Anda di halaman 1dari 10

AAJ 3 (4) (2014)

Accounting Analysis Journal

http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/aaj

PENGARUH KEADILAN, TARIF PAJAK, KETEPATAN


PENGALOKASIAN, KECURANGAN, TEKNOLOGI DAN INFORMASI
PERPAJAKAN TERHADAP TAX EVASION

Theo Kusuma Ardyaksa Kiswanto

Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi, Universitas Negeri Semarang, Indonesia

Info Artikel Abstrak


________________ ___________________________________________________________________
Sejarah Artikel: Pajak merupakan pendapatan tertinggi negara yang berasal dari dalam negeri. Namun pada
Diterima Oktober 2014 kenyataannya ada banyak wajib pajak yang melanggar kewajiban perpajakannya dengan melakukan
Disetujui Oktober 2014 penggelapan pajak. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh keadilan sistem
Dipublikasikan perpajakan, tarif pajak, ketepatan pengalokasian pengeluaran, kemungkinan terdeteksinya
November 2014 kecurangan, teknologi dan informasi perpajakan terhadap tindakan penggelapan pajak. Populasi
________________ dari penelitian ini wajib pajak orang pribadi yang terdaftar di KPP Pratama Pati dan berdomisili di
Keywords: Kabupaten Pati. Teknik pengambilan sampel menggunakan purposive sampling sebanyak 104
justice taxation; tax rate; kuisoner. Pengolahan data menggunakan program SPSS versi 21 dengan analisis statistik deskriptif
fraud; tax evasion. dan regresi linier . Berdasarkan hasil dan simpulan penelitian menunjukkan bahwa ketepatan
____________________ pengalokasian pengeluaran, dan teknologi informasi perpajakan secara parsial berpengaruh negatif
terhadap penggelapan pajak. Keadilan sistem perpajakan, tarif pajak, dan kemungkinan
terdeteksinya kecurangan secara parsial tidak berpengaruh terhadap penggelapan pajak. Secara
keseluruhan kelima variabel berpengaruh secara simultan terhadap penggelapan pajak. Penelitian
selanjutnya diharapkan dapat menggunakan variabel-variabel lain diluar model penelitian ini agar
memperkaya ilmu pengetahuan khususnya di bidang perpajakan.

Abstract
___________________________________________________________________
Tax is the highest income of a country that is derived from domestic revenue. But in fact there are many taxpayers
who violate their tax obligations by doing tax evasion. The aim of this study is to analyze the effect of justice
taxation system, tax rate, accuracy of expenditure allocation, possible detection of fraud, technology and tax
information toward the act of tax evasion. The population of this study is an individual taxpayer who enrolled
in KPP Pratama Pati and domiciled in Pati Regency. Technique used in taking samples in this study is purposive
sampling with 104 questionnaire. The data processing used SPSS version 21 with descriptive analysis and linear
regression. Based on the results and conclusion of this study, it indicates that the accuracy of expenditure
allocation, and tax information technology partially give negative effect on tax evasion. Overall, the five variables
simultaneously influence the tax evasion. Future studies are expected to use other variables outside the model in
order to enrich the study of science, especially in the field of taxation.

© 2014 Universitas Negeri Semarang


Alamat korespondensi: ISSN 2252-6765
Gedung C6 Lantai 2 FE Unnes
Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang, 50229
E-mail: theo.ardyaksa@gmail.com

475
Theo Kusuma Ardyaksa / Accounting Analysis Journal 3 (4) (2014)

PENDAHULUAN harus dibayarkan. Perencanaan pajak terbagi


menjadi dua yaitu penghindaran pajak (Tax
Perekonomian suatu negara khususnya Avoidance) dan Penggelapan Pajak (Tax Evasion).
negara berkembang tidak dapat dilepaskan dari Meskipun memiliki tujuan yang sama yaitu
berbagai kebijakan ekonomi makro yang mengurangi beban pajak yang dibayarkan, akan
dilakukan oleh negara. Suatu negara tetapi kedua hal ini memiliki pebedaan yang
membutuhkan dana untuk membiayai segala sangat mecolok. Menurut Mardiasmo (2009),
kegiatan yang dilakukannya baik pengeluaran penghindaran pajak (Tax Avoidance) adalah suatu
rutin maupun pengeluaran pembangunan dalam usaha meringankan beban pajak dengan tidak
menjalankan roda pemerintahan. Salah satu melanggar undang-undang yang ada.
pemasukan terbesar adalah dari sektor pajak. Kenyataannya sulitnya penerapan Tax Avoidance
Pajak dari waktu ke waktu semakin menjadi membuat para wajib pajak lebih memilih
andalan utama penerimaan pajak di Indonesia. melakukan penggelapan pajak (Tax Evasion).
Sunarto (2003) menyatakan bahwa pajak adalah Menurut Siahaan (2010), penggelapan pajak (tax
kontribusi wajib bagi seseorang untuk evasion) merupakan perbuatan yang melanggar
mengeluarkan biaya bagi kepentingan umum undang-undang pajak, misalnya wajib pajak
tanpa adanya manfaat khusus bagi orang tersebut tidak melaporkan pendapatan yang sebenarnya.
akibat perbuatannya. Hal yang hampir senada Faktor paling utama yang menjadikan
diungkapkan oleh Soemitro (1992) dalam para wajib pajak lebih memilih tindakan
Suminarsasi (2012) yang mengatakan pajak penggelapan pajak (tax evasion) daripada
merupakan iuran wajib bagi seluruh rakyat yang penghindaran pajak (tax avoidance) adalah karena
harus dibayarkan kepada kas negara menurut untuk malakukan penghindaran pajak diperlukan
ketentuan undang-undang yang berlaku sehingga wawasan dan pengetahuan yang luas serta
dapat dipaksakan dan tanpaadanya imbalan jasa berkompeten di bidangnya dimana mereka
(kontraprestasi) secara langsung, yang digunakan mengetahui semua seluk-beluk peraturan
untuk membiayai pengeluaran umum negara. perundang-undangan tentang perpajakan
Pengertian- pengertian definisi pajak dari sehingga dapat menemukan celah yang dapat
beberapa ahli tersebut sangat jelas menunjukkan ditembus untuk mengurangi beban pajak yang
bahwa pajak mempunyai kecenderungan dan dibayarkan tanpa melanggar peraturan yang ada.
karakteristik hubungan yang searah, dimana ada Biasanya hal seperti ini hanya bisa dilakukan oleh
satu pihak yang mempunyai kewajiban untuk para penawar jasa konsultan pajak, sehingga
membayar, namun pihak yang satunya lagi dapat disimpulkan para wajib pajak lebih
(pemerintah) tidak mempunyai kewajiban memilih untuk melakukan penggelapan pajak
apapun untuk memberikan jasa timbal balik karena lebih gampang dilakukan walaupun itu
apapun kepada pembayar. Hal ini akan merupakan tindakan yang melanggar undang-
menyebabkan kecenderungan para pembayar undang.
pajak (wajib pajak) untuk mencari cara supaya Beberapa peneliti terdahulu seperti Andres
dapat mengurangi beban pajak terutang yang (2002), Ayu (2009), Suminarsasi (2012),
akan dibayarkannya kepada negara. Fenomena Permatasari (2013), dan Rahman (2013) telah
ini terjadi disebabkan karena sudut pandang meneliti mengenai faktor-faktor yang
pembayar pajak merasa membayar pajak dapat mempengaruhi penggelapan pajak. Atas dasar
mengurangi laba dan kenikmatan yang ketidak konsistennya hasil temuan beberapa
diperolehnya dari hasil kerja kerasnya, sehingga peneliti, dan beberapa variabel independen yang
dengan adaya hal ini memunculkan ide untuk masih jarang diteliti maka peneliti tertarik untuk
merencakanan pengurangan beban pajak yang melakukan penelitian kembali mengenai
harus dibayarkan. pengaruh keadilan sistem perpajakan, tarif pajak,
Perencanaan Pajak (Tax Planing) bertujuan ketepatan pengalokasian pengeluaran,
untuk mengurangi jumlah beban pajak yang

476
Theo Kusuma Ardyaksa / Accounting Analysis Journal 3 (4) (2014)

kemungkinan terdeteksinya kecurangan, teknologi dan informasi perpajakan.

Gambar 1. Kerangka Pemikiran Teoritis


Pemungutan pajak harus bersifat adil dan H2: Persepsi terhadap tarif pajak berpengaruh
merata, yaitu pajak dikenakan kepada orang positif terhadap tax evasion.
pribadi harus sebanding dengan kemampuan Tidak dapat dipungkiri bahwa pajak
dalam membayar pajak dan sesuai dengan merupakan sumber penerimaan terbesar bagi
manfaat yang diterima. Menurut Permatasari negara. Alokasi pengeluaran pemerintah
(2013) semakin tidak adil sistem perpajakan yang tercermin dalam APBN dan APBD di dalam pos
berlaku menurut persepsi wajib pajak maka belanja. Secara umum pajak seharusnya
kepatuhan akan menurun dan cenderung dimanfaatkan untuk kepentingan umum yang
memicu tindakan penggelapan pajak. Teori dapat dilihat dari semakin banyaknya fasilitas
keadilan Rawls (1971) mengatakan bahwa umum yang tersedia. Menurut Ayu (2009) ketika
pemungutan pajak harus bersifat final, adil dan pengeluaran pemerintah dianggap tidak baik
merata. Adanya pemikiran tentang pentingnya maka kecenderungan melakukan penggelapan
keadilan bagi wajib pajak dalam membayar pajak pajak semakin tinggi. Teori pembelajaran sosial
terhutangnya akan mempengaruhi sikap mereka Bandura (1989) dalam Robbins (2001)
dalam membayar pajak. Berdasarkan uraian menjelaskan perilaku wajib pajak dalam
tersebut dapat dirumuskan hipotesis sebagai memenuhi kewajibannya membayar pajak.
berikut: Wajib pajak akan taat membayar pajak tepat
H1: Persepsi terhadap keadilan sistem waktu jika dalam pengamatan dan
perpajakan berpengaruh negatif terhadap tax pengalamannya hasil dari pajak itu telah
evasion. berkontribusi nyata pada pembangunan umum.
Tarif pajak adalah persentase untuk Maka, ketika pengeluaran pemerintah dianggap
menghitung pajak terutang. Dalam penetapan tidak baik maka kecenderungan melakukan
tarif pajak harus berdasarkan keadilan. Menurut penggelapan pajak semakin tinggi. Berdasarkan
Penelitian Permatasari (2013) jika tarif pajak uraian tersebut dapat dirumuskan hipotesis
tinggi maka penggelapan pajak juga akan tinggi. sebagai berikut:
Jika dihubungkan dengan teori Motivasi H3: Persepsi terhadap ketepatan pengalokasian
(Hilgard dan Atkinson, 1979) maka wajib pajak pengeluaran berpengaruh negatif terhadap tax
akan membuat motivasi penilaiannya sendiri evasion.
terhadap tarif pajak yg berlaku. Jika mereka Pemeriksaan pajak dilaksanakan dalam
merasa tarif pajak yang berlaku terlalu tinggi rangka melaksanakan peraturan perundang-
maka akan berbanding lurus dengan tingkat undangan perpajakan. Persentase kemungkinan
penggelapan pajak. Berdasarkan uraian tersebut suatu pemeriksaan pajak yang dilakukan sesuai
dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut: undang-undang perpajakan dapat mendeteksi

477
Theo Kusuma Ardyaksa / Accounting Analysis Journal 3 (4) (2014)

kecurangan yang dilakukan wajib pajak sehingga untuk melakukan tindakan penggelapan pajak.
berpengaruh pada tax evasion. Sesuai dengan Asumsi ini berdasarkan hasil penelitian dari Ayu
paparan Ayu (2009) semakin ketat pemeriksaan (2009) bahwa keadilan sistem perpajakan,
pajak maka semakin sedikit kemungkinan ketepatan pengalokasian pengeluaran,
kecenderungan wajib pajak melakukan kemungkinan terdeteksinya kecurangan,
kecurangan. Ketika wajib pajak menganggap teknologi dan informasi perpajakan berpengaruh
persentase tingkat terdeteksi kecurangan melalui secara simultan terhadap penggelapan pajak.
pemeriksaan pajak tinggi maka mereka akan Hasil penelitian lain dari Permatasari (2013)
cenderung patuh terhadap peraturan pajak menunjukkan bahwa tarif pajak, teknologi dan
sehingga mereka tidak melakukan tindakan informasi perpajakan, keadilan sistem
penggelapan pajak karena mereka takut terbukti perpajakan, ketepatan pengalokasian
melakukan tindakan kecurangan sehingga dapat pengeluaran berpengaruh secara simultan
terkena sanksi perpajakan yang berupa denda. terhadap tax evasion. Berdasarkan uraian tersebut
Berdasarkan uraian tersebut dapat dirumuskan dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut:
hipotesis sebagai berikut: H6: Persepsi terhadap keadilan sistem
H4: Persepsi terhadap kemungkinan perpajakan, tarif pajak, ketepatan
terdeteksinya kecurangan berpengaruh negatif pengalokasian pengeluaran, kemungkinan
terhadap tax evasion. terdeteksinya kecurangan, teknologi dan
Modernisasi layanan perpajakan yang informasi perpajakan berpengaruh terhadap tax
dilakukan pemerintah saat ini diharapkan dapat evasion.
meningkatkan kualitas layanan, sehingga
diharapkan kepatuhan wajib pajak dalam METODE
membayar pajak terhutangnya meningkat
dikarenakan dipermudahkannya cara Populasi, Sampel, da Teknik Pengambilan
pembayaran dan pelaporan pajak. Menurut Sampel
Permatasari (2013) semakin tinggi teknologi dan Pada penelitian ini populasi yang akan
informasi perpajakan semakin rendah digunakan adalah wajib pajak orang pribadi
penggelapan pajak. Jika dihubungkan dengan (WPOP) yang memiliki usaha dan terdaftar di
teori motivasi Hilgard dan Atkinson (1979) Kantor Pelayanan Pajak Pratama (KPP) Pati.
motivasi wajib pajak dalam membayar pajak KPP Pratama Pati mencakup 2 Kabupaten yaitu
akan meningkat karena semakin membaik dan Kabupaten Pati dan Kabupaten Rembang yang
mudah layanan pembayaran dan pelaporan sampai bulan Februari 2014 tercatat berjumlah
pajak. Sehingga dapat ditarik kesimpulan sebanyak 63.565 dan 32.963. Penelitian ini
semakin tinggi teknologi dan informasi membatasi populasi dengan menggunakan teknik
perpajakan aka mengurangi tingkat penggelapan purosive sampling yaitu dengan dua pertimbangan:
pajak. Berdasarkan uraian tersebut dapat wajib pajak orang pribadi (WPOP) yang memiliki
dirumuskan hipotesis sebagai berikut: usaha, dan wajib pajak orang pribadi (WPOP)
H5: Persepsi terhadap teknologi dan informasi yang berdomisili di Kabupaten Pati. Sampel
perpajakan berpengaruh negatif terhadap tax dihitung menggunakan rumus slovin seperti
evasion. 𝑁
berikut: 𝑛 = 1+𝑁(𝑚𝑜𝑒)2
Keadilan sistem perpajakan, tarif pajak,
Keterangan:
ketepatan pengalokasian pengeluaran,
n = jumlah sampel
kemungkinan terdeteksinya kecurangan,
N = jumlah populasi
teknologi dan informasi perpajakan saling
moe = margin of error maximum, yaitu
berkaitan sebagai indikator untuk mengetahui
tingkat kesalahan maksimum yang
pengaruh terhadap penggelapan pajak (tax
masih dapat ditoleransi (ditentukan oleh
evasion). Variabel-variabel bebas tersebut
peneliti 10%)
berpeluang dapat mempengaruhi wajib pajak

478
Theo Kusuma Ardyaksa / Accounting Analysis Journal 3 (4) (2014)

maka jumlah kelayakan sampel dari penelitian ini perlawanan-perlawanan pajak seperti tax
adalah: 𝑛 =
63.565
= 99,84. planning dan tax evasion. Menurut Ayu (2009)
1+63.565(10%)2
keadilan sistem perpajakan diukur dengan
Berdasarkan jumlah perhitungan di atas,
indikator sebagai berikut: keadilan horizontal
jumlah minimal kelayakan sampel adalah 99,84,
dan keadilan vertikal pemungutan pajak,
maka utuk mempermudahkan perhitungan
keadilan dalam penyusunan undang-undang
jumlah minimal kelayakan sampel akan
pajak, keadilan dalam penerapan ketentuan
ditetapkan sebesar 100 responden. Metode
perpajakan.
analisis yang digunakan adalah regresi berganda
dengan menggunakan SPSS versi 21.
Tarif Pajak (X2)
Ayu (2009) tarif pajak adalah prosentase
Variabel Penelitian
perhitungan yang harus dibayar oleh wajib pajak.
Variabel Dependen
Penentuan mengenai pajak yang terutang sangat
Penggelapan Pajak (tax evasion)
ditentukan oleh tarif pajak dari berbagai jenis
Penggelapan pajak (tax evasion) mengacu
pajak, baik dari pajak pusat maupun pajak
kepada tindakan yang tidak benar yang dilakukan
daerah. Sebenarnya tarif pajak masih tergolong
wajib pajak terhadap kewajibannya dalam
kedalam ketentuan materil di hukum pajak
perpajakan. Mardiasmo (2009)
bersama-sama dengan wajib pajak dan objek
mengidentifikasikan penggelapan pajak sebagai
pajak. Keberadaan tarif pajak digunakan untuk
usaha yang dilakukan oleh wajib pajak untuk
menghitung pajak terhutang. Meskipun tarif
meringankan beban pajak dengan cara melanggar
pajak digunakan untuk mengetahui jumlah pajak
undang-undang. Menurut Rahman (2013)
terhutang, tidak berarti mengesampingkan fungsi
penggelapan pajak diukur dengan indikator
hukum pajak yang berupa keadilan,
sebagai berikut: penerapan tarif pajak dan
kemanfaatan, dan kepastian hukum. Menurut
pentingnya kerja sama yang baik antara fiskus
Permatasari (2013) tarif pajak diukur
dan wajib pajak, penggelapan pajak dianggap
menggunakan indikator sebagai berikut: prinsip
beretika karena pelaksanaan hukum yang
kemampuan dalam membayar pajak, tarif pajak
mengaturnya lemah dan terdapat peluang
yang diberlakukan di Indonesia.
terhadap wajib pajak dalam melakukan
penggelapan pajak (tax evasion), integritas atau
Ketepatan Pengalokasian Pemerintah (X3)
mentalitas aparatur perpajakan/fiskus dan
Ayu (2009) ketepatan pengalokasian
pejabat pemerintah yang buruk serta
merupakan tolok ukur seberapa tepat APBN
pendiskriminasian terhadap pelaksanaan pajak,
dialokasikan dalam pembangunan. Tidak dapat
konsekuensi melakukan penggelapan pajak (tax
dipungkiri bahwa pajak merupakan sumber
evasion).
penerimaan terbesar bagi negara. Alokasi
pengeluaran pemerintah tercermin dalam APBN
Variabel Independen
dan APBD di dalam pos belanja. Secara umum
Keadilan Sistem Perpajakan (X1)
pajak seharusnya dimanfaatkan untuk
Ayu (2009) keadilan sistem perpajakan
kepentingan umum yang dapat dilihat dari
adalah keadilan dalam menerapkan sistem
semakin banyaknya fasilitas umum yang
perpajakan yang ada. Salah satu hal yang harus
tersedia. Menurut Ayu (2009) ketepatan
diperhatikan dalam menerapkan pajakan dalam
pengalokasian pengeluaran diukur menggunakan
suatu negara adalah fakor keadilan. Karena
indikator sebagai berikut: prinsip manfaat dari
secara psikologis masyarakat menganggap bahwa
penggunaan uang yang bersumber dari pajak,
pajak adalah suatu beban bagi mereka. Sehingga
pendistribusian dana yang bersumber dari pajak.
masyarakat memerlukan suatu kepastian bahwa
mereka mendapatkan suatu perlakuan adil dalam
pengenaan dan pemungutan pajak terutang oleh
negara. Hal ini dilakukan agar tidak terjadi

479
Theo Kusuma Ardyaksa / Accounting Analysis Journal 3 (4) (2014)

Kemungkinan Terdeteksinya Kecurangan (X4) ketersediaan teknologi yang berkaitan dengan


Rahman (2013) kemungkinan perpajakan, memadainya teknologi yang
terdeteksinya kecurangan adalah seberapa besar berkaitan dengan pajak, akses informasi
kemungkinan terdeteksi kecurangan jika perpajakan yang mudah, pemanfaatan fasilitas
dilakukan pemeriksaan pajak. Pemeriksaan pajak teknologi dan informasi perpajakan.
dilaksanakan dalam rangka melaksanakan
peraturan perundang-undangan perpajakan. Metode Pengumpulan Data dan Metode
Persentase kemungkinan suatu pemeriksaan Analisis Data
pajak yang dilakukan sesuai undang-undang Metode penelitian menggunakan data
perpajakan dapat mendeteksi kecurangan yang primer sehingga metode pengumpulan data yang
dilakukan wajib pajak sehingga berpengaruh digunakan adalah survei langsung dengan
pada tax evasion. Ketika wajib pajak memberikan kuisoner pada responden wajib
menganggap persentase tingkat terdeteksi pajak orang pribadi yang terdaftar di KPP Pati.
kecurangan melalui pemeriksaan pajak tinggi Pada penelitian ini kuisoner yang berisikan
maka mereka akan cenderung patuh terhadap sejumlah pernyataan yang harus dijawab oleh
peraturan pajak. Menurut Rahman (2013) responden untuk mengukur persepsi responden
kemungkinan terdeteksinya kecurangan diukur terhadap pengaruh keadilan sistem perpajakan,
menggunakan indikator sebagi berikut: tarif pajak, ketepatan pengalokasian pengeluaran,
masyarakat memenuhi kewajibannya atas dasar kemungkinan terdeteksinya kecurangan,
karena takut terhadap hukum, diterapkannya teknologi dan informasi perpajakan terhadap
pemeriksaan pajak untuk mengidentifikasi penggepalan pajak (tax evasion). Metode analisis
adanya kecurangan. data yang digunakan dalam penelitian ini
diantaranya adalah analisis statistik deskriptif, uji
Teknologi dan Informasi Perpajakan (X5) asumsi klasik dan analisis regresi berganda
Ayu (2009) teknlogi dan informasi dengan menggunakan SPSS V.21. Statistik
perpajakan merupakan teknologi dan informasi deskriptif digunakan untuk mengetahui nilai
yang digunakan fiskus dalam membantu proses maksimum, minimum, rata-rata, dan standar
perpajakan. Modernisasi layanan perpajakan deviasi dari masing-masing variabel. Uji asumsi
yang dilakukan pemerintah saat ini diharapkan klasik terdiri dari uji normalitas dan uji
dapat meningkatkan kualitas layanan, sehingga multikolinearitas. Asumsi klasik digunakan
diharapkan kepatuhan wajib pajak dalam untuk mengetahui apakah data yang akan
membayar pajak terhutangnya meningkat digunakan dalam penelitian terbebas dari asumsi
dikarenakan dipermudahkannya cara klasik atau tidak. Analisis regresi berganda
pembayaran dan pelaporan pajak. Menurut Ayu digunakan untuk menguji hubungan variabel
(2009) teknologi dan informasi perpajakan diukur independen terhadap variabel dependen.
menggunakan indikator sebagai berikut:

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Statistik Deskriptif
Tabel 1. Statistik Deskriptif
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std.
Deviation

Keadilan Sistem Perpajakan 104 24,00 55,00 40,9423 7,87873


Tarif Pajak 104 5,00 17,00 10,3750 2,58895

480
Theo Kusuma Ardyaksa / Accounting Analysis Journal 3 (4) (2014)

Ketepatan Pengalokasian 104 4,00 15,00 9,3269 2,81619


Kemungkinan Terdeteksi 104 18,00 27,00 22,5288 1,90021
Teknologi dan Informasi Pajak 104 26,00 49,00 37,7981 4,97641
Penggelapan Pajak 104 25,00 48,00 36,1731 4,92555
Sumber: Data sekunder yang diolah, 2014.
Berdasarkan hasil analisis statistik maksimum sebesar 48, sehingga diperoleh skor
deskriptif dengan jumlah sampel 104 kuisoner, jawaban rata-rata (mean) 36,1731.
dapat diperoleh hasil untuk keadilan sistem Sebelum melakukan pengujian hipotesis
perpajakan (X1), jawaban nilai minimum perlu dilakukan uji prasyarat analisis. Pada uji
responden sebesar 24 dan nilai maksimum normalitas nilai Kolmogorov-Smirnov (K-S)
sebesar 55, sehingga diperoleh skor jawaban rata- sebesar 0,997 dan tidak signifikan pada 0,05
rata (mean) 40,9423. Variabel tarif pajak (X2), maka dapat dikatakan bahwa uji normalitas
jawaban nilai minimum responden sebesar 5 dan terpenuhi. Uji Multikolinieritas menunjukan
nilai maksimum sebesar 17, sehingga diperoleh tidak ada satupun variabel independen yang
skor jawaban rata-rata (mean) 10,3750. Variabel memiliki nilai VIF lebih dari 10. Nilai keadilan
ketepatan pengalokasian pengeluaran (X3), sistem perpajakan (1,027), tarif pajak (1,058),
jawaban nilai minimum responden sebesar 4 dan ketepatan pengalokasian pengeluaran (1,035),
nilai maksimum sebesar 15, sehingga diperoleh kemungkinan terdeteksinya kecurangan 91,013),
skor jawaban rata-rata (mean) 2,81619. Variabel teknologi dan informasi perpajakan (1,052). Hasil
kemungkinan terdeteksinya kecurangan (X4), ini membuktikan bahwa tidak terjadi
jawaban nilai minimum responden sebesar 18 multikolinieritas antar variabel independen
dan nilai maksimum sebesar 27, sehingga dalam model regresi. Pada analisis regresi
diperoleh skor jawaban rata-rata (mean) 22,5288. berganda diperoleh persamaan Y = 37.058 +
Variabel teknologi dan informasi perpajakan 0,172X1 - 0,383X2 - 0,372X3 + 0,552X4 –
(X5), jawaban nilai minimum responden sebesar 0,324X5. Pada pengujian hipotesis dilakukan
26 dan nilai maksimum sebesar 49, sehingga pencarian nilai koefisien determinasi, uji parsial,
diperoleh skor jawaban rata-rata (mean) 37,7981. dan uji simultan. Berikut adalah hasil uji parsial
Variabel penggelapan pajak (Y), jawaban nilai (uji statistik t) dapat dilihat pada tabel 2.
minimum responden sebesar 25 dan nilai

Tabel 2. Uji Parsial


Unstandarized Standardized
Model Coefficients Coefficents t Sig. Ket
B Std. Eror Beta
(Constant) 37.058 6.854 5.407 .000
Keadilan X1 .172 .055 .275 3.136 .002 ditolak
Tarif X2 -.383 .170 -.201 -2.260 .026 ditolak
Ketepatan X3 -.372 .154 -.213 -2.411 .018 diterima
Kecurangan X4 .522 .226 .201 2.309 .023 ditolak
Teknologi X5 -.324 .088 -.327 -3.683 .000 diterima
Sumber: Data primer yang diolah, 2014.
Berdasarkan tabel 2 diketahui bahwa Berlawanan dan tidak sesuai dengan nilai yang
variabel ketepatan pengalokasian pengeluaran diharapkan yaitu negatif. Oleh karena itu
(X1) memberikan nilai koefisien sebesar (0,172) hipotesis pertama yaitu persepsi terhadap
dengan nilai signifikansi sebesar (0,002), keadilan sistem perpajakan berpengaruh negarif
sehingga dari hasil nilai koefisien dapat dilihat terhadap penggelapan pajak ditolak sesuai
bahwa hasil yang di dapat adalah positif. dengan hasil penelitian Ayu (2009) bahwa

481
Theo Kusuma Ardyaksa / Accounting Analysis Journal 3 (4) (2014)

keadilan sistem perpajakan tidak berpengaruh pajak di Indonesia khususnya di Kabupaten Pati
terhadap penggelapan pajak. Adanya keadilan merasa ketepatan pemanfaatan hasil pajak masih
sistem perpajakan malah memicu wajib pajak rendah. Pendapat ini diperkuat dengan dengan
khususnya orang pribadi untuk melakukan hasil analisis deskriptif jawaban responden atas
tindakan penggelapan pajak. Hal ini terjadi pernyataan yang mana mayoritas responden
karena wajib pajak merasa belum adilnya tidak setuju bahwa pengalokasian pengeluaran
pelaksanaan sistem perpajakan di Indonesia. pemerintah yang bersumber dari pajak sudah
Keadilan sistem perpajakan hanya adil dalam digunakan dengan tepat dan benar.
undang-undang tapi tidak dalam pelaksanaanya. Hasil uji hipotesis keempat menunjukkan
Pernyataan ini diperkuat dengan hasil analisis bahwa variabel kemungkinan terdeteksinya
deskriptif jawaban responden yang mana kecurangan memiliki nilai koefisien (0,522)
mayoritas responden tidak setuju bahwa secara dengan nilai signifikansi (0,023), sehingga dari
umum sistem perpajakan di Indonesia sudah adil. hasil nilai koefisien dapat dilihat bahwa hasil
Hasil uji hipotesis kedua menunjukkan yang didapat adalah positif. Berlawanan dan
bahwa variabel tarif pajak memiliki nilai tidak sesuai dengan nilai yang diharapkan. Oleh
koefisien (-0,383) dengan nilai signifikansi karena itu hipotesis keempat yaitu persepsi
sebesar (0,026), sehingga dari hasil nilai koefisien terhadap kemungkian terdeteksinya kecurangan
dapat dilihat bahwa hasil yang di dapat adalah berpengaruh negatif terhadap penggelapan pajak
negatif. Berlawanan dan tidak sesuai dengan nilai ditolak sehingga hasil penelitian ini tidak sesuai
yang diharapkan yaitu positif. Oleh karena itu dengan penelitian Ayu (2009) dan Rahman
hipotesis kedua yaitu persepsi terhadap tarif pajak (2013) bahwa kemungkinan terdeteksinya
berpengaruh positif terhadap penggelapan pajak kecurangan berpengaruh negatif terhadap
ditolak dan tidak sesuai dengan hasil penelitian tindakan penggelapan pajak. Walaupun
Permatasari (2013) bahwa tarif pajak pemeriksaan diperketat, jika masih ada oknum
berpengaruh posif terhadap penggelapan pajak. pajak yang dapat disuap, wajib pajak dapat
Hal ini mengindikasikan bahwa wajib pajak akan dengan mudahnya melakukan penggelapan pajak
tetap melakukan tindakan penggelapan pajak jika dengan mengurangi jumlah beban pajak yang
ada kesempatan walaupun tarif pajak yang dibayarkan dengan bekerja sama dengan pegawai
dikenakan rendah. Pendapat ini diperkuat pajak dengan imbalan tertentu sehingga lolos dari
dengan hasil analisis deskriptif jawaban pemeriksaan pajak dan beban pajaknya
responden atas pernyataan yang mana mayoritas berkurang. Pendapat ini deperkuat dengan hasil
responden tidak setuju bahwa penurunan tarif analisis deskriptif responden atas pernyataan
pajak yang berlaku dapat meningkatkan yang mana mayoritas responden tidak setuju
kemampuan membayar pajak. bahwa setiap wajib pajak mempunyai
Hasil uji hipotesis ketiga menunjukkan kemungkinan yang sama untuk diperiksa oleh
bahwa variabel ketepatan pengalokasian fiskus sehingga mereka akan menyampaikan SPT
pengeluaran memiliki nilai koefisien (-0,372) dengan benar. Dapat disimpulkan bahwa wajib
dengan nilai signifikansi (0,018), sehingga dari pajak akan merasa tidak memiliki kemungkinan
hasil nilai koefisien dapat dilihat bahwa hasil yang sama untuk diperiksa fiskus jika masih ada
yang didapat adalah negatif sesuai dengan nilai petugas pajak yang masih bisa disuap walaupun
yang diharapkan. Oleh karena itu hipotesis ketiga pemeriksaan pajak diperketat.
yaitu persepsi terhadap ketepatan pengalokasian Hasil uji hipotesis kelima menunjukkan
pengeluaran berpengaruh negatif terhadap bahwa variabel teknologi dan informasi
penggelapan pajak diterima sehingga sesuai perpajakan memiliki nilai koefisien (-0,324)
dengan hasil penelitian penelitian Ayu (2009) dan dengan nilai signifikansi (0,000), dari hasil nilai
Permatasari (2013) bahwa ketepatan koefisien dapat dilihat bahwa hasil yang didapat
pengalokasian pengeluaran berpengaruh negaitif adalah negatif sehingga sesuai dengan nilai yang
terhadap tindakan penggelapan pajak. Wajib diharapkan. Oleh karena itu hipotesis kelima

482
Theo Kusuma Ardyaksa / Accounting Analysis Journal 3 (4) (2014)

yaitu persepsi terhadap teknologi dan informasi Koefisien Determinasi


perpajakan berpengaruh negatif terhadap Tabel 4. Koefisien Determinasi
penggelapan pajak diterima dan sesuai dengan Model R Adjusted Std. Error Durbin-
penelitian Permatasari (2013) bahwa teknologi R Square R Square of the Watson
dan informasi perpajakan berpengaruh negatif Estimate
terhadap tindakan penggelapan pajak. Indikasi 1 514a .264 .227 4.331 1.721
nilai negatif pada penelitian yang dilakukan di Sumber: Data primer yang diolah, 2014.
Kabupaten Pati terhadap wajib pajak mengenai Berdasarkan hasil uji koefisien determinasi
teknologi dan informasi perpajakan pada tabel 4.26 dapat diketahui bahwa besarnya
mengidentifikasikan bahwa kesadaran wajib koefisien determinasi Adjusted R Square adalah
pajak di Kabupaten Pati terhadap penggunaan 0,227. Hal ini berarti 22,7% variansi penggepalan
teknologi dan informasi perpajakan masih pajak dapat dijelaskan oleh variabel keadilan
rendah. Hal ini ditandai dengan masih sistem perpajakan, tarif pajak, ketepatan
banyaknya wajib pajak yang menggunakan pengalokasian pengeluaran, kemungkinan
fasilitas-fasilitas perpajakan secara manual, terdeteksinya kecurangan, teknologi dan
jarang membuka website dirjen pajak, dan belum informasi perpajakan. Sedangkan sisanya 77,3%
memaksimalkan kemudahan yang ditawarkan dijelaskan oleh faktor-faktor lain di luar model
oleh ditjen pajak kepada wajib pajak dalam penelitian ini.
memenuhi kewajiban pajaknya. Hal ini diperkuat
dengan hasil analisis deskriptif responden atas SIMPULAN
pernyataan yang mana mayoritas responden
masih jarang menggunakan fasilitas teknologi Simpulan dalam penelitian ini
dan informasi perpajakan seperti e-registration, e- menunjukkan bahwa ketepatan pengalokasian
SPT, e-filling, dan online payment. Hasil untuk uji pengeluaran, teknologi dan informasi perpajakan
simultan dapat dilihat pada tabel 3. berpengaruh negatif terhadap penggelapan pajak.
Tabel 3. Uji Simultan Variabel keadilan sistem perpajakan, tarif pajak,
Model Sum of df Mean F Sig. dan kemungkinan terdeteksinya kecurangan
Squares Square tidak berpengaruh terhadap penggelapan pajak.
Secara simultan kelima variabel ini berpengaruh
Regression
660.522 5 132.104 7.042 .000bterhadap penggelapan pajak. KPP Pratama Pati
1
Residual 1838.362 98 18.759 diharapkan dapat lebih meningkatkan kinerja,
Total 2498.885 103 mutu, kualitas, disiplin, dan integritas yang tinggi
Sumber: Data primer yang diolah, 2014. agar wajib pajak lebih taat membayar pajak dan
Berdasarkan tabel uji simultan di atas tidak melakukan kecurangan. KPP Pratama Pati
dapat diketahui bahwa nilai F hitung sebesar juga diharapkan dapat mengadakan penyuluhan
7,042 dengan probabilitas sebesar 0,000. Hasil dan sosialisasi tentang teknologi dan informasi
nilai probabilitas lebih kecil dari 0,005 maka perpajakan karena masih rendahnya
model regresi dapat digunakan untuk penggunaannya oleh wajib pajak di Kabupaten
memprediksi variabel dependen yaitu Pati. Peneliti selanjutnya diharapkan dapat juga
penggelapan pajak. Berarti dengan kata lain menambah jumlah sampel penelitian serta
variabel independen yaitu keadilan sistem memperluas wilayah sampel penelitian, bukan
perpajakan, tarif pajak, ketepatan pengalokasian hanya di Kabupaten Pati saja tapi di Kabupaten
pengeluaran, kemungkinan terdeteksinya lainnya, sehingga diperoleh hasil penelitian
kecurangan, teknologi dan informasi perpajakan dengan tingkat generalisasi yang tinggi.
secara simultan atau bersama-sama berpengaruh
terhadap variabel dependen yaitu penggelapan
pajak sehingga hipotesis keenam diterima.

483
Theo Kusuma Ardyaksa / Accounting Analysis Journal 3 (4) (2014)

DAFTAR PUSTAKA Wajib Pajak Orang Pribadi di Wilayah KPP


Andres, Luis. 2002. “Determinants of Propensity to Pratama Pekanbaru Senapelan). Jurnal.
Tax Evasion: The Argentinean Case”. Semarang: UNDIP.
University of Chichago. Rahman, Irma Suryani. 2013. Pengaruh Keadilan,
Ayu, Stephana Dyah. 2009. Persepsi Wajib Pajak: Sistem Perpajakan, Diskriminasi, dan
Dampak Pertentangan Diametral pada Tax Kemungkinan Terjadinya Kecurangan
Evasion Wajib Pajak Dalam Aspek Terhadap Persepsi Wajib Pajak mengenai
Kemungkinan Terjadinya Kecurangan, Etika Penggelapan Pajak. Skripsi. Jakarta :
Keadilan, Ketetapan Pengalokasian, Teknologi UIN.
Sistem Perpajakan, dan Kecenderungan Rawls, John.1971. A Theory of Justice, dalam Chapter
Personal (Studi Wajib Pajak Orang Pribadi). II The Principle of Justice. Publisher: the
Jurnal. Semarang : UNIKA. Belknap Press of Harvard University Press
Bandura, A. 1989. Human Agency in Social Cognitive Cambridge, Massachusetts. Tersedia:
Theory. American Psycologist. www.wahyudi.djafar.web.id. Diakses 14
Ghozhali, Imam.2011.Aplikasi Analisis Multivariate Desember 2013.
Dengan Program SPSS (edisi 5). Semarang: Robbins, Stephen P. (2001). Organizational Behavior.
Badan Penerbit Universitas Diponegoro. 9th Ed. Upper Saddle River New Jersey 07458:
Hilgard, Ernest Ropiquet, and Rita L. Atkinson. 1979. Prentice Hall International.
7th Edition. Introduction to Psychology. New Siahaan, Marihot P. 2010. Hukum Pajak Material.
York : Harcourt Brace Jocanovich. Yogyakarta: Penerbit Graha Ilmu.
Mardiasmo. 2009. Perpajakan Edisi Revisi 2009. Suminarsasi, Wahyu. 2011. Pengaruh Keadilan,
Yogyakarta: Penerbit Andi Sistem Perpajakan, dan Diskriminasi Terhadap
Permatasari, Inggrid.2013. Meminimalisasi Tax Persepsi Wajib Pajak mengenai Etika
Evasion Melalui Tarif Pajak, Teknologi dan Penggelapan Pajak (Tax Evasion). Jurnal.
Informasi Perpajakan, Keadilan Sistem Yogyakarta: UGM.
Perpajakan, dan Ketepatan Pengalokasian Sunarto. 2003. Perpajakan 1. Yogyakarta: UD
Pengeluaran Pemerintah (Studi Empiris pada Adpura.

484

Anda mungkin juga menyukai