Anda di halaman 1dari 37

Akuntansi Sektor

Publik
Kelompok 5
Senin, 7.50-10.20
CR6124

Chika Satia Murti 2014031020


Siti Mujariyah 2014031119
Asysyaffa Rahmah 2014031127
Silsabil Kisti Fadilah 2014031168
Fajriah Nuraini 2014031197
Anggaran Pemerintah
Proses
Siklus
Penyusunan
APBN/APBD
APBN/APBD

Ilustrasi
Sistematika Penyusunan
APBN/APBD Anggaran
Pemerintah

Etika/Prinsip
dalam
Penganggaran
SIKLUS APBN
Persiapan
APBN

Persetujuan
Pemeriksaan
APBN
APBN

Pelaporan Administrasi
APBN APBN

Akuntansi Sektor Publik (Deddi Nordiawan:72-73)


SIKLUS APBD
Persiapan
APBD

Pemeriksaan Persetujuan
APBD APBD

Pelaporan Administrasi
APBD APBD

Akuntansi Sektor Publik (Deddi Nordiawan:72-73)


Penjelasan Tahap-tahap Dalam Siklus APBN/D :
1. Tahap Persiapan

Pada tahap persiapan, bagian anggaran menyiapkan format anggaran yang akan

dipakai. Kemudian, setiap unit di pemerintahan mengajukan anggaran yang selanjutnya

akan dikonsolidasikan oleh bagian anggaran. Setelah di review dan diadakan dengar

pendapat ke semua unit, anggaran ini akan disetujui oleh kepala pemerintahan.

2. Tahap Persetujuan

Anggaran diajukan ke lembaga legislatif untuk mendapatkan persetujuan. Dalam hal ini

lembaga legislatif (terutama komite anggaran) akan mengadakan pembahasan guna

memperoleh pertimbagan- pertimbangan untuk menyetujui atau menolak anggaran

tersebut. Selain itu, akan diadakan juga dengar pendapat sebelum nantinya lembaga

legislatif menyetujui atau menolaknya.

Akuntansi Sektor Publik (Deddi Nordiawan:72-73)


3. Tahap Administrasi

Setelah anggaran disahkan, pelaksanaan anggaran dimulai, baik pengumpulan


pendapatan yang ditargetkan maupun pelaksanaan belanja yang telah direncanakan.
Bersamaan dengan tahap pelaksanaan ini, dilakukan pula proses administrasi
anggaran berupa pencatatan pendapatan dan belanja yang terjadi.

4. Tahap Pelaporan

Pelaporan dilakukan pada akhir periode atau pada waktu-waktu tertentu yang
ditetapkan sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari proses akuntansi yang telah
berlangsung selama proses pelaksanaan.

5. Tahap Pemeriksaan

Laporan yang diberikan atas pelaksanaan anggran diperiksa (diaudit) oleh sebuah
lembaga pemeriksa independen. Hasil pemeriksaan akan menjadi masukan atau
umpan balik (feedback) untuk proses penyusunan pada periode berikutnya.

Akuntansi Sektor Publik (Deddi Nordiawan:72-73)


Siklus Akuntansi Pemerintahan Daerah (dalam
Tahap Administrasi)

Dokumen
transaksi
Closing Mencatat
trial transaksi
balance

Meringkas dalam
Menutup
buku
general
besar/ledger
ledger
(posting)

Laporan
keuangan Jurnal
berdasarkan penyesuaian
NSSD untuk update

Saldo buku Menentukan


besar setelah saldo buku
penyesuaian besar di akhir
periode
PROSES PENYUSUNAN APBN

Dilakukan pembahasan bersama


Pemerintah pusat menyampaikan
antara Pemerintah Pusat dengan
pokok-pokok kebijakan fiskal &
DPR untuk membahas kebijakan
kerangka ekonomi makro tahun
umum dan prioritas anggaran
anggaran berikutnya kepada DPR
untuk dijadikan acuan bagi setiap
selambat-lambatnya pertengahan bulan
kementerian negara/lembaga
Mei tahun berjalan
dalam penyusunan anggaran

Nota keuangan yang


Pemerintah pusat
disusun pemerintah
menyusun RAPBN Oleh DPR, RAPBN
diajukan ke DPR pada
dalam bentuk nota itu disidangkan
bulan Agustus tahun
keuangan
sebelumnya

Akuntansi Sektor Publik (Indra Bastian:44)


Catatan

1. DPR dapat mengajukan usul yang mengakibatkan


perubahan jumlah penerimaan dan pengeluaran
dalam RUU-APBN
2. Pengambilan keputusan oleh DPR selambat-
lambatnya 2 (dua) bulan sebelum tahun anggaran
yang bersangkutan dilaksanakan
3. Jika RAPBN di tolak maka yang digunakan adalah
APBN tahun lalu. Jika RAPBN diterima maka di
sahkan menjadi APBN
PROSES PENYUSUNAN APBD

Penyusunan Penyusunan Penyusunan Penyusunan


RPJMD RKPD KUA PPAS

Penyiapan SE
Evaluasi KDH tentang
Mempersiapkan Penyusunan
Raperda Raperda APBD
Pedoman
RKA SKPD Penyusunan
APBD RKA SKPD

Akuntansi Pemerintahan (Deddi Noordiawan:43-45)


Penyusunan RPJMD
Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) mengembangkan Renstra dengan mengambil
program yang tercantum dalam RPJMD (Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Daerah).

Penyusunan RKPD
Pemerintah Daerah menyusun Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) yang merupakan
penjabaran dari RPJMD.

Akuntansi Pemerintahan (Deddi Noordiawan:43-45)


Penyusunan KUA
Kebijakan Umum APBD (KUA) disusun berdasarkan RKPD dan pedoman penyusunan
APBD yang ditetapkan Mendagri melalui surat edaran Mendagri.
Proses penyusunan diawali dengan pembuatan rancangan awal KUA oleh Tim Anggaran
Pemerintah Daerah (TAPD) yang dipimpin oleh sekertaris daerah. Rancangan awal KUA
terdiri dari dua komponen utama, yaitu :
1. Target pencapaian kinerja yang terstruktur dari program-program yang akan
dilaksanakan oleh pemerintah daerah untuk setiap urusan pemerintahan daerah
2. Proyeksi pendapatan daerah, alokasi belanja daerah, serta sumber daya dan penggunaan
pembiayaan yang disertai dengan asumsi yang mendasarinya. Program-program tersebut
harus diselaraskan dengan prioritas pembangunan yang ditetapkan pemerintah.

Akuntansi Pemerintahan (Deddi Noordiawan:43-45)


Penyusunan PPAS
Prioritas dan Plafon Anggaran Sementara (PPAS) merupakan dokumen yang berisi seluruh
program kerja yang akan dijalankan tiap urusan pada tahun anggaran, dimana program kerja
tersebut diberi prioritas sesuai dengan visi, misi, dan strategi pemerintah daerah.
Proses penyusunan PPAS diawali dengan pembuatan rancangan awal PPAS oleh TAPD.
Rancangan awal PPAS ini disusun berdasarkan Nota Kesepakatan KUA, dengan tahapan
sebagai berikut :
a. Menentukan skala prioritas untuk urusan wajib dan urusan pilihan
b. Menentukan urutan program untuk masing-masing urusan
c. Menentukan plafon anggaran untuk tiap program.

Akuntansi Pemerintahan (Deddi Noordiawan:43-45)


Penyiapan SE KDH tentang Pedoman Penyusunan
RKA SKPD
Penyiapan Surat Edaran Kepala Daerah (SE KDH) tentang Pedoman Penyusunan Rencana
Kerja dan Anggaran Satuan Kerja Perangkat Daerah (RKA SKPD)Terdapat tiga dokumen
dalam lampiran SE KDH yang dibutuhka SKPD dalam penyusunan RKA-nya, yaitu :
a. Dokumen KUA, yang memberikan rincian program dan kegiatan per SKPD
b. Standar satuan harga, yang menjadi referensi dalam penentuan rincian anggaran di RKA
c. Kode rekening untuk tahun anggaran bersangkutan.

Proses penyusunan RKA SKPD


SKPD berpedoman pada SE KDH menyusun RKA SKPD, yaitu dokumen perencanaan dan
penganggaran yang berisi rincian anggaran pendapatan, rincian anggaran belanja tidak
langsung, rincian anggaran belanja langsung, rekapitulasi anggaran belanja langsung, rincian
penerimaan pembiayaan daerah, dan rincian pengeluaran pembiayaan daerah.

Akuntansi Pemerintahan (Deddi Noordiawan:43-45)


Mempersiapkan Raperda APBD
Bedasarkan RKA-SKPD yang telah disusun SKPD dilakukan pembahasan penyusunan
Rancangan Peraturan Daerah (Raperda) oleh TAPD. Selanjutnya RKA yang telah dievaluasi
TAPD, dikompilasi menjadi dokumen kompilasi RKA yang dilakukan Pejabat
Penatausahaan Keuangan Daerah (PPKD). Kemudian PPKD membuat lampiran-lampiran
Raperda APBD yang terdiri atas:
a. Ringkasan APBD
b. Ringkasan APBD (menurut urusan pemerintahan dan organiasi)
c. Rincian APBD (menurut urusan pemerintahan, organisasi, pemdapatan, belanja, dan
pembiayaan)
d. Rekap belanja (menurut urusan pemerintahan, organisasi, program dan
kegiatan, dan keselarasan urusan dengan fungsi).

Akuntansi Pemerintahan (Deddi Noordiawan:43-45)


Evaluasi Raperda APBD
Kepala daerah menyampaikan Raperda tentang APBD yang telah disetujui bersama DPRD
dan Rancangan Peraturan Kepala Daerah (Raper KDH) tentang penjabaran APBD kepada
gubernur untuk dievaluasi. Penyampaian tersebut dilakukan paling lambat tiga hari kerja
setelah Raper KDH disusun dan disertai dengan:
a. Persetujuan bersama Pemda-DPRD terhadap Raperda APBD
b. KUA dan PPA yang disepakadi kepala daerah dan pimpinan DPRD
c. Risalah sidang jalanannya pembahasan Raperda APBD
d. Nota keuangan dan pidato kepala daerah perihal penyampaian pengantar nota
keuangan pada sidang DPRD
Proses evaluasi ini dilakukan maksimal selama 15 hari kerja sejak penyerahan dilakukan.
Jika kedua rancangan peraturan tersebut dinyatakan tidak lolos evaluasi, maka Pemda
bersama DPRD harus melakukan penyempurnaan.

Akuntansi Pemerintahan (Deddi Noordiawan:43-45)


Sistematika Anggaran
Klasifikasi menurut GFS yang menjadi dasar sistematika anggaran di berbagai negara

1. Pendapatan (revenue)
Revenue adalah kenaikan kekayaan bersih sebagai akibat dari adanya transaksi. Dalam manual
GFS (General Financial Statistics), pendapatan diklasifikasikan menjadi:
a. Pajak
Bagi mayoritas unit pemerintah, pajak memiliki nilai yang dominan dalam pendapatan
karena pajak merupakan transfer wajib (compulsory transfer) dalam pemerintahan.
Pendekatan yang digunakan dalam sistem GFS mengklasifikasikan pajak berdasarkan
sumber pajak, yaitu:
- Pajak untuk income, profit, dan capital gain - Pajak untuk barang dan jasa
- Pajak untuk payroll dan workforce - Other Taxes
- Pajak untuk property
- Pajak untuk transaksi dan perdagangan internasional

Akuntansi Sektor Publik (Deddi Nordiawan:74-77)


b. Social Contribution
Kontribusi yang diberikan karena merupakan kewajiban ataupun dilakukan secara sukarela
c. Hibah
Hibah adalah penerimaan yang diperoleh dari unit pemerintahan lain atau organisasi
internasional di luar penerimaan wajib

d. Pendapatan lain-lain
1) Property income
Pemerintah akan menerima property income ketika aset keuangan dan/atau aset lainnya
sudah dialokasikan pada unit-unit lain terkait. Contoh: bunga, dividen, dan sewa
2) Sales of goods and services
3) Denda, penalti, dan forfeits
Denda dan penalti merupakan transfer wajib yang dipaksakan oleh hukum pengadilan atau
secara hukum untuk suatu pelanggaran hukum atau aturan administratif. Forfeits adalah
denda terhadap transaksi yang tertunda karena masalah birokrasi atau administrasi.

Akuntansi Sektor Publik (Deddi Nordiawan:74-77)


4) Transfer sukarela selain hibah
Hadiah sukarela dari individu, atau institusi non-profit swasta, yayasan non-pemerintahan,
perusahaan dan sumber lain selain pemerintah dan organisasi internasional

5) Miscellaneous and unidentified revenue


Semua pendapatan yang tidak sesuai dengan semua katagori di atas. Misalnya, barang yang
tidak diklasifikasikan sebagai aset, penjualan barang sisia (scrap), dan non-life insurance
claims against insurance corporations.

Akuntansi Sektor Publik (Deddi Nordiawan:74-77)


2. Beban (expense)
Beban adalah penurunan kekayaan bersih sebagai akibat terjadinya transaksi. Dalam manual
GFS, beban diklasifikasikan menjadi:

a. Compensation of employes
Kompensasi pegawai merupakan total renumerisasi dalam bentuk kas maupun barang,
utang pada pegawai pemerintah sebagai bentuk penghasilan atas pekerjaan yang
dilakukan selama periode akuntansi

b. Barang dan jasa yang digunakan


Barang dan jasa yang digunakan dalam produksi dalam pasar maupun yang tidak masuk ke
pasar, ditambah dengan barang yang dibeli untuk dijual kembali dikurangi perubahan
bersih persediaan yang sedang dibuat, barang jadi, dan barang yang sudah siap dijual

c. Konsumsi aset tetap

Akuntansi Sektor Publik (Deddi Nordiawan:74-77)


d. Subsidi
Subsidi merupakan pembayaran yang dilakukan pemerintah pada enterprise tanpa timbal
balik, dengan dasar tingkat aktivitas produksi atau kuantitas atau nilai barang atau jasa
yang
mereka produksi.
e. Hibah
Hibah merupakan pemberian yang sifatnya tidak wajib yang dilakukan oleh satu unit
pemerintahan satu pada unit pemerintahan lain atau organisasi internasional dalam bentuk
capital atau current

Akuntansi Sektor Publik (Deddi Nordiawan:74-77)


f. Bantuan sosial (social benefits)
Bantuan sosial merupakan pemberian uang atau barang untuk melindungi suatu populasi atau
segmen tertentu dari permasalahan resiko sosial. Resiko sosial adalah kejadian atau keadaan
yang dapat mempengaruhi kesejahteraan masyarakat

g. Other expense
1) property expense other than interest
2) miscellaneous other expense.

Akuntansi Sektor Publik (Deddi Nordiawan:74-77)


SISTEMATIKA APBN
Pendapatan negara:
1. Penerimaan dalam negeri
a. Penerimaan pajak yang terdiri dari pajak dalam negeri (PPh, PPN, PBB, bea atas tanah dan
cukai) dan pajak perdagangan
internasional (bea meterai)
b. Penerimaan bukan pajak yang terdiri dari penerimaan SDA
2. Hibah

Belanja negara:
1. Pengeluaran rutin
Contoh: belanja pegawai, belanja barang dalam negeri dan luar negeri, subsidi daerah
otonomi, biaya dan cicilan utang dalam negeri dan luar negeri

2. Pengeluaran pembangunan
Contoh: pembiayaan rupiah, biaya proyek
SISTEMATIKA APBD
Pendapatan daerah dalam pelaksanaan desentralisasi:
1. Pendapatan Asli Daerah (PAD)
Penerimaan yang diperoleh dari pungutan-pungutan daerah berupa:
a. Pajak daerah
b. Retribusi daerah
c. Hasil pengolahan kekayaan daerah
d. Keuntungan dari perusahaan-perusahaan milik daerah
e. Lain-lain PAD
2. Dana Perimbangan
Dana yang dialokasikan dari APBN untuk daerah sebagai pengeluaran pusat untuk belanja
daerah, terdiri dari:

a. Dana bagi hasil


Dana yang berasal dari APBN yang dialokasikan kepada daerah sebagai hasil dari
pengelolaan sumber daya alam di daerah oleh pemerintah pusat
b. Dana alokasi umum
Dana yang berasal dari APBN yang dialokasikan kepada daerah dengan tujuan sebagai
wujud dari pemerataan kemampuan keuangan antar daerah
c. Dana alokasi khusus
Dana yang bersumber dari APBN yang dialokasikan kepada daerah tertentu dengan tujuan
untuk mendanai kegiatan khusus daerah yang disesuaikan dengan prioritas nasional

3. Pinjaman daerah
4. Penerimaan lain-lain yang sah berupa:
a. Penjualan kekayaan daerah yang tidak dipisahkan, jasa giro, dan pendapatan bunga
b. Keuntungan selisih nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing
c. Komisi, penjualan, ataupun bentuk lain sebagai akibat dari penjualan dan pengadaan
barang atau jasa oleh daerah
Belanja Daerah:
1. Belanja tidak langsung
Belanja yang dianggarkan tidak terkait secara langsung dengan pelaksanaan program dan
kegiatan. Kelompok ini terdiri atas belanja pegawai, bunga, subsidi, hibah, bantuan sosial,
belanja bagi hasil, bantuan keuangan, dan belanja tidak terduga

2. Belanja langsung
Belanja yang dianggarkan terkait secara langsung dengan pelaksanaan program dan kegiatan.
Kelompok ini terdiri atas belanja pegawai (honorarium/upah), belanja barang dan jasa, dan
belanja modal.
ILUSTRASI ANGGARAN
Pemaparan APBN oleh Presiden
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada pidato kenegaraan serta keterangan pemerintah
atas RUU tentang APBN tahun anggaran 2007 beserta nota keuangannya di depan rapat
paripurna DPR RI (16/8) mengatakan bahwa alokasi anggaran pendidikan juga mengalami
peningkatan yang signifikan. Dewasa ini, pengeluaran pemerintah untuk pendidikan dengan
menggunakan definisi yang luas telah mencapai 4,1 persen dari PDB.

Pengajuan Anggaran Pemerintah


Dalam RAPBN tahun 2007, pemerintah mengajukan anggaran pendidikan berdasarkan
pendekatan fungsi sebesar Rp. 51,3 triliun atau naik 18,5 persen dibandingkan APBN tahun
2006 sebesar Rp.43,3 triliun. Pemerintah terus berupaya secara sungguh sungguh
meningkatkan anggaran pendidikan, baik nominal maupun rasionya terhadap belanja
pemerintah pusat guna memenuhi amanat UU Sisdiknas.

Akuntansi Sektor Publik (Indra Bastian:218-219)


Pemaparan program
Program Bantuan Langsung Tunai (BLT) akan dimodifikasi menjadi BLT bersyarat. Program
BLT Bersyarat ini akan dikaitkan dengan program pendidikan dan kesehatan yang
diharapkan dapat diluncurkan pada awal tahun 2007 dan diuji cobakan di beberapa provinsi.

Menyusun rencana RAPBN


RAPBN tahun 2007 juga merencanakan pemberian dan penyaluran beras murah bagi
sekitar 15,8 juta keluarga miskin senilai Rp. 6,5 triliun. Subsidi harga pupuk sebesar
Rp.5,8 triliun dan Subsidi Pelayanan Publik (PSO) akan diberikan untuk BUMN yang
menjalankan tugas pemerintah di bidang pelayanan umum kepada masyarakat. Kedua,
perbaikan iklim investasi. Reformasi di bidang perpajakan dan kepabeanan juga
mendapatkan dukungan dana yang meningkat. Alokasi dana ke daerah juga semakin
meningkat sehingga berbagai pungutan di daerah oleh pemerintah daerah diharapkan
berkurang.

Akuntansi Sektor Publik (Indra Bastian:218-219)


Signifikasi Alokasi Belanja
Pemerintah mengalokasikan belanja yang cukup signifikan untuk memperbaiki sarana
dan prasarana fisik penunjang investasi. Pembangunan sarana dan prasarana fisik akan
diwujudkan dalam bentuk peningkatan belanja modal yang akan digunakan demi
kegiatan investasi dalam sarana dan prasarana pembangunan. Peningkatan itu antara lain
berbentuk tanah, peralatan dan mesin, gedung bangunan, jaringan serta modal fisik
lainnya yang direncanakan sekitar Rp.66,1 triliun atau meningkat sebesar 4,9 persen dari
pagu anggaran tahun sebelumnya.
BLT) akan dimodifikasi menjadi BLT bersyarat. Program BLT Bersyarat ini akan
dikaitkan dengan program pendidikan dan kesehatan yang diharapkan dapat diluncurkan
pada awal tahun 2007 dan diuji cobakan di beberapa provinsi.

Akuntansi Sektor Publik (Indra Bastian:218-219)


Penjelasan pembiayaan infrastruktur
Dalam rangka pembiayaan infrastruktur melalui program kemitraan, pada tahun 2006 telah
disampaikan kepada Dewan mengenai pembentukan dana pembangunan infrastruktur yang
bersama dengan partisipasi lembaga internasional dan swasta akan menjadi dana awal atau
katalis bagi percepatan pembangunan infrastruktur. Dalam RAPBN Tahun 2007,
pemerintah mengusulkan alokasi pembiayaan sebesar Rp.2 triliun sebagai tambahan dana
pembagian risiko dan modal pembiayaan investasi pemerintah tersebut.

Arahan pada pemanfaatan sumber energi


Kebijakan energi akan diarahkan pada pemanfaatan sumber energi pengganti minyak bumi
yang berasal dari batu bara, air, gas, serta energi terbaru khususnya biofuel yang lebih murah
sehingga lebih terjangkau masyarakat.

Akuntansi Sektor Publik (Indra Bastian:218-219)


Penyediaan subsidi BBM
Penyediaan subsidi yang cukup besar ini tetap dilakukan karena Pemerintah menyadari
daya beli masyarakat yang belum kuat akibat pengurangan subsidi BBM tahun lalu.
Proporsi penggunaan BBM tahun 2007 sebagai energi pembangkit listrik sudah mulai
menurun dan digantikan oleh batu bara serta gas. Pada tahun 2008 diharapkan alokasi
subsidi BBM dan listrik akan menurun drastis karena penggunaan gas untuk PLTG. Pada
tahun 2009, seluruh pembangkit listrik di pulau Jawa diharapkan sudah dapat dipenuhi oleh
pembangkit non BBM.

Akuntansi Sektor Publik (Indra Bastian:218-219)


Dukungan APBN terhadap program reformasi birokrasi
Sebagai bagian dari dukungan APBN terhadap program reformasi birokrasi akan
dialokasikan kenaikan 23,3 persen anggaran belanja pegawai dalam tahun 2007. Dalam
perhitungan belanja pegawai ditampung (i) peningkatan gaji pokok aparatur Negara dan
pensiunan; (ii) pembayaran gaji dan pensiun; (iii) perbaikan tunjangan struktural dan
beberapa tunjangan fungsional, (iv) peningkatan tunjangan profesi guru dan dosen; (v)
anggaran gaji PNS pusat baru sekitar 50.000 orang yang sebagian besar berasal dari
pegawai honorer; (vi) kenaikan uang makan dan lauk pauk bagi anggota TNI dan polri
sekitar 20 persen, serta (vii) peningkatan iuran pemerintah untuk membantu perbaikan
pelayanan kesehatan kepada pegawai dan pensiunan.

Penigkatan efisensi anggaran belanja pembelian barang dan jasa


Pemerintah berupaya meningkatkan efisiensi anggaran belanja pembelian barang dan jasa
melalui system tender dan pengadaan yang lebih transparan serta kompetitif.

Akuntansi Sektor Publik (Indra Bastian:218-219)


Penggunaan anggaran belanja barang
Anggaran belanja barang dan jasa digunakan untuk (i) meningkatkan fungsi pelayanan
publik pada setiap instansi pemerintah; (ii) meningkatkan efisiensi dan efektivitas
pengadaan barang serta jasa, perjalanan dinas, dan pemeliharaan asset Negara, serta; (iii)
mendukung kelancaran kegiatan operasional pemerintahan baik dalam negeri maupun
kantor perwakilan di luar negeri.

Anggaran mitigasi bencana


Untuk mitigasi bencana alam, mulai dari APBN tahun 2006 hingga RAPBN 2007
pemerintah mengajukan peningkatan alokasi belanja untuk pembangunan sistem
pendeteksian dini (early warning system) bencana, masing masing sebesar Rp.60 miliar
untuk tahun 2006 dan Rp.150 miliar untuk tahun 2007. Dana alokasi pasca bencana melalui
cadangan umum adalah Rp.2 triliun pada tahun 2007.

Akuntansi Sektor Publik (Indra Bastian:218-219)


Alokasi untuk membayar bunga utang Negara
Dalam RAPBN 2007 dialokasikan belanja pemerintah pusat untuk membayar bunga utang,
baik utang dalam negeri maupun luar negeri, yakni sebesar Rp.85,1 triliun. Dengan
demikian, total belanja pemerintah pusat untuk tahun 2007 adalah Rp.496 triliun atau
mengalami kenaikan sebesar 16 persen dibanding APBN tahun 2006.

Akuntansi Sektor Publik (Indra Bastian:218-219)


ETIKA/PRINSIP DALAM PENGANGGARAN
Prinsip pertama, demokratis mengandung mkana bahwa anggaran baik yang berkaitan
dengan pendapatan maupun yang berkaitan dengan pengeluaran, harus di tetapkan
melalui suatu proses yang mengikutsertakan sebanyak mungkin unsur masyarakat,
selain harus dibahas dan mendapatkan persetujuan dari legislatif.

Prinsip kedua, adil berarti bahwa anggaran negara harus diarahkan secara optimal bagi
kepentingan orang banyak dan secara proporsional dialokasikan ke semua kelompok
dalam masyarakat sesuai dengan kebutuhannya.

Prinsip ketiga, transparan adalah proses perencanaan, pelaksanaan serta


pertanggungjawaban anggaran negara yang harus diketahui tidak saja oleh wakil rakyat,
tetapi juga masyarakat umum.

Akuntansi Sektor Publik (Indra Bastian:192)


ETIKA/PRINSIP DALAM PENGANGGARAN
Prinsip keempat, bermoral tinggi berarti bahwa pengelolaan anggaran negara berpegang
pada peraturan perundangan yang berlaku, serta senantiasa mengacu pada etika dan
moral yang tinggi .

Prinsip kelima, berhati-hati berarti pengelolaan anggaran anggaran negara harus


dilakukan secara berhati-hati, karna posisi sumber daya jumlahnya terbatas dan mahal
harganya. Hal ini semakin terasa penting jika dikaitkan dengan unsur hutang organisasi.

Prinsip keenam, akuntabel berarti bahwa pengelolaan keuangan organisasi harus dapat
dipertanggungjawabkan setiap saat secara internal maupun eksternal kepada masyarakat.

Akuntansi Sektor Publik (Indra Bastian:192)

Anda mungkin juga menyukai