http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/aaj
Abstract
___________________________________________________________________
Tax is the highest income of a country that is derived from domestic revenue. But in fact there are many taxpayers
who violate their tax obligations by doing tax evasion. The aim of this study is to analyze the effect of justice
taxation system, tax rate, accuracy of expenditure allocation, possible detection of fraud, technology and tax
information toward the act of tax evasion. The population of this study is an individual taxpayer who enrolled
in KPP Pratama Pati and domiciled in Pati Regency. Technique used in taking samples in this study is purposive
sampling with 104 questionnaire. The data processing used SPSS version 21 with descriptive analysis and linear
regression. Based on the results and conclusion of this study, it indicates that the accuracy of expenditure
allocation, and tax information technology partially give negative effect on tax evasion. Overall, the five variables
simultaneously influence the tax evasion. Future studies are expected to use other variables outside the model in
order to enrich the study of science, especially in the field of taxation.
Alamat korespondensi: ISSN 2252-6765
Gedung C6 Lantai 2 FE Unnes
Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang, 50229
E-mail: theo.ardyaksa@gmail.com
475
Theo Kusuma Ardyaksa / Accounting Analysis Journal 3 (4) (2014)
476
Theo Kusuma Ardyaksa / Accounting Analysis Journal 3 (4) (2014)
477
Theo Kusuma Ardyaksa / Accounting Analysis Journal 3 (4) (2014)
kecurangan yang dilakukan wajib pajak sehingga untuk melakukan tindakan penggelapan pajak.
berpengaruh pada tax evasion. Sesuai dengan Asumsi ini berdasarkan hasil penelitian dari Ayu
paparan Ayu (2009) semakin ketat pemeriksaan (2009) bahwa keadilan sistem perpajakan,
pajak maka semakin sedikit kemungkinan ketepatan pengalokasian pengeluaran,
kecenderungan wajib pajak melakukan kemungkinan terdeteksinya kecurangan,
kecurangan. Ketika wajib pajak menganggap teknologi dan informasi perpajakan berpengaruh
persentase tingkat terdeteksi kecurangan melalui secara simultan terhadap penggelapan pajak.
pemeriksaan pajak tinggi maka mereka akan Hasil penelitian lain dari Permatasari (2013)
cenderung patuh terhadap peraturan pajak menunjukkan bahwa tarif pajak, teknologi dan
sehingga mereka tidak melakukan tindakan informasi perpajakan, keadilan sistem
penggelapan pajak karena mereka takut terbukti perpajakan, ketepatan pengalokasian
melakukan tindakan kecurangan sehingga dapat pengeluaran berpengaruh secara simultan
terkena sanksi perpajakan yang berupa denda. terhadap tax evasion. Berdasarkan uraian tersebut
Berdasarkan uraian tersebut dapat dirumuskan dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut:
hipotesis sebagai berikut: H6: Persepsi terhadap keadilan sistem
H4: Persepsi terhadap kemungkinan perpajakan, tarif pajak, ketepatan
terdeteksinya kecurangan berpengaruh negatif pengalokasian pengeluaran, kemungkinan
terhadap tax evasion. terdeteksinya kecurangan, teknologi dan
Modernisasi layanan perpajakan yang informasi perpajakan berpengaruh terhadap tax
dilakukan pemerintah saat ini diharapkan dapat evasion.
meningkatkan kualitas layanan, sehingga
diharapkan kepatuhan wajib pajak dalam METODE
membayar pajak terhutangnya meningkat
dikarenakan dipermudahkannya cara Populasi, Sampel, da Teknik Pengambilan
pembayaran dan pelaporan pajak. Menurut Sampel
Permatasari (2013) semakin tinggi teknologi dan Pada penelitian ini populasi yang akan
informasi perpajakan semakin rendah digunakan adalah wajib pajak orang pribadi
penggelapan pajak. Jika dihubungkan dengan (WPOP) yang memiliki usaha dan terdaftar di
teori motivasi Hilgard dan Atkinson (1979) Kantor Pelayanan Pajak Pratama (KPP) Pati.
motivasi wajib pajak dalam membayar pajak KPP Pratama Pati mencakup 2 Kabupaten yaitu
akan meningkat karena semakin membaik dan Kabupaten Pati dan Kabupaten Rembang yang
mudah layanan pembayaran dan pelaporan sampai bulan Februari 2014 tercatat berjumlah
pajak. Sehingga dapat ditarik kesimpulan sebanyak 63.565 dan 32.963. Penelitian ini
semakin tinggi teknologi dan informasi membatasi populasi dengan menggunakan teknik
perpajakan aka mengurangi tingkat penggelapan purosive sampling yaitu dengan dua pertimbangan:
pajak. Berdasarkan uraian tersebut dapat wajib pajak orang pribadi (WPOP) yang memiliki
dirumuskan hipotesis sebagai berikut: usaha, dan wajib pajak orang pribadi (WPOP)
H5: Persepsi terhadap teknologi dan informasi yang berdomisili di Kabupaten Pati. Sampel
perpajakan berpengaruh negatif terhadap tax dihitung menggunakan rumus slovin seperti
evasion. 𝑁
berikut: 𝑛 = 1+𝑁(𝑚𝑜𝑒)2
Keadilan sistem perpajakan, tarif pajak,
Keterangan:
ketepatan pengalokasian pengeluaran,
n = jumlah sampel
kemungkinan terdeteksinya kecurangan,
N = jumlah populasi
teknologi dan informasi perpajakan saling
moe = margin of error maximum, yaitu
berkaitan sebagai indikator untuk mengetahui
tingkat kesalahan maksimum yang
pengaruh terhadap penggelapan pajak (tax
masih dapat ditoleransi (ditentukan oleh
evasion). Variabel-variabel bebas tersebut
peneliti 10%)
berpeluang dapat mempengaruhi wajib pajak
478
Theo Kusuma Ardyaksa / Accounting Analysis Journal 3 (4) (2014)
maka jumlah kelayakan sampel dari penelitian ini perlawanan-perlawanan pajak seperti tax
adalah: 𝑛 =
63.565
= 99,84. planning dan tax evasion. Menurut Ayu (2009)
1+63.565(10%)2
keadilan sistem perpajakan diukur dengan
Berdasarkan jumlah perhitungan di atas,
indikator sebagai berikut: keadilan horizontal
jumlah minimal kelayakan sampel adalah 99,84,
dan keadilan vertikal pemungutan pajak,
maka utuk mempermudahkan perhitungan
keadilan dalam penyusunan undang-undang
jumlah minimal kelayakan sampel akan
pajak, keadilan dalam penerapan ketentuan
ditetapkan sebesar 100 responden. Metode
perpajakan.
analisis yang digunakan adalah regresi berganda
dengan menggunakan SPSS versi 21.
Tarif Pajak (X2)
Ayu (2009) tarif pajak adalah prosentase
Variabel Penelitian
perhitungan yang harus dibayar oleh wajib pajak.
Variabel Dependen
Penentuan mengenai pajak yang terutang sangat
Penggelapan Pajak (tax evasion)
ditentukan oleh tarif pajak dari berbagai jenis
Penggelapan pajak (tax evasion) mengacu
pajak, baik dari pajak pusat maupun pajak
kepada tindakan yang tidak benar yang dilakukan
daerah. Sebenarnya tarif pajak masih tergolong
wajib pajak terhadap kewajibannya dalam
kedalam ketentuan materil di hukum pajak
perpajakan. Mardiasmo (2009)
bersama-sama dengan wajib pajak dan objek
mengidentifikasikan penggelapan pajak sebagai
pajak. Keberadaan tarif pajak digunakan untuk
usaha yang dilakukan oleh wajib pajak untuk
menghitung pajak terhutang. Meskipun tarif
meringankan beban pajak dengan cara melanggar
pajak digunakan untuk mengetahui jumlah pajak
undang-undang. Menurut Rahman (2013)
terhutang, tidak berarti mengesampingkan fungsi
penggelapan pajak diukur dengan indikator
hukum pajak yang berupa keadilan,
sebagai berikut: penerapan tarif pajak dan
kemanfaatan, dan kepastian hukum. Menurut
pentingnya kerja sama yang baik antara fiskus
Permatasari (2013) tarif pajak diukur
dan wajib pajak, penggelapan pajak dianggap
menggunakan indikator sebagai berikut: prinsip
beretika karena pelaksanaan hukum yang
kemampuan dalam membayar pajak, tarif pajak
mengaturnya lemah dan terdapat peluang
yang diberlakukan di Indonesia.
terhadap wajib pajak dalam melakukan
penggelapan pajak (tax evasion), integritas atau
Ketepatan Pengalokasian Pemerintah (X3)
mentalitas aparatur perpajakan/fiskus dan
Ayu (2009) ketepatan pengalokasian
pejabat pemerintah yang buruk serta
merupakan tolok ukur seberapa tepat APBN
pendiskriminasian terhadap pelaksanaan pajak,
dialokasikan dalam pembangunan. Tidak dapat
konsekuensi melakukan penggelapan pajak (tax
dipungkiri bahwa pajak merupakan sumber
evasion).
penerimaan terbesar bagi negara. Alokasi
pengeluaran pemerintah tercermin dalam APBN
Variabel Independen
dan APBD di dalam pos belanja. Secara umum
Keadilan Sistem Perpajakan (X1)
pajak seharusnya dimanfaatkan untuk
Ayu (2009) keadilan sistem perpajakan
kepentingan umum yang dapat dilihat dari
adalah keadilan dalam menerapkan sistem
semakin banyaknya fasilitas umum yang
perpajakan yang ada. Salah satu hal yang harus
tersedia. Menurut Ayu (2009) ketepatan
diperhatikan dalam menerapkan pajakan dalam
pengalokasian pengeluaran diukur menggunakan
suatu negara adalah fakor keadilan. Karena
indikator sebagai berikut: prinsip manfaat dari
secara psikologis masyarakat menganggap bahwa
penggunaan uang yang bersumber dari pajak,
pajak adalah suatu beban bagi mereka. Sehingga
pendistribusian dana yang bersumber dari pajak.
masyarakat memerlukan suatu kepastian bahwa
mereka mendapatkan suatu perlakuan adil dalam
pengenaan dan pemungutan pajak terutang oleh
negara. Hal ini dilakukan agar tidak terjadi
479
Theo Kusuma Ardyaksa / Accounting Analysis Journal 3 (4) (2014)
Statistik Deskriptif
Tabel 1. Statistik Deskriptif
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std.
Deviation
480
Theo Kusuma Ardyaksa / Accounting Analysis Journal 3 (4) (2014)
481
Theo Kusuma Ardyaksa / Accounting Analysis Journal 3 (4) (2014)
keadilan sistem perpajakan tidak berpengaruh pajak di Indonesia khususnya di Kabupaten Pati
terhadap penggelapan pajak. Adanya keadilan merasa ketepatan pemanfaatan hasil pajak masih
sistem perpajakan malah memicu wajib pajak rendah. Pendapat ini diperkuat dengan dengan
khususnya orang pribadi untuk melakukan hasil analisis deskriptif jawaban responden atas
tindakan penggelapan pajak. Hal ini terjadi pernyataan yang mana mayoritas responden
karena wajib pajak merasa belum adilnya tidak setuju bahwa pengalokasian pengeluaran
pelaksanaan sistem perpajakan di Indonesia. pemerintah yang bersumber dari pajak sudah
Keadilan sistem perpajakan hanya adil dalam digunakan dengan tepat dan benar.
undang-undang tapi tidak dalam pelaksanaanya. Hasil uji hipotesis keempat menunjukkan
Pernyataan ini diperkuat dengan hasil analisis bahwa variabel kemungkinan terdeteksinya
deskriptif jawaban responden yang mana kecurangan memiliki nilai koefisien (0,522)
mayoritas responden tidak setuju bahwa secara dengan nilai signifikansi (0,023), sehingga dari
umum sistem perpajakan di Indonesia sudah adil. hasil nilai koefisien dapat dilihat bahwa hasil
Hasil uji hipotesis kedua menunjukkan yang didapat adalah positif. Berlawanan dan
bahwa variabel tarif pajak memiliki nilai tidak sesuai dengan nilai yang diharapkan. Oleh
koefisien (-0,383) dengan nilai signifikansi karena itu hipotesis keempat yaitu persepsi
sebesar (0,026), sehingga dari hasil nilai koefisien terhadap kemungkian terdeteksinya kecurangan
dapat dilihat bahwa hasil yang di dapat adalah berpengaruh negatif terhadap penggelapan pajak
negatif. Berlawanan dan tidak sesuai dengan nilai ditolak sehingga hasil penelitian ini tidak sesuai
yang diharapkan yaitu positif. Oleh karena itu dengan penelitian Ayu (2009) dan Rahman
hipotesis kedua yaitu persepsi terhadap tarif pajak (2013) bahwa kemungkinan terdeteksinya
berpengaruh positif terhadap penggelapan pajak kecurangan berpengaruh negatif terhadap
ditolak dan tidak sesuai dengan hasil penelitian tindakan penggelapan pajak. Walaupun
Permatasari (2013) bahwa tarif pajak pemeriksaan diperketat, jika masih ada oknum
berpengaruh posif terhadap penggelapan pajak. pajak yang dapat disuap, wajib pajak dapat
Hal ini mengindikasikan bahwa wajib pajak akan dengan mudahnya melakukan penggelapan pajak
tetap melakukan tindakan penggelapan pajak jika dengan mengurangi jumlah beban pajak yang
ada kesempatan walaupun tarif pajak yang dibayarkan dengan bekerja sama dengan pegawai
dikenakan rendah. Pendapat ini diperkuat pajak dengan imbalan tertentu sehingga lolos dari
dengan hasil analisis deskriptif jawaban pemeriksaan pajak dan beban pajaknya
responden atas pernyataan yang mana mayoritas berkurang. Pendapat ini deperkuat dengan hasil
responden tidak setuju bahwa penurunan tarif analisis deskriptif responden atas pernyataan
pajak yang berlaku dapat meningkatkan yang mana mayoritas responden tidak setuju
kemampuan membayar pajak. bahwa setiap wajib pajak mempunyai
Hasil uji hipotesis ketiga menunjukkan kemungkinan yang sama untuk diperiksa oleh
bahwa variabel ketepatan pengalokasian fiskus sehingga mereka akan menyampaikan SPT
pengeluaran memiliki nilai koefisien (-0,372) dengan benar. Dapat disimpulkan bahwa wajib
dengan nilai signifikansi (0,018), sehingga dari pajak akan merasa tidak memiliki kemungkinan
hasil nilai koefisien dapat dilihat bahwa hasil yang sama untuk diperiksa fiskus jika masih ada
yang didapat adalah negatif sesuai dengan nilai petugas pajak yang masih bisa disuap walaupun
yang diharapkan. Oleh karena itu hipotesis ketiga pemeriksaan pajak diperketat.
yaitu persepsi terhadap ketepatan pengalokasian Hasil uji hipotesis kelima menunjukkan
pengeluaran berpengaruh negatif terhadap bahwa variabel teknologi dan informasi
penggelapan pajak diterima sehingga sesuai perpajakan memiliki nilai koefisien (-0,324)
dengan hasil penelitian penelitian Ayu (2009) dan dengan nilai signifikansi (0,000), dari hasil nilai
Permatasari (2013) bahwa ketepatan koefisien dapat dilihat bahwa hasil yang didapat
pengalokasian pengeluaran berpengaruh negaitif adalah negatif sehingga sesuai dengan nilai yang
terhadap tindakan penggelapan pajak. Wajib diharapkan. Oleh karena itu hipotesis kelima
482
Theo Kusuma Ardyaksa / Accounting Analysis Journal 3 (4) (2014)
483
Theo Kusuma Ardyaksa / Accounting Analysis Journal 3 (4) (2014)
484