Anda di halaman 1dari 12

Siklus Keuangan Pemerintah Pusat

Disusun oleh Kelompok 7:

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS UDAYANA

2020
10.1 Proses Penyusunan Rencana dan Anggaran Kementerian Negara/ Lembaga

Penganggaran (budgeting) adalah suatu cara atau metode yang sistematis untuk
mengalokasikan sumber-sumber daya keuangan. Berkaitan dengan organisasi
pemerintahan, penganggaran berarti proses pengalokasian sumber daya keuangan
negara yang terbatas untuk digunakan membiayai pengeluaran oleh unit pemerintahan
yaitu kementerian dan lembaga sebagai pengguna anggaran. Penganggaran
memainkan peran penting di dalam perencanaan, pengendalian, dan pembuatan
keputusan.

Dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2004 tentang


Penyusunan Rencana Kerja Dan Anggaran Kementerian Negara/Lembaga (RKAKL)
adalah dokumen perencanaan dan penganggaran yang berisi program dan kegiatan
suatu Kementerian Negara/Lembaga yang merupakan penjabaran dari Rencana Kerja
Pemerintah (RKP) dan Rencana Kerja Strategis Kementerian Negara/Lembaga
(Renstra K/L) yang bersangkutan dalam satu tahun anggaran untuk menjadi pedoman
pelaksanaan program dan kegiatan

Penganggaran Pemerintah dilakukan melalui tahapan sebagai berikut:

 Tahap Perencanaan

Pada tahapan perencanaan dilakukan beberapa penetapan dan penyusunan


rancangan awal, antara lain:

1. Eksekutif (Presiden) menetapkan arah kebijakan dan prioritas pembangunan nasional


yang kemudian akan menghasilkan konsep kebijakan RAPBN

2. Kementerian Keuangan dengan Kementerian Perencanaan Pembangunan


Nasional/Bappenas menyusun resource envelope (kapasitas fiskal) sebagai bahan
penyusunan pagu indikatif dan konsep kebijakan fiskal.

3. Diterbitkannya surat edaran bersama Menteri Keuangan dengan Menteri Perencanaan


Pembangunan Nasional/Bappenas setelah penyusunan pagu indikatif

4. Pelaksanaan Trilateral Meeting. Trilateral Meeting adalah pertemuan tiga pihak yang
merupakan forum koordinasi yang melibatkan:

a. Kementerian Keuangan yang diwakili oleh Direktorat dibawah lingkup Direktorat


Jenderal Anggaran yang memilki mitra kerja sesuai dengan lingkup tugas dan
fungsinya beserta perwakilan lainnya dari Kementerian Keuangan apabila
dibutuhkan

b. Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas yang diwakili oleh


Pejabat dari Direktorat Sektoral/Regional yang memiliki tugas dan tanggung
jawab sesuai lingkup kewenangannya

c. Kementerian/Lembaga diwakili oleh Pejabat dari Biro Perencanaan/Keuangan


atau Unit Organisasi yang bertanggung jawab dalam perencanaan program dan
anggaran

Pelaksanaan Trilateral Meeting ini bertujuan untuk dapat lebih meningkatkan


kualitas perencanaan penganggaran yang akan dituangkan dalam Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Nasional. Selain itu, tujuan yang hendak dicapai
dengan adanya pelaksanaan Trilateral Meeting ini adalah untuk mempertajam hasil
penelaahan rancangan renstra kementerian/lembaga yang telah dilaksanakan
sebelumnya. Dalam pertemuan ini juga ditekankan pembahasan untuk menjaga
konsistensi kebijakan yang ada dalam dokumen perencanaan RPJMN dan
mengkonfirmasikan rencana pelaksanaan janganka menengah beserta ukuran
kinerjanya dalam rangka pencapaian visi dan misi Presiden beserta Wakil.

 Tahap Penyusunan

Pada tahap kedua ini memuat tentang:

1. Penyusunan KEM, PPKF (Pokok Pokok Kebijakan Fiskal), kebijakan makro dan
RKP (Rencana Kerja Pemerintah) serta pembicaraan pendahuluan oleh
Kementerian Keuangan dan Kementerian Perencanaan Pembangunan
Nasional/Bappenas

2. Penetapan KEM dan PPKF (Pokok Pokok Kebijakan Fiskal) oleh Presiden.

3. Pembicaraan Pendahuluan RAPBN (KEM, PPKF, RKP) antara Kementerian


Keuangan dan Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas oleh
DPR

4. Penyusunan Pagu Anggaran Kementerian/Lembaga oleh Kementerian Keuangan

5. Penyusunan dan Review RKA-K/L oleh APIP K/L

6. Penelaahan RKA-K/L oleh Kemenkeu, Kemen PPN/Bappenas dan K/L


 Tahap Pembahasan

Pada tahap pembahasan, dilakukan pembahasan atas:

1. RAPBN,RUU, APBN, Nota Keuangan, Dokumen Hasil Penelaahan Rencana Kerja


dan Anggaran Kementerian Negara/Lembaga dan Dokumen Hasil Penelaahan
Rencana Dana Pengeluaran Bendahara Umum Negara oleh Kementerian Keuangan

2. Persetujuan DPR dan Presiden atas Pembahasan RAPBN,RUU, APBN, Nota


Keuangan, Dokumen Hasil Penelaahan Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian
Negara/Lembaga dan Dokumen Hasil Penelaahan Rencana Dana Pengeluaran
Bendahara Umum Negara

3. Pengesahan UU APBN oleh Kementerian Keuangan

 Tahap Penetapan

Tahap Penetapan adalah tahapan terakhir yang pada tahapan ini dilakukan:

1. Penetapan Alokasi Anggaran Kementerian/Lembaga oleh Kementerian Keuangan dan


Presiden

2. Penyesuaian RKA-K/L, Review RKA-K/L oleh APIP K/L (Aparat Pengawasan Intern
Pemerintah Kementerian Negara/Lembaga)

3. Penyusunan Keppres RABPP oleh Kementerian Keuangan

4. Penetapan Keppres RABPP dan DHP RDN BUN (Dokumen Hasil Penelaahan
Rencana Dana Pengeluaran Bendahara Umum Negara) oleh DPR dan Presiden

5. Penyusunan dan pengesahan DIPA oleh Kementerian Keuangan dan Presiden

10.2 Siklus Pengelolaan Keuangan Negara (APBN)

Pengelolaan keuangan negara mengikuti ketentuan dalam paket undang-undang


di bidang Keuangan Negara. Siklus pengelolaan keuangan negara tidak terlepas
dengan fungsi-fungsi manajemen yang dikenal selama ini. Dalam pengelolaan
keuangan negara, fungsi manajemen tersebut diwujudkan dalam siklus pengelolaan
keuangan negara yang terdiri dari: perencanaan, penganggaran, pelaksanaan
anggaran/perbendaharaan, akuntansi, pemeriksaan dan pertanggungjawaban.

A. PERENCANAAN
Untuk menjamin agar kegiatan pembangunan berjalan efektif, efisien, dan
bersasaran maka diperlukan Perencanaan Pembangunan Nasional serta keseragaman
peraturan yang berlaku guna tercapainya tujuan bernegara dan menghindarkan dari
ketimpangan antar wilayah. Ketentuan mengenai sistem Perencanaan Pembangunan
Nasional, yang mencakup penyelenggaraan perencanaan makro atau perencanaan
yang berada pada tataran kebijakan nasional atas semua fungsi pemerintahan dan
meliputi semua bidang kehidupan secara terpadu dalam Wilayah Negara Republik
Indonesia diatur dalam UU No. 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan
Pembangunan Nasional.
Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional adalah satu kesatuan tata cara
perencanaan pembangunan untuk menghasilkan rencana pembangunan dalam jangka
panjang, jangka menengah, dan tahunan yang dilaksanakan oleh unsur penyelenggara
pemerintahan di pusat dan Daerah dengan melibatkan masyarakat, yang mana antara
lain bertujuan untuk: mendukung koordinasi antarpelaku pembangunan; menjamin
terciptanya integrasi, sinkronisasi, dan sinergi baik antar Daerah, antar ruang, antar
waktu, antar fungsi pemerintah maupun antara Pusat dan Daerah; Menjamin
keterkaitan dan konsistensi antara perencanaan, penganggaran, pelaksanaan, dan
pengawasan; Mengoptimalkan partisipasi masyarakat; dan Menjamin tercapainya
penggunaan sumber daya secara efisien, efektif, berkeadilan, dan berkelanjutan.
Berkaitan dengan hal tersebut, dalam UU No. 25 Tahun 2004 didefenisikan
bahwa Perencanaan adalah suatu proses untuk menentukan tindakan masa depan yang
tepat, melalui urutan pilihan, dengan memperhitungkan sumber daya yang tersedia.
Setidaknya terdapat dua arahan yang tercakup dalam sistem perencanaan
pembangunan nasional, yaitu:
Arahan dan bimbingan bagi seluruh elemen bangsa untuk mencapai tujuan
bernegara seperti tercantum dalam Pembukaan UUD 1945. Arahan ini dituangkan
dalam rencana pembangunan nasional sebagai penjabaran langkah-langkah untuk
mencapai masyarakat yang terlindungi, sejahtera, cerdas dan berkeadilan dan
dituangkan dalam bidang-bidang kehidupan bangsa: politik, sosial, ekonomi, budaya,
serta pertahanan dan keamanan. Yang kedua yaitu arahan bagi pemerintah dalam
menjalankan fungsinya untuk mencapai tujuan pembangunan nasional baik melalui
intervensi langsung maupun melalui pengaturan masyarakat/pasar, yang mana
mencakup landasan hukum di bidang perencanaan pembangunan baik pada
Pemerintah Pusat maupun Pemerintah Daerah.
Selain dua arahan yang tercakup dalam sistem perencanaan pembangunan
nasional diatas, pada pasal 8 UU No. 25 Tahun 2004 juga dijelaskan empat tahapan
perencanaan pembangunan, yaitu terdiri dari:
1. Penyusunan rencana
Tahap penyusunan rencana dilaksanakan untuk menghasilkan rancangan lengkap dari
suatu rencana yang siap untuk ditetapkan, yang terdiri dari 4 (empat) langkah, yaitu:
a. Penyiapan rancangan rencana pembangunan yang bersifat teknokratik, menyeluruh,
dan terukur.
b. Masing-masing instansi pemerintah menyiapkan rancangan rencana kerja dengan
berpedoman pada rancangan rencana pembangunan yang telah disiapkan.
c. Melibatkan masyarakat (stakeholders) dan menyelaraskan rencana pembangunan
yang dihasilkan masing-masing jenjang pemerintahan melalui musyawarah
perencanaan pembangunan.
d. penyusunan rancangan akhir rencana pembangunan.
2. Penetapan rencana
Menurut Undang-Undang ini, rencana pembangunan jangka panjang Nasional/Daerah
ditetapkan sebagai Undang-Undang/Peraturan Daerah, sedangkan rencana
pembangunan jangka menengah Nasional/Daerah dan rencana pembangunan tahunan
Nasional/ Daerah ditetapkan sebagai Peraturan Presiden/Kepala Daerah.
3. Pengendalian pelaksanaan rencana
Pengendalian pelaksanaan rencana pembangunan dimaksudkan untuk menjamin
tercapainya tujuan dan sasaran pembangunan yang tertuang dalam rencana melalui
kegiatan-kegiatan koreksi dan penyesuaian selama pelaksanaan rencana.
4. Evaluasi pelaksanaan rencana
Evaluasi pelaksanaan rencana adalah mengumpulkan dan menganalisis data dan
inforrnasi untuk menilai pencapaian sasaran, tujuan dan kinerja pembangunan.
Evaluasi ini dilaksanakan berdasarkan indikator dan sasaran kinerja yang tercantum
dalam dokumen rencana pembangunan. Indikator dan sasaran kinerja mencakup
masukan (input), keluaran (output), hasil (result), manfaat (benefit) dan dampak
(impact). Dalam rangka perencanaan pembangunan, pemerintah, baik Pusat maupun
daerah, berkewajiban untuk melaksanakan evaluasi kinerja pembangunan yang
merupakan dan atau terkait dengan fungsi dan tanggungjawabnya.
Perencanaan pembangunan Nasional dan Daerah diatas harus dilakukan secara
terpadu, dengan memperhitungkan kebutuhan rakyat dan memanfaatkan ketersediaan
sumber daya, informasi, ilmu pengetahuan dan teknologi, serta perkembangan dunia
global, yang semata-mata ditujukan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat.

B. PENGANGGARAN
Penganggaran merupakan suatu proses yang tidak terpisahkan dalam
perencanaan. Penganggaran dalam sistem pengelolaan keuangan negara tergambarkan
pada penyusunan APBN dan APBD. Anggaran adalah alat akuntabilitas,
pengendalian manajemen dan kebijakan ekonomi. Sebagai instrumen kebijakan
ekonomi, anggaran berfungsi untuk mewujudkan pertumbuhan dan stabilitas
perekonomian serta pemerataan pendapatan dalam rangka mencapai tujuan bernegara.
Tahap perencanaan pada pemerintah pusat dikoordinir oleh Bappenas sedangkan
pada pemerintah daerah dikoordinir oleh satuan kerja perencanaan daerah. Tahap
penganggaran dipimpin oleh Kementerian Keuangan pada Pemerintah Pusat,
sedangkan pada pemerintah daerah dikelola oleh Tim Anggaran Pemerintah Daerah
(TAPD). Setiap tahun, penyusunan APBN/APBD dimulai dari penyusunan RKP
dengan menyiapkan rancangan kebijakan umum, program indikatif, dan pagu
indikatif. Rancangan RKP/RKPD ini selanjutnya disampaikan ke DPR/DPRD untuk
dibahas dalam pembicaraan pendahuluan. Setelah disepakati bersama dengan
DPR/DPRD, maka kebijakan umum anggaran, program prioritas dan plafon anggaran
sementara, akan menjadi dasar bagi Kementrian/Lembaga/SKPD untuk menyusun
Rencana Kerja dan Anggaran (RKA). RKA ini selanjutnya digunakan untuk
menyusun Rancangan APBN/RAPB yang wajib disampaikan ke DPR/DPRD untuk
dibahas dan diperbaiki sebelum disetujui untuk ditetapkan menjadi APBN/APBD.
DPR/DPRD dapat mengajukan usul yang mengakibatkan perubahan jumlah
penerimaan dan pengeluaran dalam Rancangan APBN/APBD. Proses pengesahan
Rancangan APBN dilakukan setelah ada persetujuan oleh DPR, sedangkan pada
pengesahan Rancangan APBD ada tambahan proses evaluasi. Evaluasi atas RAPBD
yang telah disetujui oleh DPRD dilakukan oleh gubernur untuk RAPBD
kabupaten/kota dan Mendagri untuk RAPBD provinsi. Proses evaluasi tersebut
bertujuan untuk melindungi kepentingan umum, menyelaraskan dan menyesuaikan
dengan peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi dan/atau peraturan daerah
lainnya.
10.3 Laporan Keuangan Pemerintah Pusat

Laporan Keuangan Pemerintah Pusat (LKPP) adalah laporan


pertanggungjawaban pelaksanaan Anggaran dan Pendapatan Belanja Nasional
(APBN) yang terdiri dari Laporan realisasi anggaran, Neraca, Laporan arus
kas dan Catatan atas laporan keuangan yang disusun sesuai dengan Standar Akuntansi
Pemerintah. LKPP Merupakan konsolidasi laporan keuangan Kementerian
Negara/Lembaga yang disusun dengan berdasarkan praktik terbaik internasional (best
practice) dalam pengelolaan keuangan Negara. LKPP diterbitkan setiap tahun, dan
pertama kali diterbitkan pada tahun 2004 sejak Indonesia merdeka sebagai bentuk
pertanggungjawaban keuangan pemerintah. LKPP disusun oleh Direktorat Akuntansi
dan Pelaporan Keuangan, Direktorat Jenderal Perbendaharaan, Kementerian
Keuangan Indonesia.

KOMPONEN LKPP

Ini laporan keuangan pemerintah pusat disusun berdasarkan penerapan akuntansi


basis kas menujua krual.Pada tahun 2015 penerapan basis akrual akan diberlakukan
di Indonesia sehingga laporan keuangan yang diberi opini
oleh BadanPemeriksaKeuangan adalah yang berbasis akrual.

Komponen laporan keuangan pemerintah berbasis akrual terdiri dari:

- Laporan Pelaksanaan Anggaran, yang terdiri dari Laporan Realisasi


Anggaran dan Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih
- Laporan Finansial, yang terdiri dari Neraca, Laporan Operasional, Laporan
Perubahan Ekuitas, dan Laporan Arus Kas. Adapun Laporan Operasional (LO)
disusun untuk melengkapi pelaporan dan siklus akuntansi berbasis akrual sehingga
penyusunan LO, Laporan Perubahan Ekuitas dan Neraca mempunyai keterkaitan
yang dapat dipertanggung jawabkan.

Catatan Atas Laporan Keuangan

1. Laporan Realisasi Anggaran


Laporan Realisasi Anggaran (LRA) merupakan salah satu komponen laporan
keuangan pemerintah yang menyajikan ikhtisar sumber, alokasi dan pemakaian
sumber daya keuangan yang dikelola oleh pemerintah pusat/daerah, yang
menggambarkan perbandingan antar aanggaran dan realisasinya dalam suatu
periode tertentu.
2. Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih
Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih (SAL) menyajikan informasi kenaikan
atau penurunan SAL tahun pelaporan dibandingkan dengan tahun sebelumnya
dan hanya disajikan oleh Bendahara Umum Negara dan entitas pelaporan yang
menyusun laporan keuangan konsolidasi.
3. Neraca
Neraca merupakan laporan keuangan yang menggambarkan posisi keuangan
suatu entitas pelaporan mengenai aset, kewajiban, dan ekuitas pada tanggal
tertentu.
4. Laporan Operasional
LaporanOperasional (LO) disusun untuk melengkapi pelaporan dari siklus
akuntansi berbasis akrual (full accrual accounting cycle) sehingga penyusunan
Laporan Operasional, Laporan Perubahan Ekuitas, dan Neraca mempunyai
keterkaitan yang dapat dipertanggungjawabkan. LO menyediakan informasi
mengenai seluruh kegiatan operasional keuangan entitas pelaporan yang
tercerminkan dalam pendapatan-LO, beban, dan surplus/defisit operasional dari
suatu entitas pelaporan yang penyajiannya disandingkan dengan periode
sebelumnya.
5. Laporan Arus Kas
Laporan Arus Kas (LAK) adalah bagian dari laporan finansial yang menyajikan
informasi penerimaan dan pengeluaran kas selama periode tertentu yang
diklasifikasikan berdasarkan aktivitas operasi, investasi, pendanaan, dan
transitoris. Tujuan LAK untuk memberikan informasi mengenai sumber,
penggunaan, perubahan kas dan setara kas selama suatu periode akuntansi serta
saldo kas dan setara kas pada tanggal pelaporan.LAK wajib disusun dan disajikan
hanya oleh unit organisasi yang mempunyai fungsi perbendaharaan umum.
6. Laporan Perubahan Ekuitas
Laporan Perubahan Ekuitas (LPE) menyajikan informasi kenaikan atau
penurunan ekuitas tahun pelaporan dibandingkan dengan tahun sebelumnya.LPE
menyediakan informasi mengenai perubahan posisi keuangan entitas pelaporan,
apakah mengalami kenaikan atau penurunan sebagai akibat kegiatan yang
dilakukan selama periode pelaporan.
7. Catatan Atas Laporan Keuangan
Catatan atas Laporan Keuangan (CaLK) merupakan bagian yang tak terpisahkan
dari Laporan Keuangan dan oleh karenanya setiap entitas pelaporan diharuskan
untuk menyajikan Catatan atas Laporan Keuangan. CaLK meliputi penjelasan
atau daftar terinci atau analisis atas nilai suatu pos yang disajikan dalam Laporan
Realisasi Anggaran, Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih, Neraca, Laporan
Operasional, Laporan Arus Kas, dan Laporan Perubahan Ekuitas. Termasuk pula
dalam Catatan atas Laporan Keuangan adalah penyajian informasi yang
diharuskan dan dianjurkan oleh Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan serta
pengungkapan-pengungkapan lainnya yang diperlukan untuk penyajian yang
wajar atas laporan keuangan, seperti kewajiban kontinjensi dan komitmen
komitmen lainnya.CaLK bertujuan untuk meningkatkan transparansi laporan
keuangan dan penyediaan pemahaman yang lebih baik atas informasi keuangan
pemerintah.

Kasus Penyimpangan Pengelolaan Keuangan Negara (APBN atau APBD) dalam lima
tahun terakhir
Kronologis kasus "Kasus Korupsi Tambang Sultra, Nur Alam Akui Terima Rp40 M"
Terdakwa Gubernur Sulawesi Tenggara (Sultra) nonaktif Nur Alam mengakui
menerima uang setara Rp40.268.792.850 dari pengusaha pertambangan asal Tiongkok, Mr
Chen. Pengakuan tersebut disampaikan Nur Alam saat menjalani pemeriksaan sebagai
terdakwa di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi (Tipikor) Jakarta, kemarin. Perkara Nur Alam
terbagi dua bagian.

Pertama, Nur Alam selaku gubernur Sultra periode 2008- 2013 dan periode 2013-
2018 secara melawan hukum memberikan Persetujuan Pencadangan Wilayah Pertambangan,
Persetujuan Izin Usaha Pertambangan (IUP) Eksplorasi, dan Persetujuan Peningkatan IUP
Eksplorasi menjadi IUP Operasi Produksi kepada PT Anugerah Harisma Barakah (AHB).
Dari korupsi ini akibatnya merugikan keuangan negara atau perekonomian negara sebesar
Rp4.325.130.590.137 atau setidak-tidaknya sebesar Rp1.596.385.454.137. Nur Alam
menguntungkan diri sendiri sebesar Rp2,781 miliar.

Kedua, Nur Alam selaku gubernur Sultra dua periode menerima gratifikasi sebesar
USD4.499.900 atau setara saat itu Rp40.268.792.850. Penerimaan gratifikasi berasal dari
Richorp International Ltd yang ditransfer dengan rekening Chinatrust Commercial Bank.
Adapun, hasil penjualan nikel oleh PT AHB dijual pada Richcorp International. Menurut
jaksa, karena bukan dari sumber yang sah, maka uang tersebut harus dianggap sebagai suap.

Analisis Kasus:

Nur Alam dinilai terbukti melanggar Pasal 3 jo Pasal 18 dan Pasal 12 B Undang-
Undang Nomor 31 Tahun 1999 sebagaimana diubah dalam UU Nomor 20 Tahun 2001
tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi jo Pasal 55 ayat 1 ke-1 jo Pasal 64 ayat 1
KUHP.
Bahwa tindak pidana korupsi yang selama ini terjadi, tidak hanya merugikan keuangan
negara, tetapi juga merupakan pelanggaran terhadap hak-hak sosial dan ekonomi masyarakat
secara luas, sehingga tindak pidana korupsi perlu digolongkan sebagai kejahatan yang
pemberantasannya harus dilakukan secara luar biasa. Selain itu, untuk lebih menjamin
kepastian hukum, menghindari keragaman penafsiran hukum dan memberikan perlindungan
terhadap hak-hak sosial dan ekonomi masyarakat, serta perlakuan secara adil dalam
memberantas tindak pidana korupsi, perlu diadakan perubahan atas Undang-undang Nomor
31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.

Dasar Hukum :

1. Pasal 5 ayat (1) dan Pasal 20 ayat (2) dan ayat (4) Undang-Undang Dasar 1945;
2. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana;
3. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bebas
dari Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme;
4. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana
Korupsi.

Pihak penerima suap disangkakan melanggar pasal 12 UU No. 31 Tahun 1999:

Setiap orang yang melakukan tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 419.
Pasal 420, Pasal 423, Pasal 425, atau Pasal 435 Kitab Undang-undang Hukum Pidana
dipidana (3) dengan pidana penjara seumur hidup atau pidana penjara paling singkat 4
(empat) tahun dan paling lama 20 (dua puluh) tahun dan denda paling sedikit Rp
200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah) dan paling banyak Rp 1.000.000.000,00 (satu miliar
rupiah).
DAFTAR PUSTAKA

https://www.academia.edu/23307671/PROSEDUR_DAN_TATA_CARA (Diakses pada


tanggal 16 Oktober 2020)

https://andichairilfurqan.wordpress.com/tag/siklus-pengelolaan-keuangan-negara/ (Diakses
pada tanggal 16 Oktober 2020)

https://www.academia.edu/12173167/LAPORAN_KEUANGAN_PEMERINTAH (Diakses
pada tanggal 16 Oktober 2020)

https://nasional.kompas.com/read/2018/03/28/23102391/gubernur-sultra-nur-alam-divonis-
12-tahun-penjara (Diakses pada tanggal 16 Oktober 2020)

Anda mungkin juga menyukai