KELOMPOK 2
ERHA TAUFAN RSA 16312058
ZAHRA MONICA D 16312060
MURNIATI RAMADHANI 16312094
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Untuk mengatur kegiatan perekonomian nasional, suatu negara harus membuat
anggaran pendapatan dan belanja, begitu pula dengan Indonesia. Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara (APBN) dan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) merupakan
alat utama pemerintah untuk mensejahterakan rakyatnya dan sekaligus sebagai alat
pemerintah untuk mengelola perekonomian negara. Sebagai alat pemerintah, APBN dan
APBD bukan hanya menyangkut keputusan ekonomi,namun juga menyangkut keputusan
politik. Dalam konteks ini, DPR/DPRD dengan hak legislasi, penganggaran, dan
pengawasan yang dimilikinya perlu lebih berperan dalam mengawal APBN dan APBD
sehingga APBN dan APBD benar-benar dapat secara efektif menjadi instrumen untuk
mensejahterakan rakyat dan mengelola perekonomian negara dengan baik.
Dalam rangka mewujudkan kesejahteraan nasional dalam penyelenggaraan
pemerintahan negara, maka pemerintah berusaha untuk menyajikan APBN dan APBD untuk
berlangsungnya sebuah kegiatan pemerintahan, maka hal tersebut kemudian mendapatkan
landasan hukum yang kuat dengan telah disahkannya UU No. 17 Tahun 2003 tentang
Keuangan Negara, UU No. 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara, dan UU No. 15
Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaskud dengan APBN dan APBD
2. Apa fungsi dan tujuan APBN dan APBD
3. Apa yang dimaksud dengan siklus APBN dan APBD
4. Sebutkan masalah yang terjadi pada penyusunan APBN/APBD beserta solusinya
C. TUJUAN
1. Memahami konsep APBN dan APBD
2. Mengetahui fungsi dan tujuan APBN dan APBD
3. Memahami konsep siklus APBN dan APBD
BAB II
PEMBAHASAN
Fungsi otorisasi, mengandung arti bahwa anggaran negara menjadi dasar untuk
melaksanakan pendapatan dan belanja pada tahun yang bersangkutan, Dengan
demikian, pembelanjaan atau pendapatan dapat dipertanggungjawabkan
kepada rakyat.
Fungsi perencanaan, mengandung arti bahwa anggaran negara dapat menjadi
pedoman bagi negara untuk merencanakan kegiatan pada tahun tersebut. Bila suatu
pembelanjaan telah direncanakan sebelumnya, maka negara dapat membuat rencana-
rencana untuk medukung pembelanjaan tersebut. Misalnya, telah direncanakan dan
dianggarkan akan membangun proyek pembangunan jalan dengan nilai sekian miliar.
Maka, pemerintah dapat mengambil tindakan untuk mempersiapkan proyek tersebut
agar bisa berjalan dengan lancar.
Fungsi pengawasan, berarti anggaran negara harus menjadi pedoman untuk menilai
apakah kegiatan penyelenggaraan pemerintahan negara sesuai dengan ketentuan yang
telah ditetapkan. Dengan demikian akan mudah bagi rakyat untuk menilai apakah
tindakan pemerintah menggunakan uang negara untuk keperluan tertentu itu
dibenarkan atau tidak.
Fungsi alokasi, berarti bahwa anggaran negara harus diarahkan untuk mengurangi
pengangguran dan pemborosan sumber daya serta meningkatkan efesiensi dan
efektivitas perekonomian.
Fungsi distribusi, berarti bahwa kebijakan anggaran negara harus memperhatikan
rasa keadilan dan kepatutan
Fungsi stabilisasi, memiliki makna bahwa anggaran pemerintah menjadi alat untuk
memelihara dan mengupayakan keseimbangan fundamental perekonomian.
SIKLUS APBN
3. Pelaksanaan APBN
Jika tahapan kegiatan ke-1 dan ke-2 dilaksanakan pada APBN t-1, kegiatan
pelaksanaan APBN dilaksanakan mulai 1 Januari - 31 Desember pada tahun berjalan
(APBN t). Dengan kata lain, pelaksanaan tahun anggaran 2014 akan dilaksanakan mulai
1 Januari 2014 - 31 Desember 2014.Kegiatan pelaksanaan APBN dilakukan oleh
pemerintah dalam hal ini kementerian/lembaga (K/L). K/L mengusulkan konsep Daftar
Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) berdasarkan Keppres mengenai rincian APBN dan
menyampaikannya ke Kementerian Keuangan untuk disahkan. DIPA adalah alat untuk
melaksanakan APBN. Berdasarkan DIPA inilah para pengelola anggaran K/L (Pengguna
Anggaran, Kuasa Pengguna Anggaran, dan Pembantu Pengguna Anggaran)
melaksanakan berbagai macam kegiatan sesuai tugas dan fungsi instansinya.
SIKLUS APBD
2. Pelaksanaan APBD
Semua penerimaan daerah dilakukan melalui rekening kas umum daerah. SKPD
dilarang melakukan pungutan selain dari yang ditetapkan dalam peraturan daerah. SKPD
yang mempunyai tugas memungut dan/atau menerima dan/atau kegiatannya berdampak
pada penerimaan daerah wajib mengintensifkan pemungutan dan penerimaan tersebut.
Komisi, rabat, potongan atau penerimaan lain dengan nama dan dalam bentuk apa pun
yang dapat dinilai dengan uang, baik secara langsung sebagai akibat dari penjualan, tukar-
menukar, hibah, asuransi dan/atau pengadaan barang dan jasa termasuk penerimaan
bunga, jasa giro atau penerimaan lain sebagai akibat penyimpanan dana anggaran pada
bank serta penerimaan dari hasil pemanfaatan barang daerah atas kegiatan lainnya
merupakan pendapatan daerah. Semua penerimaan daerah apabila berbentuk uang harus
segera disetor ke kas umum daerah dan berbentuk barang menjadi milik/aset daerah yang
dicatat sebagai inventaris daerah.
Pengembalian atas kelebihan pajak, retribusi, pengembalian tuntutan ganti rugi dan
sejenisnya dilakukan dengan membebankan pada rekening penerimaan yang
bersangkutan untuk pengembalian penerimaan yang terjadi dalam tahun yang sama.
Untuk pengembalian kelebihan penerimaan yang terjadi pada tahun-tahun sebelumnya
dibebankan pada rekening belanja tidak terduga.
Jumlah belanja yang dianggarkan dalam APBD merupakan batas tertinggi untuk
setiap pengeluaran belanja. Pengeluaran tidak dapat dibebankan pada anggaran belanja
jika untuk pengeluaran tersebut. tidak tersedia atau tidak cukup tersedia dalam APBD.
Setiap SKPD dilarang melakukan pengeluaran atas beban anggaran daerah untuk tujuan
lain dari yang telah ditetapkan dalam APBD. Pengeluaran belanja daerah menggunakan
prinsip hemat, tidak mewah, efektif, efisien dan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan. Setiap pengeluaran harus didukung oleh bukti yang lengkap dan sah
mengenai hak yang diperoleh oleh pihak yang menagih. Pembayaran atas beban APBD
dapat dilakukan berdasarkan Surat Penyediaan Dana (SPD), atau Dokumen Pelaksanaan
Anggaran SKPD (DPA-SKPD), atau dokumen lain yang dipersamakan dengan SPD.
Khusus untuk biaya pegawai diatur bahwa gaji pegawai negeri sipil daerah dibebankan
dalam APBD.
5. Pelaksanaan Anggaran Pembiayaan Daerah
1. Penerimaan Pembiayaan
2. Pengeluaran Pembiayaan
8. Pemeriksaan APBD
Kedua auditor internal dan eksternal pemerintahan, yaitu BPK dan BPKP
bertanggungjawab terhadap pemerintah pusat, maka peran kedua badan tersebut cukup
disoroti oleh masyarakat. Dalam hal ini BPK dan BPKP dalam pelaksanaan tugas tidak
berjalan sendiri – sendiri. Seperti layaknya auditor eksternal dan internal, BPKP
merupakan partner bagi BPK. BPKP melakukan proses audit terhadap pemerintah pusat,
kemudian dari hasil tersebut diberikan presiden. Dan dari presiden akan diserah kan
laporan audit tersebut ke BPK untuk diperiksa. Maka, hasil audit BPKP menjadi ‘second
opinion’ bagi BPK dalam melakukan proses audit.
Pemberian sanksi sesuai aturan mesti tetap dijalankan namun dengan sanksi yang lebih
spesifik. Pemda wajib menyampaikan Perda kepada Menteri Keuangan maksimal tanggal 20
Maret. Bagi yang terlambat, penyaluran Dana Alokasi Umum (DAU)-nya ditunda 25 persen
per bulan. atau Sanksi penghentian pemberian DAU dirubah dengan sanksi penundaan
pembayaran tunjangan pejabat pemerintah dan anggota DPRD.
BAB IV
PENUTUP
Kesimpulan
APBN merupakan instrumen untuk mengatur pengeluaran dan pendapatan negara dalam
rangka membiayai pelaksanaan kegiatan pemerintahan dan pembangunan, mencapai
pertumbuhan ekonomi, meningkatkan pendapatan nasional, mencapai stabitas perekonomian, dan
menentukan arah serta prioritas pembangunan secara umum, sedangkan Anggaran Pendapatan dan
Belanja Daerah (APBD) adalah suatu daftar yang secara sistematis membuat sumber-sumber
penerimaan daerah dan alokasi pengeluaran daerah dalam jangka waktu tertentu (biasanya satu
tahun). Periode APBD sama dengan APBN, yaitu dari 1 Januari sampai dengan 31 Desember.
APBN dan APBD dibuat dengan beberapa fungsi, yaitu fungsi otorisasi, fungsi perencanaan,
fungsi pengawasan, fungsi alokasi, fungsi distribusi dan fungsi stabilisasi. Tujuan dari dibuatnya
APBN dan APBD agar terstrukturnya segala kegiatan keuangan negara baik itu dari sisi
pemasukan maupun sisi pengeluaran. Siklus dari penyusunan APBN dan APBD itu sendiri adalah
perencanaan dan penganggaran,penetapan dan persetujuan, pelaksanaan, pelaporan dan
pencatatan, serta pemeriksaan dan pertanggungjawaban.
Referensi
https://id.wikipedia.org/wiki/Anggaran_Pendapatan_dan_Belanja_Negara_Indonesia
https://dokumen.tips/documents/siklus-apbn-apbd.html
https://info-anggaran.com/ensiklopedia/bagan-siklus-apbn/
https://www.slideserve.com/mai/siklus-apbn
http://www.djpk.kemenkeu.go.id/?p=5747
http://www.djpk.kemenkeu.go.id/?p=5750
http://www.djpk.kemenkeu.go.id/?p=5753
http://kampus4u.blogspot.com/2015/11/permasalahan-umum-dan-klasik-dalam.html?m=1