Anda di halaman 1dari 42

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Karakteristik dan Lingkungan Yayasan


2.1.1. Pengertian dan Ruang Lingkup Yayasan
Menurut UU No.16 Tahun 2001, sebagai dasar hukum positif yayasan, pengertian
yayasan adalah badan hukum yang kekayaannya terdiri dari kekayaan yang
dipisahkan dan diperuntukkan untuk mencapai tujuan tertentu dibidang sosial,
keagamaan dan kemanusiaan. Yayasan dapat melakukan kegiatan usaha untuk
menunjang pencapaian maksud dan tujuannya dengan cara mendirikan badan
usaha dan atau ikut dalam sebuah badan usaha.
Yayasan sebagai suatu badan hukum mampu dan berhak serta berwenang untuk
melaksanakan tindakan-tindakan perdata. Dengan demikian, yayasan merupakan
subjek hukum dan dapat melakukan perbuatan hukum. Hak dan kewajiban yang
dimiliki oleh yayasan yang berbadan hukum adalah sebagai berikut:
a. Hak: berhak untuk mengajukan gugatan

b. Kewajiban: wajib mendaftarkan yayasan kepada instansi yang berwenang


untuk mendapatkan status badan hukum

2.1.2 Sifat dan Karakteristik Yayasan Tujuan Yayasan


Setiap organisasi, termasuk yayasan, memiliki tujuan yang spesifik dan unik yang
dapat bersifat kuantitatif maupun kualitatif. Tujuan kuantitatif mencakup
pencapaian laba maksimum, penguasaan pangsa pasar, pertumbuhan organisasi,
dan produktivitas. Sementara tujuan kualitatif dapat disebut sebagai efisiensi dan
efektivitas organisasi, manajeman organisasi yang tangguh, moral karyawan yang
tinggi, reputasi organisasi, stabilitas, pelayanan kepada masyarakat, serta citra
perusahaan.
Menurut UU No.16 Tahun 2001, yayasan mempunyai fungsi sebagai pranata
hukum dalam rangka mencapai tujuan tertentu dibidang sosial, keagamaan, dan
kemanusiaan. Undang – undang tersebut menegaskan bahwa yayasan adalah suatu
badan hukum yang mempunyai maksud dan tujuan yang bersifat sosial,
keagamaan, dan kemanusiaan yang didirikan dengan memperhatikan persyaratan
formal yang ditentukan berdasarkan undang-undang.

1
Visi Yayasan
Visi merupakan suatu gambaran yang menantang tentang suatu keadaan dimasa
depan yang berisikan cita dan citra yang ingin diwujudkan suatu yayasan.
Rumusan visi harus memperhatikan beberapa hal berikut:
a) Mencerminkan apa yang ingin dicapai sebuah yayasan

b) Memberikan arah dan fokus strategi yang jelas

c) Memiliki orientasi terhadap masa depan, sehingga segenap jajaran


harus berperan dalam mendefinisikan dan membentuk masa depan
yayasan.
d) Mampu menumbuhkan komitmen seluruh jajaran dalam lingkungan
yayasan.
e) Mampu menjamin keseimbangan kepemimpinan yayasan.

Rumusan visi yang jelas diharapkan mampu untuk :


a) Menarik komitmen dan menggerakkan orang

b) Menciptakan makna bagi kehidupan pengurus yayasan

c) Menciptakan standar keunggulan

d) Menjembatani keadaan sekarang dan keadaan masa depan

Visi perlu ditanamkan pada setiap unsur yayasan, sehingga visi bersama (shared
vision), pada gilirannya mampu mengerahkan dan menggerakkan segala sumber
daya.

Misi
Misi adalah sesuatu yang dilaksanakan oleh suatu yayasan sebagai penjabaran atas
visi yang telah ditetapkan. Misi harus jelas dan sesuai dengan tugas pokok dan
fungsi. Perumusan misi harus memperhatikan masukan pihakpihak yang
berkepentingan (stakeholders), dan memberikan peluang untuk perubahan
(setting) sesuai dengan tuntutan perkembangan lingkungan strategik.
Perumusan misi harus mampu:

2
a) Melingkupi semua pesan yang terdapat dalam visi

b) Memberikan petunjuk terhadap tujuan yang akan dicapai

c) Memberikan petunjuk kelompok sasaran mana yang akan dilayani

d) Memperhitungkan berbagai masukan dari stakeholders.

Sumber Pembiayaan/Kekayaan
Sumber pembiayaan yayasan berasal dari sejumlah kekayaan yang dipisahkan
dalam bentuk uang atau barang. Selain itu, yayasan juga memperoleh sumbangan
atau bantuan yang tidak mengikat, yang berupa :
a) Wakaf

b) Hibah

c) Hibah wasiat

d) Perolehan lain yang tidak bertentangan dengan Anggaran Dasar Yayasan


dan atau peraturan perundang – undangan yang berlaku.
Jika kekayaan yayasan berasa dari wakaf, maka berlaku ketentuan hukum
perwakafan. Kekayaan yayasan yang dimiliki tersebut dipergunakan untuk
mencapai maksud dan tujuan yayasan. Dalam hal tertentu, negara dapat
memberikan bantuan kepada yayasan.

Pola Pertanggungjawaban
Dalam yayasan, pengelola (pengurus dan pengawas) bertanggungjawab kepada
pembina yang disampaikan dalam Rapat Pembina yang diadakan setahun sekali.
Pola pertanggungjawaban diyayasan bersifat vertikal dan horizontal.
Pertanggungjawaban vertikal adalah pertanggungjawaban atas pengelolaan dana
kepada otoritas yang lebih tinggi, seperti pertanggungjawaban yayasan kepada
pembina. Pertanggungjawaban horizontal adalah pertanggungjawaban ke
masyarakat luas.

3
Karakteristik Anggaran
Dilihat dari karakteristik anggaran, rencana anggaran yayasan dipublikasikan
kepada masyarakat secara terbuka untuk dikritisi dan didiskusikan. Anggaran tidak
boleh menjadi rahasia internal yayasan yang bersangkutan dan harus
diinformasikan kepada publik untuk dikritisi, didiskusikan, dan diberi masukan.
Anggaran yayasan merupakan instrumen akuntabilitas atas pengelolaan dana
publik dan pelaksanaan program-program yang dibiayai dengan uang publik.
Anggaran merupakan artikulasi dari hasil perumusan strategi dan perencanaan
strategik yang telah dibuat. Anggaran pada yayasan berisi rencanan kegiatan
kepada yang dipresentasikan dalam bentuk rencana perolehan pendapatan dan
belanja menurut satuan moneter.Dalam bentuk sederhana, anggaran merupakan
suatu dokumen yang menggambarkan kondisi keuangan yayasan yang meliputi
informasi mengenai pendapatan, belanja, dan aktivitas.

Sistem Akuntansi
Sistem akuntansi merupakan prinsip akuntansi yang menentukan kapan transaksi
keuangan harus diakui untuk tujuan pelaporan keuangan. Sistem akuntansi ini
berhubungan dengan waktu pengukuran dilakukan dan pada umumnya bisa dipilah
menjadi sistem akuntansi berbasis kas dan berbasis akrual. Selain kedua sistem
akuntansi tersebut, banyak variasi atau modifikasi dari keduanya, yaitu modifikasi
dari akuntansi berbasis kas dan modifikasi dari akuntansi berbasis akrual. Jadi,
basis akuntansi adalah :
a) Akuntansi berbasis kas (cash basis of accounting);

b) Modifikasi dari akuntansi berbasis kas (modified cash basis of accounting);


c) Akuntansi berbasis akrual (accrual basis of accounting);

d) Modifikasi dari akuntansi berbasis akrual (modified accrual basis


of accounting).

4
2.2. Akuntabilitas Yayasan
2.2.1. Tujuan Laporan Keuangan
Tujuan utama laporan keuangan adalah menyediakan informasi yang relevan untuk
memenuhi kepentingan para penyumbang, anggota pengelola, kreditor, dan pihak
lain yang menyediakan sumber daya yayasan.
Pihak pemakai laporan keuangan yayasan memiliki kepentingan bersama dalam
rangka menilai:
a) Jasa yang diberikan oleh yayasan dan kemampuannya untuk terus
memberikn jasa tersebut
b) Cara pengelola melaksanakan tanggung jawabnya dan aspek lain dari
kinerja yayasan

Secara rinci, tujuan laporan keuangan termasuk catatan atas laporan keuangan,
adalah untuk menyajikan informasi mengenai:
a. Jumlah dan sifat aktiva, kewajiban, serta aktiva bersih suatu yayasan.

b. Pengaruh transaksi, peristiwa, dan situasi lainnya yang mengubah nilai


serta sifat aktiva bersih.
c. Jenis dan jumlah arus masuk serta arus keluar sumber daya selama satu
periode dan hubungan diantara keduanya.
d. Cara suatu yayasan mendapatkan dan membelanjakan kas, memperoleh
pinjaman dan melunasi pinjaman, serta faktor lainnya yang berpengaruh
terhadap likuiditasnya.
e. Usaha jasa suatu yayasan.

Setiap laporan keuangan menyediakan informasi yang berbeda, dan informasi


dalam suatu laporan keuangan biasanya melengkapi informasi laporan keuangan
lainnya.

2.2.2. Unsur-Unsur dalam Sistem Akuntansi


Sistem akuntansi terdiri dari catatan-catatan akuntansi (buku, cek, jurnal, dan buku
besar), serta serangkaian proses dan prosedur yang ditetapkan oleh staf,
sukarelawan, dan/atau para profesional dari luar yayasan. Tujuan sistem akuntansi
adalah untuk memastikan bahwa data keuangan dan transaksi ekonomi diinputkan

5
secara tepat ke dalam catatan akuntansi, serta laporan-laporan yang perlu disajikan
secara akurat dan tepat waktu.
Secara tradisional, sistem akuntansi terdiri dari komponen-komponen berikut ini:
a) Bagan perkiraan/ akun. Bagan perkiraan adalah daftar masing-masing item,
dimana pencatatannya dibagi kedalam lima katagori yaitu aktiva, utang,
aktiva bersih, pendapatan dan belanja.

b) Buku besar

c) Jurnal

d) Buku cek

e) Manual prosedur akuntansi

f) Siklus akuntansi

Siklus akuntansi dapat dikelompokkan kedalam tiga tahap yaitu: 1)


Tahap pencatatan
• Kegiatan pengidentifikasian dan pengukuran dalam bentuk bukti
transaksi dan bukti pencatatan.
• Kegiatan pencatatan bukti transaksi ke dalam buku harian atau jurnal.

• Memindahbukukan (posting) dari jurnal berdasarkan kelompok atau


jenisnya ke dalam akun buku besar. 2) Tahap pengikhtisaran
• Penyusunan neraca saldo (trial balance) berdasarkan akun-akun buku
besar.
• Pembuatan ayat jurnal penyesuaian.

• Penyusunan kertas kerja (work sheet).

• Pembuatan ayat jurnal penutup (closing entries).

• Pembuatan neraca saldo setelah penutupan.

• Pembuatan ayat jurnal pembalik. 3) Tahap pelaporan


• Neraca

• Laporan Surplus Defisit/Laporan Aktivitas

• Laporan Arus Kas

6
• Laporan Perubahan Aktiva Bersih Catatan atas Laporan Keuangan.
2.2.3. Tahap Pengembangan Sistem Akuntansi
Sistem akuntansi yang diterapkan akan berubah sebagaimana halnya dengan
sumber daya dan kebutuhan yayasan. Yayasan berskala kecil yang baru berdiri
hanya perlu mempertahankan akurasi catatan aktivitas dalam buku cek. Jika jumlah
transaksi berkembang, yayasan akan menambahkan pembayaran kas secara
manual dan jurnal untuk transaksi penerimaan kas dengan menyiapkan laporan
bulanan yang berupa ringkasan item pendapatan dan biaya. Pada akhirnya, yayasan
akan mendapatkan aktiva dari kas, akrual yang ditambahkan, dan karenanya
transaksi menjadi lebih kompleks. Jika sistem buku besar yang lengkap perlu
dikembangkan.
Dengan kompleksitas dan volume kerja yayasan yang semakin berkembang,
aktivitas manajeman keuangan memerlukan peningkatan jumlah staf yang pada
akhirnya makin rumit, apakah itu staf sukarelawan atau staf yang dibayar atau
kombinasi staf dan penyedia jasa dari luar. Jadi, sistem akuntansi harus dirancang
sesuai dengan kebutuhan dan kompetensi pemakainya.

Perbedaan antara akuntansi untuk yayasan dan organsasi bisnis


Prinsip akuntansi yang diterima umum bisa diterapkan dalam praktek akuntansi
nonprofit. Namun, ada beberapa perbedaan yang signifikan yaitu:
a) Akuntansi untuk sumbangan

Yayasan yang memenuhi syarat mendapat status bebas pajak akan ditunjuk untuk
menerima sumbangan, yaitu pajak yang sudah dikurangi untuk donor.
b) Kapitalisasi dan penyusutan aktiva

Yayasan perlu mencatat pembelian peralatan dan barang substansial jangka


panjang.
c) Klasifikasi biaya fungsional.

Yayasan perlu melaporkan pengeluaran kas sesuai dengan klasifikasi fungsinya.


d) Implikasi perbedaan antara akuntansi nonprofit dan akuntansi swasta
Implikasi dari perbedaan praktek akuntansi nonprofit dan akuntansi swasta
adalah diperlukannya keahlian tambahan bagi personal, penasihat

7
keuangan, atau auditor. Jadi, sumbangan dan pembelian barang-barang
serta peralatan yang memerlukan penanganan khusus, diatur dengan
melibatkan seorang akuntan spesialis yayasan.

2.2.4. Perbedaan Akuntansi Berbasis Kas dan Akrual


Akuntansi berbasis kas dan akuntansi berbasis akrual menggunakan kriteria yang
berbeda untuk menentukan kapan mengakui serta mencatat pengeluaran dan
penerimaan dalam catatan keuangan. Pada akuntansi berbasis kas, pendapatan
diakui ketika kas diterima dan disetorkan, sementara biaya dicatat dalam periode
akuntansi ketika tagihan dibayarkan. Dalam akuntansi berbasis akrual, pendapatan
diwujudkan dalam periode akuntansi ketika pendapatan itu diperoleh; misalnya,
saat jasa yang dikontrak diberikan dan ketentuan hibah terpenuhi, tanpa
menghiraukan waktu penerimaan kas dari donasi. Belanja dicatat sebagai
pengurang utang saat pembayaran; misalnya, ketika membayar persediaan yang
dipesan, membayar lembur karyawan, dan meminjam printer untuk pencetakan.
Untuk menggambarkannya, mari kita perhatikan contoh sederhana berikut. Dalam
kegiatan outbond training diakhir tahun, terdapat catatan pengeluaran dan setoran
(laporan disebelah kiri) buku cek.
Setelah informasi tersebut diketahui dari aktivitas dalam buku cek, laporan akan
dibuat menurut basis kas. Namun, beberapa informasi yang bersangkutan telah
dicatat, seperti:
a. Yayasan memberikan panitia outbond hibah sebesar Rp 10.000.000 untuk
memberikan beasiswa kepada anak yang kurang mampu. Anak-anak itu
lalu menghadiri outbond, tetapi yayasan belum mengirimkan cek.
b. Kas tidak mencukupi karena panitia belum membayar cicilan akhir
atas pembelian printer secara kredit pada tahun ini. Panitia berhutang
Rp. 1.500.000
c. Premi asuransi dibayarkan pada bulan Desember dan mencakup periode
November hingga Desember.
Untuk melibatkan ketiga faktor tersebut ke dalam pertimbangan laporan keuangan,
pendapatan dan biaya harus dicatat atas basis akrual. Beberapa item sejenis juga

8
harus ditambahkan kedalam neraca untuk memperbaharui laporan keuangan. Item-
item tersebut akan dijelaskan berikut ini:

Contoh sederhana Laporan Keuangan Berbasis Kas


Outbond & Training
1 September – 31 Agustus 2016 (dalam ribuan)
LAPORAN PENDAPATAN NERACA

Pendapatan Aktiva
Bantuan (Hibah) 3000 Kas 127

Sumbangan 4500 Barang-barang, Gedung dan 120000

Peralatan
Uang dari para peserta 25000
Dikurangi :

Akumulasi penyusutan (100000)


Total Pendapatan 32500
Total bersih aktiva tetap 20000
TOTAL AKTIVA 20127
Biaya Pasiva
Gaji 20000 KEWAJIBAN
Makanan dan persediaan 6000 Pinjaman dari pemerintah 5000
Asuransi 4200
Keperluan lain 2000
AKTIVA BERSIH 15127
Telepon 750
Percetakan dan perangko 3500
KEWAJIBAN DAN 20127
Total biaya 36450 AKTIVA BERSIH

9
Akun Piutang
Melaporkan pendapatan yang telah diperoleh, tetapi belum disetorkan. Misalnya,
pembayaran dari hibah pemerintah berupa voucher yang belum disetor, merupakan
suatu akun piutang. Dalam kasus ini, panitia memiliki piutang sumbangan sebesar
Rp 10.000.000 sejak anak-anak hadir dalam outbond.
Oleh karena itu, panitia “mendapatkan” uang beasiswa dari yayasan.

Pengaruh:
Menambah pendapatan hibah sebesar Rp. 10.000.000
Menambah piutang sumbangan sebesar Rp. 10.000.000

Akun Pembayaran
Melaporkan pengeluaran yang belum dibayarkan merupakan akun utang. Misalnya
utang untuk pembuatan brosur sebesar Rp 1.500.000 Pengaruh:
Menambah biaya brosur sebesar Rp. 1.500.000
Menambah akun utang sebesar Rp. 1.500.000

Biaya Dibaya Dimuka


Melaporkan pengeluran kas yang telah dibayarkan, khususnya untuk periode yang
akan datang. Dalam contoh ini, biaya asuransi dibayar tiga bulan dimuka.

Pengaruh:
Menambah pengeluaran asuransi dari Rp1.050.000 ([4.200.000/12bln] x 3 bln)
menjadi Rp 3.150.000
Menambah biaya dibayar dimuka hingga Rp 1.050.000

Jika dilaporkan menurut basis akrual, dengan menggunakan kategorikategori


yang digambarkan sebelumnya, laporan keuangan kegiatan outbond terlihat
seperti berikut:

10
Contoh sederhana Laporan keuangan Berbasis Kas
Outbond Training
1 September – 31 Agustus 2016 (dalam ribuan)

LAPORAN PENDAPATAN NERACA

Pendapatan Aktiva
Hibah 13000 Kas 127

Sumbangan 4500 Akun Piutang 100000

Uang dari para peserta 25000 Pengeluaran dibayar dimuka 1050

Total bersih aktiva tetap 20000


Total Pendapatan 42500

TOTAL AKTIVA 31177


Biaya Pasiva

Gaji 20000 KEWAJIBAN

Makanan dan persediaan 6000 Akun pembayaran 1500

Asuransi 3150 Pinjaman dari pemerintah 5000

Keperluan lain 2000 AKTIVA BERSIH 24677

Telepon 750
KEWAJIBAN DAN 31177
Percetakan dan perangko 500
Total biaya 36900 AKTIVA BERSIH

Contoh ini menggambarkan pelaporan keuangan berbasis akrual, dimana


pengunaan katagori akan memberikan lebih banyak gambaran tentang kondisi

11
keuangan yayasan secara lengkap dan akurat. Namun, akuntansi berbasis kas lebih
mudah digunakan dalam pencatatan harian dengan jumlah transaksi yang lebih
sedikit. Terkait dengan kelebihan serta kekurangan basis kas dan basis akrual,
beberapa yayasan, terutama yang memiliki anggaran lebih kecil, telah melakukan
modifikasi atas kebijakan akuntansinya seperti:

Mempertahankan pembukuan berbasis kas dan menyiapkan laporan keuangan


berbasis akrual. Caranya adalah dengan melakukan penyesuaian akrual untuk
piutang dan pembayarannya dalam kertas kerja pelaporan keuangan, tanpa secara
formal dicatat kedalam pembukuan.Beberapa yayasan tidak memiliki sumber daya
untuk mengembangkan sistem akuntansi yayasan. Faktor – faktor pertimbangan
basis akuntansi adalah:
a. Besaran transaksi yayasan dalam piutang dan pembayaran atas basis yang
terusmenerus. Jika tagihan tidak dibayar atau hibah belum dilunasi atau
biaya sepanjang tahun belum dicatat, maka akuntansi berbasis kas akan
memberikan gambaran keuangan yang sama baiknya dengan akuntansi
berbasis akrual
b. Keahlian dan waktu yang membatasi staf bagian pembukuan

c. Posisi arus kas yayasan. Jika arus kas dijadikan fokus, maka akun
pembayaran dan piutang dapat menjadi akun pengendali.
d. Ukuran anggaran yayasan. Beberapa yayasan yang baru, masih kecil,
belum memiliki kewajiban pembayaran, dan tidak punya piutang, akan
memilih akuntansi berbasis kas. Disisi lain, jika anggaran dan transaksi
keuangan sudah mulai berkembang, peralihan dari akuntansi berbasis kas
ke akuntansi berbasis akrual akan terjadi.

2.2.5. Bagan Akun


Unsur-Unsur yang Harus Ada dalam Bagan Akun
Bagan akun merupakan daftar perkiraan (rekening) sistem akuntansi yang
dirancang untuk mendapatkan informasi keuangan, mempertahankan jalur
informasi keuangan dan membuat keputusan keuangan. Informasi tersebut hanya
dicatat dengan kode akun dari bagan akun.

12
Bagan tersebut dibagi kedalam lima katagori, yaitu aktiva, utang, aktiva bersih,
pendapatan, dan biaya. Masing-masing akun itu ditentukan dengannomor
identifikasi yang biasa digunakan dalam sistem akuntansi. Selain persetujuan
terkait, penomoran danurutan informasi yang disajikan dapat disesuaikan dengan
kebutuhan yayasan. Untuk memutuskan apa yang harus dimasukkan kedalam
bagan akun, beberapa pertanyaan berikut ini juga perlu dipertimbangkan:

▪ Laporan apa yang perlu dipersiapkan?

▪ Keputusan, evaluasi, dan penilaian keuangan apa yang perlu dibuat


secara teratur?
▪ Tingkat perincian apa yang diperlukan?

▪ Kapasitas apa yang perlu dimiliki untuk melacak informasi keuangan?

Cara terbaik untuk merancang bagan akun atau perkiraan adalah dengan
mempertimbangan laporan apa yang diperlukan untuk memenuhi persyaratan
eksternal, pengambilan keputusan, dan penilaian pengelola. Kategori transaksi
juga perlu dipilah menurut jenis yang direncanakan. Sebagai contoh, bagan akun
harus berhubungan dengan katageri anggaran, sehingga laporan yang dihasilkan
dapat membandingkan apa yang dianggarkan dengan realisasinya.
Sebagaimana dengan jenis pendapatan yang berbeda dari penerimaan yayasan,
berbagai pertanyaan tentang laporan keuanganyang perlu dilontarkan adalah:
perlukan membedakan transaksi antara hibah yayasan dan badan hukum? Apakah
biaya untuk beberapa jasa perlu diakui? Dapatkah semua biaya tersebut
dikombinasikan ke dalam satu akun? Dan apakah informasi biaya dapat dijejaki ke
jenis aktivitasnya?
Selaras dengan pertanyaan laporan keuangan, pertanyaan tentang pengeluaran
yayasan dapat juga dilontarkan seperti: apa yang menduduki tingkat terendah dari
informasi rinci yang ditemukan dalam catatan keuangan? Bagaimana informasi
tersebut digunakan dalam pencatatan? Misalnya, sebagian besar yayasan harus
mencatat persediaan kantor dari segi jumlah daripada mencatat penjepit kertas,
pena, plester, dll secara terpisah. Contoh yang kurang jelas adalah perangko:
apakah biaya perangko harus diklasifikasikan sebagai biaya kurir atau biaya
pengiriman atau biaya perangko saja? Jika dianalisis atas tingkat rincian tersebut
13
dilaksanakan, maka penentuan katagori ini dapat dilakukan melalui pembuatan
faktur khusus sesuai bukti pengiriman.
Selain jenis pendapatan dan biaya, ada juga faktor-faktor lain yang harus
dipertimbangkan dalam bagan akun. Jika lebih dari satu tempat, apakah informasi
yang terpisah dibutuhkan untuk masing-masing tempat? Atau, jika lebih dari satu
program apakah item-item seperti persediaan, perangko, dan gaji diungkapkan
untuk masing- masing program? Dan akhirnya berdasarkan Pernyataan Dewan
Standar Akuntansi Keuangan yang baru No.116 dan 117, organisasi nonprofit
seperti yayasan harus melaporkan pendapatan dan belanjanya dalam tiga katagori
yaitu: tidak terikat, terikat temporer, dan terikat permanen. Ini berarti bahwa akun
mendukung persyaratan pelaporan. Ciri ciri bagan akun yang sederhana:
a. Aktiva

Aktiva adalah item nyata dari suatu yayasan dimana sumber daya, termasuk kas,
piutang, perlengkapan, dan kekayaan, diungkapkan. Aktiva biasanya dimasukkan
dalam daftar menurut urutan dari likuiditasnya. Hal ini berarti bahwa kas dan aktiva
lainnya yang mudah diubah menjadi kas dicantumkan pada urutan awal dan aktiva
tetap seperti kekayaan dan peralatan diurutkan terakhir. Akun aktiva biasanya
dimulai dengan angka “1”.
b. Utang

Utang adalah kewajiban ke kreditor seperti pinjaman dan utang usaha.


c. Aktiva bersih

Aktiva bersih mencerminkan nilai keuangan dari suatu yayasan.

Penyusutan
Yayasan harus mencatat pembelian peralatan dan kekayaan substansial yang
bersifat jangka panjang karena jenis aktiva tersebut menanggung biaya pertahun
sesuai dengan umur manfaatnya. Proses tersebut disebut sebagai kapitalisasi dan
penyusutan aktiva tetap.
Sebagai contoh, misalkan pada tanggal 1 Januari suatu yayasan membeli komputer
yang memiliki umur manfaat selama empat tahun seharga Rp 2.500. ketika
pembelian dicatat, jurnalnya adalah :

14
Aktiva Tetap (bertambah menjadi) Rp 2.500

Kas (berkurang menjadi) Rp 2.500


Penjelasan: untuk mencatat pembelian komputer seharga Rp2.500

15
Pada akhir tahun keempat, jurnalnya adalah :
Biaya Penyusutan Rp 625
Akumulasi Penyusutan Rp 625
Penjelasan: untuk mencatat biaya penyusutan selama tahun tersebut

Pajak penghasilan dari usaha yang tidak terkait


Pendapatan usaha yang tidak terkait adalah pendapatan yang dihasilkan dari suatu
perdagangan atau aktivitas usaha yang tidak terkait secara substansial dengan tujuan yayasan.
Pajak yang dibayar atas pendapatan lain-lain yang diperoleh yayasan dari usaha yang tidak
terkait ditetapkan sesuai dengan ketentuan pajak badan hukum. Tanpa pajak, yayasan akan
mendapatkan keuntungan yang substansial dipasar, jika dilihatdalam konteks persaingan
pasar.
Yayasan yang melakukan aktivitas nonusaha dapat dianggap bukan merupakan subjek pajak
penghasilan jika memenuhi kondisi berikut:
a) Semua usaha dilakukan oleh sukarelawan

b) Secara substansial, seluruh barang dagangan yang dijual didapatkan dari


pemberian
c) Aktivitas yang dilakukan adalah untuk fasilitas kemudahan anggota, pasien, dan
karyawan yayasan.

Mencatat akun sumbangan


Komitmen untuk memberikan kontribusi secara tertulis bisa dijadikan dasar untuk pencatatan
transaksi utang sumbangan. Sebagai contoh, seorang donatur berjanji secara tertulis akan
memberikan sumbangan senilai Rp 10.000 selama tiga tahun mendatang. Contoh lainnya
adalah seorang donatur berjanji secara tertulis akan memberikan sumbangan senilai Rp 5.000
setiap bulannya melalui pemotongan gaji untuk tahun yang akan datang.

Apakah Akuntansi Hibah Perlu Dicatat?


Piutang hibah yang bisa dipercaya sebaiknya dicatat dalam sistem akuntansi. Indikator bahwa
suatu piutang dianggap valid adalah apabila hal itu disertai dengan bukti tertulis yang dibuat

16
donatur dengan menggunakan kata seperti “sepakat” atau “menyetujui” atau apakah piutang
tersebut secara sah bisa diwujudkan atau tidak.
Terdapat dua jenis piutang, yaitu piutang yang mengikat dan piutang yang tidak mengikat.
Piutang yang tidak mengikat adalah piutang yang dilakukan oleh donaturuntuk memberikan
hibah kepada yayasan dimasa yang akan datang. Namun yayasan tersebut tidak perlu
memenuhi beberapa persyaratan khusus sebelum menerima hibah dan tidak ada kondisi lain
yang ditetapkan oleh donatur. Contoh – contoh diatas merupakan piutang yang tidak
mengikat. FASB – SFS 116 menegaskan bahwa piutang yang tidak mengikat harus dicatat
dalam catatan keuangan ketika piutang tersebut dibuat.
Piutang yang mengikat adalah kesatuan peristiwa yang tidak menentu dimasa mendatang.
Misalnya seorang donatur berniat untuk memberikan uang sebesar Rp. 1.000 jika yayasan
memperoleh hibah yang sesuai sebesar Rp 2.000 dari sumber yang baru. Piutang yang
mengikat ini hanya dicatat apabila kondisi tersebut terpenuhi sehingga piutang ini tidak
akan dicatat sebagai penerima sebelum penyesuaian hibah diperoleh. (Saat kondisinya telah
terpenuhi, yaitu apabila hibah yang sesuai telah diperoleh, piutang tersebut menjadi tidak
mengikat dan dicatat). Sebelum memenuhi kondisi yang ditentukan donatur, piutang yang
mengikat dimasukkan dalam catatan kaki laporan keuangan.

Akuntansi untuk pencatatan piutang hibah


Pada akhir tahun pembukuan 2012, ada dua piutang yang tidak terpenuhi, yaitu:
a) Piutang hibah sebesar Rp 1.000 selama tahun berikutnya

b) Piutang hibah sebesar Rp 2.000 pertahun selama tiga tahun berikutnya, sehingga
totalnya adalah Rp 6.000
Jurnal pada akhir tahun untuk mencatat piutang yang tidak mengikat ini adalah sebagai berikut:
Piutang Hibah Rp. 7.000
Piutang Sumbangan Rp. 7.000
Untuk mencatat piutang hibah

Ketika pembayaran piutang sebesar Rp 1.000 diterima pada tahun 2013, jurnalnya adalah sebagai
berikut :
Kas Rp 1.000

17
Piutang Hibah Rp 1.000
Untuk mencatat penerimaan piutang hibah

Bantuan sebesar Rp 1.000 diakui sebagai penerimaan pada tahun 2012 dan bukan ditahun 2013,
ketika kas telah diterima.

Contoh piutang yang mengikat, seorang donatur berjanji untuk memberikan hibah/bantuan
sebesar Rp 25.000 guna memperbarui separuh rumah yang kondisinya rusak sewaktu dibeli.
Piutang ini hanya akan disebutkan dicatatan kaki. Ketika yayasan membeli bangunan
tersebut, piutang akan dicatat dan diakui sebagai penerimaan.

Bagaimana mencatat piutang yang tidak dapat terkumpul?


Akuntansi untuk piutang yang dapat terkumpul serupa dengan akuntansi untuk piutang yang
tidak dapat terkumpul. Misalnya, dana sebesar Rp 20.000 berupa piutang (sumbangan) yang
tidak terikat yang diberikan kepada yayasan selama tahun berjalan, menunjukkan bahwa rata-
rata 20% dari dana tersebut tidak terkumpul. Akun pengeluaran yang dibuat dalam kasus ini
disebut sebagai Cadangan untuk Piutang yang Tidak Dapat Terkumpul. Jurnal yang akan
dibuat pada akhir tahun adalah:
Pengeluaran piutang yang tidak terkumpul Rp 4.000
Cadangan untuk piutang yang tidak terkumpul Rp 4.000
Untuk mencatat akun piutang yang tidak terkumpul

Akun cadangan akan dikurangi dari nilai piutang pada neraca sebagai berikut:

Piutang hibah Rp 20.000 Dikurangi:

Cadangan untuk piutang yang tidak terkumpul Rp 4.000

Total bersih piutang hibah Rp 16.000


2.3. Pengendalian Keuangan
2.3.1. Pengendalian Sistem Pengendalian Akuntansi
Dalam pengembangannya yang efektif adalah mengidentifikasi bidang dimana
penyalahgunaan atau kesalahan-kesalahan mungkin terjadi. Memasukan bidang dan tujuan
pengembangan sistem pengendalian yang efektif.

18
a. Penerimaan Kas, untuk memastikan seluruh kas telah diterima serta dicatat
dengan sesuai.
b. Pengeluaran Kas, untuk memastikan semua pembayaran kas dilakukan atas
kewenangan pengelola yang tepat serta di catat dengan tepat.
c. Kas Kecil

d. Gaji

e. Hibah, Sumbangan dan Warisan

f. Aktiva Tetap

Sistem pengendalian juga diperlukan untuk memastikan perencanaan yang tepat atas barang
yang didermakan, sumbangkan dan penerimaan lainnya. Laporan keuangan dan
pengendalian informasi harus dicatat secara akurat serta tepat dan memenuhi peraturan
pemerintah lainnya.
Untuk mencapai tujuan ini yayasan perlu menetapkan prosedur yang jelas untuk menangani
per bidang, termasuk sistem check and balance. Prinsip ini disebut pemisahan tugas, dimana
tugas dapat dibagi di antara staf dan suka relawan yang dibayar. Misalnya, dalam yayasan
yang kecil, direktur menyetujui pembayaran sekali dan menandatangani cek yang disiapkan
oleh kasir atau manajer kantor. Sementara itu, bendaharakan meninjau pembayaran tersebut
dengan disertai dokumen bulanan menyiapkan rekonsiliasi bank, dan meninjau ulang cek-
cek yang dibatalkan. Disamping itu, ada juga hal-hal umum yang memerlukan perhatian
pengendalian yang akan dibahas berikut ini:
a. Pengeluaran cek

b. Setoran

c. Transfer

d. Persetujuan rencana dan komitmen sebelum dilaksanakan

e. Kebijakan-kebijakan personalia

2.3.2. Manual Prosedur Akuntansi


Kebijakan dan prosedur untuk menangani transaksi keuangan di dokumentasikan dalam
manual prosedur akuntansi, diaman tugas-tugas administrasi dan siapa yang bertanggung

19
jawab atas masing-masing tugas tersebut akan dijelaskan. Manual tersebut merupakan
gambaran yang sederhana tentang penanganan fungsi seperti pembayaran tagihan, setoran
kas, dan transfer uang. Revisi atas manual prosedur akuntansi biasanya dilakukan untuk
mengevaluasi efektivitas pengendalian yang ada.

2.3.3. Mempertahankan Pengendalian yang Efektif


Pelaksana biasanya bertanggung jawab atas pengawasan pelaksanaan kebijakan dan prosedur
yang ada. Dengan persayaratan yang rinci dari lembaga donor, sebaiknya harus ada satu orang
dalam yayasan yang memahami dan memonitor peraturan khusus serta faktor pemenuhannya.
Surat menajemen merupakan indikator kualitas sistem pengendalian akuntans dan bagian
dokumen audit yang menyebutkan kelemahan signifikan dari sistem yayasan atau
pelaksanaannya. Periodik sistem pengendalian akunansi dan di modifikasi sesuai kebutuhan
baru.

2.3.4. Pengendalian Internal yang Dibutuhkan untuk Pembayaran Kas


Tujuan pengendalian internal atas pembayaran kas adalah untuk memastikan ketepatan
otorisasi pembayaran kas, keakurasian pencatatan transaksi dan pencapaian tujuan yayasan.
a. Pemisahan Tugas. Berarti penanganan transaksikeuangan oleh lebih dari
satu orang sejak dari awal hingga akhir. Masing-masing aktivitas seperti
kuasa pembayaran, menandatangai cek, mencatat pembayaran ke dalam
buku, dan merekinsiliasi laporan bank harus dilakukan oleh orang yang
berbeda.
b. Otorisasi dan Proses Pembayaran. Kebijakan menengenai siapa petugas
pengesahan pembayaran perlu ditentukan. Dalam berbagai yayasan,
pengurus merupakan orang yang bertangangung jawab atas pembayaran
uang. Pengelola adalah pihak yang menyetujui anggaran tersebut dengan
pengesahan per item anggaran. Seluruh pembayaran sebaiknya disertai
dengan dokumentasi yang memadai seperti; kuitansi atau fraktur.
c. Pengelola Dana Terbatas. Sumbangan terikat adalah bentuk penerimaan
yang unik bagi yayasan. Peranan pengelola adalah memastikan pemenuhan
kewajiban yayasan kepada donor.
20
d. Penandatangan Cek. Pengesahan cek merupakan titik kritis. Tujuan
pengendalian internal ini adalah untuk memastikan siapa yang membayar
seberapa besar jumlah pembayaran, dan kapan pembayaran tagihan
dilakukan.
e. Checklist Pengendalian Akuntansi Internal. Beberapa pertanyaan yang
mencerminkan pengendalian akuntansi atas pembayaran daftar tagihan
yang akan digunakan untuk meninjau ulang pengendalian akuntansi.
f. Apakah Pengendalian Internal Diperlukan untuk Gaji?. Tujuan
pengendalian internal ini adalah untuk memastikan bahwa pegeluaran gaji
hanya di buat oleh otorisasi yang tepat untuk karyawan yang berhak, dicatat
secara tepat, dan persyaratan hukum yang terkait dipenuhi.Presensi adalah
alat dokumentasi jam karyawan , juga dapat dirancang untuk
menggabungkan informasi tentang libur, cuti sakit dan libur hari
raya.Cek gaji sebaiknya di tulis dalam pembukuan sesuai dengan
prosedur pengeluaran kas. Karyawan perlu menandatangani daftar gajinya
untuk mengesahkan tanda terima cek.

2.4. Aktivitas Pengendalian dalam Siklus Akuntansi Tahunan


2.4.1. Pengelolaan Anggaran Operasional
Anggaran mengambarkan apa yang di harapkan menyangkut belanja (pengeluaran) dan
pendapatan (penerimaan) pada suatau periode waktu. Anggaran tersebut berguna untuk
memproyeksi berapa banyak uang yang dbutuhkan untuk inisiatif utama seperti pembelian
fasilitas dan kontrak karyawan.

Bagaimana anggaran tahunan dipersiapkan?


a. Pemilihan waktu aktivitas anggaran

Anggaran biasanya sesuai dengan tahun pembukuan yang mencerminkan siklus operasional
yayasan.
b. Siapa yang sebaiknya terlibat dalam proses anggaran?

Pengelola harus berpartisipasi. Perencanaan program sering kali di pandang sebagai


kewenangan dewan pengurus.

21
c. Langkah-langkah dalam proses penganggaran

1. Langkah pertama adalah mereview program dan pencapaian manajemen


serta pelaksanaan keuangan pada akhir tahun.
2. Perkiraan biaya yang diperlukan meliputi staf, persediaan dan sumber daya
lainnya.
3. Tidak ada aturan yang mengatakan bahwa anggaran harus seimbang pada
setiap periode anggran.
4. Program dan aktivitas manajemen harus dievaluasi ulang dan disesuaikan.
Memotong seluruh jenis pengeluaran dalam persentase yang tetap bukan
cara yang efektif untuk mengurangi pengeluaran.
5. Ketika rencana diubah termasuk anggaran, pengeluaran dan penerimaan
diharapkan bisa tepat.
d. Menyiapkan anggaran bulanan. Dengan menyiapkan rincian anggaran bulanan
dan realisasinya, akurasi oerubahan dan revisi anggaran dapat dilakukan secara
tepat.
e. Kriteria untuk cadangan operasional yayasan. Hal ini mirip dengan sisa laba atau
kekayaan pemilik.yaitu dana yang biasanya terakumulasi selama beberapa tahun
digunakan oleh yayaysan denga kebijakan pengurus. Tujuannya untuk menjaga
keseimbangan antara pendapatan operasional dan pengeluaran untuk bertahan
hidup.

Seberapa besar cadangan tersebut ?


Jumlah cadangan operasional yang diperlukan oleh suatu yayasan tergantung pada karakteristik
individu dan hal-hal sebagai berikut :
• Realibilitas sumber daya pendapatan. Jika pendapatan terutama berasal
dari keanggotaan dewan atau badan penyumbang yang dapat diprediksi,
tingkat cadangan operasional secara umum mungkin lebih rendah dari
pada jika pendapatan dihasilkan terutama dari besarnya hibah atau
sumbangan.

22
• Arus kas musiman. Jika arus kas bersifat tidak tetap, yang dikategorikan
oleh periode yang tidak aktif (biasanya disebabkan oleh
konvensi/pertemuan besar tahunan).
• Skedul arus kas. Jika terjadi penundaan yang penting dalam penagihan
piutang, maka keputusan yang tepat adalah menetapkan cadangan yang
lebih besar dibandingkan penerimaan pendapatan.
• Ketersediaan keuangan eksternal. Jika sumber-sumber eksternal untuk
kredit tersedia, atau jika aktiva tetap atau aktiva investasi (dana abadi)
tersedia sebagai jaminan, tingkat cadangan operasional pada umumnya
lebih rendah daripada jika tidak ada sumber keuangan eksternal untuk
menutupi keadaan darurat.
• Stabilitas pengeluaran. Jika pengeluaran bersifat tetap dan dapat
diperkirakan, maka pada umumnya cadangan lebih rendah daripada jika
pengeluaran bervariasi dan tidak dapat diprediksi. Jika suatu yayasan
memiliki aktiva tetap yangmungkin perlu diganti atau diperbarui, maka
cadangan operasional sebaiknya lebih besar. Cadangan operasional
sebaiknya dihimpun selaras dengan umur aktiva tetap, sehingga
pergantian dan perbaikan tersebut dapat didanai.
• Sifat-sifat utang. Yayasan memiliki utang jangka panjang, utang
usaha, dan pendapatan diterima dimuka yang signifikan sebaiknya
memiliki cadangan operasiona yang lebih besar . utang tidak lancar dan
utang lancar akan mengurangi fleksibilitas operasional serta akses ke
sumber keuangan eksternal, dan meningkatkan risiko hukuman serta
bunga untuk pembayaran kembali sebelum waktunya.
• Sifat-sifat aktiva lainnya. Cadangan mungkin berkurang akibat adanya
peningkatan investasi atau dana abadi yang tidak dibatasi.
• Sifat-sifat kesempatan. Jika kesempatan memerlukan pengeluaran yang
lebih umum harus lebih tinggi daripada jika kesempatan itu terjadi atas
basis yang lebih reguler atau dapat diprediksi. Sebagai contoh, ketika
organisasi merencanakan untuk membeli gedung dalam lima tahun yang

23
akan datang, dan ada kesepakatan yang baik, organisasi itu harus
mempertahankan tingkat cadangan yang besar.

2.4.2. Manajemen Kas Pentingnya


Manajemen Kas
Pengertian manajemen kas untuk yayasan dan organisasi swasta adalah sama. Usaha bisa
berkembang dengan pesat dan meraih keuntungan yang besar. Namun, seorang pengelola
yayasan tidak pernah merasa mempunyai cukup banyak uang untuk membayar beberapa
tagihan.
Pengelola yayasan mengetahui bahwa kas yang mengalir ke dalam tidak sinkron dengan kas
yang dikeluarkan. Hal tersebut menggambarkan bahwa untuk sementara waktu pengelola
yayasan terjebak dengan tagihan-tagihannya. Pengelola yayasan perlu melakukan
perencanaan ke depan untuk mengetahui apakah yayasan mempunyai cukup kas atau tidak
ketika membutuhkannya.

Bagaimana Mengelola Kas dengan Baik ?


Pengelola yayasan mungkin dapat menghindarkan penggunaan kartu kreditnya untuk
membiayai tagihan yayasan jika memiliki manajemen kas yang baik.
Manajemen kas yang baik merupakan hal yang sederhana, yaitu :
a. Mengetahui kapan, dimana, dan bagaimana menggunakan kas tersebut.

b. Mengetahui sumber terbaik apa untuk memenuhi kebutuhan kas tersebut.

c. Menyiapkan dana untuk memenuhi kebutuhan kas ketika diperlukan,


dengan mempertahankan hubungan baik dengan bankir dan kreditor
lainnya.

2.5. Investasi Yayasan


2.5.1. Program Investasi yayasan
Investasi memiliki kaitan yang serta dengan penganggaran modal/investasi, yang merupakan
proses untuk menganalisis proyek-proyek dan memutuskan apakah proyek tersebut dapat di
akomodasi oleh anggaran modal/investasi atau tidak. Analisis investasi ini berhubungan erat
dengan penganggaran funsional, alokasi sumber daya, dan praktek manajemen keuangan di

24
sektor publik. Selain itu, program investasi juga merupakan bentuk dari dual budgeting, yaitu
pemisahan anggaran modal/investasi dari anggaran rutin.
Dalam prakteknya, terdapat beberapa permasalahan yang sulit untuk diselesaikan, seperti:
a. Memastikan bahwa program investasi yang diajukan merupakan program yang
komprehensif.
b. Memperkirakan pengeluaran yang dibutuhkan dimasa yang akan datang.
c. Mengevaluasi relevansi proyek-proyek yang ada.

d. Mengembangkan analisis dan perencanaan untuk pengeluaran investasi serta


pengeluaran rutin.
Sebelum mengambil keputusan untuk melakukan investasi, kebutuhan investasi perlu
ditentukan terlebih dahulu. Untuk menentukan kebutuhan invetasi, tahapan-tahapan evaluasi
berikut harus ditempuh:
a. Inventarisasi investasi yang memuat daftar nama dan jenis investasi, nilai
investasi dan kondisi barang modal yang saat ini ada apakah baik ataukah
buruk.

b. Cakupan layanan dengan tingkat investasi yang ada sekarang

c. Tambahan cakupan layanan yang dibutuhkan saat ini dan dimasa yang akan
datang
d. Kriteria kelayakan investasi yang meliputi aspek-aspek teknis, sosial
budaya, keuangan, ekonomi, dan aspek distribusi. Perhitungan kelayakan
investasi dapat dilakukan dengan menggunakan alat analisis seperti: NPV,
IRR, ARR, PP (Payback Period), Cost Benefit Analysis, dan Cost
Effectiveness Analysis.
2.5.2. Membentuk dan Mengelola Dana Abadi Dana Abadi
untuk Keberlanjutan Keuangan
Winder mendefinisika dana abadi sebagai “aset” permanen-uang, surat berharga, atau
properti yang diinvestasikan untuk memperoleh pemasukan yang kemudian akan digunakan
untuk mendukung aktivitas yayasan” (1998). Sementara itu, Horkan dan Jordan
mengklarifikasi bahwa istilah-istilah “hibah”

25
(trust), “modal pokok” (capital fund), “dana mengendap” (singking fund), dan “dana abadi”
(endowment) mengacu pada pengelolaan keuangan yang serupa satu sama lain (1996). Dana
abadi, berarti modal pokok yang dikelola oleh sebuah yayasan untuk mendukung aktifitas
yang menjadi tujuan yayasan yang berangkutan.
Dalam dana abadi, ada sejumlah dana (aset) tertentu yang diinvestasikan untuk menghasilkan
pendapatan yang kemudian akan diberikan kepada penerima. Penerima dana ini bisa berupa
lembaga (LSM atau lembaga Kemasyarakatan), sesorang yang menerima penghargaan,
hadiah, atau dalam beberapa kasus, seorang peminjam. Persetujuan dan pemberian dana
kepada penerima biasanya diatur oleh serangkaian pedoman atau program yang ditangani
sebuah badan, biasanya Dewan Penyantun, yang mungkin berbeda satu negara ke negara
lain. Namun demikian, dalam banyak kasus, Dewan penyantun secara legal bertanggung
jawab terhadap dana abadi.

Gambar 2.5 Arus Dana dalam Pengelolaan Dana Abadi

26
Pembentukan Dana Abadi
Persyaratan Dasar untuk membentuk dana dan mengembangkan dana abadi bisa diidentfikasi
sebagai berikut:
1. Tujuan Jangka Panjang

2. Sektor dengan Prioritas Tinggi

3. Keterbukaan Kebijakan

4. Badan Legal

5. Ketersediaan Dana

Faktor-faktor yang mempengaruhi kondisi yang membantu merealisasikan


dana abadi, yaitu:
1. Tekanan sosial politik dari penerima

2. Tekanan sosial politik dari donor

3. Mandat tingkat tinggi dari sis donor

Setelah para pemrakarsa berhasil memanfaatkan faktor-faktor yang berpengaruh tersebut untuk
memenuhi persyaratan pembentukan dana abadi, tiga tahap perkembangan akan dilalui, yaitu:
1. Penggalangan dana abadi

2. Pengembangan dana abadi: Pertumbuhan

3. Pengembangan dana abadi: Penggunaan dan Pengembalian

2.5.3. Penentuan Kebutuhan Investasi


Penentuan kebutuhan investasi berkaitan dengan jumlah anggaran yang akan ditetpkan bagi
masing-masing yayasan. Ada beberapa cara untuk mengklasifikasikan asal-usul investasi,
dimana salah satunya adalah :

a. Investasi penggatian

b. Investasi penambahan kapasitas

27
c. Investasi baru

Aspek Kelayakan Investasi


Dalam melakukan perencanaan dan analisis investasi, ada beberapa aspek yang secara
bersama-sama menunjukan keuntungan atau manfaat yang diperoleh dari investasi tertentu
seperti itu yang harus dipertimbangan serta di evaluasi dalam setiap tahap perencanan
anggaran dan siklus pelaksanaan, karena aspek aspek tersebut satu sama lain saling
berhubungan dan saling mempengaruhi aspekaspek tersebut satu sama lain saling
berhubungan dan saling mempengaruhi.
Yaitu:
a. Aspek Teknis

b. Aspek Sosial dan Budaya

c. Aspek Ekonomi dan keuangan


d. Aspek Ditribusi

2.5.4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Investasi


Tingkat Diskonto
Tingkat diskonto merefleksikan tingkat pengembalian (rate of return) yang diperoleh dari
suatu proyek dengan tingkat risiko tertentu. Jika suatu proyek tidak memberikan keuntungan
yang diisyaratkan, maka proyek tersebut harus ditolak. Perhitungan tingkat diskonto
merupakan bagian yang cukup kompleks dalam analisis investasi untuk memudahkan
pemahaman mengenai konsep ini, terlebih dahulu akan dijelaskan praktek yang dilakukan di
sektor swasta.
Pada sektor swasta ada dua sumber pendanaan, yaitu pembiayaan dengan modal dan
pembiayaan dengan utang. Keuntungan yang diperoleh para kreditor sebagai pemberi
utang adalah berupa dividen dan pengembalian atas saham yang dimilikinya. Harga pasar
saham merefleksikan laba yang diharapkan dimasa depan. Pembiayaan dengan utang
memiliki risiko yang lebih rendah dibandingkan pembiayaan dengan modal, sehingga
kreditor akan meminta tingkat pengembalian yang lebih rendah.
Semakin tinggi risiko investasi, semakin tinggi keuntungan (laba) yang diharapkan.
Disamping itu, pembiayaan dengan utang juga memiliki biaya yang lebih kecil dibandingkan

28
pembiayaan dengan modal. Biaya utang lebih murah dibandingkan dengan biaya modal
sendiri karena pembayaran bunga utang merupakan biaya yang mengurangi pajak. Biaya
modal total dapat dinyatakan dalam bentuk biaya modal rata- rata tertimbang dengan rumus:

Inflasi
Penilaian investasi harus memperhitungkan perkiraan tingkat inflasi. Semakin tinggi tingkat
inflasi, semakin rendah nilai riil keuntungan yang diharapkan dimasa depan sehingga
semakin tinggi tingkat pengembalian yang diisyaratkan (required rate of return) semakin
tinggi.

Risiko dan Ketidakpastian


Required rate of return akan semakin tinggi jika risiko investasi baik. Ketidakpastian
ekonomi dan hukum, kekacauan sosial politik, tidak ada jaminan keamanan, dan kebijakan
yang tidak konsisten dapat meningkatkan risiko investasi suatu negara (country risk), yang
jika sudah sangat parah dapat mengarah pada kategori default country. Terjaminnya
keamanan berinvestasi, penegakan hukum dan demokrasi, serta terjaminya property rigth
dan contract right dapat menurunkan risiko investasi.

Capital Rationing (Penjatahan Modal)


Capital Rationing atau penjatahan modal adalah keadaan dimana yayasan menghadapi
masalah ketersediaan dana untuk melakukan pengeluaran investasi. Dalam keadaan seperti
ini, terdapat beberapa alternatif investasi yang dapat dilakukan, tetapi tidak tersedia cukup
dana untuk membiayai investasi-investasi yang diajukan. Oleh karena itu, semua investasi
yang tersedia tersebut harus diberi peringkat yang dapat dilakukan dengan menggunakan
rasio biaya manfaat, atau dapat juga menggunakan model pemrograman linear.
Di organisasi sektor publik, selain harus memperhatikan faktor-faktor diatas, penilaian investasi
juga harus memperhatian hal-hal berikut:
a. Tingkat utang pemerintah

b. Tingkat kesempatan sosial yang dikorbankan (social opportunity cost rate)


c. Social time preference rate

29
Social time preference rate terkait dengan pengertian bahwa proyek pemerintah harus dapat
menghasilkan tingkat pengembalian (return) yang minimal sama dengan tingkat
pengembalian proyek sektor swasta, dengan menggunakan dana yang sama. Atau dengan
kata lain, dengan jumlah investasi yang sama, proyek investasi yang dilakukan yayasan harus
memiliki kualitas yang minimal sama jika proyek tersebut dilakukan oleh pihak swasta.
sementara itu, social time preference rate merefleksikan tingkat pengembalian yang
diisyaratkan oleh masyarakat jika menunda konsumsi saat ini untuk kepentingan konsumsi
dimasa depan.

2.6. Audit Yayasan


Audit adalah proses pengujian keakuratan dan kelengkapan informasi yang disajikan dalam
laporan keuangan yayasan. Proses pengujian ini akan memungkinkan akuntan publik
independen yang bersertifikasi mengeluarkan suatu pendapat atau opini mengenai seberapa
baik laporan keuangan yayasan mewakili posisi keuangan yayasan, dan apakah laporan
keuangan tersebut memenuhi prinsip-prinsip akuntansi yang diterima umum atau Generally
Accepted Accounting Principles (GAAP). GAAP ditetapkan oleh the American Institute
of Certified Public Accountants (AICPA). Anggota dewan pengurus, staf, dan snak
keluarganya tidak dapat melakukan audit, karena hubungan kekeluargaan dengan yayasan
akan mempengaruhi independensi auditor.

Laporan Hasil Pemeriksaan ditujukan kepada dewan pengurus, yang biasanya mencakup hal-hal
sebagai berikut:
• Surat Pengantar yang ditandatangani oleh auditor yang menetapkan
opini sebagaimana yang digambarkan di atas.
• Laporan kuangan, termasuk laporan posisi keuangan (neraca), laporan
aktivitas keuangan (laporan laba-rugi), dan laporan arus kas. Organisasi
pelayanan sosial dan kesehatan juga memiliki laporan pengeluaran
fungsional. Bebrapa kertas kerja audit memperlihatkan informasi
komparatif anatartahun pembukuan.
• Catatan-catatan atas laporan keuangan, sebagaimana yang diperlukan
oleh GAAP, termasuk informasi mengenai biaya-biaya fungsional, daftar

30
penyusutan, informasi lebih lanjut mengenai sumbangan, jasa sukarela, dan
informasi signifikan lainnya yang tidak jelas dalam laporan keuangan.
Selain bahan-bahan untuk menyiapkan laporan hasil pemeriksaan, auditor sering kali
menyiapkan surat manajemen yang menyebutkan kelemahan sistem pengendalian akuntansi
organisasi. Secara garis besar, ada beberapa hal yang mendasari kebutuhan akan penyiapan
proses auditing tersebut, yaitu:
a. Kendali saat ini ada ditangan masyarakat. Masyarakat memilik hak untuk
bebas mengakses informasi tentang pengelolaan sumber daya keuangan
publik.
b. Kompleksitas Laporan Keuangan. Semakin kompleks laporan keuangan
yang dihasilkan, tingkat kesalahan cenderung semakin tinggi. Sekarang ini,
masyarakat semakin mampu membaca Laporan Keuangan. Namun,
kebutuhan akan tenaga profesional untuk menguji informasi Laporan
Keuangan, tetap ada.
c. Pihak manajemen yayasan memiliki kecenderungan ingin sukses dan
meminimalisir kesalahan yayasannya, sehingga kebenaran laporan
keuangan yang disajikan, perlu diverifikasi.
d. Pengendalian dan kredibilitas. Audit akan menambah pengendalian dan
kredibilitas laporan keuangan. Untuk itu, pemeriksaan atas informasi
kuangan sangat penting dilakukan untuk menghindari selahan saji dan
ungkap.
e. Kepatuhan terhadap hukum dan peraturan. Proses audit memberikan nilai
tambah bagi kepatuhan terhadap hukum dan peraturan.
f. Indentifikasi terhadap kelemahan sistem. Suatu yayasan memiliki
berbagai pengendalian internal. Namun, kelemahan dalam sistem
manajemen tetap perlu diidentifikasi secara terus-menerus. Jadi, auditor
dibutuhkan untuk mereview sistem tersebut.

2.6.1. Proses Audit

Untuk mencapai tujuan laporan keuangan, maka langkah-langkah berikut dalam proses audit
harus ditempuh, yaitu:

31
1. Perencanaan (Planning)

2. Pelaksanaan (Executing)

3. Pelaporan (Reporting)

Gambar 1.1
Bagan Proses Audit

32
Terminologi
Di Indonesia, permasalahan seputar agen audit sector public merupakan hal yang serius. Ini
berarti kejelasan tentang peristilahan perlu dilakukan sebelum membahas audit dan

33
pengawasan. Dalam buku ini, istilah auditor merupakan sebutan bagi seseorang yang
melakukan pemeriksaan eksternal di sector public, seperti Badan Pemeriksaan Keuangan dan
Kantor Akuntan Publik.
Sementara itu, peristilahan pengawas diginakan untuk menyebut auditor internal. Saat ini,
auditor internal yang ada dalam pemerintahan seperti Badan Pengawas Keuangan dan
Pembangunan, Inspektur Jendral, dan Badan Pengawas Daerah, selalu dikaitkan dengan
peristilah pengawas. Di Yayasan, pengawas ditunjuk oleh dewan pengurus yang bias berasal
dari staf bagian keuangan atau bendahara dewan pengurus. Dalam bidang pemeriksaan
keuangan, sebutan untuk auditor dan pengawas adalah auditor.

Perencanaan Audit
Perencanaan audit merupakan tahap yang vital dalam audit. Perencanaan audit yang matang
dan baik akan sangat menentukan kesuksesan audit serta merupakan faktor penting untuk
memperoleh bukti audit (evidence) yang cukup dan kompeten Proses perencanaan audit
sektor publik meliputi tahap-tahap sebagai berikut:
1. Pemahaman atas Sistem Akuntansi Keuangan Sektor Publik

Pemahaman atas sistem akuntansi sangatlah penting. Saat ini, audit sektor publik tidak lagi
berfokus pada laporan realisasi anggaran saja, tetapi juga pada laporan keuangan lainnya
seperti neraca, surplus/defisit, dan arus kas. Jadi, auditor harus memiliki pemahaman yang
memadai tentang sistem akuntansi keuangan yayasan.
2. Penentuan Tujuan dan Lingkup Audit

Tujuan dan lingkup audit sektor publik sangat tergantung pada mandat dari lembaga audit
yang bersangkutan. Pemeriksaan eksternal atas laporan keuangan bertujuan untuk menilai
kewajaran laporan keuangan (memberikan opini) atas laporan keuangan entitas. Sedangkan
audit atas penyusunan laporan keuangan oleh pengawas bertujuan untuk memberikan
rekomendasi perbaikan sisitem pengendailian internal dan koreksi kesalahan dalam
penyusunan laporan keuangan.
Dalam menentukan tujuan dan ruang lingkup. auditor harus memastikan bahwa tujuan dan
ruang lingkup audit sesuai dengan mandat dan wewenang lembaga audit serta pengawas yang
bersangkutan.

34
Dalam konteks audit atas laporan keuangan yayasan, pengawas memiliki wewenang;
a. Melakukan review sistem akuntansi dan pengendalian internal serta
memberikan rekomendasi perbaikan;
b. Melakukan pengujian dan koreksi kesalahan pencatatan akuntansi,
sehingga laporan keuangan yang dihasilkan berisi informasi yang dapat
diandalkan.
Tujuan pemahaman mandat ini adalah untuk;
• Mengetahui batasan-batasan pekerjaan audit;

• Mengidentifikasi wewenang pelaksana audit;

• Memastikan bahwa pengawas telah memenuhi persyaratan hokum yang


berlaku;
• Memberikan keyakinan tentang kesesuaian pendekatan audit dengan
kebijakan audit;
• Memastikan bahwa tujuan audit telah memenuhi kebutuhan yayasan;
• Mengidentifikasi pihak penerima laporan hasil pemeriksaan;

3. Penilaian Resiko

Dalam pelaksanaan audit, berbagai pengujian dilakukan untuk mengetahui risiko kesalahan:
seperti penilaian risiko pengendalian (control risk), risiko bawaan (inherent risk), clan risiko
dcteksi (detection ride). Hal ini perlu dilakukan untuk menjamin kesimpulan dan opini
auditor.
4. Penyusunan Rencana Audit (Audit Plan)

Berdasarkan penjelasan mengenai tahapan kegiatan perencanaan audit sebelumnya. rencana


audit perlu memasukkan ara. yang akan diaudit, jangka waktu pelaksanaan audit, personel
yang dibutuhkan, dan sumber daya lain yang diperlukan untuk pelaksanaan audit.
5. Penyusunan Program Audit

Untuk setiap area yang akan diaudit, auditor harus menyusun langkahlangkah audit yang
tertuang dalam program audit yang berisi: tujuan audit untuk setiap area, prosedur audit yang
akan dilakukan, sumber-sumber bukti audit, dan deskripsi mengenai kesalahan (error).

35
Pelaksanaan Audit Definisi Struktur Pengendalian Internal
Suatu proses yang dijalankan oleh pengurus yayasan dan didesain untuk memberikan keyakinan
yang memadai tentang:
a. Keandalan laporan keuangan;

b. Kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku;

c. Efektivitas dan efisiensi operasi.

Jenis Pengendalian Internal


Berikut ini merupakan jenis-jenis pengendalian internal.
1. Organisasi Penyerahan wewenang dan tanggung jawab, termasuk jalur
pelaporan untuk semua aspek operasi dan pengendaliannya, harus
disebutkan secara rinci dan jelas.
2. Pemisahan Tugas Salah satu fungsi utama pengendalian adalah pemisahan
tugas dan tanggung jawab. Apabila kedua hal tersebut digabungkan, maka
pencatatan dan pemerosesan transaksi yang transparan serta akuntabel akan
dihasilkan. Artinya, pemisahan tugas dapat mengurangi risiko terjadinya
manipulasi maupun kesalahan yang disengaja;
3. Fisik Pengendalian ini berhubungan dengan pengawasan aset. Jadi prosedur
dan keamanan yang memadai harus dirancang untuk memberi keyakinan
bahwa akses-baik akses langsung maupun akses tidak langsungterhadap aset
terbatas pada personel yang berwenang.
4. Persetujuan dan Otorisasi Seluruh transaksi harus diotorisasi dan disetujui
oleh orang yang berwenang.
5. Akuntansi Pengecekan aras keakuratan pencatatan, penghitungan jumlah
total, rekonsiliasi. pemakaian nomor rekening. jurnal. dan akuntansi untuk
dokumen.
6. Personel Harus ada prosedur yang menjamin bahwa personel mempunyai
kemampuan yang sesuai dengan tanggung jawabnya.

36
7. Supervisi Setiap sistem pengendalian internal harus mencakup supervisi
arau pengwasan langsung oleh pengelola yang bertanggung iawab atas
transaksi dan proses pencatatan sehari-hari.
8. Pengelola Ini merupakan pengendalian yang dilakukan oleh pengelola di
luar tugas rutinnya: termasuk pengendalian secara keseluruhan, fungsi
pengendalian internal. dan prnscdur review khusus.

Pengendalian Organisasional
Pengendalian ini berkaitan dengan cara yayasan yang diaudit mengelola karyawannya. Beberapa
Ciri berikut harus ada dalam sebuah yayasan:
1. Perekrutan dan pelatihan personel yang jujur serta komponen;

2. Pemisahan fungsi;

3. Pembagian tugas dalam fungsi akuntansi;

4. Tanggung jawab yang dirinci dengan baik untuk semua personel;

Pengendalian Supervisory
Aspek penting dalam pengendalian adalah supervisi pengelola terhadap aktivitas yayasan
yang diaudit secara keseluruhan serta keefektifan pengendalian internal khusus lainnya.
Supervisi yang efektif dapat dilakukan dengan pelibatan diri pengelola pada titik-titik penting
dari sistem pengendalian internal, yaitu laporan keuangan serta analisis laporan keuangan dan
selisih anggaran. Di yayasan yang besar, tanggung jawab untuk mengawasi dan
mengendalikan didelegasikan ke unit pengendalian internal.
Pengendalian organisasional dan pengendalian supervisory merupakan hal yang mendasar
bagi auditor dalam mengevaluasi sistem yang berlaku. Jika ada unsur pengendalian yang
hilang, maka auditor tidak akan mempunyai keyakinan yang memadai terhadap pengendalian
internal khusus lainnya. Oleh karena itu, auditor harus selalu mempertimbangkan aspek
pengendalian tersebut sebelum proses audit dilakukan.

37
Pengendalian terhadap Kelengkapan dan Keakuratan Transaksi
Ada empat teknik pengendalian yang berhubungan secara khusus dengan kelengkapan dan
keakuratan pemrosesan transaksi. Ada yang bersifat preventif maupun detektif namun
kebanyakan sistem merupakan kombinasi dari keduanya. Keempat teknik tersebut adalah:
1. Sequence Checking Dokumen kunci harus diberi nomor urut dan secara
runtin
dicek untuk mendapatkan keyakinan bahwa tidak ada pencatatan yang hilang.
2. Perbandingan (Comparison) Perbandingan antara sekumpulan dokumen
atau catatan akuntansi dengan dokumen atau catatan akuntansi yang lainnya
untuk mendeteksi ada tidaknya bukti-bukti atau catatan yang hilang.
3. Pengendalian Keseluruhan Jumlah sekumpulan dokumen atau catatan
pada awal proses harus dibandingkan dengan jumlah yang ada pada saat
proses tersebut sudah selesai untuk memberi keyakinan tentang kelengkapan
dan keakuratannya. Idealnya, jumlah tersebut harus dicek oleh seseorang
yang independen.
4. Reperformance Reperformance adalah teknik pengendalian di mana suatu
prosedur dilakukan oleh seorang personel dan kemudian dilakukan kembali
secara independen oleh seorang lainnya, lalu hasilnya dibandingkan dengan
hasil asli. Teknik ini biasa digunakan untuk mengecek hasil perhitungan.

Rancangan Pengendalian untuk Menjaga Aset


Pengelola bertanggung lawab untuk menjaga aset-aset yayasan. Pengendalian dalam kategori
ini merupakan hal yang signifikan bagi auditor, terutama dalam hubungannya dengan
keterjadian dah keberadaan sebuah aset. Pembatasan akses terhadap aset adalah contoh
pengendalian preventif, sementara stoktake secara berkala adalah pengendalian detektif yang
cukup relevan dalam sebuah audit. Keabsahan pengendalian ini bergantung pada pemisahan
antara fungsi penjagaan/pengadaan dengan pencatatan.

38
Pengendalian Dokumentasi
Pengendalian ini membantu memastikan bahwa sistem dibuat sesuai dengan tu|uan awal.
yaitu memberikan pemahaman yang jelas kepada personel organisasi mengenai tugas dan
tanggung jawabnya, serta membuat pencatatan transaksi dengan benar secara sederhana.
Jika sebuah sistem pengendalian mencakup preventif dan detektif. maka pengendalian
detektif akan lebih efektif karena biasanya pengendalian jenis ini dapat diuji kepatuhannya
secara lebih efisien daripada pengendalian preventif. Selain itu pengendalian detektif juga
dilakukan secara berkala dan tidak pada tiap transaksi.

Keterbatasan Pengendalian Internal


Dalam semua hal, tidak ada sistem pengendalian internal yang dapat menjamin administrasi
yang efesien kelengkapan dan keakuratan pencatatan. Setiap sistem pengendalian memiliki
keterbatasan seperti:
1. Pengendalian internal yang bergantung pada pemisahan tugas dapat dihindari
dengan kolusi.
2. Otorisasi dapat diabaikan oleh seseorang yang mempunyai kedudukan tertentu
atau oleh pengelola
3. Personel keliru dalam memahami perintah karena kelalaian, tidak perhatian,
maupun kelelahan.

Berikut ini adalah ciri-ciri sistem pengendalian yang baik:


1. Independen dalam prosedur pemrosesan;

2. Harus ada kolusi untuk melewatinya;

3. Dilakukan oleh personel dcngan senioritas yang memadai;

4. Dilakukan secara tepat waktu.

Prosedur Pengujian Pengendalian


Auditor tidak boleh yakin pada pengendalian Internal hanya berdasarkan evaluasi sistem
pendahuluan. Auditor harus melakukan pengujian kepatuhan untuk mendapatkan keyakinan
yang memadai bahwa sisrem pengendalian yang ada berfungsi baik selama periode tersebut.
Perlu dicatat bahwa yang diuji adalah pengendaliannya, bukan transaksinya. Karena alasan

39
ini. auditor harus mencatat dan memeriksa semua pengecualian yang didapat selama
penguiian pengendalian, tanpa memandang jumlah rupiah yang terlihat. Pengecualian adalah
kejadian di mana prosedur pengendalian belum dilakukan dengan baik, tanpa melihat ada
tidaknya kesalahan secara kuantitatif.
Apabila pengujian pengendalian mengungkapkan bahwa tidak ada pengecualian yang terjadi,
ini berarti ada prosedur pengendalian internal berfungsi secara efektif dalam membatasi
pengujian substantif terhadap informasi yang relevan pada catatan akuntansi organisasi.
Apabila pengujian pengendalian mengungkapkan bahwa ada pengecualian yang terjadi. ini
berarti ada prosedur pengendalian yang tidak dipatuhi dan auditor harus mencari alasannya.
Auditor perlu membuktikan apakah pengecualian tersebut hanya untuk pos tertentu atau
mewakili keseluruhan prosedur pengendalian dan apakah pengecualian tersebut
menyebabkan adanya kesalahan dalam catatan akuntansi. Apabila penjelasan yang didapat
bisa meyakinkan auditor bahwa pengecualian tersebut hanya tertentu saja, maka auditor harus
melakukan pengujian lebih lanjut. Apabila hasilnya mengindikasikan bahwa prosedur
tersebut tidak berjalan dengan baik selama periode berjalan, maka auditor tidak bisa meyakini
prosedur pengendalian yang ada. Dalam kondisi seperti ini, auditor tidak dapat memberi
batasan pada pengujian substantif
Jika auditor memperoleh keyakinan bahwa prosedur pengendalian telah dilakukan dengan
baik, maka auditor harus mendapatkan bukti secara keseluruhan mengena: keefektifan
pengendalian selama periode tersebut. Beberapa alternatif prosedur yang dapat dilakukan
antara lain;
1. Hasil pengujian pengendalian sebelumnya.

2. Berdasarkan pertanyaan yang dibuat, apakah pengendalian tetap sama untuk


waktu yang tersisa sampai berakhirnya periode tertentu
3. Sifat dan ukuran transaksi serta jumlah akun yang terlibat.

4. Pengujian substantif yang akan dilakukan tanpa melihat kecukupan prosedur


pengendalian.
Jika terjadi perubahan sistem pengendalian internal selama masa review, maka auditor harus
mengevaluasi serta menguji pengendalian internal sebelum dan sesudah adanya perubahan.

40
Unsur Struktur Pengendalian Internal
Pengendalian internal memiliki lima unsur pokok sebagai berikut:
1. Lingkungan Pengendalian;

2. Pcnaksiran Risiko;

3. Informasi dan Komunikasi;

4. Aktivitas Pengendalian;

Lingkungan Pengendalian
Lingkungan Pengendalian menggambarkan keseluruhan sikap yayasan yang mempengaruhi
dan tindakan personel mengenai pengendalian dalam suatu entitas anatara lain;

1. Nilai intefritas dan etika;

2. Komitmen terhadap kompetensi;

3. Filosofi dan gaya operasi pengelola;

4. Struktur yayasan

5. Pembagian wewenang dan pembebanan tanggung jawab;

Penaksiran Risiko
Penaksiran risiko untuk tujuan pelaporan keuangan adalah identifikasi, analisis, dan
pengelolaan risiko entitas yang berkaitan dengan penyusunan laporan keuangan sesuai dengan
Prinsip Akuntansi Berterima Unun (PABU). Penaksiran risiko mencakup pertimbangan
khusus risiko yang timbul dari;
1. Perubahan standar akuntansi;
2. Hukum dan peraturan baru;

3. Perubahan yang berkaitan dengan revisi sistem dan teknologi baru yang
digunakan untuk pengolahan informasi;
4. Pertumbuhan entitas yang pesat yang menuntut perubahan fungsi pengolahan
serta pelaporan informasi dan karyawan yang terlibat dalam fungsi tersebut.

41
Informasi dan Komunikasi
Fokus utama kebijakan dan prosedur pengendalian yang berkaitan dengan sistem akuntansi
tertuju pada apakah transaksi telah dilaksanakan dengan cara mencegah salah saji yang
patensial atas asersi manajemen dalam laporan keuangan. Oleh karena itu, sistem akuntansi
yang efektif dapat memberikan keyakinan yang memadai bahwa transaksi yang dicatat atau
terjadi adalah (1) Sah; (2) Telah diotorisasi; (3) Telah dicatat; (4) Telah dinilai secara wajar;
(5) Telah digolongkan seara wajar; (6) Telah dicatat dalam periode yang seharusnya; dan (7)
Telah dimasukkan ke dalam buku pembantu serta telah diringkas dengan benar.
Aktivitas Pengendalian
Aktivitas pengendalian adalah kebijakan dan prosedur yang dirancang untuk memberikan
keyakinan bahwa petunjuk yang dibuat oleh pengelola telah dilaksanakan dengan baik.
Kebijakan dan prosedur ini akan memberikan keyakinan bahwa tindakan yang diperlukan
untuk mengurangi risiko dalam pencapaian tujuan entitas telah dilaksanakan

42

Anda mungkin juga menyukai