Anda di halaman 1dari 23

1.

Siklus APBN
1.1. Penyusunan APBN (Januari-Juli tahun n-1)

Pada tahap awal penyusunan anggaran, Pemerintah Pusat menyampaikan


pokok-pokok kebijakan fiskal dan kerangka ekonomi makro tahun anggaran
berikutnya kepada Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) selambat-lambatnya pertengahan
bulan Mei tahun berjalan. Berdasarkan hasil pembahasan kerangka ekonomi makro
dan pokok-pokok kebijakan fiskal, Pemerintah Pusat bersama DPR membahas
kebijaksanaan umum dan prioritas anggaran untuk dijadikan acuan bagi setiap
kementerian negara/lembaga dalam penyusunan usulan anggaran.

Dalam rangka penyusunan rancangan APBN, menteri/pimpinan lembaga selaku


pengguna anggaran/pengguna barang menyusun rencana kerja dan anggaran
Kementerian Negara/Lembaga (RKA-KL) tahun berikutnya. RKA-KL disusun
berdasarkan prestasi kerja yang akan dicapai, disertai dengan perkiraan belanja untuk
tahun berikutnya setelah tahun anggaran yang sedang disusun. RKA-KL tersebut
disampaikan kepada DPR untuk dibahas dalam pembicaraan pendahuluan rancangan
APBN. Hasil pembahasan RKA-KL disampaikan kepada Menteri Keuangan sebagai
bahan penyusunan rancangan undang-undang tentang APBN tahun berikutnya.

1.2. Penetapan APBN (16 Agustus-Oktober tahun n-1)


Penetapan APBN dawali dengan pidato presiden pada tanggal 16 Agustus tahun
n-1. Kemudian pidato ini dipakai oleh Pemerintah Pusat sebagai acuan untuk
mengajukan Rancangan Undang-undang (RUU) tentang APBN tahun berikutnya
disertai dengan nota keuangan dan dokumen-dokumen pendukungnya kepada DPR
pada bulan Agustus. Pembahasan RUU APBN dilakukan sesuai dengan undang-
undang yang mengatur susunan dan kedudukan DPR. Dalam pembahasan ini DPR
dapat mengajukan usul yang mengakibatkan perubahan jumlah penerimaan dan
pengeluaran dalam rancangan undang-undang tentang APBN. Pengambilan keputusan
oleh DPR mengenai RUU APBN dilakukan selambat-lambatnya dua bulan sebelum
tahun anggaran yang bersangkutan dilaksanakan. APBN yang disetujui oleh DPR
terinci dalam dengan unit organisasi, fungsi, subfungsi, program, kegiatan, dan jenis
belanja. Apabila DPR tidak menyetujui rancangan undang-undang tentang APBN
yang diajukan pemerintah, maka pemerintah dapat melakukan pengeluaran setinggi-
tingginya sebesar angka APBN tahun anggaran sebelumnya.
1
1.3. Pelaksanaan APBN (Januari-Desember tahun n)
Pedoman untuk pelaksanaan belanja negara terdiri atas:
a. Peraturan teknis dalam rangka pelaksanaan anggaran yang berkaitan dengan
pengelolaan keuangan negara, yaitu yang memuat bagaimana prosedur
pengelolaan keuangan negara mulai dari ketersediaan dana, pengajuan tagihan
kepada negara, penataausahaan dan pertanggungjawaban pengelolaan
keuangan negara:
b. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 134/PMK.06/2005 tentang Pedoman
Pembayaran dalam Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara.
c. Peraturan Dirjen Perbendaharaan Nomor PER-66/PB/2005 tentang
Mekanisme Pelaksanaan Pembayaran atas Beban Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara, sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Dirjen
Perbendaharaan Nomor PER-11/PB/2011.
d. Peraturan teknis dalam rangka pelaksanaan kegiatan kementerian
negara/lembaga sebagaimana tercantum dalam DIPA dan Petunjuk
Operasional Kegiatan ditetapkan dalam Peraturan Presiden Nomor 80 Tahun
2003 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah
sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Presiden
Nomor 54 Tahun 2010.
1.4. Pengawasan APBN
Menurut Keputusan Presiden Nomor 42 Tahun 2002 dan Keputusan Presiden
Nomor 72 Tahun 2004 tentang Pedoman Pelaksanaan APBN pada Bab IX memuat
hal-hal yang mengatur pengawasan pelaksanaan APBN. Pada tahap ini pengawasan
terhadap pelaksanaan APBN dilakukan oleh atasan/kepala kantor/satuan kerja
kementerian negara/lembaga dalam lingkungannya. Atasan langsung bendahara
melakukan pemeriksaaan kas bendahara sekurang-kurangnya tiga bulan sekali. (Yang
berlaku sekarang sesuai dengan Peraturan Dirjen Perbendaharaan Nomor 47/PB/2009
dan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 73/PMK.05/2008 bahwa pemeriksaan kas
bendahara tersebut dilaksanakan sekurang-kurangnya satu bulan sekali.)
Inspektur Jenderal masing-masing kementerian negara/lembaga dan unit
pengawasan pada lembaga melakukan pengawasan atas pelaksanaan APBN di
lingkungan kementerian negara/lembaga bersangkutan sesuai dengan ketentuan yang
berlaku. Inspektur Jenderal kementerian negara/lembaga dan pimpinan unit

2
pengawasan lembaga wajib menindaklanjuti pengaduan masyarakat mengenai hal-hal
yang terkait dengan pelaksanaan APBN.
Selain pengawasan yang dilakukan oleh pihak eksekutif, terdapat pula
pengawasan yang dilakukan oleh DPR atau legislatif baik secara langsung mupun
tidak langsung. Pengawasan secara langsung dilakukan melalui mekanisme
monitoring berupa penyampaian laporan semester I kepada DPR selambat-lambatnya
satu bulan setelah berakhirnya semester I tahun anggaran yang bersangkutan. Laporan
tersebut harus pula mencantumkan prognosa untuk semester II dengan maksud agar
DPR dapat mengantisipasi kemungkinan ada atau tidaknya APBN Perubahan untuk
tahun anggaran yang bersangkutan. Laporan semester I dan prognosa semester II
tersebut dibahas dalam rapat kerja antara Panitia Anggaran DPR dan Menteri
Keuangan sebagai wakil pemerintah. Pengawasan tidak langsung dilakukan melalui
penyampaian hasil pemeriksaan BPK atas pelaksanaan APBN kepada DPR.
Pemeriksaan yanag dilakukan BPK menyangkut tanggung jawab pemerintah dalam
melaksanakan APBN.
1.5. Pertanggungjawaban APBN (Juli n+1)
Menteri/pimpinan lembaga selaku Pengguna Anggaran/Pengguna Barang
menyusun pertanggungjawaban pelaksanaan APBN di lingkungan kementerian
negara/lembaga yang dipimpinnya berupa Laporan Keuangan yang meliputi Laporan
Realisasi Anggaran (LRA), Neraca, dan Catatan atas Laporan Keuangan (CaLK) yang
dilampiri Laporan Keuangan Badan Layanan Umum (BLU) pada kementerian
negara/lembaga masing-masing. Laporan Keuangan kementerian negara/lembaga oleh
menteri/pimpinan lembaga disampaikan kepada Menteri Keuangan selambat-
lambatnya dua bulan setelah tahun anggaran berakhir. Kemudian Menteri Keuangan
menyusun rekapitulasi laporan keuangan seluruh instansi kementerian negara. Menteri
Keuangan selaku Bendahara Umum Negara juga menyusun Laporan Arus Kas. Selain
itu, Menteri Keuangan sebagai wakil Pemerintah Pusat dalam kepemilikan kekayaan
negara yang dipisahkan menyusun ikhtisar laporan keuangan perusahaan negara.
Semua laporan keuangan tersebut disusun oleh Menteri Keuangan selaku pengelola
fiskal sebagai wujud laporan keuangan pemerintah pusat disampaikan kepada
Presiden dalam memenuhi pertanggungjawaban pelaksanaan APBN. Presiden
menyampaikan Laporan Keuangan Pemerintah Pusat kepada BPK paling lambat tiga
bulan setelah tahun anggaran berakhir. Audit atas laporan keuangan pemerintah harus

3
diselesaikan selambat-lambatnya dua bulan setelah laporan keuangan tersebut
diterima oleh BPK dari Pemerintah.
Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara Pasal 30
menyebutkan bahwa Presiden menyampaikan Rancangan Undang-undang tentang
pertanggungjawaban pelaksanaan APBN kepada DPR berupa laporan keuangan yang
telah diperiksa oleh Badan Pemeriksa Keuangan, selambat-lambatnya enam bulan
setelah tahun anggaran berakhir. Laporan Keuangan Pemerintah Pusat setidak-
tidaknya meliputi Laporan Realisasi Anggaran, Neraca, Laporan Arus Kas, dan
Catatan atas Laporan Keuangan, serta dilampiri dengan laporan keuangan perusahaan
negara dan badan lainnya. Mengenai bentuk dan isi laporan pertanggungjawaban
pelaksanaan APBN disusun dan disajikan sesuai dengan Standar Akuntansi
Pemerintah.
2. Proses Penyusunan APBN

Dalam penyusunan anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN) dawali


pada bulan Januari pada tahun n-1 anggaran atau 1 tahun sebelum tahun anggaran.
Pemerintah memiliki kementerian teknis, misal Kemeterian Pertanian, Kementerian
Kesehatan dan laian-lain. Masing-masing kementerian akan membuat RKAKL
(rencana kerja dan anggaran kementerian negara atau negara). Pemerintah Pusat juga
memiliki RKP (rencan kerja pemerintah). Kedua rencan tersebut akan diserasikan
agar tidak ada tumpang tindih rencana antar kementerian negara atau lembaga.
RKAKL akan dibicrakan dengan Kementerian Keuangan yang diwakili oleh DJAPK
(direktorat jendral anggran dan perimbangan keuangan). Setelah terjadi kesepakatan,

4
keputusan ini akan diserahkan pemerintah melalui Presiden kepada DPR (dewan
perwakilan rakyat) untuk dibahas per sektor anggaran.

Pembahasan di DPR akan diawali pemberian RUU APBN, Kota keuangan dan
data pendukung pada minggu III bulan Agustus. Masing-masing fraksi di dalam DPR
akan memberikan pandangannya terhadap RUU APBN yang diajukan pemerintah. Di
dalam DPR terdapat 9 fraksi, sebagai berikut :

Saat minggu IV bulan Agustus diadakan rapat paripurna untuk mendengar


jawaban pemerintah atas pandangan umum fraksi terhadap RUU APBN.

Untuk tata cara pengambilan keputusan dan kuorum didalam DPR diatur dalam
tata tertib DPR bagian 1 pasal 245, yaitu

Pasal 245

1. Ketua rapat membuka rapat apabila pada waktu yang telah ditentukan untuk
membuka rapat, telah hadir lebih dari separuh jumlah anggota rapat yang terdiri
atas lebih dari separuh unsur fraksi.

5
2. Apabila pada waktu yang telah ditentukan belum dihadiri oleh separuh jumlah
anggota rapat yang terdiri atas lebih dari separuh unsur fraksi, sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), ketua rapat mengumumkan penundaan pembukaan rapat.
3. Penundaan rapat sebagaimana dimaksud pada ayat (2) paling lama 30 (tiga puluh)
menit .
4. Ketua rapat dapat membuka, apabila rapat pada akhir waktu penundaan, ketentuan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) belum juga terpenuhi.
5. Rapat sebagaimana dimaksud pada ayat (4), dapat mengambil keputusan sesuai
dengan ketentuan kuorum sebagaimana diatur dalam Bab XVII tentang Tata Cara
Pengambilan Keputusan.

Langkah selanjutnya mulai dilakukan pembahasan oleh DPR dan Pemerintah


yang masing-masing diwakili oleh badan anggaran DPR (Banggar) dan Menteri
keuangan serta Gubernur Bank Indonesia. Dalam hal ini dibahas (1) Pokok-pokok
RUU APBN dan nota keuangan (2) Pembentukan panja dan tim perumus draft RUU
APBN. Sebagai mana tugas Badan Anggaran :

a. membahas bersama Pemerintah yang diwakili oleh menteri untuk


menentukan pokok-pokok kebijakan fiskal umum dan prioritas anggaran
untuk dijadikan acuan bagi setiap kementerian/lembaga dalam menyusun
usulan anggaran;
b. menetapkan pendapatan negara bersama Pemerintah dengan mengacu pada
usulan komisi terkait;
c. membahas rancangan undang-undang tentang APBN bersama Presiden yang
dapat diwakili oleh menteri dengan mengacu pada keputusan rapat kerja
komisi dan Pemerintah mengenai alokasi anggaran untuk fungsi, program,
dan kegiatan kementerian/lembaga;
d. melakukan sinkronisasi terhadap hasil pembahasan di komisi mengenai
rencana kerja dan anggaran kementerian/lembaga;
e. membahas laporan realisasi dan prognosis yang berkaitan dengan APBN; dan
f. membahas pokok-pokok penjelasan atas rancangan undang-undang tentang
pertanggungjawaban pelaksanaan APBN.

6
Selanjutnya pada awal September dilakukan RDP dan rapat kerja untuk
menentukan asumsi-asumsi dasar yang digunakan, seperti

a. Produk Domestik Bruto (PDB) dalam rupiah


b. Pertumbuhan ekonomi tahunan (%)
c. Inflasi (%)\
d. Nilai tukar rupiah per USD
e. Suku bunga SBI 3 bulan (%)
f. Harga minyak indonesia (USD/barel)
g. Produksi minyak Indonesia (barel/hari)

Rapar Dengar Pendapat dilakukan oleh mitra kerja bersama semua komisi di
dalam DPR.

Berikut rincian komisi DPR nanti:

a. Komisi I urusan Pemerintahan Bidang Luar Negeri, Komunikasi, dan


Informatika, dengan mitra kerja Kementerian Luar Negeri, Lembaga Kantor
Berita Nasional Antara, Komisi Penyiaran Indonesia (KPI), Televisi
Republik Indonesia (TVRI), Radio Republik Indonesia (RRI), Dewan Pers,
dan Lembaga Informasi Nasional (LIN).
b. Komisi II urusan Pemerintahan Bidang Dalam Negeri dengan mitra kerja
Kementerian Dalam Negeri, Badan pertanahan nasional (BPN), Komisi
Pemilihan Umum (KPU), Badan Pusat Statistik (BPS), dan Badan Pengawas
Pemilu (Bawaslu).
c. Komisi III urusan Pemerintahan Bidang Pertahanan dengan mitra kerja
Kementerian Pertahanan, Tentara Nasional Indonesia, Dewan Ketahanan
Nasional (Wantanas), Badan Intelijen Negara (BIN), Lembaga sandi Negara
(Lemsaneg), Lembaga Ketahanan Nasional (Lemhanas).
d. Komisi IV urusan Pemerintahan Bidang Administrasi, Aparatur dan
Pelayanan Pemerintahan, dengan mitra kerja Kementerian Negara
Pendayagunaan Aparatur Negara, Kementerian Sekretaris Negara, Menteri
Sekretaris Negara, Lembaga Administrasi negara (LAN), Badan
kelembagaan negara (BKN), Arsip Nasional, Komisi Ombudsman Nasional,

7
dan Sekretariat Lembaga-Lembaga Negara RI (BPK, MA, MK, KY, DPD,
MPR).
e. Komisi V urusan Pemerintahan Bidang Hak Asasi Manusia, Hukum dan
Keamanan, dengan mitra kerja Kementerian Hukum dan Hak Azasi Manusia,
Kejaksaan Agung, Kepolisian Negara Republik Indonesia, Komisi
Pemberantasan Korupsi (KPK), Komisi Hukum Nasional, Lembaga
Perlindungan Saksi dan Korban (LPSK), Komisi nasional HAM (Komnas
HAM), Komisi Kepolisian Republik Indonesia, dan Komisi Kejaksaan
Republik Indonesia.
f. Komisi VI urusan Pemerintahan Bidang Agama dan Sosial, dengan mitra
kerja Kementerian Agama, Kementerian sosial, Badan Penanggulangan
Bencana Nasional, Badan SAR Nasional, Badan Amil Zakat Nasional, Badan
Wakaf, dan Badan Pengurusan Haji.
g. Komisi VII urusan Pemerintahan Bidang Pendidikan dan Ilmu Pengetahuan
dan Teknologi, dengan mitra kerja Kementerian Pendidikan Nasional,
Kementerian Riset dan Teknologi, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
(LIPI), Badan Pengkajian dan penerapan Teknologi (BPPT), Badan tenaga
atom Nasional (Batan), Lembaga Antariksa dan Penerbangan Nasional
(Lapan), Perpustakaan Nasional, Badan Pengawasan Tenaga Nuklir Nasional
(Bapeten), Badan Koordinasi Survei dan Pemetaan Nasional (Bakosurtanal),
dan Dewan Riset Nasional (DRN).
h. Komisi VIII urusan Pemerintahan Bidang Kesehatan, dengan mitra kerja
kementerian Kesehatan, Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional
(BKKBN), Badan Pengawas Obat dan makanan (BPOM), Komisi
Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), dan Badan Narkotika Nasional.
i. Komisi IX urusan Pemerintahan Bidang Tenaga Kerja, Kebudayaan,
Pemberdayaan Perempuan, Pemuda dan Olah Raga, dengan mitra kerja
Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi, Kementerian Negara Pemuda
dan Olah Raga, Kementerian Pemberdayaan Perempuan, Badan Nasional
Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BNP2TKI), dan
Badan pengembangan Kebudayaan dan Pariwisata.
j. Komisi X urusan Pemerintahan Bidang Industri, Perdagangan dan BUMN,
dengan mitra kerja Kementerian Industri, Kementrian Perdagangan,
Kementerian Negara Koperasi dan Usaha Kecil-Menengah, Kementerian

8
Negera Badan Usaha Milik Negara, Badan Koordinasi Penanaman Modal
(KPM), Badan Standarisasi Nasional (BSN), Badan Perlindungan Konsumen
Nasional (BPKN), dan Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU).
k. Komisi XI urusan Pemerintahan Bidang Perhubungan, Wisata, dan
Informatika, dengan mitra kerja Kementerian Perhubungan, Kementerian
Kebudayaan dan Pariwisata, Kementerian Komunikasi dan Informatika, dan
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG).
l. Komisi XII urusan Pemerintahan Bidang Infrastruktur, dengan mitra kerja
Kementerian Pekerjaan Umum, Kementerian Negara Perumahan Rakyat, dan
Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal.
m. Komisi XIII urusan Pemerintahan Bidang Keuangan, Perbankan, dan
Perencanaan Pembangunan, dengan mitra kerja Kementerian Keuangan,
Kementerian Negara Perencanaan dan Pembangunan/Kepala Bappenas, Bank
Indonesia, Badan pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP), dan
Pusat Pelaporan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK).
n. Komisi XIV urusan Pemerintahan Bidang Pertambangan, Energi,
Lingkungan Hidup, dengan mitra Kerja Kementerian Pertambangan dan
Energi, Kementerian Lingkungan hidup, Dewan Energi Nasional, BP Migas,
dan BPH Migas.
o. Komisi XV urusan Pemerintahan Bidang Pertanian, Kehutanan, Kelautan dan
Perikanan, dengan kitra kerja Kementerian Pertanian, Kementerian
Kehutanan, Kementerian Kelautan dan Perikanan, Badan Urusan Logistik,
dan Dewan Maritim.

Akhir minggu September, hasil pembahasan laporan hasil panja dan tim
perumus RUU APBN dikemukakan dan dibahas Banggar, Kemenkeu, Bappenas dan
Gubernur BI untuk menentukan sikap akhir guna berlanjut ke tahap selanjutnhya yaitu
tahap III

Di tahap akhir yaitu pada bulan Oktober diadakan rapat paripurna yang
membahas dan memutuskan :

a. Penyampaian hasil pembahasan tingkat I di Banggar DPR RI


b. Peryantaan persetujuan/penolakan secara lisan yang diminta
pimpinan rapat paripurna.

9
c. Penyampaian pendapat akhir pemerintah

Untuk lebih jelas lihat bagan Proses Pembahasan di DPR :

Setelah proses di DPR sudah selesei dan disetujui seluruh pihak baik
Pemerintah dan DPR, kemudian disusunlah UU APBN. Penjabaran UU APBN akan
lebih lengkap pada PERPRES yang kan diterbitkan untuk menjalankan SAPSK
(satuan anggran per satuan kerja).

3. Sistematika APBN
terdiri dari 4 bab yaitu
1. Bab I (Pendahuluan)
Menguraikan tentang landasan hukum, peran strategis dari kebijakan fiskal, asumsi
dasar ekonomi makro, serta pokok-pokok kebijakan fiskal.
2. Bab II ( Kinerja Perekenomian Tahun N-1 dan Prospek Perekonomian Tahun N)

10
Menguraikan bagaimana perkembangan ekonomi tahun ini, kebijakan ekonomi makro
yang bisa dijadikan bahan perkiraan dan pertimbangan dalam menentukan prospek
ekonomi di tahun mendatang.
3. Bab III (Perkembangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara)
Menguraikan tentang perkembangan anggaran pendapatan dan belanja negara selama
3 tahun terakhir, melakukan berbagai upaya dalam meningkatkan pendapatan negara
baik melalui pajak langsung maupun pajak tidak langsung, mengendalikan dan
mempertajam prioritas dari alokasi pemanfaatan anggaran belanja.
4. Bab IV (Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara)
Menguraikan tentang target pendapatan dan rencana alokasi anggaran belanja, upaya
pembiayaan defisit, langkah-langkah kebijakan APBN yang dihitung dari asumsi-
asumsi dasar dan berbagai kebijakan fiskal yang akan dilakukan tahun itu.

11
1. Siklus APBD
Perencanaan anggaran daerah secara keseluruhan mencakup penyusunan Kebijakan
Umum APBD sampai dengan disusunnya Rancangan APBD terdiri dari beberapa tahapan
proses perencanaan anggaran daerah. Berdasarkan Undang-Undang No. 17 Tahun 2003
serta Undang-Undang No. 32 dan 33 Tahun 2004, tahapan tersebut adalah sebagai berikut
:
a. Pemerintah daerah menyampaikan kebijakan umum APBD tahun anggaran berikutnya
sebagai landasan penyusunan rancangan APBD paling lambat pada pertengahan bulan
Juni tahun berjalan. Kebijakan umum APBD tersebut berpedoman pada RKPD. Proses
penyusunan RKPD tersebut dilakukan antara lain dengan melaksanakan musyawarah
perencanaan pembangunan (musrenbang) yang selain diikuti oleh unsur-unsur
pemerintahan juga mengikutsertakan dan/atau menyerap aspirasi masyarakat terkait,
antara lain asosiasi profesi, perguruan tinggi, lembaga swadaya masyarakat (LSM),
pemuka adat, pemuka agama, dan kalangan dunia usaha.
b. DPRD kemudian membahas kebijakan umum APBD yang disampaikan oleh
pemerintah daerah dalam pembicaraan pendahuluan RAPBD tahun anggaran
berikutnya.
c. Berdasarkan Kebijakan Umum APBD yang telah disepakati dengan DPRD, pemerintah
daerah bersama DPRD membahas prioritas dan plafon anggaran sementara untuk
dijadikan acuan bagi setiap SKPD.
d. Kepala SKPD selaku pengguna anggaran menyusun RKA-SKPD tahun berikutnya
dengan mengacu pada prioritas dan plafon anggaran sementara yang telah ditetapkan
oleh pemerintah daerah bersama DPRD.
e. RKA-SKPD tersebut kemudian disampaikan kepada DPRD untuk dibahas dalam
pembicaraan pendahuluan RAPBD.
f. Hasil pembahasan RKA-SKPD disampaikan kepada pejabat pengelola keuangan daerah
sebagai bahan penyusunan rancangan perda tentang APBD tahun berikutnya.
g. Pemerintah daerah mengajukan rancangan perda tentang APBD disertai dengan
penjelasan dan dokumen-dokumen pendukungnya kepada DPRD pada minggu pertama
bulan Oktober tahun sebelumnya.
h. Pengambilan keputusan oleh DPRD mengenai rancangan perda tentang APBD
dilakukan selambat-lambatnya satu bulan sebelum tahun anggaran yang bersangkutan
dilaksanakan.

12
Sedangkan secara garis besar siklus APBD bisa digambarkan seperti dibawah :

Dalam satu tahun pemerintah daerah menjalankan tiga hal skaligus, yaitu
mempertanggungjawabkan anggaran tahun lalu, melaksanakan anggaran tahun berjalan,
dan merencanakan anggaran yang akan datang.

Pertanggungjawaban diawali dengan pembuatan LKPJ dan Laporan Anggaran ke


BPK pada bulan Maret. Pada bulan Mei hasil audit selesai. Sedankan pada bulan Juni akan
diketahui Surplus atau Rugi APBD tahun lalu yang selanjutnya akan dijadikan bahan
pertimbangan untuk perubahan APBD tahun berjalan.

Untuk pelaksanaan APBD tahun berjalan dilakukan mulai bulan Januari sampai
Desember tahun berjalan. Jika akan dilaksanakan perubahan APBD, maka akan dilakukan
pada triwulan IV atau pada bulan September.

Sedangkan perencanaan APBD diawali dengan Musrenbang tiap daerah. Persiapan


penyusunan APBD danPenjaringan Aspirasi Masyarakat dilakukan pada bulan Juni.
Sedangkan pada bulan September diakukan pembuatan Pokok-pokok pikiran DPRD,
Kebijakan umum, Penetapan strategi & prioritas, Penyusunan RASK/DASK, RAPBD, dan
Perda APBD.

13
2. Proses Penyusunan APBD

Penyusuanan APBD (anggran pendapatan dan belanja daerah) dapat dirancan dari
tiga jalan dasar, yaitu
a. RPJMD (rencana pemabangunan jangka menengah daerah) selama 5
tahun
b. Renstra SKPD (rencana strategis satuan kerja pemerintah daerah) selama
5 tahun sebagai penjabaran dan skala prioritas RPJMD
c. RPJM (rencana pembangunan jangka menengah) Pmenrintah sebagai
dasar abuan pembangunan pemerintah.
Semua itu akan lebih diperjelas penjabarannya selama 1 tahun anggran dalam
RENJA (rencana kerja) SKPD, RKP (rencana kerja pemerintah), RKPD (rencana
kerja pemerintah daerah). Selanjutnya akan dibahas bersama DPRD untuk
menentukan KUA (kebijakan umu Anggran) dan PPAS (prioritas dan plafon anggaran
sementara), ini dilakukan sebagi dasar pembahasan APBD untuk menentukan skala
prioritas dalam pengambilan kebijakan atas anggaran tersebut. Setelah ada
kesepakatan antara DPR dan Pemerintah Daerah, mulai disusun RKA SKPD yang
akan menjadi dasr TAPD (tim anggaran pemerintah daerah) untuk menyusun
RAPERDA (rancangan peraturan daerah) tetang APBD

14
3. Sistematika APBD (Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah)

Pada dasarnya struktur APBD itu sendiri terbagi menjadi 3 yaitu: pendapatan, belanja,
dan pembiayaan.

a) Pendapatan
Pendapatan itu sendiri dibagi menjadi 3 yaitu: pendapatan asli daerah, dana
perimbangan, dan lain pendapatan daerah yang dianggap sah.
a.1 Pendapatan Asli Daerah
Merupakan pendapatan yang diperoleh dari sumber atau potensi yang dimiliki daerah
tersebut dan digunakan untuk mengembangkan daerah itu sendiri dan melaksanakan
berbagai otonomi daerah sesuai dengan yang telah ditetapkan.
a.2 Dana Perimbangan
Dana perimbangan itu sendiri terbagi menjadi 3 yaitu: bagi hasil pajak atau bukan,
DAU (Dana Alokasi Umum) dan DAK (Dana Alokasi Khusus)
Dana alokasi umum adalah dana yang berasal dari APBN yang diberikan ke daerah
untuk pemerataan kemampuan keuangan daerah dan mendanai segala kebutuhan
daerah. Sedangkan DAK (Dana Alokasi Khusus) adalah dana yang berasal dari APBD
yang diberikan ke daerah tertentu untuk melaksanakan kegiatan khusus tetapi harus
sesuai dengan prioritas nasional. Contohnya: Daerah Papua memiliki latar belakang
pendidikan yang masih rendah oleh karena itu daerah Papua mendapatkan dana
alokasi khusus pendidikan yang lebih banyak dari dana pendidikan daerah lain, dan
memajukan kualitas pendidikan juga merupakan bagian dari prioritas nasional.
a.3 Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah.
Lain-lain pendapatan daerah yang sah dapat berupa: hibah, dana darurat, dan
penyesuaian dan otonomi khusus.
b. Belanja Daerah
Belanja daerah adalah semua pengeluaran uang dari rekening kas umum Daerah
dimana mengurangi ekuitas dana. Merupakan kewajiban daerah dalam 1 tahun
anggaran, tidak dapat diperoleh kembali pembayarannya oleh daerah tersebut.
Belanja Daerah itu sendiri dibagi menjadi 2 yaitu: belanja langsung dan belanja tidak
langsung.

15
Belanja langsung adalah belanja yang secara langsung mengurangi pendapatan daerah,
sedangkan belanja tidak langsung adalah belanja yang mengurangi pendapatan daerah
secara bertahap.
Belanja langsung antara lain dapat berupa belanja pegawai, barang dan jasa, serta belanja
modal. Sementara belanja tidak langsung dapat berupa: belanja bunga, subsidi, hibah,
bantuan sosial, bagi hasil, dan belanja tidak terduga.
c. Pembiayaan
Pembiayaan adalah setiap penerimaan yang perlu dibayar kembali atau pengeluaran yang
akan diterima kembali pada tahun anggaran yang bersangkutan pada tahun anggaran
berikutnya. Pembiayaan itu sendiri terbagi menjadi 2 yaitu: sumber penerimaan daerah,
dan sumber pengeluaran daerah.

Sumber penerimaan daerah itu sendiri dibagi menjadi 5 yaitu: sisa lebih tahun yang lalu
(SiLPA), pencairan dana cadangan, penerimaan pinjaman daerah dan obligasi daerah,
hasil penjualan kekayaan daerah yang dipisahkan, penerimaan kembali pemberian
pinjaman.
Sumber pengeluaran daerah terbagi menjadi 4 yaitu: pembentukan dana cadangan,
penyertaan modal(investasi) daerah , pembayaran pokok utang, pemberian pinjaman
daerah.
4. Ilustrasi Penyusunan Anggaran Pemerintah

Visi, Misi, Program Pedoman Pedoman


Renstra- Renja- Rincian
Pemerintah Pusat

Presiden RKA-KL
KL KL APBN
Dijabarkan
Pedoman Acuan

RPJP Pedoman RPJM Dijabarkan Pedoman


RKP RAPBN APBN
Nasional Nasional

Acuan Diperhatikan Diserasikan melalui Musrenbang

Pedoman Dijabarkan Pedoman


Pemerintah Daerah

RPJP RPJM RKP


RAPBD APBD
Daerah Daerah Daerah

Pedoman Acuan
Dijabarkan

Renstra- Pedoman Renja- Pedoman RKA- Rincian


Visi, Misi, Program
Kepala Daerah SKPD SKPD SKPD APBD

UU SPPN
UU KN

16
Dari gambar diatas dapat dilihat bahwa yang menjadi awal mulanya APBN maupun
APBD adalah RPJP Nasional/Daerah (Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional/
Daerah). RPJP Nasional adalah dokumen perencanaan pembangunan untuk periode 20
tahun yang memuat visi, misi dan arah pembangunan nasional yang mana RPJP Nasional
disusun oleh Pemerintah pusat. Pembangunan Daerah yang mengacu pada rencana
pembangunan jangka panjang nasional. Berikut ini urutan kegiatan yang dilakukan
pemerintah pusat maupun daerah untuk penyusunan RPJP Nasional/Daerah :
(I) Penyiapan rancangan awal rencana pembangunan
(II) Musyawarah perencanaan pembangunan
(III) Penyusunan rancangan akhir rencana pembangunan

Setelah itu RPJP Nasional/Daerah dijadikan pedoman untuk penyusunan RPJM


Nasional/Daerah (Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional/Daerah). Dalam
pasal 5 (2) Undang-Undang No. 25 Tahun 2004 menyatakan bahwa: RPJM Nasional
merupakan penjabaran dari visi, misi, dan program pembangunan nasional yang
penyusunannya berpedoman pada RPJP nasional. Sedangkan pembangunan daerah,
penyusunannya berpedoman pada RPJP daerah dengan memperhatikan RPJM Nasional.
RPJM Nasional / Daerah sendiri memiliki periode selama 5 tahun yang mana RPJM
Nasional disusun oleh Pemerintah pusat/daerah maupun oleh Presiden atau Kepala
Daerah.
RPJM Nasional/Daerah sendiri akan dijabarkan ke dalam RKP/ RKPD (Rencana
Kerja Pemerintah/Rencana Kerja Pemerintah Daerah). RKP Tahun X disusun agar
menjadi pedoman bagi penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN)
tahun X, di mana kebijakan APBN ditetapkan secara bersama-sama dengan Dewan
Perwakilan Rakyat (DPR). Di samping itu, RKP Tahun X juga disusun agar menjadi
pedoman pelaksanaan pembangunan bagi Pemerintah Pusat/Daerah, masyarakat, dan
dunia usaha dalam rangka mencapai tujuan bernegara yang tercantum dalam Pembukaan
Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. RKP X memuat 3 (tiga)
buku yang merupakan satu kesatuan yang utuh dengan masing-masing memuat hal-hal
sebagai berikut:

17
Buku I memuat Tema Pembangunan Tahun X dan Prioritas Nasional yang terdiri dari
11 (sebelas) Prioritas Nasional dan 3 (tiga) Prioritas Nasional Lainnya dari RPJMN X-X4
serta Isu Strategis menuju terwujudnya Visi, Misi dari Presiden-Wakil Presiden.
Buku II memuat rencana pembangunan di semua bidang-bidang kehidupan
masyarakat sebagaimana yang tertuang dalam RPJPN XX20 dalam rangka mewujudkan
sasaran RKP X yang tercantum dalam Buku I.
Buku III memuat rencana pembangunan kewilayahan dalam rangka mewujudkan
sasaran RKP 2013 yang tercantum dalam Buku I.
Selain itu RPJMN/D akan menjadi pedoman untuk Renstra KL dan Renstra SKPD
(Rencana Strategis Kementrian/Lembaga) dan (Rencana Strategis Satuan Kerja
Pemerintah Daerah).
Renstra KL/Renstra SKPD akan dijadikan pedoman untuk Renja (Rencana Kerja)
KL/SKPD. Rencana kerja berisikan informasi mengenai visi, misi, tujuan, kebijakan,
program, hasil yang diharapkan, kegiatan, serta output yang diharapkan.
Penyusunan RKA-KL merupakan bagian dari proses penganggaran atau penyusunan
APBN yang berpedoman Renja KL/SKPD. Secara singkat proses penganggaran dapat
diuraikan berikut ini:
a. K/L menyusun Renja K/L untuk tahun anggaran yang sedang disusun dengan mengacu
pada prioritas pembangunan nasional dan pagu indikatif 1yang ditetapkan dalam Surat
Edaran Bersama antara Menteri Negara PPN/Kepala Bappenas dengan Menteri
Keuangan. Renja K/L2 memuat kebijakan, program, dan kegiatan yang dilengkapi
dengan sasaran kinerja, alokasi anggaran yang berasal dari pagu indikatif, dan prakiraan
maju untuk tahun anggaran berkutnya;
b. Renja K/L ditelaah dan ditetapkan oleh Kementerian PPN/Bappenas berkoordinasi
dengan Kementerian Keuangan;
c. K/L menyesuaikan Renja K/L menjadi RKA-KL atau menyusun RKA-KL setelah
menerima Surat Edaran Menteri Keuangan tentang pagu sementara. Pagu sementara
merupakan dasar K/L mengalokasikan anggaran dalam program/kegiatan;
d. RKA-KL yang telah disesuaikan tersebut dibahas oleh K/L bersama-sama dengan DPR
(Komisi terkait di DPR);
e. RKA-KL hasil pembahasan tersebut dijadikan bahan penelaahan oleh Kementerian
PPN/Bappenas dan Kementerian Keuangan c.q. Direktorat Jenderal Anggaran.
Kementerian Perencanaan menelaah kesesuaian antara RKA-KL hasil pembahasan
dengan RKP. Kementerian Keuangan menelaah RKA-KL hasil pembahasan dengan

18
pagu sementara, prakiraan maju yang telah disetujui tahun sebelumnya, dan standar
biaya yang telah ditetapkan;
f. Seluruh RKA-KL hasil pembahasan atau yang telah disepakai oleh DPR kemudian
dihimpun menjadi Himpunan RKA-KL yang merupakan lampiran tak terpisahkan dari
Nota Keuangan dan RAPBN dan selanjutnya diajukan Pemerintah kepada DPR untuk
dibahas dan ditetapkan menjadi UU APBN;
g. Kementerian Keuangan bersama K/L melakukan penyesuaian RKA-KL sepanjang hasil
pembahasan RAPBN antara Pemerintah dan DPR menyebabkan adanya perubahan;
h. RKA-KL yang telah disepakati DPR ditetapkan dalam Peraturan Presiden (Perpres)
tentang Rincian ABPP. Rincian ABPP tersebut dirinci menurut organisasi, fungsi,
program, kegiatan dan jenis belanja.\
i. Perpres tentang Rincian ABPP menjadi dasar K/L untuk menyusun konsep DIPA;
j. Konsep DIPA3 ditelaah dan disahkan oleh Kementerian Keuangan c.q. Direktorat
Jenderal Perbendaharaan.
5. ETIKA DAN PRINSIP PENYUSUNAN APBN
a. Transparansi dan Akuntabilitas Anggaran.
Anggaran menyajikan informasi yang jelas mengenai tujuan, sasaran, hasil, dan
manfaat yang diperoleh masyarakat dari suatu kegiatan dianggarkan, jadi anggaran
yang dibuat atau ditetapkan harus jelas baik tujuan, serta sasarannya juga harus jelas.
b. Disiplin Anggaran.
Pendapatan adalah perkiraan yang terukur secara rasional yang dapat dicapai untuk
setiap sumber pendapatan, sedangkan belanja yang dianggarkan pada setiap pos
merupakan batas tertinggi pengeluaran belanja.
Jadi, belanja merupakan batas tertinggi pengeluaran yang disesuaikan dengan
besarnya pendapatan yang dimiliki.
c. Keadilan Anggaran.
Pemerintah daerah wajib mengalokasikan penggunaan anggarannya secara adil agar
dapat dinikmati oleh seluruh kelompok masyarakat tanpa diskriminasi. Jadi, alokasi
anggaran itu harus adil, merata ke semua lapisan masyarakat Indonesia.
d. Efisiensi dan Efektifitas Anggaran.
Anggaran tersebut harus efektif, efisien, dan dapat dipertanggungjawabkan.
e. Disusun Dengan Pendekatan Kinerja
Anggaran disusun dengan pendekatan kinerja, yaitu mengutamakan upaya
pencapaian hasil kerja (output/outcome) dari perencanaan alokasi biaya.\

19
DAFTAR PERTANYAAN

Seksi 1

1. Rendra
Penjelasan yang lebih spesifik tentang APBN
2. Qorida
Bagaimana anggaran pada APBD yang telah ditetapkan apabila ada pergantian kepala
daerah?
3. Daneta
Penjelasan lebih rinci tentang RAKL bagaimana bisa diubah menjadi RAPBN?

Seksi 2

1. Rizky Valentina
Apakah mungkin suatu perubahan anggaran untuk tahun depan terjadi, dan bagaimana
cara mengubahnya?
2. Hildan Angga
Apabila dalam persidangan dalam menetapkan APBD ada anggota yang tidak hadir,
bagaimana penetapan APBDnya?
3. Ahmad Wahyudi
SiLPA dalam penyusunan anggaran digolongkan ke dalam apa? Dan sistem masuknya
SiLPA dalam anggaran itu bagaimana?

20
Daftar Pustaka

Indra Bastian. 2010. Akuntansi Sektor Publik: Suatu Pengantar. Penerbit Erlangga.

Mardiasmo. 2002. Akuntansi Sektor Publik. Yogyakarta: Andi

Arif Bachtiar. Akuntansi Sektor Publik. Penerbit Salemba Empat

Tanjung Abdul Hafiz. Akuntansi Pemerintahan Daerah konsep dan aplikasi. Penerbit Alfa
Beta

http://www.ut.ac.id/html/suplemen/mapu5202/Suple%20web%20keupub/adm%20keu/Proses
%20Penyusunan%20APBD.doc

PERMENDAGRI NO 13 TAHUN 2006

http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Pembicaraan:Anggaran_Pendapatan_dan_Belanja_
Daerah&action=edit&redlink=1

http://dpkka.acehprov.go.id/pedoman-penyusunan-apbd-ta-2013/

http://dppka.jogjaprov.go.id/document/PAPARAN%20-%20KUA,%20PPAS,%20BARU.pdf

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2010

http://file.upi.edu/Direktori/FPEB/PRODI.AKUNTANSI

http://www.anggaran.depkeu.go.id/daftar/urjab706/13%20APBN-
Subdirektorat%20Data%20dan%20Dukungan%20Teknis%20Penyusunan%20APBN.pdf

http://lkbh.uny.ac.id/sites/lkbh.uny.ac.id

http://www.depkeu.go.id/Ind/others/InformasiPublik/LTKK2010.pdf

http://www.bppk.depkeu.go.id/webanggaran/index.php/unduh/doc_download/399-kebijakan-
fiskal-dan-penyusunan-apbn-2012

http://www.bpk.go.id/web/files/2009/01/uu2004_01.pdf

http://www.dikti.go.id/files/atur/pnbp/UU17-2003KeuanganNegara.pdf

http://www.dpr.go.id/id/tentang-dpr/fraksi

21
http://www.dpr.go.id/id/tentang-dpr/penetapan-apbn

http://www.dpr.go.id/id/banggar

http://mediacenter.kpu.go.id/kpu-dalam-berita/884-dpr-2009-2014-miliki-15-komisi.html

http://www.dpr.go.id/id/tentang-dpr/pengambilan-keputusan

http://www.dpr.go.id/id/tentang-dpr/tata-tertib/bab-16

DPR RI. "UU Nomor 47 Tahun 2009 tentang APBN 2010" (pdf). Pasal 23 Ayat 2 & 3.
Departemen Keuangan RI.

http://www.anggaran.depkeu.go.id/dja/edef-produk-aplikasi-list.asp?sub=1

ikm.kemenperin.go.id/LinkClick.aspx?link=136&tabid=36.

rocan.kemenag.go.id/.../Penyusunan%20RKAKL%20Perbaikan.doc

http://jatim.kemenkumham.go.id/berita-utama/570-bimbingan-penyusunan-rkakl-tahun-2014-
kanwil-jawa-timur

www.presidenri.go.id/DokumenUU.php/409.pdf

http://www.bappeda.tegalkab.go.id/index.php?option=com_content&view=article&id=59&It
emid=76

www.itjen.depkes.go.id/public/upload/unit/pusat/.../uu17_2007.pdf

http://julian.staff.ipb.ac.id/2011/04/19/penyusunan-rencana-pembangunan-jangka-panjang-
kabupaten-padang-lawas/

www.kemdiknas.go.id/kemdikbud/tentang-kemdikbud-renstra

www.bappenas.go.id/node/57/2396/renstra-kl-2010-2014/

www.bappenas.go.id/node/127/2005/

http://rocana.kemenperin.go.id/index.php?option=com_phocadownload&view=category&do
wnload=343:10-p-p-pp&id=36:2012&Itemid=192

www.kemendagri.go.id/basis-data/.../renstra-kemendagri-2010-2014

22
http://www.dephut.go.id/halaman/pranalogi_kehutanan/Renstra_publish.pdf

http://www.sjdih.depkeu.go.id/fullText/2010/104~PMK.02~2010PerLampII.pdf

http://sungaipenuhkota.go.id/dokumen/Dokumen/BAPPEDA/RKP%202013/BUKU%20I/BU
KU%20I%20RKP.pdf

http://hukum.unsrat.ac.id/men/mendagrip2010_54_lamp4.pdf

http://saifulrahman.lecture.ub.ac.id/files/2010/03/Pertemuan-1b.pdf

http://www.anggaran.depkeu.go.id/peraturan/Contoh_TOR_Buat_SBK.pdf

23

Anda mungkin juga menyukai