. Rencana Strategis
SKPD menyusun rencana strategis yang selanjutnya disebut Renstra-SKPD
yang memuat visi, misi, tujuan, strategi, kebijakan, program dan kegiatan
pembangunan yang bersifat indikatif sesuai dengan tugas dan fungsinya
masing-masing. Penyusunan Renstra-SKPD sebagaimana berpedoman pada
RPJMD sesuai tugas dan fungsi SKPD.

13
Renstra adalah suatu dokumen Perencanaan yang berorientasi pada hasil yang
ingin dicapai dalam kurun waktu 1-5 tahun sehubungan dengan tugas dan
fungsi SKPD serta disusun dengan memperhitungkan perkembangan
lingkungan strategis.
Setiap SKPD wajib melakukan penyusunan Renstra dengan mengacu pada
RPJM Daerah. Penyusunan Renstra SKPD harus melibatkan stakeholder
sesuai dengan tugas dan fungsi SKPD serta berkoordinasi dengan Bappeda.
Renstra SKPD ditetapkan melalui peraturan kepala SKPD Dokumen Renstra
SKPD yang telah ditetapkan Kepala SKPD disampaikan ke Bappeda
3. Rencana Kerja SKPD
Renja SKPD merupakan penjabaran dari Renstra SKPD yang disusun
berdasarkan evaluasi pencapaian pelaksanaan program dan kegiatan tahun-
tahun sebelumnya.
4. Rencana Kerja Pembangunan Daerah
Pemerintah daerah menyusun RKPD yang merupakan penjabaran dari RPJMD
dengan menggunakan bahan dari Renja SKPD untuk jangka waktu 1 (satu)
tahun yang mengacu kepada Rencana Kerja Pemerintah. RKPD memuat
rancangan kerangka ekonomi daerah, prioritas pembangunan dan kewajiban
daerah, rencana kerja yang terukur dan pendanaannya, baik yang dilaksanakan
langsung oleh pemerintah daerah maupun ditempuh dengan mendorong
partisipasi masyarakat.
RKPD disusun untuk menjamin keterkaitan dan konsistensi antara
perencanaan, penganggaran, pelaksanaan, dan pengawasan. Penyusunan
RKPD diselesaikan selambat-lambatnya akhir bulan Mei tahun anggaran
sebelumnya. RKPD ditetapkan dengan peraturan kepala daerah.
5. Kebijakan umum APBD disusun oleh Kepala Daerah.
Penyusunan rancangan kebijakan umum berpedoman pada pedoman
penyusunan APBD yang ditetapkan oleh Menteri Dalam Negeri setiap tahun.
Dalam menyusun rancangan KUA, kepala daerah dibantu oleh Tim Anggaran
Pemerintah Daerah (TAPD) yang dipimpin oleh sekretaris daerah. Rancangan
KUA yang telah disusun, disampaikan oleh sekretaris daerah selaku

14
koordinator pengelola keuangan daerah kepada kepala daerah, paling lambat
pada awal bulan Juni. Kepala daerah menyampaikan rancangan kebijakan
umum APBD tahun anggaran berikutnya sebagai landasan penyusunan
RAPBD kepada DPRD selambat-lambatnya pertengahan bulan Juni tahun
anggaran berjalan. Rancangan kebijakan Umum APBD yang telah dibahas
kepala daerah bersama DPRD dalam pembicaraan pendahuluan RAPBD
selanjutnya disepakati menjadi Kebijakan Umum APBD.
Pedoman penyusunan APBD yang ditetapkan Menteri Dalam Negeri tersebut
memuat antara lain:
a. pokok-pokok kebijakan yang memuat sinkronisasi kebijakan pemerintah
dengan pemerintah daerah;
b. prinsip dan kebijakan penyusunan APBD tahun anggaran berkenaan;
c. teknis penyusunan APBD; dan
d. hal-hal khusus lainnya.
Rancangan KUA memuat target pencapaian kinerja yang terukur dari program-
program yang akan dilaksanakan oleh pemerintah daerah untuk setiap urusan
pemerintahan daerah yang disertai dengan proyeksi pendapatan daerah,
alokasi belanja daerah, sumber dan penggunaan pembiayaan yang disertai
dengan asumsi yang mendasarinya. Program-program diselaraskan dengan
prioritas pembangunan yang ditetapkan oleh pemerintah pusat. Sedangkan
asumsi yang mendasari adalah pertimbangan atas perkembangan ekonomi
makro dan perubahan pokok-pokok kebijakan fiskal yang ditetapkan oleh
pemerintah pusat.
6. Prioritas dan Plafon Anggaran Sementara
Berdasarkan kebijakan umum APBD yang telah disepakati, pemerintah daerah
dan DPRD membahas rancangan prioritas dan plafon anggaran sementara
yang disampaikan oleh kepala daerah. Pembahasan prioritas dan plafon
anggaran sementara dilakukan paling lambat minggu kedua bulan Juli tahun
anggaran sebelumnya. Pembahasan dilakukan oleh TAPD bersama panitia
anggaran DPRD. Rancangan PPAS yang telah dibahas selanjutnya disepakati
menjadi PPAS paling lambat akhir bulan Juli tahun anggaran berjalan.

15
7. Nota Kesepakatan
KUA serta PPAS yang telah disepakati, masing-masing dituangkan ke dalam
nota kesepakatan yang ditandatangani bersama antara kepala daerah dengan
pimpinan DPRD. Dalam hal kepala daerah berhalangan, yang bersangkutan
dapat menunjuk pejabat yang diberi wewenang untuk menandatangani nota
kepakatan KUA dan PPAS. Dalam hal kepala daerah berhalangan tetap,
penandatanganan nota kepakatan KUA dan PPAS dilakukan oleh pejabat yang
ditunjuk oleh pejabat yang berwenang.
8. Pedoman Penyusunan RKA
Berdasarkan nota kesepakatan yang berisi KUA dan PPAS, TAPD menyiapkan
rancangan surat edaran kepala daerah tentang pedoman penyusunan RKA
SKPD sebagai acuan kepala SKPD dalam menyusun RKA-SKPD. Rancangan
surat edaran kepala daerah tentang pedoman penyusunan RKA-SKPD
mencakup:
a. PPAS yang dialokasikan untuk setiap program SKPD berikut rencana
pendapatan dan pembiayaan;
b. Sinkronisasi program dan kegiatan antar SKPD dengan kinerja SKPD
berkenaan sesuai dengan standar pelayanan minimal yang ditetapkan;
c. Batas waktu penyampaian RKA-SKPD kepada PPKD;
d. Hal-hal lainnya yang perlu mendapatkan perhatian dari SKPD terkait
dengan prinsip-prinsip peningkatan efisiensi, efektifitas, tranparansi dan
akuntabilitas penyusunan anggaran dalam rangka pencapaian prestasi
kerja; dan
e. Dokumen sebagai lampiran meliputi KUA, PPA, kode rekening APBD,
format RKASKPD, analisis standar belanja dan standar satuan harga.
Surat edaran kepala daerah perihal pedoman penyusunan RKASKPD
diterbitkan paling lambat awal bulan Agustus tahun anggaran berjalan.
Berdasarkan pedoman penyusunan RKA-SKPD, kepala SKPD menyusun RKA-
SKPD.

16
9. Rencana Kerja Anggaran - SKPD
RKA-SKPD disusun dengan menggunakan pendekatan kerangka pengeluaran
jangka menengah daerah, penganggaran terpadu dan penganggaran
berdasarkan prestasi kerja. Penyusunan RKA-SKPD dengan pendekatan
kerangka pengeluaran jangka menengah dilaksanakan dengan menyusun
prakiraan maju yang berisi perkiraan kebutuhan anggaran untuk program dan
kegiatan yang direncanakan dalam tahun anggaran berikutnya dari tahun
anggaran yang direncanakan dan merupakan implikasi kebutuhan dana untuk
pelaksanaan program dan kegiatan tersebut pada tahun berikutnya.
Penyusunan RKA-SKPD dengan pendekatan penganggaran terpadu dilakukan
dengan mengintegrasikan seluruh proses perencanaan dan penganggaran di
lingkungan SKPD untuk menghasilkan dokumen rencana kerja dan anggaran.
Penyusunan RKA-SKPD dengan pendekatan prestasi kerja dilakukan dengan
memperhatikan keterkaitan antara pendanaan dengan keluaran dan hasil yang
diharapkan dari kegiatan dan program termasuk efisiensi dalam pencapaian
keluaran dan hasil tersebut. Penyusunan anggaran berdasarkan prestasi kerja
dilakukan berdasarkan capaian kinerja, indikator kinerja, analisis standar
belanja, standar satuan harga, dan standar pelayanan minimal. Standar satuan
harga ditetapkan dengan keputusan kepala daerah.
Untuk terlaksananya penyusunan RKA-SKPD berdasarkan pendekatan
kerangka pengeluaran jangka menengah daerah, penganggaran terpadu dan
penganggaran berdasarkan prestasi kerja, dan terciptanya kesinambungan
RKA-SKPD, kepala SKPD mengevaluasi hasil pelaksanaan program dan
kegiatan 2 (dua) tahun anggaran sebelumnya sampai dengan semester
pertama tahun anggaran berjalan. Evaluasi tersebut bertujuan menilai program
dan kegiatan yang belum dapat dilaksanakan dan/atau belum diselesaikan
tahun-tahun sebelumnya untuk dilaksanakan dan/atau diselesaikan pada tahun
yang direncanakan atau 1 (satu) tahun berikutnya dari tahun yang
direncanakan. Dalam hal suatu program dan kegiatan merupakan tahun
terakhir untuk pencapaian prestasi kerja yang ditetapkan, kebutuhan dananya
harus dianggarkan pada tahun yang direncanakan.

17
RKA-SKPD memuat rencana pendapatan, belanja untuk masing-masing
program dan kegiatan menurut fungsi untuk tahun yang direncanakan, dirinci
sampai dengan rincian objek pendapatan, belanja, dan pembiayaan, serta
prakiraan maju untuk tahun berikutnya.
10. Penyiapan Raperda
RKA-SKPD yang telah disusun oleh kepala SKPD disampaikan kepada PPKD.
RKA-SKPD selanjutnya dibahas oleh tim anggaran pemerintah daerah.
Pembahasan oleh tim anggaran pemerintah daerah dilakukan untuk menelaah
kesesuaian antara RKA-SKPD dengan kebijakan umum APBD, prioritas dan
plafon anggaran sementara, prakiraan maju yang telah disetujui tahun
anggaran sebelumnya, dan dokumen perencanaan lainnya, serta capaian
kinerja, indikator kinerja, analisis standar belanja, standar satuan harga, dan
standar pelayanan minimal.
PPKD menyusun rancangan peraturan daerah tentang APBD berikut dokumen
pendukung berdasarkan RKA-SKPD yang telah ditelaah oleh tim anggaran
pemerintah daerah. Dokumen pendukung terdiri atas nota keuangan, dan
rancangan APBD.
11. Penyampaian dan Pembahasan Rancangan Peraturan Daerah tentang APBD
Kepala daerah menyampaikan rancangan peraturan daerah tentang APBD
kepada DPRD disertai penjelasan dan dokumen pendukungnya pada minggu
pertama bulan Oktober tahun sebelumnya untuk dibahas dalam rangka
memperoleh persetujuan bersama.
Pembahasan menitikberatkan pada kesesuaian antara kebijakan umum APBD
serta prioritas dan plafon anggaran sementara dengan program dan kegiatan
yang diusulkan dalam rancangan peraturan daerah tentang APBD.
12. Persetujuan Rancangan Peraturan Daerah tentang APBD
Pengambilan keputusan bersama DPRD dan kepala daerah terhadap
rancangan peraturan daerah tentang APBD dilakukan selambat-lambatnya 1
(satu) bulan sebelum tahun anggaran yang bersangkutan dilaksanakan. Atas
dasar persetujuan bersama, kepala daerah menyiapkan rancangan peraturan
kepala daerah tentang penjabaran APBD.

18
Apabila DPRD sampai batas waktu tidak mengambil keputusan bersama
dengan kepala daerah terhadap rancangan peraturan daerah tentang APBD,
kepala daerah melaksanakan pengeluaran setinggi tingginya sebesar angka
APBD tahun anggaran sebelumnya untuk membiayai keperluan setiap bulan,
yang disusun dalam rancangan peraturan kepala daerah tentang APBD.
Pengeluaran setinggi-tingginya untuk keperluan setiap bulan diprioritaskan
untuk belanja yang bersifat mengikat dan belanja yang bersifat wajib.
Rancangan peraturan kepala daerah dilaksanakan setelah memperoleh
pengesahan dari Menteri Dalam Negeri bagi provinsi dan gubernur bagi
kabupaten/kota. Pengesahan terhadap rancangan peraturan kepala daerah
dilakukan selambat-lambatnya 15 (lima belas) hari terhitung sejak diterimanya
rancangan dimaksud. Apabila sampai batas waktu belum disahkan, rancangan
peraturan kepala daerah tentang APBD ditetapkan menjadi peraturan kepala
daerah tentang APBD.
13. Evaluasi Rancangan Peraturan Daerah tentang APBD dan Peraturan Kepala
Daerah tentang Penjabaran RAPBD
Rancangan peraturan daerah provinsi tentang APBD yang telah disetujui
bersama DPRD dan rancangan peraturan gubernur tentang penjabaran APBD
sebelum ditetapkan oleh gubernur paling lambat 3 (tiga) hari kerja disampaikan
kepada Menteri Dalam Negeri untuk dievaluasi.
Hasil evaluasi disampaikan oleh Menteri Dalam Negeri kepada gubernur
selambat-lambatnya 15 (lima belas) hari terhitung sejak diterimanya rancangan
dimaksud.
Apabila Menteri Dalam Negeri tidak memberikan hasil evaluasi dalam waktu 15
(lima belas) hari terhitung sejak rancangan diterima, maka gubernur dapat
menetapkan rancangan peraturan daerah APBD menjadi peraturan daerah
APBD dan rancangan peraturan gubernur tentang penjabaran APBD menjadi
peraturan gubernur tentang penjabaran APBD.
Apabila Menteri Dalam Negeri tidak memberikan hasil evaluasi dalam waktu 15
(lima belas) hari terhitung sejak rancangan diterima, maka gubernur dapat
menetapkan rancangan peraturan daerah APBD menjadi peraturan daerah

19
APBD dan rancangan peraturan gubernur tentang penjabaran APBD menjadi
peraturan gubernur tentang penjabaran APBD.
Apabila Menteri Dalam Negeri menyatakan hasil evaluasi rancangan peraturan
daerah tentang APBD dan rancangan peraturan gubernur tentang penjabaran
APBD sudah sesuai dengan kepentingan umum dan peraturan perundang-
undangan yang lebih tinggi, gubernur menetapkan rancangan dimaksud
menjadi peraturan daerah dan peraturan gubernur.
Apabila Menteri Dalam Negeri menyatakan hasil evaluasi rancangan peraturan
daerah tentang APBD dan rancangan peraturan gubernur tentang penjabaran
APBD bertentangan dengan kepentingan umum dan peraturan perundang-
undangan yang lebih tinggi, gubernur bersama DPRD melakukan
penyempurnaan selambatlambatnya 7 (tujuh) hari terhitung sejak diterimanya
hasil evaluasi.
Apabila hasil evaluasi tidak ditindaklanjuti oleh gubernur dan DPRD, dan
gubernur tetap menetapkan rancangan peraturan daerah tentang APBD dan
rancangan peraturan gubernur tentang penjabaran APBD menjadi peraturan
daerah dan peraturan gubernur, Menteri Dalam Negeri membatalkan peraturan
daerah dan peraturan gubernur dimaksud sekaligus menyatakan berlakunya
pagu APBD tahun sebelumnya. Paling lama 7 (tujuh) hari setelah keputusan
pembatalan, kepala daerah harus memberhentikan pelaksanaan peraturan
daerah dan selanjutnya DPRD bersama kepala daerah mencabut peraturan
daerah dimaksud. Pencabutan peraturan daerah dilakukan dengan peraturan
daerah tentang pencabutan peraturan daerah tentang APBD.
Penyempurnaan hasil evaluasi dilakukan kepala daerah bersama dengan
Panitia Anggaran DPRD. Hasil penyempurnaan ditetapkan oleh pimpinan
DPRD. Keputusan pimpinan DPRD dijadikan dasar penetapan peraturan
daerah tentang APBD. Keputusan pimpinan DPRD dilaporkan pada sidang
paripurna berikutnya. Keputusan pimpinan DPRD disampaikan kepada Menteri
Dalam Negeri untuk APBD provinsi dan kepada gubernur untuk APBD
kabupaten/kota, paling lambat 3 (tiga) hari kerja setelah keputusan tersebut
ditetapkan.

20
14. Penetapan Peraturan Daerah tentang APBD dan Peraturan Kepala Daerah
tentang Penjabaran APBD
Rancangan peraturan daerah tentang APBD dan rancangan peraturan kepala
daerah tentang penjabaran APBD yang telah dievaluasi ditetapkan oleh kepala
daerah menjadi peraturan daerah tentang APBD dan peraturan kepala daerah
tentang penjabaran APBD.
Penetapan rancangan peraturan daerah tentang APBD dan peraturan kepala
daerah tentang penjabaran APBD dilakukan selambat-lambatnya tanggal 31
Desember tahun anggaran sebelumnya.
Kepala daerah menyampaikan peraturan daerah tentang APBD dan peraturan
kepala daerah tentang penjabaran APBD kepada Menteri Dalam Negeri bagi
provinsi dan gubernur bagi kabupaten/kota selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari
kerja setelah ditetapkan.

21

Anda mungkin juga menyukai