1
Visi Yayasan
Visi merupakan suatu gambaran yang menantang tentang suatu keadaan dimasa
depan yang berisikan cita dan citra yang ingin diwujudkan suatu yayasan.
Rumusan visi harus memperhatikan beberapa hal berikut:
a) Mencerminkan apa yang ingin dicapai sebuah yayasan
Visi perlu ditanamkan pada setiap unsur yayasan, sehingga visi bersama (shared
vision), pada gilirannya mampu mengerahkan dan menggerakkan segala sumber
daya.
Misi
Misi adalah sesuatu yang dilaksanakan oleh suatu yayasan sebagai penjabaran atas
visi yang telah ditetapkan. Misi harus jelas dan sesuai dengan tugas pokok dan
fungsi. Perumusan misi harus memperhatikan masukan pihakpihak yang
berkepentingan (stakeholders), dan memberikan peluang untuk perubahan
(setting) sesuai dengan tuntutan perkembangan lingkungan strategik.
Perumusan misi harus mampu:
2
a) Melingkupi semua pesan yang terdapat dalam visi
Sumber Pembiayaan/Kekayaan
Sumber pembiayaan yayasan berasal dari sejumlah kekayaan yang dipisahkan
dalam bentuk uang atau barang. Selain itu, yayasan juga memperoleh sumbangan
atau bantuan yang tidak mengikat, yang berupa :
a) Wakaf
b) Hibah
c) Hibah wasiat
Pola Pertanggungjawaban
Dalam yayasan, pengelola (pengurus dan pengawas) bertanggungjawab kepada
pembina yang disampaikan dalam Rapat Pembina yang diadakan setahun sekali.
Pola pertanggungjawaban diyayasan bersifat vertikal dan horizontal.
Pertanggungjawaban vertikal adalah pertanggungjawaban atas pengelolaan dana
kepada otoritas yang lebih tinggi, seperti pertanggungjawaban yayasan kepada
pembina. Pertanggungjawaban horizontal adalah pertanggungjawaban ke
masyarakat luas.
3
Karakteristik Anggaran
Dilihat dari karakteristik anggaran, rencana anggaran yayasan dipublikasikan
kepada masyarakat secara terbuka untuk dikritisi dan didiskusikan. Anggaran tidak
boleh menjadi rahasia internal yayasan yang bersangkutan dan harus
diinformasikan kepada publik untuk dikritisi, didiskusikan, dan diberi masukan.
Anggaran yayasan merupakan instrumen akuntabilitas atas pengelolaan dana
publik dan pelaksanaan program-program yang dibiayai dengan uang publik.
Anggaran merupakan artikulasi dari hasil perumusan strategi dan perencanaan
strategik yang telah dibuat. Anggaran pada yayasan berisi rencanan kegiatan
kepada yang dipresentasikan dalam bentuk rencana perolehan pendapatan dan
belanja menurut satuan moneter.Dalam bentuk sederhana, anggaran merupakan
suatu dokumen yang menggambarkan kondisi keuangan yayasan yang meliputi
informasi mengenai pendapatan, belanja, dan aktivitas.
Sistem Akuntansi
Sistem akuntansi merupakan prinsip akuntansi yang menentukan kapan transaksi
keuangan harus diakui untuk tujuan pelaporan keuangan. Sistem akuntansi ini
berhubungan dengan waktu pengukuran dilakukan dan pada umumnya bisa dipilah
menjadi sistem akuntansi berbasis kas dan berbasis akrual. Selain kedua sistem
akuntansi tersebut, banyak variasi atau modifikasi dari keduanya, yaitu modifikasi
dari akuntansi berbasis kas dan modifikasi dari akuntansi berbasis akrual. Jadi,
basis akuntansi adalah :
a) Akuntansi berbasis kas (cash basis of accounting);
4
2.2. Akuntabilitas Yayasan
2.2.1. Tujuan Laporan Keuangan
Tujuan utama laporan keuangan adalah menyediakan informasi yang relevan untuk
memenuhi kepentingan para penyumbang, anggota pengelola, kreditor, dan pihak
lain yang menyediakan sumber daya yayasan.
Pihak pemakai laporan keuangan yayasan memiliki kepentingan bersama dalam
rangka menilai:
a) Jasa yang diberikan oleh yayasan dan kemampuannya untuk terus
memberikn jasa tersebut
b) Cara pengelola melaksanakan tanggung jawabnya dan aspek lain dari
kinerja yayasan
Secara rinci, tujuan laporan keuangan termasuk catatan atas laporan keuangan,
adalah untuk menyajikan informasi mengenai:
a. Jumlah dan sifat aktiva, kewajiban, serta aktiva bersih suatu yayasan.
5
secara tepat ke dalam catatan akuntansi, serta laporan-laporan yang perlu disajikan
secara akurat dan tepat waktu.
Secara tradisional, sistem akuntansi terdiri dari komponen-komponen berikut ini:
a) Bagan perkiraan/ akun. Bagan perkiraan adalah daftar masing-masing item,
dimana pencatatannya dibagi kedalam lima katagori yaitu aktiva, utang,
aktiva bersih, pendapatan dan belanja.
b) Buku besar
c) Jurnal
d) Buku cek
f) Siklus akuntansi
6
• Laporan Perubahan Aktiva Bersih Catatan atas Laporan Keuangan.
2.2.3. Tahap Pengembangan Sistem Akuntansi
Sistem akuntansi yang diterapkan akan berubah sebagaimana halnya dengan
sumber daya dan kebutuhan yayasan. Yayasan berskala kecil yang baru berdiri
hanya perlu mempertahankan akurasi catatan aktivitas dalam buku cek. Jika jumlah
transaksi berkembang, yayasan akan menambahkan pembayaran kas secara
manual dan jurnal untuk transaksi penerimaan kas dengan menyiapkan laporan
bulanan yang berupa ringkasan item pendapatan dan biaya. Pada akhirnya, yayasan
akan mendapatkan aktiva dari kas, akrual yang ditambahkan, dan karenanya
transaksi menjadi lebih kompleks. Jika sistem buku besar yang lengkap perlu
dikembangkan.
Dengan kompleksitas dan volume kerja yayasan yang semakin berkembang,
aktivitas manajeman keuangan memerlukan peningkatan jumlah staf yang pada
akhirnya makin rumit, apakah itu staf sukarelawan atau staf yang dibayar atau
kombinasi staf dan penyedia jasa dari luar. Jadi, sistem akuntansi harus dirancang
sesuai dengan kebutuhan dan kompetensi pemakainya.
Yayasan yang memenuhi syarat mendapat status bebas pajak akan ditunjuk untuk
menerima sumbangan, yaitu pajak yang sudah dikurangi untuk donor.
b) Kapitalisasi dan penyusutan aktiva
7
keuangan, atau auditor. Jadi, sumbangan dan pembelian barang-barang
serta peralatan yang memerlukan penanganan khusus, diatur dengan
melibatkan seorang akuntan spesialis yayasan.
8
harus ditambahkan kedalam neraca untuk memperbaharui laporan keuangan. Item-
item tersebut akan dijelaskan berikut ini:
Pendapatan Aktiva
Bantuan (Hibah) 3000 Kas 127
Peralatan
Uang dari para peserta 25000
Dikurangi :
9
Akun Piutang
Melaporkan pendapatan yang telah diperoleh, tetapi belum disetorkan. Misalnya,
pembayaran dari hibah pemerintah berupa voucher yang belum disetor, merupakan
suatu akun piutang. Dalam kasus ini, panitia memiliki piutang sumbangan sebesar
Rp 10.000.000 sejak anak-anak hadir dalam outbond.
Oleh karena itu, panitia “mendapatkan” uang beasiswa dari yayasan.
Pengaruh:
Menambah pendapatan hibah sebesar Rp. 10.000.000
Menambah piutang sumbangan sebesar Rp. 10.000.000
Akun Pembayaran
Melaporkan pengeluaran yang belum dibayarkan merupakan akun utang. Misalnya
utang untuk pembuatan brosur sebesar Rp 1.500.000 Pengaruh:
Menambah biaya brosur sebesar Rp. 1.500.000
Menambah akun utang sebesar Rp. 1.500.000
Pengaruh:
Menambah pengeluaran asuransi dari Rp1.050.000 ([4.200.000/12bln] x 3 bln)
menjadi Rp 3.150.000
Menambah biaya dibayar dimuka hingga Rp 1.050.000
10
Contoh sederhana Laporan keuangan Berbasis Kas
Outbond Training
1 September – 31 Agustus 2016 (dalam ribuan)
Pendapatan Aktiva
Hibah 13000 Kas 127
Telepon 750
KEWAJIBAN DAN 31177
Percetakan dan perangko 500
Total biaya 36900 AKTIVA BERSIH
11
keuangan yayasan secara lengkap dan akurat. Namun, akuntansi berbasis kas lebih
mudah digunakan dalam pencatatan harian dengan jumlah transaksi yang lebih
sedikit. Terkait dengan kelebihan serta kekurangan basis kas dan basis akrual,
beberapa yayasan, terutama yang memiliki anggaran lebih kecil, telah melakukan
modifikasi atas kebijakan akuntansinya seperti:
c. Posisi arus kas yayasan. Jika arus kas dijadikan fokus, maka akun
pembayaran dan piutang dapat menjadi akun pengendali.
d. Ukuran anggaran yayasan. Beberapa yayasan yang baru, masih kecil,
belum memiliki kewajiban pembayaran, dan tidak punya piutang, akan
memilih akuntansi berbasis kas. Disisi lain, jika anggaran dan transaksi
keuangan sudah mulai berkembang, peralihan dari akuntansi berbasis kas
ke akuntansi berbasis akrual akan terjadi.
12
Bagan tersebut dibagi kedalam lima katagori, yaitu aktiva, utang, aktiva bersih,
pendapatan, dan biaya. Masing-masing akun itu ditentukan dengannomor
identifikasi yang biasa digunakan dalam sistem akuntansi. Selain persetujuan
terkait, penomoran danurutan informasi yang disajikan dapat disesuaikan dengan
kebutuhan yayasan. Untuk memutuskan apa yang harus dimasukkan kedalam
bagan akun, beberapa pertanyaan berikut ini juga perlu dipertimbangkan:
Cara terbaik untuk merancang bagan akun atau perkiraan adalah dengan
mempertimbangan laporan apa yang diperlukan untuk memenuhi persyaratan
eksternal, pengambilan keputusan, dan penilaian pengelola. Kategori transaksi
juga perlu dipilah menurut jenis yang direncanakan. Sebagai contoh, bagan akun
harus berhubungan dengan katageri anggaran, sehingga laporan yang dihasilkan
dapat membandingkan apa yang dianggarkan dengan realisasinya.
Sebagaimana dengan jenis pendapatan yang berbeda dari penerimaan yayasan,
berbagai pertanyaan tentang laporan keuanganyang perlu dilontarkan adalah:
perlukan membedakan transaksi antara hibah yayasan dan badan hukum? Apakah
biaya untuk beberapa jasa perlu diakui? Dapatkah semua biaya tersebut
dikombinasikan ke dalam satu akun? Dan apakah informasi biaya dapat dijejaki ke
jenis aktivitasnya?
Selaras dengan pertanyaan laporan keuangan, pertanyaan tentang pengeluaran
yayasan dapat juga dilontarkan seperti: apa yang menduduki tingkat terendah dari
informasi rinci yang ditemukan dalam catatan keuangan? Bagaimana informasi
tersebut digunakan dalam pencatatan? Misalnya, sebagian besar yayasan harus
mencatat persediaan kantor dari segi jumlah daripada mencatat penjepit kertas,
pena, plester, dll secara terpisah. Contoh yang kurang jelas adalah perangko:
apakah biaya perangko harus diklasifikasikan sebagai biaya kurir atau biaya
pengiriman atau biaya perangko saja? Jika dianalisis atas tingkat rincian tersebut
13
dilaksanakan, maka penentuan katagori ini dapat dilakukan melalui pembuatan
faktur khusus sesuai bukti pengiriman.
Selain jenis pendapatan dan biaya, ada juga faktor-faktor lain yang harus
dipertimbangkan dalam bagan akun. Jika lebih dari satu tempat, apakah informasi
yang terpisah dibutuhkan untuk masing-masing tempat? Atau, jika lebih dari satu
program apakah item-item seperti persediaan, perangko, dan gaji diungkapkan
untuk masing- masing program? Dan akhirnya berdasarkan Pernyataan Dewan
Standar Akuntansi Keuangan yang baru No.116 dan 117, organisasi nonprofit
seperti yayasan harus melaporkan pendapatan dan belanjanya dalam tiga katagori
yaitu: tidak terikat, terikat temporer, dan terikat permanen. Ini berarti bahwa akun
mendukung persyaratan pelaporan. Ciri ciri bagan akun yang sederhana:
a. Aktiva
Aktiva adalah item nyata dari suatu yayasan dimana sumber daya, termasuk kas,
piutang, perlengkapan, dan kekayaan, diungkapkan. Aktiva biasanya dimasukkan
dalam daftar menurut urutan dari likuiditasnya. Hal ini berarti bahwa kas dan aktiva
lainnya yang mudah diubah menjadi kas dicantumkan pada urutan awal dan aktiva
tetap seperti kekayaan dan peralatan diurutkan terakhir. Akun aktiva biasanya
dimulai dengan angka “1”.
b. Utang
Penyusutan
Yayasan harus mencatat pembelian peralatan dan kekayaan substansial yang
bersifat jangka panjang karena jenis aktiva tersebut menanggung biaya pertahun
sesuai dengan umur manfaatnya. Proses tersebut disebut sebagai kapitalisasi dan
penyusutan aktiva tetap.
Sebagai contoh, misalkan pada tanggal 1 Januari suatu yayasan membeli komputer
yang memiliki umur manfaat selama empat tahun seharga Rp 2.500. ketika
pembelian dicatat, jurnalnya adalah :
14
Aktiva Tetap (bertambah menjadi) Rp 2.500
15
Pada akhir tahun keempat, jurnalnya adalah :
Biaya Penyusutan Rp 625
Akumulasi Penyusutan Rp 625
Penjelasan: untuk mencatat biaya penyusutan selama tahun tersebut
16
donatur dengan menggunakan kata seperti “sepakat” atau “menyetujui” atau apakah piutang
tersebut secara sah bisa diwujudkan atau tidak.
Terdapat dua jenis piutang, yaitu piutang yang mengikat dan piutang yang tidak mengikat.
Piutang yang tidak mengikat adalah piutang yang dilakukan oleh donaturuntuk memberikan
hibah kepada yayasan dimasa yang akan datang. Namun yayasan tersebut tidak perlu
memenuhi beberapa persyaratan khusus sebelum menerima hibah dan tidak ada kondisi lain
yang ditetapkan oleh donatur. Contoh – contoh diatas merupakan piutang yang tidak
mengikat. FASB – SFS 116 menegaskan bahwa piutang yang tidak mengikat harus dicatat
dalam catatan keuangan ketika piutang tersebut dibuat.
Piutang yang mengikat adalah kesatuan peristiwa yang tidak menentu dimasa mendatang.
Misalnya seorang donatur berniat untuk memberikan uang sebesar Rp. 1.000 jika yayasan
memperoleh hibah yang sesuai sebesar Rp 2.000 dari sumber yang baru. Piutang yang
mengikat ini hanya dicatat apabila kondisi tersebut terpenuhi sehingga piutang ini tidak
akan dicatat sebagai penerima sebelum penyesuaian hibah diperoleh. (Saat kondisinya telah
terpenuhi, yaitu apabila hibah yang sesuai telah diperoleh, piutang tersebut menjadi tidak
mengikat dan dicatat). Sebelum memenuhi kondisi yang ditentukan donatur, piutang yang
mengikat dimasukkan dalam catatan kaki laporan keuangan.
b) Piutang hibah sebesar Rp 2.000 pertahun selama tiga tahun berikutnya, sehingga
totalnya adalah Rp 6.000
Jurnal pada akhir tahun untuk mencatat piutang yang tidak mengikat ini adalah sebagai berikut:
Piutang Hibah Rp. 7.000
Piutang Sumbangan Rp. 7.000
Untuk mencatat piutang hibah
Ketika pembayaran piutang sebesar Rp 1.000 diterima pada tahun 2013, jurnalnya adalah sebagai
berikut :
Kas Rp 1.000
17
Piutang Hibah Rp 1.000
Untuk mencatat penerimaan piutang hibah
Bantuan sebesar Rp 1.000 diakui sebagai penerimaan pada tahun 2012 dan bukan ditahun 2013,
ketika kas telah diterima.
Contoh piutang yang mengikat, seorang donatur berjanji untuk memberikan hibah/bantuan
sebesar Rp 25.000 guna memperbarui separuh rumah yang kondisinya rusak sewaktu dibeli.
Piutang ini hanya akan disebutkan dicatatan kaki. Ketika yayasan membeli bangunan
tersebut, piutang akan dicatat dan diakui sebagai penerimaan.
Akun cadangan akan dikurangi dari nilai piutang pada neraca sebagai berikut:
18
a. Penerimaan Kas, untuk memastikan seluruh kas telah diterima serta dicatat
dengan sesuai.
b. Pengeluaran Kas, untuk memastikan semua pembayaran kas dilakukan atas
kewenangan pengelola yang tepat serta di catat dengan tepat.
c. Kas Kecil
d. Gaji
f. Aktiva Tetap
Sistem pengendalian juga diperlukan untuk memastikan perencanaan yang tepat atas barang
yang didermakan, sumbangkan dan penerimaan lainnya. Laporan keuangan dan
pengendalian informasi harus dicatat secara akurat serta tepat dan memenuhi peraturan
pemerintah lainnya.
Untuk mencapai tujuan ini yayasan perlu menetapkan prosedur yang jelas untuk menangani
per bidang, termasuk sistem check and balance. Prinsip ini disebut pemisahan tugas, dimana
tugas dapat dibagi di antara staf dan suka relawan yang dibayar. Misalnya, dalam yayasan
yang kecil, direktur menyetujui pembayaran sekali dan menandatangani cek yang disiapkan
oleh kasir atau manajer kantor. Sementara itu, bendaharakan meninjau pembayaran tersebut
dengan disertai dokumen bulanan menyiapkan rekonsiliasi bank, dan meninjau ulang cek-
cek yang dibatalkan. Disamping itu, ada juga hal-hal umum yang memerlukan perhatian
pengendalian yang akan dibahas berikut ini:
a. Pengeluaran cek
b. Setoran
c. Transfer
e. Kebijakan-kebijakan personalia
19
jawab atas masing-masing tugas tersebut akan dijelaskan. Manual tersebut merupakan
gambaran yang sederhana tentang penanganan fungsi seperti pembayaran tagihan, setoran
kas, dan transfer uang. Revisi atas manual prosedur akuntansi biasanya dilakukan untuk
mengevaluasi efektivitas pengendalian yang ada.
Anggaran biasanya sesuai dengan tahun pembukuan yang mencerminkan siklus operasional
yayasan.
b. Siapa yang sebaiknya terlibat dalam proses anggaran?
21
c. Langkah-langkah dalam proses penganggaran
22
• Arus kas musiman. Jika arus kas bersifat tidak tetap, yang dikategorikan
oleh periode yang tidak aktif (biasanya disebabkan oleh
konvensi/pertemuan besar tahunan).
• Skedul arus kas. Jika terjadi penundaan yang penting dalam penagihan
piutang, maka keputusan yang tepat adalah menetapkan cadangan yang
lebih besar dibandingkan penerimaan pendapatan.
• Ketersediaan keuangan eksternal. Jika sumber-sumber eksternal untuk
kredit tersedia, atau jika aktiva tetap atau aktiva investasi (dana abadi)
tersedia sebagai jaminan, tingkat cadangan operasional pada umumnya
lebih rendah daripada jika tidak ada sumber keuangan eksternal untuk
menutupi keadaan darurat.
• Stabilitas pengeluaran. Jika pengeluaran bersifat tetap dan dapat
diperkirakan, maka pada umumnya cadangan lebih rendah daripada jika
pengeluaran bervariasi dan tidak dapat diprediksi. Jika suatu yayasan
memiliki aktiva tetap yangmungkin perlu diganti atau diperbarui, maka
cadangan operasional sebaiknya lebih besar. Cadangan operasional
sebaiknya dihimpun selaras dengan umur aktiva tetap, sehingga
pergantian dan perbaikan tersebut dapat didanai.
• Sifat-sifat utang. Yayasan memiliki utang jangka panjang, utang
usaha, dan pendapatan diterima dimuka yang signifikan sebaiknya
memiliki cadangan operasiona yang lebih besar . utang tidak lancar dan
utang lancar akan mengurangi fleksibilitas operasional serta akses ke
sumber keuangan eksternal, dan meningkatkan risiko hukuman serta
bunga untuk pembayaran kembali sebelum waktunya.
• Sifat-sifat aktiva lainnya. Cadangan mungkin berkurang akibat adanya
peningkatan investasi atau dana abadi yang tidak dibatasi.
• Sifat-sifat kesempatan. Jika kesempatan memerlukan pengeluaran yang
lebih umum harus lebih tinggi daripada jika kesempatan itu terjadi atas
basis yang lebih reguler atau dapat diprediksi. Sebagai contoh, ketika
organisasi merencanakan untuk membeli gedung dalam lima tahun yang
23
akan datang, dan ada kesepakatan yang baik, organisasi itu harus
mempertahankan tingkat cadangan yang besar.
24
sektor publik. Selain itu, program investasi juga merupakan bentuk dari dual budgeting, yaitu
pemisahan anggaran modal/investasi dari anggaran rutin.
Dalam prakteknya, terdapat beberapa permasalahan yang sulit untuk diselesaikan, seperti:
a. Memastikan bahwa program investasi yang diajukan merupakan program yang
komprehensif.
b. Memperkirakan pengeluaran yang dibutuhkan dimasa yang akan datang.
c. Mengevaluasi relevansi proyek-proyek yang ada.
c. Tambahan cakupan layanan yang dibutuhkan saat ini dan dimasa yang akan
datang
d. Kriteria kelayakan investasi yang meliputi aspek-aspek teknis, sosial
budaya, keuangan, ekonomi, dan aspek distribusi. Perhitungan kelayakan
investasi dapat dilakukan dengan menggunakan alat analisis seperti: NPV,
IRR, ARR, PP (Payback Period), Cost Benefit Analysis, dan Cost
Effectiveness Analysis.
2.5.2. Membentuk dan Mengelola Dana Abadi Dana Abadi
untuk Keberlanjutan Keuangan
Winder mendefinisika dana abadi sebagai “aset” permanen-uang, surat berharga, atau
properti yang diinvestasikan untuk memperoleh pemasukan yang kemudian akan digunakan
untuk mendukung aktivitas yayasan” (1998). Sementara itu, Horkan dan Jordan
mengklarifikasi bahwa istilah-istilah “hibah”
25
(trust), “modal pokok” (capital fund), “dana mengendap” (singking fund), dan “dana abadi”
(endowment) mengacu pada pengelolaan keuangan yang serupa satu sama lain (1996). Dana
abadi, berarti modal pokok yang dikelola oleh sebuah yayasan untuk mendukung aktifitas
yang menjadi tujuan yayasan yang berangkutan.
Dalam dana abadi, ada sejumlah dana (aset) tertentu yang diinvestasikan untuk menghasilkan
pendapatan yang kemudian akan diberikan kepada penerima. Penerima dana ini bisa berupa
lembaga (LSM atau lembaga Kemasyarakatan), sesorang yang menerima penghargaan,
hadiah, atau dalam beberapa kasus, seorang peminjam. Persetujuan dan pemberian dana
kepada penerima biasanya diatur oleh serangkaian pedoman atau program yang ditangani
sebuah badan, biasanya Dewan Penyantun, yang mungkin berbeda satu negara ke negara
lain. Namun demikian, dalam banyak kasus, Dewan penyantun secara legal bertanggung
jawab terhadap dana abadi.
26
Pembentukan Dana Abadi
Persyaratan Dasar untuk membentuk dana dan mengembangkan dana abadi bisa diidentfikasi
sebagai berikut:
1. Tujuan Jangka Panjang
3. Keterbukaan Kebijakan
4. Badan Legal
5. Ketersediaan Dana
Setelah para pemrakarsa berhasil memanfaatkan faktor-faktor yang berpengaruh tersebut untuk
memenuhi persyaratan pembentukan dana abadi, tiga tahap perkembangan akan dilalui, yaitu:
1. Penggalangan dana abadi
a. Investasi penggatian
27
c. Investasi baru
28
pembiayaan dengan modal. Biaya utang lebih murah dibandingkan dengan biaya modal
sendiri karena pembayaran bunga utang merupakan biaya yang mengurangi pajak. Biaya
modal total dapat dinyatakan dalam bentuk biaya modal rata- rata tertimbang dengan rumus:
Inflasi
Penilaian investasi harus memperhitungkan perkiraan tingkat inflasi. Semakin tinggi tingkat
inflasi, semakin rendah nilai riil keuntungan yang diharapkan dimasa depan sehingga
semakin tinggi tingkat pengembalian yang diisyaratkan (required rate of return) semakin
tinggi.
29
Social time preference rate terkait dengan pengertian bahwa proyek pemerintah harus dapat
menghasilkan tingkat pengembalian (return) yang minimal sama dengan tingkat
pengembalian proyek sektor swasta, dengan menggunakan dana yang sama. Atau dengan
kata lain, dengan jumlah investasi yang sama, proyek investasi yang dilakukan yayasan harus
memiliki kualitas yang minimal sama jika proyek tersebut dilakukan oleh pihak swasta.
sementara itu, social time preference rate merefleksikan tingkat pengembalian yang
diisyaratkan oleh masyarakat jika menunda konsumsi saat ini untuk kepentingan konsumsi
dimasa depan.
Laporan Hasil Pemeriksaan ditujukan kepada dewan pengurus, yang biasanya mencakup hal-hal
sebagai berikut:
• Surat Pengantar yang ditandatangani oleh auditor yang menetapkan
opini sebagaimana yang digambarkan di atas.
• Laporan kuangan, termasuk laporan posisi keuangan (neraca), laporan
aktivitas keuangan (laporan laba-rugi), dan laporan arus kas. Organisasi
pelayanan sosial dan kesehatan juga memiliki laporan pengeluaran
fungsional. Bebrapa kertas kerja audit memperlihatkan informasi
komparatif anatartahun pembukuan.
• Catatan-catatan atas laporan keuangan, sebagaimana yang diperlukan
oleh GAAP, termasuk informasi mengenai biaya-biaya fungsional, daftar
30
penyusutan, informasi lebih lanjut mengenai sumbangan, jasa sukarela, dan
informasi signifikan lainnya yang tidak jelas dalam laporan keuangan.
Selain bahan-bahan untuk menyiapkan laporan hasil pemeriksaan, auditor sering kali
menyiapkan surat manajemen yang menyebutkan kelemahan sistem pengendalian akuntansi
organisasi. Secara garis besar, ada beberapa hal yang mendasari kebutuhan akan penyiapan
proses auditing tersebut, yaitu:
a. Kendali saat ini ada ditangan masyarakat. Masyarakat memilik hak untuk
bebas mengakses informasi tentang pengelolaan sumber daya keuangan
publik.
b. Kompleksitas Laporan Keuangan. Semakin kompleks laporan keuangan
yang dihasilkan, tingkat kesalahan cenderung semakin tinggi. Sekarang ini,
masyarakat semakin mampu membaca Laporan Keuangan. Namun,
kebutuhan akan tenaga profesional untuk menguji informasi Laporan
Keuangan, tetap ada.
c. Pihak manajemen yayasan memiliki kecenderungan ingin sukses dan
meminimalisir kesalahan yayasannya, sehingga kebenaran laporan
keuangan yang disajikan, perlu diverifikasi.
d. Pengendalian dan kredibilitas. Audit akan menambah pengendalian dan
kredibilitas laporan keuangan. Untuk itu, pemeriksaan atas informasi
kuangan sangat penting dilakukan untuk menghindari selahan saji dan
ungkap.
e. Kepatuhan terhadap hukum dan peraturan. Proses audit memberikan nilai
tambah bagi kepatuhan terhadap hukum dan peraturan.
f. Indentifikasi terhadap kelemahan sistem. Suatu yayasan memiliki
berbagai pengendalian internal. Namun, kelemahan dalam sistem
manajemen tetap perlu diidentifikasi secara terus-menerus. Jadi, auditor
dibutuhkan untuk mereview sistem tersebut.
Untuk mencapai tujuan laporan keuangan, maka langkah-langkah berikut dalam proses audit
harus ditempuh, yaitu:
31
1. Perencanaan (Planning)
2. Pelaksanaan (Executing)
3. Pelaporan (Reporting)
Gambar 1.1
Bagan Proses Audit
32
Terminologi
Di Indonesia, permasalahan seputar agen audit sector public merupakan hal yang serius. Ini
berarti kejelasan tentang peristilahan perlu dilakukan sebelum membahas audit dan
33
pengawasan. Dalam buku ini, istilah auditor merupakan sebutan bagi seseorang yang
melakukan pemeriksaan eksternal di sector public, seperti Badan Pemeriksaan Keuangan dan
Kantor Akuntan Publik.
Sementara itu, peristilahan pengawas diginakan untuk menyebut auditor internal. Saat ini,
auditor internal yang ada dalam pemerintahan seperti Badan Pengawas Keuangan dan
Pembangunan, Inspektur Jendral, dan Badan Pengawas Daerah, selalu dikaitkan dengan
peristilah pengawas. Di Yayasan, pengawas ditunjuk oleh dewan pengurus yang bias berasal
dari staf bagian keuangan atau bendahara dewan pengurus. Dalam bidang pemeriksaan
keuangan, sebutan untuk auditor dan pengawas adalah auditor.
Perencanaan Audit
Perencanaan audit merupakan tahap yang vital dalam audit. Perencanaan audit yang matang
dan baik akan sangat menentukan kesuksesan audit serta merupakan faktor penting untuk
memperoleh bukti audit (evidence) yang cukup dan kompeten Proses perencanaan audit
sektor publik meliputi tahap-tahap sebagai berikut:
1. Pemahaman atas Sistem Akuntansi Keuangan Sektor Publik
Pemahaman atas sistem akuntansi sangatlah penting. Saat ini, audit sektor publik tidak lagi
berfokus pada laporan realisasi anggaran saja, tetapi juga pada laporan keuangan lainnya
seperti neraca, surplus/defisit, dan arus kas. Jadi, auditor harus memiliki pemahaman yang
memadai tentang sistem akuntansi keuangan yayasan.
2. Penentuan Tujuan dan Lingkup Audit
Tujuan dan lingkup audit sektor publik sangat tergantung pada mandat dari lembaga audit
yang bersangkutan. Pemeriksaan eksternal atas laporan keuangan bertujuan untuk menilai
kewajaran laporan keuangan (memberikan opini) atas laporan keuangan entitas. Sedangkan
audit atas penyusunan laporan keuangan oleh pengawas bertujuan untuk memberikan
rekomendasi perbaikan sisitem pengendailian internal dan koreksi kesalahan dalam
penyusunan laporan keuangan.
Dalam menentukan tujuan dan ruang lingkup. auditor harus memastikan bahwa tujuan dan
ruang lingkup audit sesuai dengan mandat dan wewenang lembaga audit serta pengawas yang
bersangkutan.
34
Dalam konteks audit atas laporan keuangan yayasan, pengawas memiliki wewenang;
a. Melakukan review sistem akuntansi dan pengendalian internal serta
memberikan rekomendasi perbaikan;
b. Melakukan pengujian dan koreksi kesalahan pencatatan akuntansi,
sehingga laporan keuangan yang dihasilkan berisi informasi yang dapat
diandalkan.
Tujuan pemahaman mandat ini adalah untuk;
• Mengetahui batasan-batasan pekerjaan audit;
3. Penilaian Resiko
Dalam pelaksanaan audit, berbagai pengujian dilakukan untuk mengetahui risiko kesalahan:
seperti penilaian risiko pengendalian (control risk), risiko bawaan (inherent risk), clan risiko
dcteksi (detection ride). Hal ini perlu dilakukan untuk menjamin kesimpulan dan opini
auditor.
4. Penyusunan Rencana Audit (Audit Plan)
Untuk setiap area yang akan diaudit, auditor harus menyusun langkahlangkah audit yang
tertuang dalam program audit yang berisi: tujuan audit untuk setiap area, prosedur audit yang
akan dilakukan, sumber-sumber bukti audit, dan deskripsi mengenai kesalahan (error).
35
Pelaksanaan Audit Definisi Struktur Pengendalian Internal
Suatu proses yang dijalankan oleh pengurus yayasan dan didesain untuk memberikan keyakinan
yang memadai tentang:
a. Keandalan laporan keuangan;
36
7. Supervisi Setiap sistem pengendalian internal harus mencakup supervisi
arau pengwasan langsung oleh pengelola yang bertanggung iawab atas
transaksi dan proses pencatatan sehari-hari.
8. Pengelola Ini merupakan pengendalian yang dilakukan oleh pengelola di
luar tugas rutinnya: termasuk pengendalian secara keseluruhan, fungsi
pengendalian internal. dan prnscdur review khusus.
Pengendalian Organisasional
Pengendalian ini berkaitan dengan cara yayasan yang diaudit mengelola karyawannya. Beberapa
Ciri berikut harus ada dalam sebuah yayasan:
1. Perekrutan dan pelatihan personel yang jujur serta komponen;
2. Pemisahan fungsi;
Pengendalian Supervisory
Aspek penting dalam pengendalian adalah supervisi pengelola terhadap aktivitas yayasan
yang diaudit secara keseluruhan serta keefektifan pengendalian internal khusus lainnya.
Supervisi yang efektif dapat dilakukan dengan pelibatan diri pengelola pada titik-titik penting
dari sistem pengendalian internal, yaitu laporan keuangan serta analisis laporan keuangan dan
selisih anggaran. Di yayasan yang besar, tanggung jawab untuk mengawasi dan
mengendalikan didelegasikan ke unit pengendalian internal.
Pengendalian organisasional dan pengendalian supervisory merupakan hal yang mendasar
bagi auditor dalam mengevaluasi sistem yang berlaku. Jika ada unsur pengendalian yang
hilang, maka auditor tidak akan mempunyai keyakinan yang memadai terhadap pengendalian
internal khusus lainnya. Oleh karena itu, auditor harus selalu mempertimbangkan aspek
pengendalian tersebut sebelum proses audit dilakukan.
37
Pengendalian terhadap Kelengkapan dan Keakuratan Transaksi
Ada empat teknik pengendalian yang berhubungan secara khusus dengan kelengkapan dan
keakuratan pemrosesan transaksi. Ada yang bersifat preventif maupun detektif namun
kebanyakan sistem merupakan kombinasi dari keduanya. Keempat teknik tersebut adalah:
1. Sequence Checking Dokumen kunci harus diberi nomor urut dan secara
runtin
dicek untuk mendapatkan keyakinan bahwa tidak ada pencatatan yang hilang.
2. Perbandingan (Comparison) Perbandingan antara sekumpulan dokumen
atau catatan akuntansi dengan dokumen atau catatan akuntansi yang lainnya
untuk mendeteksi ada tidaknya bukti-bukti atau catatan yang hilang.
3. Pengendalian Keseluruhan Jumlah sekumpulan dokumen atau catatan
pada awal proses harus dibandingkan dengan jumlah yang ada pada saat
proses tersebut sudah selesai untuk memberi keyakinan tentang kelengkapan
dan keakuratannya. Idealnya, jumlah tersebut harus dicek oleh seseorang
yang independen.
4. Reperformance Reperformance adalah teknik pengendalian di mana suatu
prosedur dilakukan oleh seorang personel dan kemudian dilakukan kembali
secara independen oleh seorang lainnya, lalu hasilnya dibandingkan dengan
hasil asli. Teknik ini biasa digunakan untuk mengecek hasil perhitungan.
38
Pengendalian Dokumentasi
Pengendalian ini membantu memastikan bahwa sistem dibuat sesuai dengan tu|uan awal.
yaitu memberikan pemahaman yang jelas kepada personel organisasi mengenai tugas dan
tanggung jawabnya, serta membuat pencatatan transaksi dengan benar secara sederhana.
Jika sebuah sistem pengendalian mencakup preventif dan detektif. maka pengendalian
detektif akan lebih efektif karena biasanya pengendalian jenis ini dapat diuji kepatuhannya
secara lebih efisien daripada pengendalian preventif. Selain itu pengendalian detektif juga
dilakukan secara berkala dan tidak pada tiap transaksi.
39
ini. auditor harus mencatat dan memeriksa semua pengecualian yang didapat selama
penguiian pengendalian, tanpa memandang jumlah rupiah yang terlihat. Pengecualian adalah
kejadian di mana prosedur pengendalian belum dilakukan dengan baik, tanpa melihat ada
tidaknya kesalahan secara kuantitatif.
Apabila pengujian pengendalian mengungkapkan bahwa tidak ada pengecualian yang terjadi,
ini berarti ada prosedur pengendalian internal berfungsi secara efektif dalam membatasi
pengujian substantif terhadap informasi yang relevan pada catatan akuntansi organisasi.
Apabila pengujian pengendalian mengungkapkan bahwa ada pengecualian yang terjadi. ini
berarti ada prosedur pengendalian yang tidak dipatuhi dan auditor harus mencari alasannya.
Auditor perlu membuktikan apakah pengecualian tersebut hanya untuk pos tertentu atau
mewakili keseluruhan prosedur pengendalian dan apakah pengecualian tersebut
menyebabkan adanya kesalahan dalam catatan akuntansi. Apabila penjelasan yang didapat
bisa meyakinkan auditor bahwa pengecualian tersebut hanya tertentu saja, maka auditor harus
melakukan pengujian lebih lanjut. Apabila hasilnya mengindikasikan bahwa prosedur
tersebut tidak berjalan dengan baik selama periode berjalan, maka auditor tidak bisa meyakini
prosedur pengendalian yang ada. Dalam kondisi seperti ini, auditor tidak dapat memberi
batasan pada pengujian substantif
Jika auditor memperoleh keyakinan bahwa prosedur pengendalian telah dilakukan dengan
baik, maka auditor harus mendapatkan bukti secara keseluruhan mengena: keefektifan
pengendalian selama periode tersebut. Beberapa alternatif prosedur yang dapat dilakukan
antara lain;
1. Hasil pengujian pengendalian sebelumnya.
40
Unsur Struktur Pengendalian Internal
Pengendalian internal memiliki lima unsur pokok sebagai berikut:
1. Lingkungan Pengendalian;
2. Pcnaksiran Risiko;
4. Aktivitas Pengendalian;
Lingkungan Pengendalian
Lingkungan Pengendalian menggambarkan keseluruhan sikap yayasan yang mempengaruhi
dan tindakan personel mengenai pengendalian dalam suatu entitas anatara lain;
4. Struktur yayasan
Penaksiran Risiko
Penaksiran risiko untuk tujuan pelaporan keuangan adalah identifikasi, analisis, dan
pengelolaan risiko entitas yang berkaitan dengan penyusunan laporan keuangan sesuai dengan
Prinsip Akuntansi Berterima Unun (PABU). Penaksiran risiko mencakup pertimbangan
khusus risiko yang timbul dari;
1. Perubahan standar akuntansi;
2. Hukum dan peraturan baru;
3. Perubahan yang berkaitan dengan revisi sistem dan teknologi baru yang
digunakan untuk pengolahan informasi;
4. Pertumbuhan entitas yang pesat yang menuntut perubahan fungsi pengolahan
serta pelaporan informasi dan karyawan yang terlibat dalam fungsi tersebut.
41
Informasi dan Komunikasi
Fokus utama kebijakan dan prosedur pengendalian yang berkaitan dengan sistem akuntansi
tertuju pada apakah transaksi telah dilaksanakan dengan cara mencegah salah saji yang
patensial atas asersi manajemen dalam laporan keuangan. Oleh karena itu, sistem akuntansi
yang efektif dapat memberikan keyakinan yang memadai bahwa transaksi yang dicatat atau
terjadi adalah (1) Sah; (2) Telah diotorisasi; (3) Telah dicatat; (4) Telah dinilai secara wajar;
(5) Telah digolongkan seara wajar; (6) Telah dicatat dalam periode yang seharusnya; dan (7)
Telah dimasukkan ke dalam buku pembantu serta telah diringkas dengan benar.
Aktivitas Pengendalian
Aktivitas pengendalian adalah kebijakan dan prosedur yang dirancang untuk memberikan
keyakinan bahwa petunjuk yang dibuat oleh pengelola telah dilaksanakan dengan baik.
Kebijakan dan prosedur ini akan memberikan keyakinan bahwa tindakan yang diperlukan
untuk mengurangi risiko dalam pencapaian tujuan entitas telah dilaksanakan
42