PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Setelah mengalami proses yang panjang Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) yang
telah lama dinantikan oleh berbagai pihak telah ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah
Nomor 24 Tahun 2005 tanggal 13 Juni 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan (PP
SAP). Dengan ditetapkannya PP SAP maka untuk pertama kali Indonesia memiliki standar
akuntansi pemerintahan. Menandai di mulainya Implementasi Standar Akuntansi
Pemerintahan. Wakil Presiden RI meluncurkan Standar Akuntansi Pemerintahan di Istana
Wakil Presiden pada tanggal 6 Juli 2005.
Pemerintah dalam menyusun sistem akuntansi pemerintah harus mengacu pada SAP.
Gagasan perlunya standar akuntansi pemerintahan sebenarnya sudah lama ada namun baru
pada sebatas wacana. Seiring dengan berkembangnya akuntansi di sektor komersil yang
dipelopori dengan dikeluarkannya Standar Akuntansi Keuangan oleh Ikatan Akuntan
Indonesia (1994) kebutuhan standar akuntansi pemerintahan kembali menguat. Oleh karena
itu Badan Akuntansi Keuangan Negara (BAKUN) Departemen Keuangan mulai
mengembangkan standar akuntansi.
Sebelum dan setelah dilakukan publik hearing Standar dibahas bersama dengan Tim
Penelaah Standar Akuntansi Pemerintahan BPK. Setelah dilakukan pembahasan
1
berdasarkan masukan-masukan KSAP melakukan finalisasi standar kemudian KSAP
meminta pertimbangan kepada BPK melalui Menteri Keuangan. Namun draf SAP ini
belum diterima oleh BPK karena komite belum ditetapkan dengan Keppres. Suhubungan
dengan hal tersebut melalui Keputusan Presiden Nomor 84 Tahun 2004 dibentuk Komite
Standar Akuntansi Pemerintahan. Komite ini segera bekerja untuk menyempurnakan
kembali draf SAP yang pernah diajukan kepada BPK agar pada awal tahun 2005 dapat
segera ditetapkan.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan kerangka konseptual akuntansi pemerintahan?
2. Apa saja ruang lingkup kerangka konseptual akuntansi pemerintahan?
3. Apa tujuan kerangka konseptual akuntansi pemerintahan?
4. Bagaimana lingkungan akuntansi pemerintahan?
5. Bagaimana pernyataan standar akuntansi pemerintahan?
6. Apa saja komponen laporan keuangan pemerintah?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui kerangka konseptual akuntansi pemerintahan
2. Untuk mengetahui Standar Akuntansi Pemerintahan
3. Untuk mengetahui komponen laporan keuangan pemerintahan
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
3) pemeriksa dalam memberikan pendapat mengenai apakah laporan keuangan disusun
sesuai dengan standar
4) para pengguna laporan keuangan dalam menafsirkan informasi yang disajikan pada
laporan keuangan yang disusun sesuai dengan standar.
Ciri-ciri pokok yang berkaitan dengan struktur pemerintahan dan pelayanan yang
diberikan :
Dalam NKRI yang bersistem demokrasi, kekuasaan ada di tangan rakyat yang
didelegasikan kepada pejabat publik yang dipilih melalui proses pemilihan. Sejalan itu
terdapat pemisahan antara wewenang eksekutif, legislatif, dan yudikatif (Trias politika).
Pemisahan tersebut bertujuan untuk mengawasi dan menjaga keseimbangan (check and
balance) terhadap kemungkinan penyalahgunaan kekuasaan para penyelenggara
pemerintahan.
4
c) Adanya pengaruh proses politik
Salah satu tujuan utama pemerintah adalah meningkatkan kesejahteraan seluruh rakyat.
Sehubungan dengan itu, pemerintah berupaya untuk mewujudkan keseimbangan fiskal
dengan mempertahankan kemampuan keuangan negara yang bersumber dari pendapatan
pajak dan sumber-sumber lainnya guna memenuhi keinginan masyarakat. Salah satu ciri
yang penting dalam mewujudkan keseimbangan tersebut adalah berlangsungnya proses
politik untuk menyelaraskan berbagai kepentingan yang ada di masyarakat.
Hubungan antara pajak yag dipungut dan pelayanan yang diberikan pemerintah mempunyai
sifat-sifat tertentu yang perlu dipertimbangkan dalam pengembangan laporan
keuangan,yaitu :
Pembayaran pajak bukan merupakan sumber pendapatan yang sifatnya suka rela.
Jumlah pajak yang dibayar ditentukan oleh basis pengenaan pajak sebagaimana
ditentukan oleh peraturan perundang-undangan.
Sulit mengukur efisiensi pelayanan pemerintah dibandingkan dengan pungutan yang
digunakan untuk membiayai pelayanan tersebut karena adanya monopoli pelayanan
oleh pemerintah.
Pengukuran kualitas dan kuantitas berbagai pelayanan yang diberikan oleh
pemerintah adalah relative sulit.
5
Laporan keuangan pokok menurut SAP adalah:
IPSAP dimaksudkan untuk menjelaskan lebih lanjut topik tertentu guna menghindari
salah tafsir pengguna PSAP.Sedangkan Buletin Teknis SAP dimaksudkan untuk mengatasi
masalah teknis akuntansi dengan menjelaskan secara teknis penerapan PSAP atau IPSAP.
Basis akuntansi yang digunakan dengan laporan keuangan pemerintah adalah basis kas
untuk pengakuan pendapatan, belanja dan pembiayaan dalam Laporan Realisasi Anggaran.
Basis kas untuk Laporan Realisasi Anggaran berarti bahwa pendapatan diakui pada saat
kas di terima di Rekening Kas Umum Negara / Daerah atau oleh entitas pelaporan dan
belanja diakui pada saat kas dikeluarkan dari Rekening Kas Umum Negara / Daerah atau
entitas pelaporan (Peraturan Pemerintah Nomor 71 tahun 2010).
6
2) SAP Berbasis Kas Menuju Akrual
Komite Standar Akuntansi Pemerintahan (KSAP) menyusun SAP berbasis akrual yang
mecakup PSAP berbasis kas untuk pelaporan pelaksanaan anggaran(budgetary reports),
sebagaimana dicantumkan pada PSAP 2, dan PSAP berbasis akrual untuk pelaporan
financial, yang pada PSAP 12 memfasilitasi pencatatan, pendapatan, dan beban dengan
basis akrual.
Penerapan SAP Berbasis Akrual dilaksanakan secara bertahap dari penerapan SAP
Berbasis Kas Menuju Akrual menjadi penerapan SAP Berbasis Akrual. SAP Berbasis Kas
Menuju Akrual yaitu SAP yang mengakui pendapatan, belanja, dan pembiayaanberbasis
kas, serta mengakui aset, utang, dan ekuitas danaberbasis akrual. Ketentuan lebih lanjut
mengenai penerapan SAP Berbasis Akrual secara bertahap pada pemerintah pusat diatur
dengan Peraturan Menteri Keuangan.Ketentuan lebih lanjut mengenai penerapan SAP
Berbasis Akrual secara bertahap pada pemerintah daerah diatur dengan Peraturan Menteri
Dalam Negeri.
Perbedaan mendasar SAP berbasis kas menuju akrual dengan SAP berbasis akrual
terletak pada PSAP 12 mengenai laporan operasional.Entitas melaporkan secara transparan
besarnya sumber daya ekonomi yang didapatkan, dan besarnya beban yang di tanggung
untuk menjalankan kegiatan pemerintahan. Surplus/defisit operasional merupakan
penambah atau pengurang ekuitas, atau kekayaan bersih entitas pemerintahan bersangkutan
( PP No. 71 Tahun 2010.
SAP Berbasis Akrual, yaitu SAP yang mengakui pendapatan, beban, aset, utang, dan
ekuitasdana dalam pelaporan financialberbasis akrual, serta mengakui pendapatan, belanja,
dan pembiayaan dalam pelaporan pelaksanaan anggaran berdasarkan basis yang ditetapkan
dalam APBN/APBD.
7
Basis Akrual untuk neraca berarti bahwa asset, kewajiban dan ekuitas dana diakui dan
dicatat pada saat terjadinya transaksi, atau pada saat kejadian atau kondisi lingkungan
berpengaruh pada keuangan pemerintah, tanpa memperhatikan saat kas atau setara kas
diterima atau dibayar (PP No.71 tahun 2010).
SAP berbasis akrual diterapkan dalam lingkungan pemerintah yaitu pemerintah pusat,
pemerintah daerah dan satuan organisasi di lingkungan pemerintah pusat/daerah, jika
menurut peraturan perundang – undangan satuan organisasi dimaksud wajib menyajikan
laporan keuangan (PP No.71 Tahun 2010).
SAP Berbasis Akrual tersebut dinyatakan dalam bentuk PSAP dan dilengkapi dengan
Kerangka Konseptual Akuntansi Pemerintah. PSAP dan Kerangka Konseptual Akuntansi
Pemerintahan dalam rangka SAP Berbasis Akrual dimaksud tercantum dalam Lampiran I
Peraturan Pemerintah nomor 71 Tahun 2010.
Penyusunan SAP Berbasis Akrual dilakukan oleh KSAP melalui proses baku
penyusunan (due process). Proses baku penyusunan SAP tersebut merupakan
pertanggungjawaban profesional KSAP yang secara lengkap terdapat dalam Lampiran III
Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010.
8
c. Riset Terbatas oleh Kelompok Kerja
d. Penulisan draft SAP oleh Kelompok Kerja
e. Pembahasan Draft oleh Komite Kerja
f. Pengambilan Keputusan Draft untuk Dipublikasikan
g. Peluncuran Draft Publikasian SAP (Exposure Draft)
h. Dengar Pendapat Terbatas (Limited Hearing) dan Dengar Pendapat Publik(Public
Hearings)
i. Pembahasan Tanggapan dan Masukan Terhadap Draf Publikasian
j. Finalisasi Standar
Sebelum dan setelah dilakukan public hearing, standar dibahas bersama dengan Tim
Penelaah Standar Akuntansi Pemerintahan BPK.Setelah dilakukan pembahasan
berdasarkan masukan-masukan KSAP melakukan finalisasi standar kemudian KSAP
meminta pertimbangan kepada BPK melalui Menteri Keuangan.Namun draf SAP ini belum
diterima oleh BPK karena komite belum ditetapkan dengan Keppres.Suhubungan dengan
hal tersebut, melalui Keputusan Presiden, dibentuk Komite Standar Akuntansi
Pemerintahan.Komite ini segera bekerja untuk menyempurnakan kembali draf SAP yang
pernah diajukan kepada BPK agar dapat segera ditetapkan.
Draft SAP pun diajukan kembali kepada BPK dan mendapatkan pertimbangan dari
BPK. BPK meminta langsung kepada Presiden RI untuk segera Menetapkan Standar
Akuntansi Pemerintahan dengan Peraturan Pemerintah (PP). Proses penetapan PP SAP pun
berjalan dengan Koordinasi antara Sekretariat Negara, Departemen Keuangan, dan
Departemen Hukum dan HAM, serta pihak terkait lainnya hingga penandatanganan
Peraturan Pemerintah.
9
Kandungan Peraturan Pemerintah Standar Akuntansi Pemerintahan (PP-SAP)
10
Lampiran II.02 : Penyajian laporan keuangan
Terdapat perbedaan yang lain antara Standar Akuntansi Pemerintah dan Standar
Akuntansi Keuangan sebagai berikut:
SAP digunakan oleh entitas yang bertanggung jawab menyediakan barang dan jasa
untuk rakyat, sementara SAK digunakan oleh entitas yang bertanggung jawab
mencari laba untuk pemilik/pemegang saham.
SAK menggunakan basis akrual sedangkan SAP menggunakan basis kas menuju
akrual. Contohnya :
a. Pengakuan pendapatan, dalam laporan keuangan BLU (Badan Layanan Umum)
versi SAK seluruh pendapatan yang secara akrual telah terjadi pasti akan
dilaporkan, namun dalam laporan keuangan versi SAP hanya pendapatan yang
telah diterima kasnya saja yang akan dilaporkan.
11
b. Penyusutan aset tetap, SAK mewajibkan dilakukan perhitungan penyusutan
akan tetapi SAP justru tidak menghitung penyusutan tersebut.
Perbedaaan antara SAP dan SAK juga terletak pada komponen laporan
keuangannya, yang berbeda dari SAP adalah tidak adanya laporan rugi/laba dalam
Pemerintahan dikenal dengan laporan kinerja keuangan (surplus/defisit). Laporan
ini mengukur keberhasilan operasi entitas selama periode tertentu. Keberhasilan
digambarkan dari kemampuan entitas dalam menciptakan surplus. Surplus terjadi
bila total pendapatan lebih besar dari biaya yang dikeluarkan dan defisit bila total
pendapatan lebih kecil dari biaya yang dikeluarkan. Informasi dari laporan
surplus/defisit sangat penting bagi pengguna laporan keuangan untuk mengambil
keputusan mengenai profitabilitas, nilai investasi dan kelayakan kredit.
SAP digunakan oleh entitas yang bertanggung jawab menyediakan barang dan jasa
untuk rakyat, sementara SAK digunakan oleh entitas yang bertanggung jawab
mencari laba untuk pemilik/pemegang saham. Namun, setidaknya, kita dapat
melihat sejauh mana kedua standar tersebut memenuhi pertanggungjawabannya
masing-masing penggunanya.
Analisis Komparasi Kerangka Konseptual SAK (Standar Akuntansi Keuangan) dan
SAP (Standar Akuntansi Pemerintah). Dalam SAK, pengertian dan prinsip-prinsip
akuntansi yang diterapkan dalam menyusun dan menyajikan laporan keuangan
perusahaan. Sedangkan, dalam SAP, prinsip-prinsip akuntansi yang diterapkan
dalam menyusun dan menyajikan laporan keuangan pemerintah.
Pada tahun 2015, seluruh instansi pemerintah baik yang ada di pusat maupun di daerah
harus sudah menerapkan Standar Akuntansi Pemerintah (SAP) berbasis akrual (accrual
basis). “Setelah aturan SAP berbasis akrual ditandatangani maka pemerintah pusat dan
daerah harus sudah menerapkan SAP per 1 Januari 2015,” kata Dirjen Keuangan Daerah,
Yuswandi A. Temenggung, saat menjadi pembicara dalam acara Rakernas Akuntansi dan
12
Pelaporan Keuangan Pemerintah Tahun 2013, di Jakarta. Dasar hukum penerapan SAP
berbasis akrual adalah PP No. 71/2010 tentang SAP, sebagai amanat dari UU No. 17/2003
tentang Keuangan Negara. UU No.17/2013 mengamanatkan instansi pemerintah baik
dipusat maupun di daerah diminta untuk menerapkan SAP berbasis akrual. Sedangkan
dalam PP No. 71/2010 disebutkan SAP berbasis akrual dilaksanakan empat tahun setelah
tahun 2010, yang artinya dilaksanakan pada 2015. Penerapan accrual basis di daerah akan
cukup kompleks. Bisa dibayangkan, saat ini terdapat 491 daerah provinsi dan kab/kota di
seluruh Indonesia. Dengan segala keragaman yang ada, tentu akan lebih sulit penerapannya
dibanding di pusat. Sementara itu, beberapa hal yang harus disiapkan terkait dengan
penerapan SAP berbasis akrual di daerah, yakni ketersediaan Sumber Daya Manusia
(SDM) dan Struktur Organisasi Tata Kerja (SOTK) dari Satuan Kerja Perangkat Daerah
(SKPD) dan Pejabat Pengelola Keuangan Daerah (PPKD). Ketika SAP berbasis akrual
diterapkan secara penuh maka fungsi akuntansi dari masing-masing PPKD dan SKPD harus
muncul – siapa mengerjakan apa.
Kondisi yang perlu diperhatikan sebelum SAP berbasis akrual diterapkan pada 2015
adalah terkait dengan LKPD 2012 yang diaudit BPK, dimana baru sekitar 16 provinsi dan
115 kab/kota yang mendapatkan opini WTP, dengan sistem akuntansi yang diterapkan saat
ini. Tentu patut diantisipasi, jangan sampai tak satupun LKPD dari 539 daerah provinsi dan
kab/kota di Indonesia tidak memperoleh WTP setelah accrual basis diterapkan. Jelas, ini
satu kemunduran terkait dengan akuntabilitas pengelolaan keuangan daerah. Tentu kita
memahami, setiap daerah memiliki pemahaman yang sangat beragam terkait dengan sistem
yang akan diterapkan. Penggunaan sistem aplikasi juga harus digalakkan, termasuk di
dalamnya ketika terdapat sistem yang berbeda, bagaimana mengkonsolidasinya, sehingga
bisa compatible antara satu sistem dengan sistem lainnya. Sementara itu, bagi daerah yang
terlambat menyampaikan LKPD 2012, Kementerian Keuangan sudah mengingatkan bagi
daerah yang terlambat menyampaikan LKPD 2012 dan LRA semester 1-2013 akan
dilakukan penundaan transfer DAU. Ini gambaran kondisi saat ini yang tentu harus
dicermati dan ditangani sehingga penerapan SAP berbasis akrual ditahun 2015 tidak akan
13
menemui kendala. Terkait dengan kesiapan Kemendagri dalam konteks penerapan SAP
berbasis akrual, saat ini penyusunan pedoman penerapan SAP berbasis akrual oleh
Kemendagri sudah dalam tahap finalisasi, Diharapkan, akhir tahun 2013, pedoman tersebut
sudah bisa diterima pemda. Untuk keberhasilan penerapan SAP berbasis akrual,
komunikasi Kemendagri dengan Kemenkeu juga terus dilakukan. Demikian pula
komunikasi dengan Komite Standar Akuntansi Pemerintahan (KSAP) intensif dilakukan
agar penerapan SAP berbasis akrual di daerah bisa tepat waktu. Yang menjadi landasan
bagi daerah untuk penerapan SAP berbasis akrual di tingkat daerah yaitu Peraturan Kepala
Daerah tentang kebijakan akuntansi dan sistem akuntansi pemerintah daerah. Saat ini,
Kemendagri terus melakukan upaya-upaya capacity building baik di internal Kemendagri
maupun di Pemda. Kita berharap tahun 2014 dapat melakukan uji coba penerapan SAP
berbasis akrual di beberapa daerah. Dengan adanya program uji coba, kita bisa menjawab
pertanyaan-pertanyaan yang mungkin muncul dari daerah. Kita juga mendorong daerah lain
untuk melakukan uji coba penerapan SAP berbasis akrual.
Tahun 2015, SAP berbasis akrual di seluruh daerah provinsi dan kab/kota akan
diselenggarakan. Dengan harapan, financial statistic di daerah sudah bisa compatible
dengan Laporan Keuangan Pemerintah Pusat (LKPP), yang pada gilirannya Indonesia
punya satu kesatuan pengelolaan keuangan negara. Untuk itu, kesiapan pemda perlu
diperketat, kita mencoba memfasilitasi dari aspek elembagaan (SOTK) bahwa core
tatalaksana di dalam penerapan SAP berbasis akrual adalah LO. Pendapatan dan belanja
sudah harus diakui pada waktu terjadinya transaksi, bukan waktu terjadinya arus kas
masuk/keluar. Pekerjaaan ini tidak terlalu sulit, hanya perlu komitmen dari para pemangku
kepentingan. Dengan adanya SOTK SKPD dan PPKD di setiap daerah,m SAP berbasis
akrual diharapkan sudah masuk dalam sistem tatalaksana. Keberadaan SDM baik dalam
konteks akuntansi maupun teknologi informasi perlu ditingkatkan. Demikian pula
kompetensi personil perlu ditingkatkan. Dalam hal ini, para pengambil keputusan di daerah
(kepala daerah) seharusnya sudah sangat aware akan komitmennya untuk menerapkan fully
accrual basis pada tahun 2015. Teknisnya bisa dilakukan oleh staf, tapi staf tentu perlu
14
keteladanan dari pimpinan (kepala daerah). Sementara itu, terkait dengan kelengkapan
teknologi informasi, pemda bisa melakukan upgrading dari sistem yang telah ada agar
kecepatan bisa maksimal. Ini salah satu agenda Kemendagri untuk mewujudkan penerapan
SAP berbasis akrual pada tahun 2015.
15
Peraturan perundang-undangan lainnya yang mengatur tentang keuangan
pusat dan daerah
Asumsi Dasar
Keempat karakteristik berikut ini merupakan prasyarat normatif yang diperlukan agar
laporan keuangan pemerintah dapat memenuhi kualitas yang dikehendaki:
Informasi yang relevan yaitu memiliki Feedback value, Predictive value, Tepat waktu
dan lengkap.
Andal
Informasi yang andal yaitu penyajiannya jujur, dapat diverifikasi dan netralitas.
Dapat dibandingkan
Informasi yang termuat dalam laporan keuangan akan lebih berguna jika dapat
dibandingkan dengan laporan keuangan periode sebelumnya atau laporan keuangan entitas
pelaporan lain pada umumnya. Perbandingan dapat dilakukan secara internal dan eksternal
Dapat dipahami.
16
Prinsip Akuntansi Dan Pelaporan Keuangan
Berikut ini adalah delapan prinsip yang digunakan dalam akuntansi dan pelaporan
keuangan pemerintah:
1. Basis akuntansi
2. Prinsip nilai historis
3. Prinsip realisasi
4. Prinsip substansi mengungguli bentuk formal
5. Prinsip periodisitas
6. Prinsip konsistensi
7. Prinsip pengungkapan lengkap
8. Prinsip penyajian wajar.
Tiga hal yang menimbulkan kendala dalam informasi akuntansi dan laporan
keuangan pemerintah, yaitu:
Materialitas
17
Unsur Laporan Keuangan
Pendapatan
Belanja
Transfer
Pembiayaan
Laporan ini menyajikan informasi kenaikan atau penurunan Saldo Anggaran Lebih
tahun pelaporan dibandingkan dengan tahun sebelumnya.
3. Neraca
Aset
Kewajiban
Ekuitas dana
18
4. Laporan Operasional
Laporan ini menyajikan ikhtisar sumber daya ekonomi yang menambah ekuitas dan
penggunaannya yang dikelola oleh pemerintah pusat/daerah untuk kegiatan
penyelenggaraan pemerintahan dalam satu periode pelaporan. Unsur yang dicakup secara
langsung dalam Laporan Operasional terdiri dari pendapatan-LO, beban, transfer, dan pos-
pos luar biasa.
Laporan Arus Kas menyajikan informasi kas sehubungan dengan aktivitas operasi,
investasi, pendanaan, dan transitoris yang menggambarkan saldo awal, penerimaan,
pengeluaran, dan saldo akhir kas pemerintah pusat/daerah selama periode tertentu.
CALK ini meliputi penjelasan naratif atau rincian dari angka yang tertera dalam
Laporan Realisasi Anggaran, Laporan Perubahan SAL, Laporan Operasional, Laporan
Perubahan Ekuitas, Neraca, dan Laporan Arus Kas.
Agar dapat diakui atau dicatat,suatu kejadian minimal harus memenuhi 2 kriteri,yaitu :
19
Pengukuran Unsur Laporan Keuangan
Pengukuran adalah proses penetapan nilai uang untuk mengakui dan memasukkan
setiap pos dalam laporan keuangan. Pengukuran pos-pos dalam laporan keuangan
menggunakan nilai perolehan historis.Pengukuran pos-pos laporan keuangan menggunakan
mata uang rupiah. Transaksi yang menggunakan mata uang asing dikonversi terlebih
dahulu dan dinyatakan dalam mata uang rupiah.
Entitas Pelaporan
Entitas pelaporan adalah unit pemerintahan yang terdiri dari satu atau lebih entitas
akuntansi yang menurut ketentuan peraturan perundang-undangan wajib menyampaikan
“pertanggungjawaban” berupa laporan keuangan.
1. Akuntabilitas
20
2. Manajemen
3. Transparansi
5. Evaluasi Kinerja
21
Menyediakan informasi mengenai jumlah sumber daya ekonomi yang digunakan
dalam kegiatan entitas pelaporan serta hasil-hasil yang telah dicapai
Menyediakan informasi mengenai bagaimana entitas pelaporan mendanai seluruh
kegiatannya dan mencukupi kebutuhan kasnya
Menyediakan informasi mengenai posisi keuangan dan kondisi entitas pelaporan
berkaitan dengan sumber-sumber penerimaannya, baik jangka pendek maupun
jangka panjang, termasuk yang berasal dari pungutan pajak dan pinjaman
Menyediakan informasi mengenai perubahan posisi keuangan entitas pelaporan,
apakah mengalami kenaikan atau penurunan, sebagai akibat kegiatan yang
dilakukan selama periode pelaporan.
22
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Strategi adaptasi yang dipakai oleh KSAP dalam menyusun SAP merupakan
langkah tepat dalam memperkenalkan akuntansi pemerintahan di Indonesia. Meski strategi
itu akhirnya menimbulkan banyak kerancuan dan memiliki fleksibilitas yang tinggi, namun
SAP terbukti mampu menciptakan paradigma baru dalam akuntabilitas dan transparansi
pengelolaan keuangan negara.
23