Anda di halaman 1dari 15

AKUNTANSI PEMERINTAHAN

SIKLUS APBN DAN APBD

KELOMPOK 2
ERHA TAUFAN RSA 16312058
ZAHRA MONICA D 16312060
MURNIATI RAMADHANI 16312094

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
2018/2019
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Untuk mengatur kegiatan perekonomian nasional, suatu negara harus membuat
anggaran pendapatan dan belanja, begitu pula dengan Indonesia. Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara (APBN) dan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) merupakan
alat utama pemerintah untuk mensejahterakan rakyatnya dan sekaligus sebagai alat
pemerintah untuk mengelola perekonomian negara. Sebagai alat pemerintah, APBN dan
APBD bukan hanya menyangkut keputusan ekonomi,namun juga menyangkut keputusan
politik. Dalam konteks ini, DPR/DPRD dengan hak legislasi, penganggaran, dan
pengawasan yang dimilikinya perlu lebih berperan dalam mengawal APBN dan APBD
sehingga APBN dan APBD benar-benar dapat secara efektif menjadi instrumen untuk
mensejahterakan rakyat dan mengelola perekonomian negara dengan baik.
Dalam rangka mewujudkan kesejahteraan nasional dalam penyelenggaraan
pemerintahan negara, maka pemerintah berusaha untuk menyajikan APBN dan APBD untuk
berlangsungnya sebuah kegiatan pemerintahan, maka hal tersebut kemudian mendapatkan
landasan hukum yang kuat dengan telah disahkannya UU No. 17 Tahun 2003 tentang
Keuangan Negara, UU No. 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara, dan UU No. 15
Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaskud dengan APBN dan APBD
2. Apa fungsi dan tujuan APBN dan APBD
3. Apa yang dimaksud dengan siklus APBN dan APBD
4. Sebutkan masalah yang terjadi pada penyusunan APBN/APBD beserta solusinya
C. TUJUAN
1. Memahami konsep APBN dan APBD
2. Mengetahui fungsi dan tujuan APBN dan APBD
3. Memahami konsep siklus APBN dan APBD
BAB II
PEMBAHASAN

1. Pengertian APBN dan APBD

APBN merupakan instrumen untuk mengatur pengeluaran dan pendapatan negara


dalam rangka membiayai pelaksanaan kegiatan pemerintahan dan pembangunan,
mencapai pertumbuhan ekonomi, meningkatkan pendapatan nasional, mencapai stabitas
perekonomian, dan menentukan arah serta prioritas pembangunan secara umum.
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) adalah suatu daftar yang secara
sistematis membuat sumber-sumber penerimaan daerah dan alokasi pengeluaran daerah
dalam jangka waktu tertentu (biasanya satu tahun). Periode APBD sama dengan APBN,
yaitu dari 1 Januari sampai dengan 31 Desember.

2. Fungsi dan Tujuan APBN dan APBD

Fungsi APBN dan APBD

APBN dan APBD merupakan instrumen untuk mengatur pengeluaran dan


pendapatan negara dalam rangka membiayai pelaksanaan kegiatan pemerintahan dan
pembangunan, mencapai pertumbuhan ekonomi, meningkatkan pendapatan nasional,
mencapai stabilitas perekonomian, dan menentukan arah serta prioritas pembangunan
secara umum.

 Fungsi otorisasi, mengandung arti bahwa anggaran negara menjadi dasar untuk
melaksanakan pendapatan dan belanja pada tahun yang bersangkutan, Dengan
demikian, pembelanjaan atau pendapatan dapat dipertanggungjawabkan
kepada rakyat.
 Fungsi perencanaan, mengandung arti bahwa anggaran negara dapat menjadi
pedoman bagi negara untuk merencanakan kegiatan pada tahun tersebut. Bila suatu
pembelanjaan telah direncanakan sebelumnya, maka negara dapat membuat rencana-
rencana untuk medukung pembelanjaan tersebut. Misalnya, telah direncanakan dan
dianggarkan akan membangun proyek pembangunan jalan dengan nilai sekian miliar.
Maka, pemerintah dapat mengambil tindakan untuk mempersiapkan proyek tersebut
agar bisa berjalan dengan lancar.
 Fungsi pengawasan, berarti anggaran negara harus menjadi pedoman untuk menilai
apakah kegiatan penyelenggaraan pemerintahan negara sesuai dengan ketentuan yang
telah ditetapkan. Dengan demikian akan mudah bagi rakyat untuk menilai apakah
tindakan pemerintah menggunakan uang negara untuk keperluan tertentu itu
dibenarkan atau tidak.
 Fungsi alokasi, berarti bahwa anggaran negara harus diarahkan untuk mengurangi
pengangguran dan pemborosan sumber daya serta meningkatkan efesiensi dan
efektivitas perekonomian.
 Fungsi distribusi, berarti bahwa kebijakan anggaran negara harus memperhatikan
rasa keadilan dan kepatutan
 Fungsi stabilisasi, memiliki makna bahwa anggaran pemerintah menjadi alat untuk
memelihara dan mengupayakan keseimbangan fundamental perekonomian.

Tujuan APBN dan APBD


APBN dan APBD disusun dengan tujuan sebagai pedoman pendapatan dan belanja
dalam melaksanakan kegiatan negara. Dengan APBN dan APBD pemerintah, baik pusat
maupun daerah sudah mempunyai gambaran yang jelas mengenai apa saja yang akan
diterima sebagai pendapatan dan pengeluaran apa saja yang akan dilakukan selama satu
tahun. Dengan adanya APBN dan APBD diharapkan kesalahan, pemborosan, dan
penyelewengan yang merugikan dapat dihindari. APBN dan APBD disusun untuk
dilaksanakan sesuai aturan, sehingga dapat meningkatkan pertumnuhan ekonomi,
kesempatan kerja, dan kemakmuran bangsa.

3. SIKLUS APBN DAN APBD

SIKLUS APBN

Siklus Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) adalah rangkaian


kegiatan dalam proses penganggaran yang dimulai pada saat anggaran negara mulai
disusun sampai dengan perhitungan anggaran disahkan dengan undang-undang. Ada 5
tahapan pokok dalam satu siklus APBN di Indonesia. Dari kelima tahapan itu, tahapan ke-
2 (kedua) dan ke-5 (kelima) dilaksanakan bukan oleh pemerintah, yaitu masing-masing
tahap kedua penetapan/persetujuan APBN dilaksanakan oleh DPR (lembaga legislatif),
dan tahap kelima pemeriksaan dan pertanggungjawaban dilaksanakan oleh BPK.
Sedangkan tahapan lainnya dilaksanakan oleh pemerintah. Tahapan kegiatan dalam siklus
APBN adalah sebagai berikut:

1. Perencanaan dan penganggaran APBN

Tahapan ini dilakukan pada tahun sebelum anggaran tersebut dilaksanakan


(APBN t-1) misal untuk APBN 2019 dilakukan pada tahun 2018 yang meliputi dua
kegiatan yaitu, perencanaan dan penganggaran.

Tahap perencanaan dimulai dari:

 Penyusunan arah kebijakan dan prioritas pembangunan nasional


 Kementerian Negara/Lembaga (K/L) melakukan evaluasi pelaksanaan program
dan kegiatan pada tahun berjalan, menyusun rencana inisiatif baru dan indikasi
kebutuhan anggaran;
 Kementerian Perencanaan dan Kementerian Keuangan mengevaluasi
pelaksanaan program dan kegiatan yang sedang berjalan dan mengkaji usulan
inisiatif baru berdasarkan prioritas pembangunan serta analisa pemenuhan
kelayakan dan efisiensi indikasi kebutuhan dananya;
 Pagu indikatif dan rancangan awal Rencana Kerja Pemerintah ditetapkan;
 K/L menyusun rencana kerja (Renja);
 Pertemuan tiga pihak (trilateral meeting) dilaksanakan antara K/L, Kementerian
Perencanaan, dan Kementerian Keuangan;
 Rancangan awal RKP disempurnakan;
 RKP dibahas dalam pembicaraan pendahuluan antara Pemerintah dengan DPR.
RKP ditetapkan.

Tahap penganggaran dimulai dari:


 Penyusunan kapasitas fiskal yang menjadi bahan penetapan pagu indikatif;
 Penetapan pagu indikatif (3) penetapan pagu anggaran K/L;
 Penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran K/L (RKA-K/L);
 Penelaahan RKA-K/L sebagai bahan penyusunan nota keuangan dan rancangan
undang-undang tentang APBN;
 Penyampaian Nota Keuangan, Rancangan APBN, dan Rancangan UU tentang
APBN kepada DPR.
2. Penetapan/Persetujuan APBN

Kegiatan penetapan/persetujuan ini dilakukan pada APBN t-1, sekitar bulan


Oktober-Desember. Kegiatan dalam tahap ini berupa pembahasan Rancangan APBN dan
Rancangan Undang-undang APBN serta penetapannya oleh DPR. Selanjutnya
berdasarkan persetujuan DPR, Rancangan UU APBN ditetapkan menjadi UU APBN.
Penetapan UU APBN ini diikuti dengan penetapan Keppres mengenai rincian APBN
sebagai lampiran UU APBN dimaksud.

3. Pelaksanaan APBN

Jika tahapan kegiatan ke-1 dan ke-2 dilaksanakan pada APBN t-1, kegiatan
pelaksanaan APBN dilaksanakan mulai 1 Januari - 31 Desember pada tahun berjalan
(APBN t). Dengan kata lain, pelaksanaan tahun anggaran 2014 akan dilaksanakan mulai
1 Januari 2014 - 31 Desember 2014.Kegiatan pelaksanaan APBN dilakukan oleh
pemerintah dalam hal ini kementerian/lembaga (K/L). K/L mengusulkan konsep Daftar
Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) berdasarkan Keppres mengenai rincian APBN dan
menyampaikannya ke Kementerian Keuangan untuk disahkan. DIPA adalah alat untuk
melaksanakan APBN. Berdasarkan DIPA inilah para pengelola anggaran K/L (Pengguna
Anggaran, Kuasa Pengguna Anggaran, dan Pembantu Pengguna Anggaran)
melaksanakan berbagai macam kegiatan sesuai tugas dan fungsi instansinya.

4. Pelaporan dan Pencatatan APBN

Tahap pelaporan dan pencatatan APBN dilaksanakan bersamaan dengan tahap


pelaksanaan APBN, 1 Januari-31 Desember. Laporan keuangan pemerintah dihasilkan
melalui proses akuntansi, dan disajikan sesuai dengan standar akuntansi keuangan
pemerintah yang terdiri dari Laporan Realisasi Anggaran (LRA), Neraca, dan Laporan
Arus Kas, serta catatan atas laporan keuangan.

5. Pemeriksaan dan Pertanggungjawaban APBN

Tahap terakhir siklus APBN adalah tahap pemeriksanaan dan pertanggungjawaban


yang dilaksanakan setelah tahap pelaksanaan berakhir (APBN t+1), sekitar bulan Januari
- Juli. Contoh, jika APBN dilaksanakan tahun 2013, tahap pemeriksaan dan
pertanggungjawabannya dilakukan pada tahun 2014. Pemeriksaan ini dilakukan
oleh BPK.

Untuk pertanggungjawaban pengelolaan dan pelaksanaan APBN secara


keseluruhan selama satu tahun anggaran, Presiden menyampaikan rancangan undang-
undang tentang pertanggungjawaban pelaksanaan APBN kepada DPR berupa laporan
keuangan yang telah diperiksa BPK, selambat-lambatnya 6 (enam) bulan setelah tahun
anggaran berakhir.

SIKLUS APBD

1. Perencanaan & Penyusunan APBD

Perencanaan anggaran daerah secara keseluruhan mencakup penyusunan


Kebijakan Umum APBD sampai dengan disusunnya Rancangan APBD terdiri dari
beberapa tahapan proses perencanaan anggaran daerah.Berdasarkan Undang-Undang No.
17 Tahun 2003 serta Undang-Undang No. 32 dan 33 Tahun 2004, tahapan tersebut adalah
sebagai berikut:

I. Pemerintah daerah menyampaikan kebijakan umum APBD tahun anggaran


berikutnya sebagai landasan penyusunan rancangan APBD paling lambat pada
pertengahan bulan Juni tahun berjalan. Kebijakan umum APBD tersebut
berpedoman pada RKPD. Proses penyusunan RKPD tersebut dilakukan antara lain
dengan melaksanakan musyawarah perencanaan pembangunan (musrenbang) yang
selain diikuti oleh unsur-unsur pemerintahan juga mengikutsertakan dan/atau
menyerap aspirasi masyarakat terkait, antara lain asosiasi profesi, perguruan tinggi,
lembaga swadaya masyarakat (LSM), pemuka adat, pemuka agama, dan kalangan
dunia usaha.
II. DPRD kemudian membahas kebijakan umum APBD yang disampaikan oleh
pemerintah daerah dalam pembicaraan pendahuluan RAPBD tahun anggaran
berikutnya.
III. Berdasarkan Kebijakan Umum APBD yang telah disepakati dengan DPRD,
pemerintah daerah bersama DPRD membahas prioritas dan plafon anggaran
sementara untuk dijadikan acuan bagi setiap SKPD.
IV. Kepala SKPD selaku pengguna anggaran menyusun RKA-SKPD tahun berikutnya
dengan mengacu pada prioritas dan plafon anggaran sementara yang telah
ditetapkan oleh pemerintah daerah bersama DPRD.
V. RKA-SKPD tersebut kemudian disampaikan kepada DPRD untuk dibahas dalam
pembicaraan pendahuluan RAPBD.
VI. Hasil pembahasan RKA-SKPD disampaikan kepada pejabat pengelola keuangan
daerah sebagai bahan penyusunan rancangan perda tentang APBD tahun
berikutnya.
VII. Pemerintah daerah mengajukan rancangan perda tentang APBD disertai dengan
penjelasan dan dokumen-dokumen pendukungnya kepada DPRD pada minggu
pertama bulan Oktober tahun sebelumnya.
VIII. Pengambilan keputusan oleh DPRD mengenai rancangan perda tentang APBD
dilakukan selambat-lambatnya satu bulan sebelum tahun anggaran yang
bersangkutan dilaksanakan.

2. Pelaksanaan APBD

Pelaksanaan APBD meliputi pelaksanaan anggaran pendapatan, belanja, dan


pembiayaan. Pelaksanaan Anggaran oleh Kepala SKPD dilaksanakan setelah Dokumen
Pelaksanaan Anggaran SKPD (DPA-SKPD) ditetapkan oleh PPKD dengan persetujuan
Sekretaris Daerah.

3. Pelaksanaan Anggaran Pendapatan Daerah


Setiap SKPD yang mempunyai tugas memungut dan/atau menerima pendapatan
daerah wajib melaksanakan pemungutan dan/atau penerimaan berdasarkan ketentuan
yang ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan. Penerimaan SKPD dilarang
digunakan langsung untuk membiayai pengeluaran, kecuali ditentukan lain oleh peraturan
perundang-undangan. Penerimaan SKPD berupa uang atau cek harus disetor ke rekening
kas umum daerah paling lama 1 (satu) hari kerja oleh Bendahara Penerimaan dengan
didukung oleh bukti yang lengkap.

Semua penerimaan daerah dilakukan melalui rekening kas umum daerah. SKPD
dilarang melakukan pungutan selain dari yang ditetapkan dalam peraturan daerah. SKPD
yang mempunyai tugas memungut dan/atau menerima dan/atau kegiatannya berdampak
pada penerimaan daerah wajib mengintensifkan pemungutan dan penerimaan tersebut.
Komisi, rabat, potongan atau penerimaan lain dengan nama dan dalam bentuk apa pun
yang dapat dinilai dengan uang, baik secara langsung sebagai akibat dari penjualan, tukar-
menukar, hibah, asuransi dan/atau pengadaan barang dan jasa termasuk penerimaan
bunga, jasa giro atau penerimaan lain sebagai akibat penyimpanan dana anggaran pada
bank serta penerimaan dari hasil pemanfaatan barang daerah atas kegiatan lainnya
merupakan pendapatan daerah. Semua penerimaan daerah apabila berbentuk uang harus
segera disetor ke kas umum daerah dan berbentuk barang menjadi milik/aset daerah yang
dicatat sebagai inventaris daerah.

Pengembalian atas kelebihan pajak, retribusi, pengembalian tuntutan ganti rugi dan
sejenisnya dilakukan dengan membebankan pada rekening penerimaan yang
bersangkutan untuk pengembalian penerimaan yang terjadi dalam tahun yang sama.
Untuk pengembalian kelebihan penerimaan yang terjadi pada tahun-tahun sebelumnya
dibebankan pada rekening belanja tidak terduga.

4. Pelaksanaan Anggaran Belanja Daerah

Jumlah belanja yang dianggarkan dalam APBD merupakan batas tertinggi untuk
setiap pengeluaran belanja. Pengeluaran tidak dapat dibebankan pada anggaran belanja
jika untuk pengeluaran tersebut. tidak tersedia atau tidak cukup tersedia dalam APBD.
Setiap SKPD dilarang melakukan pengeluaran atas beban anggaran daerah untuk tujuan
lain dari yang telah ditetapkan dalam APBD. Pengeluaran belanja daerah menggunakan
prinsip hemat, tidak mewah, efektif, efisien dan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan. Setiap pengeluaran harus didukung oleh bukti yang lengkap dan sah
mengenai hak yang diperoleh oleh pihak yang menagih. Pembayaran atas beban APBD
dapat dilakukan berdasarkan Surat Penyediaan Dana (SPD), atau Dokumen Pelaksanaan
Anggaran SKPD (DPA-SKPD), atau dokumen lain yang dipersamakan dengan SPD.
Khusus untuk biaya pegawai diatur bahwa gaji pegawai negeri sipil daerah dibebankan
dalam APBD.
5. Pelaksanaan Anggaran Pembiayaan Daerah

1. Penerimaan Pembiayaan

Untuk pencairan dana cadangan, pemindahbukuan dari rekening dana cadangan ke


Rekening Kas Umum Daerah dilakukan berdasarkan rencana pelaksanaan kegiatan,
setelah jumlah dana cadangan yang ditetapkan berdasarkan peraturan daerah tentang
pembentukan dana cadangan yang berkenaan mencukupi.

2. Pengeluaran Pembiayaan

Pelaksanaan pengeluaran pembiayaan penyertaan modal pemerintah daerah,


pembayaran pokok utang dan pemberian pinjaman daerah tersebut dilakukan berdasarkan
SPM yang diterbitkan oleh PPKD. Dalam rangka pelaksanaan pengeluaran pembiayaan,
kuasa BUD berkewajiban untuk:

a) Meneliti kelengkapan perintah pembayaran/pemindah bukuan yang diterbitkan


oleh PPKD;
b) Menguji kebenaran perhitungan pengeluaran pembiayaan yang tercantum dalam
perintah pembayaran;
c) Menguji ketersediaan dana yang bersangkutan;
d) Menolak pencairan dana, apabila perintah pembayaran atas pengeluaran
pembiayaan tidak memenuhi persyaratan yang ditetapkan.
6. Penatausahaan APBD

Pengguna anggaran/kuasa pengguna anggaran, bendahara penerimaan, bendahara


pengeluaran dan orang atau badan yang menerima atau menguasai uang/barang/kekayaan
daerah wajib menyelenggarakan penatausahaan sesuai dengan peraturan perundang-
undangan. Penerimaan daerah disetor ke rekening kas umum daerah pada bank
pemerintah yang ditunjuk dan dianggap sah setelah kuasa BUD menerima nota kredit.

Bendahara penerimaan wajib menyelenggarakan penatausahaan terhadap seluruh


penerimaan dan penyetoran atas penerimaan yang menjadi tanggung jawabnya.
Bendahara penerimaan pada SKPD wajib mempertanggungjawabkan secara administratif
atas pengelolaan uang yang menjadi tanggung jawabnya dengan menyampaikan laporan
pertanggungjawaban penerimaan kepada pengguna anggaran/kuasa pengguna anggaran
melalui PPK-SKPD paling lambat tanggal 10 bulan berikutnya. Disamping
pertanggungjawaban secara administratif, Bendahara penerimaan pada SKPD wajib
mempertanggung jawabkan secara fungsional atas pengelolaan uang yang menjadi
tanggung jawabnya dengan menyampaikan laporan pertanggungjawaban penerimaan
kepada PPKD selaku BUD paling lambat tanggal 10 bulan berikutnya.

7. Pertanggungjawaban keuangan daerah

1. Pertanggungjawaban penggunaan data


Bendahara pengeluaran secara administratif wajib mempertanggung jawabkan
penggunaan uang persediaan/ganti uang persediaan/tambah uang persediaan kepada
kepala SKPD melalui PPK-SKPD paling lambat tanggal 10 bulan berikutnya. Hal ini
dilaksanakan dengan menutup Buku Kas Umum setiap bulan dengan sepengetahuan
dan persetujuan pengguna anggaran/kuasa pengguna anggaran.
Disamping pertanggungjawaban secara administratif, Bendahara Pengeluaran pada
SKPD juga wajib mempertanggungjawabkan secara fungsional atas pengelolaan uang
yang menjadi tanggung jawabnya dengan menyampaikan laporan
pertanggungjawaban pengeluaran kepada PPKD selaku BUD paling lambat tanggal
10 bulan berikutnya. Penyampaian pertanggungjawaban tersebut dilaksanakan setelah
diterbitkan surat pengesahan pertanggungjawaban pengeluaran oleh pengguna
anggaran/kuasa pengguna anggaran.
2. Penetapan raperda pertanggungjawaban pelaksanaan apbd

Kepala daerah menyampaikan rancangan peraturan daerah tentang


pertanggungjawaban pelaksanaan APBD kepada DPRD paling lambat 6 (enam) bulan
setelah tahun anggaran berakhir. Rancangan peraturan daerah tentang
pertanggungjawaban pelaksanaan APBD memuat laporan keuangan yang meliputi
laporan realisasi anggaran, neraca, laporan arus kas, catatan atas laporan keuangan,
serta dilampiri dengan laporan kinerja yang telah diperiksa BPK

3. Evaluasi Raperda tentang Pertanggungjawaban Pelaksanaan APBD dan


Peraturan Kepala Daerah tentang Penjabaran Pertanggungjawaban
Pelaksanaan APBD

Rancangan peraturan daerah provinsi tentang pertanggungjawaban


pelaksanaan APBD yang telah disetujui bersama DPRD dan rancangan peraturan
gubernur tentang penjabaran pertanggungjawaban pelaksanaan APBD sebelum
ditetapkan oleh gubernur paling lama 3 (tiga) hari kerja disampaikan terlebih dahulu
kepada Menteri Dalam Negeri untuk dievaluasi. Hasil evaluasi disampaikan oleh
Menteri Dalam Negeri kepada Gubernur paling lama 15 (lima belas) hari kerja
terhitung sejak diterimanya rancangan dimaksud.

Apabila Menteri Dalam Negeri menyatakan hasil evaluasi rancangan peraturan


daerah tentang pertanggungjawaban pelaksanaan APBD dan rancangan peraturan
gubernur tentang penjabaran pertanggungjawaban pelaksanaan APBD sudah sesuai
dengan kepentingan umum dan peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi,
gubernur menetapkan rancangan peraturan daerah dan rancangan peraturan gubernur
menjadi peraturan daerah dan peraturan gubernur.

8. Pemeriksaan APBD

Kedua auditor internal dan eksternal pemerintahan, yaitu BPK dan BPKP
bertanggungjawab terhadap pemerintah pusat, maka peran kedua badan tersebut cukup
disoroti oleh masyarakat. Dalam hal ini BPK dan BPKP dalam pelaksanaan tugas tidak
berjalan sendiri – sendiri. Seperti layaknya auditor eksternal dan internal, BPKP
merupakan partner bagi BPK. BPKP melakukan proses audit terhadap pemerintah pusat,
kemudian dari hasil tersebut diberikan presiden. Dan dari presiden akan diserah kan
laporan audit tersebut ke BPK untuk diperiksa. Maka, hasil audit BPKP menjadi ‘second
opinion’ bagi BPK dalam melakukan proses audit.

4. Masalah dalam Penyusunan APBN/APBD serta Solusinya

Masalah dalam Penyusunan APBN/APBD


Dalam penyusunan APBD terdapat masalah dari segi waktu, sering kali setiap tahun
dijumpai daerah yang lamban dalam menyusun anggaran keuangan pemerintahannya.
Sebagai contoh, rancangan KUA dan PPAS melebihi waktu dari jadwal yang seharusnya
disampaikan kepala daerah kepada DPRD yakni pertengahan bulan Juni tahun anggaran
berjalan. Demikian pula, draf RAPBD yang semestinya sudah harus diserahkan ke DPRD pada
pekan pertama Oktober untuk dibahas, kenyataannya terlambat yang akhirnya penetapannya
juga terlambat. keterlambatan ini berdampak pada sejumlah kabupaten/kota terlambat juga
menyerahkan RAPBD ke Pemprov untuk dievaluasi. Padahal, keterlambatan penyusunan
APBD jelas merugikan masyarakat. Masyarakat yang semestinya sudah menerima anggaran
pembangunan atau pelayanan publik terpaksa harus tertunda menunggu selesainya penetapan
APBD.
Selain itu, Dana Alokasi Umum (DAU) daerah yang terlambat menetapkan APBD juga
akan dipotong 25% oleh pemerintah pusat.

Solusi dari Permasalahan Penyusunan APBN/APBD

Pemberian sanksi sesuai aturan mesti tetap dijalankan namun dengan sanksi yang lebih
spesifik. Pemda wajib menyampaikan Perda kepada Menteri Keuangan maksimal tanggal 20
Maret. Bagi yang terlambat, penyaluran Dana Alokasi Umum (DAU)-nya ditunda 25 persen
per bulan. atau Sanksi penghentian pemberian DAU dirubah dengan sanksi penundaan
pembayaran tunjangan pejabat pemerintah dan anggota DPRD.
BAB IV

PENUTUP

Kesimpulan

APBN merupakan instrumen untuk mengatur pengeluaran dan pendapatan negara dalam
rangka membiayai pelaksanaan kegiatan pemerintahan dan pembangunan, mencapai
pertumbuhan ekonomi, meningkatkan pendapatan nasional, mencapai stabitas perekonomian, dan
menentukan arah serta prioritas pembangunan secara umum, sedangkan Anggaran Pendapatan dan
Belanja Daerah (APBD) adalah suatu daftar yang secara sistematis membuat sumber-sumber
penerimaan daerah dan alokasi pengeluaran daerah dalam jangka waktu tertentu (biasanya satu
tahun). Periode APBD sama dengan APBN, yaitu dari 1 Januari sampai dengan 31 Desember.
APBN dan APBD dibuat dengan beberapa fungsi, yaitu fungsi otorisasi, fungsi perencanaan,
fungsi pengawasan, fungsi alokasi, fungsi distribusi dan fungsi stabilisasi. Tujuan dari dibuatnya
APBN dan APBD agar terstrukturnya segala kegiatan keuangan negara baik itu dari sisi
pemasukan maupun sisi pengeluaran. Siklus dari penyusunan APBN dan APBD itu sendiri adalah
perencanaan dan penganggaran,penetapan dan persetujuan, pelaksanaan, pelaporan dan
pencatatan, serta pemeriksaan dan pertanggungjawaban.

Referensi
https://id.wikipedia.org/wiki/Anggaran_Pendapatan_dan_Belanja_Negara_Indonesia
https://dokumen.tips/documents/siklus-apbn-apbd.html
https://info-anggaran.com/ensiklopedia/bagan-siklus-apbn/
https://www.slideserve.com/mai/siklus-apbn
http://www.djpk.kemenkeu.go.id/?p=5747
http://www.djpk.kemenkeu.go.id/?p=5750
http://www.djpk.kemenkeu.go.id/?p=5753
http://kampus4u.blogspot.com/2015/11/permasalahan-umum-dan-klasik-dalam.html?m=1

Anda mungkin juga menyukai