Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Satuan kerja perangkat daerah (SKPD) merupakan bagian dari pemerintah daerah yang
melaksanakan fungsi pemerintahan dan pelayanan publik, baik secara langsung ataupun
tidak. Untuk melaksanakan rugas pokok dan fungsi (Tupoksi)nya tersebut, SKPD diberikan
alokasi dana (anggaran) dan barang/aset yang dibutuhkan. Oleh karena itu, kepala SKPD
disebut juga Pengguna Anggaran (PA) dan Pengguna Barang (PB).

Selaku Pemegang Kekuasaan Pengelolaan Keuangan Daerah (PKPKD), kepala daerah


(Gubernur, Bupati, Walikota) yang mendelegasilan sebagian kewenangannya kepada
kepala SKPD, pada akhirnya akan meminta kepala SKPD membuat pertanggungjawaban
atas kewenangan yang dilaksanakannya. Bentuk pertanggungjawaban tersebut bukanlah
SPJ (surat pertanggungjawaban), tetapi berupa laporan keuangan. Laporan keuangan yang
disusun oleh SKPD adalah Laporan Realisasi Anggaran (LRA) sebagai
pertanggungjawaban kepala SKPD selaku PA dan Neraca selaku PB. Oleh karena kepala
SKPD bukanlah pengguna uang/kas, maka kepala SKPD tidak perlu menyusun Laporan
Arus Kas.

Dengan demikian, penyebutan SKPD selaku entitas akuntansi (accounting entity) pada
dasarnya untuk menunjukkan bahwa SKPD melaksanakan proses akuntansi untuk
menyusun laporan keuangan yang akan disampaikan kepada kepala daerah sebagai bentuk
pertanggungjawaban pengelolaan keuangan daerah (yang mencakup anggaran dan barang,
diiringi dengan dana yang dikelola oleh bendahara selaku pejabat fungsional).

Pertanggungjawaban atas uang/kas yang ada di SKPD dilakukan oleh bendahara


pengeluaran selaku pejabat fungsional (pasal 14 Permendagri 13/2006) keperbendaharaan.
Artinya, selain membuat pertanggungjawaban administratif kepada kepala SKPD,
bendahara juga menyampaikan pertanggungjawaban fungsional kepada Bendahara Umum

1
Daerah (BUD). Hal ini sejalan dengan yang dinyatakan dalam UU 1/2004 tentang
perbendaharaan bahwa bendahara bertanggungjawab secara pribadi atas seluruh
pengeluaran yang dilakukannya.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang menjadi kerangka hukum dalam laporan keuangan SKPD?
2. Bagaimana Laporan Keuangan SKPD/OPD
3. Apa langkah-langkah dalam penyusunan laporan keuangan SKPD?

C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui apa kerangka hukum SKPD
2. Untuk mengetahui bagaimana laporan keuangan SKPD
3. Untuk mengetahui bagaimana langkah-langkah penyusunan laporan
keuangan SKPD

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. KERANGKA HUKUM

Laporan Keuangan adalah produk akhir dari proses akuntansi yang telah dilakukan.
Laporan Keuangan yang disusun harus memenuhi prinsip-prinsip yang dinyatakan dalam
PP No. 24 Tahun 2005. Laporan Keuangan dihasilkan dari masing-masing SKPD.

B. LAPORAN KEUANGAN SKPD

Laporan Keuangan merupakan laporan yang terstruktur mengenai posisi keuangan dan
transaksi-transaksi yang dilakukan oleh suatu entitas pelaporan. Tujuan umum laporan
keuangan adalah menyajikan informasi mengenai posisi keuangan, realisasi anggaran, arus
kas dan kinerja keuangan suatu entitas pelaporan yang bermanfaat bagi para pengguna
dalam membuat dan mengevaluasi keputusan mengenai alokasi sumber daya. Secara
spesifik tujuan laporan keuangan pemerintah adalah untuk menyajikan informasi yang
berguna untuk pengambilan keputusan dan untuk menunjukkan akuntabilitas entitas
pelaporan atas sumber daya yang dipercayakan kepadanya.

Pembuatan Laporan Keuangan dilakukan oleh masing-masing SKPD.

SKPD diwajibkan menyusun laporan keuangan yang terdiri dari LRA, Neraca, dan
Catatan atas Laporan Keuangan. Ketiga laporan tersebut yaitu :

1. Laporan Realisasi Anggaran (LRA)

LRA menyajikan informasi tentang anggaran SKPD, yang terdiri dari pendapatan dan
belanja, dan realisasi atas anggaran tersebut. Informasi ini dapat dianalisis dengan melihat:
(a) selisih antara anggaran dan realisasinya

3
(2) rasio-rasio antar-rekening, misalnya rasio total belanja terhadap total pendapatan,
belanja langsung terhadap belanja tidak langsung, belanja langsung terhadap total
pendapatan, belanja langsung terhadap PAD, dsb.

Selisih antara anggaran dan realisasi disebut variansi (variance). Secara teoretis, untuk
pendapatan dan belanja, selisih tersebut bisa nol, positif atau negatif. Pada praktiknya,
jarang terjadi selisih nol atau sama antara anggaran dan realisasinya. Untuk pendapatan,
biasanya realisasi lebih besar daripada anggarannya (selisih positif), sedangkan untuk
belanja, biasanya negatif.

Selisih positif untuk rekening Pendapatan, khususnya PAD, menunjukkan bahwa


realisasi pendapatan melampaui target yang ditetapkan. Biasanya selisih ini diartikan
sebagai sebuah prestasi atau kinerja yang baik. Namun, harus dipahami bahwa
kemungkinan pencapaian (yang terlalu besar) tersebut diakibatkan karena penetapan target
pendapatan terlalu rendah. Dari perspektid keagenan, hal ini menunjukkan perilaku moral
hazard pelaksana (SKPD) yang terlibat dalam penentuan target (aplikasi dari penganggaran
partisipatif di pemerintah daerah).

Jika selisih atau variansi belanja negatif, berarti realisasi atau pengeluaran kas masih
berada di bawah anggaran (tidak melampaui anggaran). Selisih negatif ini bisa bermakna
banyak, yakni:

 Efisiensi: Hal ini terjadi jika capaian kinerja atau target output-outcome telah
tercapai, sementara dana yang disediakan tidak dihabiskan seluruhnya. Namun,
interpretasi seperti ini juga harus dikritisi lebih jauh karena mungkin saja target
dinyatakan terlalu rendah dan anggaran dialokasikan terlalu tinggi.
 Ada kegiatan yang belum selesai dilaksanakan atau dibayarkan. Karena pekerjaan
belum selesai atau belum dilakukan serah terima barang, maka pembayaran belum
dilakukan. Hal ini menyebabkan anggaran belanja belum direalisasikan, sehingga di
LRA tercantum nilai realisasi belanja yang lebih kecil daripada anggarannya.

4
Konsekuensinya, kegiatan/pembayaran akan dilanjutkan pada tahun anggaran
berikutnya. Untuk itu, SKPD akan menyusun DPA-L (DPA Lanjutan), yang bisa
digunakan sebagai dasar untuk melakukan pembayaran, tanpa harus menunggu
APBD di-Perda-kan.
 Ada kegiatan yang tidak jadi dilaksanakan. Beberapa alasan yang menyebabkan
suatu kegiatan tidak jadi dilaksanakan adalah:
1) Kesalahan dalam perencanaan
2) Ketiadaan sumber pendanaan
3) Keadaan luar biasa/tidak terduga
4) Perubahan kebijakan pemerintah daerah dan pusat.

Laporan Realisasi Anggaran (LRA) menyediakan informasi mengenai anggaran dan


realisasi pendapatan-LRA, belanja, transfer, surplus/defisit-LRA, dan pembiayaan dari
suatu entitas pelaporan. Informasi tersebut berguna bagi para pengguna laporan dalam
mengevaluasi keputusan mengenai alokasi sumber-sumber daya ekonomi, akuntabilitas dan
ketaatan entitas pelaporan terhadap anggaran karena menyediakan informasi-informasi
sebagai berikut:

 Informasi mengenai sumber, alokasi, dan penggunaan sumber daya ekonomi


 Informasi mengenai realisasi anggaran secara menyeluruh yang berguna dalam
mengevaluasi kinerja pemerintah dalam hal efisiensi dan efektivitas penggunaan
anggaran.

LRA menyediakan informasi yang berguna dalam memprediksi sumber daya ekonomi
yang akan diterima untuk mendanai kegiatan pemerintah pusat dan daerah dalam periode
mendatang dengan cara menyajikan laporan secara komparatif. Selain itu, LRA juga dapat
menyediakan informasi kepada para pengguna laporan keuangan pemerintah tentang
indikasi perolehan dan penggunaan sumber daya ekonomi dalam penyelenggaraan fungsi
pemerintahan, sehingga dapat menilai apakah suatu kegiatan/program telah dilaksanakan

5
secara efisien, efektif, dan hemat, sesuai dengan anggarannya (APBN/APBD), dan sesuai
dengan peraturan perundang-undangan.

Setiap komponen dalam LRA dijelaskan lebih lanjut dalam Catatan atas Laporan
Keuangan. Penjelasan tersebut memuat hal-hal yang mempengaruhi pelaksanaan anggaran
seperti kebijakan fiskal dan moneter, sebab-sebab terjadinya perbedaan yang material
antara anggaran dan realisasinya, serta daftar-daftar yang merinci lebih lanjut atas angka-
angka yang dianggap perlu untuk dijelaskan. Namun dari segi struktur, LRA Pemerintah
Pusat, Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Kabupaten/Kota memiliki struktur yang
berbeda. Perbedaan ini lebih diakibatkan karena adanya perbedaan sumber pendapatan pada
pemerintah pusat, Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Kabupaten/Kota.

2. Neraca

Neraca memberikan informasi mengenai kondisi atau posisi keuangan pada tanggal
tertentu atau akhir tahun anggaran. Informasi tentang kekayaan SKPD dan sumber-
sumbernya tersaji dalam laporan keuangan ini. Sesuai dengan standar akuntani untuk
pemerintahan yang berlaku di Indonesia (PP No.24/2005 tentang Standar Akuntansi
Pemerintahan), hubungan antara aset dengan rekening di pasiva bersifat paralel.

Perubahan aset/barang/kekayaan SKPD, yang tergambar dari pembandingan antara


neraca awal tahun dengan neraca akhir tahun, dapat terjadi karena beberapa hal, di
antaranya:

1) Realisasi belanja barang, misalnya untuk memperoleh alat tulis kantor


2) Realisasi belanja modal, yang menyebabkan aset tetap bertambah
3) Penghapusan aset, misalnya dengan menghibahkan, menjual, menukarkan, atau
memusnahkan
4) Penerimaan hibah atau bantuan dari pihak lain.

6
3. Catatan atas Laporan Keuangan

CALK memberikan informasi mengenai berbagai hal yang tidak “terbaca” dari LRA
dan Neraca. Berbeda dengan fungsi buku besar pembantu, CALK tidak hanya merinci lebih
jauh rekening-rekening dalam laporan keuangan tersebut, tetapi juga menjelaskan berbagai
kebijakan, pendekatan, metode, dan dasar penentuan dan penyajian angka-angka LRA dan
Neraca. Selain itu, di dalam CALK juga dapat dijelaskan berbagai faktor, asumsi, dan
kondisi yang mempengaruhi angka-angka LK.

Agar informasi dalam laporan keuangan pemerintah dapat dipahami dan digunakan oleh
pengguna dalam melakukan evaluasi dan menilai pertanggungjawaban keuangan negara
diperlukan Catatan Atas Laporan Keuangan (CaLK). CaLK memberikan informasi
kualitatif dan mengungkapkan kebijakan serta menjelaskan kinerja pemerintah dalam
tahapan pengelolaan keuangan negara. Selain itu, dalam CaLK memberikan penjelasan atas
segala informasi yang ada dalam laporan keuangan lainnya dengan bahasa yang lebih
mudah dicerna oleh lebih banyak pengguna laporan keuangan pemerintah, sehingga
masyarakat dapat lebih berpartisipasi dalam menyikapi kondisi keunagan neagra yang
dilaporkan secara lebih pragmatis.

Secara umum, struktur CaLK mengungkapkan hal-hal sebagai berikut:

1) Informasi Umum tentang Entitas Pelaporan dan Entitas Akuntansi


2) Informasi tentang kebijakan fiskal/keuangan dan ekonomi makro
3) Ikhtisar pencapaian target keuangan selama tahun pelaporan berikut kendala dan
hambatan yang dihadapi dalam pencapaian target
4) Informasi tentang dasar penyusunan laporan keuangan dan kebijakan-kebijakan
akuntansi yang dipilih untuk diterapkan atas transaksi-transaksi dan kejadian-
kejadian penting lainnya
5) Rincian dan penjelasan masing-masing pos yang disajikan pada laporan
keuangan lainnya, seperti pos-pos pada Laporan Realisasi Anggaran, Laporan

7
Saldo Anggaran Lebih, Laporan Operasional, Laporan Perubahan Ekuitas dan
Neraca.
6) Informasi yang diharuskan oleh Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan
yang belum disajikan dalam laporan keuangan lainnya
7) Informasi lainnya yang diperlukan untuk penyajian yang wajar, yang tidak
disajikan dalam lembar muka laporan keuangan.

CaLK harus disajikan secara sistematis. Setiap pos dalam Laporan Realisasi Anggaran,
Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih, Neraca, Laporan Operasional, Laporan Arus
Kas, dan Laporan Perubahan Ekuitas harus mempunyai referensi silang dengan informasi
terkait dalam Catatan atas Laporan Keuangan.

Catatan atas Laporan Keuangan meliputi penjelasan atau daftar terinci dan analisis atas
nilai suatu pos yang disajikan dalam Laporan Realisasi Anggaran, Laporan Perubahan
Saldo Anggaran Lebih, Neraca, Laporan Operasional, Laporan Arus Kas, dan Laporan
Perubahan Ekuitas. Termasuk pula dalam CaLK adalah penyajian informasi yang
diharuskan dan dianjurkan oleh Standar Akuntansi Pemerintahan serta pengungkapan-
pengungkapan lainnya yang diperlukan untuk penyajian yang wajar atas laporan keuangan,
seperti kewajiban kontinjensi dan komitmen-komitmen lainnya.

Secara umum, susunan CaLK sebagaimana dalam Standar Akuntansi Pemerintahan


disajikan sebagai berikut:

1. Informasi Umum tentang Entitas Pelaporan dan Entitas Akuntansi


2. Kebijakan fiskal/keuangan dan ekonomi makro

 Ikhtisar pencapaian target keuangan berikut hambatan dan kendalanya;


1) Kebijakan akuntansi yang penting
2) Entitas pelaporan
3) Basis akuntansi yang mendasari penyusunan laporan keuangan
4) Basis pengukuran yang digunakan dalam penyusunan laporan keuangan

8
5) Kesesuaian kebijakan-kebijakan akuntansi yang diterapkan dengan
ketentuan-ketentuan Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan oleh suatu
entitas pelaporan
6) Setiap kebijakan akuntansi tertentu yang diperlukan untuk memahami
laporan keuangan.
 Penjelasan pos-pos Laporan Keuangan:

Rincian dan penjelasan masing-masing pos Laporan Keuangan;

Pengungkapan informasi yang diharuskan oleh Pernyataan Standar Akuntansi


Pemerintahan yang belum disajikan dalam lembar muka Laporan Keuangan.

 Informasi tambahan lainnya yang diperlukan

CaLK pada dasarnya dimaksudkan agar laporan keuangan pemerintah dapat dipahami
secara keseluruhan oleh pembaca secara luas, tidak terbatas hanya untuk pembaca tertentu
ataupun pemerintah saja. Oleh karena itu, untuk menghindari kesalahpahaman bagi
pengguna maupun pembaca laporan keuangan pemerintah, dalam keadaan tertentu masih
dimungkinkan setiap entitas pelaporan (pemerintah) menambah atau mengubah susunan
penyajian atas pos-pos tertentu dalam CaLK, selama perubahan tersebut tidak mengurangi
atapun menghilangkan substansi informasi yang harus disajikan.

Pemahaman yang memadai terhadap komponen-komponen laporan keuangan


pemerintah sangat diperlukan dalam menilai laporan pertanggungjawaban keuangan
negara. Dengan memahami tujuan, manfaat dan isi/pos-pos dari setiap komponen laporan
keuangan, rakyat sebagai pengguna laporan keuangan akan lebih mudah menilai kinerja
Pemerintah dalam mengelola keuangan negara. Rakyat dapat mengetahui jumlah dan
sumber dana yang dipungut/dikumpulkan oleh pemerintah dalam setiap periodenya,
bagaimana pengelolaannya, termasuk dapat menelusuri lebih jauh penggunaan dana
masyarakat tersebut serta mengevaluasi sejauhmana capaian dari setiap program/kegiatan
pemerintah.

9
Informasi yang ada dalam laporan keuangan juga akan berguna untuk mengetahui
jumlah serta jenis-jenis aset maupun utang yang dimiliki oleh pemerintah dalam rangka
mendukung kelancaran penyelenggaraan kegiatan pemerintahan, sehingga kinerja
pemerintah dapat teridentifikasi secara jelas dan rakyatpun dapat memberikan tanggapan
atau penilaian terhadap kinerja pemerintah tersebut.

Dalam kenyataannya, meskipun laporan keuangan sudah bersifat general


purposive atau dibuat untuk memenuhi kebutuhan informasi semua pihak, tetapi tidak
semua pembaca/pengguna dapat memahami laporan keuangan pemerintah dengan baik,
akibat perbedaan latar belakang pendidikan dan pengetahuan. Untuk itu, agar pengguna
dapat menginterpretasikan seluruh informasi-informasi yang terkandung di dalam laporan
keuangan secara tepat maka diperlukan hasil analisis terhadap laporan keuangan
Pemerintah.

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 71 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan


(SAP), Komponen-komponen yang terdapat dalam satu set laporan keuangan berbasis
akrual terdiri dari laporan pelaksanaan anggaran (budgetary reports) dan laporan finansial,
yang jika diuraikan adalah sebagai berikut:

1) Laporan Realisasi Anggaran


2) Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih
3) Laporan Operasional
4) Laporan Perubahan Ekuitas
5) Neraca
6) Laporan Arus Kas
7) Catatan atas Laporan Keuangan.

Laporan pelaksanaan anggaran adalah Laporan Realisasi Anggaran dan Laporan


Perubahan Saldo Anggaran Lebih, sedangkan yang termasuk laporan finansial adalah
Laporan Operasional, Laporan Perubahan Ekuitas, Neraca dan Laporan Arus Kas.
Komponen-komponen laporan keuangan tersebut disajikan oleh setiap entitas pelaporan,

10
kecuali Laporan Arus Kas yang hanya disajikan oleh entitas yang mempunyai fungsi
perbendaharaan umum, dan Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih yang hanya
disajikan oleh Bendahara Umum Negara dan entitas pelaporan yang menyusun laporan
keuangan konsolidasinya.

C. LANGKAH-LANGKAH PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN SATUAN


KERJA PERANGKAT DAERAH

Laporan Keuangan yang dihasilkan pada tingkat Satuan Kerja Perangkat Daerah dihasilkan
melalui proses akuntansi lanjutan yang dilakukan oleh PPK-SKPD. Jurnal dan posting yang
telah dilakukan terhadap transaksi keuangan menjadi dasar dalam penyusunan laporan
keuangan.

Langkah 1 (Kertas Kerja)

1) PPK-SKPD menyiapkan kertas kerja (worksheet) 10 lajur sebagai alat untuk


menyusun Laporan Keuangan. Worksheet adalah alat bantu yang digunakan dalam
proses pembuatan Laporan Keuangan. Worksheet berguna untuk mempermudah
proses pembuatan laporan keuangan yang dihasilkan secara manual. PPK-SKPD
melakukan rekapitulasi saldo-saldo buku besar menjadi neraca saldo. Angka-angka
saldo dari semua akun buku besar dipindahkan ke kolom neraca saldo dalam
worksheet, sesuai dengan posisi debit atau kredit dalam saldo di buku besar masing-
masing.
2) PPK-SKPD membuat jurnal penyesuaian. Jurnal ini dibuat dengan tujuan
melakukan penyesuaian atas saldo pada akun-akun tertentu dan pengakuan atas
transaksi-transaksi yang bersifat akrual. Jurnal penyesuaian tersebut diletakkan
dalam kolom “Penyesuaian” yang terdapat pada Kertas Kerja.

Jurnal penyesuaian telah dijelaskan dalam pembahasan Prosedur Akuntansi Aset,


Kewajiban dan Ekuitas Dana SKPD.

11
Jurnal Penyesuaian yang ada SKPD meliputi setidaknya :

 Koreksi kesalahan pencatatan

Merupakan koreksi terhadap kesalahan dalam membuat jurnal dan telah diposting ke
buku besar. Jurnal koreksi sebaiknya segera dilakukan begitu diketahui terjadi kesalahan
pencatatan tanpa menunggu akhir tahun.

 Pengakuan aset, hutang, dan ekuitas.

Merupakan pengakuan terhadap perolehan aset yang dilakukan oleh SKPD, diantaranya
pengakuan piutang, persediaan dan utang. Sedangkan pengakuan aset tetap sangat terkait
dengan belanja modal yang dilakukan oleh SKPD.

 Jurnal depresiasi

Merupakan jurnal depresiasi terhadap aset yang dimiliki oleh SKPD.

Jurnal terkait dengan transaksi yang bersifat accrual dan prepayment merupakan jurnal
yang dilakukan dikarenakan adanya transaksi yang sudah dilakukan SKPD namun
pengeluaran kas belum dilakukan (accrual) atau terjadi transaksi pengeluaran kas untuk
belanja di masa yang akan datang (prepayment).

Bukti transaksi yang digunakan dalam jurnal penyesuaian berupa bukti memorial yang
dilampiri dengan bukti-bukti transaksi jika tersedia.

3) PPK-SKPD melakukan penyesuaian atas neraca saldo berdasarkan jurnal


penyesuaian yang telah dibuat sebelumnya. Nilai yang telah disesuaikan diletakkan
pada kolom ”Neraca Saldo Setelah Penyesuaian” yang terdapat pada Kertas Kerja.
4) Berdasarkan Neraca Saldo yang telah disesuaikan, PPK-SKPD mengidentifikasi
akun-akun yang termasuk dalam komponen Laporan Realisasi Anggaran dan
memindahkannya ke kolom “Laporan Realisasi Anggaran” yang terdapat pada
Kertas Kerja.

12
5) Berdasarkan Neraca Saldo yang telah disesuaikan, PPK-SKPD mengidentifikasi
akun-akun yang termasuk dalam komponen Neraca dan memindahkannya ke kolom
“Neraca” yang terdapat pada Kertas Kerja.
6) Dari kertas kerja yang telah selesai diisi, PPK-SKPD dapat menyusun Laporan
Keuangan yang terdiri dari Neraca dan Laporan Realisasi Anggaran. Sebagai
catatan, neraca yang dihasilkan belum final karena PPK-SKPD belum membuat
Jurnal Penutup.

Langkah 2 (Jurnal Penutup)

Jurnal Penutup adalah jurnal yang dibuat untuk menutup saldo nominal menjadi nol
pada akhir periode akuntansi. Perkiraan nominal adalah perkiraan yang digunakan untuk
Laporan Realisasi Anggaran, yaitu Pendapatan, dan Belanja.

13
BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN

Laporan Keuangan adalah produk akhir dari proses akuntansi yang telah dilakukan.
Laporan Keuangan yang disusun harus memenuhi prinsipprinsip yang dinyatakan dalam PP
No. 24 Tahun 2005. Laporan Keuangan dihasilkan dari masing-masing SKPD yang
kemudian dijadikan dasar dalam membuat Laporan Keuangan Pemerintah Kabupaten
Bandung.

Laporan Keuangan merupakan laporan yang terstruktur mengenai posisi keuangan


dan transaksi-transaksi yang dilakukan oleh suatu entitas pelaporan. Tujuan umum laporan
keuangan adalah menyajikan informasi mengenai posisi keuangan, realisasi anggaran, arus
kas dan kinerja keuangan suatu entitas pelaporan yang bermanfaat bagi para pengguna
dalam membuat dan mengevaluasi keputusan mengenai alokasi sumber daya. Secara
spesifik tujuan laporan keuangan pemerintah adalah untuk menyajikan informasi yang
berguna untuk pengambilan keputusan dan untuk menunjukkan akuntabilitas entitas
pelaporan atas sumber daya yang dipercayakan kepadanya.

14

Anda mungkin juga menyukai