Anda di halaman 1dari 23

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Berdasarkan pasal 1 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 71 Tahun 2010


tentang Standar Akuntansi Pemerintahan menjelaskan bahwa Kerangka Konseptual
Akuntansi Permerintahan adalah konsep dasar pengembangan dan penyusunan Standar
Akuntansi Pemerintahan, dan merupakan acuan bagi Komite Standar Akuntansi
Permerintahan, penyusunan laporan keuangan , pemeriksa dan pengguna laporan keuangan
dalam mencari pemecahan atas sesuatu masalah yang belum diatur dalam Pernyataan
Standar Akuntansi Pemerintahan.

Setelah mengalami proses yang panjang Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) yang
telah lama dinantikan oleh berbagai pihak telah ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah
Nomor 24 Tahun 2005 tanggal 13 Juni 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan (PP
SAP). Dengan ditetapkannya PP SAP maka untuk pertama kali Indonesia memiliki standar
akuntansi pemerintahan. Menandai di mulainya Implementasi Standar Akuntansi
Pemerintahan. Wakil Presiden RI meluncurkan Standar Akuntansi Pemerintahan di Istana
Wakil Presiden pada tanggal 6 Juli 2005.

Pemerintah dalam menyusun sistem akuntansi pemerintah harus mengacu pada SAP.
Gagasan perlunya standar akuntansi pemerintahan sebenarnya sudah lama ada namun baru
pada sebatas wacana. Seiring dengan berkembangnya akuntansi di sektor komersil yang
dipelopori dengan dikeluarkannya Standar Akuntansi Keuangan oleh Ikatan Akuntan
Indonesia (1994) kebutuhan standar akuntansi pemerintahan kembali menguat. Oleh karena
itu Badan Akuntansi Keuangan Negara (BAKUN) Departemen Keuangan mulai
mengembangkan standar akuntansi.

Sebelum dan setelah dilakukan publik hearing Standar dibahas bersama dengan Tim
Penelaah Standar Akuntansi Pemerintahan BPK. Setelah dilakukan pembahasan

1
berdasarkan masukan-masukan KSAP melakukan finalisasi standar kemudian KSAP
meminta pertimbangan kepada BPK melalui Menteri Keuangan. Namun draf SAP ini
belum diterima oleh BPK karena komite belum ditetapkan dengan Keppres. Suhubungan
dengan hal tersebut melalui Keputusan Presiden Nomor 84 Tahun 2004 dibentuk Komite
Standar Akuntansi Pemerintahan. Komite ini segera bekerja untuk menyempurnakan
kembali draf SAP yang pernah diajukan kepada BPK agar pada awal tahun 2005 dapat
segera ditetapkan.

Dengan ditetapkan PP SAP diharapkan akan adanya transparansi partisipasi dan


akuntabilitas pengelolaan keuangan negara guna mewujud kan pemerintahan yang baik
(good governance). Sehingga diperlukan langkah-langkah strategis yang perlu segera
diupayakan dan diwujudkan bersama dalam rangka implementasi Standar akuntansi
Pemerintahan.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan kerangka konseptual akuntansi pemerintahan?
2. Apa saja ruang lingkup kerangka konseptual akuntansi pemerintahan?
3. Apa tujuan kerangka konseptual akuntansi pemerintahan?
4. Bagaimana lingkungan akuntansi pemerintahan?
5. Bagaimana pernyataan standar akuntansi pemerintahan?
6. Apa saja komponen laporan keuangan pemerintah?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui kerangka konseptual akuntansi pemerintahan
2. Untuk mengetahui Standar Akuntansi Pemerintahan
3. Untuk mengetahui komponen laporan keuangan pemerintahan

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. DEFINISI KERANGKA KONSEPTUAL AKUNTANSI PEMERINTAHAN

Berdasarkan pasal 1 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 71 Tahun 2010


tentang Standar Akuntansi Pemerintahan menjelaskan bahwa Kerangka Konseptual
Akuntansi Permerintahan adalah konsep dasar pengembangan dan penyusunan Standar
Akuntansi Pemerintahan, dan merupakan acuan bagi Komite Standar Akuntansi
Permerintahan, penyusunan laporan keuangan , pemeriksa dan pengguna laporan keuangan
dalam mencari pemecahan atas sesuatu masalah yang belum diatur dalam Pernyataan
Standar Akuntansi Pemerintahan.

B. RUANG LINGKUP KERANGKA KONSEPTUAL AKUNTANSI


PEMERINTAHAN

Kerangka konseptual ini membahas tentang :

a) Tujuan kerangka konseptual


b) Lingkungan akuntansi pemerintahan
c) Pengguna dan kebutuhan informasi para pengguna
d) Entitas akuntansi dan entitas pelaporan
e) Peranan dan tujuan pelaporan keuangan, komponen laporan keuangan, serta dasar
hukum.

C. TUJUAN KERANGKA KONSEPTUAL AKUNTANSI PEMERINTAHAN

Tujuan kerangka konseptual akuntansi pemerintahan adalah sebagai acuan bagi:

1) penyusun standar dalam melaksanakan tugasnya


2) penyusun laporan keuangan dalam menanggulangi masalah akuntansi yang belum
diatur dalam standar

3
3) pemeriksa dalam memberikan pendapat mengenai apakah laporan keuangan disusun
sesuai dengan standar
4) para pengguna laporan keuangan dalam menafsirkan informasi yang disajikan pada
laporan keuangan yang disusun sesuai dengan standar.

D. LINGKUNGAN AKUNTANSI PEMERINTAHAN

Lingkungan dimana organisasi pemerintah beroperasi berpengaruh terhadap


karakteristik tujuan akuntansi dan pelaporan keuangannya. Ciri-ciri penting lingkungan
pemerintahan yang perlu dipertimbangkan dalam menetapkan tujuan akuntansi dan
pelaporan keuangan adalah sebagai berikut:

Ciri-ciri pokok yang berkaitan dengan struktur pemerintahan dan pelayanan yang
diberikan :

a) Bentuk umum pemerintahan dan pemisahan kekuasaan

Dalam NKRI yang bersistem demokrasi, kekuasaan ada di tangan rakyat yang
didelegasikan kepada pejabat publik yang dipilih melalui proses pemilihan. Sejalan itu
terdapat pemisahan antara wewenang eksekutif, legislatif, dan yudikatif (Trias politika).
Pemisahan tersebut bertujuan untuk mengawasi dan menjaga keseimbangan (check and
balance) terhadap kemungkinan penyalahgunaan kekuasaan para penyelenggara
pemerintahan.

b) Sistem pemerintahan otonomi dan transfer pendapatan antar pemerintah

Secara substansial, terdapat tiga lingkup pemerintahan dalam sistem pemerintahan


Republik Indonesia, yaitu pemerintah pusat, pemerintah propinsi, dan pemerintah
kabupaten/kota. Jika suatu lingkup pemerintahan tertentu memperoleh pendapatan pajak
atau bukan pajak yang lebih besar, maka dapat mengakibatkan diselenggarakannya sistem
bagi hasil, alokasi dana umum, hibah, atau subsidi antar entitas pemerintahan.

4
c) Adanya pengaruh proses politik

Salah satu tujuan utama pemerintah adalah meningkatkan kesejahteraan seluruh rakyat.
Sehubungan dengan itu, pemerintah berupaya untuk mewujudkan keseimbangan fiskal
dengan mempertahankan kemampuan keuangan negara yang bersumber dari pendapatan
pajak dan sumber-sumber lainnya guna memenuhi keinginan masyarakat. Salah satu ciri
yang penting dalam mewujudkan keseimbangan tersebut adalah berlangsungnya proses
politik untuk menyelaraskan berbagai kepentingan yang ada di masyarakat.

d) Hubungan antara pembayaran pajak dan pelayanan pemerintah

Hubungan antara pajak yag dipungut dan pelayanan yang diberikan pemerintah mempunyai
sifat-sifat tertentu yang perlu dipertimbangkan dalam pengembangan laporan
keuangan,yaitu :

 Pembayaran pajak bukan merupakan sumber pendapatan yang sifatnya suka rela.
 Jumlah pajak yang dibayar ditentukan oleh basis pengenaan pajak sebagaimana
ditentukan oleh peraturan perundang-undangan.
 Sulit mengukur efisiensi pelayanan pemerintah dibandingkan dengan pungutan yang
digunakan untuk membiayai pelayanan tersebut karena adanya monopoli pelayanan
oleh pemerintah.
 Pengukuran kualitas dan kuantitas berbagai pelayanan yang diberikan oleh
pemerintah adalah relative sulit.

E. PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN

Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) adalah prinsip-prinsip akuntansi yang


diterapkan dalam menyusun dan menyajikan Laporan Keuangan Pemerintah yang terdiri
atas Laporan Keuangan Pemerintah Pusat (LKPP) dan Laporan Keuangan Permerintah
Daerah (LKPD).

5
Laporan keuangan pokok menurut SAP adalah:

1) Laporan Realisasi Anggaran


2) Neraca
3) Laporan Arus Kas
4) Catatan Atas Laporan Keuangan

SAP dinyatakan dalam bentuk Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan (PSAP),


yaitu SAP yang diberi judul, nomor, dan tanggal efektif. Selain itu, SAP juga dilengkapi
dengan Kerangka Konseptual Akuntansi Pemerintahan.

PSAP dapat dilengkapi dengan Interpretasi Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan


(IPSAP) atau Buletin Teknis SAP.IPSAP dan Buletin Teknis SAP disusun dan diterbitkan
oleh Komite Standar Akuntansi Pemerintahan (KSAP) dan diberitahukan kepada
Pemerintah dan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK).Rancangan IPSAP disampaikan kepada
BPK paling lambat empat belas hari kerja sebelum IPSAP diterbitkan.

IPSAP dimaksudkan untuk menjelaskan lebih lanjut topik tertentu guna menghindari
salah tafsir pengguna PSAP.Sedangkan Buletin Teknis SAP dimaksudkan untuk mengatasi
masalah teknis akuntansi dengan menjelaskan secara teknis penerapan PSAP atau IPSAP.

SAP memiliki beberapa basis penerapan yaitu :

1) SAP Berbasis Kas

Basis akuntansi yang digunakan dengan laporan keuangan pemerintah adalah basis kas
untuk pengakuan pendapatan, belanja dan pembiayaan dalam Laporan Realisasi Anggaran.

Basis kas untuk Laporan Realisasi Anggaran berarti bahwa pendapatan diakui pada saat
kas di terima di Rekening Kas Umum Negara / Daerah atau oleh entitas pelaporan dan
belanja diakui pada saat kas dikeluarkan dari Rekening Kas Umum Negara / Daerah atau
entitas pelaporan (Peraturan Pemerintah Nomor 71 tahun 2010).

6
2) SAP Berbasis Kas Menuju Akrual

Komite Standar Akuntansi Pemerintahan (KSAP) menyusun SAP berbasis akrual yang
mecakup PSAP berbasis kas untuk pelaporan pelaksanaan anggaran(budgetary reports),
sebagaimana dicantumkan pada PSAP 2, dan PSAP berbasis akrual untuk pelaporan
financial, yang pada PSAP 12 memfasilitasi pencatatan, pendapatan, dan beban dengan
basis akrual.

Penerapan SAP Berbasis Akrual dilaksanakan secara bertahap dari penerapan SAP
Berbasis Kas Menuju Akrual menjadi penerapan SAP Berbasis Akrual. SAP Berbasis Kas
Menuju Akrual yaitu SAP yang mengakui pendapatan, belanja, dan pembiayaanberbasis
kas, serta mengakui aset, utang, dan ekuitas danaberbasis akrual. Ketentuan lebih lanjut
mengenai penerapan SAP Berbasis Akrual secara bertahap pada pemerintah pusat diatur
dengan Peraturan Menteri Keuangan.Ketentuan lebih lanjut mengenai penerapan SAP
Berbasis Akrual secara bertahap pada pemerintah daerah diatur dengan Peraturan Menteri
Dalam Negeri.

Perbedaan mendasar SAP berbasis kas menuju akrual dengan SAP berbasis akrual
terletak pada PSAP 12 mengenai laporan operasional.Entitas melaporkan secara transparan
besarnya sumber daya ekonomi yang didapatkan, dan besarnya beban yang di tanggung
untuk menjalankan kegiatan pemerintahan. Surplus/defisit operasional merupakan
penambah atau pengurang ekuitas, atau kekayaan bersih entitas pemerintahan bersangkutan
( PP No. 71 Tahun 2010.

3) SAP berbasis Akrual

SAP Berbasis Akrual, yaitu SAP yang mengakui pendapatan, beban, aset, utang, dan
ekuitasdana dalam pelaporan financialberbasis akrual, serta mengakui pendapatan, belanja,
dan pembiayaan dalam pelaporan pelaksanaan anggaran berdasarkan basis yang ditetapkan
dalam APBN/APBD.

7
Basis Akrual untuk neraca berarti bahwa asset, kewajiban dan ekuitas dana diakui dan
dicatat pada saat terjadinya transaksi, atau pada saat kejadian atau kondisi lingkungan
berpengaruh pada keuangan pemerintah, tanpa memperhatikan saat kas atau setara kas
diterima atau dibayar (PP No.71 tahun 2010).

SAP berbasis akrual diterapkan dalam lingkungan pemerintah yaitu pemerintah pusat,
pemerintah daerah dan satuan organisasi di lingkungan pemerintah pusat/daerah, jika
menurut peraturan perundang – undangan satuan organisasi dimaksud wajib menyajikan
laporan keuangan (PP No.71 Tahun 2010).

SAP Berbasis Akrual tersebut dinyatakan dalam bentuk PSAP dan dilengkapi dengan
Kerangka Konseptual Akuntansi Pemerintah. PSAP dan Kerangka Konseptual Akuntansi
Pemerintahan dalam rangka SAP Berbasis Akrual dimaksud tercantum dalam Lampiran I
Peraturan Pemerintah nomor 71 Tahun 2010.

Penyusunan SAP Berbasis Akrual dilakukan oleh KSAP melalui proses baku
penyusunan (due process). Proses baku penyusunan SAP tersebut merupakan
pertanggungjawaban profesional KSAP yang secara lengkap terdapat dalam Lampiran III
Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010.

Penerapan SAP Berbasis Akrual secara bertahap dilakukan dengan memperhatikan


urutan persiapan dan ruang lingkup laporan. SAP Berbasis Kas Menuju Akrual dinyatakan
dalam bentuk PSAP dan dilengkapi dengan Kerangka Konseptual Akuntansi Pemerintahan.
PSAP dan Kerangka Konseptual Akuntansi Pemerintahan dalam rangka SAP Berbasis Kas
Menuju Akrual tercantum dalam Lampiran II Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010.

Tahap - tahap Persiapan SAP :

Tahap-tahap Persiapan SAP, yaitu (Supriyanto:2005):

a. Identifikasi Topik untuk Dikembangkan Menjadi Standar


b. Pembentukan Kelompok Kerja (Pokja) di dalam Komite

8
c. Riset Terbatas oleh Kelompok Kerja
d. Penulisan draft SAP oleh Kelompok Kerja
e. Pembahasan Draft oleh Komite Kerja
f. Pengambilan Keputusan Draft untuk Dipublikasikan
g. Peluncuran Draft Publikasian SAP (Exposure Draft)
h. Dengar Pendapat Terbatas (Limited Hearing) dan Dengar Pendapat Publik(Public
Hearings)
i. Pembahasan Tanggapan dan Masukan Terhadap Draf Publikasian
j. Finalisasi Standar

Sebelum dan setelah dilakukan public hearing, standar dibahas bersama dengan Tim
Penelaah Standar Akuntansi Pemerintahan BPK.Setelah dilakukan pembahasan
berdasarkan masukan-masukan KSAP melakukan finalisasi standar kemudian KSAP
meminta pertimbangan kepada BPK melalui Menteri Keuangan.Namun draf SAP ini belum
diterima oleh BPK karena komite belum ditetapkan dengan Keppres.Suhubungan dengan
hal tersebut, melalui Keputusan Presiden, dibentuk Komite Standar Akuntansi
Pemerintahan.Komite ini segera bekerja untuk menyempurnakan kembali draf SAP yang
pernah diajukan kepada BPK agar dapat segera ditetapkan.

Draft SAP pun diajukan kembali kepada BPK dan mendapatkan pertimbangan dari
BPK. BPK meminta langsung kepada Presiden RI untuk segera Menetapkan Standar
Akuntansi Pemerintahan dengan Peraturan Pemerintah (PP). Proses penetapan PP SAP pun
berjalan dengan Koordinasi antara Sekretariat Negara, Departemen Keuangan, dan
Departemen Hukum dan HAM, serta pihak terkait lainnya hingga penandatanganan
Peraturan Pemerintah.

9
 Kandungan Peraturan Pemerintah Standar Akuntansi Pemerintahan (PP-SAP)

Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan


terdiri dari:

a. SAP berbasis Akrual

Lampiran I.01 :Kerangka konseptual akuntansi pemerintahan

Lampiran I.02 : Penyajian laporan keuangan

Lampiran I.03 : Laporan realisasi anggaran berbasis kas

Lampiran I.04 : Laporan arus kas

Lampiran I.05 : Catatan atas laporan keuangan

Lampiran I.06 : Akuntansi persediaan

Lampiran I.07 : Akuntansi investasi

Lampiran I.08 : Akuntansi asset tetap

Lampiran I.09 : Akuntansi kontruksi dalam pengerjaan

Lampiran I.10 : Akuntansi kewajiban

Lampiran I.11 : Koreksi kesalahan, perubahan kebijakan akuntansi, perubahan


estimasiakuntansi, dan operasi yang tidak di lanjutkan

Lampiran I.12 : Laporan keuangan konsolidasi

Lampiran I.13 : Laporan keuangan operasional

b. SAP berbasis Kas menuju Akrual

Lampiran II.01 : Kerangka konseptual akuntansi pemerintahan

10
Lampiran II.02 : Penyajian laporan keuangan

Lampiran II.03 : Laporan realisasi anggaran

Lampiran II.04 : Laporan arus kas

Lampiran II.05 : Catatan atas laporan keuangan

Lampiran II.06 : Akuntansi persediaan

Lampiran II.07 : Akuntansi investasi

Lampiran II.08 : Akuntansi aset tetap

Lampiran II.09 : Akuntansi kontruksi dalam pengerjaan

Lampiran II.10 : Akuntansi kewajiban

c. SAP Berbasis Akrual

Lampiran III : Proses penyusunan standar akuntansi pemerintahan berbasis


akrual

Terdapat perbedaan yang lain antara Standar Akuntansi Pemerintah dan Standar
Akuntansi Keuangan sebagai berikut:

 SAP digunakan oleh entitas yang bertanggung jawab menyediakan barang dan jasa
untuk rakyat, sementara SAK digunakan oleh entitas yang bertanggung jawab
mencari laba untuk pemilik/pemegang saham.
 SAK menggunakan basis akrual sedangkan SAP menggunakan basis kas menuju
akrual. Contohnya :
a. Pengakuan pendapatan, dalam laporan keuangan BLU (Badan Layanan Umum)
versi SAK seluruh pendapatan yang secara akrual telah terjadi pasti akan
dilaporkan, namun dalam laporan keuangan versi SAP hanya pendapatan yang
telah diterima kasnya saja yang akan dilaporkan.

11
b. Penyusutan aset tetap, SAK mewajibkan dilakukan perhitungan penyusutan
akan tetapi SAP justru tidak menghitung penyusutan tersebut.
 Perbedaaan antara SAP dan SAK juga terletak pada komponen laporan
keuangannya, yang berbeda dari SAP adalah tidak adanya laporan rugi/laba dalam
Pemerintahan dikenal dengan laporan kinerja keuangan (surplus/defisit). Laporan
ini mengukur keberhasilan operasi entitas selama periode tertentu. Keberhasilan
digambarkan dari kemampuan entitas dalam menciptakan surplus. Surplus terjadi
bila total pendapatan lebih besar dari biaya yang dikeluarkan dan defisit bila total
pendapatan lebih kecil dari biaya yang dikeluarkan. Informasi dari laporan
surplus/defisit sangat penting bagi pengguna laporan keuangan untuk mengambil
keputusan mengenai profitabilitas, nilai investasi dan kelayakan kredit.
 SAP digunakan oleh entitas yang bertanggung jawab menyediakan barang dan jasa
untuk rakyat, sementara SAK digunakan oleh entitas yang bertanggung jawab
mencari laba untuk pemilik/pemegang saham. Namun, setidaknya, kita dapat
melihat sejauh mana kedua standar tersebut memenuhi pertanggungjawabannya
masing-masing penggunanya.
 Analisis Komparasi Kerangka Konseptual SAK (Standar Akuntansi Keuangan) dan
SAP (Standar Akuntansi Pemerintah). Dalam SAK, pengertian dan prinsip-prinsip
akuntansi yang diterapkan dalam menyusun dan menyajikan laporan keuangan
perusahaan. Sedangkan, dalam SAP, prinsip-prinsip akuntansi yang diterapkan
dalam menyusun dan menyajikan laporan keuangan pemerintah.

Isu-isu yang Terkait dalam SAP

Pada tahun 2015, seluruh instansi pemerintah baik yang ada di pusat maupun di daerah
harus sudah menerapkan Standar Akuntansi Pemerintah (SAP) berbasis akrual (accrual
basis). “Setelah aturan SAP berbasis akrual ditandatangani maka pemerintah pusat dan
daerah harus sudah menerapkan SAP per 1 Januari 2015,” kata Dirjen Keuangan Daerah,
Yuswandi A. Temenggung, saat menjadi pembicara dalam acara Rakernas Akuntansi dan

12
Pelaporan Keuangan Pemerintah Tahun 2013, di Jakarta. Dasar hukum penerapan SAP
berbasis akrual adalah PP No. 71/2010 tentang SAP, sebagai amanat dari UU No. 17/2003
tentang Keuangan Negara. UU No.17/2013 mengamanatkan instansi pemerintah baik
dipusat maupun di daerah diminta untuk menerapkan SAP berbasis akrual. Sedangkan
dalam PP No. 71/2010 disebutkan SAP berbasis akrual dilaksanakan empat tahun setelah
tahun 2010, yang artinya dilaksanakan pada 2015. Penerapan accrual basis di daerah akan
cukup kompleks. Bisa dibayangkan, saat ini terdapat 491 daerah provinsi dan kab/kota di
seluruh Indonesia. Dengan segala keragaman yang ada, tentu akan lebih sulit penerapannya
dibanding di pusat. Sementara itu, beberapa hal yang harus disiapkan terkait dengan
penerapan SAP berbasis akrual di daerah, yakni ketersediaan Sumber Daya Manusia
(SDM) dan Struktur Organisasi Tata Kerja (SOTK) dari Satuan Kerja Perangkat Daerah
(SKPD) dan Pejabat Pengelola Keuangan Daerah (PPKD). Ketika SAP berbasis akrual
diterapkan secara penuh maka fungsi akuntansi dari masing-masing PPKD dan SKPD harus
muncul – siapa mengerjakan apa.

Kondisi yang perlu diperhatikan sebelum SAP berbasis akrual diterapkan pada 2015
adalah terkait dengan LKPD 2012 yang diaudit BPK, dimana baru sekitar 16 provinsi dan
115 kab/kota yang mendapatkan opini WTP, dengan sistem akuntansi yang diterapkan saat
ini. Tentu patut diantisipasi, jangan sampai tak satupun LKPD dari 539 daerah provinsi dan
kab/kota di Indonesia tidak memperoleh WTP setelah accrual basis diterapkan. Jelas, ini
satu kemunduran terkait dengan akuntabilitas pengelolaan keuangan daerah. Tentu kita
memahami, setiap daerah memiliki pemahaman yang sangat beragam terkait dengan sistem
yang akan diterapkan. Penggunaan sistem aplikasi juga harus digalakkan, termasuk di
dalamnya ketika terdapat sistem yang berbeda, bagaimana mengkonsolidasinya, sehingga
bisa compatible antara satu sistem dengan sistem lainnya. Sementara itu, bagi daerah yang
terlambat menyampaikan LKPD 2012, Kementerian Keuangan sudah mengingatkan bagi
daerah yang terlambat menyampaikan LKPD 2012 dan LRA semester 1-2013 akan
dilakukan penundaan transfer DAU. Ini gambaran kondisi saat ini yang tentu harus
dicermati dan ditangani sehingga penerapan SAP berbasis akrual ditahun 2015 tidak akan

13
menemui kendala. Terkait dengan kesiapan Kemendagri dalam konteks penerapan SAP
berbasis akrual, saat ini penyusunan pedoman penerapan SAP berbasis akrual oleh
Kemendagri sudah dalam tahap finalisasi, Diharapkan, akhir tahun 2013, pedoman tersebut
sudah bisa diterima pemda. Untuk keberhasilan penerapan SAP berbasis akrual,
komunikasi Kemendagri dengan Kemenkeu juga terus dilakukan. Demikian pula
komunikasi dengan Komite Standar Akuntansi Pemerintahan (KSAP) intensif dilakukan
agar penerapan SAP berbasis akrual di daerah bisa tepat waktu. Yang menjadi landasan
bagi daerah untuk penerapan SAP berbasis akrual di tingkat daerah yaitu Peraturan Kepala
Daerah tentang kebijakan akuntansi dan sistem akuntansi pemerintah daerah. Saat ini,
Kemendagri terus melakukan upaya-upaya capacity building baik di internal Kemendagri
maupun di Pemda. Kita berharap tahun 2014 dapat melakukan uji coba penerapan SAP
berbasis akrual di beberapa daerah. Dengan adanya program uji coba, kita bisa menjawab
pertanyaan-pertanyaan yang mungkin muncul dari daerah. Kita juga mendorong daerah lain
untuk melakukan uji coba penerapan SAP berbasis akrual.

Tahun 2015, SAP berbasis akrual di seluruh daerah provinsi dan kab/kota akan
diselenggarakan. Dengan harapan, financial statistic di daerah sudah bisa compatible
dengan Laporan Keuangan Pemerintah Pusat (LKPP), yang pada gilirannya Indonesia
punya satu kesatuan pengelolaan keuangan negara. Untuk itu, kesiapan pemda perlu
diperketat, kita mencoba memfasilitasi dari aspek elembagaan (SOTK) bahwa core
tatalaksana di dalam penerapan SAP berbasis akrual adalah LO. Pendapatan dan belanja
sudah harus diakui pada waktu terjadinya transaksi, bukan waktu terjadinya arus kas
masuk/keluar. Pekerjaaan ini tidak terlalu sulit, hanya perlu komitmen dari para pemangku
kepentingan. Dengan adanya SOTK SKPD dan PPKD di setiap daerah,m SAP berbasis
akrual diharapkan sudah masuk dalam sistem tatalaksana. Keberadaan SDM baik dalam
konteks akuntansi maupun teknologi informasi perlu ditingkatkan. Demikian pula
kompetensi personil perlu ditingkatkan. Dalam hal ini, para pengambil keputusan di daerah
(kepala daerah) seharusnya sudah sangat aware akan komitmennya untuk menerapkan fully
accrual basis pada tahun 2015. Teknisnya bisa dilakukan oleh staf, tapi staf tentu perlu

14
keteladanan dari pimpinan (kepala daerah). Sementara itu, terkait dengan kelengkapan
teknologi informasi, pemda bisa melakukan upgrading dari sistem yang telah ada agar
kecepatan bisa maksimal. Ini salah satu agenda Kemendagri untuk mewujudkan penerapan
SAP berbasis akrual pada tahun 2015.

F. KOMPONEN LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH

Laporan keuangan pokok terdiri dari:

1. Laporan Realisasi Anggaran (LRA)


2. Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih (Laporan Perubahan SAL)
3. Neraca
4. Laporan Operasional (LO)
5. Laporan Arus Kas (LAK)
6. Laporan Perubahan Ekuitas (LPE)
7. Catatan atas Laporan Keuangan (CaLK)

Dasar Hukum Pelaporan Keuangan

 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, khususnya


bagian yang mengatur keuangan Negara
 Undang-Undang di bidang keuangan Negara
 Undang-Undang tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara dan
peraturan daerah tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
 Peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang pemerintah daerah,
khususnya yang mengatur keuangan daerah
 Peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang perimbangan
keuangan pusat dan daerah
 Peraturan perundang-undangan tentang pelaksanaan Anggaran Pendapatan
dan Belanja Negara/Daerah

15
 Peraturan perundang-undangan lainnya yang mengatur tentang keuangan
pusat dan daerah

Asumsi Dasar

1. Asumsi kemandirian entitas


2. Asumsi kesinambungan entitas
3. Asumsi keterukuran dalam satuan uang (monetary measurement).

Karakteristik Kualitatif Laporan Keuangan

Keempat karakteristik berikut ini merupakan prasyarat normatif yang diperlukan agar
laporan keuangan pemerintah dapat memenuhi kualitas yang dikehendaki:

 Relevan (dapat mempengaruhi keputusan pengguna)

Informasi yang relevan yaitu memiliki Feedback value, Predictive value, Tepat waktu
dan lengkap.

 Andal

Informasi yang andal yaitu penyajiannya jujur, dapat diverifikasi dan netralitas.

 Dapat dibandingkan

Informasi yang termuat dalam laporan keuangan akan lebih berguna jika dapat
dibandingkan dengan laporan keuangan periode sebelumnya atau laporan keuangan entitas
pelaporan lain pada umumnya. Perbandingan dapat dilakukan secara internal dan eksternal

 Dapat dipahami.

16
Prinsip Akuntansi Dan Pelaporan Keuangan

Berikut ini adalah delapan prinsip yang digunakan dalam akuntansi dan pelaporan
keuangan pemerintah:

1. Basis akuntansi
2. Prinsip nilai historis
3. Prinsip realisasi
4. Prinsip substansi mengungguli bentuk formal
5. Prinsip periodisitas
6. Prinsip konsistensi
7. Prinsip pengungkapan lengkap
8. Prinsip penyajian wajar.

Kendala Informasi Yang Relevan Dan Andal

Tiga hal yang menimbulkan kendala dalam informasi akuntansi dan laporan
keuangan pemerintah, yaitu:

 Materialitas

Informasi dipandang material apabila kelalaian untuk mencantumkan atau kesalahan


dalam mencatat informasi tersebut dapat mempengaruhi keputusan ekonomi pengguna
yang diambil atas dasar laporan keuangan.

 Pertimbangan biaya dan manfaat

Manfaat yang dihasilkan informasi seharusnya melebihi biaya penyusunannya.

 Keseimbangan antar karakteristik kualitatif

Keseimbangan antar karakteristik kualitatif diperlukan untuk mencapai suatu


keseimbangan yang tepat di antara berbagai tujuan normative yang diharapkan dipenuhi
oleh laporan keuangan pemerintah.

17
Unsur Laporan Keuangan

1. Laporan realisasi anggaran

Laporan Realisasi Anggaran menyajikan ikhtisar sumber, alokasi, dan pemakaian


sumber daya keuangan yang dikelola oleh pemerintah pusat/daerah, yang menggambarkan
perbandingan antara anggaran dan realisasinya dalam satu periode pelaporan.

Isi laporan realisasi anggaran mencakup unsur-unsur sebagai berikut:

 Pendapatan
 Belanja
 Transfer
 Pembiayaan

2. Laporan perubahan saldo anggaran lebih

Laporan ini menyajikan informasi kenaikan atau penurunan Saldo Anggaran Lebih
tahun pelaporan dibandingkan dengan tahun sebelumnya.

3. Neraca

Neraca adalah laporan yang menggambarkan posisi keuangan pemerintah mengenai


asset,kewajiban dan ekuitas dana pada suatu tanggal tertentu.

Komponen neraca yaitu :

 Aset
 Kewajiban
 Ekuitas dana

18
4. Laporan Operasional

Laporan ini menyajikan ikhtisar sumber daya ekonomi yang menambah ekuitas dan
penggunaannya yang dikelola oleh pemerintah pusat/daerah untuk kegiatan
penyelenggaraan pemerintahan dalam satu periode pelaporan. Unsur yang dicakup secara
langsung dalam Laporan Operasional terdiri dari pendapatan-LO, beban, transfer, dan pos-
pos luar biasa.

5. Laporan arus kas

Laporan Arus Kas menyajikan informasi kas sehubungan dengan aktivitas operasi,
investasi, pendanaan, dan transitoris yang menggambarkan saldo awal, penerimaan,
pengeluaran, dan saldo akhir kas pemerintah pusat/daerah selama periode tertentu.

6. Laporan perubahan ekuitas

menyajikan informasi kenaikan atau penurunan ekuitas tahun pelaporan dibandingkan


dengan tahun sebelumnya.

7. Catatan atas Laporan Keuangan

CALK ini meliputi penjelasan naratif atau rincian dari angka yang tertera dalam
Laporan Realisasi Anggaran, Laporan Perubahan SAL, Laporan Operasional, Laporan
Perubahan Ekuitas, Neraca, dan Laporan Arus Kas.

Pengakuan Unsur Laporan Keuangan

Agar dapat diakui atau dicatat,suatu kejadian minimal harus memenuhi 2 kriteri,yaitu :

 Terdapat kemungkinan bahwa manfaat ekonomi yang berkaitan dengan kejadian


atau peristiwa tersebut akan mengalir keluar dari atau masuk kedalam entitas
pelaporan yang bersangkutan.
 Nilai/biaya yang berkaitan dengan kejadian/peristiwa tersebut dapat diukur atau
dapat diperkirakan/diestimasi dengan andal.

19
Pengukuran Unsur Laporan Keuangan

Pengukuran adalah proses penetapan nilai uang untuk mengakui dan memasukkan
setiap pos dalam laporan keuangan. Pengukuran pos-pos dalam laporan keuangan
menggunakan nilai perolehan historis.Pengukuran pos-pos laporan keuangan menggunakan
mata uang rupiah. Transaksi yang menggunakan mata uang asing dikonversi terlebih
dahulu dan dinyatakan dalam mata uang rupiah.

Entitas Pelaporan

Entitas pelaporan adalah unit pemerintahan yang terdiri dari satu atau lebih entitas
akuntansi yang menurut ketentuan peraturan perundang-undangan wajib menyampaikan
“pertanggungjawaban” berupa laporan keuangan.

Peranan Dan Tujuan Pelaporan Keuangan

Laporan keuangan terutama digunakan untuk membandingkan :

 Realisasi dengan anggaran


 Menilai kondisi keuangan
 Mengevaluasi efektivitas dan efisiensi suatu entitas pelaporan
 Membantu menentukan ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan

Setiap entitas pelaporan mempunyai kewajiban untuk melaporkan upaya-upaya yang


telah dilakukan serta hasil yang dicapai dalam pelaksanaan kegiatan secara sistematis dan
terstruktur pada suatu periode pelaporan untuk kepentingan:

1. Akuntabilitas

Mempertanggungjawabkan pengelolaan sumber daya serta pelaksanaan kebijakan yang


dipercayakan kepada entitas pelaporan dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan secara
periodik.

20
2. Manajemen

Membantu para pengguna untuk mengevaluasi pelaksanaan kegiatan suatu entitas


pelaporan dalam periode pelaporan sehingga memudahkan fungsi perencanaan,
pengelolaan dan pengendalian atas seluruh aset, kewajiban, dan ekuitas pemerintah untuk
kepentingan masyarakat.

3. Transparansi

Memberikan informasi keuangan yang terbuka dan jujur kepada masyarakat


berdasarkan pertimbangan bahwa masyarakat memiliki hak untuk mengetahui secara
terbuka dan menyeluruh atas pertanggungjawaban pemerintah dalam pengelolaan sumber
daya yang dipercayakan kepadanya dan ketaatannya pada peraturan perundang-undangan.

4. Keseimbangan Antargenerasi (intergenerational equity)

Membantu para pengguna dalam mengetahui kecukupan penerimaan pemerintah pada


periode pelaporan untuk membiayai seluruh pengeluaran yang dialokasikan dan apakah
generasi yang akan datang diasumsikan akan ikut menanggung beban pengeluaran tersebut.

5. Evaluasi Kinerja

Mengevaluasi kinerja entitas pelaporan, terutama dalam penggunaan sumber daya


ekonomi yang dikelola pemerintah untuk mencapai kinerja yang direncanakan.

Tujuan Pelaporan Keuangan

Informasi yang disajikan dalam pelaporan keuangan pemerintah haruslah


bermanfaat bagi penggunanya dalam menilai akuntabilitas dan membuat keputusan dengan:

 menyediakan informasi tentang sumber, alokasi dan penggunaan sumber daya


keuangan
 Menyediakan informasi mengenai kecukupan penerimaan periode berjalan untuk
membiayai seluruh pengeluaran

21
 Menyediakan informasi mengenai jumlah sumber daya ekonomi yang digunakan
dalam kegiatan entitas pelaporan serta hasil-hasil yang telah dicapai
 Menyediakan informasi mengenai bagaimana entitas pelaporan mendanai seluruh
kegiatannya dan mencukupi kebutuhan kasnya
 Menyediakan informasi mengenai posisi keuangan dan kondisi entitas pelaporan
berkaitan dengan sumber-sumber penerimaannya, baik jangka pendek maupun
jangka panjang, termasuk yang berasal dari pungutan pajak dan pinjaman
 Menyediakan informasi mengenai perubahan posisi keuangan entitas pelaporan,
apakah mengalami kenaikan atau penurunan, sebagai akibat kegiatan yang
dilakukan selama periode pelaporan.

22
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Kerangka Konseptual Akuntansi Pemerintahan merupakan konsep dasar


penyusunan dan pengembangan Standar Akuntansi Pemerintahan, dan merupakan acuan
bagi Komite Standar Akuntansi Pemerintahan, penyusun laporan keuangan, pemeriksa, dan
pengguna laporan keuangan dalam mencari pemecahan atas sesuatu masalah yang belum
diatur dalam Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan (PP 71/2010). Kerangka
konseptual ini membahas tentang tujuan kerangka konseptual,lingkungan akuntansi
pemerintahan,pengguna dan kebutuhan informasi para pengguna,entitas akuntansi dan
entitas pelaporan,peranan dan tujuan pelaporan keuangan, komponen laporan keuangan,
serta dasar hukum,asumsi dasar, karakteristik kualitatif yang menentukan manfaat
informasi dalam laporan keuangan, prinsip-prinsip, serta kendala informasi
akuntansi,unsur-unsur yang membentuk laporan keuangan, pengakuan, dan pengukurannya.

Strategi adaptasi yang dipakai oleh KSAP dalam menyusun SAP merupakan
langkah tepat dalam memperkenalkan akuntansi pemerintahan di Indonesia. Meski strategi
itu akhirnya menimbulkan banyak kerancuan dan memiliki fleksibilitas yang tinggi, namun
SAP terbukti mampu menciptakan paradigma baru dalam akuntabilitas dan transparansi
pengelolaan keuangan negara.

Setelah membandingkan dengan SAK, dapat disimpulkan, SAP baru bisa


menghasilkan laporan keuangan yang memiliki tingkat keterbandingan (comparability)
yang memadai bila masing-masing entitas mempunyai pemahaman yang sama terhadap
poin-poin SAP. Namun, hal itu sepertinya sulit dicapai, karena strategi adaptasi yang
diterapkan KSAP telah menyebabkan SAP memiliki tingkat fleksibilitas yang tinggi.
Artinya, keseragaman (uniformity)menjadi suatu hal yang perlu dipertimbangkan dalam
pengembangan standar tersebut di kemudian hari

23

Anda mungkin juga menyukai