Anda di halaman 1dari 14

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG

Laporan keuangan merupakan hasil dari suatu proses akuntansi yang dapat

digunakan sebagai alat komunikasi antara data keuangan atau aktivitas suatu

perusahaan dengan pihak-pihak yang berkepentingan. Tujuan laporan keuangan

menurut Standar Akuntansi Keuangan (SAK) adalah untuk menyediakan

informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisi

keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam

pengambilan keputusan ekonomi. Manfaat laporan keuangan bagi pengambilan

keputusan akan dapat tercapai jika laporan keuangan memenuhi karakteristik

kualitatif yang meliputi dapat dipahami, relevan, keandalan dan dapat

diperbandingkan. Laporan keuangan yang tidak memenuhi karakteristik kualitatif

tersebut akan tidak bermanfaat, bahkan dapat menyesatkan pengambilan

keputusan. Namun pada kenyataannya, laporan keuangan yang disajikan oleh

manajer perusahaan tidak selalu memenuhi karakteristik kualitatif tersebut.

Teori keagenan menjelaskan bahwa manajer perusahaan dalam

penyusunan laporan keuangan dapat dipengaruhi oleh kepentingan pribadi,

sehingga informasi yang disajikan dalam laporan keuangan memiliki

kemungkinan tidak sesuai dengan kondisi yang sebenarnya. Perbedaan

kepentingan antara manajer sebagai agen dan pemegang saham sebagai pemilik

dapat mendorong manajer untuk melakukan tindakan manipulasi terhadap


2

informasi yang disajikan dalam laporan keuangan. Perbedaan kepentingan

tersebut adalah pemegang saham memiliki kepentingan untuk memperoleh

pengembalian yang maksimal atas investasi yang dimilikinya, sementara manajer

memiliki kepentingan untuk memperoleh insentif atas kinerjanya. Oleh karena itu,

manajer memiliki kecenderungan berupaya untuk menyajikan laporan keuangan

yang baik meskipun tidak sesuai dengan keadaan yang sebenarnya, dengan tujuan

agar insentif yang diperolehnya tinggi. Hal ini dikarenakan dengan laporan yang

baik pemegang saham akan menilai bahwa manajer memiliki kinerja yang baik.

Di sisi lain, pemegang saham memiliki informasi yang terbatas mengenai

perusahaan serta tidak dapat melakukan pengawasan secara penuh terhadap

tindakan yang dilakukan oleh manajer. Untuk menjamin bahwa informasi yang

disajikan oleh manajer sesuai dengan kondisi yang sebenarnya, maka dibutuhkan

audit oleh pihak ketiga yang independen. Auditor eksternal merupakan merupakan

mediator dari kepentingan kedua pihak tersebut dan bertugas untuk mengevaluasi

dan melakukan penilaian tentang tingkat kewajaran laporan keuangan yang

dihasilkan manajemen berdasarkan standar yang berlaku.

Dalam perkembangan saat ini di Indonesia terjadi persaingan yang sangat

ketat antara perusahaan satu dengan perusahaan lainnya, khususnya persaingan

bisnis pelayanan jasa akuntan publik. Semakin banyak perusahaan yang ingin

melakukan go public karena perkembangan yang semakin pesat, maka audit atas

laporan keuangan juga semakin meningkat.


3

Auditing adalah suatu proses pemeriksaan terhadap laporan keuangan

perusahaan klien yang dilakukan seseorang secara independen dan kompeten.

Audit dalam bentuk umum yaitu pengumpulan dan evaluasi bukti mengenai

informasi untuk menentukan dan melaporkan derajat kesesuaian antara informasi

tersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan (Arens et al.,2011:4). Audit atas

laporan keuangan yaitu audit yang dilakukan oleh auditor independen terhadap

laporan keuangan yang bertujuan untuk menyatakan pendapat apakah laporan

keuangan tersebut telah disajikan secara wajar sesuai dengan Standar Akuntansi

Keuangan (SAK).

Audit yang berkualitas merupakan audit yang dilaksanakan oleh auditor

dengan tingkat kompetensi dan independensi yang memadai. Kompetensi

berkaitan dengan kemampuan yang dimiliki auditor dalam mendeteksi salah saji

laporan keuangan, sedangkan independensi berkaitan dengan sikap mental yang

bebas dari pengaruh, tidak dikendalikan oleh pihak lain dan tidak bergantung pada

orang lain. Kepercayaan yang besar dari pemakai laporan keuangan auditan dan

jasa lainnya yang diberikan oleh akuntan publik inilah yang akhirnya

mengharuskan akuntan publik memperhatikan kualitas audit yang dihasilkannya.

Kualitas audit ini penting karena dengan kualitas audit yang tinggi maka akan

dihasilkan laporan keuangan yang dapat dipercaya sebagai dasar pengambilan

keputusan.

Kualitas audit merupakan ketepatan informasi yang dilaporkan auditor

sesuai dengan standar audit yang digunakan auditor termasuk informasi

pelanggaran akuntansi dalam laporan keuangan perusahaan klien (abdullah,


4

2017:113). Kualitas audit berhubungan dengan seberapa baik sebuah pekerjaan

diselesaikan dibandingkan dengan kriteria yang telah ditetapkan.

Kualitas audit masih menjadi topik yang menarik untuk diteliti karena

meskipun telah diteliti selama lebih dari dua dekade, belum ada kesepakatan

universal mengenai bagaimana mendefinisikan dan mengukur kualitas audit. Hal

ini dikarenakan pengguna laporan keuangan, auditor, regulator dan masyarakat

sebagai pemegang kepentingan terhadap laporan keuangan memiliki perbedaan

pandangan dalam mendefinisikan kualitas audit yang akhirnya berpengaruh

terhadap perbedaan faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas audit. Pengguna

laporan keuangan mendefinisikan kualitas audit sebagai ketiadaan misstatement

yang material. Auditor mendefinisikan kualitas audit sebagai pemenuhan semua

tugas sesuai dengan metodologi audit KAP. KAP mendefinisikan kualitas audit

sebagai suatu pekerjaan yang dapat dipertahankan dalam pengawasan atau

pengadilan. Regulator mendefinisikan kualitas audit sebagai audit yang mematuhi

standar profesional. Selanjutnya, masyarakat mendefinisikan kualitas audit

sebagai audit yang dapat menghindarkan masalah ekonomi bagi perusahaan atau

pasar (Knechel 2012).

Banyaknya kasus perusahaan yang jatuh karena kegagalan bisnis yang

dikaitkan dengan kegagalan auditor. Ancaman ini selanjutnya mempengaruhi

masyarakat, khususnya pemakai laporan keuangan atas kualitas audit. Kualitas

audit ini penting karena kualitas audit yang baik akan menghasilkan laporan

keuangan yang dapat dipercaya sebagai dasar pengambilan keputusan. Kasus yang

terkait rendahnya kualitas audit ialah pada bulan Februari tahun 2015 lalu PT
5

Inovisi Infracom Tbk (INVS) mendapat sanksi penghentian sementara (suspen)

perdagangan saham oleh PT Bursa Efek Indonesia (BEI). Sanksi ini diberikan

karena ditemukan banyak kesalahan di laporan kinerja keuangan perusahaan

kuartal III-2014. Perdagangan saham Inovisi masih dihentikan sejak Jumat 13

Februari 2015. BEI menemukan ada delapan kesalahan dalam laporan keuangan

sembilan bulan 2014. Aksi pembekuan saham ini diprotes investor karena harga

saham Inovisi tidak berubah dan investor tidak bisa melepas maupun membeli

saham Inovisi. Bahkan ada investor ritel yang dananya nyangkut Rp 70 juta di

saham Inovisi tanpa bisa berbuat apa-apa (https://m.detik.com/finance/bursa-

danvalas/d-2924038/laporan-keuagan-bermasalah-inovisi-ganti-auditor). Kasus ini

juga melibatkan auditor dari KAP Jamaludin, Ardi, Sukimto, dan rekan karena

auditor dianggap tidak mampu mendeteksi kesalahan dalam laporan kinerja

keuangan PT. Inovisi Infracom Tbk (INVS)

Adanya kasus-kasus seperti itulah yang kemudian mempengaruhi persepsi

masyarakat, khususnya para pemakai laporan keuangan. Permasalahan ini tentu

menimbulkan dampak negatif kepercayaan publik terhadap kualitas audit.

Sehingga peneliti dapat mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas

audit. Berikut beberapa faktor yang mempengaruhi kualitas audit yang juga

menjadi variabel independen dalam penelitian ini adalah spesialisasi auditor, audit

tenure, pergantian auditor, reputasi auditor dan ukuran perusahaan klien.

Faktor pertama, yang mempengaruhi Kualitas Audit adalah Spesialisasi

Auditor. Auditor spesialis adalah auditor yang berasal dari KAP yang melakukan

spesialisasi audit pada jenis industri tertentu. Adanya spesialisasi tersebut


6

menjadikan auditor spesialis memiliki pemahaman dan pengetahuan yang baik

mengenai kontrol internal, risiko bisnis, dan risiko audit perusahaan pada suatu

industri (Setiawan dan Fitriany 2011). Dengan pemahaman dan pengetahuan yang

baik, maka kemungkinan untuk melakukan kesalahan dalam proses audit menjadi

rendah. Hal ini sesuai dengan pernyataan Solomon et al. (1999) yang mengatakan

auditor spesialis biasanya lebih sedikit melakukan kesalahan daripada auditor non-

spesialis.

Penelitian tentang pengaruh spesialisasi auditor terhadap kualitas audit

telah dilakukan oleh beberapa pihak. Penelitian-penelitian tersebut masih

menemukan hasil yang beragam. Penelitian yang dilakukan oleh Panjaitan (2014)

dan Nizar (2017) menyatakan bahwa spesialisasi auditor berpegaruh terhadap

kualitas audit. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Maharani (2014) dan

Nurintiati (2017) menyatakan spesialisasi auditor tidak berpengaruh terhadap

kualitas audit. Berdasarkan hasil penelitian diatas, Masih terjadi GAP riset,

sehingga variabel spesialisasi auditor akan diteliti kembali pada penelitian ini.

Faktor kedua, Audit Tenure. Audit tenure merupakan lamanya masa

perikatan audit yang dilakukan oleh auditor terhadap klien tertentu (Krissindiastuti

& Rasmini, 2016). Adanya ketentuan mengenai pembatasan audit tenure

menimbulkan perdebatan antara berbagai pihak mengenai dampak pembatasan

tenure terhadap kualitas audit.

Menurut Arens et al (2015:136), tenure audit terbagi atas 2 yaitu:

1. Tenur kantor akuntan publik yang menunjukan lamanya waktu dari sebuah

kantor akuntan publik untuk terus melakukan kegiatan audit. Waktu atau lamanya
7

melaksanakan pekerjaan dihitung dalam ukuran tahun, bulan dan hari. Semakin

lama sebuah kantor akuntan publik untuk bertahan melaksanakan proses audit

perusahaan klien menunjukan kantor akuntan publik tersebut memiliki kinerja

yang baik dan sesuai dengan prosedur audit yang berlaku.

2. Tenur partner audit menunjukan lamanya waktu dari tim akuntan publik untuk

mempertahankan rekan yang diikut sertakan didalam proses audit. Semakin lama

proses tenur partner audit tentu akan menciptakan kerja sama tim yang solid dan

kuat, karena seiring berjalannya waktu tentu kerja sama tim semakin kuat dan

tentunya dapat mendorong meningkatnya kualitas laporan audit yang

dipublikasikan kepada perusahaan.

Sarbanes-Oxley Act 2002 mensyaratkan adanya rotasi partner audit

sedikitnya sekali dalam lima tahun. Di Indonesia, Pemerintah melalui Keputusan

Menteri Keuangan (KMK) Nomor 432/KMK.06/2002 yang direvisi menjadi

Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor 17/PMK.01/2008 mengatur

kewajiban rotasi partner audit setiap tiga tahun dan rotasi KAP setiap enam tahun.

Peraturan tersebut kemudian diperbaharui lagi dengan Peraturan Pemerintah

Nomor 20 Tahun 2015 yang mengatur bahwa pembatasan pemberian jasa audit

atas laporan keuangan oleh Akuntan Publik paling lama adalah lima tahun buku

berturut-turut dan tidak diatur lagi pembatasan masa perikatan oleh KAP. Pihak

yang pro atas regulasi rotasi berpendapat bahwa semakin lama masa perikatan

dapat mengurangi tingkat independensi auditor, sehingga dapat menurunkan

kualitas audit. Di sisi lain, pihak yang kontra berpendapat bahwa semakin lama

masa perikatan dengan klien akan dapat meningkatkan kualitas audit yang
8

dilakukan oleh auditor karena dengan semakin lama masa perikatan dengan klien,

maka pemahaman auditor akan bisnis klien dan isu-isu yang terkait dengan

pelaporan keuangan klien akan semakin baik (Primadita 2012).

Beberapa penelitian tentang pengaruh audit tenure terhadap kualitas audit

menghasilkan temuan yang berbeda-beda. Penelitian yang dilakukan oleh

Panjaitan (2014), Andrian (2017), Akbar (2017) menyatakan bahwa audit tenure

berpengaruh terhadap kualitas audit. Sedangkan menurut Sinaga (2012), Wahono

(2014) dan Pertiwi (2016) Vol.4 No.2 Jom UR yang pembimbingnya oleh Amir

Hasan dan Hardi meyatakan audit tenure tidak berpengaruh terhadap kualitas

audit. Berdasarkan hasil penelitian diatas, masih terjadi GAP riset, sehingga

variable Audit Tenure akan diteliti kembali pada penelitian ini.

Faktor ketiga, yang dapat mempengaruhi Kualitas Audit adalah Pergantian

Auditor. Pergantian auditor merupakan keputusan manajemen untuk mengganti

auditornya dalam rangka mendapatkan pelayanan jasa dengan kualitas yang lebih

baik Arens et al. (2013:81). Secara umum pergantian auditor menurut sifatnya

terbagi menjadi 2, yaitu wajib (mandatory) dan sukarela (voluntary).

Pergantian auditor secara mandatory adalah pergantian KAP yang

dilakukan sesuai dengan ketentuan yang diatur pemerintah. Perusahaan

melakukan pergantian auditor dengan alasan karena diharuskan oleh peraturan

yang mengatur masa penugasan auditor pada suatu perusahaan sehingga memaksa

perusahaan untuk melakukan pergantian auditor secara mandatory. Sedangkan

pergantian auditor secara voluntary adalah pergantian KAP yang dilakukan diluar
9

ketentuan yang diatur oleh pemerintah. Misalnya karena auditor besikap

konservatif yang mengakibatkan muncul ketidak sepahaman dengan pihak auditor

sehingga perusahaan mengganti auditornya walaupun belum mencapai batas

waktu yang ditetapkan dalam peraturan rotasi audit.

Penelitian yang dilakukan oleh Safaroh (2016), Nizar (2017), Andrian

(2017) menyatakan bahwa pergantian auditor berpengaruh terhadap kualitas audit.

Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Udayanti (2017), Berikang (2018) dan

Salsabila (2018) menyatakan bahwa pergantian auditor tidak berpengaruh

terhadap kualitas audit. Masih Terjadi GAP riset, sehingga variabel Pergantian

Auditor akan diteliti kembali pada penelitian ini.

Faktor keempat, yang dapat mempengaruhi Kualitas Audit adalah Reputasi

Auditor. Reputasi auditor merupakan dimana auditor bertanggung jawab untuk

menjaga kepercayaan publik dan menjaga nama baik auditor sendiri serta KAP

tempat auditor tersebut bekerja dengan mengeluarkan opini yang sesuai dengan

keadaan perusahaan sebenarnya (Verdiana dan Utama, 2013).

Kantor Akuntan Publik yang mempunyai reputasi yang baik dinilai akan

lebih efisien dalam melakukan proses audit dan akan menghasilkan informasi

yang sesuai dengan kewajaran dari laporan keuangan perusahaan (Pertiwi et al,

2016). Auditor skala besar dapat menyediakan kualitas audit yang lebih baik

dibandingkan auditor skala kecil, termasuk dalam mengungkapkan masalah going

concern. Semakin besar skala auditor maka akan semakin besar kemungkinan

auditor untuk menerbitkan opini audit going concern (Werastuti, 2013). Choi et al.
10

(2010) menggolongkan KAP besar adalah KAP yang mempunyai nama besar

berskala internasional (termasuk dalam big four auditors) dimana KAP yang besar

menyediakan mutu audit yang lebih tinggi dibanding dengan KAP kecil yang

belum mempunyai reputasi. Maka dapat dikatakan bahwa reputasi auditor

memang mempengaruhi kualitas auditor.

Penelitian yang dilakukan oleh Wahono (2014), Nizar (2017), Pertiwi

(2016) Vol.4 No.2 Jom UR yang pembimbingnya oleh Amir Hasan dan Hardi

menyatakan bahwa reputasi auditor berpengaruh terhadap kualitas audit.

Sedangkan menurut penelitian yang dilakukan oleh Hartadi (2012), Andriani

(2017) reputasi auditor tidak berpengaruh terhadap kualitas audit. Berdasarkan

hasil penelitian diatas, Masih Terjadi GAP riset, sehingga variabel Reputasi

Auditor akan diteliti kembali pada penelitian ini.

Faktor kelima, yang dapat mempengaruhi Kualitas Auditor adalah Ukuran

Perusahaan Klien. Ukuran perusahaan klien merupakan ukuran untuk menentukan

besar kecilnya perusahaan klien yang dihubungkan dengan financial perusahaan.

Menurut Riyanto (2008:313) besar kecilnya ukuran perusahaan dilihat dari

besarnya nilai equity, nilai penjualan atau nilai aktiva. Semakin besar ukuran

perusahaan maka akan semakin meningkat pula agency cost yang terjadi.

Perusahaan yang besar dipercayai dapat menyelesaikan kesulitan kesulitan

keuangan yag dihadapinya daripada perusahaan kecil (Nabila, 2011).

Perusahaan kecil cenderung memiliki informasi dan sistem pengawasan

yang lemah dibandingkan dengan perusahaan besar. Perusahaan yang lebih besar

memiliki analisis yang lebih tinggi dan persentase kepemilikan institusional yang
11

lebih tinggi (O’Brien dan Bhushan, 1990 dalam Fernando et al., 2010). Selain itu,

lebih banyak perhatian yang ditujukan media terhadap perusahaan-perusahaan

yang lebih besar. Perusahaan-perusahaan yang lebih kecil kurang diperhatikan

oleh pemegang sahamnya, menandakan kurangnya informasi dan pengawasan

yang lemah. Keadaan seperti ini sangat kondusif untuk lebih memperlihatkan

pengaruh peran informasi dan pengawasan audit. Oleh karena itu, dampak dari

kualitas audit yang lebih tinggi akan lebih besar bagi perusahaan-perusahaan

kecil, sedangkan bagi perusahaan besar peningkatan kualitas audit tidak begitu

berpengaruh karena mereka memiliki kualitas pengendalian yang lebih baik

dibandingkan perusahaan kecil (Fernando et al., 2010).

Ukuran perusahaan dapat membawa dampak terhadap kualitas audit

khususnya pemilihan KAP karena perusahaan yang besar akan memilih KAP

yang berkualitas untuk meningkatkan kredibilitas perusahaannya, sedangkan

perusahaan kecil akan memilih KAP yang dapat mengurangi biaya keagenannya

melalui fee yang lebih murah. Penelitian yang dilakukan oleh Udayanti (2017),

Radona (2017) dan Berikang (2018) menyatakan ukuran perusahaan klien

berpengaruh terhadap kualitas audit. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh

Wahono (2014) dan Andrian (2017) menyatakan ukuran perusahaan tidak

berpengaruh terhadap kualitas audit. Masih Terjadi GAP riset, sehingga variabel

Ukuran Perusahaan Klien akan diteliti kembali pada penelitian ini.

Penelitian ini mengacu pada penelitian Andriani (2017) yang meneliti

tentang audit tenure, fee audit, rotasi audit dan reputasi auditor dan penelitian

Berikang (2018) dengan judul pengaruh ukuran perusahaan klien dan rotasi audit
12

terhadap kualitas audit. Yang membedakan penelitian ini dengan penelitian

Andriani (2017) dan Berikang (2018) berada pada populasi pengamatan dan

penelitian ini lebih komprehensif. Penelitian ini menjadi komprehensif

dikarenakan menggabungkan beberapa variabel yang ada dalam penelitian

Andriani (2017) dan Berikang (2018). Pada penelitian ini peneliti menghapus

variabel fee audit karena memiliki hasil penelitian yang konsisten atas variabel

tersebut. Dan dipenelitian ini menambahkan variabel spesialisasi auditor

mengikuti saran atas penelitian terdahulu karena ditemukan adanya pengaruh

spesialisasi auditor terhadap kualitas audit dan masih terdapat gap riset

didalamnya. Perbedaan lainnya yaitu terletak pada populasi pengamatan

penelitian, dimana pengamatan penelitian dilakukan pada perusahaan Jasa sektor

infrastruktur, utilitas, dan transportasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

Sehingga berdasarkan hal tersebut, maka peneliti melakukan penelititan yang

berjudul “Pengaruh Spesialisasi Auditor, Audit Tenure, Pergantian Auditor,

Reputasi Auditor dan Ukuran Perusahaan Klien terhadap Kualitas Audit

(Studi Empiris Pada Perusahaan Jasa Sektor Infrastruktur, Utilitas dan

Transportasi yang Terdaftar di BEI Periode 2015-2017)”

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian diatas maka rumusan masalah dalam penelitian ini

adalah apakah Kualiatas Audit dipengaruhi oleh Spesialisasi Auditor, Audit

Tenure, Pergantian Auditor, Reputasi Auditor, Ukuran Perusahaan Klien sehingga

pertanyaan dalam penelitian ini :


13

1. Apakah Spesialisasi Auditor berpengaruh terhadap kualitas Audit ?

2. Apakah Audit Tenure berpengaruh terhadap kualitas Audit ?

3. Apakah Pergantian Auditor berpengaruh terhadap kualitas Audit ?

4. Apakah Reputasi Auditor berpengaruh terhadap kualitas Audit ?

5. Apakah Ukuran Perusahaan Klien berpengaruh terhadap kualitas Audit ?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan pernyataan penelitian yang diperoleh dari perumusan masalah

diatas, maka tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Untuk menguji dan memperoleh bukti empiris tentang pengaruh

Spesialisasi Auditor terhadap Kualitas Audit.

2. Untuk menguji dan memperoleh bukti empiris tentang pengaruh Audit

Tenure terhadap Kualitas Audit.

3. Untuk menguji dan memperoleh bukti empiris tentang pengaruh

Pergantian Auditor terhadap Kualitas Audit.

4. Untuk menguji dan memperoleh bukti empiris tentang pengaruh

Reputasi Auditor terhadap Kualitas Audit.

5. Untuk menguji dan menganalisis pengaruh Ukuran Perusahaan Klien

terhadap Kualitas Audit.

1.4 Manfaat Penelitian

Suatu hasil penelitian dapat memberikan kontribusi apabila mampu

memberikan manfaat baik bagi siapapun. Berdasarkan uraian latar belakang


14

dan perumusan masalah diatas, maka beberapa kegunaan atau manfaat yang

dapat diambil dari penelitian ini adalah:

a. Bagi mahasiswa Fakultas Ekonomi khususnya mahasiswa jurusan

akuntansi, penelitian ini bermanfaat sebagai acuan bahan referensi

penelitian selanjutnya dan pembanding untuk menambah ilmu

pengetahuan yang berhubungan dengan kualitas audit.

b. Bagi penelitian selanjutnya, sebagai bahan referensi bagi pihak-pihak yang

akan melaksanakan penelitian lebih lanjut mengenai kualitas audit.

c. Bagi penulis, sebagai sarana untuk memperluas wawasan serta menambah

referensi mengenai faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kualitas audit.

1.5 Sistematika Penulisan

BAB I : Merupakan bab pendahuluan yang mencakup latar belakang,

perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian serta sistematika

penulisan.

BAB II : Dalam bab ini akan dibahas mengenai landasan-landasan teoritis

yang menjadi acuan dasar dari perumusan masalah dan hipotesis

yang diajukan.

BAB III : Bab ini menyajikan rangkaian metodologi penelitian yang terdiri

dari populasi dan sampel, jenis dan sumber data, identifikasi dan

pengukuran variabel, serta metode statistik yang digunakan untuk

menganalisis data.

Anda mungkin juga menyukai